bab ii landasan teori a. kajian teori 1. olahraga bola...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Olahraga Bola Basket
Bola basket merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua regu.
Masing-masing regu terdiri dari lima pemain, dimana tiap regu berusaha
memasukkan bola ke dalam keranjang dan mencegah lawan mencetak angka dan tim
dengan poin terbanyak yang akan menjadi pemenangnya (Peraturan Perbasi, 2006:1).
Bola basket adalah salah satu jenis permainan yang termasuk olahraga permainan.
Permainan olahraga bola basket termasuk permainan yang menggunakan bola besar.
Sampai saat ini permainan bola basket mulai berkembang kearah yang lebih baik,
sebagai bukti belakangan ini geliat permainan dan olahraga bola basket sudah mulai
terlihat dengan sering diadakan kompetisi oleh berbagai pihak dengan bantuan
sponsor dan mempunyai tempat yang cukup tepat di hati masyarakat khususnya para
remaja.
Bola basket dimainkan oleh 2 (dua) tim yang masing-masing terdiri dari 5
(lima) pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke
keranjang lawan dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka atau disebut
dengan bertahan atau deffense (Perbasi, 2010:1). Lapangan permainan harus rata,
memiliki permukaan keras yang bebas dari sesuatu yang menghalangi pemain saat
berada dilapangan, lapangan basket memiliki ukuran panjang 28 m dan lebar 15 m
yang diukur dari sisi dalam garis batas (Perbasi, 2010:1). Berikut ini gambar
lapangan bola basket:
Gambar 1. Lapangan Bola Basket
(Perbasi, 2010:3)
8
1
9
Kedua papan pantul terbuat dari kayu keras atau bahan yang tembus
pandang (transparan) dengan tebal 3 cm sesuai dengan kekerasan kayu, lebarnya 1,80
m dan tingginya 1,20 m. permukaannya rata dan bila tidak tembus pandang harus
berwarna putih. Permukaan ini ditandai dengan: di belakang ring dibuat petak
persegi panjang dengan ukuran 59 cm dan tingginya 45 cm dengan lebar garis 5 cm.
Garis dasar berbentuk empat persegi panjang tersebut dibuat rata dengan ring (Imam
Sodikun, 1992:82). Berikut adalah gambar papan pantul tersebut :
Gambar 2. Papan Pantul Bola Basket
(Imam Sodikun, 1992:82)
Keranjang yang diserang oleh suatu tim adalah keranjang lawan dan
keranjang yang dipertahankan oleh suatu tim adalah keranjang sendiri (Perbasi,
2010:1). Keranjang atau basket terdiri dari ring atau simpai dan jala. Simpai terbuat
dari lingkaran besi yang keras, garis tengahnya 45 cm dan berwarna jingga. Garis
tengah besi simpai tersebut 20 mm dengan sedikit tambahan lengkungan besi kecil di
bawah simpai tempat memasang jala. Simpai harus dipasang kokoh pada papan
pantul dan terletak mendatar di atas lantai dan jarak tepi bawah simpai dengan lantai
setinggi 3,05 m.
Jarak terdekat dari bagian dalam tepi simpai 15 cm dari permukaan papan
pantul. Jala terbuat dari tambang putih teranyam dan tergantung sedemikian rupa
sehingga dapat menahan bola masuk keranjang/basket, kemudian terus jatuh ke
bawah. Panjang jala adalah 40 cm (Imam Sodikun, 1992:83). Berikut ini adalah
gambar dan ukuran ring dalam permainan bola basket :
10
Gambar 3. Keranjang/Ring Bola Basket
(Imam Sodikun, 1992:82)
Dalam permainan bola basket, bola yang digunakan adalah bola yang betul-betul
bundar terbuat dari kulit, karet atau bahan sintesis. Kelilingnya antar 75-78 cm dengan
berat antara 600-650 gram. Bola dipompa secukupnya sehingga kalau dijatuhkan dari
ketinggian 1,80 m, pantulannya antara 1,20-1,40 meter (Imam Sodikun, 1992:84). Ada
tiga ukuran bola basket menurut kelompok pemain, yaitu bola ukuran 5 untuk pemain
tingkat Sekolah Dasar baik laki-laki maupun perempuan. Bola ukuran 6 untuk pemain
tingkat Sekolah Menengah Pertama putera dan puteri, serta pemain putri senior. Bola 7
dipakai untuk kelompok pemain putera Sekolah Menengah Atas dan putera senior.
Pemain dalam bola basket dibolehkan pada posisi apapun, posisi yang paling
umum pada tim dengan 5 pemain adalah pemain 1 sebagai point guard (best ball
handler), pemain 2 sebagai shooting guard (best outsiders), pemain 3 sebagai small
forward (versatile inside dan outside player), pemain 4 sebagai power forward (strong
rebounding forward), dan pemain 5 sebagai pemain tengah (inside score, rebounder dan
shoot blocker) (Hall Wissel, 2000:2).
a. Teknik Olahraga Bola Basket
Teknik dasar atau fundamental merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam pencapaian suatu prestasi. Karena pemahaman teknik dasar yang baik,
dimungkinkan pemain dapat menampilkan suatu permainan yang bermutu sehingga
dapat menjadi suatu tontonan atau hiburan yang menarik. Teknik dasar yang baik
juga memudahkan pemain dalam menerima instruksi dari pelatih, karena dalam
permainan bola basket ini merupakan olahraga yang memiliki berbagai macam
teknik gerakan.
11
Bola basket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu
gabungan dari jalan, lari, lompat dan unsur kekuatan, kelincahan, kecepatan,
ketepatan, kelenturan dan lain-lain (Imam Sodikun, 1992:35). Dalam hal ini berarti,
gerakannya terdiri dari gabungan unsur gerak yang terkoordinasi dengan baik. Oleh
karena itu, penguasaan gerak yang baik harus dilakukan agar dapat menciptakan
suatu gerakan yang baik pula, sehingga penguasaan terhadap teknik dasar dalam
permainan bola basket harus didahulukan dan diutamakan. Setiap pemain basket
dituntut untuk dapat melakukan setiap unsur gerak yang terangkum dalam berbagai
teknik dasar yang benar. Jika setiap unsur gerak dapat dikuasai, maka setiap pemain
akan mudah mengkombinasikan dan mengembangkan berbagai macam gerakan
dasar.
Tripple threat position adalah bagian penting dalam permainan bola basket,
karenatripple threat position adalah bagian awal untuk melakukan shooting,
menerima passing, dan melakukan dribble. Posisi yang benar yaitu lutut agak
ditekuk atau agak jongkok, siku ditekuk dalam keadaan posisi shooting, posisi badan
harus balance, dan semua persendian harus lentur dan siap. Pemain yang ada pada
posisi tripple threat dengan keadaan seimbang dan benar akan mampu melakukan
offense dengan baik untuk memasukan bola ke ring basket. Latihan tripple threat
position harus dibiasakan, agar pemain merasa nyaman dengan latihan tersebut maka
perlu memberikan pengertian serta tujuan kegunaan latihan tersebut. Pada permainan
bola basket, untuk mendapatkan gerakan efektif dan efisien ini perlu didasarkan pada
penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar mencakup footwork (gerakan kaki),
shooting (menembak), passing (operan) dan menangkap, dribble, rebound, bergerak
dengan bola, bergerak tanpa bola dan bertahan (Hall Wissel, 2000:2). Sedangkan
menurut Danny Kosasih (2008:2), teknik dasar meliputi: body control (mengontrol
badan), moving without the ball (pergerakan tanpa bola), ball handling (penguasaan
bola), passing and catching (mengoper/melempar dan menangkap), dribbling
(menggiring bola), rebound (usaha mengambil bola sesaat setelah shooting tidak
masuk) dan shooting (menembak).
b. Dribble (Menggiring Bola)
Dribble adalah salah satu teknik dalam olahraga bola basket yang pertama
dikenalkan kepada pemain pemula (Jon Oliver, 2004:49). Dribble merupakan salah
12
satu teknik penting dalam olahraga bola basket karena berkaitan dengan penguasaan
bola, karena tanpa menguasai bola maka akan sulit untuk mencetak poin. Dribble
hendaknya diajarkan sejak awal, karena hal tersebut sangat penting untuk
membiasakan pemain dengan bola. Jadi latihan dribble sesuai untuk para pemula
(Keven, 2007:25). Berikut merupakan jenis-jenis menggiring bola menurut Imam
Sodikun:
1) Menggiring bola tinggi untuk kecepatan
2) Menggiring bola rendah untuk kontrol dan penguasaan
3) Menggiring campuran untuk merubah arah gerakan
Kemampuan kondisi fisik juga sangat penting dalam melakukan dribble.
Adapun kemampuan yang diperlukan untuk melakukan dribble adalah sebagai
berikut (M. Sajoto, 1995:8):
1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
2) Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
3) Daya Lentur (flexibility) efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk
segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
4) Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu.
5) Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang mengintregasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara
efektif.
Para pemain muda umumnya cenderung untuk melihat bola pada tahap
permulaan dari kemampuan dalam mengontrol bola. Mereka harus dilatih dan
dianjurkan menggunakan penglihatannya secara terbagi. Mereka harus berusaha
merasakan pantulan serta arah bola saat melakukan dribble, sehingga pergerakan
pergelangan tangan tetap lincah dan mendorong bola ke lantai dengan gerakan yang
terkontrol (Vic Amber, 2006:31). Kedua tangan juga harus dilatih untuk melakukan
dribble dan menjaga agar bola dapat dijauhkan dari lawan saat saling berhadapan.
13
Ketika berusaha menghindarkan diri dari hadangan lawan saat melakukan dribble,
bola dialihkan ke samping tubuh untuk melindungi bola (Hall Wissel, 2000:95).
Dribble dilakukan dengan memantulkan bola basket ke lantai. Setiap kali
bola memantul dan kembali ke tangan, gunakan ujung jari untuk memantulkan bola
kembali ke lantai dengan bantuan pergerakkan pergelangan tangan dan lengan bagian
bawah dan pertahankan posisi tangan tetap di atas bola. Ketika melakukan dribble,
sangat penting untuk tetap menjaga bola dalam kendali. Jaga pantulan bola tetap
rendah, karena semakin cepat dan rendah pantulan bola maka semakin sulit pemain
lawan untuk merebut bola. Salah satu cara untuk merendahkan pantulan bola adalah
pantulkan bola dekat dengan lantai. Karena posisi badan sudah rendahkan (menekuk
lutut dan merendahkan pinggang), seharusnya tidak akan sulit menjaga tinggi
pantulan bola agar tetap ada di antara lutut dan pinggang sehingga bola lebih mudah
dikontrol (Vic Amber, 2006:32).
Kesalahan yang biasa terjadi ketika melakukan dribble dijelaskan sebagai
berikut:
1) Melakukan dribble hanya gerakan poros atau gerakan pergelangan tangan saja
tanpa diikuti gerakan lengan secara keseluruhan, sehingga pantulan bolanya tidak
kuat dan sukar dikontrol (A. Sarumpet, 1992:30).
2) Saat bola bergerak ke atas tidak melekat pada telapak tangan, melainkan ditepuk-
tepuk sehingga berbunyi (A. Sarumpet, 1992:30).
3) Keadaan otot lengan dan tangan tegang (Abdul Rohmin 2008:19)
2. Ball Handling
Ball Handling merupakan dasar dalam permainan olahraga bola basket,
perlu di ketahui permainan bola basket bukan sekedar dribble dan menembak, juga
membutuhkan keterampilan dalam mengolah bola. Sebelum kita mendalami teknik-
teknik dalam bermain bola basket yang lain, kita harus mendalami dulu dasar-dasar
bermain bola basket yang benar atau belajar fundamental dari permainan bola basket.
Karena ball handling merupakan pendasaran atau fundamental movement dribbling,
dengan kata lain terdapat hubungan yang sangat erat antara ball handling dan dribble
(Ananda Dan Taufiq, 2015:2). Arti kata dari ball handling adalah kemampuan
seorang pemain untuk menguasai bola atau bagaimana pemain menyukai dan
menikmati suatu latihan yang akan menentukan seberapa baik teknik passing,
14
dribbling, catching, dan shooting dari seorang pemain (Danny Kosasih, 2008:18).
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran bola basket, maka ball handling adalah
latihan dan pembelajaran penguasaan bola sebagai dasar atau fundamental untuk
melanjutkan ke teknik yang lebih kompleks pada permainan bola basket. menurut
Dre Baldwin (2013) ada beberapa tehnik ball handling, berikut jenis-jenis teknik
metode latihan ball handling:
a. Tap drill: memperpanjang tangan di atas kepala anda dan tekan bola dengan cepat
antara ujung-ujung jari anda. Pekerjaan anda sampai ke lantai dan kemudian
kembali ke atas kepala.
b. Neck circles: memindahkan bola di leher anda dalam gerakan melingkar.
c. Waist circles: memindahkan bola secepat anda dapat sekitar pinggang.
d. Leg circles: memindahkan bola di sekitar lutut kanan saat anda berdiri dengan
kaki selebar bahu terpisah. Kemudian melakukan hal yang sama di sekitar lutut
kiri. Anda juga dapat melakukan ini penanganan bola latihan dengan posisi kaki
anda berdekatan dan menggerakkan bola di sekitar kedua kaki.
e. Waist/leg circle combo: menggabungkan 2 penanganan latihan bola sebelumnya
menjadi satu. Berdirilah dengan kedua kaki bersama-sama. Mulai di pergelangan
kaki dan bekerja di sekitar bola kaki anda. Kemudian beralih ke lutut, kemudian
pinggang dan kemudian kembali ke pergelangan kaki lagi. Bekerja untuk
memperoleh cepat, gerakan fluida dari atas ke bawah.
f. Wall drill: pegang bola di atas kepala dengan kedua tangan berdiri sekitar tiga
meter dari dinding. Bola memantul dari dinding 10 kali dengan tangan kanan dan
kemudian 10 kali dengan tangan kiri menggunakan atas, daerah bantalan jari-jari
anda. Hal ini mungkin agak sulit ketika anda pertama kali mencoba, tetapi akan
membantu anda mengembangkan perasaan yang tepat untuk bola.
g. Ricochet: sementara berdiri tegak dengan kaki anda terbuka lebar, bola memantul
keras di antara kaki anda dan kemudian menangkapnya di belakang anda dengan
kedua tangan.
h. Pretzel: meletakkan satu tangan pada bola di depan kaki dan satu tangan pada
bola di belakang kaki sambil berdiri dengan kaki selebar bahu. Drop bola dan
membalik posisi tangan anda. Cobalah melakukan hal ini terus-menerus bola
latihan penanganan secepat mungkin.
15
i. Run in place: membungkuk sambil berlari di tempat. Memindahkan bola di
belakang kaki kanan anda dengan tangan kanan dan kemudian di belakang kaki
kiri dengan tangan kiri. Terus melakukan hal ini ketika sedang yakin untuk
menjaga kaki anda dalam garis lurus.
j. Straddle flip: pegang bola dengan kedua tangan di depan kaki anda sambil berdiri
dengan kaki selebar bahu. Menjatuhkan bola, ayunan tangan anda ke bagian
belakang kaki anda dan menangkap bola sebelum dapat mencapai lantai. Lalu
menjatuhkan bola sekali lagi, ayunkan tangan ke depan dan menangkap di sana.
Ulangi latihan penanganan bola ini berulang-ulang secepat mungkin.
k. Figure eight: berdirilah dengan lutut tentang selebar bahu dan membungkuk
sedikit. Dengan bola di tangan kanan, melewati di antara kaki anda dalam sebuah
angka delapan gerakan tangan kiri anda. Ayunan bola ke depan dan kemudian
lulus dari tangan kiri ke tangan kanan anda melalui kaki. Seperti penanganan
seluruh bola latihan, mulailah pelan pelan dan meningkatkan kecepatan ketika
anda mendapatkan lebih nyaman.
l. Figure eight: serupa dengan bola delapan penanganan. Berdirilah dengan lutut
tentang selebar bahu dan membungkuk sedikit. Dengan bola di tangan kanan,
menggiring bola di antara kaki anda dalam sebuah angka delapan gerakan tangan
kiri anda. Ayunan bola ke depan dan kemudian menggiring bola itu dari tangan
kiri ke tangan kanan anda di angka delapan pola yang sama melalui kaki.
Mulailah pelan pelan dan meningkatkan kecepatan ketika anda mendapatkan lebih
nyaman.
m. Bongo dribble: untuk penanganan bola bor, dapatkan di lutut dan mendribel bola
secepat anda bisa, bolak-balik tangan seolah-olah anda sedang memainkan bongo
drum set.
n. Leg circles: berdirilah dengan kaki selebar bahu terpisah. Mendribel bola di
sekitar kaki kanan anda menggunakan tangan kanan dan kiri. Kemudian ulangi
bola yang sama menangani bor di sekitar kaki kiri.
o. Two ball dribble: latihan dribble dengan memantulkan dua bola menggunakan
tangan kanan dan kiri.
p. Dribble crossover: latihan dribble dengan mengarahkan bola ke kanan dan ke kiri
dengan cara mengayunkan lengan di depan badan.
16
q. Draw the picture: berdiri di satu tempat dan mendribel bola dalam sebuah
lingkaran, salib, persegi dan berbeda abjad. Lakukan ini dengan baik kanan dan
tangan kiri.
r. Wall drill: bouncing bola secepat mungkin ke atas dan bawah dinding. Mulai
setinggi nyaman dapat mencapai, bekerja turun ke lantai dan kemudian kembali
lagi menggunakan tangan kanan dan kemudian kiri.
s. Seesaw: posisi diri dalam berbagai sikap dan mental bola di belakang kaki anda
bolak-balik antara tangan kiri dan kanan.
t. 360 degree dribble: dribble dalam lingkaran menggunakan kaki kanan sebagai
poros kaki. Menggiring bola dengan tangan kanan anda membuat kedua depan
dan sebaliknya pivot dan kemudian melakukan hal yang sama dengan
menggunakan tangan kiri anda untuk menggiring bola. Ulangi latihan ini
penanganan bola menggunakan kaki kiri sebagai poros.
u. Typewriter dribble: dapatkan pada lutut dan menggunakan satu jari pada satu
waktu untuk menggiring bola dengan. Ulangi latihan penanganan bola ini dengan
semua jari-jari anda, bahkan ibu jari anda.
v. Front and back: berdirilah dengan kaki selebar bahu dan mendribel bola bolak-
balik antara kaki anda dengan menggunakan tangan yang sama. Mengulangi
penanganan latihan bola ini dengan tangan yang lain.
Metode latihan ball handling dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
kontrol bola dan olah bola sehingga terjadi adaptasi terhadap derakan dalam
mengolah bola, ini merupakan hal paling mendasar dari semua keterampilan dalam
olahraga bola basket. Kemampuan kontrol dan mengolah bola dapat dikuasai dengan
memperbanyak menyetuh bola dalam berbagai situasi dan kegiatan. Mampu
mengontrol bola sambil memeriksa hal sekitar adalah keterampilan yang penting,
seperti halnya mengontrol bola menggunakan tangan kidal. Sesungguhnya
mengontrol bola tidak hanya terbatas satu tangan saja melainkan melibatkan seluruh
tubuh. Beragam keterampilan kontrol dan olah bola dibutuhkan karena olahrga bola
basket adalah olahraga yang bersifat dinamis, dan selalu berubah. Perubahan
keterampilan tergantung pada unsur-unsur tertentu, seperti posisi bola terhadap posisi
badan, terhadap tim dan lawan, serta terhadap posisi pemain itu sendiri di lapangan.
Memainkan bola dalam posisi diam, kemudian menambah gerak, dan berlanjut
17
berinteraksi dengan pemain lain merupakan perkembangan yang penting untuk
membantu mempelajari keterampilan-keterampilan gerak yang selalu berubah sesuai
dengan kondisi di lapangan (Keven, 2007:25).
Latihan yang digunakan pada penelitian ini adalah dribble crossover dan
two ball dribble, berikut penjelasan mengenai dua jenis latihan ball handling yang
digunakan sebagai treatmen:
a. Dribble crossover
Salah satu teknik dribble yaitu dribble crossover. Crossover adalah teknik
dribble yang digunakan untuk mengecoh dan menipu pemain bertahan lawan
dengan mengubah arah pantulan bola. Dribble crossover juga merupakan bagian
dari ball handling sehingga dapat dijadikan sebagai suatu bentuk latihan. Gerakan
dribble crossover ini adalah teknik penguasaan bola yang bertujuan menghindari
lawan dengan mengubah arah bola dengan, pemain seakan-akan melaukan dribble
ke arah kiri lawan tetapi dengan tiba-tiba mengubah arah dribble ke kanan dengan
cepat (Ibrahim, 2008:70). Jadi agar keterampilan dribble dapat berkembang
sehingga dapat mengecoh lawan saat bertanding maka latihan dribble crossover
perlu dilatih. Menurut Hall Wissel (2000:04) tahapan pelaksanaan dribble
crossover dibagi menjadi fase persiapan dan fase pelaksanaan. Fase tersebut
terdiri dari:
1) Fase persiapan
a. Angkat kepala dan lihat ke depan
b. Kontrol dribble sebatas lutut
c. Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola
2) Fase pelaksanaan
a. Angkat kepala dan lihat ke depan
b. Silangkan bola ke depan pada sudut belakang
c. Dribble bola dekat badan
d. Kontrol dribble sebatas lutut
e. Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola
Pemain melakukan dribble di depan badannya, lalu memantulkan bola ke
tangan yang berlawanan dengan mengayunkan lengan menyilang di depan badan
ke arah dalam. Dengan memalsukan pergerakannya, pemain penyerang dapat
18
membuat pemain bertahan lawan bergerak menuju tangan yang memiliki bola,
lalu dengan cepat memindahkannya ke tangan satunya, membuat pemain dapat
melewati lawan atau mengoper bola ketika lawan kehilangan keseimbangan.
Ketika melakukan dribble crossover, sebaiknya badan tidak dalam posisi tegak
lurus. Karena dengan posisi ini, bola membutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk memantul dari badan bagian atas ke lantai dan kembali lagi ke atas,
membuat bola lebih mudah dicuri pemain lawan. Sebelum melakukan dribble
crossover, ubah sikap badan menjadi lebih rendah, kemudian buka kaki selebar
bahu. Lutut ditekuk dan pinggul sedikit direndahkan (sama seperti ketika duduk di
kursi). Posisi kepala dan tubuh bagian atas dalam kondisi tegak. Ini adalah posisi
dasar yang baik dan stabil serta posisi ini melindungi bola dari penjagaan lawan
dan memberikan kemampuan gerak yang baik untuk melewati hadangan lawan
(Ibrahim, 2008:70).
Gambar 4. Dribble Crossover
(www.basketballtraininggrounds.com)
b. Two ball dribble
Two ball dribble merupakan salah satu bentuk dari latihan ball handling.
two ball dribble adalah gerakan men-dribble bola dengan menggunakan dua bola
secara bersamaan untuk melakukan latihan dribble, latihan ini merupakan variasi
dari push pull dribble (Ibrahim, 2008:66). Latihan two ball dribble dapat
dilakukan dengan tanpa berpindah tempat maupun sambil berjalan atau berlari.
Tentunya hal tersebut memiliki perbedaan tingkat kesulitan. Karena melakukan
dribble dengan dua bola membutuhkan konsentrasi yang lebih banyak dibanding
melakukan dribble menggunakan satu bola. Dribble bisa dilakukan dengan tangan
kanan dan kiri secara bergantian atau secara bersamaan (Keven, 2007:34).
Cara melakukan latihan two ball dribble memerlukan pengontrolan tenaga
dalam men-dribble bola, berikut cara melakukannya menurut Ibrahim (2007:66):
19
1) Posisikan kedua kaki dengan posisi kuda-kuda yang kokoh
2) Badan rileks dan pandangan lurus ke depan
3) Dengan kedua bola berada dikedua tangan, pantulkan bola dengan tenaga dan
tangkap kembali dengan meredam tenaga pantulan bola
4) Jangan melawan tenaga pantulan dengan tenaga berlebihan kerena akan
membuat bola hilang kontrol
5) Pantulkan bola dengan sekuat tenagakemudian ontrol dengan menggunakan
pergelangan tangan
Keterampilan dribble dapat berkembang apabila didukung dengan kekuatan,
kecepatan, kelincahan, fleksibilitas, dan kordinasi yang baik (Marta Dinata,
2008:35). Latihan two ball dribble merupakan latihan dengan mendribel dua bola
sekaligus yang tentunya membutuhkan koordinasi yang lebih baik dibanding
dribble menggunakan satu bola. Kekuatan kedua lengan juga akan lebih terlatih
otot-otonya dalam beradaptasi untuk menjaga bola agar tetap terpantul dengan
baik, hal tersebut menunjukan bahwa kekuatan tangan sangat dibutuhkan dalam
upaya memantulkan bola. Latihan ini pada saat dilakukan dengan posisi dribble di
tempat juga membutuhkan kekuatan kaki yang baik karena posisi dribble yang
benar adalah lutut ditekuk dengan mendorong bagian pantat ke belakang sehingga
lutut tidak melebihi ujung kaki serta posisi badan tegak dan condong ke depan.
Pada posisi tersebut otot-otot tungkai akan berkontraksi untuk menahan beban
berat badan, sehingga latihan ini juga dapat memperkuat otot-otot tungkai.
Latihan ini juga dapat dilakukan dengan menggiring dua bola ke segala arah
(motion dribble), sehingga pada variasi latihan ini juga bertujuan untuk melatih
kecepatan serta kelincahan pemain dalam menggiring bola sehingga koordinasi
yang dibutuhkan menjadi lebih tinggi (Nuril Ahmadi, 2007:17).
Gambar 5. Two Ball Dribble
(www.ehow.com)
20
c. Kecepatan dribble
Speed dribble atau pergerakan men-dribble bola dengan cepat sangatlah
berguna ketika pemain penyerang tidak dijaga ketat, ketika pemain harus cepat
membawa bola ke daerah yang kosong ketika di lapangan, dan ketika pemain
harus cepat mencapai ring (Hall Wissel, 2000:94). Speed dribble sering digunakan
dalam situasi permainan serangan balik cepat (fast break), yakni saat pemain
bertahan berada di belakang. Tahapan fase pelaksaannya perlu memperhatikan
kontrol bola saat dribble dan kecepatan bola (Hall Wissel, 2000:97), dengan
tahapannya sebagai berikut:
1) Angkat kepala dan lihat ke depan
2) Dribble bola dekat badan atau bisa juga lempar bola beberapa meter ke depan
lalu kejar
3) Dribble bola ke depan sebatas pinggang untuk kontrol bola dan untuk
memperoleh kecepantan driblle bola setinggi lutun atau lebih rendah
4) Bola lepas dari tangan sebelum mengayunkan kaki pivot
5) Dribble bola dengan ujung jari
6) Pergelangan yang kuat dan jari dibengkokkan
7) Badan dan tangan yang tidak men-dribble melindungi bola
Teknik ini dilakukan dengan dengan lari sprint melintas lapangan sambil
men-dribble bola cukup tinggi dan jauh di depan badan, sehingga dalam
melakukan teknik ini diperlukan kecepatan dalam berlari. Tetapi dalam kondisi
untuk melewati lawan kecepatan dribble yang digukan tidak seperti itu, tetapi
pemain akan melakukan dribble dengan bola selalu dekat dengannya dan dalam
penguasaan penuh. Kerena itu kecepetan dribble atau sering disebut dengan speed
dribble juga dapat digunakan untuk melakukan attacking dribble, yaitu teknik
dribble yang dilakukan dengan posisi lutut agak ditekuk dan badan tegak condong
ke depan sehingga posisi badan menjadi rendah kemudian kaki melakukan
dorongan ke depan dengan cepat dan kuat (Keven, 2007:27).
21
3. Pemain Tingkat Intermediet
Pengetahuan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan gerak
merupakan sebagian landasan ilmiah yang sangat diperlukan oleh pelatih olahraga
agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Pemahaman mengenai sifat
pertumbuhan dan perkembangan pada setiap fase perkembangan akan memberikan
kemungkinan bagi pelatih untuk memberi perlakuan para atletnya dengan lebih baik,
sehingga peru pula memahami peristilahan dalam studi perkembangan (LANKOR,
2007:103), sebagai berikut:
a. Pertumbuhan (growth) adalah peningkatan ukuran tubuh, sebagai hasil
penyempurnaan bagian-bagian tubuh.
b. Perkembangan (development) adalah peningkatan kapasitas fungsi dan
kemampuan kerja organ-organ tubuh.
c. Kematangan (maturation) adalah peningkatan atau kemajuan yang bersifat
kualitatif dalam hal perkembangan biologis.
d. Penuaan (aging) adalah proses penurunan kualitas organik yang berakibatkan
karena bertambah usia.
Periodisasi perkembangan perkembangan berdasarkan kecenderungan sifat
perkembangan yang terjadi pada individu pada umumnya, sepanjang hidup manusia
dapat diidentifikasikan periodisasi fase-fase perkembangan yang disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel. 1 Fase Perkembangan Manusia
(LANKOR, 2007:105)
Fase Perkembangan Batasan Usia
Fase sebelum lahir:
1. Awal
2. Embrio
3. Janin
Selama 9 bulan 10 hari
Saat pembuahan sampai 2 minggu
2 sampai 8 minggu
8 minggu sampai menjelang bayi lahir
Bayi Saat lahir sampai 1 atau 2 tahun
Neonatal Saat lahir sampai 4 minggu
Anak kecil 1 atau 2 sampai 6 tahun
Anak besar perempuan 6 sampai 10 tahun
Anak besar laki-laki 6 sampai 12 tahun
Adolesensi perempuan 10 sampai 18 tahun
Adolesensi laki-laki 12 sampai 20 tahun
Dewasa muda 18 atau 20 sampai 40 tahun
Dewasa madya 40 sampai 60 tahun
Dewasa tua (usia lanjut) Lebih dari 60 tahun
22
Tabel di atas menunjukan pada masa adolesensi merupakan masa transisi
atau peralihan dari anak menjadi dewasa. Masa adolesensi untuk perempuan 10
samapai 18 tahun, laki-laki usia 12 sampai 20 tahun (LANKOR, 2007:105). Usia
latihan berdasarkan teori perkembangan dan pertumbuhan tersebut sama halnya yang
disebutkan oleh Harsono (1998:111),”tahapan spesialisasi dimulai pada umur 11-13
tahun dan tahap prestasi top dimulai pada usia 18-24 tahun”. Menurut Sugiyanto
dalam LANKOR (2007:110) pertumbuhan dan perkembangan adolesensi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan ukuran tubuh pada awalnya mengalami percepatan, kemudian
melambat dan berhenti. Laki-laki cenderung menjadi relatif lebih tinggi dan lebih
besar. Togok laki-laki relatif tumbuh lebih cepat dibanding kaki dan tangan, bahu
melebar, dada makin bidang. Pinggul pada perempuan melebar dan membesar,
buah dada membesar. Tipe tubuh individu semakin jelas. Perkembangan jaringan
tubuh pada laki-laki semakin berotot, sedangkan perempuan semakin berlemak.
Perubahan fisiologis, penurunan denyut nadi bazal. Terjadi peningkatan
temperatur tubuh bazal. Tekanan darah sitolik meningkat. Peningkatan volume
pernapasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernapasan maksimum.
b. Perkembangan kemampuan fisik
Perkembangan kemampuan fisik yang menonjol adalah kekuatan,
kecepatan, ketahanan kardiovaskular. Laki-laki peningkatannya lebih besar
dibandingkan perempuan.
c. Perkembangan kemampuan gerak
Laki-laki mengalami perkembangan lebih besar dibanding perempuan.
Selain itu laki-laki terus meningkat kemampuan gerak yang memerlukan
kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan ketahanan.
d. Aktifitas fisik yang diperlukan
Masa adolesensi merupakan masa yang baik untuk meningkatkan
pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan penyempurnaan keterampilan
gerak melalui kegiatan olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan dapat berupa
olahraga perorangan, berpasangan, dan beregu.
23
4. Sistem Energi Predominan Olahraga Bola Basket
Pemahaman sistem energi predominan pada cabang olahraga sangat penting
untuk menentukan secara tepat bentuk latihan yang sesuai agar dapat meningkatkan
prestasi atlet (Fox, dkk, 1988). Misalnya untuk cabang olahraga dengan energi
predominan anaerobik, bentuk latihan diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas
anaerobik. Untuk menentukan sistem energi predominan pada cabang olahraga
dapat diperkirakan dasarnya pada aktivitas fisik yang dominan dan lama waktu
yang dibutuhkan pada olahraga tersebut. Diketahuinya sistem energi predominan
pada cabang olahraga, akan memudahkan menyusun program latihan untuk
mencapai prestasi maksimal.
Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi (Davis, 1989:52)
Keterangan:
ATP: Adenosina trifosfat
PC: Phosphocreatine
Lactic acid system: Sistem asam laktat
Oxygen system: Sistem oksigen
Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang membutuhkan energi ATP.
Energi tersebut digunakan otot untuk kontraksi sehingga menimbulkan gerakan-
gerakan sebagai aktivitas fisik. Menurut Fox dan Bowers (1988) ATP paling banyak
ditimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi
ATP yang tertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6
ATP-PC System Lactic acid system Oxygen system
anaerobic anaerobic Aerobic
Sangat cepat Cepat Lambat
Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar
makanan: glycogen
Bahan bakar makanan:
glycogen, lemak, dan protein
Produksi ATP sangat
terbatas
Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak terbatas
Penyimpanan dalam
bentuk terbatas
Efek samping asam
laktat yang
menyebabkan otot
lelah
Efek samping tidak
menyebabkan otot lelah
Menggunakan aktifitas
lari cepat atau berbagai
power tinggi, lama
aktifitas pendek
Menggunakan
aktifitas antara 1 – 3
menit
Menggunakaan daya tahan
atau aktifitas dengan durasi
panjang
24
m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat
selama 3-8 detik (Katch dan Mc Ardle, 1986). Karena gerakan dribble dilakukan
untuk aktivitas yang relatif lama dalam olahraga bola basket, perlu segera dibentuk
ATP kembali. Kapasitas anaerobic adalah banyaknya kerja yang dapat dilakukan
dengan menggunakan system kerja anaerobik (Pate,1984:220). Kegiatan tersebut
berlangsung dalam waktu yang pendek dan memerlukan energi segera (anaerobik).
Energi yang berperan dalam kondisi ini adalah sistem ATP dan Posphocreatin
(Bompa,1994:293). Proses pembentukan ATP dalam otot secara sederhana dapat
diperoleh melalui sistem energi anaerobik, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem ATP - PC (Phosphagen System)
ATP ADP + Pi + Energi , merupakan ATP yang tersedia dapat digunakan untuk
aktivitas fisik selama 1-2 detik.
CP + ADP C + ATP, merupakan ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk
aktivitas fisik selama 6-8 detik.
b. Sistem Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System)
Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktat , merupakanATP yang
terbentuk dan dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 - 120 detik.
5. Prinsip-Prinsip Latihan
Prinsip latihan merupakan pedoman agar tujuan latihan dapat dicapai sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Prinsip latihan berperan penting terhadap aspek
yaitu aspek fisiologis dan psikologis. Dengan menaati prinsip-prinsip latihan, akan
mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan, selain itu juga menghindari
cedera selama latihan (Giri Wiarto, 2013:153). Prinsip-prinsip latihan yang perlu
ditaati dalam pelaksanaan latihan, prinsip tersebut yaitu:
a. Prinsip Individual
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Demikian juga
dalam merespon beban latihan untuk setiap atlet berbeda-beda. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan atlet dalam merespon
beban latihan adalah faktor keturunan (berkaitan dengan warisan biologis),
kematangan, gizi, waktu istirahat serta tidur, kebugaran, lingkungan, cedera, dan
motivasi.
25
b. Prinsip Beban Berlebih
Prinsip ini menggambarkan bahwa beban latihan harus diberikan secara
cukup berat, intensitas tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang. Apabila
beban terlalu berat, akan mengakibatkan tubuh tidak mampu beradaptasi
sedangkan bila beban terlalu ringan tidak akan berpengaruh terhadap kualitas
latihan atlet. Beban yang diberikan dalam latihan harus bertambah secara
bertahap. Prinsip ini harus memperhatikan frekuensi latihan, intensitas latihan,
dan durasi latihan untuk setiap pelaksanaan latihan (M. Sajoto, 1995:30).
c. Prinsip Kekhususan
Setiap latihan yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Materi latihan harus
dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga. Berikut adalah pertimbangan
dalam menerapkan prinsip kekhususan yaituspesifikasi kebutuhan energi,
spesifikasi bentuk model latihan, spesifikasi ciri gerakan dan kelompok otot, dan
waktu latihan.
d. Prinsip Beragam
Pelaksanaan latihan yang terus menerus pastilah menimbulkan kebosanan
apabila latihan yang diberikan monoton. Untuk menghindari kejenuhan dan
kebosanan, maka latihan harus disusun secara variatif.
e. Prinsip Latihan Beraturan
Latihan ada tahapannya yaitu pemanasan, inti, dan pendinginan. Latihan
hendaknya dimulai dari otot yang besar ke yang kecil.Pemanasan adalah hal
yang sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik. Fungsi
pemanasan adalah untuk mempersiapkan otot untuk berkontraksi dan
mempermudah oksigen lepas dari hemoglobin dan menaikan pemakaian volume
oksigen. Pendinginan sama pentingnya dengan pemanasan. Aktifitas
pendinginan terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan yang berat
menuju keadaan normal. Pada saat pendinginan akan membantu memperlancar
peredaran darah, menurunkan ketegangan otot dan memperlancar pengangkutan
sisa metabolisme.
26
f. Prinsip Latihan Jangka Panjang
Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikan telapak tangan. Untuk
memperoleh prestasi harus melalui proses latihan dalam jangka waktu lama dan
dengan latihan secara tertur.
g. Prinsip Multilateral
Prinsi ini mencakup keserasian semua organ dan sitem tubuh serta proses
fisiologis dan psikinya. Perkembagan fisik merupakan salah satu syarat untuk
memungkinkan teercapainya perkembangan fisik khusus dan keterampilan dapat
dikuasai secara sempurna.
h. Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih
Selama latihan seorang atlet harus diberikan informasi mengenai tujuan-
tujuan latihan dan efek latihan yang dilakukannya. Selain itu seorang atlet harus
senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat dan tidak melakukan hal-hal
yang merugikan dirinya.
Prinsip pengaturan latihan, latihan hendaknya diatur sedemikian rupa,
sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil.
Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih
dulu (Giri Wiarto, 2013:153).
6. Volume Dan Intensitas Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara kontinyu,
progresif dan berkelanjutan (Devi Tirtawirya, 2012:98). Latihan yang baik adalah
yang mampu mengkombinasikan antara volume dan intensitas dengan baik. Artinya
bahwa jika latihan tinggi maka intensitas rendah, begitu pula sebaliknya, jika
intensitas tinggi maka volume rendah. Jika penyesuaian volume dan intensitas bisa
diatur dengan tepat maka peningkatan atau perubahan positif pada hasil latihan akan
tercapai. Walaupun pengaruh prinsip-prinsip latihan yang lain juga harus
diperhatikan (Devi Tirta Wirya, 2012:99).
a. Volume Latihan
Volume merupakan prasyarat kuantitatif untuk prestasi teknis, taktis, dan
fisik yang tinggi. Volume adalah ukuran yang menunjukan kuantitas suatu
rangsang atau pembebanan (Bompa, dalam Devi Tirta Wirya, 2012:92). Volume
27
latihan, kadang-kadang tidak akurat disebut durasi pelatihan karena yang disebut
volume antara lain: waktu durasi latihan, jarak yang ditempuh atau berat angkatan
per unit waktu, dan pengulangan dari latihan atau elemen teknis atlet melakukan
dalam waktu tertentu. Volume dapat diartikan jumlah aktifitas total latihan.
Artinya bahwa jumlah total aktifitas yang dihitung dari durasi, jarak tempuh,
maupun pengulangan dalam latihan. Volume juga mengacu pada jumlah
pekerjaan yang dilakukan selama latihan atau fase latihan (Devi Tirta Wirya,
2012:92).
b. Intensitas Latihan
Intensitas adalah komponen kualitatif kerja atlet dalam waktu tertentu, juga
merupakan komponen penting dari latihan. Intensitas adalah ukuran yang
menunjukan kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Semakin tinggi intensitas,
seorang atlet harus lebih melakukan kerja per satuan waktu (Bompa, dalam Devi
Tirta Wirya, 2012:92).
Tabel 3. Ukuran Intensitas Latihan Kecepatan Dan Kekuatan (Bompa, 2009:81)
Nomor Intensitas Prosentase Penampilan
Maksimal
Intensitas
1 30-50 % Rendah
2 50-70 % Sedang
3 70-80 % Menengah
4 80-90 % Submaksimal
5 90-100 % Maksimal
6 100-105 % Supermaksimal
7. Ergosistema
Susunan organisasi biologis manusia terdiri dari sel, jaringan, organ,
sistema, organisme (manusia). Dengan demikian maka jasmani atau raga (manusia)
tersusun dari sekumpulan struktur yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan
terdiri dari:
1. Skelet – otot rangka
2. Muscular – otot
3. Nervorum – saraf
4. Hemo-hidro-limfatik – darah – cairan jaringan – getah bening
5. Respirasi – pernapasan
6. Kardiovaskular – jantung-pembuluh darah
28
7. Termoregulasi – tata suhu tubuh
8. Digestivus – pencernaan
9. Ekskresi – pembuangan
10. Endokrin – hormon
11. Sensoris – pengindraan
12. Reproduksi – pemulih generasi
Ergosistema merupakan satu sistema (untuk) kerja (SK) adalah fungsi
jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema yang berguna untuk: gerak, kerja,
mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan hidup lahir bahir dan batin
(Giriwijoyo & Sidik, 2012:109). Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu
ergosistema, sistema-sistema anatomis tersebut secara fisiologis dikelompokan
menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Perangkat pelaksana gerak, disebut sebagai ergosistema primer (ES-I) atau
sistema kerja primer (SK-I) terdiri dari: sistem skelet, sistem muscular, sistema,
dan nervorum.
2. Perangkat pendukung gerak, disebut sebagai ergosistema sekunder (ES-II) atau
sistema kerja sekunder (SK-II) terdiri dari: sistem hemi-hidro-limfatik, sistem
respirasi, dan sistem kardiovaskular.
3. Perangkat pemulih/pemeliharaan, disebut sebagai ergosistema tersier (ES-III) atau
sistema kerja tersier (SK-III) terdiri dari: sistem digestivus, sistem termoregulasi,
sistema ekskresi, dan sistema reproduksi.
Sistem endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat hormonal
(melalui cairan jaringan) dan fungsinya tersebar pada ketiga ergosistema tersebut di
atas, baik pada waktu istirahat maupun pada waktu aktif. Sedangkan sistema sensoris
berfungsi sebagai komunikator eksternal (exterocertor) maupun internal
(proprioceptor, endoreceptor). Ergosistema yang langsung berhubungan dengan
aktifitas fisik adalah ES-I dan ES-II. ES-I disebut juga ergosistema primer, oleh
karena ergosistema itulah yang pertama-tama mewujudkan gerak, selain itu ES-I
dapat bekerja tanpa harus didukung oleh ES-II, tetapi hanya untuk waktu yang
terbatas, dan harus berhenti bola sudah sampai batas maksimal kelelahan. ES-II
disebut juga sebagai ergosistema sekunder, karena tidak mungkin aktif tanpa
29
dirangsang ES-I. Funsi ES-II adalah mendukung kelangsungan fungsi ES-I, artinya
bila kemampuan fungsional ES-II baik, maka ES-I dapat berfungsi dalam waktu
yang lebih panjang, karena tidak mudah lelah, artinya diperlukan waktu yang lebih
panjang atau intensitas olahraga yang lebih tinggi untuk cepat sampai ke batas
maksimal kelelahannya (Giriwijoyo & Sidik, 2012:110).
Tabel. 4 Fungsi Dasar Dan Kualitas Penampilan Ergosistema I
Anatomis Fungsi Dasar (Fisiologis) Kualitas
Sistem skelet Pergerakan persendian Luas gerakan
Sistem muskular Kontraksi otot Kekuatan dan daya tahan
otot
Sistem nervorum Penghantar rangsang Koordinasi fungsi otot
Fungsi dasar sistem skelet dalam hubungan dengan aktivitas fisik terletak
pada persendiannya dalam bentuk luas pergerakan persendian (fleksibilitas =
kelentukan), yang merupakan kualitas pergerakan persendian. Flexibility merupakan
efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan
penguluran tubuh yang luas (M. Sajoto, 1995:8). Dari fungsi dasar tersebut dapat
dikembangkan gerakan-gerakan yang berupa: kelincahan (agility), kecepatan (speed),
dan power. Gerakan-gerakan tersebut di atas bersama-sama dengan fungsi dasar
lainnya merupakan penampilan dasar yang diperlukan pada berbagai cabang
olahraga, yang merupakan gabungan fungsi dasar sistema-sistema anatomis
penyusun ES-I (Giriwijoyo & Sidik, 2012:111).
8. Gerak Manipulasi
Manipulasi gerak dasar melibatkan hubungan seorang individu dengan
benda dan diciri-cirikan oleh pemberian gaya kepada benda tersebut dan menerima
gaya dari benda. Gerakan mendorong melibatkan kegiatan dimana sebuah benda
digerakkan menjauhi tubuh. Gerakan-gerakan dasar seperti melempar, menendang,
memukul, dan menggelindingkan bola adalah contohnya. Gerakan menyerap
meliputi kegiatan-kegiatan dimana tubuh atau anggota badan diposisikan pada
lintasan sebuah benda yang bergerak untuk tujuan menghentikan atau membelokkan
benda tersebut. Gerakan-gerakan dasar seperti menangkap dan memerangkap adalah
contohnya. Inti dari gerakan manipulasi adalah bahwa gerakan tersebut memadukan
dua gerakan atau lebih dan pada umumnya digunakan dalam kaitannya dengan
30
bentuk gerakan yang lain. Sebagai contoh, gerakan mendorong pada umumnya
merupakan sebuah gerakan gabungan antara melangkah, menengok, mengayun dan
merentang. Gerakan absorptive (menyerap) pada umumnya terdiri atas membungkuk
dan melangkah (David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:234).
Melakukan dribble bola dengan satu tangan merupakan sebuah pola gerakan
dasar yang telah menerima perhatian dalam literatur tentang anak-anak. Men-dribble
adalah sebuah tugas rumit yang memerlukan penilaian yang seksama tentang jarak
suatu benda, gaya dan lintasan. Men-dribble didahului dengan melempar dan
menangkap bola. Persepsi dasar dan kedalaman yang baik juga dibutuhkan untuk
mendrible secara efisien. Urutan perkembangan yang dikemukakan berikut ini
didasarkan pada penelitian Wickstrom (1983) dan pada penilaian pengamatan
terhadap banyak anak (David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:246). Berikut
tahapan gerak manipulasi men-dribble bola:
a. Tahap awal
1) Bola dipegang dengan kedua tangan
2) Tangan diletakkan pada sisi bola, dengan telapak tangan saling berhadapan
3) Gerakan mendorong ke bawah dengan kedua tangan
4) Bola menyentuh permukaan didekat tubuh, mungkin menyentuh kaki
5) Variasi yang besar pada ketinggian lambungan
b. Tahap Dasar
1) Bola dipegang dengan tangan satu, satu tangan dan yang lain di dekat bagian
bawah
2) Sedikit miring kedepan, dengan bola dibawa setinggi dada untuk memulai
gerakan
3) Dorongan kebawah dengan tangan atas dan lengan
4) Gaya dorong kebawah tidak sesuai
5) Tangan menepuk bola untuk lambungan berikutnya
6) Pergelangan kaki lentur dan menjulur dan telapak tangan menyentuh bola pada
masing-masing lambungan
7) Mengamati bola secara visual
8) Kontrol bola yang terbatas saat mendribel
31
c. Tahap Dewasa
1) Kaki yang diletakkan pada posisi mengangkang sempit, dengan kaki yang
berlawanan dengan tangan yang mendribel kedepan
2) Tubuh sedikit miring kedepan
3) Bola dipegang setinggi pinggang
4) Bola didorong ke tanah, dengan gerakan lengan, pergelangan tangan dan jari
5) Gaya dorong kebawah yang terkontrol
6) Kontak dan gerakan mendorong yang berulang-ulang yang dimulai dari ujung
jari
7) Pengamatan visual tidak diperlukan
8) Mengontrol arah dribel
Gambar 6. Stages Of The Dribbling Pattern
(David L Gallahue Dan John C Ozmur, 1997:261)
9. Keterampilan Gerak (Motor Skill)
Respon gerak merupakan prilaku gerak pada seseorang yang timbul sebagai
respon atau tanggapan yang berupa gerak tubuh atau stimulus baik yang berasal dari
dalam dirinya maupun yang berasal dari lingkungan yang mengarah kepadanya.
Respon gerak terdiri dari 3 tipe gerak, antara lain: gerak postural, gerakan transport,
dan gerakan manipulatif (Drowatzky, 1981). Motor ability secara singkat dijelaskan
sebagai kemampuan yang umum dari seseorang untuk bergerak (Nurhasan, 2000:63).
Respon gerak (motor ability) merupakan landasan bagi perkembangan keterampilan,
karena kemampuan motorik merupakan kapasitas dari seseorang yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan peragaan dari suatu keterampilan yang relatif menetap
setelah masa kanak-kanak.
32
Kemampuan gerak yang baik dapat menunjang kecepatan proses belajar
keterampilan. Belajar keterampilan merupakan proses yang berisi aktifitas atau
kejadian untuk mempelajari atau menguasai suatu jenis gerakan keterampilan. Dalam
mempelajari suatu gerak keterampilan diperlukan jangka waktu tertentu. Lamanya
waktu yang diperlukandipengaruhi kompleksitas keterampilan gerakan yang
dipelajari dan kemampuan dasar anak. Keterampilan gerak menurut Sugiyanto
(2012:28) mengatakan “Keterampilan gerak (motor skills) adalah suatu tingkat
kualitas penguasaan dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi
beberapa bagian tubuh atau keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik”.
Sedangkan menurut Schmidt (1991:5), dijelaskan bahwa “Keterampilan sebagai
kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang minimum”.
Sugiyanto (2012:28) mengemukakan “Keterampilan dapat diklasifikasikan
menjadi 4 jenis yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan keceramatan gerakan
2. Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan
3. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan, dan
4. Klasifikasi berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan
Kecermatan pelaksanaan gerakan anatara lain ditentukan oleh keterlibatan
kelompok otot tertentu, keterampilan gerak dikategorikan menjadi 2 antara lain
keterampilan gerak agam/agal (gross motor skill) yang pelaksanaannya melibatkan
otot-otot besar sebagai basis utama gerakan, dan keterampilan gerak halus (fine
motor skills) keterampilan gerak yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus
sebagai basis utama gerakan.
Motor ability merupakan dasar atau fundamental pembentukan keterampilan
gerak. Kemampuan dribble sangat dipengaruhi dengan keterampilan gerak yang
dimiliki oleh anak. Kemampuan motorik juga merupakan unsur fisik pendukung bagi
pelaksanaan keterampilan dribble pada olahraga bola basket. Belajar teknik dribble
bola basket dalam hal ini melakukan dribble bola basket secara konseptual fasenya
tidak berbeda dengan belajar gerak pada umumnya. Terdapat beberapa fase yang
dilalui dalam belajar gerak agar menjadi gerakan yang terampil. Fase dalam belajar
gerak agar dapat terampil menurut Singer (1982:9) mengatakan bahwa “(a) Cognitve
phase, (b) associative phase, (c) autonomus”. Fase-fase tersebut menggambarkan
33
proses penguasaan keterampilan tertentu dan tidak didasarkan pada tingkatan umur
melainkan pada tingkatan keterampilan seseorang dalam memecahkan atau
melaksanakan gerak yang dilakukan. Tahapan belajar gerak menurut Fitts dan Posner
yang dikutip dalam Richard A. Magill (1993:59-60) adalah sebagai berikut :
a. Tahapan belajar gerak yang pertama yaitu fase kognitif, pada tahap ini ditandai
dengan sejumlah besar kesalahan dalam prestasi dan kesalahan yang dilakukan
cenderung menjadi besar.
b. Tahap kedua yaitu fase asosiasi, pada tahap ini mengkarakterisasikan perubahan
tahap kognitif. Selama tahap asosiasi, banyak fundamental-fundamental dasar
atau mekanika dari keterampilan yang mempunyai banyak perluasan yang telah
dipelajari. Kesalahan-kesalahan lebih sedikit dan para pelajar berkonsentrasi
pada penghalusan keterampilannya. Pada tahap ini terjadi pengembangan sebuah
kemampuan untuk mendeteksi beberapa dari kesalahan dalam melaksanakan
tugas. Sementara kemampuan untuk melokalisir kesalahan-kesalahan terjadi
belum sempurna, sehingga perlu adanya bimbingan khusus tentang bagaimana
melanjutkan praktek. Pada tahap ini keberagaman prestasi dari satu usaha ke
usaha lain sudah mulai berkurang.
c. Tahap ketiga yaitu fase otonom, pada tahap ini terjadi sesudah banyak praktek
dan pengalaman dengan keterampilan. Tahap ini akan bergerak ke tahap akhir
dari belajar, tahap kemandirian. Pada tahap ini keterampilan hampir otomatis,
artinya individu tidak harus mengikuti keseluruhan produksi dari keterampilan
tetapi telah belajar melakukan kebanyakan dari keterampilan tanpa memikirkan
sama sekali. Dalam tahap kemandirian pelaku-pelaku yang terampil mampu
tidak hanya mendeteksi kesalahan-kesalahan mereka sendiri tetapi juga
membuat penyesuaian yang baik untuk mengkoreksinya. Dalam tahap ini
keberagaman prestasi dari hari ke hari telah menjadi sangat kecil. Tahap
kemandirian adalah hasil dari jumlah praktek yang hebat sekali, hal ini
menjadikan para pelaku menghasilkan respon tanpa berkonsentrasi pada seluruh
pergerakan. Oleh karena itu mereka dapat menghadirkan aspek-aspek lain yang
akan menjadikan prestasi yang optimal.
Gerakan dribble bola basket yang baik adalah gerakan yang efektif dan
efisien ketika melakukan kontrol serta penguasaan bola. Semakin baik pemain
34
olahraga bola basket dalam penguasaan gerak keterampilan dribble bola basket maka
pelaksanaannya makin efektif dan efisien. Pemain bola basket agar dapat menguasai
keterampilan dribble bola basket dengan baik harus melalui proses latihan
keterampilan yang terprogram dengan baik. Penjelasan yang telah dikemukakan
dapat menerangkan bahwa melakukan latihan yang dapat meningkatkan
keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisien
dan efektifitas dalam melakukan gerakan yang kompleks, serta dalam
pelaksanaannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian
tubuh secara keseluruhan, sehingga diperoleh keberhasilan sesuai dengan kondisi
maupun situasi yang dibutuhkan.
10. Teori Belajar Aliran Behaviorlistik
Para penganut aliran teori belajar behaviorlistik mulai terkenal pada abad
20’an, dan berkembang dengan pandangan-pandangan belajar seperti disiplin
mental, developing inind matter, pelatihan, dll. Para penganut aliran behaviorlistik
mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku, perubahan didalam hal
kemampuan dan kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru pada diri
pelaja, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh kematangan,
kedewasaan dan pertumbuhan. Serta perubahan tingkah laku diakibatkan oleh
pengaruh lingkungan. Justru rangsangan lingkungan sebagai penyebab perubahan
kecakapan untuk menanggapinya. Belajar merupakan aktifitas perilaku yang rumit
mengenai pola hubungan rangsangan serta tanggapan (Ugi Suprayogi, 2007:140).
Tokoh teori ini meliputi: Thorndike, Pavlov, Watson dan Skinner. Adapun teori-
teori belajar menurut aliran behaviorlistik adalah sebagai berikut:
a. Teori Koneksionisme
Teori ini dikemukakan oleh Thorndike (1913) setelah mengadakan
eksperimen terhadap hewan. Ia berpendapat bahwa proses belajar pada hewan
dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip atau hukum-
humum yang sama. Proses belajar terjadi karena adanya hubungan (bond,
conection) antara kesan infera dan kecenderungan bertindak. Proses belajar
seperti ini disifatkan sebagai “learning by selection” atau lebih populer disebut
“trial and eror learning” (Ugi Suprayogi, 2007:140). Dari teori dasar ini
dikemukakan tiga hukum bejajar:
35
1) The law of exercise atau hukum latihan menyatakan bahwa mengulang-
ngulang respon tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi
antara stimulus dan respon. Hukum latihan merupakan penguatan hunbungan
atar stimulus dan respon yang tercipta melalui latihan-latihan. Sehingga
tercipta transfer of training yang bermakna dan bermanfaat untuk
memecahkan hal-hal yang mirip atau ada kesamaan dengan yang pernah
dilatihkan. Karena kunci utama untuk penguasaan keterampilan terletak pada
kegiatan yang terus menerus dengan penuh ketekunan. Sehingga beberapa
faktor yang menjadi kendala dalam proses belajar atau latihan harus
diantisipasi seperti kebosanan, rasa sakit, cedera, dll, agar kemauan siswa
maupun pemain untuk terus berjuan melaksanakan tugas tidak terhalangi.
Semakin banyak frekuensi pengulangan yang dilakukan saat latihan, maka
semakin mendekati penguasaan gerak yang diinginkan atau akan menjamin
tercapainya tujuan proses belajar (Agus H dan Sapta Kunta P, 2014:50).
2) The law of effect atau hukum pengaruh menyatakan bahwa penguatan atau
melemahnya suatu koneksi merupakan hasil konsekuensi (Agus H dan Sapta
Kunta P, 2014:50). Hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Setiap orang cenderung mengulang atau mempelajari dengan
cepat reaksi-reaksi yang menmghasilkan rasa puas (tenang). Dan sebaliknya
ia tidak mempunyai gairah mengulan atau mempelajari reaksi-reaksi yang
menghasilkan perasaan tidak puas (tidak senang) (Ugi Suprayogi, 2007:140).
3) The law of readiness atau hukum kesiapan menyatakan bahwa belajar akan
berlangsung paling efektif apabila siswa yang bersangkutan telah siap untuk
menyesuaikan diri dengan stimulus dan telah disiapkan untuk memberikan
respon. Hukum tersebut dapat diartikan bahwa individu akan belajar dengan
cepat dan efektif apabila ia telah siaga atau siap, yakni telah matang dan telah
ada kebutuhan untuk itu. Belajar akan lancar jika matri yang disajikan cocok
dengan kebutuhan individu (Agus H dan Sapta Kunta P, 2014:49). Jika orang
telah siap untuk bertindak maka tindakannya akan menimbulkan kepuasan.
Sebaliknya, jika ia telah siap bertindak, tetapi tidak ada penyalurannya ia
akan mengalami kekecewaan. Dan kalau ia tidak siap bertindak lalu dipaksa
36
untuk bertindak maka ia akan mengalami kekecewaan pula. Hukum kesiapan:
mencakup tiga keadaan, yaitu: (1) seseoranga melakukan kegiatan karena
kegiatan tersebut dapat menimbulkan kepuasan. (2) seseorang akan
melakukan kegiatan lain sebagai upaya mentralisasi kepercayaannya
manakala tidak memperoleh kepuasan pada kegiatan belajar yang diikutinya.
(3) seseorang tidak bisa dipaksakan melakukan kegiatan belajar jika belum
memiliki kesiapan mental (Ugi Suprayogi, 2007:140).
b. Teori transfer of learning
Thorndike juga mengemukakan teori transfer of learning, yaitu dapat
digunakannya hal-hal yang sudah dipelajari untuk menghadapi atau
memecahkan masalah-masalah lain. Teori ini disebut juga dengan istilah “theory
ofidentical elements”, karena transfer of learning itu akan terjadi jika antara hal
yang telah dipelajari dengan hal-hal yang baru yang akan dipelajari terdapat
unsur-unsur yang sama. Transfer of learning adalah kesanggupan seseorang
untuk menggunakan suatu kecapan, pengertian, prinsip-prinsip dan lain-lain
yang diperoleh ke dalam situasi baru. Transfer of learning terbagi menjadi dua
hal pokok (Ugi Suprayogi, 2007:141), yaitu:
1. Transfer positif: apa yang dipelajari dalam suatu bidang membantu dan
mempelajari hal-hal lain.
2. Transfer negatif: apa yang dipelajari dalam suatu bidang mengganggu atau
mempersulit pelajaran dalam bidang lain.
37
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan
berikut:
Gambar 7. Kerangka Berpikir
Hasil kajian teori dan masalah yang telah diulas di atas, maka dapat
disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Ball Handling Dribble Crossover dan Two
Ball Dribble
Penguasaan bola sangat penting dalam permainan olahraga bola basket,
untuk itu perlu adanya latihan agar setiap pemain memiliki pengusaan bola yang
baik sehingga dapat tercipta kerjasama tim yang solid. Latihan yang diberikan
pada penelitian adalah metode latihan ball handling, yaitu latihan yang
bertujuan untuk melatih penguasaan bola. Metode latihan ini sesuai untuk
Latihan two ball dribble Latihan dribble
crossover
Keterampilan dribble lemah
Ball handling
Pemain tingkat intermediet:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pemain tingkat intermediet:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Interaksi
Peningkatan
keterampilan dribble
Peningkatan
keterampilan dribble
38
pemain basket tingkat intermediet yang secara umum merupakan pemain
pemula. Latihan ball handling memiliki banyak jenis latihan, pada penelitian ini
yang digunakan adalah latihan dribble crossover dan two ball dribble. Latihan
tersebut dipilih berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini yang
menyatakan bahwa keterampilan dribble bola basket pemain laki-laki dan
perempuan tingkat intermediet di kabupaten Boyolali masih lemah. Latihan
dribble diberikan karena secara teoritis sesuai dengan pemain basket intermediet
agar terbiasa dengan bola sehingga dapat beradaptasi untuk menguasai bola.
Latihan dribble crossover merupakan latihan menggunakan satu bola tetapi
menuntut keaktifan tangan kanan dan kiri untuk melakukan dribble. Karena bola
yang digunakan satu maka konsentrasi pemain akan lebih fokus sehingga sistem
muskular dan nervorum akan beradaptasi untuk menguasai satu bola tersebut.
Karena hanya menggunakan satu bola maka volume latihannya cenderung lebih
ringan sehingga prosesnya akan lebih lama. Selain itu secara fisiologis jumlah
ATP yang digunakan sebagai energi juga lebih sedikit. Contohnya dalam
melakukan dribble crossover di tempat selama 1 detik diperlukan 2 ATP maka
diperlukan ATP senjumlah 30 ATP untuk melakukan dribble crossover di
tempat selama 15 detik.
Latihan two ball dribble merupakan latihan yang menggunakan dua bola
sekaligus untuk melakukan dribble. Karena menggunakan dua bola sekaligus
maka dituntut keaktifan antanra tanagan kanan dan kiri secara bersamaan untuk
tetap menguasai bola sehingga sistem muskular dan nervorum akan terbiasa
dengan kerja yang lebih berat. Pada saat melakukan latihan two ball dribble
konsentrasi pemain akan terpecah pada tangan kanan dan kiri karena bekerja
untuk menguasai bola secara bersamaan, sehingga diperlukan ATP sebagai
energi dua kali lipat lebih besar dari pada melakukan dribble crossover. Melalui
pembenan latihan yang lebih berat tersebut tentunya proses adaptasi dalam
melakukan proses belajar gerak, yakni gerakan manipulatif akan menjadi lebih
cepat.
Latihan ball handling menggunakan latihan dribble crossover dan
latihan two ball dribble dipilih karena sama-sama menuntut tangan kanan dan
kiri aktif untuk melakukan dribble, tetapi memiliki perbedaan pada pembagian
39
konsentrasi dan kerja tangan yang bergantian pada latihan dribble crossover dan
kedua tangan yang selalu aktif melakukan dribble pada latihan two ball dribble.
Berdasarkan hal tersebut tentunya akan ada perbedaan waktu dalam proses
adaptasi gerakan manipulatif dribble bola basket.
2. Perbedaan Keterampilan Dribble Antara Laki-Laki Dan Perempuan
Laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik dan proporsi tubuh yang
berbeda. Pada laki-laki memiliki prosentasi masa otot yang lebih besar
dibanding perempuan, tetapi perempuan memiliki prosontase lemak yang lebih
besar dibanding laki-laki. Teknik dribble dapat menjadi lebih baik apabila
didukung kemampuan kondisi fisik berupa kekuatan, kecepatan, fleksibilitas,
dan kelincahan. Komponen kondisi fisik tersebut pada masa adolensensi
perkembangannya akan sangat terlihat perbedaannya antara laki-laki dan
perempuan, dan perkembangan komponen kondisi fisik tersebut pada laki-laki
dapat berkembang lebik baik. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
motor ability, laki-laki mengalami perkembangan lebih besar dibanding
perempuan. Selain itu laki-laki terus meningkat kemampuan gerak yang
memerlukan kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan ketahanan sehingga tingkat
fleksibilitas juga akan meningkat.
3. Interaksi antara Metode Latihan Ball Handling Dan Jenis Kelamin Terhadap
Keterampilan Dribble Bola Basket
Metode latihan ball handling yang terdiri dari latihan dribble crossover
dan two ball dribble dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan dribble
bola basket. Latihan dribble crossover dan two ball dribble memiliki perbedaan
tingkat kesulitan sehingga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
keterampilan dribble bola basket. Bagi pemain tingkat intermediet yang memiliki
kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas yang baik maka sesuai apabila
menggunakan latihan two ball dribble, tetapi apabila antara tangan kanan dan kiri
perbedaannya terlalu signifikan dapat menggunakan latihan dribble crossover.
Hal tersebut berlaku untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Karena adanya
perbedaan komposisi tubuh dan tingkat perkembangan gerak pada laki-laki dan
perempuan pada masa adolesensi maka akan terdapat perbedaan antanya
keduanya. Laki-laki memiliki kecenderungan perkembangan yang lebih besar
40
pada masa adolensensi dibandingkan dengan perempuan. Tetapi karena yang
diteliti adalah pemain tingkat intermediet yang secara umum berada pada masa
adolensensi maka latihan yang diberikan akan memberikan dampak terhadap
perkembangan gerak motoriknya yang diwujudkan dalam keterampilan dribble
sesuai dengan latihan yang diberikan. Selain itu perangkat pelaksana gerak
(ergosistema primer atau ES-I) yang terdiri dari: sistem skelet, sistem muscular,
sistema, dan nervorum serta perangkat pendukung gerak (ergosistema sekunder
atau ES-II) yang terdiri dari: sistem hemi-hidro-limfatik, sistem respirasi, dan
sistem kardiovaskular telah mengalami proses adaptasi saat latihan yang berupa
adaptasi yang bersifat respon kronik atau perubahan yang bersifat tetap. Faktor
yang tidak kalah penting adalah hukum koneksionisme dalam belajar yang
berkaitan dengan kesiapan pemain untuk menerima latihan tersebut.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dalam
penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu:
1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan ball handling menggunakan latihan dribble
crossover dan latihan two ball dribble terhadap keterampilan dribble bola basket.
2. Ada perbedaan keterampilan dribble bola basket antara laki-laki dan perempuan.
3. Ada interaksi antara metode latihan ball handling dan jenis kelamin terhadap
keterampilan dribble bola basket.