bab ii mk iv

48
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Empiris Ada beberapa penelitian terdahulu yang akan penulis uraikan secara ringkas dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa acuan pada penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi dalam penelitian ini. Berikut ringksan beberapa penelitian terdahulu : 1. Yogo Purnomo (1998) mengenai keterkaitan kinerja keuangan dengan harga saham, dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara kinerja keuangan dangan harga saham Indonesia. Variable independen yang 11

Upload: puput-rarindra

Post on 18-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MK II

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Empiris

Ada beberapa penelitian terdahulu yang akan penulis uraikan secara

ringkas dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa acuan pada penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir

sama tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka

terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi

untuk saling melengkapi dalam penelitian ini. Berikut ringksan beberapa

penelitian terdahulu :

1. Yogo Purnomo (1998) mengenai keterkaitan kinerja keuangan dengan harga

saham, dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara kinerja keuangan

dangan harga saham Indonesia. Variable independen yang digunakan adalah

EPS, PER, REO, DPS, dan DER dan variable dependen adalah harga saham

penutupan akhir tahun dengan 30 perusahaan yang menyebar menurut sub

sektor usaha periode 1992-1996. Teknik analisis yang digunakan adalah

generalized linear regression model. Hali ini dilakukan karena data yang

digunakan merupakan gabungan dari data cross section dengan times series.

Hasil penelitian menunjukan bahwa DER cenderung tidak dapat digunakan

dalam menentukan proyeksi dan variasi harga saham. Sedangkan PER

11

12

menunjukan hubungan yang positif dengan harga saham. Selanjutnya secara

berurutan harga saham memiliki kepekaan terhadap EPS, PER, REO, dan

DPS.

2. Sparta (2000) dengan judul penelitian “Pengaruh Fundamental Terhadap

Harga Saham Di BEJ periode 1997-1999". Variable independen yang

digunakan adalah ROA, DPR, dan DER, sedangkan variable dependen return

saham. Metode penelitian menggunakan regresi sederhana dengan teknik

OLS. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA, DPR, dan DER tidak

signifikan berpengaruh terhadap return saham.

3. Iman Ghozali dan Irwansyah (2002) dengan judul penelitian “Analisis

Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat Ukur EVA, MVA, dan

ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ periode

1996-2000”. Dengan menggunakan metode purposive sampling jumlah

sample yang digunakan adalah 20 perusahaan manufaktur dan alat analisis

yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa

variable bebas MVA yang berpengaruh terhadap return saham perusahaan

manufaktur, sedangkan ROA dan EVA tidak berpengaruh terhadap return

saham perusahaan.

4. Ika Rahayu M (2003) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kinerja

Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ-45 Di BEJ”.

Variable yang diteliti adalah kinerja keuangan terhadap return saham sebagai

variable independen dan BEI sebagai variable dependen. Alat analisis yang

13

digunakan adalah teknik analisis regresi autoregressive. Hasil penilitian

menunjukan bahwa semua variable bebas yaitu CR, DER, ROA, dan PER

mennunjukan hasil yang konsisten dengan teori pengharapan meskipun dalam

tingkat signifikansi yang marjinal.

2.2 Teori dan Konsep

Dasar teori yang penulis gunakan dalam penelitian dengan judul

“Pengaruh PER, EPS, ROA dan DER Terhadap Harga saham Pada Perusahaan

LQ-45 di Bursa Efek Indonesia” adalah sebagai berikut :

2.2.1 Pasar Modal Indonesia

Pasar modal mempertemukan investor (pembeli/unit surplus) dengan

emiten (penjual/unit defisit) efek yang dilakukan baik secara langsung maupun

melalui wakil-wakilnya (dealer, broker). Husnan (2002:25) berpendapat

bahwa, “Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun

perusahaan swasta”.

Anoraga, (2006:5) mendefinisikan, “Pasar modal merupakan jaringan

tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan

financial assets dan hutang serta memungkinkan investor untuk mengubah dan

menyesuaikan portofolio investasi melalui pasar sekunder”.

14

Sedangkan Sunariyah, (2003:5) mendefinisikan, ”Pasar modal adalah

tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga”. Di

tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu–individu atau badan usaha yang

mempunyai kelebihan dana melakukan investasi surat berharga yang

ditawarkan oleh emiten. Begitu juga sebaliknya perusahaan (entities) yang

membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara daftar (listing)

terlebih dahulu kepada badan otoritas pasar modal sebagai emiten.

Sementara Darmadji (2006:8) mendefinisikan, “Pasar modal merupakan

pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuity (saham), reksadana,

instrumen derivatif maupun instrumen lainnya”.

Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar modal berperan

sebagai fasilitas untuk melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

dalam menentukan harga saham atau surat-surat berharga yang diperjual

belikan, serta memberikan kemudahan kedua belah pihak untuk melakukan

transaksi.

2.2.2 Sekuritas Pasar Modal

Sekuritas adalah instrumen keuangan (surat-surat berharga) yang

diperdagangkan di pasar modal. Husnan (2002:27) mendefinisikan, “Sekuritas

15

merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh

bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas

tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut

menjalankan haknya”.

Apabila sekuritas ini bisa diperjualbelikan dan merupakan instrumen

keuangan berjangka panjang, maka penrbitannya dilakukan di pasar modal,

sedangkan kegiatan perdagangannya dilakukan di bursa efek. Indonesia memiliki

satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia. Dalam transaksi jual-beli di bursa

efek, sekuritas yang digunakan adalah saham (share), obligasi (bond), reksadana

(mutual fund), right, warrant.

2.2.2.1 Saham (stock)

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Anoraga (2006:58) menyatakan,

“Pada umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa

(common stock) yaitu salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di

pasar modal”.

Darmadji (2006:7) membagi beberapa sudut pandang untuk menilai dan

membedakan saham, yaitu.

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim :

16

1) saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya

pada posisi yang paling junior dalam pembagian deviden dan hak atas

kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas;

2) saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik

gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa mendatangkan hasil

seperti yang dikehendaki investor.

b. Dilihat dari cara peralihannya, saham terbagi atas :

1) saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis

nama pemiliknya, tujuannya agar mudah dipindah tangankan dari satu

investor ke investor yang lain;

2) saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama

pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui

prosedur tertentu.

c. Ditinjau dari kinerja perdagangannya, saham dibedakan atas :

1) saham unggulan (blue chip stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang

memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industry sejenis, memiliki

pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden;

2) saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang

memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata–rata

deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya;

3) saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari

emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai

17

pemimpin di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi, selain itu

terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang

tidak berperan sebagai leader dalam industry, namun memiliki ciri growth

stock;

4) saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu emiten yang tidak

bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.

meskipun belum dapat dipastikan, namun saham ini memiliki kemampuan

penghasilan yang tinggi di masa mendatang;

5) saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh

kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

Menurut Darmadji (2006:7) jenis–jenis saham yang digolongkan tersebut

di atas, didasarkan pada sudut pandang seorang investor dalam menentukan

saham mana yang menurutnya baik dalam mementukan investasi di masa

mendatang yang dapat menghasilkan profit. Dalam perdagangan saham dikenal

beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham. Istilah–istilah tersebut

antara lain :

a. harga nominal (par value), yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk

menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan;

b. harga perdana, yaitu harga sebelum saham tersebut dicatat pada bursa efek;

c. harga pasar, yaitu harga jual dari investasi yang satu dengan investor yang

lain;

18

d. harga pembukaan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada

saat lama bursa dibuka;

e. harga penutupan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada

akhir hari bursa;

f. harga tertinggi, yaitu harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa itu,

tetapi lazim dipakai istilah untuk menentukan harga tertinggi yang terjadi

pada waktu tertentu dalam kurun waktu sebulan/tahun tergantung keperluan;

g. harga terendah, yaitu harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa

itu, penggunaannya sama denga harga tertinggi. Harga ini juga biasa dicatat

untuk transaksi harian, bulanan maupun tahunan.

Pembelian dan penjualan saham, investor akan membandingkan nilai

intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar suatu

saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong

expensive (over value). Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai

intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong unexpensive (under value). Dengan

demikian investor akan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli

saham tersebut. Pada dasarnya ada dua keuntungan investor dalam kepemilikan

saham, yaitu.

1. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

19

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain

terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya adalah

sebagai berikut.

1. Tidak mendapat dividen

Perusahaan tidak dapat membagikan dividen kepada para pemegang saham

jika perusahaan mengalami kerugian dalam kegiatan operasionalnya.

2. Capital Loss

Untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar dengan terus

menurunnya harga saham, maka investor harus rela menjual sahamnya dengan

harga yang rendah. Dengan demikian pemodal akan mengalami capital lost

atau kerugian.

3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika suatu

perusahaan dilikuidasi atau bangkrut maka saham perusahaan tersebut akan

dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi

maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding dengan

pemegang obligasi.

4. Saham di-delist dari bursa (Delisting)

20

Suatu perusahaan di-delist karena kinerja yang buruk seperti mengalami

kerugian berturut-turut. Saham yang telah di-delist tidak dapat lagi

diperdagangkan dibursa, tetapi tetap dapat diperdagangkan di luar bursa

dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas.

5. Saham di-suspend

Saham di-suspend atau dihentikan sementara aktivitas perdagangannya oleh

otoritas bursa efek, artinya jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang

luar biasa maka otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham

tersebut, kemudian dimintakan konfirmasi kepada perusahaan yang

bersangkutan.

2.2.2.2 Obligasi (bond)

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara

pemberi dana (investor) dengan yang diberi dana (emiten), dimana kontrak

tersebut menyatakan bahwa pemilik serifikat tersebut telah membeli hutang

perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi

tersebut pada tanggal–tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada

akhirnya menebus nilai hutang tersebut pada saat jatuh tempo dengan

mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Bila

suku bunga dalam perekonomian menurun maka nilai obligasi naik, dan

sebaliknya jika suku bunga meningkat maka nilai obligasi turun.

Adapun jenis obligasi menurut penerbitnya terdiri atas.

21

1. Obligasi Negara (government bond)

Obligasi negara adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Obligasi

negara yang diperdagangkan di Bursa Efek antara lain : obligasi negara seri

fixed rate, seri variable rate, seri zero coupon dan obligasi negara ritel.

Obligasi negara ini terdiri atas obligasi pemerintah pusat (government bonds)

dan obligasi pemerintah daerah (municipal bonds).

2. Obligasi Perusahaan (corporate bond)

Corporate bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta dan

ditawarkan dalam bentuk mata uang rupiah dan dolar Amerika.

2.2.2.3 Reksadana (mutual fund)

Menurut UU Pasar Modal No. 8/1995, Reksadana (mutual fund) adalah

institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian

menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada

efek/sekuritas. Jadi, reksadana adalah wadah investasi secara koletif untuk

ditempatkan dalam portofolio efek berdasarkan kebijakan investasi yang

ditetapkan oleh institusi jasa keuangan. Kegiatan investasi reksadana dapat

ditempatkan pada berbagai instrumen efek, sehingga bersifat fleksibel karena

mampu memberikan berbagai pilihan bagi investor sesuai tujuan dan

kebutuhannya dalam berinvestasi.

Reksadana merupakan kumpulan saham–saham dan obligasi–obligasi

atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan dikelolah oleh

22

perusahaan investasi professional. Dana yang diinvestasikan pada reksadana dari

pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari pemodal lainnya untuk

menciptakan kekuatan investasi yang jauh lebih besar disbanding harus

melakukan investasi sendiri. Berdasarkan bentuk hukumnya, reksadana dibagi

menjadi dua bagian, yaitu.

1. Reksadana berbentuk perseroan.

Perusahaan penerbit reksadana akan menghimpun dana dengan cara menjual

saham yang dapat diperjualbelikan oleh pemodal, dan pemodal yang membeli

adalah pemegang saham perseroan tersebut. Selanjutnya dana dari penjualan

saham tersebut akan dikelolah oleh manajer investasi, yaitu pihak yang

kegiatan usahanya mengelola portofolio efek, dan diinvestasikan pada

berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.

Berdasarkan proses jual beli saham, reksadana dalam bentuk perseroan

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

a. open-end investment company

Reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat menawarkan dan membeli

kembali saham–sahamnya dari pemodal sampai dengan jumlah yang telah

dikeluarkan.

b. close-end investment company

Reksadana tertutup yaitu reksadana yang dapat menwarkan saham–

sahamnya kepada masyarakat pemodal, tetapi tidak dapat membeli kembali

23

saham–saham tersebut. Pemegang saham tidak dapat menjual kembali

saham–saham tersebut kepada perusahaan reksadana penerbit.

2. Reksadana kontrak investasi kolektif

Reksadana bentuk ini merupakan instrumen penghimpunan dana dengan

menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya

dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar uang

maupun pasar modal.

2.2.2.4 Right

Right merupakan penerbitan saham baru yang hanya ditawarkan terbatas

kepada pemegang saham lama dalam jangka waktu tertentu. Penerbitan saham

baru oleh emiten menganut prinsip preemptive right, artinya jika sebuah emiten

menerbitkan saham baru, saham tersebut harus ditawarkan pertama-tama kepada

pemegang saham lama.

Tandelilin (2010:37) menjelaskan, “Right merupakan sekuritas yang

memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru

perusahaan pada harga yang telah di tetapkan selama periode tertentu”. Dalam

right issue, perseroan menawarkan hak (right) kepada pemegang saham yang ada

untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja berarti menyetor modal dengan

rasio tertentu. Jika pemegang saham tersebut tidak mengambil haknya, maka ia

dapat menjual hak-nya tersebut kepada investor lain.

24

Jadi, right adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham lama

untuk terlebih dahulu membeli saham yang baru dikeluarkan dengan tujuan agar

para pemegang saham lama diberi kesempatan untuk mempertahankan

persentase kepemilikannya dalam suatu perusahaan.

2.2.2.5 Warrant

Warrant merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang

saham utuk membeli saham dari perusahaan dengan harga tertentu pada waktu

tertentu. Warrant biasanya diberikan sebagai “penglaris/pemanis” penerbitan

obligasi dengan coupon rate yang lebih rendah dari tingkat keuntungan yang

berlaku umum. Biasanya warrant dijual bersamaan dengan obligasi atau saham.

Penerbit warrant harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang

warrant.

Warrant diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli saham atau

obligasi yang diterbitkan oleh emiten. Pada keadaan tertentu, misalnya pada saat

suku bunga bank tinggi, tentu pemodal lebih suka menginvestasikan dananya ke

bank. Kalau emiten menerbitkan obligasi yang memberikan bunga lebih tinggi

dari suku bunga bank, maka akan memberatkan keuangan emiten. Sebaliknya jika

emiten menerbitkan obligasi dengan bunga rendah mungkin tidak diminati

pemodal. Supaya obligasi berbunga rendah itu menarik minat pemodal, maka

obligasi disertai warrant.

25

2.2.3 Analisis Fundamental dan Teknikal

Analisis yang digunakan dalam penilaian harga saham adalah sebagai

berikut:

2.2.3.1 Analisis Fundamental

Suatu analisis yang dilakukan berdasarkan data-data ekonomi dan kinerja

perusahaan. Analisis fundamental dilakukan untuk mengidentifikasi prospek

perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya,

seperti aktiva, laba, deviden, prospek manajemen perusahaan), yaitu dengan

mengidentifikasi saham mana saja yang memiliki prospek yang baik di masa

depan atau mengidentifikasi saham mana saja yang mispriced di padar.

Ada beberapa pendapat mengenai analisis fundamental:

a. Menurut Tjiptono (2006, pp. 189) mengatakan bahwa analisis fundamental

merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari

atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi mikro ekonomi dan

kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan

manajemen perusahaan.

b. Menurut Justarina (1991, pp. 84), analsisi fundamental adalah suatu analisa

yang dilakukan dan ditujukan pada aspek – aspek yang fundamental dari suatu

perusahaan yang terjun ke pasar modal.Analisis fundamental adalah analisis

sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor

26

eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data

fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus

bisnis, dan sejenisnya.

2.2.3.2 Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan

harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar

historis seperti informasi harga dan volume. Analisis teknikal juga

didefinisikan sebagai studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara

keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer,1989).

 Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham

didasari oleh data-data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu.

Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi mereka atas pola

perilaku harga saham di masa datang. Levy (1966), mengemukakan beberapa

asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu :

a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan

penawaran.

b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik

faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional.

27

c. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan

cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif

panjang.

d.  Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan

hubungan permintaan dan penawaran, dimana hubungan tersebut akan bisa

dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.

2.2.3.3 Analisis Rasio

Analisis Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara dua macam data finansial. Rasio menggambarkan suatu

hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah

tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000:54). Rasio sebenarnya

hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat

digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial

(Bambang Riyanto, 2001:329). Rasio keuangan merupakan suatu informasi

yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari

laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil

operasional perusahaan.

2.2.4 Kinerja Keuangan

Kinerja (performance) menurut kamus bisnis dan manajemen dapat

didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai, kadang-kadang dipergunakan

28

untuk menunjukan dicapainya hasil positif (Tunggal, 1995). Kinerja keuangan

pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan

mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seefektif dan seefisien

mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Harianto

dan Sudomo, 1998), sedangkan Helfert (1994) mengatakan bahwa kinerja

keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara

terus menerus oleh manjemen. Karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan

ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari

keputusan,dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran

komporatif.

Kinerja keuangan perusahaan bagi calon pemegang saham

menggambarkan prospek dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli. Fair

price sekuritas (saham) yang berbentuk dari mekanisme pasar dilantai bursa

dapat menggambarkan prospek perusahaan. Pemodal akan membuat

keputusan yang berhubungan dengan keputusan untuk membeli, menahan atau

menjual kembali sahamnya. Para pemodal percaya bahwa kinerja keuangan

perusahaan (emiten) berhubungan positif dengan harga dan return sahamnya.

Berinvestasi pada perusahaan dengan kinerja yang baik lebih memberi

keyakinan bahwa resiko investasi yang mungkin timbul menjadi semakin

kecil. Semakin kecil tingkat risiko berarti pula tingkat kepastian akan

memperoleh return saham semakin besar (Payamta & Hanung, 1998).

29

Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu

kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan penilaian tersebut dapat

dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama satu periode

waktu tertentu. Disamping itu penilaian kinerja keuangan juga dapat dijadikan

pedoman bagi usaha perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan tersebut.

Kinerja kuangan dapat diketahui dari laporan keuangan dengan cara

melakukan analisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio keuangan.

Penman (1991) mengemukakan bahwa laopran keuangan dalam bentuk dasar

seperti Neraca, Laporan Rugi-Laba, dan Laporan aliran kas masih belum bisa

memberikan manfaat maksimal terhadap user-nyam sebelum pengguna

mengelola lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan keuangan seperti rasio-

rasio keuangan. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa dengan

melakukan analisis rasio keuangan maka investor dapat melakukan prediksi

return saham yang diingin kan sehingga dapat dibuat portofolio yang

menguntungkan dari investasinya.

2.2.5 Penggolongan Rasio

Penggolongan rasio terdiri dari :

2.2.5.1 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio ini disebut juga rasio modal kerja. Pengertian rasio likuiditas

menurut Bambang Riyanto (2001:25), adalah: “kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban finansilnya yang segera harus dipenuhi”.

30

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi

kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai

alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus

jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar

berupa kewajiban-kewajiban lancar. (Harahap 2009:301).

2..2.5.2 Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan

dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan

kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan

dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya

bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif

dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena

rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen asset.

(Harahap 2009:308)

2.2.5.3 Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio Profitabiliitas/Rentabilitas menunjukan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan

kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997:35).

31

Menurut Bambang Riyanto (2001:35) menyatakan bahwa:

“rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu”.

Rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan

antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau

jumlah modal yang menghasilkan laba tersebut.

Rasio Profitabiliitas/Rentabilitas merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui

semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya,

dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah

karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Menurut Agnes Sawir (2001:18-20) ada beberapa cara yang bisa

digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, yaitu :

32

2.2.5.3 Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas

dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan

perusahaan. Pengertian ROA menurut beberapa ahli yaitu :

Menurut Hanafi (2000:83) ” Return on Asset adalah rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan

total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya-biaya untuk menandai asset tersebut”,

Menurut Jumingan (2006:141) ”Ratio Operating Income dengan

operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal dalam

aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal tersebut berasal

(keseluruhan modal)”.

Dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Return On Asset merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi

apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai ( reasobable

return ) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil

biasanya didefinisakan sebagai sebagai laba bersih ( Operating income ).

Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin

mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa

memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. Return On Asset kerap

33

kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di

dalam suatu perusahaan multidivisional.

2.2.5.4 Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)

Suatu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan

tersebut pada saat itu dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995: 32).

Rasio solvabilitas disebut juga rasio leverage menurut Bambang

Riyanto (2001:35) menyatakan bahwa: “solvabilitas dimaksudkan sebagai

kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya

(baik jangka pendek maupun jangka panjang)”.

Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan

antara jumlah aktiva di satu pihak dengan jumlah hutang (baik jangka pendek

maupun jangka panjang) di pihak lain.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio

profitabilitas, yaitu :

2.2.5.5 Debt to Equity Rasio (DER)

Adapun pengertian Debt to equity ratio (DER) akan dijelaskan pada

pembahasan ini. Menurut Charles H.Gibson (2008:260) “Debt equity ratio is

34

another computation thats determines the entity’s long-term debt-paying

ability.”

Menurut Suad Husnan (2004:70) menjelaskan bahwa “debt to equity

ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.”

Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is computed

by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by

its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan

sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal

pemegang saham.

Sedangkan menurut Sawir (2000-13) menjelaskan bahwa debt to

equity ratio adalah “Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan

ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal

sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.”

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Berdasarkan cara perhitungan DER, rasio ini dapat menggambarkan

potensi manfaat dan resiko yang berasal dari penggunaan utang. Apabila DER

tinggi, hal ini menandakan srtuktur permodalan usaha lebih banyak

memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER

35

mencerminkan resiko perusahaan relatif tinggi karena perusahaan dalam

operasi relatif tergantung terhadap hutang dan perusahaan memiliki

kewajiban untuk membayar bunga hutang akibatnya para investor cenderung

menghindari saham–saham yang memiliki nilai DER yang tinggi.

2.2.5.5 Rasio Pasar (Market Ratios)

Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap

nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor

atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap

rasio-rasio ini. Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang

diungkapkan dalam basis per saham.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio pasar,

yaitu:

a. Earning Per Share ( EPS )

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per

lembar saham atau Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang

menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau

pemegang saham per lembar sahamnya.

Earning per share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar

kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).

36

Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan

jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin,

2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang

saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per

Share (EPS). Earning Per Share (EPS) adalah suatu indikator keberhasilan

perusahaan.

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen yang

diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan

menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk

semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan

berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang

saham per lembar saham.Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang

saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per

Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh

untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospekearning

perusahaan. di masa depan.

Sumber : (Hanafi, 2010:42)

Laba BersihEPS =

Jumlah Saham yang Beredar

37

b. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan antara

harga pasar per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar

saham (Tjiptono Darmadji,2001:139).

Suatu perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio (PER) yang

tinggi, berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang

tinggi hal ini menunjukan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba

dimasa mendatang, sebaliknya perusahaan dengan Price Earning Ratio

(PER) rendah akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah, semakin

rendah Price Earning Ratio (PER) suatu saham maka semakin baik atau

murah harga untuk diinvestasikan. Price Earning Ratio (PER) menjadi rendah

nilainya bisa karena harga saham cendrung semakin menurun atau karena

meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi, semakin rendah nilai Price

Earning Ratio (PER) maka semkin murah saham tersebut untuk dibeli dan

semakin baik pula kinerja perlembar saham dalam menghasilkan laba bersih

perusahaan, semakin baik kinerja perlembar saham akan mempengaruhi

banyak investor untuk membeli saham tersebut (Arifin,2002:87).

38

2.3 Kerangka Pikiran

Berdasarkan uraian di atas kerangka yang menjadi dasar penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3.1 Kerangka Pemikiran

Emiten

Operasional Usaha Laba

Pasar Modal (BEI)

Investor

Modal

LQ45 (Y)Price Earning Ratio (PER)

X1

Earning Per share (EPS)

X2

Ratio On Asset (ROA)

X3

Debt to Equity Rasio

(DER) X4

Fluktuaktif Harga Saham

39

Berdasarkan Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran tersebut dapat

dijelaskan bahwa pasar modal (BEI) berperan sebagai pihak yang

memfasilitasi dan menyelenggarakan perdagangan efek antara pihak

perusahaan go public (emiten) dengan pihak investors. Emiten membutuhkan

modal yang banyak untuk membiayai operasional usahanya dengan menjual

efeknya kepada investors. Dalam perdagangan efek di bursa tersebut, harga

efek yang fluktuatif sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor

ekonomi makro. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan PER,EPS, ROA

dan DER sebagai variabel independen dan variabel dependennya LQ45.

2.4 Hipotesis Penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham perusahaan LQ-45.

2. Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham perusahaan LQ-45.

3. Ratio On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga

saham perusahaan LQ-45.

4. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap harga saham perusahaan LQ-45.

40

5. Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Ratio On Asset

(ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama berpengaruh

positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan LQ-45.

2.5 Definisi Konsepsional.

Definisi konsepsional merupakan suatu penjelasan atau pembahasan

mengenai konsep judul penelitian dimana penulisannya disesuaikan dengan

maksud dari penulisan itu sendiri terhadap variabel–variabel yang

bersangkutan, sehingga batasan–batasan penelitian dan penulisan skripsi

menjadi lebih jelas. Dengan adanya batasan–batasan tersebut maka peneliti

merumuskan definisi konsepsional sebagai berikut :

a. Price Earning Ratio (PER) adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana

keuntungan perusahaan atau emiten saham (company's earnings) terhadap harga

sahamnya (stock price).

b. Earning Per Share (EPS) adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik

perusahaan. Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba)

yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya.

c. Return On Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

41

d. Debt of Equity Ratio (DER) adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur

tingkat penggunaan utang terhadap total share holder’s equity yang dimiliki

perusahaan.

e. LQ45 adalah deretan 45 saham yang merupakan saham-saham dengan transaksi

terbanyak di Bursa Efek Indonesia. indeks penggerak pasar di Bursa Efek

Indonesia yang terbentuk dari 45 saham yang memiliki likuiditas dan

kapitalisasi pasar terbesar.

f. BEI adalah menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai

pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai tanggal tertentu.

Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan

harga penutupan di bursa pada hari tersebut.