bab ii tinjaua pustaka 2.1 2.1...inflasi merupakan masalah ekonomi yang paling dominan di samping...
TRANSCRIPT
1
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB II
TINJAUA PUSTAKA
2.1 Inflasi
2.1.1 Pengertian Inflasi
Salah satu peristiwa yang sangat penting dan sering dijumpai hampir di
seluruh Negara di dunia adalah masalah inflasi. Inflasi merupakan masalah
ekonomi yang paling dominan di samping masalah pengangguran. Inflasi
berperan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada dalam suatu
negara. Hal ini terjadi saat kenaikan harga atau inflasi tetapi tidak diiringi
kenaikan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan riil mereka menurun.
Setiap negara selalu berusaha dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya,
agar inflasi yang terjadi di negara berada pada batas normal yang telah di
tetapkan. Inflasi yang selalu berfluktuasi menyebabkan ketidakpastian bagi
kesejahteraan masyarakat dan menurunkan daya beli masyarakat akan barang dan
jasa (Mankiw, 2006). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan atas
seluruh tingkat harga barang dan jasa.
Menurut Boediono (2001) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk naik secara terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain. Kenaikan harga-
harga karena musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja dan
tidak mempunyai pengaruh lanjutan, tidak disebut sebagai inflasi. Kenaikan harga
ini tidak dianggap masalah ekonomi yang memerlukan kebijaksanaan khusus
untuk menanggulanginya. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
harga-harga barang dan jasa secara umum (Widayatsari dan Mayes, 2009).
Menurut Thamrin (2012) Inflasi adalah kecenderungandari harga-harga
untuk menarik secara terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis barang jasa
dan tidak jasa disebut inflasi. Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya
menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi sekali saja, serta tidak punya
pengaruh lanjutan, tidak dianggap sebagian suatu penyakit ekonomi yang
memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.
7
2
Universitas Muhammadiyah Riau
2.1.2 Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengukur
laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya adalah (Manurung, 2004:45)
sebagai berikut:
a. Indeks Harga Konsumen (Consumers Price Index)
Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat
harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu.
Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga barang dan jasa yang di
konsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang
dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa
yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Prinsip perhitungan
inflasi berdasarkan IHK adalah sebagai berikut:
Inflasi = ....................................................... (2.1)
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Indeks harga perdagangan besar atau yang lebih dikenal dengan indeks
harga produsen melihat inflasi dari sisi produsen dan lebih menitikberatkan pada
sejumlah barang di tingkat perdagangan besar. Ini berarti bahwa harga bahan
mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi masuk dalam perhitungan. Ukuran
yang di pakai dalam perhitungan IHP adalah penjualan. Prinsip perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Inflasi = ...................................................... (2.2)
c. Indeks Harga Implisit (GNP Deflator)
GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
perhitungan GNP. GNP deflator di peroleh dengan membagi GNP nominal (atas
dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan) dan dengan
demikian dapat diinterprestasikan sebagai bagian dari seluruh komponen GNP
(konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto).
GNP deflator = ............................................ (2.3)
3
Universitas Muhammadiyah Riau
2.1.3 Jenis Inflasi
Ada beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi. Pembagian
penggolongan tersebut adalah sebagai berikut (Boediono, 2001: 162) :
a. Inflasi berdasarkan sebabnya
Inflasi berdasarkan sebabnya dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1) Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Demand-Pull Inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan total
(aggregate demand), sedangkan produksi telah berada dalam keadaan kesempatan
kerja penuh atau hampir penuh (full employment). Jika full employment sudah
terjadi, kenaikan permintaan total hanya akan meningkatkan harga di pasar. Inflasi
jenis ini disebut sebagai inflasi murni. Apabila kenaikan permintaan ini
menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas atau melebihi GNP pada
kesempatan kerja penuh maka akan terjadi adanya inflationary gap. Inflationary
gap inilah yang akan menyebabkan inflasi.
Gambar 2.1 Kurva Inflation Gap
Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan menyebabkan
keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A –
B atau YFE – YI menunjukan besarnya inflationary gap.
Gambar 2.2 Kurva Demand Pull Inflation
4
Universitas Muhammadiyah Riau
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari
AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi
oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik
menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik
menjadi P3, sedangkan output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini di sebabkan
oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus
sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD4).
2) Cost Push Inflation
Cost push inflation yaitu inflasi yang terjadi disertai turunnya tingkat
produksi. Jadi inflasi jenis ini diikuti resesi dalam perekonomian. Keadaan ini
timbul dimulai dengan adanya penurunan penawaran total (aggregate supply)
sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi. Jika proses ini berlangsung terus
maka timbul cost push inflation.
Gambar 2.3 Kurva Cost Push Inflation
5
Universitas Muhammadiyah Riau
Bermula pada P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik
karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan
harga bahan baku untuk industri) akan menggeserkan kurva penawaran total dari
AS1 menjadi AS2. Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun
menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3,
harga naik dan produksi turun menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS
tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga ini (yang sering disertai dengan
turunnya produksi) disebut dengan cost push inflation.
b. Inflasi berdasarkan bobotnya
Inflasi apabila ditinjau dari bobotnya dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu :
1) Inflasi ringan (Creeping Inflation)
Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung
secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10%
pertahun.
2) Inflasi Sedang (Galloping Inflation)
Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada
diantara 10-30% pertahun atau lebih atau melebihi dua digit dan sangat
mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
3) Inflasi berat
6
Universitas Muhammadiyah Riau
Merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada pada 30-100%
pertahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh
total, kecuali yang dikuasai Negara.
4) Inflasi sangat berat (Hyper inflation)
Disebutkan hyper inflasi adalah inflasi dengan pertumbuhan ekonomi
100% pertahun.
c. Inflasi berdasarkan asalnya
Jenis inflasi berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut
(Boediono, 2001)
1). Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena adanya
devisit anggaran belanja yang dibiayai dengan mengeluarkan kebijakan
moneter menambah jumlah uang beredar berupa percetakan uang baru,
gagal panen dari bahan pokok, dan lain sebagainya.
2). Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)
Penularan inflasi dari luar negeri dapat mudah terjadi pada negara-negara
yang perekonomiannya terbuka, sehingga sangat dipengaruhi oleh
perekonomian global termasuk tingkat inflasi. Penularan inflasi ini dapat
terjadi melalui kenaikan harga-harga baik secara demand inflation maupun
cost inflation. Kenaikan harga barang-barang yang diimpor mengakibatkan
(1) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari
kebutuhan sehari-hari masyarakat berasal dari barang-barang impor, (2)
secara tidak langsung menaikkan indeks harga produsen karena beberapa
input produksi seperti bahan mentah atau mesin-mesin berasal dari barang-
barang impor, (3) secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di
dalam negeri karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan
penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yang di bebankan pada
produk impor yang permintaannya mengalami penurunan.
Menurut Thamrin (2012:60) penggolongan inflasi ada tiga penggolongan
yaitu:
7
Universitas Muhammadiyah Riau
a. penggolongan pertama inflasi didasarkan atas: parah tidaknya inflasi
tersebut yang terbagi atas inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan
hiper inflasi. Disini kita bedakan beberapa jenis inflasi:
1) Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
2) Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
3) Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
4) Hiper inflasi (diatas 100% setahun)
b. Penggolongan kedua inflasi didasarkan pada dari inflasi yang terbagi atas
demand pull inflation dan cost push inflation. Dari dasar ini dapat
dibedakan dua jenis inflasi, yaitu:
1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat
2) Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi, ini disebut cost
inflation
c. Penggolongan ketiga inflasi didasarkan pada asas dari inflasi yang
diadakan dengan domestic inflation dan imported inflation. Dasar ini dapat
dibedakan dua jenis inflasi, yaitu:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik Inflation)
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
2.1.4 Teori Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok mengenai teori inflasi, masing-
masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, dan masing-masing
bukan teori inflasi yang lengkap yang mencakup semua aspek penting dari proses
kenaikan harga ini. Berikut ini teori inflasi tersebut (Boediono, 2001)
a. Teori Kuantitas
Teori ini merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi namun sangat
berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern, terutama di negara-
negara berkembang. Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah
uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai harga-harga.
Inti dari teori ini adalah :
8
Universitas Muhammadiyah Riau
1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
tanpa adanya kenaikan jumlah uang beredar, kejadian seperti gagal
panen hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja.
2) Laju inflasi ditentukan oleh laju penambahan uang yang beredar dan
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di
pasar di masa mendatang.
b. Teori Keynes
Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini tidak lain adalah
proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat.
Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keamanan dimana
permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia sehingga menimbulkan apa yang di sebut dengan inflation gap
(celah inflasi), inflation gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan
efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga berlaku melebihi jumlah
maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga
akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia atau
dengan kata lain, teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena kelebihan
permintaan masyarakat (demand pull inflation) (Sukirno, 2000)
Proses inflasi akan berlangsung terus selama permintaan efektif lebih besar
dari jumlah output yag akan di hasilkan. Inflasi akan berhenti bila permintaan
efektif tidak melebihi jumlah output yang tersedia pada harga-harga yang berlaku.
Cara yang direkomendasikan oleh penganut teori ini untuk mengatasi inflasi
adalah dengan meningkatkan jumlah output yang di hasilkan oleh masyarakat
tersebut untuk mengantisipasi kelebihan permintaan yang terjadi (Boediono,
2001)
c. Teori Strukturalis
Teori strukturalis ini adalah teori inflasi yang didasarkan pada pengalaman
di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran
dalam struktur perekonomian negara-negara yang sedang berkembang. Inflasi
9
Universitas Muhammadiyah Riau
juga sering dikaitkan dengan faktor-faktor struktur dari perekonomian, maka teori
ini di sebut juga dengan teori inflasi jangka panjang (Sukirno, 2000).
Menurut teori ini, ada dua ketegaran utama dalam perekonomian negara-
negara yang sedang berkembang yang dapat menyebabkan inflasi yaitu
(Boediono, 2001) :
1) Ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor yaitu nilai
ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor-sektor lainnya.
2) Ketegaran yang berkaitan dengan ketidakelastisan dari supply atau
produksi bahan makanan di dalam negeri.
Dalam teori strukturalis ini, ada tiga hal yang perlu dicatat yaitu :
a) Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara-negara
yang sedang berkembang.
b) Jumlah uang beredar bertambah dan secara pasif mengikuti dan
menampung kenaikan-kenaikan harga tersebut. Proses inflasi tersebut
dapat terus terjadi bila jumlah uang beredar terus bertambah. Tanpa
kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya.
c) Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai penyebab
yang paling dasar dari proses inflasi. Sering dijumpai bahwa ketegaran-
ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan harga/ moneter
pemerintah sendiri.
2.1.5 Efek Inflasi
Efek inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor
produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut
dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan
pendapatan nasional masing-masing disebut efficiency effect dan output effect
(Nopirin, 2000).
a. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang dirugikan
adalah masyarakat yang mendapatkan pendapatan tetap, orang yang menumpuk
kekayaan dalam bentuk uang kas, demikian juga pihak yang memberikan
10
Universitas Muhammadiyah Riau
pinjaman dengan bunga yang lebih rendah dari laju inflasi. Sedangkan pihak yang
mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan presentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau
mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan
presentase lebih besar dari laju inflasi atau mereka yang kekayaan bukan uang
dimana nilainya naik dengan presentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan
demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian
pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan pajak bagi
seseorang dan merupakan subsidi bagi orang lain.
b. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.Perubahan
ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang
kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa
barang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan akan barang tertentu
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong
kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya
akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. Memang tidak ada
jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada
inflasi. Namun kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap output (Output Effect)
Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi, alasannya dalam
keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah
sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong
kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper inflation) dapat
mengakibatkan sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan ini inflasi
yang tinggi, nilai uang riil akan turun secara drastis, dimana masyarakat
cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi akan mengarah ke sistem barter,
yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan ouput.
Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan
penurunan output.
11
Universitas Muhammadiyah Riau
Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, apabila produksi barang ikut naik
maka kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat menghambat laju inflasi. Tetapi,
apabila ekonomi mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) intensitas
efek inflasi semakin besar. Inflasi dalam keadaan kesempatan kerja penuh ini
sering di sebut dengan inflasi murni (pure inflation).
2.2 Harga Minyak Dunia
2.2.1 Pengertian Harga Minyak Dunia
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang
ataubarang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi
seseorang atau kelompok padawaktu tertentu dan tempat tertentu.Minyak mentah
(crude oil) merupakan komoditas dan sumber energi yang sangat dibutuhkanbagi
pertumbuhan suatu negara. Minyak mentah dapat diolah menjadi sumber energi,
sepertiLiquified Petroleum Gas(LPG), bensin, solar, minyak pelumas, minyak
bakar dan lain-lain.
Menurut Nizar (2012) dalam Mokhamad (2016) Fluktuasi harga minyak
dunia akan berdampak pada saldo riil (Real Balance Effect) yaitu kenaikan harga
minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang. Menurut Ghalayini (2011)
ketika harga minyak mengalami kenaikan maka konsumen akanmengurangi
konsumsinya terhadap pemakaianminyak. Akibatnya, harga barang dan
jasamengalami kenaikan sehingga konsumen mengurangi konsumsinya. Menurut
Qianqian (2010) dalam Christina (2012) naiknya harga minyak dunia
menyebabkan naiknya harga minyak Impor. Kenaikan minyak impor
menyebabkan investasi menurun, akibat dari expected returnyang turun. Di sisi
lain ekspor akan menurun akibat dari daya saing ekspor yang menurun serta
melambatnya ekonomi dunia sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Harga dapat didefinisikan sebagai suatu penetapan nilai pertukaran yang
ditetapkan oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk. Harga
minyak dunia adalah harga yang terbentuk karena permintaan dan
penawarankomoditas minyak dunia. Minyak mentah dunia diukur dari harga spot
pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standart adalah West
Texas Intermediate(WTI) atau Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di
WTI adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak tersebut berjenis
12
Universitas Muhammadiyah Riau
light-weightdan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat
cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga minyak ini dijadikan
patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di WTI pada
umumnya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak OPEC dan
lebih tinggi satu hingga dua dolar dibanding harga minyak Brent.
Kebutuhan energi suatu negara erat kaitannya dengan jumlah penduduk
dan tingkat perkembangan terutama perkembangan industri. Kebutuhan energi
dunia saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil terutama minyak
bumi, hal ini menyebabkan harga minyak dunia menjadi sangat penting dalam
sektor perdagangan,mengingat penyebaran cadangan minyak yang tidak merata di
dunia. Cadangan minyak dunia hanya dimiliki oleh beberapa negara seperti Saudi
Arabia, Irak, Iran dan beberapa negara lain. Diantara persediaan tersebut lebih
dari 25% dimiliki oleh Saudi Arabia. Banyak negara yang masih bergantung pada
negara lain dalam pemenuhan suplai minyak tersebut. Oleh karena itu, sangat
mungkin bagi negara penghasil minyak dunia untuk mendominasi harga minyak
di pasar. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk menentukan harga minyak
di pasar dunia agar kebijakan yang diambil menguntungkan semua pihak.
Harga minyak dunia merupakan sejumlah nilai moneter yang ditetapkan
untuk mendapatkan 1 barel minyak dalam dollar Amerika Serikat. Terdapat tiga
jenis minyak yang paling sering diperdagangkan di dunia, yaitu: Minyak West
Texas Intermediate (WTI) untuk daerah Amerika, Minyak Brent untuk daerah
Eropa, dan Minyak Dubai untuk kawasan Timur Tengah. Penentuan harga minyak
Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada perekonomian negara, baik
itu negara pengekspor minyak maupun negara pengimpor minyak. Ketika harga
minyak dunia naik, maka sektor produksi dalam negeri, terutama untuk industri-
industri yang terkait dengan bahan bakar minyak akan menurunkan output
produksi. Hal tersebut dikarenakan harga minyak yang tinggi akan berakibat pada
meningkatnya biaya produksi sehingga perusahan melakukan penyesuaian
produksi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap output secara riil dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Menurut laporan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia kenaikan harga
minyak dunia dapat memberikan tambahan penerimaan bagi pemerintah (windfall
13
Universitas Muhammadiyah Riau
profit). Namun pada saat bersamaan akan menyebabkan membengkaknya beban
subsidi pemerintah. Lebih jauh lagi, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
akan menaikan biaya produksi yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat harga
domestik.
2.2.2 Dampak Guncangan Harga Minyak Dunia
Menurut Afdi Nizar (2012)sedikitnya ada 6 (enam) saluranyang dapat
mentransmisikan dampakguncangan harga minyak (oil price shocks) terhadap
aktivitas ekonomiyaitu:
a. Efek sisi penawaran (supply side shock effect)
Kenaikan hargaminyak menyebabkan penurunan output karena kenaikan
harga memberikan pertanda kurangnya ketersediaan input dasar untuk
produksi. Akibatnya laju pertumbuhan dan produktivitas menurun.
b. Efek transfer kekayaan(wealth transfer effect)
Efek ini terkait dengan pergeseran daya beli (purchasing power) dari
negara importer minyak ke negara eksportir minyak. Pergeseran daya beli
menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap minyak di
negara pengimpor dan bertambahnya permintaan konsumen di negara
pengekspor. Lebih lanjutnyapermintaan konsumen akan minyak berkurang
dan persediaan tabungan dunia meningkat. Peningkatan pasokan tabungan
mengakibatkan melemahnya suku bunga riil. Penurunan suku bunga dunia
akan menstimulasi investasi, sebagai penyeimbang turunnya konsumsi,
sehingga permintaan agregat tidak berubah di negara pengimpor.
c. Efek saldo riil (real balance effect)
Kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang.
Apabila otoritas moneter gagal meningkatkan jumlah uang yang
beredarmaka saldo riil akan turun, suku bunga akan naik dan laju
pertumbuhan ekonomi melambat.
d. Efek Inflasi(inflation effect)
Kenaikan harga minyak dapat mengakibatkan meningkatnya Inflasi. Harga
minyak mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti oleh naiknya harga
produk-produk minyak, seperti bensin, dan lainnya. Selain itu, akan ada
banyak perusahaan mengalihkan peningkatan biaya produksi dalam bentuk
14
Universitas Muhammadiyah Riau
harga konsumen yang lebih tinggi untuk barang-barang atau jasa non-
energi, sementara pekerja akan merespon dengan menuntut kenaikan
upah/gaji.
e. Efek konsumsi, investasi, dan Harga Saham
Kenaikan harga minyak memberikan efek negatif terhadap konsumsi,
investasi, dan Harga Saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan
dengan pendapatan disposibel yang berkurang karena kenaikan harga
minyak, sedangkan investasi dipengaruhi olehpeningkatan biaya
perusahaan.Pendapatan disposibel adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya
menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
f. Efek penyesuaian sektoral
Guncangan harga minyak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja melalui
perubahan biaya produksi relatif industri.Lebih lanjutnya, perubahan ini
pada gilirannya menghasilkan realokasi modal dan tenaga kerja antar
sektor yang bisa mempengaruhi pengangguran dalan jangka panjang.
Dengankata lain, semakin tinggi penyebaran dari guncangan sektoral,
tingkat pengangguran semakin tinggi karena jumlah realokasi tenaga kerja
bertambah.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia selalu berfluktuasi menyesuaikan kondisi permintaan
dan penawaran terhadap minyak dunia. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang berpeluang menyebabkan harga minyak dunia turun
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produksi minyak dunia oleh negara produsen minyak yang
tergabung dalam OPEC.
b. Persediaan cadangan minyak dunia yang berlimpah.
c. Meningkatnya investasi di sisi eksplorasi dan produksi.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan harga minyak dunia naik adalah
sebagai berikut:
a. Peningkatan konsumsi minyak dunia dari negara yang sedang berkembang
seperti: China dan India.
15
Universitas Muhammadiyah Riau
b. Permasalahan kilang minyak sehingga tidak dapat beroperasi dapat
menurunkan persediaan minyak dunia yang akan mendorongnya naiknya
harga minyak dunia.
c. Faktor Geopolitik negara-negara produsen seperti: konflik negara Turki
dengan pemberontak Kurdi, intervensi negara AS terhadap kasus nuklir
Iran, konflik antar suku di Nigeria dan lain sebagainya. Kekhawatiran
bencana alam di negara produsen dapat mengganggu distribusi pasokan
minyak dunia ke negara konsumen.
2.3 Suku Bunga
2.3.1 Pengertian Suku Bunga SBI
Salah satu alat kebijakan yang digunakan bank indonesia untuk
mengendalikan inflasi adalah bunga. Suku bunga adalah biaya yang harus di bayar
oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi
pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu
terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya
dalam bentuk tabungan (Nopirin, 2000). Suku bunga juga merupakan sebuah
harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga
lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran.
Menurut Kasmir (2008: 131) suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa
yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Tingkat
suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai
sewa atas penggunaan uang jangka waktu tertentu. Harga atas penggunaan uang
biasanya dinyatakan dalam persen (%) dalam jangka waktu tertentu misalnya 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan. Harga penggunaan uang per unit waktu disebut
“tingkat bunga”.
Naik turunnya tingkat bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
uang. Tingkat suku bunga cenderung naik bila permintaan pinjaman atau debitur
lebih besar dari pada jumlah uang atau dana yang ditawarkan kreditur (biasanya
bank akan atau lembaga keuangan bukan bank). Sebaliknya tingkat suku bunga
cenderung menurun bila permintaan debitur lebih kecil dari pada jumlah uang atau
dana yang ditawarkan kreditur.
16
Universitas Muhammadiyah Riau
Tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua macam, yaitu tingkat bunga
nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang
akan dibayar kembali kepada pemegangnya pada masa yang akan datang,
sedangkan suku bunga riil adalah perbedaan tingkat bunga nominal dan inflasi
atau konsep yang mengukur tingkat bunga sesungguhnya setelah suku bunga
nominal dikurangi dengan laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama
(Mankiw, 2006).
Salah satu rujukan dalam penentuan suku bunga bagi bank-bank umum
adalah bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sertifikat Bank Indonesia
merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral. Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dilakukan atas unjuk nama dengan
nominal tertentu dan penerbitan terhadap operasi pasar terbuka dalam masalah
penanggulangan jumlah uang beredar dan tekanan inflasi (Ulfa dan Aliasuddin,
2010).
Sertifikat Bank Indonesia pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dan
hanya diperdagangkan antara bank. Namun ini tidak berlangsung lama, karena
pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk memperkenankan bank-bank
untuk mengeluarkan Sertifikat Deposito pada tahun 1971. Selanjutnya Sertifikat
Bnak Indonesia diterbitkan kembali seiring dengan dikeluarkannya kebijakan
deregulasi perbankan pada tanggal 1 juni 1983, dan baru aktif kembali sebagai
salah satu instrumen operasi pasar terbuka ada 1 Februari 1984 (Kasmir, 2002).
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan uang berjangka waktu pendek (1-3 bulan)
dengan sistem diskonto/ bunga. Sertifikat Bank indonesia merupakan salah satu
mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan
uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan
SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal juli
2005, Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI
untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang
digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan (Bank
Indonesia, 2005).
17
Universitas Muhammadiyah Riau
2.3.2 Teori Suku Bunga
Beberapa teori yang menjelaskan tingkat suku bunga, dalam hal ini penulis
mengambil dua teori yang lazim pernah digunakan oleh beberapa pembahas
lainnya yang berkenan dengan tingkat bunga, yaitu teori Klasik dan teori Keynes.
a. Teori Klasik
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga
dimana pergerakan tingkat perekonomian dalam mempengaruhi tabungan (saving)
yang terjadi. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat
untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi
tingkat bunga menurut klasik adalah jasa yang diterima seseorang karena
menabung. Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga, dimana semakin
tinggi tingkat suku bunga semakin kecil keinginan masyarakat untuk melakukan
investasi. Artinya jika pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga
yang harus dibayarkan untuk dan investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk
penggunaan dana dan sebaliknya jika terjadi, tingkat bunga makin rendah maka
investasi akan meningkat. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai
apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk
melakukan investasi (Nopirin, 2000).
b. Teori Keynes
Menurut teori keynes, tingkat suku bunga merupakan fenomena moneter.
Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang
(ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
(GNP), sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat suku
bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk melakukan investasi dan
demikian mempengaruhi GNP harga barang. Keynes mengasumsikan bahwa
perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih
dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan
produk nasional. Dalam jangka panjang peningkatan produk nasional
akanmenyebabkan peningkatan permintaan agregat. Apabila permintaan akan
18
Universitas Muhammadiyah Riau
barang semakin meningkat, maka tingkat harga barang akan ikut meningkat.
Kenaikan harga secara umum dan terus-menerus akan menyebabkan inflasi.
Dalam teori ini ada tiga motif kenapa orang menabung. Motif itu meliputi
(Sukirno, 2006) :
1. Permintaan uang untuk transaksi
Memegang uang untuk transaksi merupakan tujuan memegang uang yang
paling penting.
2. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Selain untuk membiayai transaksi, uang diminta pula oleh masyarakat
untuk menghadapi keadaan kesusahan atau masalah penting lain dimasa
depan, dimana uang yang disisihkan tersebut dinamakan permintaan uang
untuk berjaga-jaga.
3. Permintaan uang untuk spekulasi
Dalam ekonomi modern ini, dimana institusi keuangan sudah berkembang,
masyarakat menggunakan uangnya untuk spekulasi yaitu disimpan atau
digunakan untuk membeli surat berharga. Dalam menggunakan uang, suku
bunga yang diperoleh dari memiliki surat berharga tersebut sangat penting
dalam menentukan besarnya jumlah permintaan uang. Apabila suku bunga
tinggi, maka masyarakat akan menggunakan uangnya untuk membeli surat
berharga tersebut, akan tetapi bila suku bunga rendah dan tingkat
pengembalian modal rendah, maka mereka akan suka menyimpan uangnya
dari pada membeli surat berharga tersebut. Ketiga motif ini yang
merupakan sumber timbulnya “permintaan akan uang“ yang diberi nama
teori preferensi likuiditas.
19
Universitas Muhammadiyah Riau
Tingkat bunga (%) Jumlah uang
r
Liquidity preferen
0 Jumlah uang beredar dan permintaan uang
Gambar 2.5. Teori Keynes tentang tingkat bunga
Dalam teori preferensi likuiditas ini, faktor yang ditekankan adalah suku
bunga. Alasannya adalah suku bunga melambangkan biaya kesempatan dari
memegang uang. Dengan demikian, masyarakat akan lebih memilih untuk
memegang sejumlah kekayaan dalam bentuk uang tunai dari pada surat berharga.
Kenaikan suku bunga akan meningkatkan kerugian dari memegang uang
(Mankiw, 2006).
Menurut keynes dalam teorinya preferensi likuiditas ini, suku bunga
senantiasa bergerak menyesuaikan dirinya guna menyeimbangkan jumlah uang
yang beredar dan permintaan uang (Mankiw, 2006). Pendapat Keynes ini sangat
berbeda dengan pendapat aliran klasik, dimana tingkat bunga menurut aliran
klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang
akan datang. Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat
bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dan tingkat harga ini
diterangkan Keynes yang mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat
tentang adanya tingkat bunga normal (natural rate). Apabila tingkat bunga turun
dari tingkat bunga normal, sedangkan dalam masyarakat memegang obligasi
(surat berharga) pada satu suku bunga naik (harga obligasi mengalami
penurunan), maka pemegang obligasi tersebut akan mengalami kerugian. Guna
menghindari kerugian ini tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual surat
berharga (obligasi) yang dengan sendirinya akan mendapatkan uang kas, dan uang
kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik (Nopirin, 2000).
20
Universitas Muhammadiyah Riau
Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan
tingkat harga, Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang beredar
dimasyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh
pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat
suku bunga yang tinggi diharapkan kemudian alah berkurangnya jumlah uang
beredar sehingga permintaan aggregat pun akan berkurang dan kenaikan harga
bisa diatasi.
2.3.3 Jenis-Jenis Suku Bunga
Menurut Mahardjo Kuncoro dan Suhardjono (2002) jenis-jenis suku
bunga:
a. Suku bunga deposito, terdiri dari suku bunga yaitu suku bunga yang
tercantum pada papan pengumuman masing-masing bank atau dimedia
cetak dan suku negosiasi, suku negosiasi diberikan kepada nasabah-
nasabah besar dengan maksud agar dengan kelebihan suku bunga tersebut
mau menyimpan di bank yang bersangkutan.
b. Suku bunga tabungan, suku bunga yang di peruntukkan nasabah tabungan
sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di
bank.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Menurut Kasmir, (2010) faktor-faktorutama yang mempengaruhibesar
kecilnya penetapan suku bunga adalah:
a. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga
simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.
Namun apabila danayang ada simpanan banyaksementara pemohonan
simpanansedikit maka bunga simpanan akanturun.
b. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam
21
Universitas Muhammadiyah Riau
arti jika untukbunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak
membutuhkandana cepat sebaiknya bungasimpanan kita naikkan diatas
bunga pesaing, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga
pinjamankita harus berada dibawah bunga pesaing.
c. Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
d. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,
maka bunga relatif lebih rendah.
e. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dannasabah
biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta
loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga
dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa.
2.4 Jumlah Uang Beredar
2.4.1 Pengertian Uang Beredar
Mankiw (2003) mengatakan uang adalah persediaan aset yang dapat
segeradigunakan untuk melakuan transaksi. Jumlah uang beredar mempunyai
kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan
ekonomi di suatu negara. Seperti dikemukakan oleh kelompok monetaris, bahwa
jumlah uang beredar berperan penting dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi
yang berasal dari sector moneter (Arief, 1996).
Menurut Thamrin (2012) mengatakan uang bisa mengetahui segala sesuatu
yang berkaitan dengan uang, kita harus bisa memberikan pengertian atau definisi
dari uang itu. Uang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
22
Universitas Muhammadiyah Riau
sesuatu yang bisa diterima oleh umum sebagai alat pembayaran dan sebagai alat
tukar-menukar. Beberapa sarjana ekonomi mengemukakan definisi-definisi
tersebut telah memperkarya pengetahuan kita tentang uang.
Menurut Kasmir (2008) uang secara luas adalah suatu yang dapat diterima
secara umum sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alatuntuk melakukan
pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, bahwa uang merupakan alat yang
dapat digunakan dalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa dalam
suatu wilayah tertentu.
Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia didefinisikan sebagai
tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara
uang kartal dan uang giral. Ini berarti Indonesia menganut jumlah uang beredar
M1 (narrow money), dimana uang kuasi yang berupa deposito berjangka (time
deposits) dan tabungan atau simpanan berjangka (saving deposits) bukan
merupakan komponen jumlah uang beredar, melainkan hanya sebagai
likuiditasperbankan (Boediono, 1990).Dornbusch (1997) memberikan definisi
tentang jumlah uang beredar sebagai berikut : M1 : Merupakan
penjumlahanantara Demand Deposits (DD) dengan currencyyang dipegang
masyarakat (CU). M1 = DD + CU.M2 : M1 ditambah dengan simpanan dan
tabungan berjangka. M2= M1 + TD; M1 adalah pengertian jumlah uang beredar
dalam arti sempit (narrow money) sedangkan M2 adalah pengertian jumlah uang
beredar dalam arti luas (Broad Money).
Besar kecilnya jumlah uang beredar menurut Nasution (1998) ditentukan
oleh :
1. Kebijakan Bank Indonesia
2. Porsi kekayaan netto luar negeri Bank Indonesia
3. Perilaku masyarakat dalam menahan uang
Hasibuan (2005) mengatakan bahwadalam mengatur jumlah uang beredar
dapat dianalisis secara mendalam dari teori :
1. Hukum permintaan dan penawaran dari J.B. Say
Pada dasarnya harga barang ditentukan oleh rasio permintaan dengan
penawaran. Dan harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang beredar.
Jikajumlah uang beredar bertambah dua kali lipat, harga barang juga akan naik
23
Universitas Muhammadiyah Riau
dua kali lipat. Asumsinya uang hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga,
velocityuang tetap dan barang dan jasaa akan diperdagangkan jumlahnya tetap.
2. Teori Kuantitas
Tingkat harga di tentukan oleh tiga faktor, yaitu M= jumlah uang beredar,
V=rata-rata perputaran setiap unit uang, T=jumlah uang dan jasa yang
diperdagangkan. Jika MV semakin besar dan tidak diikuti dengan kenaikan barang
dan jasa dan harga akan naik dan menyebabkan nilai tukar uang akan turun atau
inflasi. Sebaliknya, jika MVmenurun, tetapi tidak diikuti oleh turunnyavolume
perdagangan, nilai tukar uang akansemakin besar, atau inflasi rendah, jadi
kecepatan beredarnya uang mempengaruhi laju inflasi.
3. Teori Permintaan Uang John Maynard Keynes.
Menurut Keynes ada tiga motif untuk memegang uang yaitu:
a. Motif Transaksi maksudkan bahwa seseorang tidak membelanjakan
pendapatannya sekaligus karena mengatur uang pada masa yang akan
datang. Jadi, penghasilannya dibelanjakan sebagian sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Motif Berjaga-Jaga ini dimaksudkan bahwa seseorang menyimpan
sebagian pendapatannya karena ingin menjaga hal-hal yang
kemungkinan akan terjadi dimasa datang.
c. Motif spekulasi dimaksudkan bahwa seorang menahan sebagian
uangnya karena berspekulasi atau mengharapkan bunga dimasa yang
akan datang meningkat.
Ketiga motif ini akan mempengaruhi kecepatan beredarnya setiap unit
uang tersebut. Semakin cepat peredaran setiap unit uang akan mempengaruhi nilai
tukar uang, yang akan mempengaruhi tingkat inflasi, hal ini akan mempengaruhi
kebijakan perbankan, khususnya bank Indonesia dalam mengatur stabilitas
moneter (Hasibuan, 2005).
Perangkat kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh bank sentral
(Insukindro, 1994) :
a. Kebijaksanaan operasi pasar terbuka. Kebijakan ini dilaksanakan oleh
bank sentral dengan cara menjualbelikan surat berharga. Dengan
menjual atau membeli surat berharga dan menentukan suku bunga bank
24
Universitas Muhammadiyah Riau
atau diskonto, bank sentral dapat mengendalikan jumlah uang beredar
sesuai dengan yang diinginkan.
b. Penentuan cadangan wajib minimum. Bila cadangan wajib meningkat
kelebihan cadangan yang dimiliki bank-bank umum menjadi berkurang
maka pada gilirannya akan menurunkan jumlah kredit yang dapat
diciptakan serta dapat mengurangi laju pertumbuhan jumlah uang
beredar.
c. Kebijakan kredit selektif. Kebijakan ini bukan mengawasi jumlah uang
beredar tetapi lebih diarahkan untuk mengawasi apakah kredit yang
diberikan oleh bank-bank umum sesuai dengan keinginan pemerintah,
atau tidak.
d. Bujukan moral. Kebijakan ini diambil oleh bank sentral dengan
mengadakan pertemuan saran-saran dan himbauan. Dengan
mengadakan pertemuan-pertemuan, bank sentral dapat menjelaskan
kebijakan-kebijakan yang sedang dan mungkin akan dijalankan oleh
pemerintah.
2.4.2 Konsep Uang Beredar
Mengenai jumlah uang beredarmemiliki beberapa konsep, dan konsep
jumlah uang beredarsebagai berikut (Rio, 2017):
a. Uang Inti (Base Money)
Uang inti merupakan uang yang dicetak oleh otoritas moneter atau bank
sentral yang terdiri dari uang kartal dan uang Reserve(R).
Mo = C + R
Dimana: Mo (base money), C (uang kartal), R (cadangan bank)
b. Jumlah Uang beredar dalam arti Sempit (M1) atau Narrow Money
Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) atau narrow moneyadalah
kewajiban sistem moneter terhadap terhadap sektor swasta domestik, yang
terdiri dari uang kartal dan uang giral.
M1 = C+ D
Dimana: M1 (narrow money), C (uang kartal), D (uang giral)
c. Jumlah Uang Beredar dalam Arli Luas (M2) Atau Broad Money
25
Universitas Muhammadiyah Riau
Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money adalah
kewajiban sistem moneter terhadap swasta domestik, yang terdiri dari M1
(C + D) dan uang kuasi.
M2 = M1 + T
Dimana: M2 (broad money), M1 (narrow money), T (uang kuasi)
d. Jumlah Uang Beredar dalam Arti Paling Luas (M3)
Jumlah uang beredar dalam arti paling luas (M3) merupakan penjumlahan
dari M2 dan deposito berjangka (time deposit) pada lembaga-lembaga
keuangan bukan bank, sepertiasuransi, pegadaian.
M3 = M2+ TDLKBB
Dimana: M3 (jumlah uang beredar dalam arti paling luas), M2 (broad
money), TDLKBB (time deposit pada lembaga keuangan bukan bank).
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar
Setiap minggu, bulan atau tahun jumlah uang beredar selalu mengalami
perubahan. Sebab-sebab yang mempengaruhi perubahan jumlah uang beredar
adalah aktiva luar negeri bersih. Tagihan bersih pada Pemerintah Pusat, tagihan
pada Badan atau Lembaga dan perusahaanpemerintah, Rekening khusus, Tagihan
pada Perusahaan dan Perseorangan, simpanan berjangka dan Tabungan dan faktor
lainnya bersih.
Menurut Sukirno (2010) menyatakan bahwa di dalam kehidupan
masyarakat, jumlah uang yang beredar ditentukan oleh kebijakan dari bank sentral
untuk menambah atau mengurangi jumlah uang melaluikebijakan moneter.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar adalah:
a. Kebijakan Bank Sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter (meliputi:
politik diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik kredit selektif)
dalam mencetak dan mengedarkan uang kartal.
b. Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan untuk menambah peredaran
uang dengan cara mencetak uang logam dan uang kertas yang nominalnya
kecil.
c. Bank umum dapat menciptakan uang giralmelalui pembelian saham dan surat
berharga.
d. Tingkat pendapatan masyarakat
26
Universitas Muhammadiyah Riau
e. Tingkat suku bunga bank
f. Selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera konsumen
terhadap suatu barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik,
sehingga akan mendorong jumlah uang yang beredar semakin banyak,
demikian sebaliknya)
g. Harga barang
h. Kebijakan kredit dari pemerintah
2.5Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan
mempelajari lebih dalam terhadap penelitan-penelitian terdahulu yang relevan
dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-
penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini :
Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
1.
Heru
Herlambang
(2012)
Pengaruh jumlah
uang beredar, suku
bunga, nilai tukar
terhadap tingkat
inflasi
Jumlah uang
beredar(X1),
suku
bunga(X2),
nilai
tukar(X3),
inflasi (Y)
analisa
regresi
linier
berganda
Jumlahuang beredar tidak
berpengaruh signifikan
terhadap inflasi. SBI
memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap
inflasi, dan nilai tukar
tidak berpengaruh
signifikan
2.
Adrian
Sutawijaya
dan
Zulfahmi
(2012)
Jurnal
Organisasi
dan
Manajemen
Vol. 8
Pengaruh faktor-
faktor ekonomi
terhadap inflasi di
indonesia
tingkat suku
bunga(X1),
investasi(X2),
uang
beredar(X3),
nilai
tukar(X4),
inflasi (Y)
Metode
OLS
(Ordinar
y Least
Square)
tingkat suku bunga,
jumlah uang beredar,
investasi, dan nilai tukar
secara simultan
mempengaruhi inflasi di
Indonesia.
27
Universitas Muhammadiyah Riau
3. Harjunata,
Y.T Kalalo,
dkk./Jurnal
Berkala
Ilmiah
Efisiensi
Vol. 16
No.1 2016
Analisis
factor-faktor
yang
mempengaruhi
inflasi di
Indonesiaperio
de 2000-2014
Inflasi (Y),
Jumlah Uang
Beredar (X1),
Harga
Minyak
Dunia (X2),
Nilai Tukar
(X3) dan BI
Rate (X4).
Regresi
linier
berganda
Hasil penelitian
menunjukkan JUB, Harga
minyak dunia dan nilai
tukar tidak berpengaruh
signifikan terhadap
inflasi. Sedangkan BI
Rate berpengaruh positif
dan signifikan
terhadapinflasi di
Indonesia.
No Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
4. Venny
Kurnia
Putri (2017)
JOM Fekon
Vol.4 No.1
Analisis Pengaruh
Jumlah Uang
beredar, Suku
Bunga Sertifikat
Bank Indonesia
dan suku Bunga
Kredit Investasi
Terhadap Inflasi di
Indonesia
Inflasi (Y),
Suku Bunga
SBI (X1),
Suku Bunga
Kredit
Investasi
(X2),
Pertumbuhan
Ekonomi
(X3)
Analisis
Regresi
Bergand
a
Berdasarkan Hasil
Regresi Jumlah Uang
Beredar, dengan nilai
probalitas 0.001 < 0,05
yang berarti jumlah uang
beredar berpengaruh
negative dan signifikan
terhadap inflasi di
Indonesia.
5.
Krisnaldy (2017)
pengaruh jumlah
uang beredar,
harga, kurs dan
Judul Penelitian
tingkat bunga
terhadap inflasi di
indonesia
pendekatan error
corection model
Inflasi(Y),
Jumlah Uang
Beredar(X1),
harga(X2),
Kurs(X3),
Tingkat
Bunga(X4)
Metode
error
corection
Model
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
variabel
pertumbuhanJumlah Uang
Beredar, pertumbuhan
Produk Domestik Bruto
dan Tingkat Bunga tidak
berpengaruh signifikan
terhadap perubahan
tingkat inflasi dalam
jangka pendek, hanya
variabel pertumbuhan
Kurs terhadap USD
yangberpengaruh
signifikan terhadap
perubahan tingkat Inflasi
dalam jangka pendek.
Sumber : Berbagai Jurnal, 2019
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan konsep untuk menjelaskan serta
menunjukkan keterkaitan antara Variabel yang akan di teliti, berdasarkan
28
Universitas Muhammadiyah Riau
permasalahan maupun antar variabel-variabel yang di teliti. Berdasarkan dari teori
yang di kemukakan pada bab sebelumnya. Berdasarkan latar belakang dan
tinjauan pustaka diatas maka dapat dibuat kerangka pemikiran untuk memudahkan
alur dalam penelitian mengenai masalah inflasi di indonesia.
Berdasarkan sasaran kebijakan moneter yang saat ini sedang dijalankan
oleh pihak otoritas moneter (Bank Indonesia), akan dilakukan analisis terhadap
pengaruh harga minyak dunia, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap
inflasi di Indonesia. Teori yang digunakan untuk membentuk model penelitian
didasarkan pada teori inflasi. Model yang dituliskan adalah model yang
selanjutnya dimodifikasi dan memfokuskan pada tiga variabel yang
mempengaruhi inflasi, yaitu harga minyak dunia, suku bunga, dan jumlah uang
beredar.
Dari berbagai Negara yang mengalami inflasi menunjukan bahwa
beberapa penyebab tetap inflasi adalah terlalu tingginyaharga minyak dunia, suku
bunga dan jumlah uang beredar. Menurut teori moneteris inflasi hanya terjadi
akibat gejolak moneter yang diakibatkan oleh harga minyak dunia, suku bunga
dan secara relatif jelas mempengaruhi jumlah uang beredar dan mengakibatkan
terjadinya inflasi, berdasarkan masalah inflasi yang terjadi maka peneliti mencoba
menganalisa permasalahan yang terjadi dengan menggunakan variabel-variabel
bebas seperti harga minyak dunia, suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap
inflasi di indonesia. Dengan menggunakan variabel-variabel bebas tersebut
diharapkan mampu mengurangi inflasi yang terjadi di indonesia.
Hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat akan di jelaskan dalam
diagram atau kerangka pemikiran. Hubungan variabel harga minyak dunia (X1),
suku bunga (X2) dan jumlah uang beredar (X3) hal ini tentunya akan
mengakibatkan terjadinya inflasi.Untuk melihat hubungan keseluruhan antar
variabel dapat dilihat dari kerangka pemikiran dibawah ini :
29
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
2.7 Hipotesis
Berdasarkan pokok permasalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian dan
kajian-kajian teori yang relevan, maka diajukan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
H1: Diduga terdapat pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Inflasi di
Indonesia
H2: Diduga terdapat pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi di Indonesia
H3: Diduga terdapat pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi di
Indonesia
H4: Diduga terdapat pengaruh Harga Minyak Dunia, Suku Bunga, Jumlah
Uang Beredar, terhadap Inflasi di Indonesia
Inflasi (Y)
Harga Minyak
Dunia (X1)
Suku Bunga (X2)
Jumlah Uang
beredar (X3)