bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...

29
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Definisi Penilaian Kinerja Keuangan Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). 2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.

Upload: dangbao

Post on 15-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

  

10 

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Keuangan

2.1.1 Definisi Penilaian Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik

efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena

organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan

peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Sedangkan pengertian kinerja

keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur

keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).

2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi

perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi

perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan

dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya

tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada

yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

11  

Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan mengandung beberapa tujuan

(Jumingan, 2009, p239):

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan

terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang di

capai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

b. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan

semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak

transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang

bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-

tepatnya dengan satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai

tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain adalah proses akuntansi yang pada

hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi

dan peristiwa, yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansial, dalam cara yang

tepat dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasil-hasilnya. Laporan

keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan

perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan

manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan

dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2009, p4).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

12  

2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi

pemakai. Laporan akuntasi yang menghasilkan informasi demikian disebut

laporan keuangan. Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan

adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca dan laporan arus kas.

Urutan-urutan penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam laporan-laporan

tersebut adalah sebagai berikut (Warren, 2005, p24):

a. Laporan laba rugi

Suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya

sebulan atau setahun berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan.

Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan beban dengan

pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.

Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-

beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih.

Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih.

b. Laporan ekuitas pemilik

Suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu

tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan tersebut dipersiapkan

setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan

harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan ekuitas pemilik

dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada

akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena itu, laporan ekuitas

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

13  

pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi

dan neraca.

c. Neraca

Suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu,

biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Bentuk akun merupakan bentuk

neraca dimana aktiva ditempatkan di sebelah kiri dan kewajiban ekuitas di

sebelah kanan. Bentuk lain dari neraca adalah bentuk laporan, yang

menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah aktiva.

d. Laporan arus kas

Suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu

tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus kas terdiri dari tiga

bagian : (1) aktivitas operasi, (2) aktivitas investasi, (3) aktivitas pendanaan.

2.2.3 Keterbatasan Laporan Keuangan

Empat keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut (Jumingan,

2009, p10):

a. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report),

bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi final) hanya

dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi. Karena alasan

tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode waktu tertentu. Jadi,

jelaslah bahwa sebenarnya data laporan keuangan itu tidak bersifat pasti,

tidak dapat diukur secara mutlak diteliti, kekurang pastian ini antara lain

diakibatkan adanya contingent assets, contingent liabilities, dan deferred

maintenance.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

14  

b. Laporan keuangan ditunjukkan dalam sejumlah rupiah yang tampaknya pasti.

Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar

lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenalkan). Apalagi bila

dibandingkan dengan laporan keuangan seandainya perusahaan itu

dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda.

c. Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan

dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah

menurun (daya beli rupiah menurun karena kenaikan tingkat harga-harga).

Oleh karena itu, untuk menghindari adanya analisis yang menyesatkan,

analisi perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.

d. Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai

keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor

yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua

faktor dapat diukur dalam satuan uang.

2.3 Analisis Rasio

2.3.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukan

hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.

Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam

bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya,

kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang dipakai sebagai dasar

pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisis tidak

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

15  

dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukan kondisi yang

menguntungkan atau tidak menguntungkan (Jumingan, 2009, p118).

Analisis rasio keuangan merupakan peralatan untuk memahami laporan

keuangan (khususnya neraca dan laba-rugi). Penting disadari bahwa analisis rasio

bukanlah poses mekanis membagi suatu pos dengan pos lain (Mardiyanto, 2009,

p51).

2.3.2 Rasio Keuangan dan Pengertiannya

2.3.2.1 Rasio Likuiditas

Rasio lancar (current ratio)=Aktiva lancarHutang lancar

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban

jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi

aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini sering pula disebut

rasio modal kerja (working capital ratio) karena modal kerja merupakan

kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Kreditor jangka pendek sangat

peduli dengan rasio lancar ini karena konversi persediaan dan piutang dagang

menjadi kas merupakan sumber pokok darinya perusahaan dapat mendulang

kas untuk membayar kreditor jangka pendek. Dari sudut pandang kreditor

jangka pendek, semakin tinggi rasio lancar perusahaan maka semakin besar

pula perlindungannya. Walaupun begitu, perusahaan gampang mempunyai

rasio lancar yang tinggi. Rasio lancar yang terlalu tinggi biasanya diakibatkan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

16  

oleh dimilikinya aktiva lancar yang tidak diperlukan, yang tidak memberikan

pendapatan, jumlah dana yang sangat banyak yang terbenam dalam bentuk

piutang dagang yang mungkin terbukti tidak tertagih, atau dalam persediaan

yang mengandung banyak jenis persediaan yang sudah usang atau lebih

banyak daripada yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan normal

perusahaan. Rasio lancar sebesar 2 sudah dianggap memuaskan, tetapi perlu

dipertimbangkan beberapa faktor antaralain: praktik yang berlaku dalam

industri, lamanya siklus operasi perusahaan, dan bauran aktiva lancar

perusahaan. Rasio lancar yang terlalu tinggi dalam perusahaan serupa dalam

industri yang sama dapat mengindikasikan pengelolaan aktiva lancar yang

tidak efisien. Bauran aktiva lancar adalah proporsi berbagai unsur yang

membentuk aktiva lancar. Bauran ini akan berdampak pada seberapa cepat

aktiva lancar dapat dikonversikan menjadi kas (Gamayuni, 2006, p18).

Rasio cepat (quick ratio/acid test ratio) =Aktiva lancar – Persediaan

Hutang lancar

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban

jangka pendeknya dari aktiva cepatnya. Aktiva cepat adalah aktiva yang dapat

segera dikonversikan menjadi kas. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah

kas, surat berharga, dan piutang dagang bersih dengan kewajiban jangka

pendeknya. Rasio cepat merupakan pelengkap penting untuk rasio lancar.

Banyak kreditor yang lebih menyukai rasio cepat daripada rasio lancar

sebagai ukuran solvensi jangka pendek perusahaan karena rasio cepat tidak

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

17  

menyertakan persediaan dan beban dibayar di muka sebagai dasar aktiva

lancarnya, karena persediaan dan beban dibayar di muka merupakan aktiva

lancar yang paling tidak likuid (Gamayuni, 2006, p18).

Rasio kas (cash ratio) = Kas + surat berharga jangka pendek

Hutang lancar

Jika piutang usaha dinilai akan sulit tertagih, komponen aktiva lancar

yang benar-benar siap dicairkan hanyalah kas dan surat berharga jangka

pendek. Jadi, rasio kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat

dicairkan menjadi kas. Bilamana persediaan diperkirakan lama terjual dan

piutang lama tertagih, kita sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai

pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio cepat (Mardiyanto, 2009,

p56).

2.3.2.2 Rasio Aktivitas atau Aktiva

Perputaran persediaan ( inventory turn over) = Harga pokok penjualan

Hutang lancar

Rumus awal dari perputaran persediaan sebenarnya adalah penjualan

dibagi persediaan. Akan tetapi, dewasa ini lebih banyak dipakai rumus

perputaran persediaan sebagaimana disajikan. Alasannya, harga pokok dan

pesediaan sama-sama diukur dengan harga perolehan, sedangkan penjualan

diukur dengan harga pasar. Ini berarti, kalau pembilangnya adalah penjualan,

akan terjadi ketidaksepadanan pengukuran antara penjualan dan persediaan

(Mardiyanto, 2009, p56).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

18  

Perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) =Penjualan

Aktiva tetap

Perputaran aktiva tetap yang makin meningkat menunjukan bahwa

aktiva tetap perusahaan makin produktif dalam menghasilkan pendapatan

(penjualan) (Mardiyanto, 2009, p58).

2.3.2.3 Rasio-Rasio Hutang atau Solvabilitas

Rasio hutang (debt ratio) =Total hutangTotal aktiva

Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan

mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rasio ini

mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian

tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dari sudut pandang

kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat

dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat aset

yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang tinggi dapat

mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang aset

yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor

kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi

(Gamayuni, 2006, p20).

Rasio kemampuan membayar bunga (time interest earned)

= EBIT

Beban Bunga

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

19  

Makin besar EBIT terhadap beban bunga makin meningkat time

interest earned. Perusahaan dengan demikian semakin mampu membayar

beban bunganya. Menurunnya time interest earned merupakan pertanda

makin rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya

(Mardiyanto, 2009, p58).

2.3.4.4 Rasio-rasio Profitabilitas

Rasio marjin laba merupakan suatu ukuran persentase dari setiap

rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih (net income). Hubungan

laba bersih dengan penjualan bersih kerap dipakai untuk mengevaluasi

efisiensi perusahaan dalam mengendalikan biaya dan beban yang berkaitan

dengan penjualan. Kelemahan rasio ini adalah bahwa rasio ini tidak

mempertimbangkan investasi (jumlah aset atau ekuitas pemegang saham)

yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan dan laba, berikut adalah

rumus profit margin (Gamayuni, 2006, p19):

Rasio margin laba (profit margin) = Laba bersihPenjualan

Rasio imbalan aktiva mengukur keberhasilan perusahaan dalam

menggunakan aktivanya untuk menghasilkan laba. Tingkat imbal hasil atas

total aktiva dihitung dengan rumus:

Tingkat pengembalian atas total aktiva (return on asset) =Laba bersihTotal aktiva

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

20  

Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin

mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa

memperhatikan besaran relatif sumber dana tersebut (kreditor jangka

pendek, kreditor jangka panjang, pemegang saham, pemegang obligasi).

Rasio ini sering digunakan majemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit

bisnis dalam suatu perusahaan multidivisional (Gamayuni, 2006, p19).

Tingkat pengembalian atas total ekuitas (return on equity) = Laba bersih Total ekuitas

Return on equity (ROE) merupakan salah satu alat yang paling sering

digunakan oleh investor dalam menilai suatu saham. ROE dihasilkan dari

pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. Pemahaman ROE

dapat memberikan gambaran tiga hal, yaitu (1) kemampuan perusahaan

menghasilkan laba (profitability); (2) efisiensi perusahaan dalam mengelola

aset (assets management); (3) utang yang terpakai dalam melakukan usaha

(financial leverage). Semakin besar profitabilitas yang diperoleh maka

semakin besar pula dana yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan

demikian, dengan meningkatnya ROE, besar kemungkinan perusahaan

akan membayarkan dividen lebih tinggi sehingga mempunyai risiko lebih

kecil (Daito, 2005, p41).

2.3.2.5 Rasio-Rasio Nilai Pasar

Rasio harga/laba (price earning ratio) =Harga saham biasa per lembar

Laba per lembar

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

21  

Makin tinggi price earning ratio, makin mahal harga saham suatu

perusahaan (relatif terhadap laba per lembarannya). Kendati disuatu sisi

tingginya harga saham menunjukan tingginya nilai saham dimata investor,

tetapi saham dengan price earning ratio yang tinggi umumnya dihindari

para calon pembeli saham. Sebab, saham seperti itu cenderung menurun

harganya dalam waktu dekat.

Rasio nilai pasar/nilai buku (market book ratio)

= Harga saham biasa per lembar

Nilai buku saham biasa per lembar

Perbedaan market book ratio dengan price earning ratio hanya terletak

pada penyebut yang digunakan. market book ratio mengukur harga saham

relatif terhadap nilai buku ekuitasnya (saham biasa) (Mardiyanto, 2009,

p63).

2.4 Economic Value Added

2.4.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan modifikasi residual income. Stewart (1990) berusaha

memeperbaiki residual income dengan melakukan penyesuaian atas NOPAT

dan capital, yang menurut mereka menyebabkan distorsi dalam model

akuntansi untuk pengukuran kinerja.

Adapun beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut :

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

22  

1. Stewart (2010)

Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang

dapat ditentukan dari selisih antara Laba Bersih Operasional Setelah Pajak

(Net Operating Profit After Tax) dengan biaya Modal. Biaya modal ini

ditentukan melalui biaya rata-rata tertimbang dari Hutang dan Ekuitas

(Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital – “WACC") dan

jumlah dari modal yang digunakan.

2.  Brealey (2002, p93)

EVA adalah ukuran kinerja perusahaan yang lebih baik daripada laba

akuntansi.

3. Brigham (2009, p69)

EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari

bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba

akuntansi.

4. Pradhono ( 2004, p144)

EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan

economic profit sutau perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain.

EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan

kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu.

Berdasarkan definisi EVA yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan

bahwa EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai (value)

dari modal (capital) yang investor dan pemegang saham telah tanamkan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

23  

dalam operasi usaha. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah

pajak dikurangi biaya modal.

2.4.2 Interpretasi Perhitungan EVA

Cara menghitung EVA adalah seperti di bawah ini (Young, 2001, p34) :

Net Sales

- Operating expenses_______________________________

= Operating profit ( earnings before interest and tax (EBIT))

- Taxes__________________________________________

= Net operating profit after tax (NOPAT)

- Capital charges (invested capital x cost of capital)_______

= EVA

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil

sebagai berikut:

- Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi

perusahaan.

- Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis

bagi perusahaan.

- Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah

digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik

kreditur maupun pemegang saham.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

24  

2.4.2.1 Net Operating Profit After Taxes (NOPAT)

Jika dua perusahaan memiliki jumlah hutang yang berbeda, dan

akibatnya beban bunga yang berbeda, mereka masih dapat memiliki

kinerja operasi yang sama tetapi dengan laba bersih yang berbeda,

perusahaan yang memiliki lebih banyak hutang akan memiliki laba bersih

yang lebih rendah. Laba bersih sudah pasti merupakan sesuatu yang

penting, tetapi laba bersih tidaklah selalu mencerminkan kinerja yang

sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau ke efektifan dari para

manajer operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih baik untuk

membandingkan kinerja diantara para manajer adalah Laba operasi bersih

setelah pajak. Dimana laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) adalah

laba yang akan dihasilkan oleh sebuah perusahaan jika perusahaan tidak

memiliki hutang maupun aktiva non-operasi (Brigham, 2009, p64).

2.4.2.2 Cost of Capital

Biaya modal atau cost of capital adalah tingkat pengembalian minimum

yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik) perusahaan dalam

investasinya. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah cost of capital ini

digunakan (Utomo, 1999):

1. sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk membawa arus kas masa

mendatang suatu project ke nilai sekarang (present value)

2. sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

25  

3. sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan economic

value added

4. sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal

yang digunakan

Cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara risiko (risk)

dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar risiko yang

ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang

dikehendaki sebelum nilai tambah dapat diciptakan dan semakin tinggi

biaya modal yang timbul.

2.4.2.3 Cost of Equity

Cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor

karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga

dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik

turun) daripada laba operasi, dan sehingga menyebabkan timbulnya

tambahan risiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya risiko bisnis

(business risk) dan risiko finansial (financial risk). Business risk adalah

risiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan

financial risk adalah risiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya

bunga dan pokok pada hutang (Utomo, 1999).

Biaya ekuitas bisa dihitung dengan menggunakan capital asset pricing

model (CAPM), build up model, ataupun arbitrage pricing model (APM)

(Pardhono, 2004, p145).

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

26  

Dimana terdapat tiga asumsi utama yang menggaris bawahi CAPM,

yaitu (Berk, 2007, p364):

1. Investor dapat membeli dan menjual semua sekuritas pada harga pasar

yang kompetitif (tanpa terkena pajak atau biaya transaksi) dan dapat

meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga bebas resiko.

2. Investor hanya memiliki portofolio yang efisien yang diperdagangkan

pada sekuritas-portofolio yang diharapkan menghasilkan keuntungan

maksimum pada tingkat volatilitas.

3. Investor memiliki harapan yang homogen mengenai volatilitas,

korelasi, dan efek pengembalian yang diharapkan.

2.4.2.4 Cost of Debt

Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang

dikehendaki karena adanya risiko kredit (credit risk), yaitu risiko

perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok

hutang. Dengan kata lain, cost of debt adalah tarif yang dibayar perusahaan

untuk memperoleh tambahan hutang baru jangka panjang di pasar sekarang

(Utomo, 1999).

Biaya hutang setelah pajak digunakan untuk menghitung biaya rata-

rata tertimbang modal, dan hal itu merupakan tingkat bunga atas hutang, kd,

dikurangi dengan penghematan pajak yang timbul karena pembayaran

bunga (bunga deductible dalam perhitungan pajak). Jumlah ini sama

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

27  

dengan kd dikali dengan (1-T), dimana T adalah tarif pajak marjinal dari

perusahaan (Brigham, 1994, p106).

2.4.2.5 Weighted Average Cost of Capital (WACC)

WACC adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing

dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal

perusahaan. Karena biaya bunga (interest) dapat dikurangkan dari

penghasilan dalam rangka menentukan pendapatan kena pajak (interest on

debt is tax deductible), maka cost of debt dalam perhitungan WACC adalah

after-tax cost of debt (Utomo, 1999)

Dalam praktek, pembiayaan atau pendanaan yang digunakan

perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil

yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk

semua sumber pembiayaan yang digunakan (Brigham, 1994, p116).

Ada pun berdasarkan Brealey (2008, p360) WACC atau biaya rata-rata

tertimbang adalah ekspektasi tingkat pengembalian atas portofolio semua

sekuritas perusahaan yang disesuaikan dengan penghematan pajak karena

pembayaran bunga.

2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA

Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah

dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA

yang lain adalah (Iramani, 2005):

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

28  

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan

memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.

2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang

dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan

memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat

keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang

ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan

data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain

sebagai konsep penilaian.

4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus

pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih

sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders

satisfaction concepts.

5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut

merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan

sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat

pengambilan keputusan bisnis.

Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-

kelemahan, antara lain:

1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak

mengukur aktivitas-aktivitas penentu.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

29  

2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat

mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan

mengambil keputusan untuk menujual atau membeli saham

tertentu padahal factor-faktor lain terkdang justru lebih dominan.

2.4.4 Hubungan EVA dengan keputusan manajemen keuangan

Pada gambar 2.1 diadaptasi dari Jaringan Nilai Pemegang Saham

Rappaport, menunjukkan hubungan antara EVA, dihitung dengan

menggunakan value driver dan jenis utama dari keputusan yang dapat

diambil di perusahaan (Sandias, 2002).

Sumber : Sandias, 2002

Gambar 2.1 Pengambilan keputusan dalam EVA

Dengan definisi ini EVA sulit untuk menentukan apa penciptaan nilai

dalam periode disebabkan oleh, dan, yang lebih penting, siapa yang

bertanggung jawab dan harus dihargai. Ekspresi EVA menunjukkan bahwa

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

30  

perusahaan memiliki alternatif untuk meningkatkan nilai adalah sebagai

berikut:

1. Untuk meningkatkan laba operasional bersih, yaitu, untuk meningkatkan

efisiensi dalam penggunaan aset dan, karena itu, sumber daya yang

tersedia. Dengan kata lain, untuk meningkatkan NPV dari proyek

berlangsung. Opsi ini akan meningkatkan net laba operasional dengan

tetap menjaga biaya sumber daya yang konstan dan akan pada dasarnya

merupakan hasil dari keputusan operasi.

2. Untuk mengurangi sumber daya total tanpa membahayakan laba

operasional bersih, Oleh karena itu dijual aset yang tidak berguna,

sehingga meningkatkan NPV dari proyek yang sedang mereka kerjakan.

Pilihan ini akan menyimpan laba bersih operasional konstan tetapi akan

mengurangi biaya sumber daya. Hal ini akan melibatkan keputusan

investasi, khususnya sebuah divestasi.

3. Untuk mengurangi biaya pembiayaan sehingga tingkat diskonto yang

secara implisit berarti peningkatan pada NPV. Pengurangan ini

disebabkan oleh kenaikan volume hutang, yang merupakan sumber

daya "murah" dan memiliki keuntungan pajak, tetapi juga secara

bersamaan membawa peningkatan di dalam risiko keuangan, dimana

pada hutang tingkat tinggi juga dapat menimbulkan peningkatan

terhadap biaya rata-rata yang lebih tinggi. Seperti pilihan sebelumnya,

pilihan ini membuat laba operasional bersih konstan dan pada tingkat

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

31  

tertentu dari hutang mengurangi biaya sumber daya. Namun demikian,

ini adalah murni keputusan keuangan.

4. Akhirnya, beberapa alternatif yang tetap sulit untuk mengklasifikasikan

dan yang mewakili dua sisi mata uang yang sama. Ini adalah sebagai

berikut:

- Peningkatan laba operasional bersih dengan menempatkan ke tempat

investasi baru yang meningkatkan total sumber daya dan tingkat

pengembalian yang lebih besar untuk biaya pembiayaan, yaitu, untuk

melaksanakan proyek-proyek baru dengan NPV yang positif.

- Mengurangi total sumber daya oleh penurunan biaya pembiayaan yang

lebih besar terhadap penurunan yang berakibat terhadap laba bersih,

yaitu penjualan aset yang meskipun mereka dapat menghasilkan laba

tidak cukup menghasilkan keuntungan untuk membenarkan kehadiran

mereka di perusahaan, dan dengan demikian NPV incrementing. Ini

berarti meringankan aset perusahaan tersebut yang tidak memberikan

kontribusi yang efektif bagi generasi dari nilai.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

32  

2.5 Market Value Added

Market Value Added mengukur perbedaan antara nilai pasar dari suatu

perusahaan (Hutang dan Ekuitas) dengan jumlah Modal yang diinvestasikan. Secara

ekuivalen, MVA sama dengan present value dari EVA yang diharapkan di masa

datang. Perusahaan yang bertransaksi pada harga premium atas modal yang

diinvestasikan memiliki MVA positif, sedangkan perusahaan yang bertransaksi di

bawah Modal yang diinvestasikan memiliki MVA negatif (Stewart, 2010).

Menurut Stern dan Shiely (2001), untuk menentukan nilai pasar, ekuitas

diambil di harga pasar pada tanggal perhitungan dibuat, dan hutang sebesar nilai

buku. Total investasi di perusahaan karena satu hari kemudian dihitung sebagai

hutang berbunga dan ekuitas, termasuk laba ditahan. nilai pasar sekarang ini

kemudian dibandingkan dengan total investasi. Jika jumlah yang sebelumnya lebih

besar dari yang pertama, perusahaan telah menciptakan kekayaan. MVA adalah

pengukuran nilai kumulatif yang diciptakan oleh manajemen untuk mengukur

kelebihan modal yang diinvestasikan (Ramana, 2005).

Adapun rumus dari MVA adalah sebagai berikut (Young, 2001, p29):

MVA = market value – invested capital

MVA identik dengan makna market-to-book ratio. Perbedaannya hanya

bahwa MVA merupakan ukuran mutlak dan market-to-book ratio adalah ukuran

relatif. Jika MVA positif yang berarti bahwa market-to-book ratio lebih dari satu.

MVA Negatif berarti market-to-book ratio kurang dari satu. Apakah sebuah

perusahaan memiliki MVA positif atau negatif tergantung pada tingkat pengembalian

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

33  

dibandingkan dengan biaya modal. Semua ini berlaku untuk EVA juga. Jadi EVA

positif berarti juga MVA positif dan sebaliknya. Tapi, MVA bukan metrik kinerja

seperti EVA, melainkan merupakan metrik kekayaan, mengukur tingkat nilai

perusahaan yang telah diakumulasi dari waktu ke waktu (Shil, 2009, 171).

2.6 Financial Value Added

2.6.1 Pengertian Financial Value Added (FVA)

Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial

value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan

nilai tambah keuangan. Financial Value Added adalah selisih antara laba

operasi setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent depreciation yang telah

dikurangi dengan penyusutan. Hasil perhitungan FVA yang positif

menunjukan bahwa keuntungan bersih dan penyusutan dapat menutupi

equivalent depreciation. Jika hal ini terjadi maka perusahaan akan dapat

meningkatkan pengembalian atas modal yang telah ditanamkan di dalam

perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan kekayaan pemegang

sahamnya. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed asset dalam

menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Iramani, 2005).

2.6.2 Interpretasi Perhitungan FVA

Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai

berikut (Iramani, 2005):

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

34  

- Jika FVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi

perusahaan.

- Jika FVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi

perusahaan.

- Jika FVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas.

2.6.2.1 Equivalent Depreciation

Dalam situasi ketika perusahaan menginvestasi ulang semua

penyusutan dan dalam horizon waktu yang tak terbatas, maka Equivalent

Depreciation hanya akan menjadi interest (k x TR). Equivalent

depreciation dikurangi depresiasi adalah kontribusi dari fixed assets dan

merupakan akibat pembiyaan yang tidak termasuk dalam proses akuntansi

dari penyusutan (Sandias, 2002).

2.6.2.2 Depresiasi

Ketika sebuah perusahaan membeli suatu aktiva dengan usia lebih

lama dari satu tahun, untuk kepentingan pelaporan kepada pemegang

saham dan internal manajemen perusahaan ini biasanya akan menyusutkan

aktiva tersebut selama waktu dimana aktiva tersebut akan digunakan.

Umumnya, perusahaan akan mengestimasikan kemungkinan tahun

penggunaan secara aktual, membagi biaya dengan jumlah tahun, dan

membebankan nilai yang diperhitungkan sebagai biaya dalam laporan laba

rugi setiap tahunnya. Akan tetapi kongres memperbolehkan perusahaan

menggunakan metode perhitungan depresiasi yang berbeda untuk tujuan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

35  

pajak. Depresiasi bukanlah suatu beban kas, sehingga beban depresiasi

yang lebih tinggi tidak akan memiliki efek yang merugikan pada arus kas.

Namun, depresiasi yang lebih tinggi akan menurunkan jumlah pajak dan

akibatnya meningkatkan arus kas (Brigham, 2009, p74).

2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan FVA

Kelebihan FVA dibanding EVA adalah (Iramani, 2005):

1. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui defenisi equivalent

depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja

perusahaan, demikian juga opportunity cost bagi pembiayaan perusahaan.

Kontribusi ini konstan selama umur proyek investasi.

2. FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth

duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambahan nilai.

Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai equivalent depreciation

akibat bertambah panjang umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi

bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas

dijabarkan.

3. FVA mengedepankan konsep equivalent depreciation dan accumulated

equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih

lanjut, FVA mampu mengharmoniskan hasilnya dengan konsep net

present value (NPV) tahun per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini

dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

36  

4. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA

memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang

selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-

sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk

periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output lebih maju dengan

berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan.

Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.

Kelemahan FVA dibandingkan EVA, FVA kurang praktis dalam

mengantisipasi fenomena bila perusahaan menjalankan investasi baru di

tengah-tengah masa investasi diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi

ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan

atau proyek. Fenomena ini tidak biasa diakomodasi dalam penentuan titik

impas pada konsep NPV dan FVA (Iramani, 2005).

2.6.4 Hubungan FVA dengan keputusan manajemen keuangan

Pengukuran FVA sangatlah membantu perusahaan dalam kaitannya

dengan keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Hubungan antara pengukuran FVA dengan keputusan dalam manajemen

keuangan dapat digambarkan sebagai berikut (Iramani, 2005):

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

37  

Sumber : Sandias, 2002

Gambar 2.2 Pengambilan keputusan dalam FVA

Berdasarkan gambar 2.2, dapat dijabarkan sebagai berikut, terdapat

tiga keputusan dalam manajemen keuangan yang akan menjadi value drivers

bagi terciptanya Financial Value Added. Ketiga keputusan tersebut adalah:

(1) Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya

yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga

menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan volume

penjualan (sales growth) merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan

yang ini merupakan value drivers bagi terciptanya Financial Value Added.

Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan

meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya financial value

added diharapkan juga akan meningkat.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-83.pdf2.1.2 Tujuan Penilaian Kinerja ... pemilik sering kali dipandang sebagai penghubung

38  

(2) Financing Decision adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan

dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang

direfleksikan oleh cost of capital (k) yang dibayarkan selama periode n. Cost

of capital ini kemudian menjadi faktor pembagi terhadap nilai income yang

diterima (δn,k). Dalam konteks value driver, semakin rendah cost of capital

yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar nilai per 1 sen uang

yang diterima oleh perusahaan. Konsekuensinya, pada formula measure,

semakin kecil cost of capital, semakin besar δn,k, sehingga semakin besar

nilai FVA.

(3) Investment Decision, adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-

pilihan investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai

perusahaan. Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan

sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur

modal perusahaan. Hal ini secara intuitif juga mempengaruhi komposisi

working capital dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai

dalam konteks pengukuran FVA di atas. Manajemen harus bisa

mengoptimalkan pengelolaan working capital dan fixed capital-nya agar tidak

tercipta idle capital atau kapital yang kurang efektif dalam proses peningkatan

nilai perusahaan. Otomatis, jumlah working capital dan fixed capital yang

besar akan menciptakan tanggungan cost of capital yang lebih besar bagi

perusahaan. Ini juga akan menurunkan nilai FVA, karena TR menjadi besar.