bab ii tinjauan literatur dan kerangka teori
TRANSCRIPT
21
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Literatur
1. Komunikasi
Setiap sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.
Apapun bentuk kegiatannya manusia selalu melakukan suatu proses yang
berjalan secara berkesinambungan dan tidak tidak dapat dihindari yaitu proses
suatu proses komunikasi. Melakukan komunikasi manusia dapat memenuhi
kebutuhan fisik, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk lingkungan
sosialnya.
Menurut Ruslan (2005:14):
“Pengertian komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa latin
communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.
Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah
terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar menjadi satu pertukaran
pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan
komunikan (penerima pesan).”
Pada hakikatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur yaitu:
“Sumber, pesan, saluran, dan penerima, disamping masih dapat pula
pengaruh (effect) dan umpan balik (feed back). Komunikasi yang
dilakukan senantiasa menimbulkan efek yang positif atau efektivitas
komunikasi. Efek dalam komunikasi adalah yang terjadi pada diri
penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat dari pesan yang
diterima baik langsung maupun tidak langsung atau media massa, jika
perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikasi itu tersebut efektif.
(Widjaja,2000:89)
Sedangkan menurut Hoveland yang dikutip oleh Wiryanto dalam
bukunya pengantar ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai
21
22
“The process by which an induvidual (the commuinicator) transmits stimuli
(ussualy verbal symbol) to modify, the beahavior of other individu.”
(komunikasi adalah proses dimana individu/ komunikator menstransmisikan
stimuli untuk merubah perilaku individu yang lain. (Wiryanto,2004:6)
Setelah menelaah beberapa pengertian komunikasi yang diungkapkan
oleh para ahli di atas, maka terlihat bahwa komunikasi merupakan salah satu
kebutuhan mendasar manusia. Komunikasi juga merupakan kebutuhan
integral dan tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi yang dapat
diungkapkan melalui banyak cara, seperti bahasa lisan, simbol-simbol,
gerakan, maupun melalui gambar-gambar tertentu.
Intinya, proses komunikasi akan terjadi apabila tidak adanya
komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Oleh karena ituuntuk
mencapai proses komunikasi yang efektif perlu diperhatikan unsur dan
komponen-komponen penting yang sudah mutlak harus ada komponen
komunikasi tersebut terdiri dari:
a. Sumber, yaitu pihak yang berinisial atau yang mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi
b. Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi
c. Media atau saluran, yaitu sarana atau alat yang digunakan untuk
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima
d. Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber
e. Umpan balik, yaitu apa yang disampaikan penerima pesan kepada
sumber pesan
f. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima
pesan (Wiryanto,2004:16)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses
komuniksi adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.
23
Tujuan utamanya adalah agar komunikan mengerti pesan yang disampaikan
oleh komunikator.
Komunikator memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini disebabkan oleh karena komunikasi merupakan kebutuhan dasar dari
setiap individu. Menurut penulis, fungsi komunikasi pada dasarnya adalah
sebagai media penghubung artinya komunikasi media untuk saling
memberikan informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Secara langsung,
maksudnya adalah bahwa komunikasi disampaikan langsung kepada objek
yang dituju tanpa melalui perantara. Sedangkan yang tidak langsung proses
komunikasi tersebut dilakukan melalui media atau perantara.
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi dalam
untuk memenuhi fungsi pasar, sehingga periklanan harus bisa
mengkomunikasikan suatu produk kepada konsumen. Pengertian periklanan
sebagai komunikasi oleh Bayu Swastha dan Irawan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi
Iklan tersebut dapat memberikan informasi lebih banyak baik
mengenai barang, harga, maupun informasi lainnya yang tentu
sangat berguna bagi komsumennya.Tanpa adanya informasi
seperti itu orang akan segan atau tidak akan mengetahui suatu
produk barang
2. Membujuk dan mempengaruhi
Seringkali iklan tidak hanya bersifat memberitahukan saja, tapi
juga bersifat membujuk tertutama kepada pembeli-pembeli
potensial, dengan menyatakan suatu produk adalah lebih dari
produk yang lainnya. Dalam hal ini iklan yang bersifat membujuk
bisa berakibat positip maupun negatif bagi konsumennya.
3. Menciptakan kesan
Dengan sebuah iklan orang akan mempunyai kesan tertentu
tentang apa iklan yang diiklankan. Dalam hal ini pemasang iklan
senantiasa berusaha menciptakan iklan yang sebaik-baiknya.
4. Memuaskan keinginan (menimbulkan rasa niat beli)
Biasanya konsumen kadang-kadang ingin diberitahu terlebih
tentang produk yang akan dibelinya dan juga ingin dibujuk
dahulu sehingga dapat memuaskan keinginan dari konsumennya.
24
5. Sebagai alat komunikasi
Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi 2 arah
antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat
terpenuhi dalam cara yang efisien dan efektif. Dalam hal ini
komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan
pertukaran yang saling memuaskan. (Swatha dan Irawan,
2003:396)
Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah
suatu bentuk komunikasi yang menggunakan atau yang menyewa tempat pada
suatu media massa guna memberikan informasi kepada khalayak dan
memperkenalkan suatu barang atau jasa yang baru sehingga masyarakat
mengetahuinya.
a. Periklanan sebagai Komunikasi Pemasaran
Dalam ilmu komunikasi pemasaran, iklan merupakan investasi untuk
menjaga hubungan yang berkesinambungan antara perusahaan dengan
konsumennya, dapat diketahui bahwa pemasaran tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan perikanan. Strategi pemasaran banyak berakitan dengan komunikasi.
“Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi
fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang
harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar
memberikan informasi kepada khalayak” (Jefkins,1997;15). Dengan demikian
komunikasi pemasaran memiliki peran yang sangat penting bagi bidang
periklanan.
Pemasaran tanpa beriklan bagaikan seseorang mempunyai produk
bagus, tetapi tak pernah ditawarkan kepada pembeli. Akibatnya
pembeli tidak pernah mengetahui ada barang semacam itu. Jadi
bagaimana konsumen akan tertarik, melihat, memilih, memakai atau
25
mengkonsumsi produk itu bila konsumen tidak pernah mengetahui apa
dan dimana produk dapat ditemukan. Oleh karena itu barang atau jasa
yang dihasilkan perlu dikomunikasikan kepada publik
(Widyatama,2005;25).
2. Komunikasi massa
Komunikasi mass merupakan suatu bentuk komunikasi yang berkaitan
dengan sejumlah besar orang. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan
massa, yang dimaksudkan dengan massa ini adalah penerimaan pesan
(komunikan) yang cakupannya sangat luas, yang terdiri dari berbagai macam
status sosial, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.
Menurut Karlinah (2000;13) “Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.”
a. Media periklanan
Media penyampaian pesan memegang peranan penting dalam proses
komunikasi. Tanpa adanya media pesan tidak akan sampai pada khalayak yang
dituju. Media begitu penting sebagai alat penyampaian pesan karena memiliki
komunikan yang heterogen. Serempak dalam menyampaikan pesan isi pesan
yang disampaikan sama persis satu dengan lainnya. Sebagai salah satu bentuk
komunikasi maka iklan memerlukan media massa untuk menyampaikan
pesannya ketujuan yang diinginkan.
Umumnya para praktisi periklanan membagi media iklan kedalam 2
(dua) bagian yaitu :
26
1. Media Lini Atas Atau Above The Line yakni kelompok media
promo yang memerlukan luar ruang, seperti media cetak
suratkabar, radio, televisi dan sebagainya.
2. Media Line Bawah atau Below The Line yakni kelompok media
promo yang tidak memerlukan media luar ruang, seperti barang-
barang cetak (brosur, flyer dan sebagainya). Selain media di atas
kita juga mengenal media luar ruang (outdoor) media ini bisa kita
jumpai dijalan-jalan dan tempat-tempat yang paling efektif,
contohnya : papan reklame.
b. Televisi Sebagai Media Periklanan
Periklanan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, karena
didalamnya berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk
mengkonfirmasikan kepada khalayak mengenai produknya dalam bentuk iklan
yang diarahkan secara efektif, sehingga dapat mempengaruhi khalayak dengan
menggunakan media massa untuk menyebarkan kepada khalayak luas.
Pengertian tersebut menerangkan bahwa dalam menyampaikan pesan
yang terkandung didalamnya iklan membutuhkan ruang dan waktu tersendiri
dari suatu media massa. Karena ruang dan waktu memang dipergunakan oleh
pengiklan untuk menyebarkan informasi atau pesan. Dan pengiklan bisa
mendapatkan ruang dan waktu tersebut dengan cara menyewa media yang
27
dibutuhkan. Penyebaran informasi melalui media massa itulah yang membuka
sifat iklan yang non personal atau tidak bertatap langsung.
Televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak dan
efektif untuk menyampaikan pesan atau informasi iklan. Media televisi berawal
dari media radio sebagai alat audio yang mentrasmisikan siarannya lewat
pemancar. Dan dari segi gambar yang terlihat diwujudkan menggunakan
prinsip kamera. Prinsip kamera yang digunakan adalah prinsip kamera film
yang memiliki proses pengambilan objek langsung secara elektronis dan
mekanis.
Siaran televisi sebagai media komunikasi massa merupakan media yang
mampu menjangkau khalayak sasarannya dengan sangat luas. Dengan
demikian, televisi merupakan media yang sangat efektif dalam menjangkau
khalayaknya. Selain itu dalam penyampaian informasinya akan lebih nyata.
Dengan sifatnya yang audio visual televisi mempunyai kemampuan
untuk memberikan informasi kepada khalayak dengan lebih jelas dan dapat
lebih dipahami serta dapat mengurangi ketidakpastian.
Idris (1999;22) menyatakan bahwa televisi adalah:
“Media audio visual menampilkan suara dan gambarnya sekaligus,
karena itu televisi merangsang indera penglihatan dan pendengaran.
Pemirsa tidak tidak perlu pandai membaca dan pandai menulis untuk
menikmatinya. Untuk menyampaikan kesan yang baik, televisi
dipercaya menjadi salah satu media yang paling efektif untuk
periklanan.”
28
3. Periklanan
Periklanan dan iklan telah menyentuh berbagai macam aspek dalam
kehidupan sehari-hari manusia. Dunia periklanan telah mengambil perannya
dalam memajukan kehidupan manusia baik itu dari sisi ekonomi, informasi,
pendidikan dan lain sebagainya. Iklan telah menjelma menjadi suatu hal yang
penting proses pembelajaran manusia.
Iklan adalah pesan komunikasi yang disebarluaskan kepada khalayak
untuk memberikan sesuatu atau menawarkan barang atau jasa dengan jalan
menyewa media massa. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa iklan
merupakan bagian dari komunikasi yang mana pesan yang terkandung
didalamnya memiliki muatan untuk menarik keuntungan.
Selain itu juga ada pendapat dari Wright dalam Khasali (2003:15),
mengemukakan bahwa “Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang
mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang
membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide
melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.
Pengertian yang diajukan oleh Wright dalam Khasali (2003:16) ini
diakui sendiri mengandung 2 (dua) makna, yaitu :
1. Iklan dipandang sebagai alat pemasaran
2. Iklan dalam pengertian proses komunikasi yang bersifat persuasif.
Namun demikian keduanya mengandung pengertian yang sama yaitu
kegiatan menjual produk atau jasa, ide atau gagasan kepada khalayak.
29
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditelaah bahwa iklan
umumnya digunakan untuk menginformasikan kepada khalayak akan produk
atau jasa yang ditawarkan yang disampaikan semenarik mungkin sehingga
khalayak timbul keinginan untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut.
Iklan yang digunakan harus bersifat persuasif, artinya iklan harus dapat
membujuk khalayak untuk memberikan respon sesuai dengan apa yang
diharapkan.
a. Tujuan Periklanan
Iklan dalam menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya
memiliki tujuan periklanan, tujuan periklanan menurut Jefkins (2003:17), adalah
“Mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak, dalam hal ini tentu adalah
sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk
membeli produk A bukan produk B”.
Selain itu, Jefkins (2003:17) juga menyatakan bahwa “Tujuan
periklanan tidak sama dengan tujuan pemasaran. Tujuan disini adalah yang
dihasilkan oleh komunikasi bukan oleh penjual. Ukurannya adalah pada berhasil
atau tidaknya pesan yang dikomunikansikan.” Dari definisi-definisi tersebut
maka terlihat jelas tujuan dari periklanan itu sendiri, periklanan tidak hanya
tentang memberikan informasi kepada khalayak.
b. Fungsi Periklanan
Adapun fungsi dari periklanan itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Informing
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merk-merk baru,
mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk, serta
memfasilitasi citra merk yang positif.
30
2. Persuading
Iklan yang positif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba
produk dan jasa yang diiklankan.
3. Reminding
Iklan yang positif akan merk perusahaan tetap segar dalam ingatan
para konsumen
4. Adding Value
brand awareness Terdapat 3 (tiga) cara mendasar dimana perusahaan
membeli nilai tambah lagi bagi penawaran-penawaran mereka yang
inovasi, penyempurnaan kualitas atau mengubah persepsi konsumen.
(Jefkins, 2003:24)
4. Ekuitas Merek
Suatu perusahaan harus memiliki merek yang kuat, merek yang kuat tersebut
tidak hanya terdapat pada produk yang dihasilkan, tetapi juga terdapat pada nama
perusahaan. ”Suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut memiliki brand equity
yang tinggi, yang didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai
denagn nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan.” (dalam Rangkuti 2004:222)
Ada beberapa pandangan mengenai ekuitas merek, ”nilai merek lebih kepada nilai
financial dari merek tersebut, sementara ekuitas merek sering mengacu pada aspek
deskriptif merek seperti lambang, citra maupun asosiasi konsumen.” (Susanto dan
Wijanarko, 2004:126).
Menurut Aaker (dalam Rangkuti 2004:39), “Ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan identitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang
atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.” Aeker (dalam Rangkuti, 2004: 39),
juga mengelompokkan ekuitas merek ke dalam empat kategori yaitu: ”Kesadaran
merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek.”
31
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
mengelola ekuitas merek saat ini meruapakan bagian yang sangat penting karena
merek merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi suatu perusahaan.
Kemajuan teknologi yang sangat cepat, membuat kualitas produk tidak lagi menjadi
atribut yang dapat dibanggakan karena setiap produsen pasti dapat denagn mudah
membuat yang berkualitas sangat tinggi dan satu-satunya atribut yang sulit ditiru
adalah merek yang kuat, dengan mengelola ekuitas merek dapat meningkatkan
atribut keunggulan dalam bersaing. Perusahaan atau produk yang memiliki merek
yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan
persepsi pelanggan. Selanjutnya menurut Hermawan (2004:14), ”Kalau Anda
berhasil membangun ekuitas merek, dan ternyata bisa dominan dalam note tertentu,
tak jadi soal kalau mau memperluas merek.” Hal ini menjelaskan bahwa kekuatan
merek dapat dijadikan salah satu ‟senjata‟ sebuah produsen untuk menguasai dan
memperluas pemasaran jenis produk tertentu.
Sesuai dengan uraian tentang pengelompokkan ekuitas merek dalam beberapa
kategori, maka peneliti hanya akan memfokuskan pembentukkan ekuitas merek pada
kategori loyalitas merek.
4.1. Loyalitas Merek
Menurut Rangkuti (2004: 132), ”Loyalitas merek adalah ukuran dari
kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.” Sementara itu pendapat lain
menyebutkan bahwa:
Loyalitas merek ialah sikap positif seorang konsumen tehadap suatu merek,
komsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ualng merek yang sama
pada saat sekarang maupun masa yang akan datang. Keinginan yang kuat
tersebut dibuktikan denagn selalu membeli merek yang sama.
(Sumarwan,2003:325).
32
Selain itu menurut Griffin (dalam Ratih,2005:129), mengemukakan bahwa
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan apabila telah memiliki
pelanggan yang loyal antara lain:
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik
pelanggan yang baru lebih mahal)
2. Dapat mengurangi mengurangi biaya transaksi
3. Dapat mngurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian
konsumen lebih sedikit)
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa
pasar perusahaan
5. Dapat mendorong word of mouth yang lebih positif, denagn asumsi
bahwa pelanggan yang loyal juga berarti bahwa mereka puas
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).
Berdasarkan penjelasan ayng telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
peneliti menyimpulkan bahwa, loyalitas merek dapat dikatakan sebagai tujuan utama
dari setiap perusahaan-perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan tersebut
telah memiliki pelanggan yang loyal terhadap mereknya tersebut, maka perusahaan
itu akan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang sangat besar bagi dirinya sendiri.
Suatu produk dapat ditempatkan atau diidentifikasikan sebagai produk untuk
golongan masyarakat tertentu, manfaat tertentu dan kelebihan tertentu. Tentunya
dengan bantuan iklan, salah satunya iklan televisi.
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian dasar teori dan odel digunakan sebagai
acuan penelitian. “Kerangka konsep teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran
atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan
peneletian yang akan dilakukan, yaitu teori-teori mengenai variebel-varibel yang
akan diteliti. (Mardalis,2001:41)
33
Dalam peneletian ini penulis menggunakan dua variabel yang saling
berhubungan, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat
(dependent).
Variabel adalah variabel yang menjadi sebuah sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Jadi variabel merupakan
variavel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Dari uraian tersebut, maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan
iklan, sedangkan variabel terikatnya adalah brand awareness. Untuk dapat
menjelaskan dan meramalkan gejala dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan teori
1. Teori Stimulus Organisme Respon
Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah teori Stimulus –
Organisme – Respon. Teori sebernya ini sebenarnya memiliki prinsip yang
sederhana, yaitu respon yang menunjukkan reaksi baik dari individu ketika
menerima stimulus dari media
Menurut Iswanto, (2002:107) Stimulus Organisme Respon adalah
“asosiasi atu koneksi antara suatu rangsangan tertentu (stimuli) dengan reaksi
tertentu (respon).
Seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan efek
antara pesan-pesan media massa dan reaksi audience, dapat juga dikatakan
efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli respon, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan.
34
Asumsi dasar yang melandasi studi Hovland adalah anggapan bahwa efek
suatu komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan tergantung pada
sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima. Seperti
yang digambarkan pada bagan dibawah ini :
Gambar 2.1 Bagan Teori S-O-R
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, maka terlihat mengandung
tiga elemen unsur, yaitu stimulus (S) merupakan pesan, organisme (O) adalah
pihak penerima pesan receiver, respons (R) adalah akibat atau pengaruh yang
terjadi yang dinyatakan dari perasaan menyukai atau tidaknya terhadap pesan
setelah melalui proses perhatian, pemahaman dan penerimaan yang dilakukan
receiver.
Teori S-O-R sendiri mengandung tiga elemen atau unsur, yaitu:
a. Stimuli (S), dalam penelitian ini stimuli adalah terpaan penyajian
tayangan iklan produk deterjen rinso cair di televisi. Yang mana
stimuli tersebut akan memberikan efek yang besar kepada
khalayak, Bergantung seberapa besar terpaan stimuli itu sendiri.
STIMULUS
REAKSI (PERUBAHAN SIKAP)
ORGANISME:
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
35
Hal ini berkaitan dengan frekuensi dan intensitas khalayak dalam
menerima pesan.
Frekuensi
Seberapa sering individu menerima rangsangan dari atribut
pesan atau informasi
Intensitas
Kedalaman individu dalam menerima rangsangan dan atribut
pesan atau informasi (durasi). (Liliweri, 2002:13)
Stimuli dalam penelitian ini berkaitan dengan tayangan iklan di
televisi. Dalam sebuah konsep kreatif iklan di televisi yang
menggunakan tehnik alur cerita ada beberapa penilaian, yaitu :
1. “Alur Cerita, jalan cerita jalan iklan tersebut
2. Setting, tempat atau lokasi yang digambarkan dalam suasana
iklan tersebut.
3. Tokoh, aktor yang terlibat dalam visualisasi cerita iklan
tersebut.
4. Isi Pesan, ide atau gagasan yang hendak disampaikan dalam
iklan tersebut.
5. Musik, lagu, Irama, atau Bunyi-bunyian yang terdapat dalam
iklan tersebut.
6. Kata Kunci atau Slogan (Magic Word), kata kunci ini berguna
agar khalayak dapat mengingat dengan kata-kata yang
mengkarakterkan iklan. (Thomas Rusell And W. Roland Lane
dalam Noor, 2001:268).
b. Komunikan (Organism, O), dalam hal ini adalah warga RW.07
Duren Tiga, Pancoran – Jakarta yang menerima informasi
mengenai spesifikasi dan keunggulan produk sehingga penonton
mengetahui produk tersebut.
36
c. Efek (Respon, R), yakni pembentukan loyalitas merek khalayak.
Teori Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R) menjelaskan
pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari
komunikasi. Besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa
pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi penyajian stimulus.
Stimuli atau pesan yang diterima oleh komunikan mungkin diterima
atau mungkin juga bisa ditolak. Komunikasi akan tetap berlangsung apabila
ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses
berikutnya dimana komunikan akan menjadi mengerti. Setelah komunikan
mengolahnya maka akan menjadi perhatian, pengertian dan penerimaan maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap atau disebut respon.
Loyalitas merek merupakan bentuk respon yang dapat diamati respon
secara tidak langsung berasal dari stimuliakan tetapi diantara oleh organisme
manusia. Khalayak khususnya warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta
yang menyaksikan iklan pelembut dan pewangi pakaian Molto versi
„Keluarga Kain‟ pada sebuah media televisi. Pesan iklan memberikan
rangsangan pada alat indera untuk membaca, kemudian iklan dipahami,
diterima dan mengaktifkan proses kesadaraan.
Oleh karenanya, dapat dilihat bahwa dalam keadaan internal
organisme dalam diri manusia dapat disimpulkan dari pengamatan atas
stimuli dan respon tersebut. Dengan kata lain organisme merupakan konsep
kotak hitam yang hanya dapat diamati melalui stimuli yang menghasilkan
respon. Stimuli dapat diartikan sebagai hal yang ditangkan oleh panca indera
kita, dapat berupa gelombang cahaya, gelombang suara objek sikap lainnya.
37
2. Teori Consumer Behaviour
Salah satu teori untuk menelaah bentuk sikap berupa berkembangnya
informasi dalam diri setiap individu atau meningkatnya pengetahuan dan
pemahaman setiap individu terhadap produk pelembut dan pewangi pakaian
Molto versi „Keluarga Kain‟ akibat perhatian pada penayangan iklannya pada
media televisi yang pada akhirnya dapat menimbulkan loyalitas merek terhadap
produk Molto, maka penulis menggunakan teori Consumer Behaviour
Menurut Sumarwan (2003:235), ”Teori consumer behaviour tidak
melandaskan pemikirannya pada determinan-determinan biologis melainkan
psikologis dan lingkungan. Menurut teori ini, bagaimana seseorang menafsirkan
atau berusaha mengerti apa yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa yang
terjadi disekitarnya akan menentukan perilakunya.”
Pikiran manusiawi (atau lebih penting, consumer mind) dan bagaimana
cara setiap individu mengolah informasi merupakan hal yang sangat menarik
untuk diteliti dan dikembangkan bagi pemasang iklan dan klien mereka.
Periklanan adalah komunikasi persuasif untuk mendesain atau menciptakan
tindakan atau perubahan sikap dari khalayak yang biasanya berakhir dengan
bentuk pembelian. Karena maksud tujuan periklanan sudah jelas, maka
keefektifian dari suatu proses periklankan diukur oleh pertambahan nilai
penjualan. Akan tetapi dalam dunia pemasaran pada saat ini, tujuan dari
memasarkan suatu produk biasanya lebih kompleks dan lebih diorientasikan
kepada pemenuhan kebutuhan konsumen daripada hanya meningkatkan nilai dari
penjualan.
38
Suatu perusahaan harus memiliki merek yang kuat, merek yang kuat
tersebut tidak hanya terdapat pada produk yang dihasilkan, tetapi juga terdapat
pada nama perusahaan. ”Suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut
memiliki brand equity yang tinggi, yang didukung oleh loyalitas konsumen
terhhada merek yang bersifat khusus serta sesuai denagn nilai-nilai yang terdapat
dalam diri pelanggan.” (Sumarwan, 2003:237)
Oleh karenanya setiap iklan harus di tata sedemikian rupa sehingga isinya
dapat membangkitkan dan menggunggah kesadaran khalayak bahwa suatu
produk yang diperlukan selama ini ternyata sudah tersediakan. Namun untuk
memperdalam perilaku khalayak berkaitan dengan loyalitas merek, maka perlu
diukur melaui dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan perilaku, yang melihat loyalitas merek berdasarkan keapda
pembelian merek. Pendekatan perilaku mempunyai indikator-indikator
sebagai berikut:
a. Perencanaan : Konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek
sebelum melakukan pembelian ulang
b. Pembelian ulang : Membeli merek yang sama pada saat sekarang
maupun masa datang.
c. Pemakaian : Menggunakan produk tersebut secara terus menerus
dengan tidak berganti-ganti merek.
2. Pendekatan sikap, yang menentukan loyalitas merek berdasarkan sikap
konsumen. Pendekatan sikap mempunyai indikator sebagai berikut:
a. Rasa suka terahdap merek : Sikap positif konsumen terhadap suatu
merek. Terdapat perasaan emosional dalam menyukai suatu merek.
b. Kepuasan : Sikap membeli suatu produk, ada perasaan kepuasan
terhadap sautu merek dan produk yang digunakan. Kepuasan akan
mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk
teerssbut.
c. Komitmen : Kedekatan emosional dan psikologis dari seorang
konsumen terhadap suatu produk. (Sumarwan, 2003:341).
39
C. Hipotesis
Hipotesis diartikan “Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pertanyaan dua
variabel atau lebih, perbandingan (komparasi) atau variabel mandiri (deskripsi).
(Rakhmat, 2003:91).
“Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan
hipotesis dapat dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu: Hipotesis Deskripsi
(pada satu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan),
komperatif dan hubungan.” (Rakhmat, 2003:93).
“Hipotesis Assosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.” (Rakhmat, 2003:95). Dari
uraian di atas hipotesis dalam peneliatian adalah :
1. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh positif dan signifikan dari terpaan tayangan iklan pelembut
dan pewangi pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan
loyalitas merek warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik akan menunjukkan dua kemungkinan, yaitu :
Ho (Rxy = 0)
Tidak adanya pengaruh terpaan tayangan iklan pelembut dan pewangi
pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan loyalitas merek
warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.
40
Ha (Rxy > 0)
Adanya pengaruh terpaan tayangan iklan pelembut dan pewangi pakaian
Molto versi „Keluarga Kain‟ terhadap pembentukan loyalitas merek warga
RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.
D. Kerangka Konsep
Secara umum yang dimaksud dengan konsep menurut Kerlinger adalah :
“Suatu abstraksi yang dibuat untuk menggambarkan suatu fenomena yang
dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap suatu yang khas”
(Rakhmad, 2003:6).
Kerangka konsep ini berguna untuk menggambarkan hubungan konsep
khusus yang berbeda-beda dari variabel penelitian yang akan diteliti. Kerangka
konsep ini juga mendukung atau menjelaskan latar belakang dan gambaran sikap
dari penelitian ini.
Yang dimaksud dengan variabel dalam penelitian ini adalah “Segala
sesuatu yang menjadi objek pengamatan atau penelitian termasuk didalamnya
faktor-faktor yang berpengaruh dan terpengaruh dalam peristiwa atau gejela yang
akan diteliti. (Suryabarata, 2005:79).
Dalam kerangka konsep ini penulis merujuk kepada teori yang telah
dipaparkan dalam kerangka teori sebagai penelitian yang dilakukan, agar tidak
terjadi penyimpangan dari yang telah ditetapkan, dalam langkah-langkah sebagai
berikut :
41
1. Variabel Bebas (Terpaan Iklan)
Variabel bebas adalah “Sebab yang dipandang sebagai sebab
kemunculan variabel yang terikat yang dipandang (diduga) sebagai
akibatnya. (Usman dan Akbar, 2001:33). Yang menjadi variabel bebas
(independen) dalam penelitian ini adalah terpaan iklan.
Terpaan iklan pelembut dan pewangi pakaian Molto versi
„Keluarga Kain‟ sebagai variabel bebas yang dioperasionalisasikan
sebagai berikut :
Frekuensi : Seberapa sering khalayak melihat tayangan
iklan tersebut ditelevisi.
Intensitas : Kedalaman khalayak untuk mendalami dan
memahami iklan tersebut.
Konsep Kreatif Iklan Atau Iklan Yang Ideal seperti : alur
cerita, setting, slogan, segi visual, segi audio, model dan isi
pesannya.
2. Variabel Terikat (Loyalitas Merek)
Variabel terikat adalah “Variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.” (Usman dan Akbar, 2001:33).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah loyalitas merek
warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, terhadap iklan deterjen
Rinso Cair versi “Kaos Kaki” akibat perhatian pada tayangan iklannya
ditelevisi.
42
Berikut ini merupakan penjabaran pembentukan loyalitas merek yang
terdiri dari dua bentuk pendekatan, diantaranya :
1 Pendekatan perilaku
a) Perencanaan : Konsumen telah menentukan pilihan produk dan
merek sebelum melakukan pembelian ulang
b) Pembelian ulang : Membeli merek yang sama pada saat
sekarang maupun masa datang.
c) Pemakaian : Menggunakan produk tersebut secara terus menerus
dengan tidak berganti-ganti merek.
2 Pendekatan sikap
a) Rasa suka terahdap merek : Sikap positif konsumen terhadap
suatu merek. Terdapat perasaan emosional dalam menyukai
suatu merek.
b) Kepuasan : Sikap membeli suatu produk, ada perasaan kepuasan
terhadap sautu merek dan produk yang digunakan. Kepuasan
akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang
produk teerssbut.
c) Komitmen : Kedekatan emosional dan psikologis dari seorang
konsumen terhadap suatu produk
43
3. Operasional Konsep
Mengacu pada komponen-komponen diatas maka operasional konsepnya
sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Terpaan Iklan Molto versi ‘Keluarga Kain’ Loyalitas Merek
Dimensi Indikator Dimensi Indikator
Frekuensi
Intensitas
Kreatif iklan
Alur cerita
Setting atau
lokasi
Tokoh (model)
Isi pesan
Kata kunci
(slogan)
Sering menonton televisi
Seberapa sering melihat
penayangan iklan di
televisi
Melihat iklan lebih dari dua
stasiun televisi
Melihat iklan dari awal
Mengetahui keseluruhan
penyajian iklan
Melihat iklan hingga akhr
di setiap episode
Sederhana
Menarik
Mudah dipahami
Teknik pengambilan gambar
Penataan pengambilan
gambar
Lokasi pengambilan gambar
Sesuai dengan image
Menarik
Sesuai dengan produk
Informatif
Singkat
Mudah dipahami
Mudah dipahami
Mudah diingat
Mendukung produk
Pendekatan
perilaku
a) Perencanaan : Konsumen
telah menentukan pilihan
produk dan merek
sebelum melakukan
pembelian ulan
b) Pembelian ulang :
Membeli merek yang
sama pada saat sekarang
maupun masa datang.
c) Pemakaian :
Menggunakan produk
tersebut secara terus
menerus dengan tidak
berganti-ganti merek
Pendekatan
sikap
a) Rasa suka terahdap
merek : Sikap positif
konsumen terhadap suatu
merek. Terdapat perasaan
emosional dalam
menyukai suatu merek.
b) Kepuasan : Sikap
membeli suatu produk,
ada perasaan kepuasan
terhadap sautu merek dan
produk yang digunakan.
Kepuasan akan
mendorong konsumen
membeli dan
mengkonsumsi ulang
produk teerssbut.
c) Komitmen : Kedekatan
emosional dan psikologis
dari seorang konsumen
terhadap suatu produk
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuantitatif.
“Penelitian sosial dengan pendekatan kuantitatif berkaitan dengan pengujian
hipotesis dan data yang dikuantitatifkan melalui penggunaan teknik-teknik
pengukuran yang objektif dan analisis statistik.” (Birowo, 2004:1). Secara garis
besar dapat diartikan kuantitatif itu sendiri adalah “sekumpulan atau serangkaian
data yang dinyatakan dalam angka-angka sebagai hasil observasi atau
pengumpulan.” (Dajan, 2006:15)
Format penelitian kuantitatifnya yaitu eksplanatif. “Format ini dimaksud
untuk menjelaskan suatu generalisasi sample terhadap populasinya atau
mejelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel
yang lain” (Bungin, 2009:38).
Penelitian ini mencoba menunjukkan sejauh mana pengaruh iklan
pelembut dan pewangi pakaian Molto versi „Keluarga Kain‟ di televisi terhadap
loyalitas merek di benak warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kalangan warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran
– Jakarta. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013
sampai dengan Desember 2013.
44
45
C. Populasi
“Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analisis) yang
hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden. Unit analisis
suatu penelitian dalam kajian komunikasi bisa berupa individu, kelompok
individu, teks media massa.” (Hamidi, 2007:126)
Populasi juga merupakan “keseluruhan objek atau subjek yang berada
pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian. Keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
akan diteliti.” (Martono, 2011:197)
Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini
melibatkan warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta. Berikut ini adalah
gambaran tentang karakteristik Demografis warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran
– Jakarta, yaitu:
1. Jumlah seluruh warga berdasarkan Kartu Keluarga : 678 orang
2. Jumlah seluruh data orang Dewasa : 551 orang
Sesuai dengan data yang didapat pada sekretariat Sekretariat RW.07
Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, Jumlah keseluruhan ibu-ibu RW.007 Duren
Tiga, Pancoran – Jakarta sebanyak 378 orang dan ibu-ibu berusia antara 25 s/d 55
tahun yang sesuai dengan target Market dari produk Molto sebagai populasi
demografi. Namun hasil pra penelitian dengan untuk mendata para warga yang
pernah menonton tayangan iklannya maka populasi dalam penelitian ini sebanyak
325 orang yang pernah menonton tayangan iklannya serta telah disesuaikan
dengan segmentasi produk Molto sebagai populasi penelitian.
46
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.” (Sugiyono, 2009:81). Berdasarkan rumus Taro Yamane
dengan selang kepercayaan 90% dan presisi 10% dengan populasi 325 orang,
maka jumlah sampel yang diambil adalah sebagai berikut:
N
n =
N(d)² + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Jumlah presisi atau derajat kepercayaan 10% (0,1)
Maka penghitungan populasinya lalu hasil dari sampelnya adalah :
325 325
= ______________ = _______________
325 ( 0.1 )² + 1 325 ( 0.01 ) + 1
325
= _______ = 76, 4
4,25
Dibulatkan menjadi 76, angka ini yang akan menjadi sampel. Sedangkan
teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling.
Dikatakan simple (sederhana) karena “Pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.” (Sugiyono, 2009:82)
47
E. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Angket (Questioner)
“Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.” (Winardi, 2001:77). Responden yang diberi
koesioner adalah ibu-ibu warga RW.07 Duren Tiga, Pancoran – Jakarta, dan
telah ditetapkan untuk dijadikan sampel pada penelitian ini. Untuk
memberikan kadar penilaian data jawaban responden dipergunakan skala
Likert. Menurut Sugiyono (2006:86), “Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan pendapat persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.”. Jawaban setiap item intsrumen yang
menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata untuk keperluan analisis
kuantitatif. Jawaban setiap item diberi skor (Sugiyono,2006:87):
1. Sangat Setuju / Selalu / Sangat Positif (skor 5)
2. Setuju / Sering / Positif (skor 4)
3. Ragu-ragu / Kadang-kadang / Negatif (skor 3)
4. Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah / Negatif (skor 2)
5. Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah / Sangat Negatif (skor 1)
Untuk memudahkan responden dalam mengisi kuesioner yang
diberikan, peneliti menggunakan skala Likert dengan kategori jawaban,
seperti “Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju. Sangat Tidak
Setuju”
48
b. Studi Kepustakaan
Rakhmat (2004:107), menyatakan bahwa: “Studi kepustakaan digunakan
untuk memberikan dasar teoritis bagi peneliti, tujuan tinjauan pustaka adalah
menghubungkan penelitian dengan konteks penelitian yang lebih luas.” Studi
kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat menunjang
penelitian dan penulisan. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan buku-buku
yang ada hubungannya denga komunikasi serta bahan-bahan lain untuk
memperoleh teori maupun data yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Diharapkan studi kepustakaan dapat melengkapi isi dari penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Subagyo (2001:106), “Pada dasarnya analisa data adalah
kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh kebenaran atau
ketidakbenaran dari suatu hipotesa.” Teknik analisis data menggunakan bantuan
program SPSS versi 19 (Statistical Package For Social Science) melalui tahap–
tahap sebagai berikut:
a. Editing :
Tahap ini untuk memeriksa membetulkan jawaban - jawaban terhadap
kuesioner oleh responden yang salah, tetapi tidak menyalahi obyektifitas
penelitian dan membuang jawaban-jawaban yang tidak bisa di pakai.
b. Coding :
Setelah data diedit lalu diberi tanda-tanda atau kode. Pengkodean berupa
pemberian simbol yaitu angka pada masing-masing jawaban yang diperoleh
dari responden, dengan maksud agar data tersebut mudah dibaca.
c. Tabulating atau Classifieng :
Data yang jelas dibaca kemudian diinput kedalam komputer lalu
ditabulasikan dalam bentuk tabel tunggal, dijelaskan secara rinci sesuai
jenis dan sifatnya.
d. Interpreting :
Kesimpulan dari keseluruhan hasil data yang telah dianalisa (Sarwono,
2006:21).
49
Berdasarkan uraian di atas maka dapat penulis jabarkan bahwa, pada tahap
editing peneliti akan memeriksa membetulkan jawaban responden pada lembar
kuesioner yang telah diisi, tetapi tidak menyalahi obyektifitas penelitian dan
membuang jawaban-jawaban yang tidak bisa di pakai. Hal ini di lakukan peneliti
untuk mengontrol jawaban responden, agar data yang dihasilkan dari kuesioner
dapat langsung di input ke dalam komputer dan dianalisa lebih lanjut.
Coding, artinya penulis memberikan kode pada setiap jawaban responden.
Pengkodean berupa pemberian simbol yaitu angka pada masing-masing jawaban
yang diperoleh dari responden, dengan maksud agar data tersebut mudah dibaca
dan dapat diaplikasikan pada program SPSS serta dapat dianalisa lebih lanjut.
Setelah melakukan editing pada jawaban responden pada lembar kuesioner
dan pemberian kode (coding) pada hasil jawabannya maka langkah selanjutnya
adalah melakukan tabulating atau classifieng dalam bentuk tabel tunggal yang
menjelaskan secara rinci keseluruhan hasil jawaban responden. Terakhir adalah
melakukan interpreting. Pada tahap ini peneliti menganalisa setiap tabel yang
dan memberikan kesimpulan dari hasil yang didapatkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik analisis data kuantitatif.
Menurut Sutrisno “tehnik analisis data kuantitatif merupakan tehnik analisa data
yang dapat diukur secara langsung atau dapat dihitung adalah data kuantitatif,
sedangkan data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung termasuk jenis
data kualitatif.” (Sudjana,2005:154)
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menganalisa data-data mengenai
penelitian asosiatif atau korelasi antara variabel-variabel maka menggunakan
50
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS
(Statistical Package For Social Science). Tehnik yang digunakan analisa
kuantitatif berdasarkan presentase menurut skor kumulatif. Sedangkan Rumus
yang digunakan untuk menganalisa data-data mengenai hubungan/korelasi antara
variabel-variabel memakai Korelasi Product Moment Pearson sebagai “Rencana
analisis yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan Hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan
sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.”
n . ( XY) - (X . Y)
r =
n X2 – (X)
2 n . Y
2 _ (Y)
2
Dimana ;
rxy : Koefisien korelasi
n : Jumlah subyek
X : Skor setiap item
Y : Skor total
(X)2
: Kuadrat jumlah skor item
X2 : Jumlah kuadrat skor item
Y2 : Jumlah kuadrat skor total
(Y)2
: Kuadrat jumlah skor total”
Teknik analisisnya juga menggunakan bantuan program SPSS (Statistical
Package For Social Science) untuk menguji hubungan antara variable bebas dan
variable terikat..
Sedangkan untuk memberikan penafsiran koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka berpedoman pada ketentuan yang tertera pada
table sebagai berikut :
51
Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2005 : 107)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
“0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat”
Sedangkan, untuk mengetahui pengaruh digunakan rumus regresi dengan
metode Koefisien Determinasi (KD), sebagai berikut :
Untuk mendapatkan nilai Ŷ maka penulis mencari nilai a dan nilai b
dapat menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package For Social
Science).
KD = R2 X 100 %