bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 bab ii tinjauan pustaka 2.1...
TRANSCRIPT
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat (Manula), atau disebut saja kelompok
lanjut usia Lansia (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan
penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi
berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015).
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan
tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa
yang kurang menyenangkan (R.Hasdianah, et al, 2014).
2.1.2 Batasan Umur Lansia
Menurut Aspiani (2014), sampai saat ini belum ada kesepakatan batas umur
lanjut usia secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah bahwa usia
dapat secara tepat menunjukkan seseorang individu tersebut lanjut usia atau belum
maka merujuk dari bebragai pendapat di bawah ini. Menurut WHO dalam bukunya
Aspiani (2014) mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu: Usia lanjut yang
berumur 60-74 tahun, usia tua yang berumur 75-89 tahun, dan usia sangat tua yang
berumur > 90 tahun.
32
Menurut UU No. 13 tahun 1998, batasan orang dikatan lansia berumur 60 tahun.
Depkes dikutip dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu :
1. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni kelompok yang baru memasuk
lansia
2. Kelompok lansia (65 tahun keatas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih 70 tahun.
(Aspiani, 2014).
Sedangkan menurut padaila (2013) batasan umur lansia menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middleage), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (veery old), diatas 90 tahun.
2.1.3 Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
a. Pra lansia yaitu
1. Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
33
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.1.4 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun,
(sesuai dengan pasal I ayat 2 UU No. 13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah
yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, secara dari kondisi adaptif hingga sampai kondisi mal adaptif, lingkungan
tempat tinggal bervariasi (Maryam, 2008).
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
a. Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
b. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan
lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga
atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan di
tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
c. Kondisi kesehatan
1. Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2. Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
34
d. Keadaan ekonomi
1. Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2. Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
3. kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehinga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi
dan kondisi fisik.
2.1.5 Gaya Hidup Lansia
Lansia memiliki gaya hidup yang berbeda yaitu berusia lebih dari 50 tahun,
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari dari rentang sehat
sampai sakit. (Heliovera et all 2010).
a. Merokok
Seorang perokok memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena RA (Reumatoid
asritis).dibandingkan orang yang tidak merokok. Peranan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dalam peningkatan kasus rematik cukup bermakna di antaranya
terutama faktor, obesitas berat dan aktivitas fisik yang berat untuk osteoartritis,
serta tinggi asupan purin untuk gout. Dampak kekambuhan penyakit rematik dapat
mengakibatkan penurunan produktifitas pada manusia ( Purnomo 2010).
35
b. Mengkonsumsi obat
Saat ini banyak orang yang menggunakan obat-obatan kimia untuk mendapat tubuh
yang lebih bugar, tetapi dalam waktu jangka panjang obat-obatan akan
mengakibatkan dampak rematik bagi kehidupan manusia.
c. Obesitas
Obesitas atau kegumukan berhubungan dengan kelebihan berat badan merupakan
penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan,
sehingga dapat mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badan nya
akan mempengharui kekakuan sendi pada lansia (Purnomo 2010).
2.1.6 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Pertubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian jatuh
diantaranya adalah perubahan sistem musculukeletal, sistem persarafan dan sistem
sensoris (Lueckenotte dalam kusuma, 2013).
a. Perubahan musculukeletal
Yaitu tulang – tulang pada sistem skelet (rangka) membentuk fungsi penunjung,
pelindung, gerakan tubuh dan penyimpanan mineral. Jarinan otot rangka melekat
pada rangka dan bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Persendian
diklasifikasikan secara struktual dan fungsional. Klasifikasi stuktural didasarkan
pada ikatan materi tulang dan apakah ada rongga persndian. Klasifikasi fungsional
didasarkan pada julah gerakan yang dimungkinkan pada persendian. Bila artikulasi
diantara tambahan tulang, sendi menahan tulang dan memukinkan gerakan.
Penurunan progesif pada masa tulang total terjadi sesuai proses penuaan. Beberapa
36
kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputu ketidakaktifan fisik,
perubahan hormonal, dan resorpsi tulang. Efek penurunan tulang adalah makin
lamahnya tulang: vetebrata lebih lunak dan dapat tertekan, dan tulang berbatang
panjang kurang tahan terhadap penekunan dan menjadi lebih cenderung ftaktur.
Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagenmenggantikan otot,
mempengaruhi pencapaian suplai oksigen dan nurtrisi. Masa, tonus dan kekuatan
otot semuanya menurun, otot lebih menonjol dari ekstremitas yagn menjadi kecil
dan lemah, dan tangan kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis
pada tendon dan otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes reflek tendon.
Menurut Pujiastuti dalam kusuma (2013), perubahan musculoskeletal antaralain
pada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.
1. Jaringan penguhubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai protein pendukun utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago,
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan
penurunan hubungan pada jaringan kolagen, merupakan salah asatu alasan
penurunan mobiitas pada jaringan tubuh. Sel kologen mencapai puncak
mekaniknya karena penuaan, kekakuan dari koloagen mulai menurun. Kolagen
dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan ppenghunbung
mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya. Perubahan pada kologen itu
merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan
otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan
37
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari, upaya fisioterapi untuk
mengurasi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga
mobilitas.
2. Kartilago
Jaringan kartilago pada persediaan menjadi lunak dan mengalami granulasi
akhirnya permukaan sendi menjasdi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjdi cenderung ke arah progresif.
Proteoglikan yang merupakan komponen dsar materi kartilago berkurang atau
hilang secara bertahap. Sehinga jaringan fibril pada kolagen kehilangan
kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago
mengalami klasifikasi di beberapa tempat seperti pada tulang rusak dan tiroit.
Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi
sebaai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensi kartilago pada persediaan
menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pad sendi besar
penumbu besar badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari – hari.
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat di berikan teknik perlindungan
sendi.
3. Tulang
Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah bagian dari penuaan
fisiologis. Tfrabekula longitudinal menjadi tipis trabekula transversal terapbsorbsi
kembali, sehingga akibat perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan
38
tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjdi adalah penurunan
estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan
kalsium dalam usus, peningkatan haversi sehinga tulang keropos. Berikutnya
jaringan tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan kekuatan tulang
menurut. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan nyeri, deformitas,
fraktur. Latihan fisik dapat di berikan sebagai cara untuk mencegah osteoporosis.
4. Otot
Perubahan struktur otot peda penuaan sangat bervariasi, menurunya jumlah dan
ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan hubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efeknegatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunnya
jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak
teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan 30% masa otot,
meningkatnya jaringan lemak, degenersi myofibril. Dampak dari perubahan dari
otot tersebut adalah menurunnya kekuaatan, menurunnya fleksibilitas,
meningkatnya waktu reaksi dan menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk
mencegah perubahan lebih lanjut dapat di berikan latihan untuk mempertahankan
mobilitas.
5. Sendi
Pada lanjut usia, jaringan ikant sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago dan jaringan periartikular
mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,
klasifikasi pada kartilago dan kampsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya
39
sehingga terjadi penurunaan luas gerak sendi, ganguan jalan dan aktivitas
kesehariannya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan teknik
perlindungan sendi dalam beraktivitas.
b. Perubahan Sistem Persyarafan
Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama dalam penuaan.
Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh, tetapi neuron-neuron
tersebut tidak mangalami regenerasi. Perubahan structural yang saling terlihat
terjadi pada otak itu sendriri. Walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat juga
terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi
sulkus dan ventikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar
dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan
penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Perubahan dalam sistem
neurologis dapat termasuk kehilangan penusutan neuron, dengan potensi 105
kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun secara fungsional terdapat suatu
perlamabatan reflek tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor dan langkah
yang pendek-pendek atau gaya berjaan dengan langkah kaki melebar disertai
denga berkurangnya gerakan yang sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih lambat,
dengan penurunan tau hilangnya hendak hentakan pergelangan kaki dan
pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena pengurangan dendrite
dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi ( Stanly dalam Kusuma,
2013). Menurut pujiastuti, (2013), lanjut usia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakaukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
40
penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada suatu SSP. Hal ini terjadi
karena SSP pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otsk pada lansia
berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak dalam
otak sehingga otak menjadi lebih ringan akson, dendrite, dan badan sel saraf
banyak mengalami kematian, sedangkan yang hidup mengalami perubahan. Dedrit
yang berfungi untuk berkomunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi lebih
tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan
10% sehingga gerakan menjadi lambat. Akson dalam medulla spinalis menurun
37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi,
keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan poster dan waktu reaksi. Hal itu
dapat dicegah dengan latihan koordinasi dan keseimbangan. Menurut Stanly dalam
Kusuma (2013), manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis
pada klien lanjut usia dapat dipandang dari berbagai perspektif : fisik, fungsional,
kognisi, dan komunikasi.
1. Fisik
Dampak dari penuaan pada SPSS sukar untuk menentukan, karena hunbungan
fungsi sistem ini dengan sistem tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan
gangguan aliran darah serebral, lanjut usia beresiko lebih besar untuk
mengalami kerusakan serebral. Dan mentabolisme yang sudah diketahui.
Dengan penuruna kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan
respon yang tertundah untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat
pengurangan sensasi kinestetik.
41
2. Fungsi
Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan
metabolisme pada lanjut usia, disebabkan oleh penurunan kekuatan rentang
gerak dan kekenturan, penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis,
pembesaran sendi-sendi, kesenjangan dan penuruna tonus otot. Atrofi dan
penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa secara berangsur-
angsur mengantikan jaringan otot. Dengan penurunan masa otot, kekuatan dan
pergerakan secara keseluruhan, lanjut usia memperlihatkan kelemahan secara
umum dihubungkan dengan degenerasi sistem ekstrapiramidal. Kekjangan
dapat di akibatkan oleh cedera motorneuron didalam SPSS. Kejang yang berat
dapat mengakibatkan berkurangnya fleksibilitas, poster tubuh dan mobilitas
fungsional juga nyeri sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi.
Tendon dapat mengalami sklerosis dan penyusutan yang menyebabkan
penurunan hentakan tendon. Defisit mobilitas funsional dan pergerakan
membuat lanjut usia menjadi sangat rentang untunk mengalami gangguan
intergritas kulit dan jatuh.
c. Perubahan Sensori
Banyak lanjut usia mengalami masalah sensoris yang berhubungan dengan
perubahan, normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan permasalahan yang
dihasilkan merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan
42
gaya hidup yang bergerak kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi
negatif tentang kehidupan. Defisit sensoris perubahan penglihatan merupakan
bagian dari penyesuaian bekesinambungan yang dating dalam kehidupan usia
lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
termasuk penurunan kemampuan untuk melakakan akomodasi, kontruksi pupil
akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata. Perubahan
penglihatan pada awalnya di awali dengan terjadinya presbiopi, kehilangan
kemampuan akomodatif dimulai pada decade ke empat kehidupan, ketika seorang
memiliki masalah dalam membaca buku huruf-huruf yang kecil kerusakan
akomodasi mata terjadi kareena otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan
lensa mengalami sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk
memusatkan data (penglihatan jarak dekat). Ukuran pupil menurun karena sfingter
pupil mengalami sklerosis miosis, pupil dapat memperkecil lapang padang dan
mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu. Perubahan warna
misalnya menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari
waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak mengalami tanda dan gejala
penuaan yang menggangu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang
kabur seperti mendapat selaput diatas mata adalah gejala umum yang
mengakibatkan, kerusakan dalam megfokuskan penglihatan dan membaca. Selain
itu lanjut usia harus di dorong untuk mengunakan lampu yang terang dan tidak
menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, meyebabkan lanjut usia
43
sering megedapkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada diluar pada
siang hari yang cerah. Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam
hari di daladm rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian
penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketikam meninggalkan
suatu lingkaran yang memliki pengcahayaan baik ke suatu lingkungan yang
pencahayannya redup. Lanjut usia harus di ajarkan untuk mengunakan tangan
mereka sebagai pemandu pada pegangan tangga dan mengunakan cat yang terang
pada bagian tepi anak tangga. (Stanley dalam Kusuma, (2013).
Menurut Pujiartusi (2013), perubahan penglihatan pada lanjut usia erat kaitanya
dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitasnya dan kaku, otot penyenga lensa lemah
dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomudasi dari jarak jau atu
dekat berkurang. Pemgunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat di
gunakan untuk berkompensasi hal tersebut. Perubahan penglihatan pada lanjut usia
antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa menurun, iris mengalami arkus
senilities, koroit memperlihatkan atrofidi sekitar discus, lensa dibutukan lebih banyak
cahaya untuk melihat warna, konjung tifa menipis, dan terlihat kekuningan, airmata
menurun, infeksi dan iritasi meningkat, pupil ukurannya berbeda kornea terdapat arkus
senilis. Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis. Penyebab tidak
di ketahui tetapi berbagai faktor yang telah di teliti adalah nutrisi, faktor genetika, suara
gaduh, hipertensi, sters emosional. Penurunan pendengaran teruma berupa sensori
neural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan
prresbiskusis. Penurunan pendengaran sensori neural terjadi pada saat telinga bagian
44
dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendenggaran, patang
otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan konjuksi tidak di
ketahui, tetapi masi berkaitan dengan perubahan pada tulang di dalam telinga tengah,
dalam bagian koklear atau di dalam tulang mastoit, dalam presbikusis, suara konsonan
dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat
terjadi secara bertahap karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin
tidak segera mencari bantauan yang di dalam hal ini sangat penting sebab semakin
cepat kehilangan pendengaran dapat didentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin
besar kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya
berlangsung secar bertahap, dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanju
usia adalah ketidak mampuan untuk mendeteksi folume suara dan mendeteksi suara
dengan suara frekuinsi tinggi seperti beberapa konsonan misalnya v,s,sk,sh, dan
perubahan-perbahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.
2.2. Konsep Tingkat Stres
2.2.1. Pengertian Stres
Stres adalah suatu kondisi umum yang terjadi pada lansia dan terjadinya alasan
kondisi ini dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, danmasalah fisik
pada lansia (Roger & Watson, 2003).Stres merupakan gangguan suasana perasaan yang
menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak
dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf
ringan,sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, stres dapat berdiri sendiri,
merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisikberagam, atau terjadi
45
bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan
penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).
2.2.2. Epidemiologi
Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010) stress adalah
penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan bahwa pada
tahun 2020, stres akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua dibawah penyakit
jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas. Gangguan stres berat merupakan
kelainan umum dengan prevalensi sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada
wanita.Insiden gangguan stres berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan 15% pada
pasien rawat inap (Kaplan, Sadock, 2010). Usia rerata gangguan stres berat sekitar 40
tahun, dimana sekitar 50% pasien berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada
usia< 20 tahun (Andreasen, 2001, dalam Himawati, 2010)
2.2.3. Penyebab stres
Faktor-faktor penyebab stres menurut Durand & Barlow (2010) sebagai Berikut
:
a. Dimensi Biologis
Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami stres ada
kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.
b. Dimensi Psikologis
1. Peristiwa lingkungan yang stress full
46
2. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika membuat
atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalam kehidupanya.
3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu fenomena yang
sudah terpola atau menjadi gaya hidup.
c. Dimensi Sosial Kultural
Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal, hubungan
dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya setempat.Pada dasarnya faktor
penyebab stres dapat ditinjau dari berbagai segi baik fisik (biologis), psikologis,
ataupun sosial (lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling
mempengaruhi terbentuknya stres.
2.2.4 Gejala Stres
Gejala stres meliputi trias stres, yang terdiri dari mood stres, hilangnya minat
dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang ditandai dengan keadaan mudah
lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan lainnya meliputi :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganngu
g. Nafsu makan berkurang
47
Tingkat stres yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala trias
stres serta gejala tambahannya (Hawari, 2011). Orang yang rentan terkena stres
menurut Hawari (2011) biasanya mempunyai ciri-ciri:
1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia
2. Pesimis menghadapi masa depan
3. Memandang diri rendah
4. Mudah merasa bersalah dan berdosa
5. Mudah mengalah
6. Enggan bicara
7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis
8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik
9. Keluhan psikosomatik
10. Mudah tegang, agitatif, gelisah
11. Serba cemas, khawatir, dan takut
12. Mudah tersinggung
13. Tidak ada percaya diri
14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam
17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat
18. Terbatas
19. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang
48
20. Suka mencela, mengkritik, konvensional
2.2.5. Tipe Stres
Kategori stres menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat tidaknya
gangguan ada dua yaitu;
a. Stres berat disebut episode depresi mayor Merupakan stres yang paling sering
didiagnosis dan paling berat. Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang
berlangsung paling tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif
(perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti
perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang signifikan atau
kehilangan banyak energi).Episode ini biasanya disertai dengan hilangnya interes
secara umum terhadap berbagai hal dan ketidakmampuan mengalami kesenangan
apapun dalam hidup.
b. Mania
Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang berhubungan pada
beberapa gangguan suasana perasaan.
c. Hypomanic Episode
Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak menyebabkan terjadinya
hendaya berat pada fungsi sosial atau okupasional.Episode manik tidak selalu bersifat
problematik, tetapi memberikan kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana
perasaan.
d. Manik Campuran
49
Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi ataum kecemasan
di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manic disforfik.
2.2.6. Tahapan Stres
Tahapan stres dibagi menjadi 6 tahapan sebagai berikut (Priyoto, 2014)
1. Stres tahap I
Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan – perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b. Pelinghatan “tajam” tidak sebagaimana biasa.
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa
disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai gugup yang berlebihan.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu semakin bertambah semangat, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan – keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak
cukup untuk istirahat. Keluhan – keluhan yang sering dikemukakan pada stres tahap II
adalah sebagai berikut :
a. Merasa lebih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.
50
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya.
f. Otot punggung dan tekuk terasa tegang.
g. Tidak bisa santai.
3. Stres tahap III
Biasanya seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan – keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II. Keluhan
– keluhan pada stres tahap II sebagai berikut :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag” (gastritis),
Buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot yang semakin terasa.
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
d. Gangguan pola tidur (insomnia).
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa berat dan serasa mau pingsan).
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang waktu memeriksa diri ke dokter dengan keluhan stres tahap
III, oleh dokter dinyatakan tidak sakit dan tidak terdapat kelainan fisik. Bila ini terjadi
yang bersangkutan akan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat,
dan gejala yang muncul pada stres tahap IV adalah :
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah sulit.
2. Aktivitas yang semula menyenangkan dan mudak diselesaikan menjadi
membosankan dan sulit diselesaikan.
51
3. Yang semula tanggapan terhadap situasi kehilangan kemampuan untuk merespon.
4. Tidak mampu melaksanakan rutinitas sehari – hari.
5. Gangguan pola tidur.
6. Daya konentasi dan daya ingat menurun.
7. Timbul perasaan takut dan cemas yang tidak mampu dijelaskan sebabnya.
5. Stres tap V
Stres tahap V ditandai dengan hal – hal berikut :
a. Kelemahan fisik dan mental yang mendalam.
b. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan
sederhana.
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat.
d. Timbul rasa takut dan cemas yang meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahap ini merupakan tahapan klimaks, mengalami serangan panik dan perasaan
takut mati.Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI berulang kali dibawa ke
Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena
tidak ditemukan kelainan fisik. Gambaran stres tahap VI adalah :
a. Debaran jantung teramat keras.
b. Susah bernafas (sesak).
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan berkeringat.
d. Ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang ringan.
e. Pingsan atau kolaps.
52
2.2.7. Tingkatan Stres
(Priyoto, 2014) Stres dibagi menjadi 4 tingkat, meliputi:
1. Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang dewasa secara teratur,
seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas , kritikan dari atasan. Situasi seperti
ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.Stressor ringan biasanya tidak
disertai timbulnya gelaja.
2. Stres sedang
Berlangsung lebih lama sampai beberapa hari.Situasi perselisihan yang tidak
terselesaikan dengan rekan, anak sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggotan
keluarga merupakan penyebab stres. Sedangkan ciri – cirinya yaitu sakit perut, mules,
otot – otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa dingin.
3. Stres berat
Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang yang dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan secara terus menerus,
kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan
keluarga, berpindah tempat tinggal, mempunyai penyakit kronis, dan termasuk
perubahan fisik, psikologis, sosial pada usisa lanjut. Makin sering dan makin lama
stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.Stres yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan.
4. Stres sangat berat
53
Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun waktu
yang tidak dapat ditentukan.Biasanya seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan
tidak memilikimotivasi untuk hidup.Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya
teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya.
2.2.8. Pengukuran Tingkat Stres
Tingkat stres adalah tingkatan yang memaksakan seseorang untuk
berubah.Tumbuh, berjuang, beradaptasiagar mampu melewati masalah yang sedang
dihadapai (Swarth, 2002). Depression Anxiety Scale (DASS 14) merupakan alat ukur
stres yang dikemukakan oleh Lovibond pada tahun 2003. Alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah DASS (Depression Anxiety Scale).
DASS adalah laporan yang diisi oleh orang yang bersangkutan untuk mengukur tingkat
emosi negatif dan depresi, ansietas dan stres. Item pertanyaan yaitu terdiri dari 14
pertanyaan, dengan 4 poin jawaban. Kategori ini hasil dari pengisian kuisioner dibagi
dalam 5 jenjang untuk menghindari kesalahan interprestasi seperti normal, ringan,
sedang, berat, sangat berat (Psychology Foundation of Autralia, 2013). Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Ordinal. Tingkat stress dikategorikan sebagai
berikut :
1. Normal : 0-14
2. Stres Ringan : 15-18
3. Stres Sedang : 19-25
4. Stres Berat : 26-33
5. Sangat berat : > 34
54
(Lovibond pada tahun 2003)
2.2.9. Gangguan mental emosional yang dimaksud adalah, Depresi, anxiety, dan stres
a. Depresi adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan kehilangan
kegembiraan atau gairah Sebagai reaksi yang dipicu oleh suatu keadaan
atau kejadian yang menyebabkan seseorang mengalami atau merasa
kehilangan. Hal ini bisa disebabkan karena kehilangan pekerjaan,
kehilangan orang yang disayangi, penyakit, penghasilan, reputasi, harga
diri, tenaga, atau kepercayaan diri.
b. Anxiety adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan
gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari factor
psikologis dan fisiologis.
c. Stressadalah perasaan tertekan, perasaan tertekan ini membuat orang mudah
tersinggung, mudah marah, konsentrasi terhadap pekerjaan menjadi
terganggu dan keadaan tersebut akan memberikan dampak pada
kesehatannya.
Lovibond (2003) menggolongkan pada lima tingkatan yaitu: normal, mild,
moderate, severe, dan extremely severe atau bisa dikatakan sebagai tingkatan normal,
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dikatakan Normal apabila skor 0-14, Ringan
apabila skor 15-18, Sedang apabila skor 19-25, Berat apabila skor 26-33, dan Sangat
Berat apabila skor > 34. Adapun alternatif jawaban yang digunakan dan skala
penilaiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Skala Alternatif Jawaban
55
No Alternative Jawaban
Skor
1 Tidak pernah merasakan
0
2
Pernah merasakan
1
3
Merasakan
2
4 Sering merasakan
3
2.2.10. Dampak Stres
(Priyoto, 2014) Dampak stres dapat dibedakan menjadi 3, meliputi:
1. Dampak Fisiologis
Secara umum orang yang mengalai stres mengalami sejumlah gangguan fisik,
seperti: mudah masuk angin, mudah pening – pening, kejang otot (kram), mengalami
kegemukan atau menjadi kurus, bisa menderita penyakit yang serius sepertihipertensi
danlain – lain. Secara rinci diklasifikasi sebagai berikut :
a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.
1. Muscle myopathy : otot tertentu mengencang atau melemah.
2. Tekana darah naik : kerusakan jantung dan arteri
3. Sistem pencernaan : maag, diare
b. Gangguan pada sistem reproduksi
1. Amenorhe : tertahannya menstruasi
2. Kegagalan ovulasi pada wanita, importen pada pria
3. Kehilangan gairah sex
c. Gangguan lain, seperti pening, tegang otot, rasa bosan, dan sebagainnya.
56
2. Dampak Psikologik
a. Keletihan emosi, jenuh.
b. Kuwalahan/keletihan emosi.
c. Pencapaian yang menurun
3. Dampak Perilaku
a. Stres menjadi distres, prestasi belajar menurun.
b. Level stres yang meningkat berdampak pada pengambilan keputusandan
langkah kedepan.
c. karena sering membolos dan tidak aktif disekolah.
2.3. Konsep Musik
2.3.1. Pengertian Musik
Menurut (Djohan, 2006) kata musik berasal dari kata Yunani muse. Dalam
mitologi Yunani dikenal bahwa Sembilan muse, dewi-dewi bersaudara yang menguasai
nyanyian, puisi, kesenian, dan ilmu pengetahuan, merupakan anak Zeus (Raja Para
Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan demikian, musik merupakan anak
cinta ilahiah yang keanggunan, keindahan, dan kekuatan penyembuhannya yang
misterius itu sangat erat hubungannya dengan tatanan maupun ingatan surgawi tentang
asal-usul dan takdir kita.Sedangkan menurut Bernstein & Picker (dalam Djohan, 2006)
musik adalah suara yang diorganisir ke dalam waktu.Musik juga bentuk seni tingkat
tinggi yang dapat mengakomodir interpretasi dan kreativitas individu. Sekelompok
orang dalam kegiatan musik tidak pernah menunjukkan adanya 2 orang yang
mengekspresikan musik dengan cara yang mutlak sama. Lebih jelas lagi Campbell
57
(2002) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal,
bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik
muncul disemua tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan.Musik berbicara
kepada setiap orang dan kepada setiap spesies. Musik pertama-tama akan diproses oleh
auditory cortex dalam bentuk suara agar dapat dinikmati oleh otak kanan. Otak kiri
akan memproses lirik dalam musik tersebut. Efek selanjutnya adalah padasistem limbih
(otak mamalia) yang menangani memori jangka panjang.Sistem limbik ini menangani
respon terhadap musik dan emosi (Simatupang & Anggi, 2007). Dari penulis-penulis
Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik: Jamalus
berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau
komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi
sebagai satu kesatuan. Sama halnya dengan Rina berpendapat bahwa musik merupakan
salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-
bunyian (Muttaqin & Kustap,2008). Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau
komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi
sebagai satu kesatuan.
2.3.2. Pengaruh Musik
Sebagian besar di antara kita menikmati mendengarkan musik tanpa
sepenuhnya menyadari pengaruhnya. Berikut ini pengaruh musik menurut Campbell
58
(2009) sebagai media penyembuhan yang dapat menghasilkan efek mental dan fisik,
yakni: musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan, musik dapat
memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi
perasaan, musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah, musik
mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik
mempengaruhi suhu badan, musik dapat meningkatkan tingkat endorphin, musik dapat
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres, musik mengubah persepsi kita
tentang ruang, musik mengubah persepsi kita tentang waktu, musik dapat memperkuat
ingatan dan pelajaran, musik dapat meningkatkan produktivitas, musik meningkatkan
asmara dan seksualitas, musik merangsang pencernaan, musik meningkatkan daya
tahan, musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme, musik dapat
menimbulkan rasa aman dan sejahtera. Secara umum musik menimbulkan gelombang
vibrasi, dan vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada gendang pendengaran. Stimulasi
itu ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang
merupakan ingatan lalu hypothalamus atau kelenjar sentral pada susunan saraf pusat
akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu.
Campbell (dalam Raharja, 2009) berpendapat bahwa musik dapat menghilangkan stres,
pembentukan polapikir, mempengaruhi perkembangan emosi, spiritual, dan
kebudayaan.Sedangkan Ortiz (dalam Raharja, 2009) menambahkan bahwa musik juga
dapat meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, meningkatkan kewaspadaan,
dan mengurangi suara-suara eksternal yang bisa mengalihkan perhatian.
2.3.3. Mekanisme Kerja Musik Dalam Kesehatan
59
Bagaimana sebenarnya mekanisme kerja musik dapat mengurangi rasa sakit,
stres, kecemasan maupun menurunkan tekanan darah. Dalam mengurangi rasa sakit,
muncul beberapa teori yang menyatakan bahwa musik mempengaruhi sistem
autonomik, merangsang kelenjar hipofi sis yang menyebabkan keluarnya endorfin
(opiat alami), sehingga terjadi penurunan rasa sakit dan akan menyebabkan
berkurangnya penggunaan analgetik (Hatem et al, Saing, 2007).
2.4. Konsep Terapi Musik
2.4.1. Definisi terapi musik
Srikandi Rahayu (15 Oktober 2016) Terapi musik meningkatkan kualitas fisik
dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hinga tercipta misik yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. (Edwards, 2017) menjelaskan terapi
musik sebagai penggunaan profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu
intervensi dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan sehari-hari dengan
individu, kelompok, keluarga, atau komunitas yang mencoba untuk melakukan
optimalisasi kualitas hidupnya dan meningkatkan kesehatan fisik, sosial, komunikatif,
emosional, intelektual, spiritualnya serta kondisi well-being dirinya.
2.4.2. Metode Terapi Musik
Menurut (Srikandi Rahayu, 2016) Ada dua macam metode terapi musik, yaitu:
a. Terapi Musik Aktif
60
Dalam terapi musik aktif pasien di ajak bernyanyi, belajar mein
menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik
b. Terapi Musik Pasif.
terapi musik yang mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan
menghayati suatu alunan musik tentu yang di sesuaikan dengan
masalahnya.Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis
musik harus tepat dengan kebutuhan pasien.
2.4.3. Manfaat Terapi Musik (Anthony S, 2003)
a. Relaksasi, mengistirshatkan Tubuh dan pikiran
Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk
mengalami reaksi yang sempurna. Dalam kondisi istirahat, seluruh sel
dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami berlangsung,
produksi hormone diseimbangkan dan pikiran menjadi penyegaran.
b. Meningkatkan kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa menimbulkan intelegensia seseorang di
sebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara Ilmiah oleh Franches
Rauscher. et. al dari Universitas California.
c. Meningkatkan kemampuan mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal
ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak
61
berdekatan dengan memori, sehingga ketika seseorang melatih otak dengan
terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga terlihat.
d. Kesehatan jiwa
Seorang ilmuwan Arap. Abu, Nasr al-Farabi (873-950 M) dalam bukunya
“Grat Book Musik”, mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang,
sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual,
menyembuhkan gangguan psikologis.
e. Mengurangi rasah sakit
Musik bekerja pada sistem saraf anatom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi
otak yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua
sistem tersebut bereaksi sensitive terhadap musik.Ketika kita merasa sakit,
kitamenjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita meneganggkan
otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah.Mendengarkan
musik secara teratur membantu tubuh relaksasi secara fisik dan mental,
sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.
f. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr. John Diamond dan Dr. Davit Nobel, telah melakukan riset mengenai
efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan
bahwa : Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima
oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan
hormon (serotonin) yang menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga
62
tubuh akan lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan
membuat kita lebih sehat. Hasil riset menunjukan bahwa terapi musik
sangat efektif dalam meredam kegelisahan dan stres, mendorong perasaan
rileks, meredakan depresi dan mengatasi insomnia.Terapi musik membantu
banyak orang yang memiliki masalah emosional, membantuh memecakan
masalah dan memperbaki konflik internal.
g. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu. Apabila ada motivasi, semangat akan muncul dan segala kegiatan
bisa di lakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelengu maka
sangat menjadi luruh, lemas, tidak bertenaga untuk beraktivitas.
h. Pengembangan Diri
Musik sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang.musik
yang kita dengarkan membentuk kualitas pribadi kita. Hasil penilitian
menunjukan bahwa orang yang punya msalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.
i. Meningkatkan olahraga
Mendengarkan musik selama berolahraga dapat memberikan olahraga yang
lebih baik dalam beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan,
meningkatkan mood dan mengalihkan kita dari pengalaman yang tidak
nyaman selama olahraga.
2.4.4. Sejarah dan Perkembangan Terapi Musik
63
Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang
baru.Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan
atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup
anggota masyarakatnya.Ada musik yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur
atas kelahiran seorang anak, ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara
tertentu seperti pernikahan dan kematian. Musik juga menjadi pendukung utama untuk
melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya
(Djohan, 2006). Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi
sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Terapi musik adalah
keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk
meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental,
emosional dan spiritual. Terapi musik merupakan suatu proses multidisipliner yang
harus dikuasai oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri.
Seorang terapis harus menguasai teori, melakukan observasi, mengetahui teknik
evaluasi dan pengukuran, mengetahui metode riset dan materi musik.Disamping itu
seorang terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik pokok dan satu
pilihan lainnya (Djohan, 2006). Gagasan untuk menggunakan musik sebagai alat
penyembuhan dan perubahan perilaku sudah dimulai sejak zaman Phytagoras dan Plato
(Djohan, 2006). Phytagoras sudah memahami apa yang diketahui para ilmuwan saat
ini bahwa musik bisa mengubah perilaku. Phytagoras menganggap jagat raya sebagai
sebuah alat musik. Dia percaya adanya getaran kosmis yang bisa memasuki manusia
melalui pikiran. Orang yang selaras dengan getaran kosmis tersebut adalah orang yang
64
sehat (Merritt, 2003). Sejak dahulu kala penggunaan musik untuk menyembuhkan
penyakit telah banyak dilakukan. Banyak contoh dari berbagai macam kebudayaan
yang berbeda telah didokumentasikan dengan baik yang menyatakan bahwa musik
merupakan kekuatan kuratif dan preventif. Musik tradisi Shamanistik yang
menggunakan alat pukul dan bunyibunyian perkusi, lagu dan himne untuk menghantar
diri seseorang pada kondisi diluar kesadaran (trance), sehingga dimungkinkan untuk
mengakses kekuatan dan spirit atau roh penyembuhan menjadi inspirasi bagi terapis
musik dalam menciptakan dan mengembangkan teknik terapi dan interaksi (Djohan,
2006 ).
2.5 Konsep Musik Religi, Agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha
2.5.1. Pengertian Musik Religi
Musik berasal dari suara, suara itu sendiri adalah suatu partikel dari semua
elemen yang membentuk dunia ini.Jadi musik adalah partikel yang tersebar ke seluruh
semesta, yang mengisi semua ruang, bahkan ke celah tersempit sekalipun.Karena itu,
musik maupun suara tidak perlu dicari.Musik sudah tersaji di setiap jengkal dan setiap
detik kehidupan kita (Grimonia, 2014). Musik Religi terdiri dari dua buah kata, yaitu
musik dan religi.Pengertian musik secara etimologis dikemukakan oleh Mckechnie
sebagaimana dikutip oleh, (Abdul Muhaya 2013). Yang menyatakan bahwa kata musik
berasal dari Bahasa Yunani mousike yang memiliki beberapa arti, yaitu:
a. Seni dan ilmu pengetahuan yang membahas cara meramu vokal atau suara alat-
alat musik dalam berbagai lagu, yang dapat menyentuh perasaan.
b. Susunan dari suara atau nada.
65
c. Pergantian ritme dari suara yang indah, seperti suara burung dan air.
d. Kemampuan untuk merespons atau menikmati musik.
e. Sebuah grup pemain musik dan lain sebagainya.
2.5.2. Manfaat Musik Religion
Musik Religion memiliki pengaruh besar pada kondisi psikologi sosial lansia
karena Musik Religion memiliki efek yang besar terhadap ketergangun dan kondisi
rileks pada diri seseorang. Musik Religion juga menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
sedih dan mengurangi stres. Selain itu Terapi Musik dapat membangkitkan gelombang
otak alfa yang menimbulkan rasa relaksi sehingga perilaku individupun akan menjadi
tenang sehinga bisa menurunkan timbulnya dapampak dari tingkat stressor pada lansia
(Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016).
2.5.3. Konsep Musik Religion Agama Islam
Tidakterkecuali dengan jenis musik yang bernuansa Islami, religi atau rohani.
Kata religi atau religion bersal dari bahasa latin, yang berasal dari kata Relegere yang
memiliki pengertian dasar “berhati-hati” dan berpegang pada norma-norma atau aturan
secara ketat. Dengan demikian kata religi tersebut pada dasarnya memiliki pengertian
sebagai “ keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang mentukan jalan hidup
dan mempengaruhi hidup manusia. Yang dihadapi secra hati-hati dan diikuti jalan-jalan
dan aturan-aturan serta norma-normanya secara ketat agar tidak menyimpang dan lepas
dari kehendak atau jalan yang telah ditetapkan oleh kekyatan gaib yang suci tersebut.
(Muhaimin, et al, 2005 ). Bila melihat dari berbagai faktor, musik religi dengan musik
umum memiliki perbedaan yang mendasar.Yakni, musik umum atau lagu pop biasanya
66
bersyairkan tentang pencintaan orang, termasuk ketidaksetiaan kepada kekasih,
sedangkan syair lagu religi melukiskan hubungan manusia yang mendambakan kasih
sayang dan ampunan Tuhan. Jadi, Musik religi adalah hiburan yang menyenangkan
karena mendekatkan kita dengan Sang Pencipta. Kekuatan musik religi terdapat pada
lirik atau syair, karena memiliki makna yang lebih mendalam. Liriknya bisa
mendamaikan hati dan menggugah pendengarannya, sehingga perasaanya tersentak
untuk menambah ketebalan iman kepada Tuhan. Musik religi terkadang merupakan
bentuk nyata dari yang diandalkan. Musik religi juga merupakan dakwah yang dapat
menyentuh segala lapisan usia, status ekonomi, maupun kedudukan masyarakat.
Melalui musik, peringatan agar orang berbuat kebaikan dan menghindari keburukan
disampaikan dengan cara yang menyenangkan, sehingga tidak menggurui ataupun
mendikte pendengarannya. ( Indriyana R. Diani & Indri Guli, 2010).
Dari sebuah lagu religi, akan terkandung makna yang dalam yang biasanya
memberikan nasihat untuk kita agar selalu ingat kepada Allah SWT daripada
memikirkan sebuah cinta. Ahmad Warson Munawwir dalam Kamus al-Munawwir
menjelaskan bahwa kata shalla sama dengan kata da’a yang artinya adalah berdoa.
Sedangkan “Shallallahu „ala Muhammadin an-Nabiyyi"artinya semoga Allah
memberikan berkah dan Rahmat kepada Nabi Muhammad Saw. (Syukron Maksum,
Fatoni el Kaysi, 2013) Terkait dengan shalawat kepada Rasul, Allah Swt telah
berfirman dalam surat Al-ahzab ayat 56 sebagai berikut :Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
67
2.5.4. Konsep Musik Religi Agama Kristen
Sebagaimusik yang ditulis dengan tujuan untuk Musik Gereja musik gereja,
Tacuinum Sanitatis Casanatensis(abad ke-4).dimainkan di gereja, atau musik untuk
mengiringi ibadah liturgi, atau suatu musik yang bersifat suci, seperti nyanyian yang
dinyanyikan digereja. Musik atau Leitourgia yang berarti: laos (umat) dan ergon
(karya). Dengan demikian, liturgi merupakan bakti dan ungkapan syukur umat. Sejarah
Simbolik model harpa Raja Daud (atau kecapi) yang Musik paling awal dari sinagoga
didasarkan pada sistem yang sama seperti yang digunakan dalam Bait Allah di
Yerusalem Menurut Mishnah, orchestra reguler terdiri dari dua belas instrumen, dan
paduan suara dari dua belas penyanyi laki-laki. Sejumlah instrumen Ibrani kuno
tambahan yang dikenal, meskipun mereka tidak termasuk dalam orkestra reguler Bait
Allah: uggav'(seruling kecil), abbuv'(seruling buluh atau oboe seperti instrumen).
Gereja Katolik Roma, namun ada sejumlah besar yang ditulis dalam bahasa
negara-negara lain. Sebagai contoh, ada banyak nyanyian Misa (sering disebut
"Komuni Layanan") yang ditulis dalam bahasa Inggris untuk Gereja Inggris.Nyanyian
Misa bisa a cappella, untuk suara manusia saja, atau mereka dapat disertai dengan
instrumental Obbligato sampai dengan orkestra penuh.Umumnya, komposisi untuk
menjadi nyanyian Misa penuh, itu harus berisi tak berubah berikut lima bagian, yang
bersama-sama membentuk Misa biasa tersebut.
1. Kyrie ("Tuhan kasihanilah")
2. Gloria ("Maha Suci Tuhan ")
3. Credo ("Aku percaya pada satunTuhan"), (pengakuan iman Nicea)
68
4. Sanctus ("Kudus, Kudus, Kudus"), bagian kedua yang dimulai dengan kata
"Benedictus" ("Berbahagialah dia"), sering dinyanyikan secara terpisah setelah
konsekrasi, jika pengaturan sudah lama. (Lihat Benedictus untuk nyanyian lain yang
diawali dengan kata itu.)
5. Agnus Dei ("Anak Domba Allah") Misa Requiem adalah versi modifikasi dari misa
biasa. Pengaturan musik misa Requiem memiliki tradisi panjang dalam musik Barat.
Ada banyak karya-karya penting dalam tradisi ini, termasuk yang dilakukan oleh
(Giovanni Pierluigi da Palestrina Palestrina), Tomás Luis de Victoria, Wolfgang
Amadeus Mozart, Hector Berlioz, Johannes Brahms, Anton Bruckner, Gabriel Faure,
Franz Liszt, Giuseppe Verdi, Benjamin Britten, Maurice Duruflé, Ligeti György,
Krzysztof Penderecki dan Igor Stravinsky.
a. Fungsi Musik Gereja
1. Sebagai nyanyian pujian.
2. Sebagai doa.
3. Sebagai alat proklamasi.
4 Sebagi cerita . Ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita, ungkapan
hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita
semua.
5. Karunia Allah.Melalui musik kita beribadah kepada Allah.Tujuan ibadah kita
adalah untuk mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai ibadah sejati bagi
Allah, bukan persembahan bagi para pengunjung ibadah.Ragam musik gereja
69
ada beraneka ragam, terdiri dari nyanyian jemaat, musik paduan suara dan
musik instrumental.
2.5.5. Konsep Musik Religion Agama Hindu
Merupakanagama dominan di Asia Sungai Sindhu (atau Indus) di negara
Pakistan. KataHindu berasal dari nama sungai tersebut. Selatan – terutama di India
dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi.Agama ini meliputi berbagai aliran
diantaranya Saiwa, Waisnawa, dan Saktaserta suatu pandangan luas akan hokum dan
aturan tentang "moralitas sehari-hari"yang berdasar pada karma, darma, dannorma
kemasyarakatan. Agama Hinducenderung seperti himpunan berbagaipandangan
filosofis atau intelektual,daripada seperangkat keyakinan yangbaku dan
seragam.Agama Hindu disebut sebagai "agamatertua" di dunia yang masih
bertahanhingga kini,
a. dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātanadharma
(Dewanagari), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula
manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh
umatnya tanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian,
dan pengendalian diri.
1. Pendapat orang Hindu Bagi orang Hindu, Hinduisme adalah jalan hidup
tradisional. Banyak Menurut Sarvepalli Radhakrishnan, "Hinduisme tidak
sekadar keyakinan. Ia adalah gabungan antara penalaran dan intuisi yang tak
dapat didefinisikan, namun hanya bisa dirasakan. "penganutnya yang
menyebut Hinduisme.
70
Sebagai Sanātana-dharma, artinya "darma yang abadi" atau "jalan yang
abadi". Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus dijalankan oleh
seluruh umat Hindu – tanpa memandang derajat, kasta, atausekte/aliran – seperti
kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga kesucian, berniat baik, pemaaf,
bersabar, mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri, murah hati, dan bertafakur.
Ini berbeda dengan swadarma, artinya "darma seseorang", yaitu kewajiban yang harus
dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan tingkatan kehidupan. Menurut Kim Knott,
perihal darma ini mengacu pada gagasan bahwa sumbernya melampaui sejarah umat
manusia, dan kebenarannya disampaikan oleh Tuhan (Sruti) serta diwar iskan
darizaman ke zaman, hingga masa kini, dalam suatu kumpulan kitab tertua didunia,
yaitu Weda. Menurut Encyclopædia Britannica: Pada masa kini, istilah (Sanatana-
dharma) itu pundigunakan oleh para pemuka, reformis, dan nasionalis Hinduuntuk
menyebut Hinduismesebagai suatu agama dunia
2.5.6. Konsep Musik Religion Agama Buddha
Adalahsebuah agama nonteistik atau filsafat (Sanskerta: dharma; Pali: ध_ध
dhamma) yang berasal dari anak benua India yang meliputi beragam tradisi,
kepercayaan, dan praktik spiritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang
dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang
Buddha (berarti "yang telah sadar"). Menurut tradisi Buddhis, Sang Buddha hidup dan
mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6
sampai ke-4 SM (Sebelum Masehi). Dia dikenal oleh para umat Buddha sebagai
seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk
71
membantu makhluk hidup mengakhiri penderitaan mereka dengan melenyapkan
ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan batin (moha), keserakahan (lobha), dan
kebencian/kemarahan (dosa). Berakhirnya atau padamnya moha, lobha, dan dosa
disebut dengan Nibbana. Untuk mencapai Nibbana seseorang melakukan perbuatan
benar, tidak melakukan perbuatan salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga
pikiran agar selalu pada kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami
fenomena batin dan jasmani.