bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Banyak yang telah melakukan peneletian berkaitan dengan tax avoidance
dengan menggunakan variabel independen yang berbeda-beda. Berhubung
pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah resiko
perusahaan, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal maka peneliti
mengambil beberapa jurnal sebagai referensi untuk penelitian.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto
(2015) menyimpulkan bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance, penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2015)
menunjukan hasil yang sama bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance, serta penelitian yang dilakukan oleh Butje dan Tjondro
(2014) mendapatkan hasil yang sama.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang digunakan
dalam penelitian Jasmine (2017), hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian
dengan variabel serupa juga dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian terdahulu
yang menggunakan variabel serupa yang digunakan sebagai referensi akan
dirincikan sebagai berikut:
9
Tabel 2.1 Referensi Penelitian Terdahulu
No Nama (Tahun) Judul /jurnal Objek/variabel/
Analisis
Hasil
1.
Jasmine (2017)
Pengaruh leverage,
kepelimikan
institusonal, ukuran
perusahaan, dan
profitabilitas
terhadap
Penghindaran pajak
(studi pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
Objek : 34
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2012-2014
IV: leverage
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan, dan
profitabilitas,
DV: tax
avoidance
Metode :
multiple
regression
analysis.
Leverage,
kepemilikan
institusional,
Ukuran
perusahaan, dan
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
2. Damayanti dan
Susanto (2015)
Pengaruh Komite
Audit, Kualitas
Audit, Kepemilikan
Institusional, Risiko
Perusahaan Dan
Return On Assets
Terhadap Ax
Avoidance
Objek : 22
perusahaan real
estate di BEI
tahun 2010-2013
IV: komite audit,
kualitas audit,
kepemilikan
institusional,
risiko perusahaan
dan return on
assets DV: tax
avoidance
Metode: analisis
regresi data panel.
Resiko perusahaan
dan ROA
perpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance.
Komite audit,
kualitas audit, dan
kepemilikan
intitusional tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
3. Cahyono et al.
(2016)
Pengaruh komite
audit, kepemilikan
institusional, dewan
komisaris, ukuran
perusahaan (size),
leverage (DER) dan
profitabilitas (ROA)
terhadap tindakan
penghindaran pajak
Objek: 23
perusahaan go
public yang
terdaftar di BEI
2011-2013
IV: komite audit,
kepemilikan
institusional,
dewan komisaris,
Jumlah komite
audit, kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
Proporsi dewan
komisaris
independen,
10
(tax avoidance)
pada perusahaan
perbankan yang
listing BEI periode
tahun 2011 – 2013
ukuran
perusahaan (size),
leverage (DER)
dan profitabilitas
(ROA).
DV: tax
avoidance
Metode:
multiple
regression
analysis.
ukuran
perusahaan,
leverage, dan
profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
4.
Ginting (2016)
Pengaruh corporate
governance dan
kompensasi rugi
fiskal terhadap
penghindaran pajak
dengan ukuran
perusahaan sebagai
variabel moderating.
Objek: 57
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2012-2014
DV: Tax
Avoidance
IV: corporate
governance dan
kompensasi rugi
fiskal
MV: ukuran
perusahaan
Metode: analisis
regresi linear
berganda.
Corporate
governance,
kompensasi rugi
fiskal, dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran
pajak. Sedangkan
komisaris
independen tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran
pajak. Ukuran
perusahaan tidak
mampu
memoderasi
hubungan
variabel-variabel
tersebut.
5. Merslythalia
dan Lasmana
(2016)
Pengaruh
kompetensi
eksekutif, ukuran
perusahaan,
komisaris
independen, dan
kepemilikan
institusional
terhadap tax
avoidance.
Objek: 49
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
DV: tax
avoidance.
IV: kompetensi
eksekutif, ukuran
perusahaan,
komisaris
Kompetensi
eksekutif, ukuran
Perusahaan,
komisaris
Independen tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
11
independen, dan
kepemilikan
institusional.
Metode: Analisis
regresi linear
berganda.
negatif
terhadap tax
avoidance.
6. Saifudin dan
Yunanda
(2016)
Determinasi ROA,
leverage, ukuran
perusahaan,
kompensasi rugi
fiskal dan
kepemilikan
institusi terhadap
penghindaran pajak
(studi empiris pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2011 - 2014).
Objek: 35
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
pada tahun 2011-
2014.
DV: tax
avoidance
IV: ROA,
leverage, ukuran
perusahaan,
kompensasi rugi
fiskal dan
kepemilikan
institusi.
Metode: analisis
regresi linear
berganda.
ROA, dan
kompensasi rugi
fiskal
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak. Leverage,
ukuran
perusahaan, dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
7.
Saputra et al.
(2015)
Pengaruh corporate
governance,
profitabilitas dan
karakter eksekutif
terhadap tax
avoidance pada
perusahaan yang
terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
Objek: 38
perusahaan yang
te rdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
DV: tax
avoidance.
IV: corporate
governance,
profitabilitas dan
karakter
eksekutif.
Metode: analisa
regresi linear
berganda.
Proporsi dewan,
kualitas audit, dan
audit komite tidak
signifikan
mempengaruhi tax
avoidance.
Sementara itu,
return on assets
dan karakter
eksekutif
signifikan
mempengaruhi tax
avoidance.
8. Maharani dan
Suardana
(2014)
Pengaruh corporate
governance,
profitabilitas dan
karakteristik
eksekutif pada tax
Objek: 37
perusahaan
Selama periode
pengamatan 5
tahun berturut-
Karakteristik
eksekutif
berpengaruh
positif terhadap tax
avoidance, ROA
12
avoidance
perusahaan
manufaktur
turut sehingga
total sampel 159
terdaftar di BEI
tahun 2008-2012
Variabel :
IV : corporate
governance,
profitabilitas dan
karakteristik
perusahaan
dan corporate
governance
berpengaruh
negatif terhadap
tax avoidance.
9. Ngadiman dan
Puspitasari
(2014)
Pengaruh leverage,
kepemilikan
institusional, dan
ukuran perusahaan
terhadap
penghindaran pajak
(tax avoidance)
pada perusahaan
sektor manufaktur
yang terdaftar di
BEI 2010-2012.
Objek : 67
perusahaan
manufaktur.
IV: leverage,
kepemilikan
institusional, dan
ukuran
perusahaan.
DV: tax
avoidance.
Metode: analisis
regresi linear
berganda.
Leverage tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan,
sedangkan
kepemilikan
institusional dan
ukuran perusahaan
memiliki pengaruh
yang segnifikan
terhadap
penghindaran
pajak.
10 Munandar et
al. (2016)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
leverage, dan
kompensasi rugi
fiskal terhadap tax
avoidance
Objek : 40
perusahaan
manufaktur
subsektor
otomotif yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-2014
IV : ukuran
perusahaan,
leverage, dan
kompensasi rugi
Fiskal.
DV : tax
avodance.
Metode: analisis
regresi data panel.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap tax
avoidance,
kompensasi rugi
fiskal tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance.
B. Tinjauan Pustaka
13
1. Teori Atribusi (Atribution Theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Heider pada tahun 1958, yang
kemudian dikembangkan oleh Kelley tahun 1972. Menurut Heider (1958)
setiap individu adalah seorang ilmuan semu (pseudo scientist) yang selalu
berusaha mencari dan mengidentifikasi informasi yang berkaitan dengan alasan
individu melakukan sesuatu. Dengan kata lain, teori atribusi menegaskan
bahwa seseorang berusaha menjelaskan penyebab orang lain atau dirinya
sendiri melakukan hal tersebut. Menurut Robbins dan Judge (2008) ada faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu.
Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan eksternal. Jika seseorang
melakukan sesuatu atas dasar kemauan sendiri atau dikendalikan oleh dirinya
artinya orang tersebut dipengaruhi oleh faktor internal, sebaliknya jika dibawah
kendali orang lain atau lingkungan luar berarti dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Robbins & Judge (2008) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi penyebab perilaku internal dan eksternal adalah sebagai
berikut:
a. Kekhususan
Kekhususan artinya individu cenderung memperlihatkan perilaku-
perilaku yang berlainan. Jika perilaku tersebut dianggap biasa maka dianggap
sebagai faktor internal. Sebaliknya, apabila perilaku dianggap tidak biasa maka
perilaku tersebut disebabkan faktor eksternal.
14
b. Konsensus
Konsensus artinya apabila semua orang melakukan perilaku yang sama
dalam menghadappi situasi atau kondisi serupa. Apabila konsensus rendah,
maka perilaku tersebut disebabkan secara internal. Sebaliknya, apabila
konsensus tinggi maka perilaku tersebut disebabkan eksternal.
c. Konsistensi
Konsistensi artinya apakah individu selalu mempunyai kecenderungan
merespon dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten
perilaku, maka perilaku tersebut disebabkan secara internal. Sebaliknya,
semakin tidak konsisten perilaku, maka perilaku tersebut disebabkan secara
eksternal.
Dilihat dari sudut pandang teori atribusi maka teori ini relevan dengan
penelitian perpajakan yang merujuk pada kepatuhan wajib pajak dalam
mentaati setiap peraturan perpajakan yang dibuat, khususnya cara-cara yang
digunakan dalam perhitungan beban pajak apakah sesuai dengan yang
tercantum dalam peraturan perpajakan.
2. Teori Kepentingan
Kepentingan dijadikan sebagai dasar pembagian beban pajak kepada
rakyat dengan melihat tingkat kepentingan masing-masing pribadi (Mardiasmo,
2000:3). Teori ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepentingan
terhadap suatu negara maka besar beban pajak yang dibayarkan juga
berbanding lurus. Maka selayaknya perusahaaan harus membayar beban pajak
sesuai dengan kepentingannya. Perusahaan membutuhkan seluruh aspek yang
15
ada di dalam suatu negara agar dapat menghasilakan penghasilan atau
keuntungan. Selain itu, perusahaan dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan sangat bergantung pada negara, yang didalamnya menyangkut
regulasi, masyarakat dan stabilitas negara. Konflik akan terjadi apabila
perusahaan yang besar dengan tingkat kepentingan tinggi melakukan
penghindaran pajak sehingga beban pajak yang dibayarkan kepada negara tidak
sesuai dengan kepentingannya.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini mengemukakan bahwa beban pajak untuk semua orang harus
sama berat, artinya beban pajak yang dibayarkan kepada negara harus sesuai
dengan daya pikul atau beban masing-masing orang (Mardiasmo, 2000:4). Ada
dua pendekatan yang digunakan untuk mengukur daya pikul, yaitu: pendekatan
unsur objektif dan pendekatan unsur subjektif. Unsur objektif menitikberatkan
pada seberapa besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki, sedangkan
unsur subjektif melihat besarnya kebutuhan materil yang harus dipenuhi.
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya diberikan untuk negara kepada
para pemegang saham agar nilai after tax perusahaan meningkat (Butje &
Tjondro, 2014). Menurut Prebble et al., (2012) tax avoidance adalah suatu
kegiatan dalam melakukan penghindaran pajak dengan cara mengambil
keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan hukum yang ada untuk
mengecilkan pajak terutang. Tax avoidance merupakan contoh dari tax
16
planning yang dapat dilakukan melalui proses pengelolaan laba untuk
mengurangi pengenaan pajak yang tidak diinginkan perusahaan sehingga
perusahaan dapat melakukan tax saving. Tindakan tax avoidance dilakukan
melalui mekanisme manajemen pajak.
5. Risiko Perusahaan
Risiko perusahaan merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa
diukur dengan rumus deviasi standar. Risiko perusahaan (corporate risk)
merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan
itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downsiderisk) atau lebih dari yang
direncanakan (upset potensial), semakin besar deviasi standar earning
perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada.
Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse Setiap perusahaan memiliki
seorang pemimpin yang menduduki posisi teratas baik sebagai top eksekutif
maupun top manajer, dimana setiap pimpinan memiliki karakter-karakter
tertentu untuk memberikan arahan dalam menjalankan kegiatan usaha sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (Butje dan Tjondro, 2014). Low
(2006) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan
perusahaan, eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk
averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih
berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan
kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang
17
lebih tinggi, berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk
averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga
kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif dengan karakter
risk averse jika mendapatkan peluang maka ia akan memilih resiko yang lebih
rendah.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengklasifikasikan
perusahaan dari segi total aset, jumlah penjualan, jumlah tenaga kerja, dan lain-
lain (Saifudin dan Yunanda, 2016). Definisi ini hampir serupa dengan definisi-
definisi yang telah dinyatakan sebelumnya. Total aset dan jumlah penjualan
menjadi alat pengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala
yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai
equity, nilai penjualan, jumlah karyawan, nilai total aset, dan lainnya.
7. Kompensasi Rugi Fiskal
Kompensasi kerugian dalam pajak penghasilan diatur pada Pasal 6 ayat
(2) Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000. Adapun beberapa
poin penting yang perlu diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah
sebagai berikut:
a. Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial.
Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan
biaya-biaya yang telah memperhitungkan ketentuan pajak penghasilan.
18
b. Kompensasi kerugian hanya di perkenankan selama lima tahun ke depan
secara berturut-turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada
kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi
dikompensasikan.
c. Kompensasi kerugian hanya diperuntukan wajib pajak badan dan orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak
dikenakan PPh Final dan perhitungan pajak penghasilannya tidak
menggunakan norma penghitungan.
d. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan
penghasilan dari dalam negeri.
C. Perumusan Hipotesis
1. Resiko Perusahaan Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance
Merujuk pada teori atribusi yang menyatakan adanya faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi perilaku individu, maka karakteristik eksekutif
yang mencerminkan resiko perusahaan dapat digolongkan sebagai faktor
internal perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan
penghindaran pajak (tax avoidance) yang dijadikan sebagai dasar kebijakan
perusahaan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh eksekutif perusahaan.
Eksekutif perusahaan melakukan pengambilan keputusan atas dasar
pengalaman dan keahlian yang dimiliki, dimana keputusan maupun kebijakan
yang diambil oleh eksekutif merupakan refleksi dari sifat dan karakter yang
dimilikinya. Keputusan untuk melakukan tax avoidance bergantung pada
individu eksekutif perusahaan dalam mengambil keputusan.
19
Eksekutif biasanya memiliki dua karakter yaitu risk taker dan risk averse
(Rangkuti et al., 2017). Ekesekutif yang memiliki karakteristik risk taker
cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis bahkan tidak ragu-
ragu dalam mengambil keputusan, berbeda dengan risk averse yang cenderung
ragu untuk mengambil resiko terkait keputusan yang diambilnya (Saputra et
al., 2015). Oleh karena itu secara logika eksekutif yang cenderung memiliki
sifat risk taker akan berani malakukan praktik penghindaran pajak (tax
avoidance) karena semakin eksekutif bersifat risk taker, nilai Current ETR
akan semakin rendah yang mengindikasikan tax avoidance makin tinggi. Hal
ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2015)
menyimpulkan karakter eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Sama halnya dengan penelitian Butje dan Tjondro (2014) yang
medapatkan hasil yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesisi
yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Risiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
2. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance
Perusahaan yang termasuk dalam skala perusahaan besar akan
mempunyai sumber daya yang berlimpah yang dapat digunakan, tentunya tidak
menutup kemungkinan sumber daya tersebut berasal dari negara yang
dijadikan tempat usahanya suatu perusahaan, artinya ada kepentingan
perusahaan terhadap suatu negara. Hal ini sejalan dengan teori kepentingan
yang menegaskan bahwa semakin besar kepentingan wajib pajak terhadap
negaranya maka semakin besar pula pajak yang harus dibayarkan. Namun,
20
perusahaan dengan skala besar akan berusaha menekan laba atau
penghasilannya agar beban pajak yang dibayarkan kepada negara semakin
sedikit dengan mencari cara untuk melakukan penghindaran pajak (tax
avoidance). Hal tersebut tentunya berlawanan dengan teori kepentingan.
Richardson dan Lanis (2007) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan
maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan
perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya
untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory).
Selain itu, perusahaan dengan skala besar cenderung memiliki transaksi yang
rumit dan komplek sehingga celah-celah tersebut dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Jasmine (2017) menyimpulkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak
(tax avoidance), dan selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman
dan Puspitasari (2014) yang mendapatkan hasil serupa bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka hipotesisi yang diajukan pada
penelitian ini sebagai berikut :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
3. Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap Tax
Avoidance.
Berdasarkan teori atribusi individu cenderung melakukan sesuatu
didasari dengan suatu alasan atau penyebab. Penyebab tersebut dipengaruhi
21
oleh fator internal dan eksternal. Selain itu, pada teori atribusi mengidentifikasi
apakah perilaku individu tersebut mengarah pada kepatuhan atau tidak. Jika
dihubungkan teori atribusi dengan kepatuhan akan peraturan dan undang-
undang perpajakan maka penghindaran pajak (tax avoidance) dapat
digolongkan sebagi perilaku yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan
kompensasi rugi fiskal digolongkan sebagai faktor yang mempengaruhinya
secara internal. Secara logika, perusahaan yang telah merugi dalam satu
periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian
tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba
perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian
tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari
beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah
kompensasi kerugian perusahaan. Hal ini selaras dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Saifudin dan Yunanda (2016) menyimpulkan bahwa
kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance). Selain itu Ginting (2016) juga mendapatkan hasil yang sama
bahwa kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak (tax avoidance). Hasil serupa juga didapat oleh penelitian yang dilakukan
Rinaldi (2015). Maka hipotesisi yang diajukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H3 : Kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
D. Kerangka Pemikiran
22
Perusahaan akan berusaha untuk menekan jumlah laba agar beban pajak
yang dibayarkan berkurang sehingga perusahaan cenderung melakukan praktik
penghindaran pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan celah-celah
peraturan perpajakan. Cara-cara yang dilakukan tentunya dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan penghindaran pajak seperti risiko
perusahaan, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal perusahaan.
H1
H2
H3
Gambar 2.1
Risiko
Perusahaan
(X1)
Ukuran
Perusahaan
(X2)
Kompensasi
Rugi Fiskal
(X3)
Tax
Avoidance
(Y1)