bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep perilaku 2.1.1 definisi...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974 dalam Kholid, 2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diartikan bahkan dipelajari. Skinner (1938) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skinner menjelaskan ada dua jenis respons, yaitu a) respon reaktif (respondent respons) merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut elicting stimuli, karena menimbulkan reaksi yang relatife tetap b) instrumental respons (operant respons), merupakan respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus yang lain untuk memperkuat respons (Notoatmodjo, 2012). 2.1.2 Bentuk Perilaku Menurut Notoatmodjo (2012), berdasarkan dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku terbagi menjadi dua yaitu: 1. Perilaku tertutup (convert behavior), merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimuluas tersebut, dan belum dapat

Upload: others

Post on 10-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat

diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku

diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert

Kwick (1974 dalam Kholid, 2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diartikan bahkan dipelajari.

Skinner (1938) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skinner menjelaskan ada dua jenis

respons, yaitu a) respon reaktif (respondent respons) merupakan respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut elicting stimuli, karena

menimbulkan reaksi yang relatife tetap b) instrumental respons (operant respons),

merupakan respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus

yang lain untuk memperkuat respons (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012), berdasarkan dari bentuk respon terhadap

stimulus, perilaku terbagi menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup (convert behavior), merupakan respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimuluas tersebut, dan belum dapat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

9

diamati secara jelas oleh orang lain, misalnya seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), merupakan respons seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap

stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice),

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain, misalnya seorang

ibu memeriksa kehamilan atau membawa anaknya ke puskesmas untuk

diimunisasi.

2.1.3 Perilaku Kesehatan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau

disikapinya (dinilai baik), inilah yang disebut praktek atau perilaku kesehatan.

Perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap

tersebut, yakni melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan

peraktik (practice) (Alamsyah, 2013).

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo

(2012) dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Perilaku pemilihan kesehatan, adanya perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari

tiga aspek, yaitu:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

10

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatife,

maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai

tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat

memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan

minuman juga dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan seseorang,

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini menyangkut

upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau

kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai

mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespons

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Menurut

Backer (1979 dalam Notoadmodjo, 2012) perilaku ini terbagi menjadi:

a. Perilaku hidup sehat, perilaku ini mencangkup makan dengan makanan

seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras,

istirahat yang cukup, mengendalikan stress dan perilaku atau gaya hidup

lain yang positif bagi kesehatan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

11

b. Perilaku sakit, mencangkup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan

gejala penyakit.

c. Perilaku peran sakit, orang sakit (mempunyai peran yang mencangkup

hak-hak orang sakit dan kewajiban orang sakit). Perilaku ini meliputi:

tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui fasilitas atau

saranan pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak

(misalnya: hak memperoleh perawatan).

2.1.4 Domain Perilaku

Perilaku secara langsung merupakan action dari sebuah tindakan atau kegiatan.

Perilaku dapat dibagi menjadi beberapa domain. Menurut Bloom dalam Sunaryo

(2013) menjelaskan bahwa domain perilaku terdiri dari tiga domain yaitu:

1. Domain kognitif yaitu domain yang dapat diukur dari pengetahuan seseorang,

misalnya pengetahuan seorang ibu yang berpendidikan S1 mempunyai

pengetahuan atau wawasan tentang penyakit ISPA.

2. Domain afektif yaitu berkaitan dengan sikap dan gejala-gejala yang

menunjukkan kecenderungan terhadap perilaku, misalnya sikap saya akan

membawa anak ke puskesmas terdekat bila terkena ISPA.

3. Domain psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan atau tindakan,

misalnya perilaku orang tua khususnya ayah yang merokok didalam rumah.

2.1.5 Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan dan

penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang

lainnya. Teori-teori yang berkaitan dengan teori perubahan perilaku secara

singkat, sebagai berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

12

1. Teori Stimulus Organisme Respon (S-O-R)

Teori ini memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk

melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan meng-

kondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam

lingkungan. Teori ini menjelaskan mekanisme proses terjadi dan ber-

langsungnya perilaku individu dapat digambarkan sebagai berikut: S > R atau

S>O>R, S= stimulus (rangsang); R=Respon (perilaku, aktivitas) dan O=

organisme (individu/manusia) (Kholid, 2012).

2. Teori Kurt Levin

Menurut Kurt Levin, menjelaskan bahwa perilaku manusia itu adalah

suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan

kekuatan-kekuatan penahan. Perilaku tersebut dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara keduanya atau dalam konsep sehat sakitnya terjadi

ketidakseimbangan antara yin dan yang, maka akan menimbulkan penyakit

dalam konsep Cina (Alamsyah, 2013).

3. Teori Fungsi

Teori fungsi menjelaskan bahwa perubahan perilaku individu ter-

gantung pada keutuhan. Menurut Katz dalam Alamsyah (2013) teori ini di-

jelaskan sebagai berikut:

a. Perilaku memiliki fungsi instrumental artinya berfungsi memberikan

pelayanan terhadap kebutuhan.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanicm artinya adalah sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

13

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan dalam

peranannya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan

diri dengan lingkungannya.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam

menjawab situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari diri seseorang dan

merupakan pencerminan dari hati.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skinner

(dalam Notoatmodjo, 2012) adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce

berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen

disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku

yang dimaksud.

3. Menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara, meng-

identifikasi reinforce untuk masing-masing komponen tersebut.

4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka

diberika hadiah. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku tersebut

cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan

komponen kedua kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak

memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua

terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan

selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

14

2.1.6 Perilaku Pemenuhan Ketahanan Pangan Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah “proses, cara,

perbuatan memenuhi”, sedangkan ketahanan pangan keluarga menurut Undang-

undang Pangan No.18 Tahun 2012 yaitu kondisi dimana setiap individu dan rumah

tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi dan ketersediaan pangan dalam jumlah

yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan dengan tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk hidup sehat,

aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Jadi, perilaku pemenuhan ketahanan pangan

keluarga adalah proses/cara/perbuatan yang berupa aktivitas atau tindakan untuk

memenuhi akses secara fisik, ekonomi dan memenuhi ketersediaan pangan dalam

jumlah yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk hidup sehat,

aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku manusia tidak terbentuk dengan sendirinya, namun dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya dalam bidang kesehatan ada beberapa teori tentang

faktor penentu (determinan) atau faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku.

Teori perilaku menurut Lawrence Green (1980 dalam Maulana 2009) bahwa perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor diantaranya:

1. Faktor predisposisi, faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang.

Faktor ini termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan,

nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosial-demografi.

2. Faktor pendorong, faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Hal ini

berupa lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang

mendukung dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

15

3. Faktor penguat, faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan

petugas kesehatan, termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik

dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.2 Konsep Ketahanan Pangan

2.2.1 Definisi Ketahanan Pangan

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1996 yang diubah menjadi UU No. 18

Tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap

individu dan rumah tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi dan ketersediaan

pangan dalam jumlah yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan

dengan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk

hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (Irianto, 2016).

Ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture

Organization (FAO), 2003) diartikan sebagai situasi yang ada ketika semua orang,

sepanjang waktu, mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap bahan pangan

yang cukup, aman, dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan makanan dan makanan

yang disukai untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Irianto, 2016).

Konsep ketahanan pangan paling tidak harus memenuhi lima unsur pokok,

yaitu berorientasi pada rumah tangga dan individu, setiap saat pangan tersedia dan

dapat diakses, menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,

ekonomi dan sosial, bertujuan pada pemenuhan gizi, serta meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat agar mampu hidup sehat dan produktif (Rustanti, 2015).

2.2.2 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) yang

diselenggarakan di Roma pada tahun 1992 mendefinisikan bahwa ketahanan pangan

rumah tangga (Household Food Security) adalah kemampuan rumah tangga untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

16

memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat

dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Dalam sidang Committee on World Food

Security 1995 definisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan “Harus

diterima oleh budaya setempat”. Hal ini dinyatakan Hasan (1995) bahwa ketahanan

pangan sampai pada tingkat rumah tangga antara lain tercermin oleh ketersediaan

pangan yang cukup merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh masyarakat baik

akses fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang beragam,

memenuhi syarat gizi yang diterima budaya setempat (Mustofa, 2012). Selain itu,

menurut Rustanti (2015) ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah

kemampuan sebuah keluarga untuk cukup tahan dalam hal pangan untuk menjamin

kecukupan intake makanan bagi seluruh anggota keluarga.

2.2.3 Peranan dalam Pemantapan Ketahanan Pangan

Terwujudnya ketahanan pangan dihasilkan dari kesinergisan suatu sistem yang

terdiri dari subsistem pemerintah, subsistem lingkungan masyarakat dan subsistem

rumah tangga (Suryana, 2003):

1. Peranan Pemerintah (pusat dan daerah)

Peranan pemerintah dalam rangka melaksanakan strategi/pendekatan

kebijakan dan pencapaian sasaran pembangunan ketahanan pangan,

pemerintah berperan dalam memfasilitasi penciptaan kondisi yang kondusif

bagi masyarakat dan swasta untuk berkiprah dalam pembangunan ketahanan

pangan. Upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi ketahanan pangan

meliputi:

a. Penerapan kebijakan makro ekonomi yang kondusif, menyangkut

suku bunga, nilai tukar, perpajakan, dan peraturan perundangan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

17

b. Peningkatan kapasitas produksi nasional melalui pengembangan

sistem dan usaha agribisnis yang berbasis pada komonditas pertanian,

pemanfaatan sumber daya alam dan efisiensi penerapan teknologi dan

mengembangkan menajemen serta prasarana ekonomi untuk meng-

hasilkan produksi pangan yang berdaya saing.

c. Pelayanan publik, seperti sistem mutu, ilmu pengetahuan, informasi

pasar, teknologi, trasnportasi, pemupukan cadangan pangan

masyarakat dan pemerintah, pendidikan gizi dan pengelolaan

konsumsi, penerapan sistem mutu dan perlindungan konsumen dari

bahaya akibat mengkonsumsi pangan.

d. Peningkatan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat. Upaya

peningkatan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dilakukan

melalui pengembangan kelembagaan tani, percepatan transfer

teknologi kepada masyarakat, mempermudah akses fasilitas produksi

oleh petani/produsen dan pelaku usaha, serta meningkatkan dan

mempermudah akses pasar.

Peranan ini dilaksanakan melalui instansi-instansi yang mengemban

misi yang bersangkutan, di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai

kewenangan dalam otonomi daerah.

2. Peranan Masyarakat

Pembangunan ketahanan pangan pada hakekatnya adalah pember-

dayaan masyarakat yang berarti meningkatkan kemandirian dan kapasitas

masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi,

dan konsumsi pangan dari waktu ke waktu.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

18

Subsistem lingkungan masyarakat berperan dalam mengatur sistem

produksi yang efisien, membangun industri pangan, berperan aktif dalam

mewujudkan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan, serta memiliki

budaya konsumsi yang hemat dan efisien. Masyarakat yang terlibat dalam

pembangunan ketahanan pangan misalnya, petani, peternak, dan nelayan yang

berperan sebagai produsen.

3. Rumah Tangga atau Keluarga

Melalui upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kemandirian masyarakat diantaranya, pemberdayaan untuk meningkatkan

produktivitas dan daya saing serta penyediaan fasilitas yang diharap dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat yang secara otomatis meningkatkan

daya beli dan akses pangan pada tingkat rumah tangga. Peningkatan pen-

dapatan rumah tangga akan mampu memperkuat ketahanan pangan rumah

tangga dan akan berdampak pada terciptanya ketahanan pangan nasional.

Subsistem rumah tangga juga berperan dalam pengaturan pola

konsumsi secara sadar, hemat, efisien, dan bertanggung jawab, yaitu mampu

menyesuaikan diri dengan sumber pangan yang efisien dihasilkan atau di-

sediakan oleh lingkungan sekitar, mampu menjaga keanekaragaman, men-

dapat gizi atau nutrisi yang seimbang, mampu menekan keborosan pangan,

maupun memiliki dan mengelola pangan dengan baik.

2.2.4 Indikator dan Komponen Ketahanan Pangan

Menurut Sutaryo (2015) pencapaian ketahanan pangan rumah tangga dapat

diukur melalui beberapa indikator ketahanan pangan diantaranya; 1) indikator proses,

yaitu menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan oleh ketersedian pangan dan

akses pangan. 2) indikator dampak terbagi menjadi dampak langsung meliputi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

19

konsumsi dan frekuensi pangan dan dampak tidak langsung meliputi penyimpanan

pangan dan status gizi sebagai outcome.

1. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan (food availability), yaitu tersedianya pangan dalam jumlah yang

cukup, aman dan bergizi untuk semua orang. Ketersediaan mencangkup

kualitas (jumlah pangan yang mencukupi) dan kuantitas (keanekaragaman,

mutu, dan gizi) bahan pangan agar setiap individu dapat terpenuhi standar

kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan

peningkatan standar hidup sumber daya manusia Indonesia (Rustanti, 2015).

a. Jumlah (porsi) pangan yang cukup yaitu konsumsi makanan sehari-hari

sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Target pencapaian angka keter-

sediaan pangan per kapita Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

(WNPG) VIII tahun 2004 yaitu rata-rata konsumsi pangan sebesar 2200

kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk

protein. Pengkategorian Tingkat Kecukupan Energi, yaitu kategori defisit

berat apabila <70% AKE (Angka Kecukupan Energi), defisit sedang 70%

- <80% AKE, defisit ringan 80% - <90% AKE, dan Normal ≥90%

AKE. Sementara pengkategorian Tingkat Kecukupan Protein, defisit

berat <70% AKP (Angka Kecukupan Protein), defisit sedang 70% -

<80% AKP, defisit ringan 80% - <90% AKP, dan Normal ≥90% AKP.

(Kementrian Kesehatan RI, 2016)

b. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

pangan bebas dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan

manusia (BAPPENAS, 2011).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

20

c. Gizi pangan, karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung

semua jenis zat gizi maka diperlukan konsumsi yang beranekaragam yang

mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh manusia seperti protein,

karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Gizi tersebut akan diperoleh

dari anekaragam kelompok pangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk

pauk, sayuran dan buah-buahan. Kelompok tersebuh meliputi

(Kementrian Kesehatan RI, 2014):

1) Makanan pokok sumber karbohidrat, seperti beras, kentang,

singkong, ubi jalar, jagung, talas, sagu, serta sukun.

2) Lauk pauk sumber protein, seperti ikan, telur, unggas, daging, susu

dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe).

3) Sayuran dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral.

4) Serta kelompok yang dibatasi penggunaannya seperti garam, gula, dan

minyak.

2. Akses Pangan

Akses pangan (food access), yaitu kemampuan semua rumah tangga dan

individu dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan

yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi

pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan (Rustanti,

2015). Akses meliputi :

a. Akses ekonomi, lebih dipengaruhi oleh daya beli dan pendapatan.

Keterjangkauan dalam akses ekonomi artinya jika masyarakat mempunyai

daya beli yang cukup untuk mendapatkan bahan pangan maupun non

pangan sesuai kebutuhan dan pilihan setiap individu anggotanya. Selain

berkaitan dengan pendapatan akses ekonomi juga dipengaruhi oleh

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

21

strategi atau upaya rumah tangga untuk memenuhi pangan (Sutaryo,

2015). Strategi yang dimaksud adalah “seni” rumah tangga dalam

menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan

panganya melalui hubungan efektif dengan lingkunganya dalam kondisi

yang paling menguntungkan baik jangka pendek atau jangka panjang.

Menurut Rahmadanih, dkk (2013) strategi dalam proses pengadaan

pangan yaitu selain kepala keluarga, ibu rumah tangga (istri) juga

mengalokasikan waktunya untuk membantu pekerjaan suami atau bekerja

sampingan.

b. Akses fisik, menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana)

untuk memperoleh bahan pangan (Rustanti, 2015). Keterjangkauan akses

fisik artinya masyarakat dapat menjangkau pangan dengan mudah karena

adanya dukungan prasarana dan sarana mobilitas maupun pasar yang

memadai. Akses fisik akan menentukan apakah sumber pangan yang

dikonsumsi dapat ditemui dan mudah diperoleh. Akses fisik terhadap

pangan ditentukan oleh letak pasar, ketersediaan pangan ditingkat wilayah,

dan kemudahan sarana dan prasarana penunjang. Pasar adalah suatu

prasarana untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk pangan

dalam jumlah banyak dan beranekaragam. Jika letak pasar atau tempat

untuk memperoleh bahan pangan dekat dengan tempat tinggal maka

dapat dikatakan akses fisik rumah tangga terhadap pangan cukup mudah.

Hal ini juga didukung oleh kondisi sarana dan prasaranan transportasi

yang memadai (Meliala, dkk, 2014).

Terdapat dua komponen penting dalam ketahanan pangan, yaitu: 1)

ketersediaan dan 2) akses terhadap pangan. Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

22

ketahanan pangan suatu negara atau wilayah dapat bersumber dari kemampuan

produksi, kemampuan ekonomi untuk menyediakan pangan dan kondisi yang

membedakan tingkat kesulitan dan hambatan akses pangan. Kondisi yang sama

sebagai penentu ketahanan pangan ditingkat rumah tangga adalah akses terhadap

pangan dan ketersediaan pangan (Sutaryo, 2015).

2.2.5 Metode Pengukuran Ketahanan Pangan Keluarga

Pengukuran ketahanan pangan keluarga dapat dilakukan dengan meng-

gabungkan dua indikator ketahanan pangan yaitu ketersediaan dengan mem-

bandingkan tingkat konsumsi energi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan

aksesibilitas pangan yang dapat dijelaskan dengan proporsi pengeluaran rumah tangga

terhadap pangan (Arifin, 2007).

Metode penilaian derajat ketahanan pangan rumah tangga dapat

menggunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan pangan, yaitu ketersediaan

pangan dengan menilai kecukupan konsumsi energi dan aksesibilitas pangan dengan

menilai pangsa pengeluaran pangan.

1. Mengukur ketersediaan, yaitu dengan membandingkan tingkat konsumsi

energi dengan angka kecukupan gizi (AKG). Jika konsumsi energi rumah

tangga lebih <80% dikategorikan kurang, dan jika konsumsi energi rumah

tangga >80% dikategorikan cukup.

2. Mengukur aksesibilitas pangan rumah tangga dapat dijelaskan dengan

proporsi pengeluaran rumah tangga terhadap bahan pangan. Tingkat

pengeluaran berbanding terbalik dengan ketahanan pangan, semakin besar

pengeluaran rumah tangga terhadap bahan pangan maka semakin rendah

ketahanan pangan rumah tangga tersebut. Batasan tingkat pengeluaran

pangan adalah 60%.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

23

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Keluarga

Konsumsi Energi Rumah Tangga

Tingkat Pengeluaran Pangan

Rendah (≤60% Pengeluaran Total)

Tinggi (>60 % Pengeluaran Total)

Cukup (>80% kecukupan energi rata-rata keluarga)

Tahan Pangan Rentan Pangan

Kurang (≤80% kecukupan energi rata-rata keluarga)

Kurang Pangan Rawan Pangan

Sumber: Jonsson and Toole, 1991 dalam Arida, 2015

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Keluarga.

Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas

ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional. Selain itu,

ketahanan pangan dalam arti keterjangkauan pangan juga berkaitan dengan upaya

peningkatan mutu sumberdaya manusia (SDM) (Suryana., 2003). Tingkat kerawanan

pangan keluarga dapat ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Pendapatan Keluarga

Faktor penting yang merupakan determinan dalam pemenuhan

pangan adalah daya beli pangan. Daya beli didefinisikan sebagai kemampuan

ekonomi rumah tangga untuk memperoleh bahan pangan yang ditentukan

oleh besarnya alokasi pendapatan untuk pangan, harga bahan pangan yang

dikonsumsi, serta jumlah anggota rumah tangga. Dengan kata lain, daya beli

pangan tergantung pada besarnya pendapatan. Pendapatan secara langsung

dapat mempengaruhi konsumsi keluarga. Pendapatan yang meningkat

diindikasikan dapat memperbesar peluang keluarga untuk membeli pangan

dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Sementara, keluarga yang

berpendapatan rendah akan menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas

konsumsi pangan (Arbaiyah, 2013).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

24

2. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai gizi dapat mempengaruhi konsumsi pangan,

namun pengaruh ini dapat ditiadakan/berubah oleh beberapa faktor, seperti

pendidikan gizi, paparan media masa, ketersediaan waktu untuk membeli,

mengolah dan menyiapkan makanan, serta ketersediaan pangan. Tingkat

pengetahuan megenai gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan gizi. Menurut Herdiansyah (2007 dalam Arbaiyah, 2013), secara

umum di negara berkembang, ibu memiliki peran penting dalam memilih dan

mempersiapkan pangan untuk anggota keluarganya. Pengetahuan ibu

mengenai gizi akan mempengaruhi perilaku pemilihan dan ketidaktahuan

dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihannya.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Tingginya jumlah anggota rumah tangga akan berdampak pada

buruknya kualitas konsumsi pangan dan gizi pada rumah tangga tersebut.

Ukuran rumah tangga merupakan penentu (Household size) dalam konsumsi

energi. Berdasarkan hasil penelitian Latief (2000 dalam Arbaiyah, 2013)

menunjukkan bahwa selama terjadi krisis moneter, distribusi pangan yang

dikonsumsi semakin memburuk pada rumah tangga yang mempunyai anggota

yang cukup besar. Semakin besar ukuran rumah tangga, maka semakin sedikit

pangan yang tersedia yang dapat didistribusikan pada anggota rumah tangga .

4. Usia Orang Tua

Menurut Herdiansyah (2007 dalam Arbaiyah, 2013), menyatakan

bahwa pasangan orang tua dengan usia lebih tua kemungkinan mempunyai

pengetahuan lebih baik mengenai gizi dan pangan dibanding dengan pasangan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

25

orang tua dengan usia muda karena pengalaman mereka. Selain itu, menurut

hasil penelitian yang dilakukan Susilowati (2014) usia orang tua/keluarga

berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Semakin bertambahnya usia kepala

keluarga yang sebagian besar mengandalkan tenaga atau fisik dalam bekerja

maka kemampuan tenaga atau fisiknya semakin berkurang sehingga

produktifitasnya pun semakin menurun yang berimbas pada penurunan

pendapatan keluarga sehingga membuat keluarga rentan terhadap kerawanan

pangan.

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Bailon dan Maglaya (1988) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran

masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Sudiharto,

2007). Selain itu, keluarga merupakan bagian atau unit terkecil masyarakat. Sebagai

unit terkecil masyarakat, kedudukan keluarga menjadi inti yang paling penting pada

suatu masyarakat. Kehidupan suatu masyarakat merupakan kumpulan dari kehidupan

sejumlah keluarga yang terikat didalamnya (Soetjiningsih, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat

ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan,

seperti yang tertulis dalam “Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa

keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.

2.3.2 Bentuk Keluarga

Keluarga terdiri dari dua macam, yaitu keluarga inti (nuclear family) yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anaknya, dan keluarga besar (extended family). Pada keluarga

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

26

besar didalamnya terdapat orang lain selain keluarga inti, misalnya nenek, kakek, bibi,

paman, atau lainnya yang kadang-kadang timbul masalah dalam pengasuhan anak

(Soetjiningsih, 2013).

Selain itu, menurut Sudiharto (2007) juga terdapat beberapa bentuk keluarga

diantaranya:

1. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan

perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak,

baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal

seseorang dilahirkan.

3. Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga yang lain

(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu

termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga, tanpa anak,

serta keluarga pasangan sejenis (gay/lesbian families).

4. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang

menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.

5. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian

dan/atau kematian pasangan yang dicintai.

6. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan

hidup bersama.

7. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa

pernikahan bisa memiliki anak atau tidak.

8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai global dan

pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak

lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

27

menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan

keponakannya dan sebagainya.

9. Keluarga tradisonal dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat dengan pernikahan, sementra

nontradisional tidak diikat dengan pernikahan misalnya sekelompok orang

yang tinggal di asrama.

2.3.3 Peran Keluarga dalam Pemenuhan Pangan

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan serta

perkembangan anak karena dilingkungan keluarga anak akan mendapatkan segala

kebutuhan yang diperlukan, mulai dari kebutuhan jasmani seperti sandang, pangan

dan papan hingga kebutuhan rohani seperti bimbingan, pendidikan dan kasih sayang

dari orang tua (Soetjiningsih, 2013).

Terwujudnya ketahanan pangan dihasilkan oleh bekerjanya secara sinergis

suatu sistem yang terdiri subsistem rumah tangga, subsistem lingkungan masyarakat,

subsistem pemerintah. Peran subsistem rumah tangga dalam pemenuhan ketahanan

pangan mencangkup pengaturan pola konsumsi pangan, pola pengadaan, dan pola

cadangan pangan.

1. Pola Konsumsi Pangan

Pola makan atau konsumsi adalah cara seseorang atau sekelompok

orang dalam memilih makanan dan mengkonsumsi makanan tersebut sebagai

reaksi fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. Pengaturan pola makan yang

perlu diperhatikan, meliputi frekuensi, jenis yang beranekaragam, waktu

dengan membuat jam makan tetap dan rutin sesuai kebutuhan, dan porsi atau

jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan (Arifin Zainul, 2015). Kosumsi

pangan mencangkup salah satu sarat ketahanan pangan rumah tangga.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

28

Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari perubahan pola konsumsi

yang mengarah pada penurunan kualitas dan kuantitas termasuk perubahan

frekuensi konsumsi makanan pokok (Saputri, R, 2016).

2. Pola Pengadaan Pangan

Pengadaan atau penyediaan pangan merupakan proses atau kegiatan

untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Faktor utama penyebab kerawanan

pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk menyediakan bahan pangan.

Tujuan dari pengadaan pangan yaitu untuk mendapatkan bahan makanan

dengan mutu yang baik, mampu menjaga keanekaragaman, mendapat gizi

atau nutrisi yang seimbang, serta mampu menekan keborosan pangan.

Tingkat penyediaan pangan dipengaruhi oleh; a) kemampuan produksi bahan

pangan rumah tangga, b) kemampuan daya beli bahan pangan, dan c)

ketersediaan pangan ditingkat daerah. Pengadaan pangan dapat diperoleh

dari produksi sendiri seluruh atau sebagian dari kebutuhan pangan atau

membeli. Upaya pencapaian status gizi yang baik atau optimal dimulai dengan

penyediaan pangan yang cukup (Departemen Pertanian, 2010).

3. Pola Cadangan Pangan

Cadangan pangan yang dikelola rumah tangga atau masyarakat sangat

penting dalam menjaga ketahanan pangan/mengatasi kerawanan pangan di

tingkat rumah tangga. Salah satu aspek penting dalam membangun ketahanan

pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup.

Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu; 1) kemampuan

produksi dalam negeri, 2) impor pangan dan 3) pengelolaan cadangan pangan.

Cadangan pangan merupakan salah satu sumber pasokan untuk mengisi

kesenjangan antara produksi dan kebutuhan akan pangan. Fungsi dari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

29

cadangan pangan adalah untuk mengantisipasi masalah pangan. Masalah

pangan adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan pangan, ketidak-

mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan atau

keadaan darurat seperti terjadinya peristiwa bencana alam, paceklik dan

sebagainya. Fungsi cadangan pangan ditingkat rumah tangga secara individu

atau kolektif, yaitu 1) mengantisipasi terjadinya kekurangan bahan pangan, 2)

mengantisipasi ancaman gagal panen, akibat bencana alam, hama, paceklik,

dan sebagainya. Akses terhadap pangan mencangkup akses fisik dan akses

ekonomi. Akses fisik terkait dengan faktor penguasaan produksi pangan

ditingkat rumah tangga. Adapun, faktor daya beli pangan adalah refleksi dari

kemampuan akses ekonomi (Departemen Pertanian, 2010).

2.3.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1999 dalam Sudiharto 2007), lima fungsi dasar keluarga

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi efektif adalah fungsi internal keluarga untuk memerlukan kebutuhan

psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling

menerima dan mendukung.

2. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan

dilingkungan sosial.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti sandang, pangan, dan papan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

30

5. Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.3.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Keluarga pada dasarnya mempunyai delapan tugas pokok, yaitu sebagai

pemeliharaan fisik keluarga dan peran anggotanya, pemeliharaan sumber daya yang

ada dalam keluarga, pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kedudukan,

sosialisasi antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, penempatan

anggota keluarga dalam masyarakat, membangkitkan dorongan dan semangat anggota

keluarga (Jhonson, 2010).

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan, meliputi (Suprajitno, 2004):

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan. Orang tua perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya

keluarga yang utama untuk mencari pertolongan sesuai dengan keadaan

keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau teratasi.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

2.4 Konsep Status Gizi

2.4.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Menurut Sutomo (2010), status gizi adalah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

31

suatu keadaan kesehatan tubuh berkat asupan zat gizi melalui makanan dan minuman

yang dihubungkan dengan kebutuhan. Selain itu, status gizi merupakan ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa

status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari.

Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan

kesehatan serta membantu pertumbuhan bagi anak (Irianto, 2009).

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap

orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang pada usia balita di-

dasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible

(tidak dapat pulih). Status gizi balita dapat digunakan sebagai salah satu indikator

untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat (Marimbi, 2010).

2.4.2 Klasifikasi Status Gizi

Kategori status gizi diperlukan untuk mengetahui manfaat status gizi pada

anak dan balita. Status gizi menurut pengukuran berat badan menurut usia (BB/U)

terbagi dalam 4 kategori, yaitu status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang dan

status gizi buruk (Alamsyah, 2013):

1. Gizi Baik

Gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan

untuk aktifitas tubuh, keadaan gizi baik terjadi karena adanya keseimbangan

jumlah makanan yang dimakan dan yang dibutuhkan tubuh.

2. Gizi Lebih

Gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang yang pemenuhan

kebutuhannya melampaui batas lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu

yang cukup lama. Hal ini dicerminkan pada kelebihan berat badan yang terdiri

dari timbunan lemak, besar tulang dan otot/daging.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

32

3. Gizi Kurang

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

berfikir, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Adapun

kelompok yang memiliki resiko gizi kurang, yaitu bayi dan balita (anak-anak)

serta ibu hamil.

4. Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan

nutrisi atau nutrisinya dibawah standar rata-rata. Gizi buruk biasa terjadi pada

balita ditandai oleh membusungnya perut (busung lapar) dan merupakan

bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi. Status gizi buruk

dibagi menjadi tiga bagian, yakni; a) Marasmus, ialah gangguan gizi karena

kekurangan karbohidrat; b) Kwashiorkor, penampilan tipe kwashiorkor

seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup

energi disamping kekurangan protein. Tampak sangat kurus dan atau edema

pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh; c) Marasmus-kwasiorkor,

merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.

Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk

pertumbuhan yang normal.

2.4.3 Pengaruh Status Gizi terhadap Tumbuh Kembang Balita

Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius karena

kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan yang irreversible (tidak

dapat dipulihkan). Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu indikator

kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal

akan berdampak pada perkembangan otak (Proverawati, 2011).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

33

Masalah balita pendek (stunting) juga merupakan gambaran adanya masalah

gizi kronis (jangka panjang). Prevalensi stunting di provinsi Jawa Timur juga masih

tinggi yaitu mencapai 17,6% berstatus pendek dan 9,5% berstatus sangat pendek,

dikatakan tinggi karena jumlah ini melebihi standar WHO yaitu mencapai 20%

(Kementrian Kesehatan RI, 2016). Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak

pada perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar

sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Penilaian lain juga menyimpulkan

bahwa intervensi gizi hanya akan efektif jika dilakukan selama kehamilan dan 2-3

tahun pertama kehidupan anak (BAPPENAS, 2011).

Status gizi balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak

dengan berat badan standar sesuai pedoman. Sedangkan, parameter yang cocok

digunakan untuk pengukuran status gizi balita adalah berat badan, tinggi badan, dan

lingkar kepala. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental

anak (Proverawati, 2011).

2.4.4 Penilaian Status Gizi pada Balita

Pemeriksaan untuk menilai status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara

langsung dan tidak langsung (Irianto, 2009).

1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Irianto, 2009).

a. Anthropometri

Pemeriksaan antropomentri dilakukan dengan cara mengukur tinggi

badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps,

subcapula, dan suprailliaca). Beberapa indeks anthropometri yang sering di-

gunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U). tinggi badan menurut

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

34

umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan

atas berdasarkan umur (LLA/U), dan indeks massa tubuh menurut umur

(IMT/U).

Mengukur status gizi dengan menggunakan Z-Score, secara sederhana

dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur

maupun menurut tinggi badan dengan rujurkan (standar) yang diterapkan.

Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam tiga indikator antropometri,

yaitu: BB/U, TB/U, serta BB/TB, yang dikonversi kedalam bentuk nilai

terstandar yaitu standar deviasi (SD) atau Z-score. Z-score adalah deviasi nilai

individu dari nilai rata-rata (median) populasi referensi, dibagi dengan standar

deviasi referensi populasi.

Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)Berat Badan menurut Umur

(BB/U)

Anak umur 0-60 bulan

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD

Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi lebih > 2 SD

Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U)

Anak umur 0-60 bulan

Sangat pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB)

Anak umur 0-60 bulan

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampasi dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indek Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U)

Anak umur 0-60 bulan

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampasi dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

35

b. Klinis

Pemeriksaan klinis, metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan

yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Pemeriksaan

dilakukan pada jaringan epitel (supervisial ephitel tissue) seperti kulit, mata,

rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan mengetahui status

kekurangan gizi dengan melihat tanda tanda khusus (Irianto, 2009).

c. Biokimia

Pemeriksaan status gizi dengan biokimia, dilakukan melalui

pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) yang

diuji secara laboratories terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin,

feritin, glukosa dan kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan untuk

mengetahui kekurangan gizi secara spesifik (Irianto, 2009).

d. Biofisik

Biofisik adalah metode penentuan status gizi yang dilakukan dengan

melihat kemungkinan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi

tertentu, misalnya pada orang yang buta senja (Irianto, 2009).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Selain pemeriksaan status gizi secara langsung, dapat juga dilakukan

pemeriksaan secara tidak langsung yang meliputi (Irianto, 2009):

Rumus penghitungan Z-Score adalah: Nilai Individu Subyek (BB)- Nilai Median Baku Rujukan

Z-score= Nilai Simpang Baku Rujukan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

36

a. Survei Konsumsi

Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan

makan dan penghitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini

adalah mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi.

b. Statistik Vital

Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti

angka kematian, kesakitan, dan kematian akibat hal-hal yang berhubungan

dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung

status gizi masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang

dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll). Faktor-faktor

ekologi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi

masyarakat.

2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Penyebab dari permasalahan status gizi kurang dan buruk diantaranya:

1. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi

kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang

kurang tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi

sering menderita sakit pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian

juga pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan

tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit (Alamsyah,

2013).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

37

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi, jika suatu keluarga memiliki pendapatan yang besar

serta cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarganya maka

pemenuhan kebutuhan gizi pada balita dapat terpenuhi. Sementara,

pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli rendah dan tidak dapat

membeli pangan dalam jumlah yang diperluka sehingga berakibat pada status

gizi (Putri, dkk 2015).

3. Pendidikan Ibu

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Putri, dkk (2015)

menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang lebih banyak berasal dari

kelompok ibu yang berpengetahuan rendah, hal ini karena kebutuhan dan

kecukupan gizi balita bergantung pada pengetahuan ibu dalam mengolah dan

menentukan jenis makanan yang diberikan oleh ibu.

4. Selera Makan

Selera makan anak usia balita umumnya sering naik turun. Anak bisa

melahap makanan jika sedang menyukai makanan tertentu atau tidak mau

makan makanan jika selera makananya sedang menurun. Jika berlangsung

cukup lama, kebiasaan menyukai makanan tertentu dapat menyebabkan balita

kekurangan gizi karena konsumsi makanan yang monoton (Sutomo, 2010).

2.5 Konsep Balita

2.5.1 Definisi Balita

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu

tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua

yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun (1-3 tahun) dikenal dengan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

38

batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia

prasekolah (Proverawati, 2011).

Pemilihan usia 2-5 tahun dilakukan karena pada usia ini masa pertumbuhan

yang cepat, aktifitasnya tinggi, serta terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi

ke makanan dewasa (Soetjiningsih, 2013). Pada usia ini asupan makanan sering tidak

adekuat sebab anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai

termasuk jajanan, serta pada usia ini anak sudah tidak mendapat ASI (disapih)

mengakibatkan anak semakin rentan terhadap penyakit infeksi yang sering terjadi dan

dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Oleh karena itu, konsumsi anak harus

mendapat perhatian khusus dari orang tua baik jumlah maupun variasi dari makanan

(Kemenkes RI, 2014).

2.5.2 Pedoman Gizi Seimbang Balita Menurut Usia

Pedoman gizi seimbang berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2014), telah

mengelompokkan kebutuhan gizi sebagai berikut:

1. Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 Bulan

Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya ASI. ASI

merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena ASI dapat memenuhi

semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan. Oleh karena itu,

setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan

hanya diberi ASI saja.

2. Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 Bulan

Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai gizi semakin

meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini,

anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, mulai

terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

39

terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/-

anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah

Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan

kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan

selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun

(Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara

seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak

selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang beranekaragam pada

periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk

bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan

buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan

pokok sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara

bertahap dan jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga

seimbang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

3. Gizi Seimbang untuk Anak 2-5 Tahun

Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih

berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga

anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk

makan jajanan. Oleh karena itu, jumlah dan variasi makanan harus men-

dapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama

dalam “memenangkan” pilihan anak agar memiliki makanan yang bergizi

seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga

mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

40

bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya (Kementrian Kesehatan RI,

2014).

2.5.3 Tumbuh Kembang Balita

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas

(dewasa). Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif yaitu ber-

tambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.

Perkembangan menyangkut proses diferensial sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2013).

Tabel 2.3 Standar Tinggi dan Berat Badan Anak Usia 1-5 Tahun Berdasarkan NCHS (dalam median).

Usia (tahun)

Laki-laki Perempuan

Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm)1 10,2 76,1 9,5 74,3

2 12.3 85.6 11.8 84.5

3 14.6 95.6 14.1 93.5

4 16.7 102.9 16.0 101.6

5 18.7 109.3 17.7 108.4

Sumber: Rahayu, 2009.

2.5.4 Kebutuhan Gizi Balita

Balita memerlukan enam zat gizi utama untuk membantu proses

pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral dan air. Keenam macam gizi ini tidak bisa dipenuhi hanya dari satu macam

makanan saja karena tidak ada satupun makanan dari alam yang mempunyai

kandungan gizi lengkap sehingga diperlukan konsumsi makanan yang beragam

(Proverawati, 2011).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

41

1. Karbohidrat

Kerbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia,

umumnya 70% dari kebutuhan energi berasal dari karbohidrat. Sumber

karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, gula dan

hasil olahannya seperti bihun, mie, roti, selai, sirup, dan sebagainya. Sumber

karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia

adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2009).

Besar kebutuhan energi dapat dihitung dengan cara:

a. Kebutuhan energi harian (kalori) = 1000 + (100 x Usia dalam tahun)

b. Keb. energi usia 1-3 tahun= 100 kalori/kg BBI

Keb. energi usia 4-5 tahun= 90 kalori/kg BBI

BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8

Maka, kebutuhan karbohidrat = (70% x total energi harian) : 4= x gram

2. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin

A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan

secara mutlak. WHO (1990) mengajurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30%

dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Sumber utama

lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit),

mentega, margarine, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber

lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, krim susu, keju dan kuning

telur (Almatsier, 2009).

Kebutuhan lemak= (20% x total energi harian) : 9= x gram

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/42215/3/jiptummpp-gdl-patmiah201-51118-3-babii.pdfMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah

42

3. Protein

Protein merupakan zat gizi yang berfungsi khas yang tidak dapat

digantikan oleh zat gizi lain, yaitu dalam pembentukan dan pemeliharaan sel-

sel dan jaringan tubuh. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein

yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas,

ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan olahannya,

seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Almatsier, 2011).

Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total energi harian, dapat

dihitung :

Kebutuhan protein sehari (kalori) = (10% x total energi harian) : 4 = x gr

4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam

jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh.

Vitamin terbagi menjadi dua yaitu vitamin larut lemak (vitamin A,D, E, dan

K) dan vitamin larut air. Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi

metebolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh pada umumnya

sebagai koenzim atau sebagian dari enzim (Almatsier, 2009).

5. Mineral

Sekitar 4% tubuh kita terdiri atas mineral, mineral dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar (elemen, unsure) berdasarkan kuantumnya ialah: a)

Makro elemen yang terdapat dalam kuantum yang relatif besar, misalnya K,

Na, Ca, Mg, dan P, S serta Cl.; b) Mikro elemen, yang dalam kuantum yang

relative sedikit, seperti Fe, Cu, Co, se, Zn dan J, serta F yang benar-benar

diperlukan tubuh dan harus ada (Jauhari, 2013).