bab ii landasan teori ii.1 pasar modal -...

26
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal Dalam dunia pasar modal, pergerakan harga saham merupakan hal yang esensial untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan, para investor harus mempunyai kemampuan dalam menganalisa pergerakan harga saham di masa mendatang. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pergerakan harga saham, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu pengertian pasar modal. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri” (h. 1). Pasar modal di Indonesia dikelola oleh Bapepam di bawah pengendalian menteri keuangan Republik Indonesia. Bapepam merupakan lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Bapepam adalah : 1. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal 2. Penegakan peraturan di bidang Pasar Modal

Upload: vuongcong

Post on 20-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pasar Modal

Dalam dunia pasar modal, pergerakan harga saham merupakan hal yang esensial

untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari

investasi yang ditanamkan, para investor harus mempunyai kemampuan dalam

menganalisa pergerakan harga saham di masa mendatang. Sebelum kita membahas lebih

lanjut mengenai pergerakan harga saham, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu

pengertian pasar modal.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Pasar modal (capital market)

merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri” (h. 1). Pasar modal di

Indonesia dikelola oleh Bapepam di bawah pengendalian menteri keuangan Republik

Indonesia. Bapepam merupakan lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang

melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah

membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan

mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien serta

melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan fungsi Bapepam adalah :

1. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal

2. Penegakan peraturan di bidang Pasar Modal

7

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha,

pendaftaran dari Bapepam, dan pihak yang bergerak di bidang pasar

modal

4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan

perusahaan publik

5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi

oleh bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga

Penyimpanan dan Penyelasaian (LPP)

6. Penetapan ketentuan Akuntansi di bidang Pasar Modal, dan

7. Pengamanan teknis pelaksanaan tugs pokok Bapepam sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri keuangan dan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Pasar modal dikatakan fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang

mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)

dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi

keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh

imbalan (return) bagi pemilik dana.

Pasar modal di Indonesia untuk saat ini ada dua, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ)

dan Bursa Efek Surabaya (BES). Darmadji dan Fakhruddin juga menjelaskan “Bursa

efek adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem

(pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai

8

perusahaan/perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-

perusahaan yang telah tercatat di bursa efek” (h. 17).

II.2 Investasi Dalam Sekuritas Saham

Dalam usaha mengembangkan perusahaan yang dikelola, pengusaha

membutuhkan dana yang cukup besar. Salah satu cara untuk memperoleh dana,

perusahaan meminjam dari masyarakat atau pihak lain dan menjanjikan pengembalian

yang lebih besar dari dana awal yang dipinjam. Sehingga muncul apa yang dinamakan

investasi, di mana seseorang atau badan usaha menanamkan sejumlah dana yang

dimiliki kepada suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan pengembalian yang

lebih besar dibanding dana awal yang ditanamkannya.

Salah satu media investasi yang paling umum adalah saham. Untuk mengetahui

pembahasan mengenai pergerakan harga saham, sebaiknya dibahas terlebih dahulu

mengenai pengertian saham itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pemahaman

yang lebih baik mengenai prediksi pergerakan harga saham yang lebih komprehensif.

II.2.1 Definisi Saham

Pengertian saham berbeda-beda menurut para ahli, tetapi pada dasarnya

memiliki maksud yang sama. Saham (stock) menurut Dahlan Siamat (2001)

adalah “Surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan

terbatas” (h. 268). Sedangkan, Darmadji dan Fakhruddin mendefinisikan saham

(stock) sebagai “Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam

suatu perusahaan atau perseroan terbatas” (h. 5). Dari definisi tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan dalam suatu

9

perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang

kemudian memberi hak atas deviden dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya

investasi modal pada perusahaan tersebut.Dalam pasar modal Indonesia, ada

beberapa jenis efek yang diperdagangkan, antara lain saham biasa, saham

preferen, obligasi, obligasi konversi, right, waran. Dalam skripsi ini, Penulis

membatasi pembahasan hanya pada saham biasa, karena saham biasa merupakan

instrumen pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor. Darmadji dan

Fakhruddin juga mendefinisikan “Saham biasa (common stock) sebagai saham

yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan

hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi”

(h.6). Beberapa karakteristik saham biasa antara lain:

1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.

2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share

one vote).

3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan

perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah

semua kewajiban perusahaan dilunasi.

4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar

proporsi sahamnya.

5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

II.2.2 Macam-macam Saham

Mengacu pada bukunya, Tjiptono dan Fakhruddin (2001) menjelaskan

macam-macam saham jika ditinjau dari kinerja perdagangannya.

10

1. Blue-Chip Stocks

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiiki reputasi tinggi,

sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam membayar dividen.

2. Income Stocks

Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar

dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun

sebelumnya.

3. Growth Stocks

Adalah saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang

tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

4. Speculative Stocks

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai

kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun

belum pasti.

5. Counter Cyclical Stocks

Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro

maupun situasi bisnis secara umum. Emiten seperti ini biasanya bergerak

dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat.

11

II.2.3 Risiko dan Pengembalian

Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan

pengembalian dana yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan.

Pengembalian ini biasa disebut return. Halim (2003) mendefinisikan, “Return

merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi” (h. 30).

Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual

return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua, return yang

diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang.

Komponen return meliputi:

1. Capital gain (loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.

2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi

selama satu periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan

jumlah dividen yang diperoleh selama satu periode, biasanya dinyatakan

dengan persentase dari harga pokok.

Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk).

Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor

tidak tahu dengan pasti hasil yang diperolehnya dari investasi yang dilakukan

karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko. Apabila

investor mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia

harus siap untuk menanggung risiko yang tinggi pula. Jones (2002) menyatakan,

“Risk is the change that the actual outcome from an investment will differ from

the expected outcome” (p. 131).

12

Mengacu pada bukunya, Halim (2003) menjelaskan pada konteks

portfolio risiko, ada dua risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi,

yaitu:

1. Risiko sistematis (systematic risk), merupakan risiko yang tidak dapat

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar

secara keseluruhan, misalnya ada perubahan tingkat bunga, kurs valas,

kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat risiko ini disebut juga

undiversiable risk.

2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), merupakan risiko yang

dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini

hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini

besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain.

Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat

sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar, misalnya

faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan,

dsb. Risiko ini disebut juga diversiable risk.

Sedangkan risiko-risiko yang dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan

investor dalam membuat keputusan investasi antara lain :

1. Risiko bisnis (business risk)

Adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang

pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten)

membayar bunga atau dividen.

13

2. Risiko pasar (market risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang

berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.

3. Risiko likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat

segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

4. Risiko mata uang (currency risk)

Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar

mata uang domestik (misalnya Rupiah) dengan mata uang negara lain

(misalnya dolar AS).

5. Risiko tingkat bunga

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga

yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya,

kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga

instrumen pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan

menurunkan harga-harga di pasar modal.

6. Risiko daya beli (purchasing power risk)

Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang

menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

II.3 Metode Analisis Pergerakan Harga Saham

Bermain saham tanpa mengetahui analisa berarti kita melakukan perjudian di

dalamnya. Pada umumnya, dengan perjudian, maka akan berujung pada kerugian.

Apabila mengalami keuntungan, maka hal itu karena faktor luck, dan biasanya tidak

14

bertahan lama. Karena itu, kemampuan melakukan analisis sangat penting dalam

bermain saham. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham

di masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis)

dan analisis fundamental (fundamental analysis).

Menurut Hendra Syamsir (2004), “Analisis fundamental pada dasarnya dapat

dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham

dengan menggunakan analisis yang meliputi: (1) analisis perekonomian internasional,

(2) analisis perekonomian nasional, (3) analisis industri, (4) analisis perusahaan.

Sedangkan Pring (2001) menyatakan “The art of technical analysis is to try to identify

trend changes at an early stage and maintain an investment or trading posture until the

weight of the evidence shows or proves that the trend has reversed” (p. 5). Dahlan

Siamat juga menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai “Penilaian suatu efek

sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya

(emiten). Menurut para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi

dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian

suatu saham menurut pendekatan fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio” (h.

277).

Syamsir dalam bukunya menjelaskan bahwa “Analisis teknikal dapat dikatakan

sebagai sebuah analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari

pergerakan harga saham itu sendiri di masa yang lalu” (h. 5). Sedangkan menurut Tedy

Fardiansyah (2003), analisis teknikal merupakan “Suatu pemanfaatan data historis

(harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuannya adalah untuk

mengidentifikasi suatu tren atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan

kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan” (h. 90).

15

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan analisis fundamental merupakan analisis

yang dilakukan dengan menganalisis perekeonomian secara makro dan mikro lalu

ditarik kesimpulan untuk mendapatkan proyeksi harga di masa mendatang. Sedangkan

analisis teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan cara membuat analisis harga dari

fluktuasi harga di masa lampau dan memproyeksikan harga tersebut untuk masa

mendatang. Kita dapat melihat pembagiannya pada diagram di bawah ini.

Gambar II.1 Metode Analisis Saham

Sumber : http:\\www.belajarforex.com

II.3.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)

Setelah melihat uraian di atas, maka kita lanjutkan dengan penjabaran

mengenai analisis fundamental lebih lanjut. Analisis fundamental sering disebut

juga share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai

pelatihan analisis sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga saham

Stock Analysis

Fundamental Analysis

Technical Analysis

Macro Analysis

Elliot Wave

Fibonacci Sequence

Industry Analysis

Company Analysis

Indicators

Moving Average

RSI

16

tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor

fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah, bursa, dsb.) yang

diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar, analisis

fundamental sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar II.2 Proses Analisis Fundamental

Sumber : buku Solusi Investasi di Bursa Saham

Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai

intrinsik (intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental :

1. Pendekatan melalui rasio-rasio keuangan yang biasa dipakai untuk

memproyeksikan harga saham di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut

antara lain : debt to equity ratio, net profit margin, dividen payout ratio,

price earning ratio, laju pertumbuhan pendapatan

2. Pendekatan dividen

Penulis tidak membahas mengenai pendekatan dividen ini untuk

membatasi pembahasan sesuai dengan ruang lingkup.

II.3.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham

(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham di waktu yang lalu.

International Economics Environment

Domestic Economics Environment

Business Environment

Industry Environment

Firm Firm Objectives

17

Berbeda dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan

faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat

bunga, dsb.) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).

Mengacu pada bukunya, Hendra Syamsir (2004) menjelaskan, analisis

teknikal sering disebut juga sebagai visual analysis atau chart analysis.

Walaupun secara teoritis agak bertentangan dengan metode analisis dan teori

yang telah ada dan lebih dipercaya sebelumnya, para analis teknikal (technicians)

meyakini bahwa jika metode tersebut diterapkan secara benar bisa memberikan

keuntungan yang lebih optimal kepada pemodal di industri sekuritas manapun di

dunia. Secara prinsip bahkan oleh salah satu pakar analisis teknikal (John J.

Murphy) disebutkan bahwa “Chartists are cheating, because it is a short cut

form of fundamental analysis”.

Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat

ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan

(demand) terhadap saham itu sendiri, di mana jika terjadi ekses supply

(kelebihan supply atas demand) maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya,

jika terjadi ekses demand, maka harga akan naik. Asumsi-asumsi lain yang

berlaku dalam analisis ini antara lain :

1. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang

rasional maupun irasional.

2. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.

3. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.

18

4. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari

diagram dari perilaku pasar.

5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di

masa mendatang.

II.4 Analisis Teknikal Konvensional

Perangkat analisis teknikal yang biasa digunakan oleh para analis dan investor

adalah dengan Moving Average (MA) dan Relative Strength Index (RSI). Namun,

berbicara tentang analisis teknikal, kita akan dihadapkan kepada beberapa istilah yang

sangat sering digunakan, antara lain : chart, trend, support dan resistance. Karena itu,

Penulis membahas pengertian chart, trend, support dan resistance masing-masing

terlebih dahulu agar didapat pemahaman yang komprehensif.

II.4.1 Chart, Trend, Support dan Resistance

Data pergerakan harga saham apabila dirunut akan membentuk suatu

grafik (chart). William J. O’Neil mendefinisikan “Charts are graphic depictions

of historical price and trading volume behaviour. They allow you to identify

current behaviour in relation to a stock’s recent history” (p. 44). Mengacu pada

bukunya, Pring (2001) menjelaskan beberapa metode untuk mentransformasikan

data saham ke grafik saham (plotting charts), yakni bar chart, line chart, point-

and figure chart, dan candlestick chart.

1. Bar Chart

Pada bar chart, data yang digunakan adalah harga tertinggi (high price),

harga terendah (low price) dan harga penutupan (close price).

19

Contoh bar chart dapat dilihat pada gambar II.3 di bawah ini.

Gambar II. 3 Bar Chart

3 102006

17 24 31 7August

14 22 28 4 11September

18 25 2 9October

16 30 6 13November

20 27 4 11December

18 26 2 82007

15 22 29 5 12February

19 26 5March

12

670068006900700071007200730074007500760077007800790080008100820083008400850086008700880089009000910092009300940095009600970098009900

100001010010200103001040010500106001070010800109001100011100

8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000)

sumber : http://www.telkom.co.id

2. Line Chart

Pada line chart, data yang digunakan hanya harga penutupan (close price)

saja. Karena itu grafik ini hanya membentuk garis saja. Bentuk line chart

dapat dilihat pada gambar II.4 berikut :

Gambar II.4 Line Chart

3 102006

17 24 31 7August

14 22 28 4 11September

18 25 2 9October

16 30 6 13November

20 27 4 11December

18 26 2 82007

15 22 29 5 12February

19 26 5March

12

670068006900700071007200730074007500760077007800790080008100820083008400850086008700880089009000910092009300940095009600970098009900

100001010010200103001040010500106001070010800109001100011100

8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000)

sumber : http://www.telkom.co.id

3. Candlestick Chart

Pada candlestik chart, data yang digunakan lebih banyak dibandingkan pada

line chart, yaitu harga pembukaan (open price), harga penutupan (close

20

price), harga terendah (low price), dan harga tertinggi (high price). Contoh

candlestick chart dapat dilihat pada gambar II.5 berikut.

Gambar II.5 Candlestick Chart

32006

10 17 24 31August

7 14 22 28 4September

116900

6950

7000

7050

7100

7150

7200

7250

7300

7350

7400

7450

7500

7550

7600

7650

7700

7750

7800

7850

7900

7950

8000

8050

8100

8150

8200

8250OKT (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0)

sumber : http://www.telkom.co.id

4. Point and Figure Chart

Point and figure charts menampilkan simbol "X" saat harga naik dan

menmpilkan simbol "O" saat harga mengalami penurunan. Chart ini jarang

digunakan oleh chartist, karena cenderung sulit dalam membacanya. Contoh

point and figure charts disajikan pada gambar II.6 berikut.

Gambar II.6 Point and Figure Chart

2006 05 07 10 13 14 17 21 25 26 28 Aug 07 08 11 15 16 22 29 31 Sep 04 05 06 07 08 11 12 13 146900

6950

7000

7050

7100

7150

7200

7250

7300

7350

7400

7450

7500

7550

7600

7650

7700

7750

7800

7850

7900

7950

8000

8050

8100

8150

8200

8250OKT (46.000x138.000-H/L) (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0)

sumber : http://www.telkom.co.id

21

Masih mengacu pada bukunya, Syamsir mendefinisikan trend sebagai

“Kecenderungan pergerakan dalam satu arah harga” (h. 10). Sedangkan Pring

(2001) menjelaskan macam-macam trend dalam bukunya, yaitu short-term

trends, intermediate-term trends, dan long-term trends. Pring juga menjelaskan

macam-macam pola pergerakan harga, yaitu:

1. Triangle

Pola triangle ada beberapa macam, ada descending triangle, ascending

triangle dan symmetrical triangle. Pada pola triangle, terdapat tekanan antara

seller dan buyer. Pola descending triangle sering dijumpai pada keadaan

downtrend, dan biasanya diikuti dengan kenaikan volume penjualan. Pada

pola descending triangle, pemenang harga adalah seller, karena harga

semakin rendah. Pola descending triangle dapat dilihat pada gambar II.7 di

bawah ini.

Gambar II.7 Pola Descending Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Sedangkan pola ascending triangle merupakan kebalikan dari descending

triangle, dapat dilihat pada gambar II.8 di halaman berikutnya.

22

Gambar II.8 Pola Ascending Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Pola symmetrical triangle terjadi akibat tekanan antara seller dan buyer yang

seimbang. Pola ini terjadi juga diikuti dengan kenaikan volume perdagangan.

Pada saat pola ini terjadi, akan tercerminkan trend yang sedang berlangsung,

sehingga pola ini disukai oleh para trader dan merupakan bonus. Pola

symmetrical triangle dapat dilihat pada gambar II.9 berikut ini.

Gambar II.9 Pola Symmetrical Triangle

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

2. Flags and Penants

Pola flags dan penants biasanya terlihat setelah adanya pergerakan harga

yang cukup besar. Penants memiliki bentuk yang hampir sama dengan

symmetrical triangle, namun volumenya lebih kecil dan memiliki periode

yang lebih singkat. Pola flags dan penants dapat dilihat pada gambar II.10 di

halaman berikutnya.

23

Gambar II.10 Pola Flags and Penants

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

3. Wedges

Pola wedges hampir mirip dengan triangle, pada saat pola ini terjadi, trend

yang sedang berlangsung akan tetap berlanjut. Pola wedges dapat dilihat pada

gambar II.11 di bawah ini.

Gambar II.11 Pola Wedges

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

24

4. Head and Shoulder

Pola head and shoulder sering disebut juga reversal pattern. Pola ini lebih

sering terjadi pada kondisi uptrend. Pada gerak balik kepala dan bahu, yang

perlu diperhatikan adalah garis lehernya yang tidak selalu harus berupa garis

datar, kemudian adanya titik penembusan dan titik reversal pada garis leher.

Selanjutnya yang penting adalah sasaran harga (price objective) yang berada

pada jarak yang sama antara garis leher dan jarak demikian mulai dari

puncak pola ini. Pola head and shoulder dapat dilihat pada gambar II.12

berikut ini.

Gambar II.12 Pola Head and Shoulder

sumber : http:\\ www.chartpatterns.com

Tetap mengacu pada bukunya, Syamsir menjelaskan level support adalah

“Sebuah level harga (titik/tingkat/range) di mana pada titik/tingkat/range harga

tersebut, akan timbul minat beli yang lebih kuat daripada minat jual” (h. 44).

Sebaliknya, level resistance merupakan “Batas atas/range/titik di mana pada titik

/level/range tersebut akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar

dibandingkan dengan minat beli” (h. 44).

25

II.4.2 Moving Average

Sekarang Penulis mencoba mengulas sedikit mengenai moving average,

namun tidak terlalu mendalam, karena Penulis tidak menggunakannya dalam

penelitian. Teddy Fardiansyah (2003) menjelaskan “Moving Average digunakan

para technician untuk memperhalus fluktuasi pergerakan harga dan mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai tren pergerakan harga” (h. 109). Ada berbagai

tipe dari moving average, yakni simple moving average, weighted moving

average dan exponential moving average.

1. Simple Moving Average (SMA)

Simple Moving Average (SMA) adalah metode yang paling sederhana dan

banyak digunakan dalam analisis teknikal harga saham.Metode ini dibentuk

oleh nilai rata-rata dari n periode terakhir.

2. Weighted Moving Average (WMA)

Metode ini dibuat atas dasar kelemahan yang terdapat pada metode SMA.

Metode SMA menyimpan kelemahan, yaitu seringkali menghasilkan signal

yang terlambat. Dengan menggunakan WMA, data terakhir (terbaru) selalu

mendapat bobot penilaian lebih besar dibandingkan data yang sebelumnya

(lebih lama).

3. Exponential Moving Average (XMA)

Exponential Moving Average (XMA) adalah bentuk lain dari penyempurnaan

SMA yang diciptakan untuk mengeliminir kelemahan SMA yaitu

keterlambatan.

26

II.4.3 Oscillator Relative Strength Index (RSI)

Menurut Jeremy Kurniawan (2007), “Oscillator adalah sebuah leading

indikator yang cara kerjanya bergerak naik dan turun di antara dua buah level.

Sinyal beli atau sinyal jualnya adalah sewaktu harga menyentuh salah satu level

dan mulai berbalik arah” (h.32).

Masih mengacu pada bukunya, Jeremy Kurniawan menjelaskan ada

beberapa indikator oscillator, diantaranya adalah Stochastics, RSI dan William

%R. Setiap indikator jenis oscillator diciptakan untuk bisa mengindikasikan

trend reversal atau perubahan arah pergerakan saham atau mata uang.

Namun, untuk membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas

oscillator jenis RSI saja yang relatif mudah pengaplikasiannya dan sering

digunakan.

Relative Strength Index (RSI) pertama kali dibuat oleh J Welles Wilder

dan diperkenalkan kepada khalayak melalui bukunya yang berjudul “New

concepts in Technical Trading System”.

Syamsir (2004) menjelaskan “Indikator RSI ini menghitung perbandingan

antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan ke dalam

indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100” (h. 186). Karena nilainya

yang tetap (antara 0-100), maka RSI dikelompokkan ke dalam salah satu alat

analisis oscillator indicator (RSI hanya bisa bergerak/oscillate di antara nilai

tersebut).

Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham yang

memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki

kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lain pada saat bull

27

market, atau mengalami penurunan harga yang lebih lambat pada saat bear

market jika dibandingkan dengan saham lain. Dengan memilih investasi pada

saham seperti itulah seorang investor akan mendapatkan return tertinggi, karena

kekuatan relatif tersebut cenderung tidak berubah dari waktu ke waktu.

Mengenai periode penghitungan yang digunakan, Wilder dalam bukunya

menganjurkan untuk menggunakan periode penghitungan sebanyak 14 periode.

Namun, Penulis menggunakan periode 5 hari, untuk mendapatkan sinyal dalam

jangka waktu relatif singkat.

II.5 Analisis Teknikal Dengan Metode Fibonacci

Untuk mengetahui pembahasan mengenai analisis teknikal dengan metode

Fibonacci, sebaiknya dibahas terlebih dahulu mengenai Fibonacci itu sendiri agar

diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

II.5.1 Deret Fibonacci

Deret Fibonacci ditemukan oleh seorang matematikawan Italia bernama

Leonardo Pisano Fibonacci pada tahun 1175. Bilangan Fibonacci diambil dari

deret 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dst. Di mana suku ke n merupakan penjumlahan dari n-1

dan n-2. Deret angka tersebut terkenal dengan Deret Fibonacci (Fibonacci

Sumation Series). Rosen (2000) menyatakan “The Fibonacci sequence is defined

recursively by f 1 = 1, f 2

= 1, and f n= ff nn 21 −−

+ for n 3≥ ” (p. 25).

Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka

dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, maka akan didapatkan sebuah

28

angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain.

Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut dan

angka ini dikenal sebagai Rasio Emas (golden ratio). Golden ratio berjumlah

1,618. Rasio ini sering disebut juga PHI. Ini adalah contoh deret perhitungannya:

233 / 144 = 1,618 610 / 377 = 1,618

377 / 233 = 1,618 987 / 610 = 1,618

PHI memiliki peranan yang luas dalam kehidupan di alam raya ini.

Fischer (1997) menyatakan phi merupakan “The most important mathematical

presentation of natural phenomena ever discovered” (p. 3). Deret Fibonacci

diterapkan pada hampir seluruh hukum alam. Deret ini dapat kita temukan pada

tubuh kita sendiri. Tubuh manusia rata-rata adalah jika antara pusar dan telapak

kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618

unit. Lalu jarak antara ujung jari dan siku dibandingkan dengan jarak antara

pergelangan tangan dan siku, jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala

dibandingkan panjang kepala, jarak antara pusar dan lutut dibandingkan dengan

jarak antara lutut dan telapak kaki, semua itu menghasilkan PHI. Selain itu PHI

juga kita temukan pada lebah, dalam setiap sarang lebah, lebah betina jumlahnya

selalu lebih banyak dibandingkan lebah jantan, perbandingan lebah betina

dengan lebah jantan menghasilkan rasio yang sama yaitu PHI. Pada tumbuhan,

PHI juga ditemukan pada bunga matahari. Biji bunga matahari tumbuh dengan

melawan spiral, rasio dari setiap diameter rotasi ke rotasi berikutnya berjumlah

sama yakni phi. Hampir semua ciptaan Tuhan di muka bumi ini dipengaruhi oleh

PHI. Mengacu pada bukunya, Fischer juga menyatakan bahwa deret Fibonacci

ditemukan pada pyramid, kerang laut spiral, sampai lukisan Leonardo Da Vinci

29

yang terkenal, Monalisa. Pada wajah Monalisa dan bahkan wajah kita sendiri

terdapat rasio emas ini. Panjang wajah dibandingkan dengan lebar wajah, jarak

antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu dibandingkan panjang

hidung, panjang wajah dibandingkan jarak antara ujung rahang dan titik di mana

kedua alis mata bertemu, panjang mulut dibandingkan lebar hidung, dsb.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa deret Fibonacci

menjadi acuan hukum alam (nature’s law). Berdasarkan penelitian, deret

Fibonacci dapat digunakan sebagai salah satu cara analisa teknikal untuk

memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang. Hal itu dikarenakan

fluktuasi harga di pasar merupakan refleksi dari perilaku manusia, perilaku

manusia memiliki relasi yang kuat dengan fenomena alam, dan hukum alam

dapat diukur dengan deret Fibonacci.

Dalam analisis teknikal kita menggunakan kedua rasio tersebut, yakni

PHI dan phi. Phi merupakan kebalikan dari PHI. Sedangkan phi merupakan

direct ratio dari PHI, yaitu PHI1 sehingga hasil yang didapat adalah 0,618.

Rasio-rasio inilah yang akan kita pakai dalam analisis teknikal. Phi digunakan

untuk menentukan besarnya koreksi dalam support dan resistance.

II.5.2 Swing High dan Swing Low

Dalam analisis teknikal menggunakan deret Fibonacci, kita harus dapat

mengidentifikasi swing high dan swing low. Jeremy Kurniawan (2007)

menjelaskan “Swing high adalah candlestick yang terletak di antara candlestick-

candlestick yang lebih rendah di sebelah kanan dan kirinya sedangkan, swing low

30

adalah kebalikannya” (h.7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa swing high dan swing

low adalah titik ekstrem terendah dan tertinggi dari suatu pergerakan harga

saham.

II.5.3 Dasar Analisis Saham dengan Fibonacci

Sejalan dengan perkembangan dunia pasar modal, indikator Fibonacci

berkembang menjadi empat bagian besar, yakni Fibonacci Retracement,

Fibonacci Expansion, Fibonaci Fan, dan Fibonacci Arc. Namun, untuk

membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas mengenai Fibonacci

Retracement sebagaimana akan digunakan dalam penelitian.

Para chartist biasanya menggunakan Fibonacci Retracement untuk

menentukan level support dan resistance. Pada Fibonacci Retracement terdapat

beberapa level yaitu 0.00, 0.236, 0.382, 0.500, 0.618, 0.100, dan 1.618. Mengacu

pada bukunya, Fischer (2007) menjelaskan asal dari angka-angka tersebut

sebagai berikut :

0.00 merupakan angka pertama dari deret Fibonacci

0.236 merupakan pembagian fn dengan 3+nf

0.382 merupakan hasil dari PHIphi = 618,1

618,0 .

0.500 merupakan setengah dari 1

0.618 merupakan direct ratio PHI1 = 618,1

1

1.618 merupakan PHI ratio

31

Sebagai tambahan, deret Fibonacci tidak hanya dapat digunakan untuk

memprediksi pergerakan harga, tapi juga dapat digunakan untuk memprediksi

waktu. Waktu di sini diartikan dengan kapan harga berada pada titik terendah

atau titik tertinggi. Sehingga trader dapat menentukan posisi jual atau posisi beli.

Fischer (1997) menyatakan, “Timing is the most essential element. What to buy is

important, when to buy is more important” (p.127). Masih mengacu pada

bukunya, Fischer membuat rumusan untuk menentukan waktu saat harga saham

berada pada harga terendah atau harga tertinggi, dan ia menyebutnya Time Goal

Day (TGD). Rumusnya sebagai berikut :

C = B + 1.618 x (B-A)

Keterangan :

A : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah

B : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah kedua

C : time goals day

1.618 : PHI ratio