bab ii new.docx doko

32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi di masa kini dan kebutuhan manusia akan konsumsi ikan menjadikan pemerintah mengutamakan para peternak ikan. Wilayah perairan Indonesia yang luas meliputi 11,95 juta Hektar sungai dan rawa 1,78 juta Hektar danau alam, 0,003 Hektar danau buatan serta luasnya perairan laut Indonesia, telah memberikan kemudahan bagi masyarakat, khususnya petani budidaya ikan untuk mengembangkan usaha perikanan di Indonesia (Raflie, 2007). Oleh karena itu pemerintah mencanangkan pembangunan pada sektor perikanan, dengan memberikan pengkreditan untuk membantu nelayan yang memerlukan. Pengembangan usaha pembudidayaan perikanan air tawar maupun air laut diharapkan berkembang dengan lebih baik. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut, melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organisme (sumber hayati). Usaha perikanan di Indonesia dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Selain perikanan di laut, terdapat perikanan didarat yaitu berupa danau, sungai, dan rawa. Usaha perikanan dapat dibagi dua jenis, yaitu usaha Universitas Sriwijaya

Upload: handoko-manuel-apriliyanto-siagian

Post on 05-Nov-2015

301 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

skripsih baru

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi di masa kini dan kebutuhan manusia akan konsumsi ikan menjadikan pemerintah mengutamakan para peternak ikan. Wilayah perairan Indonesia yang luas meliputi 11,95 juta Hektar sungai dan rawa 1,78 juta Hektar danau alam, 0,003 Hektar danau buatan serta luasnya perairan laut Indonesia, telah memberikan kemudahan bagi masyarakat, khususnya petani budidaya ikan untuk mengembangkan usaha perikanan di Indonesia (Raflie, 2007). Oleh karena itu pemerintah mencanangkan pembangunan pada sektor perikanan, dengan memberikan pengkreditan untuk membantu nelayan yang memerlukan. Pengembangan usaha pembudidayaan perikanan air tawar maupun air laut diharapkan berkembang dengan lebih baik. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut, melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organisme (sumber hayati). Usaha perikanan di Indonesia dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Selain perikanan di laut, terdapat perikanan didarat yaitu berupa danau, sungai, dan rawa. Usaha perikanan dapat dibagi dua jenis, yaitu usaha perikanan darat dan perikanan laut. Usaha perikanan darat disebut juga usaha perikanan air tawar (Evy, 1997).Jenis pakan atau ransum ikan terbagi menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami seperti zooplankton, rorifera, nauplii, moina, dan dahpnia, tersedia dalam jumlah yang sangat sedikit dalam kolam yang ada. Ikan yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem kolam air deras, makanannya hanya mengandalkan pakan buatan (Tim Lentera, 2002). Jenis pakan alami ini berukuran sangat kecil sehingga pakan alami ini lebih cocok diberikan pada benih ikan ( Sendjaja dan Riski, 2002).Bahan baku untuk pembuatan pakan buatan harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: yaitu mempunyai nilai gizi tinggi, mudah diperoleh, tidak mengandung racun, harganya relatif murah, bukan merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan (Mudjiman, 2009). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan ikan adalah kadar protein pakan ikan tersebut, sehingga perlu dilakukan perhitungan yang tepat dalam meramu pakan ikan. Mesin pencetak pelet atau pakan ikan memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 100 sampai 150 kg per jam. Mesin cetak pelet sangat efektif untuk menghasilkan pakan ternak dengan bentuk yang simetris. Setelah perhitungan yang jelas, bahan pakan ditimbang. Setelah ditimbang, bahan dicampur satu persatu hingga bahan homogen. Campuran yang rata, menjadikan kandungan protein yang terbentuk juga rata. Setelah semua bahan tercampur merata, tambahkan air sehingga adonan yang kental berbentuk pasta. Kemudian adonan tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggiling pelet. Pelet yang keluar ditampung dengan tampah dan dijemur langsung dengan menggunakan sinar matahari. Pelet yang baik memiliki kandungan air dibawah 10 % dan tidak mudah hancur (Agung, 2007).Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang dicampurkan menjadi adonan, kemudian dicetak sehingga menjadi batangan atau bulatan kecil-kecil. Panjang pelet berkisar antara 1 sampai 2 cm (Setyono, 2012). Pakan yang terapung akan memudahkan pemberi ransum ikan untuk melihat pakan termakan atau tidak sehingga meminimalisir pakan yang terbuang di perairan. Pakan yang terbuang dapat menyebabkan kualitas air menurun yang dapat membahayakan ikan yang dipelihara dan lingkungan budidaya. Jadi sebaiknya pemantauan pada waktu pemberian pakan ikan perlu diperhatikan. Pemberian pakan ketika 80% ikan tidak lagi berkumpul berebut makanan (Herry, 2008).Menurut Syahputra (2009) saat ini budidaya ikan yang semakin intensif menuntut ketersedian pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan. Oleh karena itu masalah pengadaan makanan perlu diselesaikan dengan sungguh-sungguh. Apalagi untuk jenis ikan air tawar yang sekarang ini sangat disukai masyarakat seperti ikan patin, ikan lele, dan ikan mas. Untuk itu harus dapat menyiasati pemberian pakan ikan tersebut. Tidak bisa hanya mengandalkan pakan alami saja. Sehingga dibutuhkan pakan buatan sebagai pakan tambahannya. Tetapi pakan buatan yang beredar di pasaran saat ini sangat mahal harganya. Karakteristik pelet yang dihasilkan mengacu pada standar pakan ikan menurut SNI tahun 2006 yaitu mengandung protein berkisar 20 sampai 35%, lemak berkisar 2-10%, kadar abu kurang dari 12%.Berdasarkan kondisi ini, timbul minat penulis untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang ada diatasi dengan menguji kinerja dari alat yang sudah ada di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengurangi kekurangan dan menambah keunggulan agar terbentuk alat yang sederhana dan mudah digunakan, dengan produksi yang maksimal serta desain yang lebih menarik dan ekonomis.

1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja mesin pembuat pelet apung yang berasal dari bengkel alat dan mesin pertanian lokal .

1.3. HipotesisDiduga dengan mesin pembuat pelet ini dihasilkan pelet yang memiliki Standar Nasional Indonesia ( SNI )

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Mekanik Mesin Pecetak 2.1.1. Extruder Single ScrewEkstruder yang biasanya tersedia di pasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal (single screw extruder/SSE) dan ekstruder ulir ganda (twin screw extruder/TSE) yang dapat digunakan secara luas pada produksi komersial. (Baianu, 1992). Ekstruder tipe ulir biasanya dikelompokkan berdasarkan seberapa banyak energi mekanis yang dapat dihasilkan. Sebagai contoh, ekstruder dengan energi mekanis yang rendah dirancang untuk mencegah proses pemasakan pada adonan bahan. Ekstruder tipe ini biasanya digunakan pada pembuatan pretzel, pasta dan beberapa jenis makanan ringan dan sereal. Ekstruder dengan energi mekanis tinggi dirancang untuk memberikan energi yang besar agar dapat diubah menjadi panas untuk mematangkan adonan bahan dan biasa digunakan dalam produksi makanan hewan, makanan ringan dengan bentuk mengembang dan sereal (Frame,1994).

Gambar 2.1 Mesin Extruder Screw

2.1.2. Mesin Pembuat Pelet Alat pencetak pelet berbentuk silinder, pada bagian dalamnya terdapat ulir pengepress pelet. Ulir tersebut dapat mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat yang berlubang sesuai dengan ukuran atau diameter yang kita kehendaki. Pelet keluar dari lubang cetakan akan dipotong oleh pisau pemotong ( Satriyo dkk, 2008 ).

2.1.3 Komponen Elemen Mesin2.1.3.1 Motor Bensin

Motor bensin (spark Ignition) adalah suatu tipe mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) yang dapat mengubah energi panas dari bahan bakar menjadi energi mekanik berupa daya poros pada putaran poros engkol. Energi panas diperoleh dari pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi pada ruang bakar (Combustion Chamber) dengan bantuan bunga api yang berasal dari percikan busi untuk menghasilkan gas pembakaran.Menurut Wiratmaja (2010) berdasarkan siklus kerjanya motor bensin dibedakan menjadi dua jenis yaitu motor bensin dua langkah dan motor bensin empat langkah. Motor bensin dua langkah adalah motor bensin yang memerlukan dua kali langkah torak, satu kali putaran poros engkol untuk menghasilkan satu kali daya (usaha). Sedangkan motor bensin empat langkah adalah motor bensin yang memerlukan empat kali langkah torak, dua kali putaran poros engkol untuk menghasilkan satu kali daya (usaha).Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi secara kimiawi yang berlangsung secara cepat antara oksigen dan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar pada suhu dan tekanan tertentu (Yeliana et.al, 2004). Pembakaran pada motor bensin diawali oleh percikan bunga api listrik dari busi yang terjadi pada saat beberapa derajat sebelum torak mencapai titik mati atas, membakar campuran bahan bakar udara yang telah dikompresikan oleh gerakan torak dari titik mati bawah menuju titik mati atas.

2.1.3.2. PorosPoros merupakan bagian terpenting dari setiap mesin dan umumnya mesin meneruskan tenaga bersama-sama putaran, poros utama sangat penting untuk memutar silinder pencacah yang dihubungkan langsung dengan silinder. Komponen poros utama terletak di bagian atas kerangka, yang berputar melalui bearing yang dilengkapi dengan puli. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft, shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Shaft daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt, puley, sprocket rantai (Triyatno, 2011). Poros merupakan sumbu putar yang bertumpu pada dua bantalan yang terletak pada sisi kerangka utama. Salah satu bagian ujungnya dipasang puli yang digunakan sebagai penyalur transmisi tenaga putar dari motor penggerak (SNI:7580, 2010). Menurut Saputra (2012), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan poros adalah:a. Kekuatan PorosPoros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut.b. Kekakuan PorosMeskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu, selain memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.c. Putaran KritisJika putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik. Timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Oleh karena itu, perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.d. Material PorosPoros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan permukaan (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan.

2.1.3.3.BantalanBantalan adalah elemen mesin yang mempunyai poros berbeban sehingga gerakan bolak-balik dapat berlangsung dengan halus, aman, dan tahan lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinan poros dan elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka presentasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung (Stolk dan Kross, 1986).Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku pemindah daya tetap di tempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir. Bantalan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :2.1.3.3.1. Bantalan luncurPada bantalan luncur, poros yang berputar atau ditumpu bersentuhan secara langsung oleh permukaan bantalan yang tetap, sehingga gesekan yang terjadi tinggi dan perlu pelumasan.

2.1.3.3.2. Bantalan gulungBantalan tipe ini mempunyai bola atau peluru yang terletak antara poros dan penumpu bantalan, dengan demikian akan mengurangi gesekan. Oleh karena itu bantalan ini disebut bantalan anti-gesekan (Smith and Wilkes, 1990).Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin). Menurut Daryanto (1984) berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan menjadi :1. Bantalan luncur2. Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol)3. Bantalan dengan beban radial4. Bantalan dengan beban aksial5. Bantalan dengan beban campuran.Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, bantalan terdiri atas bantalan luncur dan bantalan gelinding. Pada bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan, karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru). Berdasarkan arah beban terhadap poros, bantalan terdiri atas bantalan radial yang arah bebannya tegak lurus sumbu poros, bantalan aksial yang arah bebannya sejajar dengan sumbu poros, dan bantalan gelinding khusus yang arah bebannya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2002).

2.1.3.4. V-beltSabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu ke lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putaran yang sama maupun putarannya dinaikan atau diturunkan, searah dan kebalikannya. Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil dan mesin pertanian. Kekurangan nya ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto 1993).Sabuk bentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda yang berbentuk V. Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan. Susunan khas sabuk V terdiri atas :1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.2. Bagian yang membawa beban yang terbuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut (Smith dan Wilkes, 1990).Jangan lupa diperiksa kondisi sabuk, apabila sudah kendor di kencangkan sabuk dengan cara merubah posisi motor. Diganti sabuk dengan yang baru dan ukuran yang sama apabila kondisinya tidak bagus.

2.1.3.5 PulleyMenurut Arnoldi D (2012) pulley merupakan tromol yang permukaannya dilapisi karet berfungsi sebagai pembatas dan penerus gerak dari belt. Ada beberapa komponen pulley yang terpasang di hopt station dan heek station. Pulley ada beberapa jenis sesuai dengan fungsinya yaitu : Drive Pulley berfungsi sebagai penerus gerak dari gear box untuk menggerakkan belt, Take-up pulley berfungsi sebagai pengencang belt dan penerus gerak dari drive pulley, Return pulley berfungsi sebagai pembalik gerak bagian bawah ke atas dari gerak pulley dan gerak drive pulley, Straight pulley berfungsi meratakan posisi belt pada saat keluar dari take-up pulley dan pada saat masuk return pulley, Discharger pulley berfungsi sebagai pencurah material ke conveyor berikutnya. Ada beberapa tipe pulley yaitu: 1) Pulley tipe V, 2) Pulley timming , 3) Pulley variable (pulley V bisa di setting besar kecil), 4) Pulley round (alur U), 5) Loss Pulley biasa sebagai adjustment). Pelapisan karet pada permukaan pulley dari suatu system conveyor adalah bermanfaat untuk : menambah nilai koefisien gesekan antara permukaan pulley dan bagian bawah dari pada conveyor belt, mencegah belt slip, memperkecil beban dari counter weight yang juga mengurangi stress pada belt, memperpanjang usia permukaan belt.

2.1.3.6. Plat Pencetak Cetakan pellet, dibuat dengan system non permanent dibuat dengan ukuransesuai dengan ukuran ikan dengan diameter 2 mm, 4 mm, dan 6 mm. Setelah bahan yang telah tercampur secara merata, maka bahan tersebut masuk kedalam pencetak dan akan tertekan dengan adanya ulir pendorong yang memudahkan akan tertekannya bahan pelet tersebut.

2.1.3.7. Mata Pisau Menurut Lutfi et al., (2010) pisau pemotong berfungsi untuk memotong bahan yang telah di cetak menjadi bentuk bulat (chip). Pisau pemotong ini terbuat dari bahan baja yang diasah sehingga salah satu sisinya tajam. Penyangga dari pisau pemotong ini mengalami perubahan, yang semula direncanakan menggunakan kayu dengan penyangga dari bearing sepeda, diganti dengan menggunakan penyangga dari pelat besi dengan ketebalan 2 cm dan menggunakan rel dari besi poros sebagai lintasan. Dalam hal ini pisau yang digunakan ialah bentuk blade 4 sudut yang berpusat dan saringan besi yang diam. Kecepatan putar dan kecepatan penggiling bias (adanya perbedaan puli motor dan cetakan) diatur dengan menggunakna transmisi pully. Perubahan ini dikarenakan kurang kuatnya penahan pisau sehingga diganti menggunakan pelat besi tebal. Berdasarkan pengamatan penggunaan pelat besi sebagai penyangga pisau ternyata dapat bekerja dengan baik menahan pisau pemotong, selain itu penggunaan besi poros sebagai rel ternyata memiliki keunggulan yaitu lintasan pisau bisa berjalan lurus, tidak bergetar dan suara dari gerakan pisau menjadi lebih halus. Pada saat pisau telah tumpul maka bisa dilakukan pengasahan untuk mempertajam kembali mata pisau nya

2.1.3.8. UlirUlir pengepres ini mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat berlubang sebagai pencetak pellet. Dimana ulir yang digunakan jenis besi St 37 dengan jarak antara ulir 4 cm, dengan ketinggian antara ulir 6 cm dan panjang total ulir 25 cm.

2.1.3.9. Gear BoxGear box merupakan komponen mekanikal yang menstranmisikan daya dan gerakan diantara sumbunya. Gear box juga dapat mengubah arah putaran dan mengubah gerakan rotasi menjadi gerakan linier. Fungsi gear box untuk merenduksi kecepatan pada conveyor sehingga putaran conveyor tetap stabil dan tidak terlalu cepat agar bahan berjalan menuju mesin tidak bertumpuk tumpuk. Menurut Habibie I et al,. (2010) gear box memerlukan rangkaian pendukung yang terdiri dari tongkat pemicu gear box dan tali pemicu gas pada mesin utama serta pompa pemicu bilge.Gearbox dalam alat ini yang berfungsi sebagai pengkonversi gerak putar menjadi gerak simpangan terdiri dari dua komponen yaitu roda gila dan lengan. Roda gila terbuat dari bahan yang terbuat dari teflon, pada kecepatan 3500 rpm amalgamator dapat berfungsi dengan baik, akan tetapi pada kecepatan 4000 rpm dalam jangka waktu pemakaian yang lama, maka roda gila yang merupakan salah satu komponen dari gearbox akan mengalami keretakan, bahkan pecah, sehingga alat tidak dapat berfungsi dengan baik (Ismaya H et al.,2012).

2.2. Pakan Ikan Pakan buatan menurut SNI 01-7242-2006 merupakan hasil campuran dari beberapa bahan baku dan bahan tambahan pakan, sehingga mempunyai nilai gizi tertentu yang mampu mendukung terhadapat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Pakan dibuat melalui proses penepungan, pencampuran, dan pencetakan berbentuk butiran dan pelet serta ukurannya disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan buatan dapat bersifat memgapung dan tenggelam.Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu dapat memacu pertumbuhan ikan sehingga lebih cepat besar. Pertumbuhan ikan tertentu akan terjadi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan tidak terpenuhi (Khoiruma dan Amri, 2008). Nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan ikan yakni protein minimal 25 %, lemak minimal 7 %, kadar abu maksimal 12 %, dan serat kasar maksimal 5 % (SNI 01-7242-2006)Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat di butuhkan dalam budidaya ikan, baik ikan tawar maupun ikan air laut. Pakan tersebut dibutuhkan oleh ikan dari mulai ukuran larva, dewasa sampai ukuran induk yang digunakan untuk melakukan pergerakan, metabolisme, pemeliharaan dan pertumbuhan. Pakan yang dikonsumsi ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila lebih akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Adelina,2004).Pemilihan bahan baku merupakan tahap yang sangat penting dalam proses pembuatan pakan karena akan menentukan kualitas pakan yang dihasilkan. Berdasarkan sumbernya, bahan baku pakan dibedakan menjadi dua yaitu bahan baku hewani dan bahan baku nabati. Bahan baku hewani sangat penting dalam pembuatan pakan bila dibandingkan dengan bahan baku nabati. Meskipun demikian, dalam pembuatan pakan sangat dianjurkan untuk menggunakan campuran kedua sumber bahan baku tersebut karena komposisi zat gizi yang terkandung menjadi lengkap (Sahwan, 2004).Menurut Widiarto., et al (2012) Pada Pembuatan pakan membutuhkan protein yaitu berasal dari tepung ikan. Tepung ikan berasal dari sisa-sisa ikan curah yang dijual murah di pasaran. Penggunaan tepung ini dimaksudkan untuk mensubtitusikan penggunaan tepung ikan yang selama ini digunakan sebagai bahan utama pembuatan pakan ikan.

Beberapa bahan pakan dengan komposisi nutrisinya tertera pada Tabel 1 Berikut ini : Bahan Makan Protein(%)Lemak(%)Serat Kasar(%)Em (Kcal/kg)

JagungJagung ragiSorghumDedak kasarDedak halusDedak bekatulKedelaiBungkil kedelaiTepung TapiokaKacang Tanah Bungkil kacang tanahBungkil kelapaBungkil sawitAmpas minyak sawit Ampas tahuGandumTepung IkanTepung cangkang Udang925117,69,8143741,71,713040,220,515923,5511,953,941,17

3,83,11,96,87,914,317,93,50,414866,75,318,85,541,94,23,642,52,53,427,820,56,105,76,52,032,87,61215,21716,32,61,016,383.4302.7503.0401.7802.1003.3203.5102.2403.1555.7002.2001.5404.2304.400-30002.6402.156

Sumber : Laboratorium Nutrisi Balai Budidaya Air Tawar Jambi ( 2005 )

BAB 3PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan selesai di program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

2.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan pada saat pelaksanaan penelitian ini adalah : 1.) Mesin Pelet, 2.) Mistar, 3.) Oven, 4.) Pensil, 5.) Pulpen, 6.) Timbangan 5 kg, 7.) Tachometer, 8.) Kronometer atau stopwatchBahan - bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.) Air, 2.) Dedak Halus, 3.) Dedak Jagung 4.) Minyak ikan, 5.) Protein 6.) Tepung tapioka, 7.) Tepung kedelai, 8.) Tepung Ikan, 9.) Tepung Gandum 10.) Vitamin (premix)

2.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian adalah ada tiga tahap yaitu 1) Perancangan mesin pembuat pelet dan penyiapan bahan-bahan 2) Pengoperasian alat dan 3) Pengujian alat.

2.4. Cara KerjaCara kerja penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu: 1) Persiapan bahan dan 2) Persiapan Alat.

2.4.1. Cara kerja pembuatan pakan2.4.1.1 Persiapan Bahan 1. Penyiapan dedak halus, dedak jagung, tepung ikan, tepung kedelai, tepung tapioka, tepung gandum, vitamin , minyak ikan dan air. 2. Semua bahan ditimbang dengan perbandingan dedak halus : dedak jagung : tepung kedelai : tepung ikan : tepung tapioka : tepung gandum : protein : minyak ikan dan ditambah air dari berat bahan (Hanif, et al 2014).3. Semua bahan dimasukan ke dalam wadah. 4. Lalu diaduk sampai bahan tersebut tercampur merata membentuk suatu adonan yang liat. 5. Adonan siap untuk dicetak (Hernowo dan Suyanto 2008).

2.4.1.2. Persiapan Alat 1. Penyiapaan mesin pencetak pelet . 2. Persiapan cetakan pelet dengan ukuran masing-masing yang diinginkan dan memiliki 3 ukuran diameter yang berbeda pada setiap cetakan.3. Alat dihidukan, hal ini dilakukan untuk mempersiapkan alat dalam keadaan dapat dioperasikan dengan baik pada saat akan dioperasikan alat4. Adonan yang akan dibentuk dimasukkan ke dalam saluran pemasukan. 5. Pencatatan waktu untuk mencetak pelet. 6. Penghitung kapasitas alat cetakan yang dihasilkan.7. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan ( Lisnawati, 2011)

2.5. Parameter yang diamatiParameter yang diamati sebagai berikut :1.Kecepatan Putaran Poros (rpm)2.Kapasitas Olahan (kg/jam)3.Kapasitas Hasil ( kg/jam)4.Kadar Air Bahan ( % ) 5. Konsumsi Bahan Bakar Mesin Pelet ( l/Jam )6. Kapasitas Teoritis Mesin Pencetak Pelet (kg/jam)7. Kapasitas Material Mesin Pakan (kg/jam)8. Efisiensi Mesin Pencacah (%)9. Daya Apung Pelet ( Menit )

2.5.1. Kapasitas Olahan Menurut Setiawan (2002), pengukuran kapasitas olah dilakukann dengan membagi berat bahan awal terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak pelet. KO =(kg/jam)...............................................................(1)

Keterangan :KO = Kapasitas olahan (kg/jam)BA = Berat bahan awal (kg)T = Waktu (jam)

2.5.2. Kapasitas efektif alat (Kg/jam)Menurut Satriyo et.al. (2008), pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat pelet yang terbentuk terhadap waktu yang dibutuhkan untuk membentuk pakan ikan bentuk pelet.

KA= (kg/jam) .................................................................... (2)Keterangan :KA = Kapasitas alat (kg/jam)BC = Berat hasil cetakan (kg)T = Waktu (jam)

2.5.4. Kadar Air BahanMenurut Wilhelm et.al. (2005), kadar air dapat dihitung dengan dua cara yaitu menentukan kadar air basah (Mw) dan kadar air basis kering (M.). Persamaan dibawah ini untuk menentukan kadar air basis kering.

................................................................................ (3)Keterangan :M : Kadar air basis kering (%bk)Mw: Massa basah (kg)Md: Massa kering (kg)

2.5.5. Konsumsi bahan bakar mesin pencacah (SNI 7580, 2010). ................................................................................................ (4)Keterangan :FC : Konsumsi bahan bakar (L/jam).FV : Volume bahan bakar yang dipakai (L).t : Waktu beroperasi motor penggerak (jam).

2.5.6. Kapasitas teoritis mesin pencetak pelet Kapasitasi teoritis diperoleh dari persamaan matematis yang telah dimodifikasi (Fitriansyah,2012) .............................................................. (5)Keterangan :KT= Kapasitas teoritis mesin pencetak pelet (kg/jam)TG= Tebal mata pisau (m)TK= Tebal kontak (m) = Massa jenis bahan (kg/m3) = Diameter pisau (m)N= Jumlah mata pisaun= Jumlah pisaurph= Jumlah putaran (konversi rph = rpm x 60 menit)

2.5.7. Kapasitas material mesin pakan (kg/jam)Kapasitas material mesin pakan adalah perbandingan antara massa suatu bahan yang terolah terhadap waktu kerja mesin (Bowers, 1987). (7)Keterangan:K= Kapasitas material mesin pakan (kg/jam)W= Berat bahan terolah (kg)t= Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan (detik)

2.5.8. Efisiensi mesin pencacah (%)Menurut Fitriansyah (2012), efisiensi kerja mesin ditentukan dengan membandingkan antara kapasitas material mesin pencacah terhadap kapasitas teoritis yang dinyatakan dalam persen. (8)Keterangan: K= Kapasitas material mesin pencacah (kg/jam)KT= Kapasitas teoritis (kg/jam)

2.5.9. Daya Apung PeletMenurut Zaenuri, et al., (2014) uji daya tahan dalam air dilakukan dengan merendam pelet dalam air dan dihitung berapa lama pelet tersebut tahan dalam air hingga hancur. Semakin lama pelet tersebut hancur, semakin baik kualitas pelet tersebut (Handajani dan Wahyu, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Agung., 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Baianu, I.C. 1992. Basic Aspect of Food Extrusion, Physical Chemistry of Food Process: Principle, Techniques and Application. Textbook, VNR Vol. 1. New York, USA.

Evy, R., 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Frame, N.D. 1994. The Technology of Extrusion Cooking. Springer Publisher, dari http://books.google.com/books?hl=en &lr=&id diunduh pada 21 Maret 2015.

Handajani, H., dan Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press: Malang.

Hanif., Nurdin., Mawardi I. 2014 Pengambdian Bagi Petani Ikan Bandeng Desam Jambo Timur Pemkot Lhokseumawe yang Mengahadapi Masalah Tingginya Harga Pakan Ikan. Lhokseumawe. ISSN 2089- 3582 | EISSN 2303-2480.

Herry, 2008. Pengenalan Bahan Baku Pakan Ikan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBPBAT Sukabumi). Jawa Barat

Hernowo, A. dan S. R. Suyanto., 2008. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dipekarangan, Sawah, dan Longyam. Penebar Swadaya, Jakarta.Lisnawati, S., 2011 Uji Diameter Lubang Cetak Pada Alat Pembuat Pakan Ikan Bentuk Pelet Skripsi.(dipulikasikan) Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mudjiman, A., 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nono, H., 2012 Menghitung Rpm mesin (Online) (http://nonoharyono.blogspot.com/2009/12) diakses pada tanggal 14Januari 2015.

Nugroho, E. dan A. H. Kristanto, 2008. Panduan Lengkap ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya, Jakarta.

Raflie., 2007. Rancang Bangun Mesin Pencetak Pelet. Skripsi dipublikasikan. Politeknik Negeri Medan.

Saputra, A. B. 2012. Pembuatan Poros Transmisi pada Mesin Modifikasi Camshaft (Noken As). Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Satriyo. B, A. Nurhasanah., dan M. Hidayat., 2008. Balai besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Situgadung, Legok, Tangerang.

Setyono, B. 2012. Pembuatan Pakan Buatan. Unit Pengelola Air Tawar. Malang.Sendjaja, J.T. dan M.H. Riski., 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syahputra, A. 2009. Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas dan Ikan Lele Bentuk Pelet. Skripsi dipublikasikan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Standar Nasional Indonesia (SNI:7580). 2010. Mesin Pencacah (Chopper) Bahan Pupuk Organik; Syarat Mutu dan Metode Uji. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Stolk, J. Dan C. Kross., 1981. Elemen Mesin : Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penejermah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta

SNI 01-2332. 3-2006. Cara Uji Uji Mikrobiologi Bagian 3 : Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. ICS 67.050.

Tim Lentera., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Cet. I. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Triyatno, A. 2011. Proses Pembuatan Poros Utama pada Mesin Pencacah Daging. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Wilhelm, L.R., D.A. Suter dan G.H. Brusewitz. 2005. Food and Process Engineering Techmology. Amer Society of Agricultural.

Widiarto, A.S., Purwoko, B.A., Murwono, D 2012. Pakan Apung Artifisial untuk budidaya Ikan Lele Pengaruh NAIC dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan Ikan Lele dengan metode FCR (Feed Conversion Ration). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2 (2) : 97-102.

Wiratmaja, I. G 2010. Analisa Ujuk Kerja Motor Bensin Akibat Pemakaian Biogasoline. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 4 (1) : 16-25.

Yeliana., Adnyana, B.I.W., Wibawa, N.P. 2004. Bahan Bakar dan Teknik Pembakaran Bahan Bakar. Program Studi Teknik Mesin. Denpasar : Universitas Udayana.

Lampiran 1. Diagram Alir PenelitianPemasangan kerangkaPengukuran dan PemotonganPerancang alatMulai

Pembuat Pakan Ikan Bentuk Pelet

Pengujian alat

Pengukuran parameter

Analisi data

Selesai

Universitas Sriwijaya