bab ii landasan teori a. kajian pustakarepository.ump.ac.id/4562/3/bab ii_dwi...
TRANSCRIPT
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Konsep Tazkiyatun Nafs telah banyak diteliti dari berbagai sumber,
aspek, dan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Skripsi Riyan Pramono Putra berjudul “Konsep Tazkiyatu al-Nafs dan
implikasinya terhadap Pendidikan Islam” tahun 2014 Universitas Pendidikan
Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara
umum Tazkiyatu Al-Nafs adalah proses penyucian jiwa dari perbuatan dosa,
pengembangan jiwa manusia mewujudkan potensi-potensi menjadi kualitas
moral yang luhur (akhlakul karimah), proses pertumbuhan, pembinaan akhlakul
karimah (prilaku mulia) dalam diri dan kehidupan manusia. Implikasi konsep
Tazkiyatu Al-Nafs sebenarnya mengarahkan pada pembentukan pribadi muslim
yang mulia. Proses pendidikan yang integratif dalam tataran praktis berorientasi
pada tiga aspek, yakni iman, ilmu dan amal. Tujuan pendidikan mengarah pada
dua sasaran yakni kesempurnaan insani yang tujuannya adalah taqarrub
(mendekatkan diri) kepada, dan kesempurnaan insani yang tujuannya
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti
tazkiyatun nafs. Perbedaannya adalah pada skripsi tersebut meneliti
implikasi tazkiyatun nafs terhadap pendidikan Islam.
2. Skripsi Hendra Prabawa yang berjudul Pendidikan Akhlak Dalam
Pandangan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah( Aspek pembentuk akhlak
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
5
terpuji dan tercela ) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-
aspek pembentuk akhlak terpuji maupun akhlak tercela dalam pandangan
Imam Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah. Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah Pertama aspek pembentuk akhlak terpuji adalah
dengan memenuhi apa yang diserukan Allah dan Rasul-Nya, yaitu Ilmu
dan Iman. Kemudian yang bisa membentuk akhlak terpuji apabila hati
mau mengetahui, menghendaki dan mengutamakan kebenaran yaitu
dengan menggunakan dua kekuatan : Pertama adalah untuk mengetahui
dan membedakan. Kedua adalah kekuatan untuk berkehendak dan
mencintai. Dan aspek yang terakhir yang bisa membentuk akhlak terpuji
adalah dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Ilah dari segi
beribadah dan meminta pertolongan. Kedua : Aspek-aspek pembentuk
akhlak tercela yang bisa merusak hati pertama adalah banyak bergaul
dengan teman yang jelek akhlaknya, kedua : tenggelam dalam angan-
angan semu, ketiga : bergantung kepada selain Allah, artinya melakukan
dosa syirik kepada Allah dalam beribadah dan meminta pertolongan
kepada selain Allah, yang keempat : dikarenakan makan dari segi zatnya
dan ukurannya, dan aspek kelima adalah karena banyak tidur. Dan ada
beberapa aspek tipu daya dari syetan terhadap manusia yang
menyebabkan akhlak tercela diantaranya syetan menghiasi kemaksiatan
dengan keindahan-keindahan, syetan membisikkan manusia agar
mengandalkan akal pikiran dan hawa nafsu, agar selalu berbaik sangka
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
6
terhadap diri sendiri, menutup diri dan sombong, dan yang terakhir
adalah menggoda manusia untuk berbangga diri.
Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu
sama-sama meneliti pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Perbedaannya
terletak pada aspek yang diteliti, skripsi tersebut meneliti konsep
pendidikan akhlak.
3. Skripsi Lusi Farida yang berjudul “Pendidikan Anak Usia Remaja dalam
Perspektif Pendidikan Islam” Tahun 2016, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendidikan anak usia
remaja dalam perspektif pendidikan Islam sangatlah penting untuk
membekali pada masa-masa selanjutnya, caranya adalah dengan
menanamkan nilai-nilai agama untuk mencegah kenakalan remaja.
tujuannya adalah agar remaja muslim memiliki akhlakuk karimah.materi
yang perlu diberikan : pendidikan al-Qur‟an, pendidikan ibadah dan
pendidikan sosial. metode yang digunakan meliputi keteladanan,
pembiasaan, nasehat dan diskusi.
Persamaan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama
membahas perspektif pendidikan Islam, namun berbeda pada aspek lain
yang diteliti. Penelitian tersebut meneliti pendidikan anak usia remaja.
B. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan tiga kata kunci (keyword) yaitu Konsep
Tazkiyatun Nafs, Pendidikan akhlak dan Ibnu Qayyim al Jauziyyah.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
7
1. Konsep
Zed menyatakan bahwa konsep adalah “pengertian”, “hasil
tangkapan” pikiran terhadap sesuatu atau gejala tertentu. Terkadang
disebut ide umum atau gagasan tentang sesuatu secara umum sehingga
dapat dibedakan cirinya dari yang lain (Zed, 2015: 19).
Tidak jauh berbeda dengan Zed, Majid mendefinisikan konsep
sebagai sekelompok objek, atau peristiwa atau simbol yang memiliki
karakteristik umum yang sama dan diidentifikasikan dengan nama yang
sama. Misalnya konsep tentang manusia, hari akhir surga dan neraka.
Adapun materi konsep berupa pengertian, definisi, hakikat inti isi (Majid,
2012: 46) .
Soedjadi berpendapat bahwa konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang
pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau Rangkaian kata
(Soedjadi, 2000: 14)
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, konsep memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Rancangan atau buram surat dan sebagainya.
2. Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian dari
peristiwa konkret.
3. Gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain yang mengonsep.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
8
Kesimpulan yang peneliti ambil dari definisi tersebut di atas
adalah bahwa konsep adalah ide atau gagasan yang mewakili suatu objek,
proses atau apapun dengan karakteristik atau ciri umum yang sama.
Materi konsep berupa pengertian, definisi dan hakikat inti isi.
Setiap peneliti memiliki perbedaan dalam menuangkan ide atau
gagasannya, dalam penelitian ini peneliti membatasi penguraian konsep
tazkiyatun nafs Ibnu Qayyim pada empat hal, yaitu pengertian, tujuan,
metode dan manfaat.
2. Perspektif
Pengertian perspektif menurut para pakar adalah sebagai berikut :
a. Ardianto dan Q. Anees
Perspektif adalah cara pandang atau sudut pandang kita terhadap
sesuatu (Ardianto, 2007).
b. Martono
Martono menyebutkan bahwa perspektif adalah suatu cara
pandang terhadap sesuatu masalah yang terjadi, atau sudut pandang
tertentu yang digunakan dalam melihat suatu fenomena.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa perspektif merupakan cara pandang atau sudut
pandang terhadap sesuatu.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
9
3. Tazkiyatun Nafs
a. Pengertian Tazkiyatun Nafs
Meninjau dari segi etimologis, Tazkiyatun Nafs terdiri dari dua
kata, yaitu tazkiyah dan an-nafs. Lafadz bentuk masdar dari
fi‟l madhi (lampau) dan dari fi‟l mudhori yang artinya
“mensucikan” atau “membersihkan”, sebagian ulama mengartikan
pula ”tumbuh besar” dan ”makin banyak” (Yunus, 2007 : 156).
Lafadz -- memiliki arti Roh, nyawa, tubuh
diri seseorang, darah, niat, orang, kehendak (Yunus, 2007 : 462).
Sedangkan lafadz dalam al-Quran memiliki makna
bervariasi, diantaranya adalah :
1) Pertama, “nafs” yang diartikan sebagai jiwa, sesuai dengan
makna kandungan surat al-Fajr : 27-30.
” Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku”
2) Kedua, ”nafs didefinisikan sebagai ”nyawa”, terdapat dalam
surat Ali Imran: 185
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
10
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”
3) Ketiga, surat Yusuf: 53 menggunakan arti lafadz “hawa nafsu”.
“ Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”
4) Keempat, beberapa tokoh memaknainya dengan “kekuatan” atau
“ego” sebagaimana terdapat dalam surat al-An‟am : 164.
“ Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,
Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah
seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
11
kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan."
Dalam bahasa Arab lafadz identik dengan istilah jiwa,
sebagaimana istilah ini digunakan dalam bahasa indonesia.
Bahasa Yunani menyebutkan jiwa dengan “psyche” serta kata
“soul” dipergunakan dalam bahasa inggris (Asy‟arie, : 24-25).
Adz-Dzaky menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
penyucian diri (tazkiah) ialah suatu upaya untuk menghilangkan
atau melenyapkan segala kotoran dan najis yang terdapat dalam
diri seseorang secara psikologis dan rohaniah. Sedangkan objek
yang disucikan adalah bekasan pengingkaran dan kedurhakaan
yang melekat pada jiwa, qalb, akal fikiran, inderawi dan fisik,
sehingga cahaya ketuhanan tidak dapat memancarkan sinarnya
atau cahaya itu kembali kehadirat Allah subhana wa ta‟ala
dikarenakan kekotoran tempat pelabuhannya kotor (Adz-Dzaky,
2004 : 433).
Melihat dari beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa Tazkiyatun Nafs adalah penyucian jiwa. Walaupun para ahli
berbeda pandangan dan metode dalam upaya mensucikan jiwa, namun
dapat dikatakan bahwa semuanya mengacu kepada satu tujuan yaitu
kebersihan atau kesucian jiwa. Selanjutnya istilah penyucian jiwa dalam
penelitian ini peneliti menggunakan istilah Tazkiyatun Nafs.
4. Pendidikan Islam
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
12
a. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah perubahan sikap dan tingkah laku
sesuai dengan ajaran Islam. Secara umum, pendidikan Islam adalah
pembentukkan kepribadian Islam, karena pendidikan Islam itu lebih
banyak ditunjukkan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun
orang lain (Daradjat, 2000: 28). Pendidikan Islam menurut Mujib
(2006: 27), adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-
nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan potensinya
guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dunia dan
akhirat.
Menurut para ahli sebagaimana dikutip oleh Mansyur (2009:
328) Pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1) Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Islam adalah
bimbinhgan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Isla menjuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut aturan-aturan Islam
2) Menurut Muhaimin, pendidikan agama Islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktifitas asasi sebagai profesi diantara profesi-
profesi asasi dalam masyarakat.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
13
Berdasarkan definsisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah suatu proses untuk menanamkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik untuk
membentuk kepribadian muslim sehingga akan terwujud
kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
b. Sumber Pendidikan Islam
Pendidikan islam sebagai usaha yang dilakukan untuk
mendidik manusia supaya dapat tumbuh dan berkembang serta
memiliki potensi atau kemampua sebagaimana mestinya, tentu juga
memiliki landasan. Mujib (2008 : 31-34) menyebutkan sumber
pendidikan Islam terbagi menjadi:
1) Al Qur‟an
Pendidikan Islam yang ideal selamanya harus mengacu
pada nilai dasar al-Qur‟an. Di dalam al-Qur‟an memuat Sejarah
Pendidikan Islam dan nilai-nilai normatif pendidikan Islam, hal
itu sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan Islam.
2) As-Sunnah
Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada
Nabi, dalam as-Sunnah banyak digambarkan corak pendidikan
yang dicontohkan oleh Nabi.
3) Kata-kata Sahabat (Madzhab Shahabi)
Mengutip Fazlurrahman, bahwa sahabat memiliki
karakteristik :
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
14
(a) Tradisi yang sesuai sunnahm karena langsung bertemu Nabi
(b) Kandungan yang khusus dan aktual tradisi sahabat sebagian
besar produk sendiri.
(c) Unsur kreatif dari kandungan merupakan ijtihad personal
yang telah mengalami kristalisasi dalam ijma‟.
(d) Praktik alamiahsahabat identik dengan ijma‟
4) Kemaslahatan umat (Mashalil al-Mursalah)
Kemaslahatan umat yang dapat dijadikan sumber
setidaknya memiliki tiga kriteria sebagai berikut
(a) Benar-benar membawa kemaslahatan dan menolak
kerusakan-kerusakan
(b) Bersifat universal
(c) Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an dan Hadits
5) Tradisi atau adat kebiasaan masyarakat („urf)
Tradisi dapat digunakan sebagai sumber pendidikan
Islam dengan syarat :
(a) Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah
(b) Tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang
sejahtera
(c) Tidak menimbulkan kemudharatan
6) Ijtihad
Ijtihad dilakukan jika seautu keadaan tidak ditemukan
sumbernya di dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah, jika hasil ijtihad
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
15
maka ia mendapat dua pahala, jika salah maka ia mendapat satu
pahala karena kesungguhannya.
c. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam ialah membina dan mengembalikan
manusia kepada fitrahnya, yaitu kepada rububbiyyah sehingga
mewujudkan manusia yang berjiwa tauhid, takwa kepada Allah
SWT, rajin beramal shalih, serta berakhlakul karimah (Muchtar,
2008: 128)
Menurut Daradjat (2011: 29), tujuan pendidikan Islam
meliputi tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan
operasional sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula
dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan
Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan
institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.
Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui
proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan
keyakinan akan kebenarannya.
2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
16
pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah
dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan,
lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena
itulah, pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang
yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu
mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak
luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan
bukan dalam pendidikan formal.
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa
sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhan, sekurang-
kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi
anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan
suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
merupakan lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak
dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya
sudah harus kelihatan.
4) Tujuan Operasional
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
17
Tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak
didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat
operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan
kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi
kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya,
dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan,
mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal
kecil. Pada masa permulaan yang penting ialah anak didik
mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah
(ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan
dan ketrampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan
sebagian kemampuan dan ketrampilan insan kamil yang
semakin sempurna (meningkat).
Pendidikan Islam memiliki tujuan umum, akhir,
sementara dan operasional yang menjelaskan bahwa pendidikan
Islam melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan tujuan pendidikan yang telah dicapai untuk
menjadi insan kamil dengan pola takwa yang dituntut memiliki
ketrampilan dan kemampuan tertentu. Tujuan pendidikan Islam
terkait erat dengan tujuan penciptaan manusia sebagai Khalifah
dan Abdullah.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
18
Muzzayin arifin (2009: 34) menguraikan tujuan pendidikan
Islam adalah dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal islami
yang dapat dikategorikan sbb:
1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan
kesejahteraan hidup di dunia. nilai ini mendorong manusia utk
mengelola dan memanfaatkan dunia agar menjadi bekal
kehidupan di akhirat.
2) Dimensi yang mendorong manusia untuk berusaha keras meraih
kehidupan yg membahagiakan di akhirat. tidak terbelenggu oleh
khdupan di dunia dan memberantas kemiskinan yang bisa jadi
ancaman yang menjerumuskan kepada kekafiran.
3) Dimensi yang mengandung nilai yang memadukan
(mengintegrasikan ) antara kepentingan hidup duniawi dan
ukhrawi. keseimbangan dan keserasian keduanya menjadi
penangkal dari pengaruh negatif.
Melihat beberapa pengertian di atas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina dan
mengembalikan manusia kepada fitrahnya sehingga terbentuk insan
kamil yang berorientasi kepada kesejahteraan hidup dunia dan
akhirat.
d. Materi Pendidikan Islam
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
19
Menurut buku Pendidikan Anak dalam Islam, Abdullah
Nashih „Ulwan menyebutkan materi pendidikan Islam yang menjadi
tanggung jawab para pendidik adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan Keimanan
Pendidikan Keimanan meliputi beberapa hal, yaitu :
a) Membuka kehidupan anak dengan kalimat tauhid
b) Mengajarkan perkara Halal-haram setelah ia berakal
c) Memerintah beribadah saat anak tuhuh tahun („Ulwan, 2015
: 112).
2) Pendidikan Moral
Mencakup pengetahuan tentang moral yang baik dan
tidak, serta mengarahkan agar seseorang memiliki moral yang
baik („Ulwan, 2015 : 131).
3) Pendidikan Fisik/jasmani
Berisi materi yang diberikan dengan tujuan untuk
menjaga kesehatan fisik dengan berbagai metode („Ulwan, 2015
: 163).
4) Pendidikan Rasio/akal
Pendidikan akal meliputi Kewajiban mengajar, tanggung
jawab pertumbuhan kesadaran intelektual dan tanggung jawab
kesehatan akal („Ulwan, 2015 : 200).
5) Pendidikan Kejiwaan
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
20
Materi ini meliputi menjauhi perasaan minder, takut,
memiliki kekurangan dan Hasad („Ulwan, 2015 : 239).
6) Pendidikan Sosial Masyarakat
Meliputi Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia da
menjaga hak orang lain („Ulwan, 2015 : 290).
7) Pendidikan Seksual
Materi ini meliputi hal-hal tentang seksual. Bagaimana
seseorang mengenali dirinya sebagai laki-laki atau perempuan
dan bagaimana ia bersikap sesuai dengan kodrat masing-masing
(„Ulwan, 2015: 424).
e. Metode Pendidikan Islam
Mujib (2008 : 179) menjelaskan beberapa metode dalam
pendidikan Islam :
1) Metode Diakronis
Metode diakronis adalah metode mengajar ajaran Islam
dengan menonjolkan aspek sejarah, disebut juga metode
sosiohistoris. Wilayah metode ini lebih mengarah pada aspek
kognitif.
2) Metode Sinkronis-Analisis
Merupakan suatu metode pendidikan Islam yang
memberi kemampuan analisis-teoritis yang sangat berguna bagi
perkembangan keimanan dan mental intelek. dilakukan dengan
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
21
berbagai teknik pengajaran, seperti diskusi, seminar, loka karya
dan sebagainya
3) Metode Problem Solving (Hill al-Musykilat)
Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang
dihadapkan pada berbagai masalah suatu cabang ilmu
pengetahuan dengan solusinya.
4) Metode Empiris (Tajribiyah)
Merupakan suatu metode mengajar yang memungkinkan
peserta didik mempelajari ajaran Islam melalui proses realisasi,
aktualisasi, serta internalisasi norma-norma dan kaidah Islam
melalui proses aplikasi yang menimbulkan interaksi sosial,
kemudian secara deskriptif proses-proses interaksi dapat
dirumuskan dalam suatu sistem norma baru (Tajdid).
5) Metode Induktif (al-Istiqraiyah)
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara
mengajarkan materi yang khusus (juz‟iyah) menuju pada
kesimpulan yang umum.
6) Metode Deduktif
Metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran
ajaran Islam melali cara menampilkan kaidah yang umum
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
22
kemudian menjabarkannya dengan berbagai contoh masalah
sehingga menjadi terurai.
5. Penegasan Istilah
Konsep tazkiyatun nafs Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam perspektif
pendidikan Islam dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep tersebut
dipandang dari sisi pendidikan Islam.
Konsep Tazkiyatun Nafs…, Dwi Murtanti, Fakultas Agama Islam UMP, 2017