bab ii teori dan perumusan hipotesis a. reviu penelitian …eprints.umm.ac.id/47188/3/bab ii.pdf ·...

16
11 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Omar (2015) dengan Profit Shifting and Earning Management sebagai variabel independen dan Tax Haven Subsidiaries sebagai variabel dependen. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis data deskriptif, hasilnya menunjukkan bahwa profit shifting berpengaruh positif terhadap anak perusahaan di negara tax haven. Rahayu (2010) meneliti tentang praktik penghindaran pajak oleh Foreign Direct Investment dengan Praktik Penghindaran Pajak sebagai variabel independen dan Foreign Direct Investement sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya menggunakan instrumen kualitatif dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transfer pricing memengaruhi penghindaran pajak Internasional, thin capitalization memengaruhi penghindaran pajak Internasional, dan praktik treaty shopping memengaruhi penghindaran pajak Internasional. Penelitian yang dilakukan oleh Richardson (2015), dengan Income Shifting Incentives sebagai variabel independen dan Tax Haven Utilization sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya menggunakan analisis regresi. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis regresi, hasilnya menunjukkan bahwa multinationality, transfer pricing aggresiveness, thin capitalization, dan intangible assets memiliki hubungan positif terhadap pemanfaatan negara Tax Haven.

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB II

    TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

    A. Reviu Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Omar (2015) dengan Profit Shifting and

    Earning Management sebagai variabel independen dan Tax Haven Subsidiaries

    sebagai variabel dependen. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis

    data deskriptif, hasilnya menunjukkan bahwa profit shifting berpengaruh positif

    terhadap anak perusahaan di negara tax haven.

    Rahayu (2010) meneliti tentang praktik penghindaran pajak oleh Foreign

    Direct Investment dengan Praktik Penghindaran Pajak sebagai variabel independen

    dan Foreign Direct Investement sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya

    menggunakan instrumen kualitatif dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa transfer pricing memengaruhi penghindaran pajak Internasional, thin

    capitalization memengaruhi penghindaran pajak Internasional, dan praktik treaty

    shopping memengaruhi penghindaran pajak Internasional.

    Penelitian yang dilakukan oleh Richardson (2015), dengan Income Shifting

    Incentives sebagai variabel independen dan Tax Haven Utilization sebagai variabel

    dependen. Metode penelitiannya menggunakan analisis regresi. Disimpulkan

    bahwa dengan menggunakan analisis regresi, hasilnya menunjukkan bahwa

    multinationality, transfer pricing aggresiveness, thin capitalization, dan intangible

    assets memiliki hubungan positif terhadap pemanfaatan negara Tax Haven.

  • 12

    Nurhidayati (2018) meneliti tentang Income Shifting Incentives dengan Income

    Shifting Incentives sebagai variabel independen dan Tax Haven Country Utilization

    sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya menggunakan analisis regresi

    linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa multinationality

    berpengaruh negatif terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven, transfer

    pricing berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pemanfaatan negara tax

    haven, thin capitalization berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax

    haven, dan intangible assets berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax

    haven.

    Richardson (2014) meneliti tentang Tax Haven Utilization dengan Tax Haven

    Utilization sebagai variabel independen. Metode penelitiannya menggunakan

    analisis regresi logistic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transfer pricing,

    intangible assets, withholding taxes, performance-based management

    remuneration dan multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan

    negara tax haven, sedangkan struktur tata kelola perusahaan berpengaruh negatif

    terhadap pemanfaatan tax haven.

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Teori Keagenan (Agency Theory)

    Teori keagenan merupakan hubungan kerjasama dalam suatu kontrak dimana

    satu atau lebih orang sebagai pemilik (principal) dan manajemen perusahaan

    (agent), dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agent untuk

    mengelola perusahaan dan mengambil keputusan (Elqorni, 2009). Sedangkan

    menurut Anthony dan Govindarajan (2009), teori agensi diasumsikan bahwa semua

  • 13

    individu akan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, seperti sifat dasar

    manusia yang selalu mementingkan diri sendiri dari pada orang

    lain, sehingga dapat mendorong untuk berperilaku dan bertindak untuk kepentingan

    antara pihak principal selaku pemilik perusahaan dan agent selaku pemegang

    kendali atas perusahaan dapat memicu timbulnya conflict of interest atau biasa

    disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Pihak agent umumnya

    memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja

    perusahaan secara keseluruhan. Hal tersebut memicu timbulnya ketidakseimbangan

    informasi antara principal dan agent yang biasa dinamakan sebagai asimetri

    informasi. Adanya asimetri informasi akan mendorong agent untuk

    menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal dengan tujuan

    untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya (agent).

    Terkait dengan perpajakan, masalah agensi dapat terjadi antara perusahaan

    dan investor. Keputusan investor untuk memanfaatkan negara tax haven dengan

    harapan dapat menguntungkan namun menjadi peluang bagi pihak manajemen

    untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Dari sisi manajemen, keleluasaan dengan

    pemanfaatan negara tax haven dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan

    money laundering, memanfaatkan hubungan istimewa antar perusahaan afiliasi

    untuk melakukan penggelapan serta memungkinkan adanya manipulasi pelaporan

    income perusahaan. Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban

    pajaknya agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent. Keberadaan negara tax

    haven juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan perusahaan yang

    dijadikan langkah untuk mengurangi beban pajak, namun hal ini akan

  • 14

    meningkatkan risiko fluktuasi nilai tukar dikarenakan perusahaan harus melakukan

    pengembalian pokok pinjaman dengan mata uang asing dan berdampak pada tidak

    tercapainya kinerja manajemen dengan baik.

    2. Pemanfaatan Negara Tax Haven

    Negara tax haven, merupakan negara kecil yang memiliki sumber daya alam

    yang sangat terbatas. Tidak adanya penghasilan yang memadai dari pengelolaan

    sumber daya alamnya sehingga membutuhkan fasilitas pendanaan lain untuk

    menjalankan roda pemerintahan. Pada umumnya, mereka memberikan fasilitas

    kenyamanan dan perlindungan dalam segala kegiatan investasi modal. Dengan

    begitu, banyak pihak yang tertarik untuk menanamkan investasinya di negara

    tersebut. Negara tax haven dapat dikategorikan sebagai negara yang menyediakan

    fasilitas perpajakan kepada Wajib Pajak yang berasal dari negara lain untuk

    mengalihkan atau mentransfer pendapatan mereka kepada negara-negara tax haven

    agar pajak yang dikenakan menjadi lebih rendah atau bahkan tidak dikenakan pajak

    sama sekali. SE Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 menyebutkan bahwa kriteria

    Tax Haven adalah a) Negara yang tidak memungut pajak atau b) memungut pajak

    lebih rendah dari Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang melakukan tax avoidance

    mentransfer pendapatan mereka (transfer pricing) dari Indonesia ke negara lain

    (Ariyanti, 2016).

    Tax haven seperti halnya mata uang, memiliki dua sisi. Bila dilihat dari sisi

    positif, tax haven sangat berguna sebagai tempat investasi dan pendanaan. Tax

    haven memberikan fasilitas pajak rendah atau bahkan suatu penghasilan tidak

    dijadikan objek pajak tentunya memberikan keuntungan berlipat ganda bagi

  • 15

    pengusaha. Mereka bisa menginvestasikan uang tanpa harus dikurangi setoran

    pajak dalam jumlah besar. Di sisi yang lain, keberadaan tax haven merupakan

    bencana bagi pemerintah karena tidak bisa menarik pajak dari subjek atau objek

    pajak yang berada di tax haven (Desiyana, 2012). Hanlon dan Heitzman (2010)

    berpendapat bahwa tax haven memainkan peran penting dalam hal hutang dan

    investasi, laba akuntansi, dan pajak pendapatan. Secara khusus, tax haven bertindak

    sebagai pusat keuangan luar negeri yang signifikan dan memfasilitasi aliran modal

    untuk pembiayaan dengan tujuan khusus (misalnya, sekuritisasi aset dan dana

    lindung nilai) dan bisnis yang merupakan pendorong utama dari biaya modal

    (Hanlon dan Heitzman, 2010). Faktanya, banyak perusahaan multinasional

    menggabungkan fungsi treasury mereka di negara tax havens yang kemungkinan

    memfasilitasi aliran modal antara anggota kelompok tanpa hambatan (Dyreng &

    Lindsey 2009; Gravelle, 2013).

    Penghindaran pajak (tax avoidance), dalam hal ini yang dilakukan ke negara

    tax haven, pada umumnya dilakukan melalui beberapa media, holding company,

    intermediary dan subsidiary company. Holding company atau perusahaan induk

    merupakan suatu entitas yang memegang control yang besar dalam suatu

    perusahaan anak dikarenakan kepemilikan saham sebagian besar atau lebih atas

    perusahaan tersebut. Pada umumnya, suatu perusahaan yang ingin melakukan tax

    avoidance dengan media holding company akan membuka holding company di

    negara tax haven (Desiyana, 2012).

    Penghindaran pajak ke negara tax haven dapat dilakukan dengan beberapa

    skema, yaitu : 1) transfer pricing, 2) treaty shopping, 3) thin capitalization, 4)

  • 16

    controlled foreign company. Transfer pricing sebagai sarana penghindaran pajak

    melalui tax haven sangat marak terjadi di kalangan perusahaan Internasional.

    Skema ini terindikasi karena adanya hubungan istimewa serta transaksi dilakukan

    di luar harga wajar (Desiyana, 2012). Dalam lingkup perusahaan multinasional,

    transfer pricing digunakan untuk, meminimalkan pajak dan bea yang mereka

    keluarkan diseluruh dunia. Transfer pricing can effect overall corporate incame

    taxes. This is particulary true for multinational corporations (Hansen and Mowen,

    1997). Penetapan harga yang tidak sesuai dengan harga transaksi wajar ini

    dimanfaatkan perusahaan multinational untuk meraih keuntungan dari selisih harga

    wajar dengan harga transaksi pihak istimewa di negara yang termasuk dalam Tax

    Haven. Dengan menggunakan harga transaksi dengan pihak yang memiliki

    hubungan istimewa, dasar pengenaan pajak dari transaksi akan jauh lebih kecil dari

    DPP kepada pihak lain sehingga pajak yang harus dibayarkan juga lebih rendah

    (Desiyana, 2012).

    Treaty shopping dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan

    keuntungan dari tax treaty antara dua negara dengan membuat perusahaan afiliasi

    di salah satu negara tempat tujuan praktek tax avoidance (Desiyana, 2012). Pada

    dasarnya, treaty shopping tidak selalu ilegal, treaty shopping cara yang legal dan

    merupakan cara yang banyak digunakan subyek pajak dalam melakukan

    International Tax Planning (Irfansyah, 2010). Tarif tax treaty yang diterapkan tiap

    negara terhadap negara lainnya tentu menjadi pemicu terjadinya treaty shopping.

    Pemanfaatan Controlled Foreign Company dilakukan dengan menunda

    pengakuan penghasilan dari modal yang berasal dari luar negeri oleh subsidiary

  • 17

    company yang berada di tax haven country (Desiyana, 2012). Tujuan CFC yaitu

    mencegah Wajib Pajak memindahkan penghasilannya ke luar negeri dengan

    mendirikan perusahaan di negara yang peraturan pajaknya lebih longgar atau

    rendah. Tidak jarang CFC merupakan perusahaan maya yang tidak memiliki

    aktifitas usaha aktif namun dignakan sebagai mediator untuk menutupi transaksi

    yang sebenarnya. Pengalihan penghasilan melalui CFC pada negara tax haven

    dilakukan dengan cara transfer pricing of goods and services maupun transfer

    pricing of intangible property (Irfansyah, 2010).

    Thin capitalization itu sendiri adalah praktik membiayai cabang atau anak

    perusahaan lebih besar dengan utang berbunga daripada dengan modal saham

    (Gunadi, 1994). Skema thin capitalization dapat terjadi bila adanya pemberian

    modal terselubung melalui pinjaman kepada perusahaan terafiliasi melebihi batas

    kewajaran (Irfansyah, 2010). Pemberian pinjaman dipilih karena lebih

    menguntungkan dibanding penyertaan modal langsung. Pemberian pinjaman

    tentulah dibarengi dengan kewajiban membayar bunga, dimana bunga pinjaman

    dapat dibiayakan sebagai pengurang penghasilan di Indonesia.

    3. Strategi Income Shifting

    Perusahaan multinasional dapat melakukan pengalihan pendapatan (income

    shifting) kepada perusahaan anak melalui praktik transfer pricing, strategi

    penempatan hutang, dan alokasi biaya preferensial (Klassen dan Laplante, 2012).

    Menurut Slemrod (2001), perusahaan multinasional di Amerika Serikat mempunyai

    kemampuan secara efektif mampu meminimalisir beban pajak melalui pengalihan

    laba memanfaatkan perbedaan tarif pajak antar negara. Terdapat beberapa elemen

  • 18

    yang terkait income shifting yang merupakan pendorong utama pemanfaatan tax

    haven seperti multinationality, transfer pricing, thin capitalization, dan intangible

    assets.

    Penghindaran pajak ini sering dilakukan oleh perusahaan multinasional

    mengingat bahwa perusahaan multinasional menerapkan perencanaan pajak yang

    efisien di seluruh entitas kelompok karena perusahaan multinasional memperoleh

    pendapatan dari berbagai sumber asing yang lebih besar, sehingga terlibat dalam

    kegiatan penghindaran pajak (Nuraini dan Marsono, 2014). Rego (2003)

    menemukan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional Amerika Serikat lebih

    berhasil menghindari pajak korporasi dari perusahaan murni domestik.

    Eden dan Smith (2011) menggambarkan agresivitas penentuan harga transfer

    sebagai manfaat pajak atau keuangan yang dihasilkan ketika perusahaan

    multinasional berhasil melakukan arbitrase ekonomi, keuangan dan perbedaan

    legislatif antar yurisdiksi. Transfer pricing sebagai salah satu pengurang biaya serta

    meningkatkan daya saing melalui kemampuan dalam mentransfer dan melindungi

    sumber daya yang langka atau berbeda dalam perusahaan multinasional yang secara

    jelas dapat mengindikasikan bahwa hal tersebut dapat menjadi fokus inti dalam

    mengembangkan perusahaan (Tocknell, 2016). Sebuah perusahaan multinasional

    dapat melakukan income shifting dan meminimalkan pajak secara objektif dengan

    cara mengatur kegiatan intercompany melalui adanya transfer pricing (Grubbert

    dan Mutti, 1998) dan juga memanipulasi hak kepemilikan dalam aset tak berwujud

    (Ernst dan Young, 2013).

  • 19

    Thin capitalization sama halnya yang telah dijelaskan diatas, ketika investasi

    di negara pajak tinggi dan didanai dengan utang antar perusahaan yang bersumber

    dari negara yang menetapkan pajak rendah, laba dialihkan ke wilayah pajak rendah

    misalnya, tax haven menimbulkan pajak perusahaan menjadi lebih rendah secara

    keseluruhan (Webber, 2010). Transfer aset tidak berwujud (misalnya, pengeluaran

    R & D, kekayaan intelektual, paten, merek, merek dagang dan nama dagang) antara

    entitas grup yang berlokasi di berbagai yurisdiksi pajak meningkatkan perhatian

    otoritas pajak secara global (Gravelle, 2009, 2013). Banyaknya transfer aset tidak

    berwujud dan sulitnya untuk menilai aset tidak berwujud dengan nilai wajar

    menyebabkan adanya penyelewengan terutama dalam hal pembayaran pajak. Di

    Amerika, setengah dari perbedaan dalam profitabilitas perusahaan multinasional

    antar wilayah dengan pajak tinggi dan pajak rendah (tax haven) disebabkan oleh

    transfer aset tidak berwujud baik dalam bentuk intellectual capital dan tambahan

    melalui alokasi hutang (Grubert, 2003). Aset tak berwujud memiliki nilai unik yang

    dapat dimanfaatkan secara bersamaan oleh perusahaan. Oleh karena itu, ada ruang

    lingkup yang cukup besar bagi perusahaan untuk terlibat dalam pengalihan

    pendapatan melalui transfer aset tidak berwujud ke wilayah dengan pajak rendah

    seperti tax havens (Dyreng et al., 2008)

    C. Pengembangan Hipotesis

    1. Pengaruh Multinationality terhadap pemanfaatan negara Tax Haven

    Permasalahan agensi yang terjadi dalam hal multinationality yaitu pihak

    manajer dapat dengan mudah memanfaatkan perusahaan anak untuk mengalihkan

    laba perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki peluang untuk mengurangi

  • 20

    secara signifikan pajak perusahaan dengan mengalihkan pendapatan dari yurisdiksi

    pajak tinggi ke yurisdiksi pajak rendah, dengan mengeksploitasi perbedaan dalam

    aturan pajak yang berbeda dengan cara mengalokasikan pengeluaran yang

    dikurangi beban pajak (misalnya, biaya bunga pada utang dan pengeluaran R & D)

    ke yurisdiksi pajak tinggi (Gravelle, 2013). Perusahaan internasional dengan

    transaksi intra-company yang lebih luas, penggunaan aset tidak berwujud yang

    lebih banyak, serta pengeluaran untuk Research and Development yang besar

    cenderung memanfaatkan tax haven untuk tujuan penghindaran pajak (Desai et al.,

    2006).

    Adapun beberapa penelitian yang telah mengungkapkan kaitan

    multinationality terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven. Salah satunya dari

    Nurhidayati (2017) hasil penelitiannya berhasil membuktikan bahwa

    multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax haven.

    Adapun penelitian dari Frandyanto (2017) mengungkapkan bahwa semakin tinggi

    tingkat multinationality akan semakin besar kemungkinan pemanfaatan negara

    lindung pajak (tax haven country).

    Perusahaan multinasional memiliki jaringan produksi maupun distribusi yang

    lebih luas. Dengan adanya jaringan ini dijadikan sebagai celah untuk memanfaatkan

    keberadaan pihak berelasi di luar negeri untuk melakukan income shifting. Income

    shifting ini hanya dapat dilakukan dengan perusahaan multinasional yang juga

    memiliki related parties di luar negeri, terutama di negara tax haven. Perusahaan

    multinasional menjual barang, jasa, dan modal keuangan serta aset tidak berwujud

    kepada perusahaan dalam lintas batas negara. Dengan memanfaatkan transfer

  • 21

    pricing buatan pada transaksi-transaksi perusahaan dan memfokuskan pada

    pembiayaan hutang di anak perusahaan yang dikenai pajak tinggi, perusahaan

    multinasional dapat mengalihkan pendapatannya ke kelompok perusahaan untuk

    mengurangi beban pajak secara keseluruhan (Harris et al, 1991). Dengan demikian

    hipotesis yang diajukan:

    𝑯𝟏 = multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax

    haven.

    2. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Pemanfaatan Negara Tax Haven

    Dalam teori agensi dinyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan yang

    muncul antara investor dengan pihak manajemen perusahaan. Dalam hal ini,

    investor menjalin hubungan kerjasama dengan pihak eksternal perusahaan dengan

    tujuan ekspansi bisnis, tetapi dari pihak manajemen perusahaan memandang adanya

    hubungan istimewa yang dijalin dapat digunakan untuk memanipulasi kebijakan

    harga terkait pertukaran barang. Praktik transfer pricing di Amerika membuktikan

    bahwa sebagian dari hasil audit pajak terbesar yang sedang diselesaikan melibatkan

    transaksi transfer pricing ke wilayah negara dengan pajak rendah atau negara tax

    haven (Drucker, 2011). Adanya praktik transfer pricing dapat digunakan untuk

    memanipulasi harga antar perusahaan yang berafiliasi. Transfer pricing sering juga

    disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau

    internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan

    pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup

    perusahaan) (Mangoting, 2000).

  • 22

    Menurut Bartelsman dan Beetsma (2003), sebuah perusahaan tidak hanya

    menggunakan negara lindung pajak untuk kepentingan transfer pricing dan strategi

    penghindaran pajak, tetapi juga untuk financial arbitrage guna mengatur arus kas

    mata uang asing mereka dan menjaga resiko dari nilai tukar mata uang asing. Pada

    praktiknya, aktivitas penentuan transfer pricing direfleksikan dengan tidak adanya

    peraturan ketentuan yang luas terkait transaksi antar pihak. Transaksi intra-entitas

    misalnya terdapat transfer aset, pinjaman yang dibayar kembali oleh pihak terkait,

    atau penyediaan layanan antara beberapa pihak dalam wilayah pengenaan pajak

    yang berbeda di mana tidak ada alasan yang diungkapkan ketika melakukan

    transaksi tersebut dan tidak dicantumkan dalam annual report (IRS, 2013).

    Adapun beberapa penelitian yang telah mengungkapkan kaitan transfer

    pricing terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven. Salah satunya dari Davies

    (2018) hasil penelitiannya berhasil membuktikan bahwa transfer pricing

    berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax haven. Penelitian lain dari

    Richardson (2015) mengungkapkan bahwa transfer pricing berpengaruh positif

    terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven.

    Perusahaan yang memiliki transaksi penjualan kepada pihak berelasi dapat

    melakukan transfer pricing, terutama perusahaan yang juga berafiliasi di negara tax

    haven. Rendahnya transparansi terkait harga wajar untuk transaksi yang dilakukan

    perusahaan kepada pihak berelasinya menyebabkan transfer pricing dijadikan suatu

    cara untuk melakukan income shifting. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

    𝑯𝟐 = Transfer pricing berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara Tax

    Haven.

  • 23

    3. Pengaruh Thin Capitalization terhadap pemanfaatan negara Tax Haven

    Dalam teori agensi adanya keinginan dari masing-masing pihak untuk

    mendapatkan keuntungan sendiri baik investor maupun manajer. Pihak investor

    membangun perusahaan-perusahaan pembiayaan di negara tax haven yang

    digunakan sebagai sumber dana melalui hutang. Adanya hutang ini juga dijadikan

    sebagai kontrol bagi investor demi mencegah free cash flow berlebihan yang dapat

    disalahgunakan oleh manajer. Dari sisi manajer, memandang bahwa adanya hutang

    dapat mengurangi laba perusahaan yang juga berdampak pada insentif yang

    diterima, selain itu melalui hutang perusahaan maka semakin meningkatnya risiko

    yang didapat dari pihak eksternal melalui ketidakmampuan untuk melunasi kembali

    hutangnya.

    Aturan thin capitalization dirancang untuk mencegah pembayar pajak

    multinasional untuk mengalokasikan jumlah hutang yang tidak proporsional dalam

    struktur modal dari operasi perusahaan Amerika Serikat dengan tidak mengizinkan

    pemotongan bunga terkait pembiayaan utang berlebihan (Blouin et al., 2013). Thin

    capitalization yang berlaku di Amerika untuk perusahaan dengan rasio hutang

    terhadap ekuitas di atas 1,5 hingga 1,0 dengan biaya bunga bersih melebihi 50%

    dari yang disesuaikan penghasilan kena pajak (Richardson dan Taylor., 2015). Di

    Indonesia, Sebelum PMK Nomor 169/PMK.010/2015 yang berlaku mulai tahun

    2016 dengan tingkat Debt to Equity Ratio ditetapkan setinggi-tingginya 4:1, di

    Indonesia tidak terdapat ketentuan batasan tentang thin capitalization. Sebelum

    berlakunya PMK 169/PMK.010/2015, perusahaan di Indonesia bebas menentukan

    proporsi tingkat debt to equity ratio yang diinginkan. Dengan demikian, perusahaan

  • 24

    multinasional dapat mengurangi tarif pajak global mereka tanpa menimbulkan

    biaya perdagangan tambahan, yang dapat memotivasi mereka mendanai investasi

    offshore di yurisdiksi pajak tinggi dengan struktur pendanaan modal yang sedikit

    (Richardson dan Taylor, 2015).

    Adapun penelitian yang dilakukan Rahayu (2010) menunjukkan bahwa thin

    capitalization berpengaruh terhadap penghindaran pajak internasional. Penelitian

    yang dilakukan Omar (2015) menunjukkan bahwa thin capitalization bepengaruh

    positif terhadap pemanfaatan negara tax haven.

    Thin capitalization mengacu pada strategi pembiayaan perusahaan yang

    digunakan untuk membiayai operasi bisnis terutama dengan modal utang daripada

    modal ekuitas (Blouin et al., 2013). Thin capitalization dapat dimanfaatkan pihak

    investor untuk mengurangi beban pajak dengan cara membangun entitas anak di

    negara tax haven yang berperan sebagai pembiayaan perusahaan. Adanya entitas

    anak yang dimanfaatkan untuk pembiayaan ini memungkinkan bagi perusahaan

    untuk memperbanyak modal hutang dari perusahaan pembiayaan yang sebenarnya

    milik mereka sendiri. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

    𝑯𝟑 = Thin capitalization berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara

    Tax Haven.

    4. Pengaruh Intangible Assets terhadap Pemanfaatan Negara Tax Haven

    Menurut teori agensi, pihak investor memiliki perusahaan afiliasi dengan

    harapan dapat mengembangkan bisnisnya. Pihak manajemen yang melakukan

    operasional perusahaan dapat memanfaatkan perusahaan afiliasi tersebut sebagai

    salah satu cara untuk melakukan strategi income shifting bahkan money laundering

  • 25

    melalui aktivitas transfer intangible assets ke negara tax haven. Adanya aktivitas

    transfer intangible assets ini dapat menurunkan nilai aset yang dimiliki perusahaan

    yang tentunya dapat merugikan pihak investor karena total aset dapat menjadi

    cerminan ukuran perusahaan. Adapun hasil penelitian Frandyanto (2017)

    menunjukkan penggunaan intangible asset berpengaruh terhadap penghindaran

    pajak menggunakan negara lindung pajak (tax haven country), hal ini terjadi karena

    intangible asset sulit untuk dinilai dengan nilai yang wajar.

    Intangible assets digunakan untuk mentransfer laba dengan cara lintas negara

    melalui pemanfaatan tax haven (Dyreng et al., 2008). Grubert (2003) menguji

    secara empiris sejauh mana korelasi antara profitabilitas dan tarif pajak lokal

    tergantung pada keberadaan aset tidak berwujud, hasilnya menemukan bahwa

    sekitar 50% penghasilan telah dialihkan seperti research and development dari

    negara dengan pajak yang tinggi ke pajak yang rendah. Perusahaan multinasional

    dapat menentukan pihak-pihak dalam grup yang berhak untuk menerima

    keuntungan dari pemanfaatan intangible asset, melalui keuntungan yang didapat

    inilah yang kemudian akan dialihkan ke negara tax haven. Dengan meningkatnya

    volume transaksi intangible asset antar perusahaan, maka dapat memperluas

    peluang untuk pengalihan pendapatan (Grubert, 2003). Terdapat resiko yang besar

    mengancam pendapatan pajak melalui transaksi intangible asset antar related

    parties yang berlokasi pada wilayah high and low tax. Dengan demikian hipotesis

    yang diajukan:

    𝑯𝟒 = Intangible assets berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara Tax

    Haven.

  • 26

    D. Rerangka Pemikiran Teoritis (Dalam Bentuk Bagan Alur)

    Berdasarkan pemaparan terkait variabel income shifting dan pemanfaatan

    negara tax haven, maka rerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Gambar 2.1

    Rerangka Pemikiran Teoritis

    Transfer Pricing

    (𝑋2)

    Pemanfaatan Negara Tax

    Haven

    (Y)

    Multinationality

    (𝑋1)

    Intangible Assets

    (𝑋4)

    Thin Capitalization

    (𝑋3)

    +

    +

    +

    +