bab ii peng linear kel 5.docx
TRANSCRIPT
Laboratorium Metrologi Industri
BAB II
PENGUKURAN LINEAR
2.1 Tujuan praktikum
1. Agar praktikan mampu memahami dan menggunakan alat ukur pengukuran linear.
2. Agar praktikan memahami dan mampu menentukan kualitas lubang dan poros.
3. Agar praktikan memahami dan mampu menganalisa geometri linear dari benda
ukur.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Pengukuran Linear Langsung
Pengukuran linear langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya
dapat langsung dibaca pada skala ukur dari alat ukur yang digunakan. Dengan
demikian, alat ukur yang digunakan juga alat ukur yang mempunyai skala yang bisa
langsung dibaca skalanya. Alat ukur linear langsung yang banyak digunakan dalam
praktek sehari – hari dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk.
2. Jangka sorong dengan berbagai macam bentuk.
3. Micrometer dengan berbagai bentuk.
2.2.1.1 Vernier Caliper
1. Vernier Caliper
Vernier caliper adalah alat ukur serupa dengan mistar ukur yang memiliki
skala linear pada batang dengan ujung yang berfungsi sebagai sensor penahan
benda ukur. Suatu peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan rahang ukur
tetap dinamakan sebagai rahang ukur gerak yang bisa digeserkan pada batang
ukur.
2. Fungsi dari vernier caliper adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar.
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang.
3. Untuk mengukur kedalaman celah atau lubang.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 18
Laboratorium Metrologi Industri
3. Bagian – bagian Vernier Caliper
Gambar 2.1 Vernier CaliperSumber: Anonymous
1) Rahang dalam
Digunakan untuk mengukur diameter dalam
2) Rahang Luar
Digunakan untuk mengukur diameter luar
3) Pengukur Kedalaman
Digunakan untuk mengukur kedalaman
4. Skala Utama (cm)
Skala utama dalam satuan cm
5. Skala Utama (inchi)
Skala utama dalam satuan inchi
6. Nonius Scale / skala varier (cm)
Skala nonius dalam satuan cm
7. Nonius Scale / skala varier (inchi)
Skala nonius dalam satuan inchi
8. Retainer
Digunakan untuk mengunci skala nonius saat dilakukan pengukuran
4. Cara membaca Vernier Caliper
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 19
Laboratorium Metrologi Industri
Gambar 2.2 Cara Membaca Vernier CaliperSumber: Anonymous
Pada hasil pengukuran diatas:
a. Nilai ukur pada skala utama dinyatakan dengan garis pada skala utama
sebelah kiri terdekat dengan garis indeks (pada skala nonius).
b. Nilai ukur pada skala nonius dinyatakan dengan garis pada skala nonius yang
paling dekat dengan garis indeks (pada skala utama).
c. Lihat garis skala nonius dan skala utama yang sejajar, kemudian kalikan garis
skala nonius yang sejajar tadi dengan ketelitian alat.
5. Cara Mengkalibrasi
Kalibrasi vernier caliper bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam
pengukuran. Sebelum dipergunakan, periksa alat ukur vernier caliper tersebut.
Pastikan vernier caliper langkah–langkah mengkalibrasi vernier caliper adalah:
a. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur.
b. Longgarkan baut pada pelat skala nonius.
c. Tetapkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka
sorong.
d. Kencangkan kembali baut pada plat skala nonius.
2.2.1.2 Micrometer Outside
1. Micrometer Outside
Micrometer outside adalah alat ukur yang memiliki ketelitian sampai satu
per seratus millimeter (0,01 mm). Ukuran micrometer ditentukan oleh
kemampuannya mengukur jarak minimum dan jarak maksimum. Biasanya
perbedaan antara minimum dan maksimum adalah dua puluh lima millimeter (25
mm).
2. Fungsi dari micrometer outside
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 20
Laboratorium Metrologi Industri
Fungsi dari micrometer outside adalah untuk mengukur dimensi luar
suatu bendaseperti tebal atau diameter luar poros.
3. Bagian – bagian Micrometer Outside
Gambar 2.3 Bagian – bagian Micrometer OutsideSumber: Anonymous
a. Mulut ukur
Tempat diletakkan benda yang akan diukur.
b. Poros ukur
Tempat diletakkan benda yang akan diukur.
c. Kunci
Untuk mengunci Micrometer Outside ketika teah diukur.
d. Silinder tetap
Bagian silinder Micrometer Outside yang tidak berputar ketika saat mengukur.
e. Silinder putar
Bagian silinder Micrometer Outside yang berputar ketika saat mengukur.
f. Mur penyetel ulir utama
Mur untuk menyetel ulir utama.
g. Gigi gelincir
Untuk menggerakkan silinder putar/skala nonius.
h. Ulir utama
Ulir yang digunakan sebagai lintasan gerak silinder putar.
i. Skala putar
Skala yang berputar/skala nonius.
j. Skala tetap
Skala tetap/skala utama.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 21
Laboratorium Metrologi Industri
k. Rangka
Tempat semua bagian Micrometer Outside menempel.
4. Cara membaca Micrometer Outside
1. Perhatikan garis skala utama yang terdekat dengan tepi selubung luar/
terdekat dengan skala nonius.
2. Perhatikan garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis
mendatar pada skala utama .
3. Dari nomor 1 dan 2 di tambahkan dan diperoleh bacaan Micrometer Outside.
5. Cara mengkalibrasi
Cara mengkalibrasi Micrometer Outside adalah dengan menggeser skala
tetap dengan menggunakan peralatan yang telah disediakan, dimana skala utama
dan skala nonius harus di angka 0. Kemudian kuncilah Micrometer Outside agar
skala yang didapat tidak berubah.
2.2.2 Pengukuran Linear Tidak Langsung
Pada pengukuran tidak langsung hasil pengukurannya dapatdibaca langsung
pada skala ukur pada alat ukur yang digunakan karena memang dari alat ukur
tersebut memungkinkan untuk maksut tersebut. Namun kadang – kadang kita tidak
bisa melakukan pengukuran langsung karena adanya pengukuran yang memerlukan
kecermatan yang tinggi atau karena bentuk benda ukur yang tidak memungkinkan
untuk diukur dengan alat ukur langsung.
Untuk keadaan seperti diatas, maka biasanya dilakukan pengukuran tidak
langsung, dalam hal ini adalah pengukuran linear dan pengukuran sudut. Untuk
melakukan pengukuran linear tidak langsung ada dua jenis alat ukur yang biasa
digunakan, yaitu alat ukur standard an alat ukur pembanding.
2.2.3 Metrologi Lubang dan Poros
Salah satu penerapan lanjut dari pengukuran linier adalah metrologi lubang
dan poros, dimana metrologi lubang dan poros mempelajari mengenai toleransi dan
kualitas antara kesesuaian sebuah lubang dan poros.
2.2.3.1 Toleransi Lubang dan Poros
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 22
Laboratorium Metrologi Industri
Berdasarkan pertimbangan akan pentingnya komponen yang berbentuk silinder
dalam bangunan mesin, untuk pembahasan selanjutnya harga akan dipandang
sebagai komponen silindris. Dengan demikian istilah lubang dan poros dapat
diartikan lebih luas dengan maksud menunujukkan ruang kosong dan ruang padat
yang dibatasi oleh dua buah bidang singgung, contohnya lebar alur dan tebal pasak.
Gambar 2.4 Poros dan LubangSumber: Takeshi Sato, 2000 : 123
Gambar 2.5 Toleransi Lubang dan PorosSumber: Taufiq Rachim, 2001 : 19
Poros dengan lubang yang berpasangan masing masing mempunyai ukuran
yang mengacu pada ukuran dasar yang sama. Mereka diimajinasikan menempel pada
bagian di bawahnya, dengan demikian muncul istilah atas dan bawah. Misalnya
penyimpangan bawah lubang dengan notasi EI dan penyimpangan bawah poros
dengan penyimpangan ei sedangkan untuk penyimpangan suatu ukuran atau dimensi
bisa ditunjukkan pada gambar 2.5.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 23
Laboratorium Metrologi Industri
Gambar 2.6 Penulisan ToleransiSumber: Taufiq Rachim, 2001 : 16
Untuk dimensi luar poros atau lubang harganya dinyatakan dengan angka
yang dituliskan di atas garis ukuran, jika dilihat sepintas maka A kurang memberikan
informasi dibanding dengan B dan C. Sedangkan untuk D, meskipun tidak secara
langsung tetapi simbol dan huruf angka mengandung informasi yang sangat
bermanfaat yaitu sifat satuan bila komponen bertemu dengan pasangannya, cara
pembuatan, dan metode pengukuran.
Rincian mengenai penulisan toleransi yang benar adalah sebagai berikut:
1. Ukuran maksimum dituliskan di atas ukuran minimum. Meskipun memudahkan
penyetelan mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap dimensi
produk, tetapi tidak praktis dipandang dari segi perancangan, yaitu dalam hal
perhitungan toleransi dan penulisan gambar teknik.
2. Dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga harga penyimpangannya,
penyimpangan dituliskan di daerah atas penyimpangan bawah dengan jumlah
amgka desimal yang sama (kecuali untuk penyimpangan nol).
3. Serupa dengan cara 2, tetapi apabila toleransi terletak simetris terhadap ukuran
dasar maka harga penyimpangan harus ditulis sekali saja dengan didahului tanda
I.
4. Cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar bagi
toleransi dimensi, dinyatakan dengan kode atau simbol ISO.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 24
Laboratorium Metrologi Industri
Tabel 2.1 Tabel Toleransi Umum
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Tabel 2.2 Toleransi Untuk Radius dan Chamfer
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
1. Suaian dan Jenis Suaian
Apabila dua buah komponen akan dirakit (assembled), hubungan yang
terjadi, yang ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ukuran begi pasangan
elemen geometrik sebelum mereka disatukan, disebut dengan suaian (fit).
Disebabkan oleh letak atau posisi daerah toleransi lubang relatif terhadap daerah
toleransi poros, dapat ditemukan tiga jenis suaian yang mungkin terwujud yaitu:
a. Suaian Longgar (Clearance Fit)
Yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kelonggaran (clearance) “daerah
toleransi lubang selalu terletak diatas ndaerah toleransi poros”.
b. Suaian Paksa (Interference Fit)
Yaitu suaian yang selalu menghasilkan kerapatan (interference) “daerah
toleransi lubang selalu terletak dibawah daerah toleransi poros”.
c. Suaian Pas (Transition Fit)
Yaitu suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran maupun kerapatan
“daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros saling berpotongan
(sebagian saling menutupi)”.
2. Sistem Suaian Basis Lubang dan Poros
Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol dilambangkan dengan
huruf. Huruf kapital untuk golongan lubang dan huruf kecil untuk golongan
poros. Adapun huruf I, L, O, Q, dan W beserta huruf kecilnya tidak digunakan.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 25
Laboratorium Metrologi Industri
Hal ini untuk menghindari kekeliruan dengan angka ukur. Daerah H dijadikan
sebagai patokan untuk perancangan bagian yang berpasangan (suaian/fits) karena
penyimpangan bawahnya berimpit dengan garis nol, sedangkan daerah h
penyimpangan atasnya yang berimpit dengan garis nol.
Tabel 2.3 Susaian Sistem Basis Lubang
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Tabel 2.4 Suaian Sistem Basis Poros
Sumber: Taufiq Rachim, 2011
Tabel 2.5 Suaian yang Sering Dibuat Basis Lubang
Sumber : Taufiq Rachim, 2001
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 26
Laboratorium Metrologi Industri
Tabel 2.6 Basis Poros
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Contoh penulisan toleransi menggunakan standar ISO:
- 45g6: Artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm, posisi daerah
toleransi mengikuti aturan kode huruf g serta besar harga toleransinya
mengikuti aturan kode angka 6.
- 65H7: Artinya suatu lubang dengan ukuran dasar 65 mm, posisi daerah
toleransi mengikuti aturan kode huruf H serta besar harga toleransinya
mengikuti aturan kode angka 7.
- 45H8/g7: Artinya untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan
H berkualitas toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan
berkualitas toleransi 7.
2.2.3.2 Kualitas Lubang dan Poros
1. Toleransi Standar
Dalam sistem ISO telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grades of
tolerance) yang dinamakan toleransi standar, yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT 1,
sampai dengan IT 16. Untuk kualitas 5 sampai 16 harga dari toleransi standar
dapat dihitung dengan menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu:
I=0,45 x 3√D+0,01 D
Keterangan:
I = Satuan toleransi (dalam μm)
D = Diameter nominal (dalam mm)
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 27
Laboratorium Metrologi Industri
Tabel 2.7 Tingkatan Diameter Nominal Sampai Dengan 500 mm (D ≤500 mm)
Tingkatan utama (dalam mm) Tingkatan perantara (dalam mm)
Di atas Sampai dengan Di atas Sampai dengan
3
6
3
6
10
10 1810
14
14
18
18 3018
24
24
30
30 5030
40
40
50
50 8050
65
65
80
80 12080
100
100
120
120 180
120
140
160
140
160
180
180 250
180
200
225
200
225
250
250 315250
280
280
315
315 400315
355
355
400
400 500400
450
450
500
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Tabel 2.8 Tingkatan Diameter Nominal Untuk Ukuran Besar (D ¿ 500 mm)
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 28
Laboratorium Metrologi Industri
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Nilai D merupakan rata-rata geometris dari diameter minimum D1 dan
diameter maksimum D2 pada setiap tingkat diameter (D= √D1 D2). Selanjutnya
berdasarkan satuan toleransi i, besarnya toleransi standar dapat dihitung sesuai
dengan kualitasnya mulai dari 5 sampai dengan 16, dapat dilihat pada tabel.
Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat
berikutnya. Untuk kualitas sampai dengan 1, harga toleransi standar dapat
langsung dihitung dengan menggunakan rumus pada tabel 2.9.
Tabel 2.9 Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01, 0, 1
Kualitas IT 01 IT 0 IT 1
Harga dalam µm,
sedangkan D dalam mm
0,3 + 0,008
D
0,5 + 0,012
D
0,8 + 0,020
D
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
2. Penyimpangan Fundamental
Penyimpangan fundamental merupakan batas daerah toleransi yang paling
dekat dengan garis nol. Perhitungan untuk mencari harga penyimpangan
fundamental ini sama juga dengan perhitungan toleransi standar dengan diameter
nominal sebagai variabel utamanya.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 29
Laboratorium Metrologi Industri
Adapun rumus-rumus yang dipergunakan adalah rumus-rumus yang
diperoleh melalui penyelidikan dan pengujian. Rumus-rumus tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah. Dari tabel dapat dilihat bahwa mulai dari daerah
toleransi a sampai g penyimpangan fundamentalnya berarti penyimpangan atas
(es) yang berharga negatif (-). Sedang dari daerah toleransi k sampai zc
merupakan penyimpangan bawah (ei) tapi berharga positif (+). Apabila kualitas
toleransi sudah ditentukan, maka batas toleransi yang lain dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini:
- Untuk daerah toleransi a sampai g
Ei = es – IT (harganya negatif) dalam μm
- Untuk daerah toleransi j sampai zc
Es = ei + IT (harganya positif) dalam μm
Rumus-rumus di atas berlaku untuk poros. Untuk lubang, penyimpangan
fundamentalnya berarti penyimpangan bawah (EI) yang berharga positif (+), hal
ini hanya untuk daerah toleransi A sampai G. Sedangkan untuk daerah toleransi
K sampai ZC, penyimpangan fundamentalnya berarti penyimpangan atas (ES)
yang berharga negatif (-). Keadaan ini diturunkan dari penyimpangan
fundamental untuk poros (es dan ei) dengan simbol yang sama, lihat rumus
berikut ini:
- Untuk daerah toleransi a sampai g
EI = -es (harganya positif)
- Untuk daerah toleransi j sampai zc
ES = -ei (harganya negatif)
Rumus di atas dibuat berdasarkan prinsip bahwa penyimpangan
fundamental lubang dan penyimpangan fundamental poros pada daerah toleransi
yang sama (huruf yang sama) adalah simetris terhadap garis nol.
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 30
Laboratorium Metrologi Industri
Tabel 2.10 Toleransi Standar Untuk Diameter Sampai Dengan 500 mm
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Tabel 2.11 Penyimpangan Fundamental Poros (D ≤ 500 mm)
Penyimpangan atas (es) Penyimpangan bawah (ei)
Nilai es dan ei dalam µm untuk D dalam mm
A= - (265 + 1,3 D); untuk D ≤ 120 j5 s/d j8 Tidak ada rumus
= - 3,5 D; untuk D > 120 k4 s/d k7 = + 0,6 D1/3
B
= - (140 + 0,85 D); untuk D ≤
160
k ≤ 3
k ≥ 8= 0
= - 1,8 D; untuk D > 160m = + (IT7 – IT6)
n = + 5 D0,34
C
= - 52 D0,2; untuk D ≤ 40 p = + IT7 + 0 s/d 5
= - (95 + 0,8 D); untuk D > 40 r= rata-rata geometrik
harga ei untuk p dan s
Cd= rata-rata geometrik harga es
untuk c dan ds
= + IT8 + 1 s/d 4; untuk
D ≤ 50
D = - 16 D0,44
= IT7 + 0,4 D; untuk D
> 50
t = + IT7 + 0,63 D
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 31
Laboratorium Metrologi Industri
E = - 11 D0,41 u = + IT7 + D
Ef= rata-rata geometrik harga es
untuk e dan f
v = + IT7 + 1,25 D
x = + IT7 + 1,6 D
F = - 5,5 D0,41 y = + IT7 + 2 D
Fg= rata-rata geometrik harga es
untuk f dan g
z = + IT7 + 2,5 D
za = + IT8 + 3,15 D
G = - 2,5 D0,34 zb = + IT9 + 4 D
H = 0 zc = + IT10 + 5 D
Untuk Js: kedua penyimpangan berharga sama yaitu: ± (IT/2)
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Penyimpangan fundamental untuk diameter lebih dari 500 mm, seperti
pada ukuran dasar 500 mm besarnya toleransi standar lebih dari 500 mm dihitung
berdasarkan satuan toleransinya harganya adalah: I= 0,004D + 2,1 µm.
Tabel 2.12 Penyimpangan Fundamental Untuk Ukuran Besar ( D ¿ 500 mm)
Sumber: Taufiq Rachim, 2001
Laporan Praktikum Metrologi Industri Semester Ganjil 2014/2015 32