bab ii landasan teori a. novel sebagai media dakwah.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/bab ii.pdf ·...

29
16 BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Dalam karya ilmiah ini terdapat beberapa pokok pembahasan yakni novel dan dakwah. Dua teori ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, novel merupakan karya sastra dan alat penyampaian dakwah sebagaimana salah satu bahasa dakwah yang disampaikan walisongo (dakwah kontekstual), dakwah menggunakan media yang disukai masyarakat. Sedangkan dakwah sebagai akfitas penyampaian dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis besar akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah. 1 Karena perlu pemahaman yang mendalam maka penulis akan menguraikan kedua terori tersebut. Istilah novel dalam bahasa Inggris disebut novel dan cerita pendek (disingkat cerpen, dalam bahasa Inggris: short story) merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Istilah ini yang kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Itali yang disebut nivella (dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam KBBI, novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian 1 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada media Group, 2015), hlm. 13.

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.

Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu

sehingga lebih indah dan menarik. Dalam karya ilmiah ini terdapat beberapa

pokok pembahasan yakni novel dan dakwah. Dua teori ini saling berkaitan satu

dengan yang lainnya, novel merupakan karya sastra dan alat penyampaian dakwah

sebagaimana salah satu bahasa dakwah yang disampaikan walisongo (dakwah

kontekstual), dakwah menggunakan media yang disukai masyarakat. Sedangkan

dakwah sebagai akfitas penyampaian dengan lisan, tulisan dan lainnya yang

bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk beriman dan menaati

Allah sesuai dengan garis besar akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.1

Karena perlu pemahaman yang mendalam maka penulis akan menguraikan kedua

terori tersebut.

Istilah novel dalam bahasa Inggris disebut novel dan cerita pendek

(disingkat cerpen, dalam bahasa Inggris: short story) merupakan bentuk karya

sastra yang sekaligus disebut fiksi. Istilah ini yang kemudian masuk ke Indonesia,

berasal dari bahasa Itali yang disebut nivella (dalam bahasa Jerman disebut

novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan

kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam KBBI,

novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian

1 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada media Group, 2015), hlm. 13.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

17

cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.2 Sedangkan novel sendiri mempunyai

unsur-unsur di antaranya adalah unsur intristik dan ekstrinsik. Intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri yang secara langsung turut serta

membangun cerita. Dan unsur yang dimaksud adalah : tema, cerita, plot,

penokohan, latar, sudut pandang, bahasa dan moral.3 Untuk bisa dipahami lebih

mendalam penulis penguraikan satu persatu dari unsur intrinsik tersebut.

Pertama Tema adalah pokok permasalahan yang mendominasi atau

menjiwai sebuah karya sastra.4 Tema berisikan gambaran luas tentang kisah yang

akan diangkat sebagai cerita dalam novel, sehingga sangat penting memilih tema

yang baik dan pada akhirnya menghasilkan cerita yang menarik.

Kedua Kenny berpendapat bahwa cerita adalah peristiwa-peristiwa yang

terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya sastra.

Dengan bercerita pengarang dapat menyampaikan suatu gagasan kepada

pembaca.5

Ketiga Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang

akan membentuk jalannya cerita dalam novel. Alur/plot ada tiga macam yaitu:

Alur Maju (Progresif), yakni rangkaian peristiwa yang memiliki jalan cerita rapi

dan runtun dari awal sampai akhir. Alur mundur (flashback), yaitu rangkaian alur

2 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2008), hlm. 2-3. 3 Ibid., hlm. 23.

4 Widodo, Buku Ajar Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA, (Surakarta: Citra Pustaka, 2006),

hlm. 66. 5 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., hlm. 91.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

18

jalan cerita yang diawali dengan tahap klimaks atau penyelesaian dan disusul

tahap-tahap seperti pendahuluan, pemunculan masalah, konflik dan peleraian.

Alur gabungan/campuran yaitu alur peristiwa yang di dalamnya bergerak secara

loncat dan tidak rapi (maju-mundur). Alur mempunyai bagian-bagian seperti

situation (pengarang mulai melukiskan kejadian), Generation circumstance

(peristiwa menunjukan adanya gerak), Rising Action (keadaan mulai tegang atau

memuncak), Klimaks (peristiwa mencapai puncaknya), Donouvement (pengarang

memberikan pemecahan dari semua peristiwa).6

Keempat Penokohan adalah penggambaran watak dan sifat-sifat tokoh

cerita yang merupakan unsur terpenting dalam karya sastra. Berdasarkan jenis

watak, tokoh dibagi dalam 3 katagori yaitu Tokoh protagonis yaitu tokoh yang

menjadi pusat cerita dan mempunyai sifat yang selalu baik dikagumi dan menjadi

terkenal. Tokoh antagonis yaitu tokoh yang menjadi lawan dari tokoh utama yang

mempunyai watak jahat dan kurang baik. Tokoh tritagonis yaitu tokoh yang

menjadi penengah antara protagonis dan antagonis.7

Kelima adalah latar atau setting Menurut Abrahams latar atau setting

adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Keenam adalah bahasa Merupakan unsur terpenting yang dapat

menumbuhkan minat baca, dengan rangkaian kata-kata yang indah maka pembaca

6 Budi Waluyo dkk, Bahasa Indonesia Untuk Kelas SMA/MA kelas IX, (Solo: IKAPI,

2008), hlm. 26. 7 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2008), hlm. 178-179.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

19

akan dapat memberikan kesan nilai lebih dalam bacaan tersebut. Bahasa dalam

sastra pun mengemban fungsi utama yaitu fungsi komunikatif.

Ketujuh Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan

hidup pengarang yang bersangkutan pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran,

dan itulah hal yang ingin disampaikan kepada pembaca.8 Sedangkan Unsur

ektrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, unsur ektrinsik

diantaranya yaitu : biografi pengarang, sejarah, sosial, latar belakang penciptaan,

kehidupan masyarakat tempat diceritakannya cerita dan agama.9

Karya sastra tersebut dapat berupa : syair, puisi, pantun, nasyid, novel dan

lain sebagainya. Tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra

dalam pesan dakwahnya. Hampir setiap karya sastra memuat pesan-pesan bijak,

karna nilai sastra adalah nilai keindahan dan kebijakan. Keindahan menyentuh

perasaan, sementara kebijakan menggugah hati dan pikiran. Pesan yang bijak akan

mudah diterima dengan perasaan yang halus. Akan tetapi tidak semua karya sastra

bisa menjadi isi pesan dakwah, sebab ada karya sastra yang digunakan untuk

pemuja berhala, mengungkapkan cinta asmara, menggambarkan keindahan dunia,

dan sebagainya. Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah harus berlandaskan

etika salah satunya adalah isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada

Islam atau mendorong kepada kebaikan.10

Dari sekian animo manusia dunia

remaja khususnya, mengisi dunia fiksi itu dengan pesan-pesan Islam yang

menarik khalayak, seperti ketertarikan mereka pada fiksi-fiksi umumnya. Tablig

8 Ibid., hlm. 320-321.

9 Budi Waluyo dkk, log.cit., hlm. 26.

10 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 328-329.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

20

melalui media fiksi itu merupakan sarana efektif membuat manusia berfantasi

tentang Islam, tentang kemajuan, tentang masa depan (akhirat), dan tentang

kehidupan yang sesungguhnya. Penanaman mental demikian melalui fiksi sudah

sangat urgen untuk mulai dilakukan.11

Oleh karna itu dari beberapa karya sastra yang berupa novel penyampaian

nilai-nilai agama ini mampu memberikan nuansa baru proses berdakwah. Seperti

karya novel- novel Indonesia yakni Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta,

Assalamualaikum Bejing, Kuntul Nucuk Mbulan, dan sebagainya. Dari contoh

novel tersebut isi karya sastranya yang mengandung pesan-pesan dakwah

membuat dunia dakwah menjadi lebih kuat. Karena mampu memberikan

progresitas dalam berdakwah. Metode karya sastra termasuk dalam katagori

dakwah bi al-qolam (dakwah dengan karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia

akan lenyap dan punah. Kita bisa memahami Al-Qur’an, hadist, fikih para

madzhab dari tulisan yang dipublikasikan. Metode karya tulis merupakan buah

dari ketrampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah.12

Sebagai seorang muslim tentu sudah mengetahui bahwa pada dasarnya

dakwah merupakan proses komunikasi dalam rangka mengembangkan ajaran

Islam, dalam arti mengajak orang untuk menganut agama Islam13

, ajakan tersebut

mengandung pesan dakwah, merupakan salah satu unsur penting dalam

berdakwah. Ketika seseorang akan berdakwah, maka penting baginya selain

11

Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 45. 12

Moh Ali Aziz, op.cit., hlm. 374. 13

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet 1.

hlm. 24.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

21

terampil menguasai cara (metode) dakwah, juga menguasai benar tentang pesan

apa yang akan disampaikan melalui dakwahnya.14

Dalam Kamus besar Bahasa

Indonesia, pesan mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang

harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain, sedangkan menurut Toto

Tasmara, pesan adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-

Sunah baik secara tertulis maupun pesan-pesan atau risalah.15

Jika dilihat dari

segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat berarti memanggil, mengundang,

mengajak, menyeru, mendorong ataupun memohon. Dalam ilmu tata bahasa arab,

kata dakwah merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan,

yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.16

Secara istilah (terminology)

menurut. Toha Yahya Oemar mengatakan, dakwah adalah upaya mengajak umat

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan

untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.17

Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai

cara asalkan tidak melanggar nilai-nilai yang ada. Melakukan dakwah dengan cara

dan media sesuai dengan perkembangan zaman, dalam kehidupan ini dari masa

kemasa mempunyai perkembangan peradaban yang berbeda. Dengan hal ini

tentunya proses kegiatan juga harus mampu menyesuaikan diri dengan

perkembangan zaman yang semakin berubah.

Untuk mendukung proses keberhasilan berdakwah salah satunya adalah

unsur-unsur dakwah. Unsur-unsur dakwah dalam istilah komunikasi, atau disebut

14

Asep Muhyidin dkk, Kajian Dakwah Multiperspektif, (Bandung: PT Remaja

Rodakarya, 2014), hlm. 219. 15

Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm.149. 16

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta:

Amzah, 2008), hlm. 19-20. 17

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2011), hlm. 01.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

22

rukun dalam istilah fikih, memiliki makna segala sesuatu yang harus dipenuhi dan

jika tidak terpenuhi tidak bisa terjadi suatu kegiatan. Atas dasar itu, unsur-unsur

dakwah satu dengan yang lainnya saling bergantung dalam prosesnya. Rumusan

unsur-unsur dakwah tersebut didasarkan pada definisi Al-Qur’an sebagai sumber

ilmu dakwah bahwa Al-Qur’an adalah “Firman Allah yang diturunkan melalui

malaikat Jibril ke dalam kalbu utusan Allah, Muhammad Ibn Abdullah, dengan

kata-kata berbahasa Arab dan maknanya agar menjadi argumen atas kerasulan

Muhammad sebagai tuntunan hidup manusia, membacanya menjadi ibadah yang

ditulis dalam mushaf , diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-

Nas,yang sampai pada kita semua mutawatir, baik tulisan maupun penuturannya,

dari satu generasi ke generasi lain yang tetep terjaga dari perubahan dan berlaku

sepanjang masa.” Definisi tersebut menjelaskan mengenai proses tanzῑl Al-

Qur’an berikut unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Sedangkan unsur-unsur

nuzul Al-Qur’an antara lain : pertama Allah sebagai subjek (penazil Al-Qur’an,

kedua Al-Qur’an sebagai materi tanzῑl, ketiga Malaikat Jibrῑl sebagai media atau

wasilah al-Tanzῑl, keempat penampakan atau tidaknya malaikat Jibril dalam

menyampaikan wahyu adalah metode atau uslūb al-tanzῑl, kelima Muhammad

sebagai objek atau penerima tanzῑl. Proses serta unsur-unsur yang terdapat pada

tanzῑl Al-qur’an menjadi isyarat sekaligus syarat berlangsungnya proses dakwah

yang simultan antara unsur yang satu dengan yang lain. Menurut kajian Ilmu

Dakwah, terdapat lima unsur dakwah , yaitu : pertama Da’i sebagai penyampai

dakwah, kedua mawdū al-Da’wah atau pesan dakwah, ketiga Wasilah al-Da’wah

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

23

atau media dakwah, keempat Uslūb al-Da’wah atau metode dakwah. Kelima

Mad’ū atau objek dakwah. Selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut :18

No Unsur Nuzul

Dakwah

Posisi Nuzul

Dakwah

Posisi Ilmu

Dakwah

Posisi Ilmu

Komunikasi

1. Allah SWT Subjek

(penazil Al-

Qur’an)

Dai (subjek

atau pelaku

dakwah)

Komunikator

subjek atau

pelaku

komunikasi

2. Al-Qur’an Materi Tanzil Mawdū al-

Da’wah (pesan

dakwah)

Materi (pesan

komunikasi)

3. Malaikat Jibril Media tanzil Wasilah al-

Da’wah

(media

dakwah)

Media (media

komunikasi)

4. Berwujud atau

tidaknya malaikat

jibril

Metode tanzil Uslūb al-

Da’wah

(metode

dakwah)

Metode (metode

komunikasi)

5. Muhammad SAW Objek

(penerima

tanzil)

Mad’u (objek

dakwah)

Komunikan

(objek

komunikasi)

Untuk mempermudah pemahaman unsur-unsur tersebut, penulis akan

menjelaskan satu persatu: Pertama, Dai adalah orang melaksanakan dakwah, baik

melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, yang dilakukan secara individu,

kelompok, maupun organisasi atau lembaga. Perlu ditegaskan tentang problem

mengajak, bahwa berdakwah setidak-tidaknya terdapat tiga elemen yang harus

diperhatikan: pertama landasan mengajak, kedua pengajak ketiga tujuan.

Landasan berdakwah adalah Al-Qur’an dan nilai-nilai tambahan lainnya seperti

hadist dan pendapat para ulama. Tidak semua umat Islam memiliki kapasitas

mengakses makna-makna dalam Al-Qur’an.

18

Tata Sukayat, Ilmu Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), hlm. 22-24.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

24

Cukup logis apabila yang dipanggil untuk berdakwah adalah kalangan

umat Islam tertentu yang memiliki kecakapan untuk berdakwah. Da’i memiliki

posisi sentral dalam dakwah, sehingga da’i harus memiliki citra atau image yang

baik dalam masyarakat. Citra (image) bisa dipahami sebagai kesan berkenaan

dengan penilaian terhadap seseorang, instansi maupun organisasi yang diciptakan

da’i sebagai hasil langsung dari dakwahnya. Citra yang berhubungan dengan

seorang da’i dalam persepektif komunikasi erat kaitannya dengan kredibilitas

yang dimiliki. Citra terhadap da’i adalah penilaian mad’u terhadap da’i. Seorang

da’i yang kredibel adalah seorang yang memiliki kompetensi dibidangnya,

integritas kepribadian, ketulusan jiwa dan memiliki status yang cukup. Da’i harus

menjadi saksi kebenaran, menjadi teladan umat dan berakhlak baik yang

mencerminkan nilai-nilai Islam.19

Kedua, Mad’u adalah seluruh umat manusia baik laki-laki maupun

perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non muslim,

semuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam ini, semua berhak menerima

ajakan dan seruan ke jalan Allah SWT.20

Hal ini didasarkan juga kepada misi

Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah mendakwahkan Islam kepada segenap

umat manusia, sebagaimana dalam firmah Allah surat Al-a'raf ayat 158.

19

Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persda,

2011), hlm. 4-5. 20

Muhammad Zamroni, Manhaj Dakwah Insan Pesantren, (Jatim: Kalam Santri Press,

2012), hlm. 76.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

25

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah

kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak

ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan

mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang

Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-

Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Manusia sebagi sarana dakwah (mad’u) tidak lepas dari kultur kehidupan

yang melingkupinya harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan dakwah. Situasi

teologis, kultural dan stuktural mad’u (masyarakat) dalam dakwah Islam bahkan

selalu memunculkan dinamika dalam dakwah, karena dakwah Islam dilakukan

dalam situasi sosiokultural tertentu bukan dalam masyarakat nihil budaya dan

nihil sistem. Situasi strutural dan kultural seperti kekuasaan (al-mala), keadaan

masyarakat tertindas atau lemah (al-mustad’afin) dan penguasa ekonomi atau

konglomerasi (al-mustarifin). Sistem kekuasaan belaku bersifat menindas,

sehingga masyarakat sebagai sasaran dakwah menjadi lemah, seperti terjadi

menjelang kelahiran Islam. Masyarakat tidak berdaya menghadapi penguasa

dzalim yang mematikan hak-hak warganya, terutama dalam mengikuti serta

membangun wilayahnya. Sistem ekonomi hanya menguntungkan segelintir orang

saja, sehingga kemiskinan sulit dihindari melekat pada masyarakat, atau

sebaliknya kemiskinan terjadi karena faktor kultural.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

26

Situasi dan kondisi demikian merupakan bagian kajian teori medan

dakwah.21

Mengacu pada uraian diatas hakikat dakwah budaya, hakikat dakwah

antarbudaya, telaah hakikat masyarakat, dakwah intrabudaya dan dakwah

antarbudaya sebagai solusi konflik vertikal maupun horizontal dari sudut pandang

Al-Qur’an, untuk mempermudah pemahaman berikut ini dikemukakan

konseptualisasi proses dakwah intrabudaya dan antarbudaya dalam dua bentuk

skesta gambar, yaitu:

Lingkungan Budaya yang Beragam

Gambar 1. Dakwah Intra Budaya Dakwah Antarbudaya

Gambar 3. Proses Transmisi nilai Dakwah Antarbudaya

21

Acep Aripudin, op.cit., hlm. 6-7.

Da’i Pesan Metode Media Mad’u

Respons

Transenden

Transenden

n Profan

Islam

Proses Dakwah Antar

Budaya Interaksi Simbolik

Budaya

Profan

Sistem Nilai Islam

Sistem Nilai Islam

budaya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

27

Dari uraian diatas bahwa mad’u yang kita jumpai berbagai ragam, maka

dari itu seorang da’i perlu menggunakan pendekatan-pendakatan dalam

berdakwah, Pedekatan dakwah merupakan titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses dakwah. Penentuan pendekatan di dasarkan pada mitra dakwah

dan suasana yang melingkupinya, mengutarakan tiga pendekatan dakwah, yaitu

pendekatan budaya, pendekatan pendidikan, dan pendekatan psikologis,

pendekatan-pendekatan ini lebih banyak pada kondisi mitra dakwah. Menurut

Toto Tasmara pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang

mubaligh (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah

dan kasih sayang. 22

Dakwah kultural yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti

budaya masyarakat setempat, dengan tujuan agar pesan dakwahnya bisa diterima

dengan “tanpa terasa” oleh para mad’u. Dalam hal ini bahwa pendekatan kultural

sangat memperhatikan potensi dan kecendrungan manusia sebagai makhluk

budaya, sehingga pelaksanaan dakwah menjadi sangat luwes, guna menciptakan

kultur baru yang bernuansa Islami, dakwah kultural memanfaatkan adat, tradisi,

seni, dan budaya lokal.23

Salah satu strategi dakwah yang sedang berkembang dan di anggap lebih

ramah adalah strategi dakwah antarbudaya. Dakwah antarbudaya adalah sebagai

proses dakwah yang mempertimbangkan keragaman budaya antar da’i dan mad’u,

keragaman ini penyebab terjadinya gangguan interaksi pada tingkat intra dan

22

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 18. 23

Asep Muhyidin dkk, Kajian Dakwah Multiperspektif, (Bandung; PT Remaja

Rodakarya, 2014), hlm. 119.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

28

antarbudaya agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan tetap sesuai situasi

dan damai. Adapun wujud produk dari dakwah antarbudaya, ketika terjadi proses

interaksi antara nilai Islam dengan budaya-budaya lokal, akan menghasilkan

wujud bertentangan dengan masing-masing nilai, terjadi pembauran sehingga

menimbulkan hegemoni nilai budaya atau terjadi perpaduan yang saling

mengisi.24

Hal ini selaras dengan dakwah melalui budaya dalam novel Kuntul

Nucuk Mbulan yang disampaikan oleh KH. Mutamakin Kajen. Dalam novel

tersebut menyebutkan beberapa simbol yang bermakna nilai-nilai ke-Islaman

sehingga dijadikan panutan bagi masyarakat sekitar.

Ketiga Materi Dakwah (Maddah) adalah pesan (message) yang dibawakan

oleh subjek dakwah untuk disampaikan kepada objek dakwah. Materi dakwah

yang biasa disebut juga dengan ideologi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri

yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah.25

Secara umum, materi dakwah bisa

diklasifikasikan menjadi empat masalah. Pertama, masalah akidah merupakan

masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Akidah dan

iman menjadi materi utama dalam dakwah, karena aspek iman dan akidah

merupakan komponen utama yang akan membentuk moralitas atau akhlak umat.

Kedua masalah syari’at merupakan hukum atau syariat yang sering disebut

sebagai cermin peradaban mencerminkan diri dari hukum-hukumnya. Pelaksanaan

syari’at merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam. Ketiga, masalah

ibadah muamalah dipahami sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan

sesama makhluk dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt. Islam lebih banyak

24

Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung; Rosdakarya, 2013), hlm. 57. 25

Muhammad Zamroni, op.cit., hlm. 87.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

29

memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada kehidupan ritual. Keempat,

masalah akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualtias perbuatan manusia

yang merupakan ekspresi kondisi jiwanya.26

Keempat, metode (thariqat atau manhaj) diartikan cara. Metode ialah cara

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana suatu kegiatan guna mencapai

tujuan yang ditentukan. Metode dakwah adalah cara yang digunakan da’i untuk

menyampaikan materi dakwah (Islam). Metode dakwah sangat penting perananya

dalam menyampaikan dakwah. Metode yang tidak benar, meskipun materi yang

disampaikan baik, maka pesan baik tersebut bisa ditolak. Seorang da’i mesti jeli

dan bijak dalam memilih metode karena metode sangat mempengaruhi kelancaran

dan keberhasilan dakwah. Metode dakwah dalam Al-Qur’an, salah satunya,

merujuk pada surat Al-Nahl sebgaimana firmah Allah :27

Artinya :serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-

Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

26

Tata Sukayat, Ilmu Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), hlm. 26-27. 27

Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT RajaGafindo Persda,

2011), hlm. 8-9

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

30

Kelima, Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan28

atau sarana

yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Deddy Mulyana

mengatakan bahwa media bisa merujuk pada alat maupun bentuk pesan, baik

verbal maupun nonverbal, seperti cahaya dan suara. Saluran juga bisa merujuk

pada cara penyajian, seperti tatap mula (langsung) atau lewat media, seperti surat

kabar, majalh, radio, novel, telepon dan televisi. Sering disebutkan bahwa apa

yang dikatagorikan sebagai media juga disebut sebagai cara atau metode, cara

dakwah dengan menerangkan maupun menginformasikan, terutama

menginformasikan lewat lisan misalnya, sering disebut dakwah bi-alisan, karena

menginformasikan dan menerangkan dengan lisan. Jadi, terkadang penggunaan

istilah memiliki konotasi sesuai maksud penggunaanya, terutama istilah-istilah

samar dan beragam.29

Menurut Hamzah Ya’qub, media dakwah adalah alat

objektif yang menjadi saluran menghubungkan ide dengan umat. Sungguh suatu

elemen yang vital dan merupakan urut nadi dalam total dakwah.30

Dalam hal ini

yang terdapat di karya ilmiah tersebut bahwasanya media yang digunakan adalah

wasilah yadawiyah (karya tulis).31

Melihat dari unsur-unsur dakwah diatas bahwasanya yang perlu kita

pahami adalah media dakwah secara mendalam, dalam perspektif dakwah

keberadaan media dakwah sangatlah penting untuk keaktifan dalam berdakwah,

28

Muhammad Zamroni, Manhaj Dakwah Insan Pesantren, (Jatim: Kalam Santri Press,

2012), hlm. 140. 29

Acep Aripudin, op.cit., hlm. 13. 30

Muhammad Zamroni, op.cit., hlm. 140-142. 31

Tata Sukayat, Ilmu Dakwah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), hlm. 29.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

31

karena gaung setiap kata yang terucap dari manusia hanya dapat menjangkau jarak

yang sangat terbatas. Sedangkan dengan memanfaatkan media atau alat-alat

komunikasi massa maka jangkauan berdakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan

waktu. Media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah. Namun

bila ditinjau dakwah sebagai suatu sisitem yang terdiri dari beberapa komponen

(unsur) yang saling berkaitan, maka dari itu media dakwah mempunyai peranan

atau kedudukan yang sama dibanding dengan komponen yang lain. Dengan

demikian media dakwah harus ada dalam keseluruhan aktivitas dakwah walaupun

hanya bersifat sederhana dan sementara. Media yang digunakan dalam berdakwah

tentunya tidaklah sama. Semakin berkembangnya zaman media yang dapat

digunakan dalam berdakwah juga semakin pesat perberkembangannya. Untuk

dapat menyentuh seluruh kalangan dalam berdakwah dituntut untuk menguasai

media-media yang terus berkembang.

Media dakwah dapat berfungsi dengan efektif jika dapat digunakanya

dengan menyesuaikan diri dengan unsur yang ada dan dapat terarah sesuai yang

diinginkan demi tercapainya tujuan dakwah itu sendiri. Seorang da’i dapat

menggunakan dan menyesuaikan media yang tepat untuk dijadikan sebagai media

berdakwah. Seorang da’i perlu mengetahui karakteristik media agar nantinya

dapat menyesuaikan pesan dakwah yang ingin disampaikan. Semua pesan dakwah

bisa disampaikan lewat media apapun, bisa melalui lisan, audiovisual, maupun

media yang berbentuk tulisan. Seperti seorang yang ingin menyampaikan pesan

agama tentang peristiwa atau kisah zaman perjuangan Islam. Pesan tersebut bisa

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

32

disampaikan melalui lisan, vidio atau film bahkan melalui tulisan. Tergantung

seseorang penyampaian pesannya menyesuaikan apa yang diinginkan.

Oleh karena itu penyampaian isi pesan dakwah agar bisa diterima ummat

bisa menggunakan berbagai media yang ada pada zaman sekarang ini, salah satu

media yang dapat digunakan berdakwah adalah karya tulis atau novel yang sering

digemari oleh kalangan anak muda, pesan moral yaang disampaikan dalam karya

sastra seperti novel ini dapat mengena dan merubah karakter seseorang, karna

dapat dibaca berulang kali, karya sastra dan gaya bahasa yang sangat indah.

Semua pesan dakwah yang dikemas sedemikian rupa melalui karya sastra dengan

bentuk nilai-nilai agama dan pesan moral yang disampaikan oleh penulis.

Sehingga menjadikan mad’u yang dalam hal ini adalah pembaca, dapat

melahirkan efek yang sangat kuat untuk membentuk kepribadian melalui karya

tulis tersebut.

Kekuatan media karya tulis sangat luar biasa. Pengaruh dari pembaca

sangat banyak sekali, mulai dari membentuk kepribadian sampai dengan

memperbaiki prilaku dan sikap masing-masing, hanya dengan membaca karya

tulis dengan gaya bahasa yang indah maka akan lebih menghayati dan dibaca

berulang kali. Dari situlah pesan dakwah yang disampaikan melalui karya tulis

sangat berpengaruhi sekali bagi pembaca atau mad’u. Seperti halnya dalam novel

Kuntul Nucuk Mbulan yang mengandung nilai moral keIslaman dan pembentukan

karakter jatidiri seseorang sehingga pesan yang disampaikan melalui media karya

tulis akan berpengaruh terhadap pembaca.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

33

Oleh karena itu, perlu kita ketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam

novel juga sama halnya unsur-unsur dalam dakwah tersebut.

UNSUR DAKWAH UNSUR NOVEL

Da’i Pengarang

Pesan Dakwah Cerita

Metode Dakwah Novel/karya tulis

Materi Dakwah Naskah

Mad’u Pembaca

B. SEMIOTIKA SEBAGAI ANALISA

Dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik

dapat dipandang sebagai sebuah tanda, sebagai suatu bentuk, karya Sastra secara

tertulis akan memiliki sifat keruangan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah

cerita rekaan mengandung tabiat tanda- menanda yang menyiaratkan makna

semiotika.32

Oleh karna itu sangat sinkron sastra menggunakan analisa dengan

semiotika.

Manusia menggunakan berbagai alat untuk menyampaikan pesan pada objek

lain. Untuk menyampaikan pesan tersebut manusia dapat menggunakan bahasa

sebagai alat komunikasi. Bahasa ini dibentuk dari berbagai tanda, dan kajian ilmu

yang mempelajari tanda ini adalah semiotika. Semiotika pertama kali

diperkanalkan oleh Henry Stubbes pada tahun 1670. Hal itupun pertama kali

digunakan dalam ilmu kedokteran untuk menginterpretasikan tanda (simptom).33

32

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet.5,

hlm. 141. 33

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), ed. 1, cet.

1, hlm. 345.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

34

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Suatu tanda akan memberikan arti sesuatu yang selain tanda itu sendiri. Dan

makna yang terkandung dalam tanda merupakan sebuah hubungan antara objek

dan suatu tanda. Konsep ini mengikat seperangkat teori yang amat luas yang

berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal. Teori-

teori yang menjelaskan hubungan antara makna dan tanda secara umum ini

merujuk pada semiotika. Semiotika atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk

tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri

atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan benda,

ide, kedaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”, atau seme,

yang berarti penafsiran tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik

atas seni logika, retorika, dan poetika. 34

Semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan

tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup

teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan,

perasaan dan sebagainya yang berada diluar diri. Studi mengenai tanda tidak saja

memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi, tetapi juga memiliki

efek besar hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori

komunikasi.

Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah “tanda” diartikan

sebagai suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri.

34

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet.5,

hlm. 15-16.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

35

Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut John

Pohn pesan memiliki tiga unsur, yaitu pertama, tanda dan simbol, kedua bahasa

dan ketiga wacana. Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi.

Tanda menunjukan atau mengacu pada sesuatu yang bukan sendiri, sedangkan

makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda. Kedua

konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori

komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku

nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan

makna dan bagaimana tanda organisasi. Studi yang membahas mengenai tanda ini

disebut dengan semiotika. Tanda mutlak diperlukan dalam menyusun pesan yang

hendak disampaikan tanpa memahami teori tanda, maka pesan disampaikan dapat

membingungkan penerima.35

Ada beberapa model-model dalam semiotika dan para tokohnya yang akan

menguraikan terkait semiotika.

Pertama Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839.

Ayahnya yang bernama Benjamin adalah seorang profesor matematika di

Harvard.36

Peirce berpendapat bahwa tanda-tanda yang berkaitan dengan objek

yang menyerupainya, keberadaan objek memiliki hubungan sebab akibat dengan

tanda-tanda tersebut. Teori semiotika Peirce berangkat dari tiga elemen utama

yang disebut dengan pairce teori segi tiga makna (triangle meaning).37

Teori ini

35

Morissan, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet.1, hlm. 27. 36

Apriadi Tamburaka, Literasi media, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 61. 37

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.

266.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

36

terdiri dari tiga hal pokok yang saling berhubungan, yaitu: Tanda, acuan tanda

(objek) dan pengguna tanda.

Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah

sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah sebuah tanda yang ada

dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.38

Apabila ketiga

elemen ini berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncul makna tentang

sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna sebuah tanda akan muncul

sesuai persepsi orang yang berkomunikasi dengan latar belakang yang berbeda-

beda. Hubungan segi tiga makna Charles Sander Peirce ini lazimnya digambarkan

sebagai berikut:

Sumber: https://komunikasiana.wordpress.com.

a) Tanda (sign). Sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera yang merujuk pada hal lain diluar tanda itu sendiri.

b) Acuan tanda (objek). Yaitu konteks social yang menjadi referensi dari

tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

38

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 6, hlm.

115.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

37

Pengguna tanda (interpretant). Yaitu konsep pemikiran dari orang yang

menggunakan tanda dan menurunkannya kesuatu makna tertentu atau makna yang

ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Kedua Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia

dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut dengan signifer (penanda)

dan signifed (petanda). Jadi ide sentral dalam semiotik adalah konsepsi khusus

(particular) dan srtuktur sebuah tanda (sign) yang didefinisikan sebagai ikatan

antara yang menandai (signifer) dan yang ditandai (signifed).39

Signifer adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek

material) yakni apa yang dikatakan, ditulis dan dibaca sedangkan signifed adalah

gambaran mental dari bahasa. Saussure menggambarkan tanda yang terdiri dari

atas signifer dan signifed sebagai berikut :

Hubungan antara penanda dan petanda adalah produk kultural. Hubungan

antara produk keduanya bersifat arbiter dan hanya berdasarkan konvensi,

kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. berdasarkan

model pemaknaan ini, petanda-petanda merupakan konsep mental yang kita

39

Adam Kuper Dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 958.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

38

gunakan untuk membagi realitas dan mengkatagorikan sehingga kita dapat

memahami realitas tersebut. Petanda dibuat oleh manusia dan ditentukan oleh

kultur atau subkultur yang dimiliki manusia tersebut.40

Ketiga Roland Barthes lahir tahun 1915 dari kelas menengah Protestan di

Cherbourg dan dibesarkan di Beyonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah

barat daya Prancis. Ayahnya, seorang perwira angkatan laut, meninggal dalam

sebuah pertempuran di Laut Utara sebelum usia Barthes genap mencapai satu

tahun. Sepeninggal ayahnya, ia kemudian diasuh oleh ibu, kakek, dan neneknya.

Roland Barthes dikenal sebagai salah satu soerang pemikir strukturalis yang

getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure. Ia juga intelektual

dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan

semiotika pada studi sastra. Barthes menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan

peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Barthes

berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan

asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.

Barthes telah menulis banyak buku, yang beberapa diantaranya, telah menjadi

bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia. Dalam bukunya yang

terkenal, S/Z (1970), yang oleh Bertens pantas disebut sebuah buku dengan judul

cukup aneh, buku ini merupakan salah satu contoh bagus tentang cara kerja

Barthes. Ia menganalisis sebuah novel kecil yang relatif kurang dikenal, berjudul

Sarrasine, ditulis oleh sastrawan Prancis abad ke 19, Honore de Balzac. Dalam

penilaian John Lechte, buku ini ditulis Barthes sebagai upaya untuk

40

M.S. Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Manajemen Dalam Komunikasi,

(Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm.101.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

39

mengeksplisitikan kode-kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realis.

Berthes berpendapat bahwa Sarrasine ini terangkai dalam kode rasionalisasi,

suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dealam retorika tentang tanda mode.

Ada lima kode yang ditinjau Barthes yaitu, kode hermeneutik (kode teka-teki),

kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan),

dan kode gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan

pengetahuan tertentu.

Pada 1954-1956, sebuah rangkaian tulisan muncul dalam majalah Prancis,

Les Letters nouvelles. Pada setiap terbitannya Roland Barthes membahas

“Methology of the Month”(mitologi Bulan Ini), sebagian besar dengan

menunjukkan aspek denotatif tanda-tanda dalam budaya pop menyingkapkan

konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos-mitos” (myths) yang dibangkitkan

oleh sistem tanda yang lebih luas dan membentuk masyarakat.

John Lechte memaparkan, imaji dan pesan iklan, hiburan, kultur populer dan

literer, serta barang-barang konsumsi sehari-hari menemui telaah subjektif yang

cukup unik dalam hasil dan penerapannya. Cobley dan Jans mengungkapkan

bahwa Barthes membahas fenomena keseharian yang luput dari perhatian. Dan

menghabiskan waktu untuk menguraikan dan menunjukkan bahwa konotasi yang

terkandung dalam mitologi-mitologi tersebut biasanya merupakan hasil konstruksi

yang cermat.

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda

adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

40

tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara

panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran

kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra

merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan kedua yang dibangun di atas

bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut

dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari

denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Barthes menciptakan tentang

bagaimana tanda bekerja. 41

Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar

kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit ,

tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini menimbulkan perhatian

pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukkan (denotative)42

Representasi menurut Barthes menunjukkan bahwa pembentukan makna

tersebut mencakup sistem tanda menyeluruh yang mendaur ulang berbagai makna

yang tertanam dalam-dalam di budaya Barat misalnya, dan menyelewengkan ke

tujuan-tujuan komersil. Hal ini disebut sebagai struktur. Sehingga dalam

semiotika Roland Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna denotasi,

konotasi dan mitos. Untuk itulah Barthes meneruskan pemikiran Saussure dengan

menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami

41

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 63-

69. 42

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana , Analisis

Semiotik Dan Analisis Framing, (Bandung; PT Rosdakarya, 2004), hlm. 126-127.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

41

diharapkan oleh penggunanya. Gagasan barthes dikenal dengan “Two Order

Signification” (signifikasi dua tahap)

Sumber: https://komunikasiana.wordpress.com.

Melalui gambar diatas, Barthes seperti yang dikutip fiske, menjelaskan

signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer dan signifed

didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai

denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikansi tahap

kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan

perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Pada

signifikansi tahap kedua yang berkaitan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.

Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks , dan

sebagainya. Makna ini tidak bisa dipastikan dengan tepat, karena makna denotasi

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

42

merupakan generalisasi. Dalam terminologi Barthes denotasi adalah sistem

signifikansi tahap pertama43

.

Makna konotasi yang memiliki sejarah budaya dibelakangnya yaitu bahwa ia

hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan signifikansi tertentu. Konotasi

adalah mode operatif dalam pembentukan dan penyandaian teks kreatif seperti

novel, puisi, komposisi musik dan karya-karya seni.44

Mitos, dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi,

yang disebut dengan mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.45

Jadi mitos memiliki tugas untuk memberikan sebuah justifikasi ilmiah kepada

kehendak sejarah, dan membuat kemungkinan tampak abadi.46

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis semiotika model Roland

Barthes, yang mengembangkan dua tingkatan penandaan yang disebut dengan

denotasi, konotasi dan mitos.47

Pada hakikatnya dari ketiga tokoh di atas sama-sama membahas tentang tanda

penanda. Akan tetapi, cara mereprentasikannya saja yang berbeda dengan

berbagai model dari masing-masing tokoh tersebut. Beberapa alasan peneliti

memilih konsep semiotika Roland Barthes. Pertama karya sastra lebih mudah

menggunakan model tersebut karna makna yang tersirat perlu ditafsirkan, kedua

43

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasustra, 2010),

hlm. 247. 44

Ibid., hlm. 43. 45

Ibid., hlm. 71. 46

Roland Barthes, Metiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009), hlm. 208. 47

Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 163.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

43

karna konotasi pembentukan dalam mengartikan kretifitas seperti puisi, novel

musikal dan lain sebagainya, ketiga karena konsep Roland Barthes mengartikan

nilai-nilai budaya dalam lokal.

Untuk memperlihatkan hubungan antara kajian teoritis dalam penelitian ini

dengan analisis data pada Bab IV, maka dibuatlah definisi singkat istilah

penelitian yang dibutuhkan sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

Pertama, semiotika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana tanda-tanda

itu diproduksi sehingga menghasilkan makna. Tanda-tanda itu dikolaborasikan

untuk memberikan makna yang di inginkan oleh pembuat tanda interpretannya.

Kedua , cara kerja semiotika Roland Barthes bertumpu pada tiga hal yaitu

makna denotasi, konotasi dan mitos. Makna denotasi adalah makna yang paling

nyata dari makna yang tersurat dalam novel Kuntul Nucuk Mbulan dalam bentuk

kalimat-kalimat yang menjelaskan dari makna tersurat tersebut. Sedangkan

konotasi, penelitian membuat interpretasi dari makna denotasi yang didasarkan

pada rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti, sehingga konotasinya akan

mempresentasikan konsep Kuntul Nucuk Mbulan. Pada akhirnya peneliti akan

menemukan makna mitos yang terkandung dalam suatu makna tersirat dengan

mengkolaborasikan makna denotasi dan makna konotasinya. Dalam penelitian ini,

mitos merupakan wacana simbol Kuntul Nucuk Mbulan dan Sing Pendhitku

Ngusap Ing Mbun yang dipakai dalam novel tersebut.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH.eprints.unisnu.ac.id/1517/3/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. NOVEL SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan

44

Ketiga, representasi dalam penelitian ini adalah penggambaran suatu

wacana yang disampaiakan lewat media novel, sehingga dapat dirasakan dalam

bentuk fisik tertentu. Karena yang digunakan adalah media novel, maka

representasi terlingat dari rangkaian simbol-simbol yang diungkapkan dengan

karya sastra.