bab ii tinjauan pustaka 2.1 human erroreprints.umm.ac.id/51393/3/bab ii.pdf · 6 2. assembly error...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Human Error
Human error dapat didefinisikan merupakan suatu keputusan atau perilaku
manusia yang tidak tepat yang dapat mengakibatkan kurangnya efektivitas,
keselamatan, atau performa sistem (Ms, 1973). Hal ini menjelaskan bahwa akan
ada banyak dampak yang disebabkan oleh adanya human error terhadap sistem
kerja yang juga dapat menyebabkan kerugian perusahaan maupun pekerja itu
sendiri.
Kegagalan dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan yang spesifik (
melakukan tindakan yang tidak diizinkan) yang dapat menyebabkan gangguan
terhadap jadwal operasi atau keselamatan atau mengakibatkan kerusakan benda dan
peralatan merupakan human error (Dhillon, 2013). Perilaku yang tidak sesuai
terhadap ketentuan dalam proses melaksanakan berpotensi mempengarhi sistem
dan manusia.
2.1.1 Kategori Human Error
Dalam hal Pengklasifikasian Human error terdapat dalam beberapa kategori
(Dhillon, 2013) :
1. Operating Error / kesalahan pada proses operasi
Error yang timbul pada proses operasi ini berhubungan dengan batas waktu
operator dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penyebab error yang terjadi hampir
semua dikarenakan oleh batas waktu yang tidak bisa terpenuhi dalam proses
operasi. Kondisi yang menyebabkan terjadinya error pada proses operasi yaitu :
a. Kurang jelasnya prosedur
b. Pekerjaan dan kondisi yang terlampau kompleks
c. Tidak mencukupinya proses seleksi dan pelatihan terhadap operator
d. Kurangnya minat dan kecerobohan operator terhadap pekerjaan
e. Buruknya kondisi lingkungan kerja
f. Prosedur proses operasi yang dilihat belum benar
6
2. Assembly Error / kesalahan pada proses perakitan
Error dalam hal ini disebabkan oleh manusia dan terjadi pada proses perakitan
produk. Kurangnya keahlian yang dimiliki operator dapat menyebabkan adanya
error tersebut. Contoh dari eror yang terjadi pada proses perakitan adalah:
a. Kurang tepatnya pemasangan komponen
b. Hasil rakitan yang tidak sesuai standart dari perusahaan
c. Terbaiknya pemasangan kabel pada komponen
d. Perakitan komponen yang tidak tepat
Dalam penelitian Meister lainnya tahun 1976 dalam (Dhillon, 2013) terdapat
banyak faktor yang merupakan penyebab terjadinya error pada bagian produksi,
diantaranya adalah:
a. Kurang baiknya pencahayaan
b. Tingkat kebisingan yang terlampau tinggi
c. Buruknya rancangan fasilitas kerja
d. Buruknya komunikasi dan informasi serta temperatur berlebihan
e. Kurang memadai terhadap pegawasan dan pelatihan
f. Standard Operating Procedures (SOP) yang tidak baik
3. Design Error / kesalahan pada proses Perancangan
Penyebab error jenis ini terjadi akibat kurang sesuainya hasil rancangan kerja
terhadap sistem kerja. Hal ini adalah kegagalan dalam pengimplementasian
kebutuhan manusia terhadap rancangan, fungsi yang dirancang kurang tepat, dan
gagal dalam perhitungan efektifvitas interaksi manusia – mesin. Ada beberapa
faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya error pada operasi perancangan
yaitu salah dalam mengartikan solusi dengan teliti dalam perancangan dan
melakukan perancanagn dengan terburu – buru.
4. Inspection Error / kesalahan pada proses Inspeksi
Inspeksi merupakan kegiatan untuk menemukan adanya kecacatan atau
kesalahan. Namun error dapat terjadi dalam kegiatan inspeksi karena belum
100% akurat hasil kegiatan inspeksi yang dilakukan.
7
5. Installation Error / kesalahan pada proses Instalasi
Installation Error ini terjadi pada saat proses instalasi peralatan berlangsung
dan tergolong kedalam error jangka pendek. Kegagalan operator dalam
melakukan instalasi peralatan sesuai dengan instruksi yang ada merupakan
penyebab utama terjadinya error jenis ini.
6. Maintenance Error / kesalahan pada proses perawatan
Terjadinya error pada proses maintenance karena tidak tepatnya tindakan yang
dilakukan dalam proses perbaikan maupun perawatan yang dilakukan operator.
Beberapa contoh tindakan error pada proses maintenance yaitu tidak
melakukan kalibrasi peralatan, pelumasan pada bagian – bagian yang tidak
seharusnya dan sebagainya.
2.1.2 Human Error dan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja atau accident adalah suatu kondisi dimana kejadian tersebut
tidak dapat diantisipasi sehingga dapat menyebabkan terganggunya sistem atau
individual maupun terhadap penyelesaian misi dalam sistem atau pekerjaan
individual (Mesiter, 1987). Penyebab Kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2
secara sederhana yaitu kecelakaan kerja karena unsafe behavior dan kecelakaan
kerja karena unsafe condition. kecelakaan kerja erat kaitannya disebabkan oleh
human error yaitu unsafe behavior mengingat yang dikatakan oleh Sanders dan Mc
Cormick pada tahun 1993 mengenai human error yang diakibatkan oleh perilaku
yang tidak tepat oleh pekerja.
Human error memiliki porsi bisa dikatakan tinggi penyebab kecelakaan kerja.
Dimonic Cooper melakukan penelitian tahun 1999 memiliki pendapat bahwa 80 -
90% kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior. Selain itu
Nation Safety Council menyatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan karena 88%
unsafe behavior dan DuoPont Company menyatakan kecelakaan kerja yang
disebabkan karena unsafe behavior mencapai 96% dari keseluruhan kecelakaan
kerja yang terjadi (YUSUF, 2014).
8
2.2 Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM)
CREAM merupakan singkatan untuk Cognitive Reliability and Error Analysis
Method atau Keandalan Kognitif dan Metode Analisis Kesalahan. Ketika
pendekatan ini mulai dikembangkan, akronim menarik ditemukanlah karena
CREAM pada umumnya adalah sesuatu yang bagus. Meskipun "cream" saat ini
berarti "komponen lemak susu kekuningan dihomogenisasi yang cenderungnya
menumpuk di permukaan", kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu khrisma yaitu
berarti salap, yang digunakan sebagai penenang atau penyembuhan. Keadaan ini
memiliki Hubungan dengan Human Reliability Assessment (HRA) dimana sesuatu
yang diperlukan menjadi solusi yang berlaku secara umum. Cognitive Reliability
and Error Analysis Method (CREAM) dikembangkan dan dijelaskan secara luas
oleh Erik Hollnagel dalam (Hollnagel, 1998). Terdapat 2 fitur utama metode
CREAM yaitu menekankan pengaruh penting konteks pada kinerja manusia dan
mempunyai model kognitif yang bisa digunakan dalam analisis.
Keuntungan utama dari CREAM adalah menekankan pada interaksi antara
kognisi manusia dan situasi atau konteks yang kompleks dimana perilaku itu
terjadi. Kognisi manusia berfungsi untuk mengolah informasi yang berfokus pada
bagaimana memilih tindakan yang hendak dilakukan atau bagaimana urutan
tindakan dapat berkembang sebagai hasil dari interaksi antara kompetensi dan
konteks. Keuntungan kedua adalah model kognitif yang dapat dengan mudah
digunakan dalam mengukur probabilitas. Metodologi CREAM mengusulkan dua
langkah pendekatan untuk mengukur probabilitas kesalahan. Langkah pertama
adalah penyaringan awal tugas (basic method), diikuti dengan langkah kedua untuk
menganalisis probabilitas yang paling penting (extended method) (Hollnagel,
1998).
9
Tabel 2.1 Penelitian Metode CREAM sebelumnya
Penulis Penelitian Tujuan Penelitian Objek
Penelitian
Erik
Hollnagel.
(1999)
Analisis Keandalan Operator
nuclear
Memprediksi potensi
kesalahan karyawan
operator
Operator
nuclear power
plant
Kseniya
Schemeleva.
(2012)
Human Error Probabilities
Computation for manufacturing
system simulation using CREAM
kemungkinan human
error dalam simulasi lini
perakitan mobil
Operator
perakitan
mobil
Fabio de f.
(2013)
Modelling application for
CREAM
Mengusulkan aplikasi
pemodelan untuk
keandalan kognitif dan
model analisis kesalahan.
Operator
mesin bubut
Maulida,
Z.A. (2014)
Analisis Probabilitas Human
Error dengan pendekatan
Cognitive Reliability and Error
Analysis Method (CREAM)
Mengetahui performansi
keandalan manusia dan
mengidentifikasi
aktivitas yang paling
memerlukan perbaikan
Pekerjaan
Grinding dan
Welding di
PT. X
Uci Marlina
P. (2014)
Identifikasi Human Error
berdasarkan pendekatan CREAM
dan usulan perbaikan dengan
metode Poka-Yoke
Mengidentifikasi human
error pada operator
percetakan
Pekerjaan
percetakan
Khusnul
Eka S.
(2017)
Faktor Kecukupan Organisasi dan
Time Of Day pada Pekerjaan
Manual OAW Cutting dengan
menggunakan metode CREAM di
PT. Packaging Surabaya
Mengetahui performansi
keandalan manusia dan
mengidentifikasi
aktivitas yang paling
memerlukan perbaikan
Pekerjaan
manual OAW
cutting di PT.
Packaging
Surabaya
Farida S.
(2017)
Analisis Kecelakaan pada
Pekerjaan Loading Unloading
Overhead Crane Menggunakan
Metode MORT dan CREAM
Mengetahui performansi
keandalan manusia dan
mengidentifikasi
aktivitas yang paling
memerlukan perbaikan
pekerjaan
loading
unloading
overhead
crane
Novita R.
(2017)
Analisis Human Error dengan
pendekatan Cognitive Reliability
and Error Analysis Method
(CREAM) pada operator forklift
di PT. SMART Tbk.
Mengidentifikasi human
error pada opertor
forklift
Pengoperasian
forklift
2.2.1 Cognitive (Kognitif)
Istilah pertama “Kognitif” yaitu mudah dijelaskan. Hal tersebut menerangkan
bahwa setiap usaha untuk memahami kinerja manusia harus mencakup peran
kognisi manusia. Hal ini khususnya terjadi dalam bidang studi manusia di tempat
10
kerjanya. Umumnya penyebaran kebutuhan akan kognisi, tersebar dari psikolog,
insinyur dan praktisi dari semua jenis (Hollnagel, 1998).
Pada konteks CREAM, “kognitif” harus dilihat bersamaan dengan istilah
kedua yaitu “keandalan”. Syarat “kognitif” tidak dimaksudkan sebagai pembatasan
dalam artian bahwa tidak untuk mengkesampingkan faktor-faktor lain melainkan
sebagai pengingat untuk berfokus penuh pada kompleksitas pikiran manusia.
2.2.2 Reliability (Keandalan)
Huruf R pada istilah CREAM sebagai singkatan untuk “reliability”atau
“keandalan”. Keandalan merupakan probabilitas bahwa seseorang akan melakukan
tugas sesuai dengan persyaratan atau ketetuan tugas dalam jangka waktu tertentu,
untuk itu dikatakan bahwa orang tersebut tidak diperkenankan melakukan aktivitas
asing dimana dapat menurunkan sistem (Swain & Guttmann, 1983). Jika pekerja
melakukan aktivitas sesuai ketentuan tugas dengan adanya aktivitas asing maka hal
tersebut dapat berpotensi mengganggu.
Pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa dua huruf pertama dalam
istilah CREAM harus dilihat bersamaan sebagai “keandalan kognitif” dimana dapat
dikatakan lebih tepatnya yaitu keandalan kognisi manusia. Pentingnya konteks
HRA adalah bahwa kinerja manusia ditentukan oleh kognisi manusia (ditambah
teknologi dan organisasi) maka dari itu keandalan kognitif pekerja penting untuk
dijelaskan. Secara khusus, maka penting untuk menyediakan cara untuk
menemukan “keandalan kognitif” dengan menunjukkan (setidaknya) batas atas dan
batas bawah dari variabilitas kinerja manusia.
2.2.3 Error (Kesalahan)
E singkatan dari "kesalahan” atau lebih tepatnya yaitu melakukan tindakan
yang salah. Hal ini dimaksudkan bertujuan bahwa studi tentang “kesalahan” untuk
melengkapi studi keandalan. Sedangkan perhatian untuk keandalan sebagian besar
diarahkan untuk memprediksikan apa yang mungkin terjadi dalam situasi masa
depan, penelitian “kesalahan” adalah sesuatu yang telah terjadi untuk mengarahkan
11
pada menemukan penyebab atau penjelasan bagi sesuatu yang telah terjadi
(Hollnagel, 1998).
2.2.4 Analysis (Analisis)
A singkatan dari “analisis” tetapi juga bisa diartikan sebagai penilaian
terhadap sesuatu, analisis maupun penilaian tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Analisis dimaksudkan pemisahan atau dekomposisi keseluruhan (objek
studi) menjadi bagian – bagian yang lebih kecil untuk tujuan pemahaman mendalam
studi lebih lanjut. Disisi lain penilaian berarti menetapkan nilai numerik untuk
sesuatu, menunjukkan nilainya/indikasi numerik dari probabilitas suatu peristiwa.
Analisis demikian menekankan pada aspek kualitatif dari penelitian, sementara
penilaian menekankan pada kuantitatif (Hollnagel, 1998).
2.2.5 Method (Metode)
Huruf terakhir M berarti “Metode” Tujuannya adalah untuk
mengembangkan alat yang praktis dan berguna. Penekanann metode ini bukan
pengembangan teori baru atau model tindakan manusia, atau satu set konsep baru
untuk interaksi manusia-mesin atau kognisi. Motivasinya adalah untuk
mempraktikan HRA. Sederhananya, karena HRA diperlukan dan khususnya dalam
bentuk kuantitatif (Hollnagel, 1998).
2.2.6 Langkah – langkah Metode CREAM
Langkah – langkah metode Cognitive Reliability and Error Analysis Method
(CREAM) adalah sebagai berikut :
1. Membuat Urutan Proses
Langkah pertama penerapan metode CREAM mengidentifikasi kejadian atau
urutan skenario dalam proses. (Kirwan & Ainsworth, 1992) menemukan sejumlah
kompilasi teknik analisis tugas yang sudah teruji dan sebagian memberikan output
dengan menyesuaikan tugas yang diharapkan. (Annett & Duncan, 1967)
Mengembangkan salah satu metode yang umum diaplikasikan yaitu Hierarchical
12
Task Analysis (HTA) yang menjelaskan prosedur tugas utama dengan prinsip dapat
menganalisa lebih lanjut lebih rinci hingga tugas yang paling dasar.
Jenis tugas yang yang dianalisis menggunakan HTA sangat fleksibel.
Penggunaan HTA memiliki beberapa hal yang perlu dicermati sebagai salah satu
metode dengan diagram pohon yang menunjukkan hirarki dimana daftar pekerjaan
disusun menjadi lebih sistematis, yaitu :
I. Mendiskripsikan ulang proses
Pentingnya dilakukan pendiskripsian ulang tentang proses yang terjadi, agar
proses yang digambarkan dalam diagram HTA memiliki informasi sesuai dengan
pekerjaan kondisi nyata yang dilakukan. Dalam HTA penting untuk menghindari
pendeskripsian pekerjaan yang sangat kompleks, agar lebih memudahkan dalam
memahami hubungan tiap elemen pekerjaan sehingga diagram yang
menggambarkan aktivitas pekerjaan dapat disusun ke dalam beberapa diagram yang
dipisah. Ketentuan penyusunan HTA ke dalam diagram yang terpisah sebagai
berikut :
a. Perbedaan skenario pekerjaan
b. Penggunaan mesin ataupun peralatan yang sama namun jenis pekerjaan
berbeda.
c. Operator yang berbeda dengan pekerjaan yang sama
II. Aturan untuk berhenti (Stopping Rules)
Informasi yang diperoleh dapat digambarkan ke dalam diagram HTA yang
mendeskripsian ulang proses sesuai kondisi nyata pekerjaan itu dilakukan. Namun
menyesuaikan dengan topik yang akan dianalisis maka tidak semua pekerjaan harus
digambarkan dalam HTA dan dapat dibatasi. Dilakukannya pembatasan agar lebih
mendalamnya serta terarah pokok permasalahn yang ada . Ketentuan pembatasan
ini desebut dengan stopping rules.
13
III. Rencana (Plan)
Plan digunakan untuk menjelaskan setiap hubungan yang disusun dalam HTA.
Sebagai contoh, jika elemen 1.3 terdiri dari tiga sub elemen pekerjaan (1.3.1, 1.3.2,
1.3.3) maka plan 1.3 mendeskripsikan hubungan antara tiga sub-elemen tersebut.
Semua rencana yang dibuat harus memenuhi minimum satu dari beberapa jenis
hubungan dalam setiap pekerjaan yang masih dapat dibagi atas beberapa elemen
pekerjaan, yaitu :
a. Hubungan urutan proses secera linier sederhana
b. Beberapa syarat dan ketentuan dalam urutan linier. Elemen pekerjaan
selanjutnya dapat dikerjakan jika kondisi tertentu pada elemen pekerjaan
sebelumnya telah tercapai.
c. Operator bebas dalam memilih pekerjaan mana yang terebih dahulu akan
dilakukan.
d. Operator dapat memilih pekerjaan yang akan dilakukan selanjutnya.
e. Condition attainment looping, artinya dapat melanjutkan pekerjaan jika
suatu kondisi tertentu telah dipenuhi.
f. Continual looping, contoh hubungan ini seperti pekerjaan pemeriksaan serta
pengendalian pada saat tertentu dilakukan paralel dengan pekerjaan lainnya.
g. Concurrent task merupakan hubungan dimana menunjukkan bahwa
operator harus menunjukkan dua pekerjaan atau lebih harus dilakukan
operator dalam waktu yang bersamaan.
IV. Penyampaian Informasi HTA
HTA sangat membantu dalam menganalisis pekerjaan apabila pemahaman
yang sama dimiliki oleh analis dan pembaca terhadap diagram yang
ditampilkan. Maka darri itu, agar penggunaan HTA menjadi lebih efektif perlu
memperhatikan susunan sistematis dan konsisten (Sandom & Harvey, 2004).
14
O. WarmUp furnace
O.2 Start air blower
O.3 Start Oil Pump
O.4 Heat oil to 800o C
O.1 Prepare Plant and services
Plan O: Do in orderPlan O: Do in order
O.1.1 Ensure plant is ready
O.1.2 Ensure gas-oil is available
O.1.3 Ensure O2 analysis system is working
Plan O.1: Do in orderPlan O.1: Do in order
O.4.1 Increase temperature controller
as per chart
O.4.2 Monitor O2
O.4.3 Monitor temperature
O.4.4 Switch furnace to automatic
Plan O.4: Raise temperature to 800o C while monitoring O2 and T Plan O.4: Raise temperature to 800o C while monitoring O2 and T
Sumber : Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
Gambar 2.1 Contoh Hierarcial Task Analysis (HTA) Pemanasan Tungku
2. Menentukan Cognitive Demand Profile
Cognitive demand profile bertujuan untuk menunjukkan tuntutan spesifik
kognisi yang berkaitan dengan segmen tugas atau langkah tugas. Dengan demikian,
harus dianalisis lebih lanjut untuk menentukan apakah ada kemungkinan
melakukan dengan benar kondisi dimana fungsi – fungsi kognitif yang diperlukan.
Bagian pertama yaitu dengan menandai setiap langkah tugas kedalam aktivitas
kognitif yang terlibat sesuai dengan HTA yang telah dibentuk sebelumnya, dimana
menggunakan kategori critical cognitive activities dalam setiap langkah tugas
seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Daftar Crtical Cognitive Activities
Aktivitas
Kognitif Definisi Umum
Co-ordinate
Mengatur dan/atau mengendalikan keadaan (sistem organisasi) ke
hubungan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan langkah
tugas atau tugas. Mengalokasikan atau memilih sumber daya
dalam persiapan untuk tugas/pekerjaan, kalibrasi peralatan, dan
lain-lain.
Communicate Menyampaikan atau menerima informasi yang diperlukan untuk
operasi sistem baik secara lisan, elektronik ataupun arti mekanikal.
Komunikasi merupakan bagian penting dari manajemen.
15
Compare Memeriksa kualitas dua atau lebih entitas (pengukuran) dengan
tujuan menemukan persamaan atau perbedaan. Perbandingan
mungkin memerlukan perhitungan.
Diagnose Menentukan sifat atau penyebab sebuah kondisi melalui analisis
tentang tanda-tanda atau gejala atau oleh hasil pengujian.
“Diagnosis” lebih menyeluruh daripada “identifikasi”.
Evaluate Menaksir atau menilai situasi aktual atau hipotetis, berdasarkan
informasi yang tersedia tanpa memerlukan operasi khusus. Istilah
yang berkaitan adalah “inspect” dan “check”.
Execute Melakukan tindakan atau rencana yang ditetapkan sebelumnya.
Eksekusi terdiri dari tindakan seperti buka/tutup, mulai/hentikan,
isi/tuang, dan lain-lain.
Identify Menentukan identitas sebuah bagian atau sub-sistem (komponen).
Ini mungkin melibatkan operasi khusus untuk mengambil
informasi dan menyelidiki secara detail.
Maintain Memelihara atau mempertahankan keadaan operasional tertentu.
(Hal ini berbeda dari maintenance yang umumnya dilakukan saat
operasi berhenti.)
Monitor Menjaga proses atau kondisi sistem tetap dalam jalur dari waktu
ke waktu, atau mengikuti perkembangan set parameter tertentu.
Observe Memperhatikan atau membaca nilai pengukuran tertentu atau
indikasi sistem.
Plan Merumuskan atau mengatur serangkaian tindakan dimana tujuan
atau tindakan tersebut akan berhasil dicapai. Rencana ini bisa
bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Record
Menuliskan atau mencatat aktivitas sistem, pengukuran, dan lain-
lain.
Regulate Mengubah kecepatan atau arah kontrol (sistem) untuk mencapai
tujuan/tugas. Sesuaikan atau posisikan komponen atau subsistem
untuk mencapai ketepatan peletakan/operasi.
Scan Meninjau atau melihat kembali display atau sumber informasi
lainnya secara cepat untuk mendapatkan arti umum dari keadaan
sistem/sub-sistem.
Verify Mengkonfirmasi kebenaran dari kondisi sistem atau pengukuran,
baik melalui pemeriksaan ataupun pengujian. Ini juga termasuk
memeriksa umpan balik dari operasi sebelumnya. Sumber : Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
Kemudian profil kognitif aktual, berdasarkan pada tabel fungsi kognitif yang
terkait dengan masing – masing aktivitas kognitif yang ditunjukkan pada tabel 2.3
didasari dengan mengasumsikan bahwa terdapat 4 fungsi dasar kognitif yang harus
dilakukan dengan observasi, interpretasi, perencanaan dan eksekusi. Sebagai
16
contoh, aktifitas kognitif koordinasi melibatkan fungsi kognitif perencanaan serta
eksekusi: perencanaan digunakan untuk menentukan apa yang semestinya
dilakukan, dan eksekusi digunakan untuk melaksanakan hal tersebut. Demikian
pula aktivitas kognitif komunikasi, adalah eksekusi saja yaitu hanya melakukan
tindakan berkomunikasi.
Tabel 2.3 Matriks Cognitive Demand
Jenis
Aktivitas
Fungsi Kognitif
Observasi Interpretasi Perencanaan Eksekusi
Co-ordinate X X
Communicate X
Compare X
Diagnose X X
Evaluate X X
Execute X
Identify X
Maintain X X
Monitor X X
Observe X
Plan X
Record X X
Regulate X X
Scan X
Verify X X
Sumber : Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
3. Mengidentifikasi Kemungkinan Cognitive Function Failure (CFF)
Tujuan dari pengidentifikasian Cognitive Function Failure (CFF) atau
kegagalan fungsi kognitif yaitu untuk melihat jenis kegagala apa yang utama pada
tugas – tugas secara keseluruhan. Kegagalan fungsi kognitif untuk melaksanakan
langkah – langkah tugas dapat ditentukan dari Tabel 2.4. Penilaian berdasarkan
pada pendeskripsian skenario dan probabilitas kondisi kinerja yang dihasilkan
sesuai dengan metode CREAM.
Tabel 2.4 Generic Cognitive Function Failure (CFF)
Fungsi
Kognitif Potensi Kegagalan Fungsi Kognitif
Nilai Error
Mode
17
Error
Observasi
O1 Observasi terhadap objek yang salah. Tanggapan
diberikan kepada stimulus atau kegiatan yang salah. 0,001
O2
Salah mengidentifikasi, karena misalnya isyarat keliru
atau identifikasi parsial (identifikasi hanya pada bagian
tertentu/tidak lengkap).
0,07
O3 Observasi tidak dilakukan (misal kelalaian), tidak melihat
sinyal atau pengukuran. 0,07
Error
Interpretasi
I1 Diagnosis gagal, baik diagnosis yang salah ataupun
diagnosis tidak lengkap. 0,2
I2
Salah membuat keputusan, baik tidak membuat keputusan
ataupun membuat keputusan yang salah atau tidak
lengkap.
0,01
I3 Interpretasi tertunda, yaitu tidak dilakukan tepat waktu. 0,01
Error
Perencanaan
P1 Salah memprioritaskan, seperti dalam memilih tugas yang
salah. 0,01
P2 Perumusan rencana tidak memadai, dimana rencana tidak
lengkap atau salah pelaksanaan. 0,01
Error
Eksekusi
E1 Eksekusi yang dilakukan salah atau berbeda-beda,
berkaitan dengan kekuatan, jarak, kecepatan atau arah. 0,003
E2 Tindakan dilakukan pada waktu yang salah (tidak tepat),
baik terlalu cepat ataupun terlambat. 0,003
E3 Tindakan dilakukan pada objek yang salah (pada objek
yang mirip atau tidak berhubungan). 0,0005
E4 Tindakan dilakukan di luar urutan/tidak berurutan, seperti
pengulangan, melompat, dan bolak-balik. 0,003
E5
Tindakan terlupa, tidak dilakukan (misal kelalaian),
termasuk kelalaian tindakan terakhir dalam serangkaian
tugas.
0,03
Sumber : Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
4. Penilaian Common Performance Condition (CPC)
CPC memberikan dengan baik dasar yang komprehensif dan terstruktur
terhadap karakterisitik kondisi dimana kinerja yang diharapkan terjadi. Tiap
elemen CPC memiliki ketergantungan satu sama lain. Kemungkinan efek
dari skor CPC: mengurangi keandalan kinerja, tidak mempengaruhi secara
signifikan, atau meningkatkan keandalan kinerja.
Langkah – langkah dalam penilaian CPC adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat keandalan kinerja yang diharapkan dari masing –
masing CPC dengan menggunakan deskripsi yang diberikan dalam Tabel
2.5.
18
Adequacy of organisation/Kecukupan organisasi
Kualitas peran dan tanggung jawab anggota tim, dukungan
tambahan, sistem komunikasi, sistem Manajemen Keselamatan, instruksi
dan pedoman untuk kegiatan yang berorientasi eksternal, peran lembaga
eksternal, dll.
Working conditions/Kondisi kerja
Sifat kondisi kerja fisik seperti pencahayaan sekitar, silau layar,
kebisingan dari alarm, gangguan dari tugas, dll.
Adequacy of MMI and operational support/Kecukupan MMI dan
dukungan operasional
Interaksi Manusia-Mesin secara umum, termasuk informasi yang
tersedia di panel kontrol,workstation yang terkomputerisasi, dan
dukungan operasional yang disediakan oleh alat bantu keputusan yang
dirancang khusus.
Availability of procedures (plans) / Ketersediaan prosedur (rencana)
Prosedur dan rencana termasuk prosedur operasi dan darurat, yang
sudah dikenal pola heuristik respons, rutinitas, dll.
Number of simultaneous goals / Jumlah tujuan simultan
Jumlah tugas yang harus dilakukan seseorang atau mengejar pada
saat yang sama (mis., mengevaluasi efek tindakan, mengambil sampel
informasi baru, menilai banyak tujuan, dll.)
Available time / Waktu yang tersedia
Waktu yang tersedia untuk melaksanakan tugas dan sesuai dengan
seberapa baik tugas tersebut eksekusi disinkronkan dengan dinamika
proses.
Time of day / Waktu dalam sehari
Waktu siang (atau malam) menggambarkan waktu di mana tugas
dilakukan, Contoh umum adalah efek kerja shift.
Adequacy of training and experience/Kecukupan pelatihan dan
pengalaman
19
Tingkat dan kualitas pelatihan yang diberikan kepada operator
sebagai pengenalan terhadap yang baru teknologi, keterampilan lama
yang menyegarkan, dll. Ini juga mengacu pada tingkat operasional
pengalaman.
Crew Collaboration Qualiy/ Kualitas kolaborasi kru
Kualitas kolaborasi antara anggota kru, termasuk tumpang tindih
antara struktur resmi dan tidak resmi, tingkat kepercayaan, dan umum
iklim sosial di antara anggota kru.
b. Menentukan efek yang diharapkan terhadap keandalan kinerja, dengan
menggunakan hasil yang tercantum pada Tabel 2.5.
c. Membuat skor total terhadap efek yang diharapkan dan menyatakannya
sebagai triplet (menurun, tidak signifikan, meningkat).
Tabel 2.5 Common Performance Condition (CPC) and Performance Reliability
CPC name Level
Expected effect
on
performance
reliability
Adequacy Of Organization
Very efficient Improved
Efficient Not significant
Inefficient Reduced
Deficient Reduced
Working Condition
Advantageous Improved
Compatible Not significant
Incompatible Reduced
Adequacy of MMI ( Man-
Machine Interface) and
Operational Support
Supportive Improved
Adequate Not significant
Tolerable Not significant
Inappropriate Reduced
Availability of
procedures/plans
Appropriate Improved
Acceptable Not significant
Inappropriate Reduced
Number Of Simultaneous goals Fewer Than Capacity Not significant
20
Matching current
capacity Not significant
More than capacity Reduced
Available Time
Adequate Improved
Temporarily inadequate Not significant
Continuously inadequate Reduced
Time Of Day Day-Time (Adjusted) Not significant
Night-Time (Unadjusted) Reduced
Adequacy Of Training and
experience
Adequate, high
experience Improved
Adequate, limited
experience Not significant
Inadequate Reduced
Crew Collaboration Quality
Very efficient Improved
Efficient Not significant
Inefficient Not significant
Deficient Reduced Sumber: Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998
Dari tabel tersebut maka akan didapatkan posisi interval control model/interval
kesalahan berdasarkan jumlah improved dan reduced yang merupakan ekspektasi
efek yang akan ditimbulkan terhadap keandalan kinerja.
Konsep kognisi contextual control mode (COCOM) menggunakan 4 “Control
Mode” yang mengidentifikasi berbagai tingkat kontrol yang dimiliki operator dalam
konteks tertentu dan karakteristik yang menyoroti terjadinya kondisi yang berbeda
berdasarkan penilaian CPC.
a. Scramled : Control mencirikan situasi di mana ada sedikit atau tidak ada
pemikiran yang terlibat dalam memilih apa yang harus dilakukan, tidak
dapat diprediksi atau serampangan.
b. Opportunistic : Tindakan dilakukan berdasarkan kebiasaan atau kesamaan
dimana kurang dalam perencanaan dan dapat juga terjadi karena kurangnya
waktu yang tersedia.
c. Tactical : Kinerja mengikuti prosedur yang direncanakan namun masih
terdapat penyimpangan.
21
d. Strategic : Banyak waktu tersedia untuk mempertimbangkan tindakan yang
harus diambil dalam tujuan yang lebih luas dan dalam konteks yang
diberikan.
Sumber : Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998. Gambar 2.2 Control Modes
5. Penentuan weighting factors
Kemudian melakukan penentuan faktor bobot dari masing – masing CPC untuk
setiap fungsi kognitif, didasarkan pada weighting factor seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Weighting factors for CPC
CPC Name Level COCOM Function
OBS INT PLAN EKS
Adequacy Of Organization
Very efficient 1 1 0,8 0,8
Efficient 1 1 1 1
Inefficient 1 1 1,2 1,2
Deficient 1 1 2 2
Working Condition
Advantageous 0,8 0,8 1 0,8
Compatible 1 1 1 1
Incompatible 2 2 1 2
Adequacy of MMI ( Man-
Machine Interface) and
Operational Support
Supportive 0,5 1 1 0,5
Adequate 1 1 1 1
Tolerable 1 1 1 1
Inappropriate 5 1 1 5
Availability of
procedures/plans
Appropriate 0,8 1 0,5 0,8
Acceptable 1 1 1 1
Inappropriate 2 1 5 2
22
Number Of Simultaneous
goals
Fewer Than Capacity 1 1 1 1
Matching current capacity 1 1 1 1
More than capacity 2 2 5 2
Available Time
Adequate 0,5 0,5 0,5 0,5
Temporarily inadequate 1 1 1 1
Continuously inadequate 5 5 5 5
Time Of Day Day-Time (Adjusted) 1 1 1 1
Night-Time (Unadjusted) 1,2 1,2 1,2 1,2
Adequacy Of Training and
experience
Adequate, high experience 0,8 0,5 0,5 0,8
Adequate, limited experience 1 1 1 1
Inadequate 2 5 5 2
Crew Collaboration Quality
Very efficient 0,5 0,5 0,5 0,5
Efficient 1 1 1 1
Inefficient 1 1 1 1
Deficient 2 2 2 5
OBS: Observasi INT: Interpretasi
PLAN: Planning (Perencanaan) EKS: Eksekusi
Sumber: Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
6. Perhitungan Failure Probability
Setelah Cognitive Function Failure (CFF) telah ditetapkan untuk setiap
langkah tugas, maka melakukan penilaian failure probability pada setiap jenis
kegagalan kognitif. Hal ini dapat disebut Cognitive Failure Probability (CFP) atau
sama dengan Human Error Probability (HEP). Tahap kuantifikasi ini terdiri
dengan tahap – tahap berikut:
a. Menentukan nominal Cognitive Function Probability (CFP) untuk setiap
Cognitive Function Failure (CFF).
b. Menjumlahkan total skor CPC/Weighting Factor
Skor CPCOBS = ∑OBS (Adequacy of organization + Working condition +
Adequacy of man/machine interaction and operational support +
Availability of procedures/plans + Number of simultaneously goals +
Available time + Time of day + Adequacy of training and experience+
crew collaboration quality)
Skor CPCINT = ∑INT (Adequacy of organization + Working condition +
Adequacy of man/machine interaction and operational support +
23
Availability of procedures/plans + Number of simultaneously goals +
Available time + Time of day + Adequacy of training and experience+
crew collaboration quality)
Skor CPCPLA = ∑PLA (Adequacy of organization + Working condition +
Adequacy of man/machine interaction and operational support +
Availability of procedures/plans + Number of simultaneously goals +
Available time + Time of day + Adequacy of training and experience+
crew collaboration quality)
Skor CPCEXE = ∑EXE (Adequacy of organization + Working condition +
Adequacy of man/machine interaction and operational support +
Availability of procedures/plans + Number of simultaneously goals +
Available time + Time of day + Adequacy of training and experience+
crew collaboration quality)
c. Mengalikan nominal error mode dengan nilai skor CPC/Weighting Factor
untuk tiap task.
Nominal CFP/HEP = Error Mode x Weighting Factor