bab ii pengelolaan zakat dalam upaya peningkatan
TRANSCRIPT
20
BAB II
PENGELOLAAN ZAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ
2.1 Konsep Zakat
2.1.1 Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar
(masdar) dari zaka ( زكى ) yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.17Bahkan
arti tumbuh dan bersih tidak hanya dipakai untuk kekayaan saja, tetapi juga dapat
diperuntukkan bagi jiwa orang yang menunaikan zakat.18 Sebab zakat merupakan
upaya mensucikan dan membersikan diri dari sifat kikir dan dosa.
Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah
harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula.19
Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas
minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang
khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena
Allah SWT. Menurut mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya
harta sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat
17 Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fiskal, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2006, hlm. 6.18 Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Cet. 1, Al-Ikhlas, Surabaya, 1995, hlm. 21.19 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani, Jakarta, 2002, hlm, 7.
repository.unisba.ac.id
21
ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang
khusus pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan dalam Al-qur’an.20
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, walaupun terdapat perbedaan
diantara pendapat ulama tetapi pada prinsipnya sama yaitu bahwa zakat adalah
sejumlah harta tertentu dengan persyaratan tertentu pula yang diambil dari
muzakki (مزكي) untuk diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya yaitu
mustahiq (مستحق)
2.1.2 Dasar Hukum Zakat
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk melaksanakan
kewajiban membayar zakat dan sekaligus memerintahkan untuk mengelola zakat
tersebut dengan baik. Hukum zakat adalah wajib’ain (fardhu’ain) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan merupakan kewajiban
yang disepakati oleh umat Islam dengan berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadits.
Di dalam Al-Qur’an setiap perintah shalat selalu diikuti dengan perintah zakat,
sehingga zakat memiliki kedudukan yang sama dengan shalat. Penyebutan yang
beriringan ini, artinya zakat dan shalat tidak dapat dipisahkan. Shalat merupakan
ibadah pokok yang berdimensi vertikal yaitu hablum minallah, sedangkan zakat
merupakan ibadah pokok dalam Islam yang berdimensi sosial atau hablum
minannas.21 Berikut ini dasar hukum tentang zakat:
20 Wahbah Al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Efendi dan BaharuddinFananny, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hlm. 3.21 Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat, P3EI, Yogyakarta, 2009, hlm. 15.
repository.unisba.ac.id
22
2.1.2.1 Firman Allah SWT yang mewajibkan adanya zakat yaitu QS. At-Taubah
ayat 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamumembersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Di dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk
mengambil zakat atau sedekah dari sebagian harta mereka guna menyucikan dan
membersihkan mereka. Ketentuan ini juga berlaku untuk mereka yang amalannya
masih bercampur antara amalan baik dan amalan buruk, mereka berharap dapat
diampuni oleh Allah SWT.22
Dalam ayat ini Allah berfirman, “Serta berdoalah bagi mereka”. Allah
memerintahkan untuk mendoakan dan meminta ampunan bagi mereka. Terhadap
perintah ini Nabi SAW melaksanakannya, beliau menyuruh para sahabat untuk
berzakat dan mengirimkan petugas zakat untuk mengumpulkan zakat dari tempat
yang jauh. Apabila ada orang yang datang kepada beliau membawa zakatnya,
maka beliau mendoakannya.23
Doa dan permohonan ampunan dari orang yang mengambil zakat dari
mereka merupakan ketenangan yang dapat menghilangkan kegoncangan jiwa dan
menenteramkan hati karena diterimanya taubat mereka. Mereka merasa senang
22 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Terjemahan Syihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1999, hlm. 659.23 http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-at-taubah-ayat-94-106.html, diakses pada 20 Agustus2015
repository.unisba.ac.id
23
ketika zakat tersebut diambil dari mereka dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Allah Maha Mendengar atas semua doa dan Maha Mengetahui atas
segala penyesalan dan taubat mereka dari dosa-dosanya serta keikhlasan mereka
dalam menyerahkan zakat.24
Zakat bertujuan untuk mewujudkan pemerataan keadilan dalam bidang
ekonomi umat. Zakat merupakan sumber dana potensial yang sangat strategis
dalam upaya membangun kesejahteraan umat. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an
disebutkan agar zakat dihimpun dan kemudian disalurkan kepada mustahiq
sebagai perwujudan rasa kemanusiaan dan keadilan, sebagai pengikat (مستحق)
batin antara golongan kaya dengan miskin dan mewujudkan tatanan masyarakat
yang sejahtera. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra: 26
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskindan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Dalam QS. Al-Isra ayat 26 di atas Allah SWT memerintahkan kepada
kaum Muslimin agar menunaikan hak kepada keluarga-keluarga yang dekat,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus
ditunaikan itu ialah: "Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang,
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan
penderitaan-penderitaan yang mereka alami. Kalau umpamanya ada di antara
keluarga-keluarga yang dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang
24 Ahmad Mushthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XI, CV. Toha Putra, Semarang, 1987, hlm.28-29.
repository.unisba.ac.id
24
ada dalam perjalanan itu memerlukan biaya yang diperlukan untuk keperluan
hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan
penderitaannya, ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan
ditolong agar segera tercapai apa yang menjadi maksud dan tujuannya.25
Di akhir ayat Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta
bendanya secara boros. Larangan ini bertujuan agar kaum muslimin mengatur
perbelanjaannya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang
dibelanjakannya sesuai dan tepat dengan keperluannya, tidak boleh
membelanjakan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau
memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
2.1.2.2 Dalil As-Sunnah atau hadist Nabi SAW:
“Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Islam itudidirikan atas lima sendi, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selainAllah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,haji dan puasa di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari)
25 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, op.cit., hlm. 50.
repository.unisba.ac.id
25
2.1.3 Macam-macam Zakat
Macam zakat dalam ketentuan hukum Islam itu ada dua, yaitu :
2.1.3.1 Zakat Mal مال) زكت )
Zakat mal atau zakat harta benda telah difardlukan oleh Allah SWT sejak
permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Pada
awalnya zakat mal itu difardhukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula
diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya
memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan
kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua. Pada
tahun kedua hijriyah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’
menentukan harta-harta yang wajib dikeluarkan zakatnya sesuai kadarnya masing-
masing.26
Menurut bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh setiap
manusia untuk dimiliki, diambil kemanfaatannya, dan menyimpannya. Adapun
menurut istilah mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat dikatakan mal
bilamana memenuhi dua syarat yaitu:
1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan.
2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan.
26 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Cet. 3, PT. Pustaka Rizki Putra,Semarang, 1999, hlm. 10.
repository.unisba.ac.id
26
Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa
klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut :27
1) Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan
kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan
syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah
dimiliki satu tahun dan digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus
sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging,
dan hasil perkembangannya, tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan
pemiliknya, seperti untuk membajak dan sebagainya.
2) Emas dan Perak
Termasuk kategori emas dan perak adalah mata uang yang berlaku
pada waktu itu dimasing-masing negara. Dengan demikian, segala bentuk
penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga
lainya, masuk kedalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan
nishab dan besar zakatnya disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila,
rumah, kendaraan, tanah, dan lain-lain yang melebihi keperluan menurut
syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-
waktu dapat diuangkan.
Adapun syarat dari zakat emas dan perak adalah sebagai berikut:
a. Sampai nishab
27 Gustian Djuanda Dkk., Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan , PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 15-17.
repository.unisba.ac.id
27
b. Berlalu satu tahun
c. Bebas dari hutang yang menyebabkan kurang dari nishab
d. Surplus dari kebutuhannya:
1. Jika perhiasan tersebut sebagai simpanan atau investasi, wajib
dikeluarkan zakatnya 2.5% dengan syarat nishob dan haul.
2. Jika perhiasan tersebut untuk dipakai dan dalam batas yang wajar,
tidak dikenakan zakat, jika berlebihan termasuk katagori pertama.
3. Penentuan nishabnya adalah senilai dengan nishab emas 85 gram.
Nishab dan kadar zakat emas, perak dan uang
a. Nishab emas 20 dinar, 1 dinar = 4,25 gram, maka nishab emas adalah
20 X 4,25 gram = 85 gram.
b. Nishab Perak adalah 200 dirham, 1 dirham = 2,975 gram, maka nishab
perak adalah 200 X 2,975 gram = 595 gram.
Demikian juga macam jenis harta yang merupakan harta simpanan
dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai,
tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Maka
nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya
jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah
akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram emas)
maka ia telah terkena kewajiban zakat (2,5%).
3) Harta Peniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual
belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat,
repository.unisba.ac.id
28
pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut
diusahakan perorangan atau perserikatan seperti: PT, CV, Koperasi dan
sebagainya.
Adapun syarat dari zakat perniagaan adalah sebagai berikut:
a. Berlalu masanya setahun
b. Mencapai nishab 85 gr emas
c. Bebas dari hutang
d. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 %
e. Dapat dibayarkan dengan uang atau barang
4) Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman
hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.
Dari Jabir, dari Rasulullah saw ” Tidak wajib bayar zakat pada
kurma yang kurang dari 5 ausuqâ”(HR Muslim).
a. Dari hadist ini dijelaskan bahwa nishab zakat pertanian adalah 5 ausuq;
b. Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60 sha’, sedangkan 1 sha’ = 2,176
kg, maka 5 wasaq adalah 5 x 60 x 2,176 = 652,8 kg.
c. Kadar zakat yang harus dikeluarkan:
a) Jika diairi oleh hujan atau sungai 10 %, dan
b) Jika diairi oleh pengairan 5 %
Zakat pertanian dikeluarkan saat menerima hasil panen.
repository.unisba.ac.id
29
Adapun syarat dari zakat pertanian adalah sebagai berikut:
a. Islam
b. Merdeka
c. Sempurna Milik
d. Cukup nishab
e. Tanaman tersebut adalah makanan asasi yang tahan disimpan lama.
f. Tanaman tersebut adalah hasil usaha manusia dan bukannya tumbuh
sendiri seperti tumbuh liar, dihanyutkan air dan sebagainya.
5) Hasil Tambang
Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi
dan memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer,
giok, minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang
berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.
6) Rikaz
Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau
yang lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta
rikaz yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui
sebagai pemiliknya.
Zakat rikaz berbeda dengan barang tambang. Zakat rikaz tidak
mensyaratkan nishab dan haul. Zakat rikaz yang dikeluarkan sebesar 20%
dari harta yang ditemukan.
repository.unisba.ac.id
30
7) Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang diambil dari penghasilan ataupun
pendapatan yang diusahakan melaluli keahlian yang dilakukan secara
sendiri (seperti: profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, da’i)
maupun secara bersama-sama (seperti: pegawai pada suatu intansi
pemerintahan, BUMN, karyawan pada BUMS yang dapat gaji pada waktu
tetap).28
Dari berbagai pendapat dinyatakan bahwa landasan zakat profesi
dianalogikan kepada zakat hasil pertanian yaitu dibayarkan ketika
mendapatkan hasilnya, demikian juga dengan nishobnya yaitu sebesar 524
kg makanan pokok, dan dibayarkan dari pendapatan kotor. Sedangkan
tarifnya adalah dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar
2,5 %.
2.1.3.2 Zakat Fitrah ( فطرةزكت )
Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh setiap
mukallaf (orang islam, baligh, dan berakal) dan setiap orang yang nafkahnya
ditanggung dengan syarat-syarat tertentu. Zakat ini dinamakan zakat fitrah karena
kewajiban menunaikannya ketika masuk idul fitri (berbuka) di akhir Ramadhan.29
Hukum zakat fitrah adalah wajib atas setiap muslim baik kecil atau besar,
laki-laki atau perempuan dan budak atau merdeka, seperti dalam hadits dari Ibnu
Umar r.a.
28 Amiruddin Inoed Dkk, Anatomi Fiqh Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat SumatraSelatan, Cet. 1, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 8.29 M. Ali Hasan, Zakat dan Infaq : Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia,Kencana, Jakarta, 2006.
repository.unisba.ac.id
31
“Sesungguhnya rasulullah mewajibkan zakat fitri satu sha’ dari kurmaatau sha’ dari gandum bagi setiap orang yang merdeka maupun hambasahaya (budak), laki- laki maupun perempuan dari kaum muslimin.” (HRBukhori)30
Adapun syarat dari zakat fitrah adalah sebagai berikut:
1. Islam
2. Memiliki bahan makanan lebih dari satu sha’ (sekitar 2,5 kg) untuk
kebutuhan dirinya dan keluarganya selama sehari semalam ketika
hari raya.
3. Telah masuk waktu wajibnya pembayaran zakat yaitu ketika
terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan.
2.1.4 Syarat-Syarat Zakat
Dalam mengeluarkan zakat ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
syarat tersebut dari sisi wajib zakat (orang yang memberikan zakat) dan dari sisi
syarat harta yang dapat dikeluarkan zakatnya. Syarat-syarat tersebut meliputi :
a. Mencapai Nishab
30Fahrur Muis, Zakat A-Z Panduan Mudah, Lengkap dan Praktis Tentang Zakat , Tiga SerangkaiPustaka Mandiri, Solo, 2011, hlm. 116.
repository.unisba.ac.id
32
Harta tersebut telah mencapai batas minimal dari harta yang wajib
dizakati.31 Sedangkan untuk harta yang belum mencapai nishab terbebas
dari zakat.
b. Berlalu satu Haul atau satu tahun
Harta yang dimiliki tersebut telah mencapai batas waktu yaitu telah
mencapai masa satu tahun.
c. Bersifat produktif
Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang atau
bertambah apabila diusahakan.
d. Kepemilikan penuh
Harta harus berada dibawah kontrol dan kekuasaan pemiliknya,
bukan harta milik atau kepunyaan orang lain.
e. Lebih dari kebutuhan pokok
Artinya apabila harta tersebut lebih dari kebutuhan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan minimal pemilik harta untuk kelangsungan
hidupnya.
f. Terbebas dari hutang
Orang yang mempunyai hutang yang besarnya sama atau mengurangi
nishab yang harus dibayar pada saat yang bersamaan, maka harta tersebut
tidak wajib zakat.
2.1.5 Mustahiq (مستحق)
31 Ahmad Husnan, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru, Pustaka Al Kautstar, Jakarta ,1996, hlm. 38.
repository.unisba.ac.id
33
Mustahiq (مستحق) adalah seorang muslim yang berhak memperoleh bagian
dari harta zakat disebabkan termasuk dalam salah satu dari delapan asnaf
(golongan penerima zakat) yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, untuk
memerdekakan budak, orang yang berhutang, fi sabilillah, orang yang sedang
dalam perjalanan.32Zakat sebagai dana bantuan sosial sangat besar sekali peran
dan manfaatnya dalam membangun dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik
bagi mustahiq Oleh sebab itu, zakat yang telah terkumpul disalurkan .(مستحق)
kepada para mustahiq sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah (مستحق)
SWT dalam surat at-Taubah ayat 60 :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujukhatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untukjalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagaisuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagiMaha Bijaksana.”
Ayat ini turun ketika orang-orang munafik yang bodoh itu mencela
Rasulullah SAW tentang pembagian zakat, kemudian Allah menjelaskan bahwa
Allah yang mengatur pembagian zakat tersebut dan tidak mewakilkan hak
pembagian itu kepada selain-Nya, tidak ada campur tangan Rasulullah SAW.
Allah membaginya hanya untuk mereka yang disebutkan dalam ayat tersebut.
32 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Kencana Prenada Media Grup,Jakarta, 2010, hlm. 413.
repository.unisba.ac.id
34
دقات إنما الص maksud dari ayat ini adalah zakat-zakat yang wajib, berbeda
dengan sadaqah mustahabah yang bebas diberikan kepada semua orang tanpa ada
pengkhususan. Tetapi para ulama’ berbeda pendapat mengenai dengan delapan
kelompok ini, apakah pembagian zakat harus meliputi semuanya, atau sebatas
yang memungkinkan. Dalam hal ini terdapat dua pendapat: 33
a. Pendapat pertama harus meliputi semuanya. Ini adalah pendapat Imam As-
Syafi’I dan sekelompok ulama’.
b. Pendapat kedua tidak harus semuanya. Harta zakat boleh diberikan kepada satu
kelompok saja, meskipun terdapat kelompok yang lain. Ini adalah pendapat
Imam Malik dan sekelompok ulama’ salaf dan khalaf, di antaranya Umar,
Hudzaifah, Ibnu Abbas, Abul ‘Aliyah, Said bin Zubair dan Mimun bin Mihran.
Ibnu Jabir berkata, “Ini adalah pendapat sebagian besar ulama”.
Penyebutan kelompok-kelompok dalam ayat tersebut adalah untuk
menjelaskan mereka yang berhak, bukan karena keharusan memenuhi
semuanya. Dari ayat tersebut diperoleh pemahaman mengenai orang-orang
yang berhak menerima zakat (Mustahiq) ada delapan golongan dengan rincian
sebagai berikut:34
a. Fakir ( فقرا )
Fakir adalah orang yang secara ekonomi berada pada garis yang paling
bawah. Orang yang sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga
33 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, op.cit., hlm. 150-151.34 Saefudin Zuhri, Zakat Kontekstual, Bima Sejati, Semarang, 2000, hlm. 61.
repository.unisba.ac.id
35
untuk memenuhi hidupnya. Fakir ini tidak ada penghasilan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam sehari-hari.
b. Miskin مساكین) )
Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang
diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-
hari. Secara keseluruhan ia tergolong orang-orang yang masih tetap
kerepotan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya..
c. Amil ( عملین )
Amil adalah pengelola zakat yang ditunjuk oleh Imam atau wakilnya untuk
mengumpulkan zakat dari pembayar zakat (muzakki) dan menjaganya,
kemudian menyerahkannya kepada orang yang akan membagikan kepada
mustahiq. Apa yang diterima oleh para amil dari bagian zakat itu dianggap
sebagai upah atas kerja mereka dan bukan merupakan sedekah. Oleh
karena itu, mereka tetap diberi walaupun mereka kaya.35
d. Muallaf ( مؤلفة )
Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah.
e. Riqab ( رقاب )
Riqab artinya adalah orang dengan status budak. Dalam pengertian ini
dana zakat untuk kategori riqab berarti dana untuk usaha memerdekakan
orang atau kelompok yang sedang tertindas dan kehilangan haknya untuk
menentukan arah hidupnya sendiri.
35 M. Ali Hasan, op.cit., hlm. 93.
repository.unisba.ac.id
36
f. Gharimin ( غارمین )
Gharimin yaitu orang yang mempunyai banyak hutang sedangkan ia tidak
mampu.
g. Fi Sabilillah (�˶�˶Ϟϴ˶Β˴γ�ϲϓ˶)
Fi Sabilillah yaitu orang yang berjuang dijalan Allah (untuk kepentingan
membela agama Islam).
h. Ibnu Sabil إبن سبیل) )
Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan perbekalan ketika dalam perjalanan,
yang mana berpergiannya bukan untuk melakukan maksiat.
2.1.6 Fungsi Zakat
Zakat memiliki beberapa fungsi, baik yang berkaitan dengan hubungan
manusia dengan Tuhannya maupun hubungan sosial kemasyarakatan, diantaranya
adalah:36
1. Menolong, membantu dan membina para mustahiq (مستحق) terutama
fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, terhindar dari
bahaya kekufuran, serta menghilangkan sifat iri dan dengki yang timbul
dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan
hidupnya. Zakat sesungguhnya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat konsumtif yang sifatnya sesaat, akan tetapi memberikan
kecukupan dan kesejahteraan pada mereka dengan cara menghilangkan
atau memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan
36 Didin Hafidhuddin, op.cit., hlm. 125.
repository.unisba.ac.id
37
menderita. Zakat merupakan bentuk perintah Allah SWT untuk
senantiasa melakukan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah: 2,
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikandan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran...”
Ayat ini turun ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya
dihalang-halangi oleh kaum musyrikin dari Masjidil Haram, kemudian
ketika ada sekelompok kaum Musyrikin yang hendak lewat untuk
berumrah maka para sahabat hendak menghalanginya sebagaimana
yang dilakukan oleh kaum musyrikin sebelumnya. Di dalam ayat ini
menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya
yang beriman supaya tolong-menolong dalam mengerjakan berbagai
kebaikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran, serta melarang
mereka tolong-menolong dalam melakukan kebathilan dan bekerja
sama dalam berbuat dosa dan keharaman.37
2. Zakat berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan
sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana
ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, juga untuk
pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim. Banyak kaum
dhuafa yang sangat sulit mendapatkan fasilitas kesehatan, pendidikan,
maupun sosial ekonomi. Lemahnya fasilitas ini akan sangat
37 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, op.cit., hlm. 14.
repository.unisba.ac.id
38
berpengaruh dalam kehidupan kaum termarjinal. Kesehatan dan
pendidikan merupakan modal dasar agar SDM yang dimiliki oleh suatu
negara berkualitas tinggi. Peran dana zakat sebagai sumber dana
pembangunan fasilitas kaum dhuafa akan mendorong pembangunan
ekonomi jangka panjang. Dengan peningkatan kesehatan dan
pendidikan diharapkan akan memutus siklus kemiskinan antar generasi.
3. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Pengelolaan zakat yang baik dan
alokasi yang tepat sasaran dimungkinkan dapat membangun
pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Hal ini dapat
memecahkan permasalahan bangsa Indonesia yaitu kemiskinan.
Kemiskinan di Indonesia tidak terjadi karena sumber pangan yang
kurang, tetapi pendistribusian bahan makanan yang tidak merata,
sehingga banyak orang yang tidak memiliki kemudahan akses yang
sama dalam memenuhi bahan pangan tersebut baik itu disebabkan
karena ada penimbunan, kenaikan harga yang tidak wajar atau karna
ketidak mampuan konsumen untuk membeli. Dengan zakat, distribusi
pendapatan itu akan lebih merata dan tiap orang akan memiliki akses
lebih terhadap distribusi pendapatan. Akumulasi harta di tangan
seseorang atau sekelompok orang kaya saja secara tegas dilarang Allah
SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr: 7
repository.unisba.ac.id
39
“...agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orangkaya saja di antara kamu...”
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa pemanfaatan harta agar tidak
dimonopoli oleh orang-orang kaya saja, lalu dipergunakan oleh mereka
untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu dan hasrat mereka serta tidak
menyisihkan sebagiannya untuk diberikan kepada orang-orang fakir.38
4. Dorongan kuat ajaran Islam untuk zakat, infak dan sedekah
menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu
bekerja keras dan berusaha sehingga memiliki harta yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk berlomba-lomba menjadi
muzakki. Zakat yang telah diterima oleh mustahiq (مستحق) terutama
zakat produktif kemudian dikelola dengan baik akan mampu membuka
peluang usaha yang baru sehingga mustahiq yang semula hanya (مستحق)
menerima zakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kini bisa
menjadi muzakki dengan mengeluarkan zakat dari hasil usaha yang
dikelolanya.
Dari keempat fungsi zakat tersebut dapat diketahui betapa pentingnya
kedudukan zakat dalam upaya mensejahterakan mustahiq terutama untuk (مستحق)
fakir miskin. Dengan adanya kewajiban zakat tersebut setiap muslim akan
menyadari pentingnya saling tolong menolong dengan menyisihkan sebagian dari
harta yang mereka miliki, karena dalam harta yang mereka miliki ada sebagian
38 Ibid
repository.unisba.ac.id
40
dari hak yang lain yang bukan miliknya. Sebagian harta yang dikeluarkan dapat
menolong fakir miskin dan kaum yang membutuhkan lainnya guna memenuhi
kebutuhannya dalam rangka pemerataan pendapatan dan dapat membantu dalam
pertumbuhan ekonomi umat.
Fakta sejarah membuktikan di zaman Rasullulah SAW, sahabat ummayah
dan Abbasiah, ekonomi umat akan tumbuh bila potensi zakat umat digali secara
optimal. Di zaman Umar bin Abdul Aziz dalam tempo 30 bulan tidak ditemukan
lagi masyarakat miskin, karena semua muzakki mengeluarkan zakat dan distribusi
zakat tidak sebatas konsumtif, tetapi juga produktif. Kenyataan itu harus kita
wujudkan saat ini agar kemiskinan yang menjadi musuh kita dapat diatasi.39
2.2 Pengelolaan Zakat
Zakat memiliki peran dan fungsi penting dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan umat Islam dan keadilan sosial. Untuk dapat melaksanakan
fungsinya, zakat memerlukan sebuah pengelolaan zakat yang baik agar dana zakat
dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi umat Islam.
Pengelolaan memiliki makna yang sama dengan manajemen yaitu
menyangkut proses suatu aktivitas. Dalam kaitannya dengan zakat, proses tersebut
meliputi sosialisasi zakat, pengumpulan zakat, pendistribusian dan
pendayagunaan serta pengawasan. Sementara pengertian pengelolaan zakat secara
konseptual telah dirumuskan oleh para pakar dengan pengertian yang beragam,
menurut Didin Hafidhuddin zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang
39 Arifantora, Potensi Zakat Pada Masa Rasulullah SAW, http://www.zisindosat.com/potensi-dan-pemberdayaan-zakat-pada-masa-rasulullah-saw/, diakses pada 25 Agusrus 2015.
repository.unisba.ac.id
41
berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka
yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang mengambil dan menjemput tersebut
adalah para petugas (amilin).40
Pengelolaan zakat adalah hasil harta yang dikumpulkan oleh muzakki
dengan memberikan sejumlah alat (مستحق) dan diberikan kepada mustahiq (مزكي)
untuk bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya. Apabila yang tidak dapat berniaga atau tidak memiliki
keterampilan tertentu untuk melakukan suatu usaha, maka kepadanya diberikan
jaminan dengan cara menanamkan modal baik dalam harta yang tidak bergerak
(tanah) maupun pada harta yang berkembang seperti peternakan yang hasilnya
dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.41
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, yang dimaksud “pengelolaan zakat” adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
2.2.1 Sosialisasi Zakat
Zakat merupakan ibadah yang wajib guna mensucikan harta muzakki dan
mengeluarkan hak orang lain yang ada pada harta yang kita miliki. Namun tidak
semua umat muslim menyadari hal itu, karena sebagian dari mereka beranggapan
bahwa dengan mereka membayar pajak maka kewajiban membayar zakat telah
gugur. Maka dari itu perlu adanya sosialisasi akan pentingnya menunaikan zakat.
40 Didin Hafidhuddin, loc.cit.41 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, Mizan, Bandung, 1994, hlm. 236.
repository.unisba.ac.id
42
Langkah awal melakukan pemasyarakatan zakat adalah dengan cara
sosialisasi ke berbagai pihak. Sosialisasi ini harus dilakukan secara terus-menerus
melalui berbagai macam media, seperti khutbah jum’at, majelis taklim, seminar
dan diskusi, melalui brosur, surat kabar, majalah, radio, televisi dan sebagainya.42
2.2.2 Pengumpulan Zakat
Kewajiban menunaikan zakat sebagaimana dijelaskan sebelumnya, adalah
sebagai kewajiban yang diperintahkan oleh agama kepada setiap orang muslim
yang mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim. Oleh karena itu maka
pelaksanaannya berdasarkan kesadaran masing-masing. Itulah sebabnya pada
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 21 ayat (1)
dan (2) bahwa dalam pengumpulan zakat, muzakki melakukan penghitungan
sendiri atas kewajiban zakatnya. Namun apabila muzakki tidak dapat menghitung
sendiri zakat yang harus dikeluarkan dari sebagian hartanya, maka tugas
BAZNAS untuk membantu dalam perhitungannya.
Selain hal-hal tersebut di atas, Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat telah menentukan pula bahwa zakat yang telah
dibayarkan oleh muzakki pada BAZ atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena
pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 22 yang menyatakan bahwa zakat yang
dibayarkan oleh muzzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari
penghasilan kena pajak. Hal demikian dimaksudkan agar wajib pajak tidak
42 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah Dan Bertambah, Gema Insani, Jakarta, 2007, hlm. 86.
repository.unisba.ac.id
43
terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak. Dan
pelaksanaannya tentu akan dilakukan oleh masing-masing yang bersangkutan
pada saat melakukan sendiri perhitungan pajaknya.
2.2.3 Pendistribusian Zakat
Zakat yang dihimpun oleh badan amil zakat harus segera disalurkan
kepada para mustahiq (مستحق) sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun
dalam program kerja. Dalam pendistribusian zakat kepada mustahiq (مستحق) ada
beberapa ketentuan, yaitu:43
a. Mengutamakan distribusi domestik dengan melakukan distribusi lokal
atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam
lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengan
pendistribusiannya untuk wilayah lain.
b. Pendistibusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai berikut:
1) Bila zakat yang dihasilkan banyak, sebaiknya setiap golongan
mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2) Diperbolehkan memberikan semua bagian zakat kepada beberapa
golongan penerima zakat saja apabila didapati bahwa kebutuhan
yang ada pada golongan tersebut memerlukan penanganan secara
khusus.
3) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan yang pertama
menerima zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka dan
43Yusuf Qardhdawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Zikrul Hakim,Jakarta , 2005, hlm. 139-152.
repository.unisba.ac.id
44
membuatnya tidak tergantung kepada golongan orang lain adalah
maksud tujuan dari diwajibkan zakat.
c. Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat. Zakat
baru bisa diberikan setelah ada keyakinan bahwa si penerima adalah
orang yang berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan hal
tersebut kepada orang-orang yang ada dilingkungannya ataupun
mengetahui yang sebenarnya.
2.2.4 Pendayagunaan Zakat
Istilah pendayagunaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal
dari kata “daya-guna” yang berarti kemampuan mendatangkan hasil atau manfaat.
Istilah pendayagunaan dalam konteks ini mengandung makna pemberian zakat
kepada mustahiq secara produktif dengan tujuan agar zakat mendatangkan (مستحق)
hasil dan manfaat bagi yang memproduktifkannya.
Pendayagunaan dari hasil pengumpulan zakat, dilakukan berdasarkan skala
prioritas kebutuhan mustahiq yang persyaratan dan prosedurnya diatur ,(مستحق)
dengan keputusan Menteri. Di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat Pasal 27 ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa:
(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
(2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
repository.unisba.ac.id
45
Keputusan Menteri Agama No. 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 28
menjelaskan bahwa:
1. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf yaitu
fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil;
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan;
c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
a. Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah
terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan;
b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan;
c. Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan.
Sedangkan pada Keputusan Menteri Agama No. 373 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
Pasal 29 menjelaskan bahwa prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat
untuk usaha produktif ditetapkan sebagai berikut:
a. Melakukan studi kelayakan;
b. Menetapkan jenis usaha produktif;
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan;
repository.unisba.ac.id
46
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan;
e. Mengadakan evaluasi; dan
f. Membuat pelaporan.
2.2.5 Pembinaan dan Pengawasan
Dana zakat selain untuk kegiatan konsumtif, akan lebih optimal bila
digunakan untuk kegiatan produktif dan dilaksanakan oleh BAZNAS karena
BAZNAS sebagai organisasi yang terpercaya untuk pendayagunaan, dan
pendistribusian dana zakat. Mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan
juga memberikan pembinaan serta pengawasan agar zakat tersebut bisa dijadikan
modal kerja sehingga mustahiq memperoleh pendapatan yang layak dan dapat
meningkatkan kesejahteraan.
Berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat
akan menyerap tenaga kerja. Berkurangnya angka pengangguran akan berdampak
pada meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat terhadap suatu produk
barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh
pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi
salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.44
Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.45 Pembinaan
merupakan praktek yang umum dipergunakan orang untuk meningkatkan
44 Arta Ana, Skripsi Pengaruh Pembinaan dan Pengawasan Zakat Produktif,http://arthaana.blogspot.com/2015/03/skripsi-pengaruh-pembinaan-dan.html, diakses pada 05Agustus 201545 www.KamusBahasaIndonesia.org, diakses pada 05 Agustus 2015
repository.unisba.ac.id
47
pengetahuan, sikap, kecakapan dan praktek di bidang pendidikan, ekonomi,
kemasyarakatan, kesehatan dan lain-lain.46
Pengawasan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memantau,
mengevaluasi, dan menetapkan status ketaatan usaha dan/atau kegiatan. Dengan
pengawasan dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai, cara yang dilakukan
dalam pengawasan yaitu membandingkan segala sesuatu yang telah dijalankan
dengan standard atau rencananya serta melakukan perbaikan-perbaikan bilamana
terjadi penyimpangan, dengan pengawasan dapat mengukur seberapa jauh hasil
yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.47
Dalam mengembangkan usaha mustahiq tentunya tugas amil juga
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha mustahiq. Oleh karena
itu memerlukan persiapan dan pengawasan secara matang. Hal ini diperlukan agar
pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dan efesien.
2.3 Kesejahteraan Mustahiq
2.3.1 Pengertian Kesejahteraan
Zakat merupakan alat bantu sosial yang menjadi kewajiban bagi orang
kaya untuk membantu mereka yang miskin, sehingga kemelaratan dan kemiskinan
dapat terhapuskan. Oleh karena itu, zakat dapat menjadi instrumen sebagai
kesejahteraan mustahiq Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) .(مستحق)
sejahtera adalah aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam
46 Mangaunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya, Kanisius, Yogyakarta, 1986, hlm. 11.47 Basu Swatha dh, Pengantar Bisnis Modern, Liberty, Yogyakarta, 2002, hlm. 304.
repository.unisba.ac.id
48
gangguan). Dan kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keselamatan,
keadaan sejahtera masyarakat.
Al Ghazali dalam Karim48 mengungkapkan bahwa kesejahteraan dari suatu
masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar,
yaitu: agama دین) ,(أن نفس) jiwa ,(أد akal ,(أن نسل) keturunan ,(األقل) harta .(المال)
Kelima hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kelompok yang
mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Apabila kesejahteraan dinilai dari segi materi, dengan penghasilan yang
mencukupi kebutuhan dasar seseorang dan keluarganya, biasanya cenderung akan
melahirkan ketenangan dalam hidup dan kehidupannya, termasuk
mempertahankan dan menjalankan kegiatan agamanya.49 Terkait dengan
pemanfaatan sumberdaya, menurut Islam, sumberdaya di bumi dan di langit
diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia dan perlu dieksploitasi secara
memadai, tanpa menimbulkan ekses dan kemubadziran, untuk dipergunakan bagi
tujuan mereka diciptakan.50
2.3.2 Indikator Kesejahteraan
Biro Pusat Statistik Indonesia menerangkan bahwa guna melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang
dapat dijadikan ukuran adalah :51
48 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 98.49Didin Hafidhuddin, loc.cit.50 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, Jakarta, 200051 www.bps.go.id
repository.unisba.ac.id
49
1. Tingkat pendapatan keluarga
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik membedakan
pendapatan menjadi empat item yaitu:
a. Sangat tinggi (> Rp. 3.500.000)
b. Tinggi (Rp. 2.500.000-3.500.000)
c. Sedang (Rp. 1.500.000-2.500.000)
d. Rendah (≤ Rp. 1.500.000)
Pengeluaran rumah tangga selalu berdampingan dengan
pendapatan. Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dibedakan
menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk konsumsi makanan dan
pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan. Perubahan pendapatan
seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran.
Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula pengeluaran.
2. Tingkat pendidikan keluarga
a. Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf digunakan untuk mengukur kemampuan
membaca dan menulis guna memudahkan penduduk dalam
berkomunikasi dan menyerap maupun menyampaikan informasi.
Angka Melek Huruf diukur dengan cara membandingkan jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis
dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas dan dinyatakan
dalam bentuk persen.
repository.unisba.ac.id
50
b. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah digunakan untuk mengetahui banyaknya
anak usia sekolah yang telah bersekolah disemua jenjang
pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia
sekolah yang bersekolah di suatu daerah.
c. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan merupakan salah satu
indikator pendidikan untuk mengetahui kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi bisa diperoleh
dari jenjang pendidikan yang tinggi pula.
3. Tingkat kesehatan keluarga dan fasilitas tempat tinggal
a. Tujuan pembangunan kesehatan khususnya yang terkait dengan
kesehatan balita adalah menurunkan angka kematian bayi dan
menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Selain itu indikator
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terdiri dari jarak rumah
sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat-obatan, harga obat-
obatan, dan alat kontrasepsi.
b. Indikator fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 item,
yaitu pekarangan, alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan
yang dimiliki, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih,
fasilitas air minum, cara memperoleh air minum, sumber air minum,
fasilitas MCK dan jarak MCK dari rumah.
repository.unisba.ac.id