bab ii landasan teori a. persaingan usaha dalam islam 1

31
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1. Pengertian Persaingan Usaha Persaingan usaha adalah istilah yang sering muncul dalam berbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis. Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi. Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen. Sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha dari pihak atau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat “memperoleh pesanan” dengan menawarkan harga atau kualitas yang paling menguntungkan. Persaingan ini dapat terdiri dari beberapa bentuk pemotongan harga, iklan atau promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain dan segmentasi pasar. 1 Kondisi persaingan juga berkaitan erat dengan kebebasan manusia untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha. Pada dasarnya setiap orang akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha sehingga hak setiap manusia untuk mengembangkan diri (the right to self development ) menjadi terjamin. Persaingan 1 Basu Swasta dan Ibnu Sujojto. W, Dinamika Pemasaran Jelajahi Dan Rasakan (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), 22.

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persaingan Usaha dalam Islam

1. Pengertian Persaingan Usaha

Persaingan usaha adalah istilah yang sering muncul dalam

berbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan

bisnis. Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang

artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan,

dan kompetisi. Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan

berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen.

Sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha

dari pihak atau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat

“memperoleh pesanan” dengan menawarkan harga atau kualitas yang

paling menguntungkan. Persaingan ini dapat terdiri dari beberapa

bentuk pemotongan harga, iklan atau promosi, variasi dan kualitas,

kemasan, desain dan segmentasi pasar.1

Kondisi persaingan juga berkaitan erat dengan kebebasan

manusia untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha.

Pada dasarnya setiap orang akan mempunyai kesempatan yang sama

untuk berusaha sehingga hak setiap manusia untuk mengembangkan

diri (the right to self development) menjadi terjamin. Persaingan

1 Basu Swasta dan Ibnu Sujojto. W, Dinamika Pemasaran Jelajahi Dan Rasakan (Jakarta : Raja

Grafindo, 2005), 22.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

12

bertujuan untuk efisiensi dalam menggunakan sumber daya,

memotivasi untuk sejumlah potensi atau sumber daya yang tersedia. 2

Tanpa adanya persaingan, tidak akan dapat diketahui apakah

kinerja yang dijalankan sudah mencapai tingkat yang optimal. Hal ini

dikarenakan tidak adanya pembanding yang dapat dijadikan acuan.

Kita akan selalu terjebak pada penilaian subjektif bahwa kita sudah

melakukan yang terbaik. Dengan adanya pesaing, masing-masing

pihak dapat mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja

pesaingnya. Jika pada suatu saat pelaku usaha merasa kinerjanya lebih

rendah dibandingkan pesaingnya, maka ia akan berusaha

meningkatkan kemampuannya agar dapat mencapai atau bahkan

melebihi tingkat yang dicapai pesaingnya. Menurut Michael E. Porter

ada lima faktor persaingan yang terdapat pada tiap jenis industri,

yaitu:3

a. Persaingan industri antara sesama perusahaan sejenis, yaitu

persaingan antara sesama industri yang memproduksi komoditas

yang sama dengan merk berbeda.

b. Peserta potensial, yaitu persaingan dengan perusahaan baru yang

secara potensial dapat mengancam eksistensi perusahaan yang

sudah ada.

2 Mustafa Kamal. R, Hukum Persaingan Usaha (Jakarta : Rajawali Press, 2012), 10.

3 Susanti Adi. N, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia ( Jakarta : Kencana, 2012), 223.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

13

c. Barang subsitusi, yaitu persaingan dengan produk subsitusi.

Misalnya kapas alam diganti dengan kapas sintetis yang lebih

murah dan mudah di produksi.

d. Pemasok, yaitu kekuatan tawar menawar para pemasok dalam

memasok bahan baku, tenaga kerja, teknologi, energi dan

sebagainya.

e. Pembeli, yaitu kekuatan tawar menawar para pembeli.

Kelima hal tersebut diatas merupakan unsur persaingan yang

harus dimiliki dan dikuasai perusahaan. Keterpaduan faktor tersebut

akan memberi sinergi bagi perusahaan. Para pengusaha yang mampu

menyusun suatu strategi yang terpadu dan lengkap akan mampu

menguasai pasar global.

Ada tiga macam bentuk dasar persaingan usaha oleh para ahli

ekonomi dibagi menjadi : persaingan sempurna, monopoli, dan

persaingan tidak sempurna.4

a. Persaingan sempurna mempunyai ciri yaitu identik barang yang

diperjualbelikan bersifat homogen dengan jumlah penjual dan

pembeli yang sangat banyak sehingga tidak ada satu pun

penjual atau pembeli yang dapat mempengaruhi pasar secara

sendiri. Karenanya, jika ada penjual yang menaikkan harga,

maka ia akan kehilangan pembeli, sedangkan jika ia

menurunkan harga maka ia akan merugi. Dan teknologi akses

4 Thamrin Abdullah, Manajemen Pemasaran (Jakarta : Rajawali Press, 2012), 86.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

14

kepada pemasok sama, tidak ada hambatan keluar masuk bagi

perusahaan lama dan baru.

b. Monopoli merupakan lawan dari persaingan sempurna, karena

hanya ada satu penjual dengan produk yang sangat unik, tidak

ada produk pengganti sehingga penjual dapat mempengaruhi

harga.

c. Persaingan tidak sempurna terdiri dari dua bentuk, yakni

monopolistik dan oligopoli. Monopolistik dicirikan banyak

penjual namun produk-produknya memiliki perbedaan

sehingga produk-produk ini bersaing atas dasar harga tetapi

produk berbeda. Sementara oligopoli dicirikan sedikitnya

penjual produk relatif homogen, perubahan harga yang

dilakukan oleh salah satu produsen akan menimbulkan reaksi

produsen lain.5

Persaingan usaha juga dapat ditemui dalam UU No.5 tahun

1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat.

Dalam dunia bisnis persaingan usaha dikenal dengan dinamika

persaingan yang berarti perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

persaingan yang terjadi pada perusahaan dalam merebutkan pelanggan

pada periode-periode tertentu. Untuk itu setiap perusahaan perlu

memperhatikan dinamika yang terjadi agar mereka bisa mengikuti

5 Thamrin Abdullah, Manajemen Pemasaran, 87.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

15

persaingan supaya tidak mengalami kekalahan dalam kompetisi di

pasar. 6

Dalam kamus Manajemen persaingan bisnis terdiri dari :

a. Persaingan sehat (healthy competition) adalah persaingan antara

perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak

akan menuruti atau melakukan tindakan yng tidak layak dan

cenderung mengedepankan etika-etika bisnis.

b. Persaingan gorok leher (cut throat competition) persaingan ini

merupakan bentuk persaingan yaang tidak sehat atau fair, dimana

terjadi perebutan pasar antara beberapa pihak yaang melakukan

usaha yang mengarah pada menghalalkan segala cara untuk

menjatuhkan lawan, sehingga salah satu tersingkir dari pasar dan

salah satunya menjual barang dibawah harga yang berlaku dipasar.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Usaha

Hal-hal yang mempengaruhi persaingan usaha diantaranya

adalah diperjual-belikan (produk), harga, perpindahan sesuatu yang

diperjual-belikan itu dari penjual ke pembeli (distribusi) dan informasi

yang tepat, cepat dan akurat (promosi) serta sikap dalam melayani

penjual selama transaksi maupun pasca transaksi (pelayanan).7

a. Produk (product)

Hal-hal yang secara umum terkait dengan produk adalah:

kualitas (input-process-output), desain, varian (lengkap-ragam

6 Ahmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 27.

7 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2000), 451.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

16

pilihannya), kemasan (menjadikan produk steril,

mencegah/mengurangi tingkat kerusakan produk, memperpanjang

usia produk, ukuran yang sesuai kebutuhan), merek dan label

(dengan segala informasi penting yang dibutuhkan pelanggan).

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk

memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Pelanggan

memuaskan kebutuhan dan keinginannnya lewat produk. Istilah

lain dari produk adalah penawaran atau pemecahan. Produk dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu barang fisik, jasa, dan gagasan.

Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran

pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuan bersaing atau

mengatasi persaingan.

b. Harga (price)

Harga sebenarnya merupakan salah satu faktor yang harus

dikendalikan secara serasi dan selaras dengan tujuan yang ingin

dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang bersangkutan

dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan

suatu usaha, baik yang bersangkutan dengan kegiatan penjualan,

ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu usaha. Ini

berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang dan jasa.

Penetapan harga adalah proses manual atau otomatis dari

penerapan harga untuk perintah membeli dan menjual, yang

didasarkan pada faktor seperti: jumlah yang ditetapkan, promosi

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

17

atau kampanye penjualan, kutipan penjual spesifik, harga yang

berlaku pada masukan, pengiriman atau tanggal faktur, kombinasi

berbagai pesanan atau bentuk, dan banyak lainnya.8 Sistem

otomatis memerlukan lebih banyak susunan dan pemeliharaan

tetapi mungkin mencegah kesalahan penetapan harga.

Pengusaha perlu memikirkan tentang penetapan harga jual

produknya secara tepat karena harga yang tidak tepat akan

berakibat tidak menarik para pembeli untuk membeli barang

tersebut. Penetapan harga jual barang yang tepat tidak selalu berarti

bahwa harga haruslah ditetapkan rendah atau serendah mungkin.

Sering kita jumpai bahwa apabila harga barang tertentu itu rendah

maka banyak konsumen justru tidak senang karena dengan harga

yang murah itu maka semua orang akan dapat membelinya dan

dengan demikian berarti semua orang dapat memakai barang

tersebut.9

Penetapan harga sering juga dikaitkan dengan upaya harga

promosi, dimana pemberian harga diskon dimaksudkan agar

pelanggan merasa bahwa produk itu berharga murah.Permasalahan

yang sering dihadapi adalah penetapan besarnya diskon harga yang

diberikan, sehingga pembeli dapat merasa bahwa diskonnya besar.

Dengan demikian, diharapkan pembeli akan tergugah untuk

membeli produk itu.

8 Susanti Adi. N, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, 81.

9 Ibid., 89.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

18

c. Lokasi/distribusi (place)

Hal-hal yang berhubungan dengan distribusi adalah

kemudahan dan kecepatan pelanggan dalam mendapatkan produk,

seperti menambah armada transportasi, cakupan lokasi/coverage

area dengan membuka cabang perusahaan, dan/atau bekerja sama

dengan perusahaan perantara yang jenisnya bisa berupa pedagang

besar, distributor, agen dan pedagang eceran. Lokasi adalah faktor

yang sangat penting dalam usaha. Pada lokasi yang tepat, sebuah

gerai akan lebih sukses dibandingkan dengan gerai lainnya yang

berlokasi kurang strategis meskipun keduanya menjual produk

yang sama oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan

sama-sama punya penataan yang bagus.10

Penentuan lokasi perusahaan memegang peranan yang sangat

penting, segera setelah keputusan berusaha atau berinvestasi

ditetapkan. Atau bahkan keputusan berusaha atau berinvestasi

muncul justru karena terpicu oleh adanya lokasi ideal. Lokasi yang

tepat akan memunculkan daya saing dalam bidang-bidang

kedekatan dengan pasar sasaran, kedekatan dengan tersedianya

tenaga kerja trampil, kemudahan dan kemurahan masalah

transportasi dan distribusi, ketersediaan bahan baku dan bahan

pembantu, ketersediaan bahan bakar, listrik, dan air, kemudahan

10

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2, 458.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

19

dan kemurahan pengelolaan limbah industri, kemudahan perijinan

serta penerimaan masyarakat, dan bahkan adanya intensif pajak.

d. Promosi (promotion)

Adapun yang berhubungan dengan promosi adalah

penyampaian informasi mengenai karakteristik produk, manfaat

dan kegunaan produk secara benar dan cepat. Kita juga harus

menentukan mengenai promosi yang ada, bagaimana efisiensi dan

efektivitas komunikasi yang ada sekarang, dan bagaimana dengan

rencana komunikasi yang kita lakukan serta bagaimana

penyampaian informasi sehingga bisa sampai ke konsumen dan

menjadikan pembelian. Setiap produk memiliki karakter yang

berbeda-beda dalam komunikasi, ada yang memang harus melalui

iklan untuk produk konsumen secara luas.11

Promosi dalam etika bisnis Islam merupakan suatu upaya

penyampaian informasi yang benar terhadap produk barang atau jasa

kepada calon konsumen atau pelanggan. Berkaitan dengan hal itu

maka ajaran Islam sangat menekankan agar menghindari unsur

penipuan atau memberikan informasi yang tidak benar bagi para calon

konsumen atau pelanggan. Terkait promosi berupa iklan, Secara

umum Islam telah sangat jelas memberikan dan membahas

persoalan etika ekonomi yang bisa dijadikan landasan etika dalam

periklanan. Landasan etis tersebut dapat dikemukakan bahwa:

11

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2, 460.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

20

1) Berbisnis bukan hanya mencari keuntungan, tetapi itu harus

diniatkan sebagai ibadah kita kepada Allah Swt.

2) Sikap jujur (objektif)

3) Sikap toleransi antara penjual dan pembeli

4) Tekun (istiqomah) dalam menjalankan usaha

5) Berlaku adil dan melakukan persaingan sesama pebisnis secara

baik dan sehat.

e. Pelayanan (service)

Selanjutnya adalah terkait pelayanan yang dimaksud dalam

kandungan kalimat “yaitu sumber daya manusia (SDM) yang

profesional, tulus dan etis. Produk, harga, distribusi dan promosi

yang baik akan menjadi kurang berarti apabila tidak disertai

pelayanan yang profesional, tulus dan etis. Hanya pelayanan dari

hati bisa sampai ke hati pelanggan. Layanan adalah setiap kegiatan

atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksi layanan bisa berhubungan dengan produk fisik maupun

tidak.

Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan

seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada

pelanggan. Faktor utama dari pelayanan adalah kesiapan dari

sumber daya manusia dalam melayani pelanggan atau calon

pelanggan. Oleh karena itu, sumber daya manusia perlu disiapkan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

21

secara matang sebelumnya hingga mampu memberikan pelayanan

yang optimal kepada calon pelanggannya.12

3. Persaingan Usaha dalam Etika Bisnis Islam

Ada 6 (enam) persaingan usaha dalam pandangan Islam yang

dapat digunakan sebagai panduan, antara lain :

a. Jujur yaitu sikap yang tidak berbohong, tidak menipu, tidak

mengada-ngada fakta, tidak berkhianat serta tidak pernah ingkar

janji. hal ini sesuai dengan ayat QS. Asy-Syu’ara (26) 181-183

Artinya : “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan

yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-

haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan

membuat kerusakan. 13

12 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2, 460. 13

QS. Asy-Syu’ara (26) : 181-183.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

22

b. Bertanggung jawab dan terpercaya (Al-Amanah) yaitu suatu sikap

dalam menjalankan bisnisnya selalu bertanggung jawab dan dapat

dipercaya.

c. Tidak menipu (Al-Kadzib) yaitu suatu sikap yang sangat mulia

dalam menjalankan bisnisnya adalah tidak pernah menipu. Seperti

praktek bisnis dan dagang yang diterapkan oleh Rasulullah SAW

adalah tidak pernah menipu.

d. Menepati janji dan tidak curang yaitu suatu sikap pebisnis yang

selalu menepati janji baik kepada pembeli maupun diantara sesama

pebisnis.

e. Melayani dengan rendah hati (khidmah) yaitu sikap ramah tamah,

sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh

tanggung jawab.

f. Tidak melupakan akhirat yaitu ketika sedang menjalankan

bisnisnya tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata

untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan

keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, wajib

melaksanakannya sebelum habis waktunya.14

B. Minat Konsumen

1. Pengertian Minat Konsumen

Minat (intention) merupakan suatu kecenderungan untuk

melakukan tindakan terhadap obyek dan terkait dengan sikap dan

14

Johan Arifin, Etika Bisnis Islam (Semarang : Walisongo Press, 2009), 153.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

23

perilaku. Minat dianggap sebagai suatu “penangkap” atau perantara

antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Minat

juga mengindikasikan seberapa keras seseorang mempunyai kemauan

untuk mencoba. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang

direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu dan minat

berhubungan dengan perilaku.

Konsumen berasal dari bahasa asing (Belanda/Inggris),

consumen dan consumer yang arti harfiahnya adalah pembeli.

Pengertian lain dari konsumen sangat luas, beragam dan sangat terkait

erat dengan tujuan seseorang membeli suatu produk misalnya sebagai

pengguna, yang diterjemahkan dan kata users dari kata Bahasa Inggris.

Pengertian lain dari konsumen adalah pemakai, penikmat, pemanfaat,

pemakan, peminum, penerima, pendengar, pemirsa. Dan kata lain

konsumen adalah mereka yang berperan sebagai pembeli, pengguna,

pemelihara, dan pembuat barang dan jasa.15

Istilah perilaku konsumen merujuk kepada perilaku yang

diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan menghabiskan produk barang dan jasa yang mereka

harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam kegiatan

mencari, tentu bukan terbatas dalam mencari barang atau jasa yang

15

Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen (Bandung : Alfabeta, 2013), 24.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

24

dibutuhkan, melainkan juga mencari informasi yang terkait dengan

kualitas, harga, ukuran, cara mendapatkannya, cara penggunaannya. 16

Perilaku minat konsumen adalah hasil dari evaluasi terhadap

merk atau jasa. Tahapan terakhir dari proses tersebut adalah

pengambilan keputusan secara kompleks termasuk menggunakan merk

atau jasa tersebut pada saat digunakan dan menyimpan informasi untuk

digunakan pada masa yang akan datang. Minat konsumen merupakan

perilaku konsumen yang menunjukkan sejauh mana komitmennya

untuk melakukan tindakan pembelian atau kegiatan penggunaan suatu

jasa.17

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Konsumen

Keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu

hubungan yang saling mempengaruhi dan sangat berguna untuk

mengidentifikasi pembeli-pembeli yang mungkin memiliki minat

terbesar terhadap suatu produk. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi minat konsumen adalah :18

a. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar

dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk

lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia

umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh

16

Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen, 32. 17

J. Setiadi Nugroho, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian

Pemasaran (Jakarta : Kencana, 2003), 10. 18 Ibid., 15.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

25

mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku

melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan

lembaga-lembaga sosial penting lainnya. Seorang anak yang

dibesarkan di Amerika akan terbuka pada nilai-nilai: prestasi dan

keberhasilan, kegiatan efisiensi dan kepraktisan, kemajuan,

kenyamanan dari segi materi, individualisme, kebebasan,

kenyamanan diluar, kemanusiaan dan jiwa muda.

b. Sub-Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil

yang memberikan indentifikasi dari sosilisasi yang lebih spesifik

untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi

empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,

kelompok ras, area geografis.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara

hierarki dan keanggotanya mempunyai nilai, minat, dan perilaku

yang serupa.

1) Faktor Sosial

a) Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah seseorang atau kelompok

orang yang dijadikan acuan oleh seorang dalam membentuk

pandangan tentang nilai tertentu, sikap atau pedoman

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

26

berperilaku yang memiliki ciri-ciri khusus. Pendapat lain

menyatakan bahwa referensi kelompok adalah perorangan atau

kelompok nyata atau maya yang membayangkan mempunyai

kesamaan penilaian aspirasi atau perilaku. Pendapat di atas

memberikan inspirasi bagi pelaku usaha untuk mempengaruhi

perilaku konsumen dengan cara menampilkan figur-figur

masyarakat tertentu sebagai “pedoman” dan acuan bagi

konsumen untuk mengambil keputusan membeli.

Para pemasar berusaha mngidentifikasi kelompok-

kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang

umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka

pada tiga cara. Pertama, kelompok referensi memperhatikan

pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka

juga mempengaruhi sikap dan konsep jati-diri seseorang karena

orang tersebut umumnya ingin “ menyesuaikan diri”. Ketiga,

mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang

dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk seseorang.

b) Keluarga

Pengertian tentang keluarga sangat luas dan beragam,

keluarga didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang

mempunyai hubungan darah, pernikahan atau adopsi yang

tinggal bersama. Pendapat lain menyatakan lazimnya satu unit

keluarga adalah keluarga yang lengkap, terdiri dari tiga

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

27

generasi yang hidup bersama dan yang sering terjadi tidak

hanya kakek dan nenek, akan tetapi juga paman, bibi,

keponakan, dan kerabat lainnya. Unit keluarga terdiri dari dua

atau lebih orang yang saling memiliki keterkaitan yang tinggal

dan makan dalam tempat tinggal pribadi.

Dalam keluarga, keputusan untuk memenuhi kebutuhan

hidup lazimnya dilakukan oleh kepala keluarga, atau pencari

nafkah. Anggota keluarga lainnya hanya mengikuti apa yang

telah diputuskan kepada keluarga. Keputusan untuk memenuhi

kebutuhan hidup lazimnya berbanding seharga dengan tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan. Dari

penjelasan ini maka dengan sendirinya faktor keluarga sangat

mempengaruhi dalam keputusan membeli.

c) Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok

selama hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang

dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan

status.

2) Faktor Pribadi

a) Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus

hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

28

mengidentifikasikan tahapan-tahapan dalam siklus hidup

psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami hidupnya

b) Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-

kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata

terhadap produk dan jasa tertentu.

c) Keadaan Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang

adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatannya,

stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk

persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk

meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

d) Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang di

ekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya

hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang

berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga

mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

e) Kepribadian dan Konsep Diri

Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik

psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang,

responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

29

berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Bila jenis-

jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi

yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan

berbagai pilihan produk atau merk.

3) Faktor Psikologi

a) Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini

timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar,

rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan

lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari

keadaan fisiologis tertentu.

Teori motivasi Freud, mengasumsikan bahwa kekuatan-

kekuatan psikologis yang sebenarnya membentuk perilaku

manusia sebagian besar bersifat di bawah sadar. Freud melihat

bahwa seseorang akan menekan berbagai keinginan seiring

dengan proses pertumbuhannya dan proses penerimaan aturan

sosial. Keinginan-keinginan ini tidak pernah berhasil

dihilangkan atau dikendalikan secara sempurna, dan biasanya

muncul kembali dalam bentuk mimpi, salah bicara dan

perilaku-perilaku neurotis.

b) Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang

memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

30

untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang

sama karena adanya tiga proses persepsi :

(1) Perhatian yang selektif

(2) Gangguan yang selektif

(3) Mengingat kembali yang selektif

Faktor-faktor persepsi ini yaitu perhatian, gangguan, dan

mengingat kembali yang selektif. Berarti bahwa para pemasar

harus bekerja keras agar pesan yang disampaikan diterima.19

3. Prinsip Konsumsi dalam Islam

Dalam pola konsumsi, Al-Qur’an menjelaskan bahwa

manusia dapat memanfaatkan segala ciptaan Allah SWT dibumi

sebagai bahan konsumsinya. Hanya saja pemenuhan konsumsi itu

harus dijalankan secara wajar dan seimbang. Tidak berlebihan atau

kikir (pelit, dan terlalu irit). Hal ini terdapat pada Al-Qur’an surat

Al-A’raf :

Artinya :”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-

19

J. Setiadi Nugroho, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian

Pemasaran, 11-15.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

31

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan.”20

Konsumsi dalam Islam senantiasa memperhatikan kaidah

halal-haram, komitmen dan konsekuen dengan kaidah-kaidah dan

hukum-hukum syariat yang mengatur konsumsi agar mencapai

kemanfaatan konsumen optimal mungkin dan mencegah

penyelewengan dari jalan kebenaran dan dampak mudharat baik

bagi dirinya maupun orang lain sangat penting untuk diketahui. 21

Lukman Hakim, berpendapat bahwa ada beberapa prinsip

dalam konsumsi bagi seorang muslim yang didasarkan dari ayat-

ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Prinsip-prinsip tersebut

antara lain :

a. Prinsip Syariah

1) Memperhatikan Tujuan Konsumsi

Perilaku konsumen muslim dari segi tujuan tidak

hanya mencapai kepuasaan dari konsumen barang,

melainkan berfungsi ibadah dalam rangka mendapat ridha

Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Katakanlah : Sesungguhnya sembayangku,

ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,

Tuhan semesta alam.”22

20

QS. Al-A’raf (7) : 31. 21

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha

(Bandung : Alfabeta, 2013), 161. 22

QS. Al-An’am (6) : 162.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

32

Kata hidup, makna di dalamnya mencangkup masalah

konsumsi. Perilaku konsumsi muslim berfungsi sebagai

ibadah. Sehingga merupakan amal sholeh. Karena, setiap

perbuatan merupakan perintah dari Allah SWT, dan

diniatkan hanya untuk mendapatkan RidhoNya.

2) Memperhatikan Kaidah Ilmiah

Dalam berkonsumsi seorang muslim harus

memperhatikan prinsip kebersihan. Prinsip kebersihan

mengandung arti barang yang dikonsumsi harus bebas dari

kotoran maupun penyakit. Demikian juga harus

menyehatkan, bernilai gizi, dan memiliki manfaat, serta

tidak memiliki kemudharatan. Sebagaimana yang telah

difirmankan Allah SWT berikut :

Artinya :”Hai orang-orang yang berimaan, makanlah di

antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu

dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-

Nya kamu menyembah.”23

Kaidah ilmiah juga memperhatikan prinsip keadilan.

Prinsip keadilan mengandung arti bahwa dalam

berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman. Yakni,

23

QS. Al-Baqarah (2) : 172.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

33

berada dalam batasan aturan atau hukum agama. Serta

menjunjung tinggi kepantasan atau kebaikan (halalan

thayiban). Islam memiliki berbagai ketentuan barang

ekonomi yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh

dikonsumsi. Pada prinsipnya, ketentuan aturan ini berkaitan

dengan sesuatu yang dapat membahayakan fisik maupun

keyakinan manusia. Sehingga ketentuan ini harus dipatuhi

oleh seorang muslim.

3) Memperhatikan Bentuk Konsumsi

Dari segi bentuk konsumsi, seorang muslim harus

memperhatikn apapun yang dikonsumsinya. Hal ini tentu

berhubungan dengan adanya batasan orang muslim dalam

mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Seorang muslim

dilarang mengkonsumsi daging babi, bangkai, darah,

minum keras (khamr), candu/narkotika, dan berjudi

b. Prinsip Kuantitas

1) Sederhana, tidak Bermewah-Mewahan

Kuantitas konsumsi yang terpuji dalam kondisi yang

wajar adalah sederhana. Maksudnya berada diantara boros

dan pelit. Kesederhaan ini merupakan salah satu sifat hamba

Allah SWT seperti yang disebutkan dalam firmanNya :

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

34

Artinya :” Dan orang-orang yang apabila membelanjakan

(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan

adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara lain yang

demikian.”24

Maksud dari kata tidak berlebih-lebihan dalam ayat di

atas adalah tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam

berinfak lebih dari apa yang diperlukan. Hal ini, bukan

berarti kikir terhadap keluarga, sehingga mengakibatkan

hak dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Namun,

membelanjakan harta dengan seimbang dan selektif, tidak

melebihi keperluan, tidak pula kikir terhadap kebutuhan.

2) Kesesuaian Pemasukan dengan Konsumsi

Kesesuaian antara pemasukan dan dikonsumsi adalah

hal yang sesuai dengan fitrah manusia dan realita.

Pemasukan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi permintaan konsumen (individu).

Permintaan menjadi bertambah jika pemasukan bertambah,

dan permintaan menjadi berkurang jika pemasukan

menurun, dengan tetapnya faktor-faktor lain, seperti harga

dan penawaran. Sesungguhnya kesesuaian antara konsumsi

dan pemasukan tersebut telah di firmankan Allah SWT

sebagai berikut :

24

QS. Al-Furqan (25) : 67.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

35

Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah

menurut kemampuannya dan orang yang disempitkan

rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang

diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban

kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah

berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan.”25

Makna dari ayat tersebut adalah diperbolehkan

memakai pakaian bagus asalkan sesuai dengan kadar

kemampuannya. Juga hendaknya memuliakan saudara

muslimnya.

c. Prinsip Moralitas

Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi

juga memperhatikan nilai moralitas. Artinya, kegiatan konsumsi

ini haruslah dapat meningkatkan atau memajukan nilai-nilai

moral dan spiritual. Seorang muslim diajarkan untuk

menyebutkan nama Allah sebelum makan, dan menyatakan

terimakasih setelah makan adalah agar dapat merasakan

kehadiran ilahi pada setiap saat memenuhi kebutuhannya. Hal

ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-

nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

25

QS. At-Talaq (65) : 7.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

36

Selain ketiga prinsip di atas, Abdul Aziz menambahkan

prinsip prioritas dengan memperhatikan urutan kepentingan

yang harus diprioritaskan agar tidak kemudharatan, yaitu :26

1) Primer, yaitu konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar

manusia dapat hidup dan menegakkan kemaslahatan

dirinya di dunia dan agamanya serta orang terdekatnya,

seperti makanan pokok.

2) Sekunder, yaitu konsumsi untuk menambah atau

meningkatkan tingkat kualitas hidup yang lebih baik

misalnya mengkonsumsi madu, susu, dan sebagainya.

3) Tersier, yaitu untuk memenuhi konsumsi manusia yang

jauh lebih membutuhkan.27

C. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Pada dasarnya etika berpengaruh terhadap para pelaku bisnis,

terutama dalam hal kepribadian, tindakan dan perlakunya. Etika

ialah teori tentang perilaku perbuatan manusia, dipandang dari nilai

baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Perkataan

etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya

(ta etha) berarti “ adat istiadat” atau “kebiasaan”. ini berarti secara

etimologi etika identik dengan moral, karena telah umum diketahui

bahwa istlah moral berasal dari kata mos (dalam bentuk tunggal)

26

Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, 163. 27

Ibid., 164.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

37

dan mores (dalam bentuk jamak) dalam bahasa Latin yang artinya

kebiasaan atau cara hidup.28

Sedangkan bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah

pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,

perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Dalam

terminologi bahasan ini, pembiayaan merupakan pendanaan, baik

aktif maupun pasif, yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan

kepada nasabah. Sedangkan bisnis merupakan aktivitas jasa,

perdagangan, dan industri guna memaksimalkan nilai keuntungan.

Skinner mengatakan bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau

uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. 29

Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha

berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan

dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan

atau bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis

adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup

seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri

dan juga masyarakat. 30

28

A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-qur’an (Jakarta : Amzah, 2010), 17. 29

Muhammad, Etika Bisnis Islami, 37. 30

Ibid., 38.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

38

2. Prinsip-prinsip dalam Etika Bisnis Islam

Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai transenden

seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip etika

yang telah digariskan dalam Islam, antara lain :31

a. Jujur dalam takaran

Etika bisnis membangun kepercayaan dan kepercayaan

adalah dasar daripada bisnis modern. Dalam membangun

kerangka kepercayaan itu seorang pedagang harus mampu

berbuat jujur atau adil, baik terhadap dirinya maupun orang

lain. Kejujuran ini harus direalisasikan antara lain dalam

praktik penggunaan takaran yang tidak membedakan antara

kepentingan pribadi (penjual) maupun kepentingan orang lain

(pembeli) dengan sikap jujur itu kepercayaan pembeli kepada

penjual akan tercipta dengan sendirinya. sesuai firman Allah

dalam surat Al-An’am ayat 152 :

Artinya : “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu

berlaku adil sekalipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah

janji Allah Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu

agar kamu ingat”.32

31

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Malang : UIN Malang Press, 2007),

23-31. 32

QS. Al-An’am (6) : 152

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

39

b. Menjual barang yang baik mutunya

Salah satu cacat etis dalam perdagangan adalah tidak

transparan dalam hal mutu, yang berarti mengabaikan tanggung

jawab moral dalam dunia bisnis. Padahal tanggung jawab yang

diharapkan adalah tanggung jawab yang berkesinambungan

antara memperoleh keuntungan dan memenuhi norma-norma

dasar masyarakat baik berupa hukum, maupun etika atau adat.

Menyembunyikan mutu sama halnya dengan berbuat curang

dan bohong. Sesuai firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat

37 :

Artinya : Musa menjawab : “ Tuhanku lebih mengetahui orang

yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang

akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat.

Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-

orang yang zhalim”.33

c. Dilarang menggunakan sumpah

Seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,

terutama di kalangan para pedagang kelas bawah apa yang

dikenal dengan obral sumpah. Mereka terlalu mudah

menggunakan sumpah dengan maksud meyakinkan pembeli

33

QS. Al-Qashash (28) : 37

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

40

bahwa barang dagangannya benar-benar berkualitas, dengan

harapan agar orang terdorong untuk membelinya. Dalam Islam

perbuatan semacam itu tidak dibolehkan karena akan

menghilangkan keberkahan

d. Bermurah hati

Dalam transaksi terjadi kontak antara penjual dan

pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap

ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap

ini seorang penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan

akan diminati oleh pembeli, sesuai firman Allah dalam surat

Ali Imran ayat 159 :

Artinya : “ Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.34

e. Membangun hubungan baik

Hubungan pribadi dianggap sangat penting dalam

mengembangkan ikatan perasaan dan kemanusiaan dan perlu

diyakini secara timbal balik bahwa hubungan bisnis tidak akan

berakhir segera setelah hubungan bisnis selesai. Yang

terpenting antara penjual dan pembeli tidak hanya mengejar

keuntungan materi semata, namun dibalik itu ada nilai

kebersamaan untuk saling menjaga jaminan kerjasama yang

34

QS. Ali Imran (3) : 159

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Persaingan Usaha dalam Islam 1

41

terbangun lewat silaturrahmi. Dengan silaturrahmi dalam Islam

akan diraih hikmah yang dijanjikan akan diluaskan rezeki dan

dipanjangkan umurnya bagi siapa pun yang melakukannya.

f. Menetapkan harga dengan transparan

Harga yang tidak transparan bisa mengandung

penipuan. Untuk itu menetapkan harga dengan terbuka dan

wajar sangat dihormati dalam Islam agar tidak terjerumus

dalam riba. Kendala dunia bisnis tetap ingin memperoleh

prestasi (keuntungan).35

35

Djakfar, Etika Bisnis, 31.