bab ii pemahaman terhadap galeri kain tenun … ii.pdftinjauan umum tentang galeri, tinjauan kain...

28
7 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR Bab ini membahas tentang pemahaman terhadap Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar. Beberapa hal yang dibahas dalam bab ini yaitu mengenai tinjauan umum tentang galeri, tinjauan kain tenun endek, tinjauan proyek sejenis, dan spesifikasi umum Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar. 2.1. Tinjauan Umum Galeri Tinjauan umum tentang galeri terdiri dari pengertian galeri, bentuk galeri, civitas di dalam galeri, dan penyajian koleksi galeri. 2.1.1. Pengertian Galeri Kata galeri dalam beberapa sumber didefinisikan sebagai berikut: 1. Galeri didefinisikan sebagai ruang atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:328). 2. Menurut etimologinya, kata gallery atau galeri diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan yang digunakan untuk memamerkan karya seni (Ensiklopedia Nasional Indonesia dalam Dewi, 2013:5).

Upload: phamhuong

Post on 12-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP

GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR

Bab ini membahas tentang pemahaman terhadap Galeri Kain Tenun Endek

di Kota Denpasar. Beberapa hal yang dibahas dalam bab ini yaitu mengenai

tinjauan umum tentang galeri, tinjauan kain tenun endek, tinjauan proyek sejenis,

dan spesifikasi umum Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar.

2.1. Tinjauan Umum Galeri

Tinjauan umum tentang galeri terdiri dari pengertian galeri, bentuk galeri,

civitas di dalam galeri, dan penyajian koleksi galeri.

2.1.1. Pengertian Galeri

Kata galeri dalam beberapa sumber didefinisikan sebagai berikut:

1. Galeri didefinisikan sebagai ruang atau gedung tempat memamerkan benda

atau karya seni dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:328).

2. Menurut etimologinya, kata gallery atau galeri diartikan sebagai ruang beratap

dengan satu sisi terbuka. Di indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang

atau bangunan yang digunakan untuk memamerkan karya seni (Ensiklopedia

Nasional Indonesia dalam Dewi, 2013:5).

8

3. Galeri adalah tempat di mana orang banyak / masyarakat dapat melihat dan

menikmati suatu koleksi seni yang bagus, berharga yang penempatannya

mudah dilihat karena koleksi tersebut dikelompokkan sesuai dengan jenisnya

(Kortschak dalam Dewi, 2013:5).

Berdasarkan beberapa pengertian galeri di atas, dapat disimpulkan bahwa

galeri merupakan suatu tempat untuk mempromosikan benda atau hasil karya seni,

sehingga hasil karya seni tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat. Di dalam

galeri terdapat kegiatan pameran dan kegiatan transaksi jual beli atau pelelangan

hasil karya seni, yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan karya

seni diantaranya patung, lukisan, kain tenun endek, dan sebagainya.

Galeri memiliki perbedaan dengan art shop. Galeri tujuan utamanya tidak

hanya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, melainkan juga

memiliki tujuan pelestarian dan pengembangan karya seni. Sedangkan artshop

hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

2.1.2. Bentuk Galeri

Bentuk galeri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai

berikut (Tusan dalam Dewi, 2013:5):

1. Galeri yang merupakan bagian dari studio seorang seniman. Koleksi yang

dipajang pada galeri ini hanya hasil karya seniman itu sendiri. Galeri ini dapat

menjadi satu atau terpisah dengan studionya.

2. Galeri yang merupakan bagian dari studio seorang seniman, namun koleksi

yang dipajang di dalam galeri ini tidak hanya hasil karya seniman yang

bersangkutan saja. Namun juga hasil karya seniman lainnya.

3. Galeri yang merupakan suatu wadah untuk kegiatan dagang murni, karena

pengelolanya bukan seorang seniman aktif. Koleksi yang dipajang di dalam

galeri ini adalah hasil karya seniman yang bukan pemilik galeri tersebut.

Adakalanya pengelolaan itu bersifat pribadi, bahkan sering pula disertai

kegiatan menyewa karya seni kepada orang- orang tertentu. Adapula pemilik

galeri yang memilih karya seni tersebut untuk menjadi koleksi pribadinya.

9

2.1.3. Civitas di Dalam Galeri

Civitas yang terdapat di dalam galeri secara umum terdiri dari tiga

kelompok, yaitu pengelola, pengrajin dan pengunjung yang dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Pengelola

Pengelola memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem

operasional suatu galeri. Dalam sistem pengelolaan sebuah galeri, diperlukan

beberapa petugas atau pengelola yang sesuai dengan bidang keahliannya

masing- masing, yaitu sebagai berikut (Rapini dalam Dewi, 2013:6):

a. Direktur bertugas sebagai pemimpin galeri. Direktur bertanggung jawab atas

segala kegiatan pengelolaan galeri.

b. Kurator bertugas memimpin, mengkoordinasikan, serta mengawasi petugas

koleksi dan bagian- bagiannya.

c. Konservator merupakan petugas yang menangani pemeliharaan koleksi-

koleksi yang ada di dalam galeri, sehingga koleksi- koleksi galeri tetap

berada dalam kondisi yang baik.

d. Ahli pameran bertugas menata ruang pameran dan benda koleksi galeri.

e. Edukator dan instruktur bertugas menyelenggarakan segala kepentingan

publikasi galeri.

f. Administrator bertugas dalam bagian administrasi yang meliputi tata usaha

dan keuangan galeri.

g. Penjaga ruang merupakan petugas yang menjaga ruang pameran, melayani

pengunjung di dalam galeri, dan memberikan penjelasan umum tentang

koleksi- koleksi karya seni yang dipamerkan di dalam galeri, sehingga

pengunjung mendapatkan informasi yang jelas tentang koleksi galeri.

2. Pengrajin/Seniman

Pengrajin yang dimaksud adalah orang yang mendemonstrasikan atau

memperagakan cara pembuatan kerajinan yang akan dipamerkan dan

dipasarkan di dalam galeri. Keberadaan pengrajin ini dapat menghidupkan

kegiatan di dalam galeri.

10

3. Pengunjung

Pengunjung yang datang ke galeri dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu

sebagai berikut (Rapini dalam Dewi, 2013:7):

a. Pengunjung pelaku studi merupakan pengunjung yang datang ke galeri

untuk menambah wawasannya dalam bidang studi tertentu yang terkait

dengan koleksi galeri, seperti pengunjung yang ingin meneliti tentang proses

pembuatan suatu karya seni.

b. Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu merupakan pengunjung yang

datang ke galeri karena ketertarikannya terhadap koleksi di dalam galeri.

c. Pengunjung yang bertujuan rekreasi merupakan pengunjung yang datang ke

galeri untuk mengisi waktu senggangnya sebagai sarana hiburan.

d. Pengerajin, generasi muda, atau masyarakat umum yang datang ke galeri

untuk mengikuti kegiatan pembinaan atau pelatihan.

2.1.4. Penyajian Koleksi Galeri

Penyajian koleksi galeri memiliki peranan penting dalam memberikan

informasi tentang koleksi galeri kepada pengunjung galeri. Dalam penyajian

koleksi galeri, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai

berikut:

1. Jenis Pameran Koleksi Galeri

Penyajian koleksi galeri berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut (Pickard, 2002:269):

a. Pameran tetap (permanent exhibitions) merupakan penyajian koleksi galeri

secara tetap.

b. Pameran temporer (temporary exhibitions) merupakan penyajian koleksi

galeri yang hanya pada jangka waktu tertentu. Pameran temporer ini dapat

menunjang keberadaan pameran tetap.

2. Tata Letak Koleksi

Tata letak koleksi galeri memiliki peranan yang sangat penting untuk

menarik perhatian pengunjung. Penyusunan tata letak koleksi galeri dapat

dikembangkan sesuai dengan ide/gagasan penata. Tata letak koleksi galeri

11

harus dapat memberikan informasi yang jelas dan menarik perhatian

pengunjung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan koleksi

galeri antara lain: keseimbangan, proporsi, keharmonisan, dan klimaks.

(Pickard, 2002:270)

3. Tata Cahaya

Penyajian koleksi di dalam galeri harus memperhatikan pencahayaan

yang baik. Tata cahaya di dalam galeri kain dilakukan agar pengunjung galeri

dapat melihat warna asli dari koleksi yang ditampilkan (Neufert, 1995:198).

Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang tata cahaya

di dalam galeri adalah sebagai berikut (Pickard, 2002:274):

a. Faktor Psikologi

Faktor psikologi meliputi bagaimana koleksi di dalam galeri dilihat, persepsi

terhadap bangunan, dan suasana ruang.

b. Faktor Fisiologi

Faktor Fisiologi meliputi pencahayaan, kontras, pantulan cahaya, efisiensi,

keseragaman, dan warna.

Dalam mendukung penyajian koleksi di dalam galeri terdapat beberapa

teknik pencahayaan yang dapat digunakan. Teknik pencahayaan terdiri dari 7

(tujuh) jenis, yaitu sebagai berikut (Pickard, 2002:274):

a. Wall-washing (menyorot dinding) : merupakan teknik pencahayaan yang

mengarah ke koleksi galeri yang diletakkan di dinding.

b. Downlighting (pencahayaan ke arah bawah) : merupakan teknik

pencahayaan yang mengarah ke bawah.

c. Uplighting (pencahayaan ke arah atas) : merupakan teknik pencahayaan

yang mengarah ke atas.

d. Diffused (menyebar) : Merupakan teknik pencahayaan yang menyebar.

Umumnya teknik pencahayaan ini digunakan untuk pencahayaan ruang

pameran atau galeri secara menyeluruh.

e. Directional spot / accent (menyorot langsung) : merupakan teknik

pencahayaan yang menyorot objek tertentu secara langsung. Teknik

pencahayaan ini untuk memberikan aksen pada koleksi galeri.

12

f. Lighting of pale objects (pencahayaan benda pucat) : merupakan teknik

pencahayaan untuk objek yang berwarna pucat.

g. Increased illumination for dark objects (peningkatan penerangan untuk

benda gelap): merupakan teknik pencahayaan untuk benda- benda yang

gelap.

Beberapa teknik pencahayaan koleksi tersebut digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Teknik Pencahayaan

Sumber: Pickard, 2002:274

4. Penghawaan

Penghawaan dalam galeri juga perlu dipertimbangkan, agar kondisi

kelembaban di dalam ruangan stabil dan dapat memberikan rasa nyaman bagi

civitas yang ada di dalam galeri. Penghawaan dapat dilakukan dengan

penghawaan alami maupun buatan seperti kipas angin dan Air Conditioner

(AC). (Pickard, 2002:272)

5. Perawatan Koleksi

Perawatan koleksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam penyajian koleksi di dalam galeri. Terdapat beberapa faktor yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada koleksi galeri, yaitu: iklim dan lingkungan,

cahaya, serangga, dan bahaya api.

a. Iklim dan lingkungan

Iklim yang tidak menentu seperti naik turunnya temperatur dan

kelembaban udara dapat mengakibatkan kerusakan pada koleksi galeri.

Temperatur/suhu adalah faktor lingkungan yang sangat penting sebagai

sarana pengendalian tingkat kelembaban. Suhu udara yang baik berkisar

antara 20-24oC. Kelembaban juga akan berpengaruh terhadap koleksi galeri.

Kelembaban yang tinggi dapat menimbulkan potensi terjadinya korosi dan

13

timbulnya jamur. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi koleksi galeri,

termasuk koleksi kain tenun endek. Sedangkan kelembaban yang terlalu

rendah dapat mengakibatkan penyusutan pada beberapa benda seperti kayu

dan kain/benda tekstil yang dapat menjadi rapuh. Kelembaban relatif (RH)

yang sesuai untuk benda koleksi galeri yaitu 45-60%. (Pickard, 2002:273)

Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam perawatan koleksi

galeri. Seperti faktor kebersihan lingkungan. Kondisi lingkungan yang tidak

bersih atau berdebu dapat menimbulkan kotoran pada benda- benda koleksi

galeri. Sehingga kebersihan di dalam galeri maupun di lingkungan sekitar

galeri harus tetap dijaga.

b. Cahaya

Cahaya tidak hanya ditata untuk memberikan suasana di dalam ruang.

Namun, tata cahaya juga berpengaruh terhadap keawetan koleksi galeri.

Terdapat beberapa persyaratan cahaya di dalam galeri, antara lain:

menghindari cahaya matahari langsung mengenai koleksi galeri, karena

radiasi ultaviolet dapat berpengaruh pada keawetan koleksi galeri dan dapat

merubah warna koleksi. Demikian pula cahaya buatan dari lampu sebaiknya

tidak secara langsung mengenai koleksi.

Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan menggunakan sun

screening berupa UV filters untuk mengurangi paparan cahaya matahari

secara langsung ke dalam ruang galeri. Penggunaan kaca sekunder pada

setiap sumber cahaya juga sangat diperlukan untuk mengurangi efek radiasi

ultraviolet. (Pickard, 2002:277)

c. Serangga

Keberadaan serangga di dalam galeri juga dapat berpengaruh pada

keawetan koleksi galeri. Untuk menghindari masuknya serangga ke dalam

galeri, kebersihan ruangan merupakan faktor yang harus diperhatikan.

Selain itu penggunaan material kayu yang tidak mudah dimakan rayap juga

dapat diterapkan.

d. Bahaya api

Kain merupakan koleksi galeri yang sangat rentan terhadap bahaya

api. Kain sangat mudah terbakar, sehingga keamanan benda- benda koleksi

14

harus diperhatikan. Sistem pemadam kebakaran dalam galeri harus

disediakan dengan baik. Salah satunya adalah penyediaan alat pemadam api

ringan yaitu extinguisher. Sistem alarm kebakaran dan sprinkle juga harus

bekerja dengan baik, sehingga saat terjadi kebakaran dapat diatasi dengan

cepat. (Pickard, 2002:277)

6. Detail Penyajian

Penyajian koleksi galeri harus memperhatikan pandangan dan

penglihatan pengunjung. Dengan penyajian yang baik, pengunjung galeri dapat

merasakan kenyamanan dalam melihat- lihat koleksi galeri.

Batas penglihatan normal manusia untuk melihat ke atas adalah 40o.

Dalam menentukan ketinggian peletakan koleksi galeri, ketinggian rata- rata

pengunjung perlu dipertimbangkan. Ketinggian rata- rata pengunjung sekitar

170 cm. Sehingga ketinggian penyajian koleksi galeri maksimal adalah 210

cm. Sedangkan ketinggian optimum rak penyajian adalah 50 cm – 150 cm,

sehingga selain mudah dilihat, juga mudah diambil tanpa harus menggunakan

tangga. (Neufert, 1995:198)

Alas rak harus lembut agar kain tersebut dapat meluncur dengan mudah

dan tidak terkait dan menyebabkan kerobekan. Untuk bagian pakaian jadi,

disediakan bilik gantungan 110 x 115 cm, dan juga disediakan ruang pas

pakaian. (Neufert, 1995:198)

Gambar 2.2 Bidik Pandangan Pengunjung Galeri

Sumber: Neufert, 2000:333

15

2.2. Tinjauan Umum Kain Tenun Endek

Tinjauan umum tentang kain tenun endek terdiri dari pengertian kain tenun

endek, perkembangan kain tenun endek di Kota Denpasar, motif- motif kain tenun

endek, serta proses dan peralatan dalam pembuatan kain tenun endek.

2.2.1. Pengertian Kain Tenun Endek

Kain tenun merupakan salah satu kain tradisional Indonesia yang

menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Kain tenun tradisional Indonesia

dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu kain batik, tenun ikat,

tenun songket, dan seni sulaman (Marah, 1982/1983:4).

Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keragaman

kain tenun tradisional. Kain tenun Bali memiliki makna, nilai sejarah yang dipakai

untuk keperluan upacara, baik untuk dikenakan oleh perseorangan yang akan

melakukan atau yang akan diupacarakan sesuai dengan adat kepercayaan di Bali

maupun sebagai pelengkap upacara. Kain tenun Bali merupakan kain modalis

yang digunakan sebagai suatu mode dalam kehidupan sehari- hari yang bisa

dijadikan hiasan, koleksi pribadi, serta barang komoditi yang bisa diperdagangkan

dan disewakan. (Anom dalam Dewi, 2013:7)

Kain tenun endek adalah salah satu teknik ikat yang berkembang khususnya

di Bali. Kain tenun endek merupakan kain tradisional Bali dengan pola pakan ikat.

Keindahan ragam hiasan berbentuk flora dan fauna serta motif- motif yang

diambil dari mitologi Bali dan wayang. Keragaman motif- motif inilah yang

menjadi ciri khas kain tenun endek.

Proses pengikatan pada kain tenun endek hanya dilakukan pada benang

pakan sebelum dilakukan pencelupan ke dalam pewarna. Hal inilah yang

membedakannya dengan teknik ikat ganda/dobel ikat. Dalam teknik ikat ganda,

proses pengikatan dilakukan pada benang pakan dan benang lusi. Contoh kain

tenun yang menggunakan teknik ikat ganda adalah kain tenun geringsing yang

dibuat di Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem.

2.2.2. Perkembangan Kain Tenun Endek di Kota Denpasar

Sama halnya dengan daerah lain di Indonesia, Bali khususnya Denpasar

sangat kaya dengan budaya tradisional, termasuk kain tenun. Kain tenun

16

tradisional yang berkembang di Denpasar adalah kain tenun endek. Menurut

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Denpasar I

Wayan Gatra dalam tabloid Tokoh nomor 786 tanggal 3 - 9 Maret 2014, kain

tenun endek pada mulanya hanya biasa dikenakan oleh para orangtua dan para

kaum bangsawan. Namun, dalam perkembangannya kain tenun endek mulai

banyak digunakan oleh masyarakat Bali dan menjadi identitas budaya terpenting.

Kain tenun endek bahkan sempat menikmati masa kejayaannya sekitar tahun

1980-an.

Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan masuknya pengaruh

budaya asing ke Bali mengakibatkan kain tenun endek mengalami keterpurukan.

Hal ini diperparah dengan terjadinya krisis ekonomi di tahun 1997 serta kejadian

bom pada tahun 2002 dan 2005. (Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia, 2014:1)

Beberapa hal yang mengakibatkan keterpurukan kain tenun endek ini antara

lain: kain tenun endek dianggap eksklusif hanya untuk acara- acara tertentu saja,

kain tenun endek mempunyai harga yang cukup mahal, kain tenun endek belum

mampu merambah pasar nasional, dan kain tenun endek belum mampu bersaing

karena kain tenun endek belum dikembangkan menjadi produk jadi seperti baju

dan benda kerajinan. (Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia, 2014:2)

Keterpurukan kain tenun endek yang terjadi pasca krisis ekonomi dan

tragedi bom Bali menjadi tantangan besar bagi Denpasar untuk bisa bangkit

memanfaatkan potensi kain tenun endek. Untuk mulai membangkitkan kembali

kain tenun endek dari keterpurukannya, kain tenun endek mulai dipakai sebagai

seragam pegawai, namun masih sebatas kalangan pemerintah kota saja. Sejalan

dengan perkembangan penggunaan kain tradisional di tanah air sebagai busana

keseharian, tidak hanya busana pada waktu- waktu khusus, kain tenun endek pun

dipandang layak menjadi busana keseharian khususnya di Denpasar. (Asosiasi

Pemerintah Kota Indonesia, 2014:1-2)

2.2.3. Motif- Motif Kain Tenun Endek

Kain tenun endek memiliki berbagai macam motif yang diambil dari bentuk

flora, fauna, mitologi Bali, dan wayang. Beberapa motif kain tenun endek antara

17

lain sebagai berikut (Sumber: wawancara dengan pengrajin kain tenun endek

Galeri Tenun Ananda Balinese, 11 Oktober 2014):

1. Kain Tenun Endek Motif Bun Riris

Gambar 2.3 Motif Bun Riris

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

2. Kain Tenun Endek Motif Wayang

Gambar 2.4 Motif Wayang

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

3. Kain Tenun Endek Motif Bun Manggis

Gambar 2.5 Motif Bun Manggis

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

18

4. Kain Tenun Endek Motif Jumputan

Gambar 2.6 Motif Jumputan

Sumber: www.anandatenunbali.com, 2014

5. Kain Tenun Endek Motif Songket

Gambar 2.7 Motif Songket

Sumber: www.anandatenunbali.com, 2014

2.2.4. Proses Pembuatan Kain Tenun Endek

Kain tenun endek dibuat dengan cara menganyamkan dua kelompok benang

yang saling tegak lurus, yaitu benang lusi dan benang pakan. Proses pembuatan

kain tenun endek dapat dijabarkan sebagai berikut (Sumber: hasil observasi

lapangan dan wawancara dengan pengrajin kain tenun endek Sekar Jepun, 20

Oktober 2014):

1. Proses Pengkelosan

Pengkelosan merupakan proses penggulungan benang yang akan digunakan

untuk membuat kain tenun endek. Proses ini dilakukan untuk merubah bentuk

gulungan benang streng ke bentuk gulungan kerucut/cone dan meningkatkan

kualitas benang.

19

Gambar 2.8 Proses Pengkelosan benang

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

2. Pemidangan (Mempen)

Pemidangan merupakan proses memasukkan (mempen) benang ke dalam rak

benang, yang kemudian ditata ke dalam penamplik. Jumlah putaran atau

tumpukan dalam proses ini menentukan besar kecilnya motif yang akan dibuat.

Gambar 2.9 Proses Pemidangan

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

3. Pengikatan (Pembuatan motif)

Proses pengikatan ini merupakan ciri khas dari teknik tenun ikat. Benang

pakan yang sudah dipempen kemudian diikat menggunakan tali rapia sesuai

dengan motif yang diinginkan. Pada proses inilah dibuat motif yang akan

digunakan. Teknik ikat berarti mengikat bagian- bagian benang agar ketika

dicelup tidak terkena warna celupan, sehingga dapat menghasilkan perbedaan

warna yang membentuk motif kain tenun endek.

20

Gambar 2.10 Proses Pengikatan

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

4. Pencelupan

Proses pencelupan merupakan proses pemberian pewarnaan menggunakan

warna dasar yang diinginkan.

5. Nyantri (Pencoletan)

Benang yang telah dicelup menggunakan warna dasar kemudian dikeringkan.

Setelah benang kering, ikatan tali rapia kemudian dibuka dan dilanjutkan

dengan proses nyantri/pencoletan. Proses nyantri merupakan pengisian warna

sesuai dengan motif yang diinginkan.

6. Pencucian

Benang pakan yang sudah melalui proses pewarnaan motif, kemudian dicuci

dengan air bersih, kemudian dikeringkan.

7. Pengginciran

Proses ini merupakan proses penggulungan benang pakan yang telah

dikeringkan. Proses ini juga disebut dengan ngeliing, yang dilakukan untuk

memudahkan memasukkan benang ke dalam sekoci.

Gambar 2.11 Proses Ngeliing

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

21

8. Penenunan

Proses penenunan merupakan proses finishing dalam pembuatan kain tenun

endek. Proses penenunan dilakukan dengan menyusun anyaman benang lusi

dengan benang pakan yang saling tegak lurus.

Gambar 2.12 Proses Penenunan

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

2.2.5. Peralatan Pembuatan Kain Tenun Endek

Dalam proses pembuatan kain tenun endek, terdapat beberapa peralatan

yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Alat Pengkelosan

Alat ini digunakan untuk merubah bentuk gulungan benang streng ke bentuk

gulungan kerucut/cone dan meningkatkan kualitas benang.

Gambar 2.13 Alat Pengkelosan

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

2. Rak Benang

Alat ini digunakan untuk meletakkan benang yang sudah digulung berbentuk

kerucut dengan alat pengkelosan.

22

Gambar 2.14 Rak Benang

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

3. Penamplik

Penamplik merupakan alat yang digunakan untuk menata benang pakan yang

akan diikat. Dalam proses penataan benang, penamplik dihubungkan dengan

benang yang telah diletakkan pada rak benang.

Gambar 2.15 Penamplik

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

4. Alat Pembuatan motif

Alat pembuatan motif digunakan sebagai tempat para pengrajin membuat motif

pada benang pakan yang telah diletakkan pada penamplik. Pengikatan ini

dilakukan menggunakan tali rapia.

23

Gambar 2.16 Alat Pembuatan Motif

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

5. Alat Tenun

Alat tenun merupakan alat yang digunakan untuk proses menenun yang

merupakan finishing dalam pembuatan kain tenun endek. Alat tenun yang

digunakan dalam pembuatan kain tenun endek merupakan alat tenun tradisional

yang sering disebut sebagai alat tenun bukan mesin (ATBM). Proses

penenunan dilakukan dengan menyusun anyaman benang lusi dengan benang

pakan yang saling tegak lurus.

Gambar 2.17 Alat Tenun Bukan Mesin

Sumber: Observasi Lapangan, 20 Oktober 2014

2.3. Tinjauan Proyek Sejenis

Tinjauan proyek sejenis ini dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan

mengenai fasilitas yang terdapat di dalam galeri maupun tampilan bangunannya.

Objek yang dijadikan studi banding adalah Tenun Ikat Endek Sekar Jepun, Galeri

Tenun Ananda Balinese, dan Galeri Tenun Ikat Lestari.

2.3.1. Tenun Ikat Endek Sekar Jepun

Tenun Ikat Endek Sekar Jepun merupakan sebuah galeri yang memajang

koleksi- koleksi kain tenun endek dengan pengelolaan secara swasta. Lokasinya

24

berada di Jalan Sekar Jepun I No.6 Denpasar- Bali. Pada tempat ini juga sekaligus

sebagai tempat produksi kain tenun endek yang akan dipajang di dalam galeri.

Eksterior bangunan didominasi oleh warna putih dengan beberapa ornamen Bali.

Gambar 2.18 Ekterior Bangunan Galeri Tenun Ikat Sekar Jepun

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Ruang- ruang yeng tersedia dalam galeri ini terdiri dari ruang galeri dengan

luas 60m2 dan ruang produksi/tempat menenun yang terletak di belakang galeri

dengan luas 192m2. Di ruang galeri terdapat beberapa fasilitas, yaitu tempat

pemajangan koleksi kain tenun, ruang pas pakaian, tempat menerima tamu, meja

kerja pimpinan, dan meja kerja staf administrasi. Selain itu juga terdapat fasilitas

penunjang lainnya, yaitu toilet dan parkir kendaraan.

Gambar 2.19 Denah Galeri Tenun Ikat Sekar Jepun

25

Gambar 2.20 Interior Galeri Tenun Ikat Sekar Jepun

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Interior galeri juga didominasi dengan warna putih pada lantai, dinding, dan

plafon. Penggunaan warna putih dan variasi pada plafon dapat memberi suasana

ruang yang terkesan lebih luas, namun suasana ruang menjadi kurang

memperlihatkan nuansa arsitektur Bali. Penghawaan di dalam galeri

menggunakan kipas angin dan air conditioner (AC). Pencahayaan menggunakan

pencahayaan diffused (menyebar) untuk pencahayaan ruang secara menyeluruh,

dan spotlight pada koleksi- koleksi di dalam galeri.

Gambar 2.21 Ruang Produksi Tenun Ikat Endek Sekar Jepun

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Ruang produksi Tenun Ikat Endek Sekar Jepun menggunakan bentang lebar

dengan struktur baja. Penggunaan struktur bentang lebar ini dikarenakan hampir

seluruh tahapan pembuatan kain tenun endek dipusatkan dalam ruang ini,

sehingga membutuhkan bentang yang cukup lebar.

26

Koleksi- koleksi yang dipajang di dalam galeri Tenun Ikat Sekar Jepun ini

terdiri dari berbagai macam motif kain tenun endek dan pakaian yang

menggunakan kain tenun endek sebagai bahan dasar. Koleksi- koleksi ini dipajang

dalam beberapa rak dan almari kaca, serta beberapa koleksi ditampilkan dengan

manekin. Keseluruhan koleksi yang dipajang pada galeri ini merupakan hasil

produksi Tenun Ikat Sekar Jepun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Tenun Ikat Sekar Jepun,

pemasaran kain tenun endek pada galeri ini sebagian besar pada kalangan

masyarakat lokal, yang pada umumnya digunakan untuk pakaian seragam.

Kunjungan ke galeri juga tidak terlalu besar, karena pada umumnya pengunjung

yang datang ke galeri ini hanya bertujuan untuk memesan kain saja.

Gambar 2.22 Beberapa Koleksi Kain Tenun Endek pada Galeri Tenun Ikat Sekar Jepun

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

2.3.2. Galeri Tenun Ananda Balinese

Galeri Tenun Ananda Balinese merupakan galeri kain tenun tradisional Bali

yang berlokasi di Jalan Noja II Banjar Meranggi Kesiman, Denpasar Timur.

Galeri ini dikelola secara swasta, yang dalam hal ini adalah pemilik galeri

tersebut. Eksterior bangunan menggunakan tampilan arsitektur neo vernakular,

yang mengkombinasikan arsitektur Bali dengan arsitektur modern. Arsitektur Bali

terlihat dari penggunaan ornamen- ornamen ukiran Bali, sedangkan arsitektur

modern terlihat dari banyaknya penggunaan material kaca dan bentuk bangunan

yang terkesan sederhana.

27

Gambar 2.23 Eksterior Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Gambar 2.24 Denah Galeri Tenun Ananda Balinese

Fasilitas- fasilitas yang terdapat pada Galeri Tenun Ananda Balinese adalah

sebagai berikut:

1. Loby (12m2): sebagai area penerimaan tamu.

2. Galeri (30m2): ruang ini berfungsi sebagai tempat memajang koleksi kerajinan

kain tenun endek.

3. Office (15m2): merupakan ruang pengelola galeri.

4. Ruang Produksi/tempat menenun (72m2): merupakan ruang yang berfungsi

sebagai tempat produksi kain tenun endek yang akan dipajang di dalam galeri.

28

5. Bar (12m2): merupakan sebuah fasilitas penunjang, yang berfungsi sebagai

tempat istirahat bagi pengunjung.

6. Fasilitas Penunjang: terdiri dari toilet dan parkir.

Gambar 2.25 Area loby dan Bar Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Gambar 2.26 Ruang Produksi pada Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Interior Galeri Tenun Ananda Balinese menggunakan konsep arsitektur

Bali, yang terlihat dari penggunaan ornamen- ornamen berupa ukiran- ukiran Bali

yang difinishing dengan warna emas/prada. Hal ini memperlihatkan suasana

ruang pameran menjadi terkesan mewah. Dimensi ruang yang tidak terlalu besar

mengakibatkan ruang terasa sempit, jika dibandingkan dengan jumlah koleksi

yang cukup banyak. Peletakan rak-rak yang terlalu berdekatan mengakibatkan

ruang gerak pengunjung menjadi kurang leluasa. Penghawaan pada galeri

menggunakan penghawaan buatan yaitu air conditioner (AC). Pencahayaan pada

siang hari memanfaatkan pencahayaan alami, dengan banyaknya penggunaan

kaca- kaca. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan downlight dan spotlight

pada beberapa titik.

29

Gambar 2.27 Interior Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Koleksi- koleksi yang dipajang pada galeri ini terdiri dari kain tenun endek

dengan motif yang beragam, kain songket, dan beberapa kerajinan yang

menggunakan bahan kain tenun, seperti baju, tas, dompet, dan alas kaki. Koleksi

ini dipajang pada rak- rak terbuka (tanpa penutup kaca) dan pada almari kaca.

Koleksi kain tenun endek ada yang dipajang dengan cara digantungkan, ada pula

yang dipajang dengan cara ditumpukkan di atas rak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Galeri Tenun Ananda Balinese,

galeri ini tidak hanya memajang kain tenun endek, namun juga melakukan proses

produksi kain tenun endek. Sehingga pengunjung yang saat ini masih didominasi

oleh masyarakat lokal, juga dapat melihat proses pembuatan kain tenun endek.

Gambar 2.28 Koleksi Kain endek di Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Gambar 2.29 Koleksi Kerajinan Berbahan Kain Tenun Endek di Galeri Tenun Ananda Balinese

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

30

2.3.3. Galeri Tenun Ikat Lestari

Galeri Tenun Ikat Lestari merupakan galeri kain tradisional Bali yang

berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai, Denpasar. Galeri ini memajang kerajinan

kain tenun ikat dan bordir, dengan sistem pengelolaan secara swasta. Eksterior

bangunan menggunakan tampilan arsitektur tradisional Bali, yang terlihat dari

bentuk bangunan dan ornamen yang digunakan yaitu banyaknya penggunaan

ukiran-ukiran Bali yang dicat dengan warna emas/prada. Sehingga menampilkan

kesan mewah.

Gambar 2.30 Eksterior Galeri Tenun Ikat Lestari Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Gambar 2.31 Denah Galeri Tenun Ikat Lestari

Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

31

Fasilitas yang tersedia pada Galeri Tenun Ikat Lestari ini adalah sebagai

berikut:

1. Foyer: merupakan area peralihan dari ruang luar menuju ke dalam galeri.

Arsitektur pada ruang ini menggunakan arsitektur tradisional Bali dengan

berbagai ukiran yang dicat warna emas/prada.

2. Galeri/Ruang Pameran (160m2): merupakan ruang utama sebagai tempat

memajang koleksi- koleksi galeri. Dalam ruang pameran ini juga terdapat

beberapa fasilitas lainnya, seperti ruang pas pakaian, receptionist dan kasir,

area penerimaan tamu, serta meja kerja pengelola.

3. Fasilitas Penunjang: terdiri dari toilet dan parkir.

Gambar 2.32 Interior Galeri Tenun Ikat Lestari Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

Interior galeri juga menggunakan arsitektur tradisional Bali, yang terlihat

pada penggunaan plafon yang menyerupai atap ekspose dengan ornamen ukiran-

ukiran Bali sehingga suasana tradisional Bali sangat terasa dalam ruang ini.

Pencahayaan di dalam galeri menggunakan pencahayaan alami dan buatan.

Pencahayaan buatan menggunakan lampu- lampu dengan cahaya yang menyebar

(diffuse). Sedangkan penghawaan menggunakan penghawaan alami dan buatan

berupa kipas angin. Koleksi- koleksi di dalam galeri beberapa dipajang di atas

meja, dan beberapa digantungkan di sekeliling ruang. Koleksi- koleksi yang

ditumpukkan di atas meja terlihat kurang baik, karena pengunjung tidak dapat

melihat motif- motif kain tersebut dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Galeri Tenun Ikat Lestari, pada

galeri ini hanya terdapat kegiatan penjualan koleksi kain tenun ikat dan bordir

saja. Pada galeri ini tidak terdapat kegiatan- kegiatan penunjang lainnya, sehingga

mengakibatkan tidak adanya kegiatan penunjang yang dapat dilakukan oleh

pengunjung selain melihat- lihat dan membeli koleksi galeri saja.

32

Gambar 2.33 Koleksi Galeri Tenun Ikat Lestari Sumber: Observasi Lapangan, 11 Oktober 2014

2.3.4. Kesimpulan Tinjauan Objek Sejenis

Dari hasil studi banding objek sejenis yaitu galeri- galeri, dapat ditarik

kesimpulan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Kesimpulan Tinjauan objek sejenis No. Kriteria Galeri Tenun Ikat

Sekar Jepun Galeri Tenun Ananda Balinese

Galeri Tenun Ikat Lestari

1. Fasilitas Galeri/Ruang Pameran (60m2), ruang pas pakaian, ruang produksi (192m2), toilet, parkir.

Lobi (12m2), galeri/ruang pameran (30m2), ruang produksi (72m2), office (15m2), bar (12m2), toilet, parkir.

Foyer, galeri/ruang pameran (160m2), ruang pas pakaian, toilet, parkir

2. Koleksi Kain endek dan baju endek.

Kain endek, kain songket, baju, tas, dompet, dan alas kaki berbahan kain endek.

Kain endek dan border

3. Penyajian Benda Koleksi

Menggunakan almari/rak kaca.

Menggunakan rak- rak terbuka dan almari kaca

Digantung di dinding dan diletakkan pada rak dan meja

4. Tampilan Arsitektur

Aritektur modern dan arsitektur Bali

Arsitektur Bali dan modern

Arsitektur Tradisional Bali

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang

terdapat di dalam galeri seperti lobi (ruang menerima tamu), galeri (ruang

pameran), ruang pas pakaian, ruang pengelola, dan ruang servis. Untuk galeri

yang sekaligus berfungsi sebagai tempat produksi, juga memiliki fasilitas ruang

produksi seperti pada Tenun Ikat Sekar Jepun dan Galeri Tenun Ananda Balinese.

Koleksi- koleksi yang ditampilkan keseluruhan merupakan hasil produksi

dari pemilik galeri tersebut. Koleksi- koleksi tersebut disajikan menggunakan rak-

rak atau almari kaca dan meja. Dari segi tampilan, bangunan galeri menggunakan

arsitektur Bali yang dikombinasikan dengan arsitektur modern. Penggunaan

ornamen Bali yang dicat emas menjadikan suasana ruang memiliki nuansa Bali,

kecuali pada Galeri Tenun Ikat Sekar Jepun yang kurang mengesankan arsitektur

Bali pada bangunannya. Dimensi ruang juga memiliki peranan yang sangat besar

dalam menciptakan suasana yang nyaman dan menarik bagi pengunjung.

33

Dari hasil wawancara dengan pengelola ketiga galeri tersebut, disebutkan

bahwa jumlah kunjungan ke galeri tidak terlalu besar. Pengunjung galeri juga

masih didominasi oleh masyarakat lokal yang datang ke galeri untuk sekedar

melihat-lihat koleksi kain endek, membeli kain endek, atau memesan kain endek

untuk bahan seragam.

2.4. Spesifikasi Umum Galeri Kain Endek di Kota Denpasar

Spesifikasi umum Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar terdiri dari

pengertian judul, fungsi galeri, lingkup kegiatan galeri, civitas, fasilitas galeri, dan

sistem pengelolaan.

2.4.1 Pengertian Judul

Galeri Kain Endek di Kota Denpasar merupakan suatu wadah untuk

memajang atau memamerkan hasil kerajinan kain endek di Kota Denpasar. Galeri

tidak hanya untuk mencari keuntungan saja, namun juga sebagai suatu wadah

untuk tempat melestarikan dan mengembangkan kerajinan kain endek.

2.4.2 Fungsi Galeri

Fungsi galeri terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Utama

Galeri memiliki fungsi utama sebagai tempat memamerkan dan menjual hasil

karya seni para pengrajin, sebagai upaya pelestarian dan pengembangan kain

tenun endek.

2. Fungsi Penunjang

Galeri berfungsi sebagai media informasi bagi pengunjung. Pengunjung dapat

mengetahui bagaimana proses pembuatan kain tenun endek dengan melihat

pengrajin yang sedang memperagakan cara pembuatan kain endek. Galeri juga

dapat berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan beberapa kegiatan penunjang,

seperti seminar dan pagelaran busana hasil kerajinan para pengrajin.

3. Fungsi Pengelolaan

Fungsi pengelolaan berhubungan dengan pengelolaan galeri kain endek ini,

yang meliputi administrasi, pemasaran, dan perawatan koleksi maupun fasilitas

bangunan. Sehingga semua fungsi dapat berjalan dengan baik.

34

2.4.3 Lingkup Kegiatan Galeri

Lingkup kegiatan yang terdapat di dalam galeri yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan pameran dan penjualan kerajinan atau hasil karya seni, baik pameran

yang bersifat tetap maupun temporer.

2. Kegiatan workshop yang berupa kegiatan mendemonstrasikan atau

memperagakan cara pembuatan kain endek.

3. Kegiatan penunjang, seperti kegiatan pelatihan, seminar, dan pagelaran hasil

kerajinan.

4. Kegiatan pengelolaan.

2.4.4 Civitas

Civitas/pelaku kegiatan yang terdapat di dalam galeri dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu pengunjung, pengrajin, dan pengelola. Pengunjung merupakan

orang yang berkunjung ke dalam galeri. Pengrajin dalam hal ini merupakan

sekelompok orang yang mendemonstrasikan atau memperagakan cara pembuatan

kain tenun endek. Sedangkan pengelola merupakan sekelompok orang yang

mengelola sistem operasional galeri.

2.4.5 Fasilitas Galeri

Fasilitas dalam galeri yaitu sebagai berikut:

1. Fasilitas Utama: ruang pameran koleksi langka, ruang pameran utama dan

temporer, ruang penjualan hasil karya seni, serta ruang workshop.

2. Fasilitas Penunjang: lobby, ruang serba guna, cafetaria, dan ruang pengelola.

3. Fasilitas Servis: terdiri dari ruang MEP, toilet, dan parkir.

2.4.6 Pengelolaan

Galeri ini dikelola oleh pihak swasta yang bekerja sama dengan kumpulan

pengrajin- pengrajin kain tenun endek di Kota Denpasar yang berada di bawah

binaan dan pengawasan dari Pemerintah Kota Denpasar, yang dalam hal ini

adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dewan Kerajinan Nasional

Daerah (Dekranasda Kota Denpasar).