bab ii tinjauan pustaka 2.1 kontrasepsi hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_bab...

23
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal 2.1.1 Definisi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya itu bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Murti, 1996 dalam Amelia, 2009). Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan hormon steroid (estrogen, progesteron dan derivatnya) yang dimasukkan dalm tubuh sehingga mencegah terjadinya ovulasi pada seorang wanita. Untuk mencapai tujuan tersebut, kontrasepsi hormonal dapat dilakukan dalam berbagai cara, antar lain penggunaan obat per oral, suntikan, intra-vaginal atau implantasi subkutan. Pil hormonal yang dipakai sekarang adalah tidak terbuat dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid sintetik (Rohman, 2003 dalam Amelia 2009). Estrogen yang terkandung pada kontrasepsi hormonal menyebabkan retensi air dan edema. Estrogen sendiri akan bertambah sehingga dapat meningkatkan deposit lemak dijaringan subkutan. Sedangkan progesteron mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik. Progesteron merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus (Clark, 2005).

Upload: buikien

Post on 30-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi Hormonal

2.1.1 Definisi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya itu bersifat

sementara, dapat pula bersifat permanen (Murti, 1996 dalam Amelia, 2009).

Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan hormon steroid

(estrogen, progesteron dan derivatnya) yang dimasukkan dalm tubuh sehingga

mencegah terjadinya ovulasi pada seorang wanita. Untuk mencapai tujuan

tersebut, kontrasepsi hormonal dapat dilakukan dalam berbagai cara, antar lain

penggunaan obat per oral, suntikan, intra-vaginal atau implantasi subkutan. Pil

hormonal yang dipakai sekarang adalah tidak terbuat dari estrogen dan

progesteron alamiah, melainkan dari steroid sintetik (Rohman, 2003 dalam

Amelia 2009). Estrogen yang terkandung pada kontrasepsi hormonal

menyebabkan retensi air dan edema. Estrogen sendiri akan bertambah sehingga

dapat meningkatkan deposit lemak dijaringan subkutan. Sedangkan progesteron

mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang

nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik. Progesteron merangsang pusat

pengendalian nafsu makan di hipotalamus (Clark, 2005).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

10

2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal

1) Kontrasepsi Oral

Dikenal empat tipe kontrasepsi oral yakni tipe kombinasi, tipe sekuensial,

pil mini, dan pil pascasenggama (morning after pill). Tetapi yang banyak

digunakan sampai saat ini tipe kombinasi dan pil mini. Tipe kombinasi ialah yang

mula-mula dikenal dan efektifitasnya paling tinggi karena itu tipe inilah yang

sampai sekarang paling banyak digunakan (Hartanto, 2004) :

a) Tipe Kombinasi

Tipe ini terdiri dari 21-22 pil dan setiap pilnya berisi derivat estrogen 50-

150 mcg dan progestin dosis kecil 1-10 mcg, untuk penggunaan satu siklus.

Pil pertama mulai diminum pada hari 1 pendarahan haid, selanjutnya setiap

hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya 2-3 hari sesudah pil terakhir diminum,

akan timbul pendarahan haid yang sebenarnya merupakan pendarahan putus

obat (withdrawal bleeding). Penggunaan pada siklus berikutnya sama seperti

siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari ke 1 pendarahan haid

(Hartanto, 2004).

b) Tipe Sekuensial

Tipe ini terdiri dari 14-15 pil yang hanya berisi derivat estrogen dan 7 pil

berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya

sama dengan tipe kombinasi. Efektifitasnya sedikit lebih rendah dan lebih

sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan bila dibandingkan dengan

tipe kombinasi. Oleh karena itu, di beberapa Negara tipe ini ditarik dari

peredaran. Di Indonesia pil jenis ini belum pernah beredar (Hartanto, 2004).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

11

c) Tipe Pil Mini

Tipe ini hanya berisi derivat progestin dosis rendah yakni 0.5 mg atau

lebih kecil, noretindron, atau norgestrel dosis kecil yang terdiri dari 21-22

tablet. Cara pemberiannya sama dengan tipe kombinasi (Hartanto, 2004).

d) Pil Pasca senggama

Tipe ini berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari dalam waktu

kurang dari 72 jam pasca senggama selama 5 hari berturut-turut. Pil ini dapat

mengurangi risiko kehamilan setelah hubungan intim yang tidak dijaga dengan

efek samping mual dan gangguan siklus menstruasi (Herman, 2008).

2) Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan yang banyak digunakan ialah Medroksi Progesteron

Asetat (MPA) 150 mg dalam bentuk depo dan noretindron enantat 200 mg. kedua

jenis suntikan ini diberikan pada hari kelima pendarahan haid, secara IM (Intra

Muskular) dan harus cukup dalam di daerah gluteus. Untuk jenis pertama

disuntikkan setiap 12 minggu dan jenis yang kedua diberikan setiap 8 minggu.

Pada 3 tahun terakhir ini suatu kontrasepsi suntikan bulanan yang berisi

kombinasi 50 mg MPA (Medroksi Progesteron Asetat) dan 5 mg estradiolsipionat

sedang diteliti di lapangan. Nampaknya jenis kontrasepsi ini mempunyai harapan

yang baik karena dapat mengurangi keluhan gangguan siklus haid yang mungkin

disebabkan adanya penambahan estradiol (Syarif dkk, 1995 dalam Amelia, 2009).

3) Kontrasepsi Implantasi

Kontrasepsi jenis ini diperkenalkan oleh Population Council tahun 1985

dan pada tahun yang sama WHO (World Health Organization) menyatakan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

12

bahwa metode ini dapat digunakan dalam program Keluarga Berencana. Di

Indonesia cara ini digunakan pada tahun 1986, yaitu implant yang terdiri dari 6

tube silastik yang berisi 36 mg levonorgestrel (norplant), yang ditanam subkutan

di lengan atas kiri dan digunakan untuk 5 tahun. Kemudian yang akan beredar

adalah jenis implant yang terdiri atas satu tube silastik berisi 3-keto-desogestrel

merupakan metabolit aktif dari desogestrel yang telah lama digunakan sebagai

kontrasepsi oral. Kedua jenis implant ini rata-rata akan mengeluarkan 30 µg/hari

zat aktifnya. Setelah habis masa kerjanya kedua jenis implant tersebut harus

dikeluarkan dari tubuh (Hartanto, 2004).

2.1.3 Pengaruh Kandungan Kontrasepsi Hormona Terhadap Sistem Tubuh

Khususnya Pada Metabolisme Karbohidrat Dan Lemak

1) Pada metabolisme karbohidrat

Pemakaian pil KB antara lain dapat menyebabkan gangguan toleransi

glukosa, dan resistensi insulin. Efek ini biasanya untuk sementara, dan hanya 3-

11% pemakai yang mengalami peningkatan gula darah menetap. Pemakai pil KB

yang mengalami gangguan metabolisme karbohidrat ini umumnya mempunyai

keluarga yang menderita diabetes mellitus khususnya orang tua dan saudara

kandung, pernah mengalami diabetes mellitus waktu hamil, dan obesitas. yang

berpengaruh secara nyata terhadap metabolisme karbohidrat ini adalah

progesteron, sedangkan estrogen tidak menyebabkan pengaruh secara berarti.

Pengaruh progesteron terhadap metabolisme karbohidrat antara lain menurunkan

jumlah dan afinitas reseptor insulin terhadap glukosa dan meningkatkan jumlah

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

13

kortisol bebas, sehingga hasil akhirnya adalah meningkatnya kadar gula darah

(Amelia, 2009).

2) Pada metabolisme lemak

Perubahan metabolisme lemak pada pemakaian pil KB disebabkan oleh

estrogen dan progesteron, yang masing-masing mempunyai efek berbeda.

Estrogen bersifat kardioprotektif (melindungi jantung) dan anti-aterogenik (anti

pembentukan lemak), sedangkan progesteron bersifat anti-estrogen. Pemakaian

estrogen tunggal antara lain akan menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase,

meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL. Efek

progesteron justru berbanding terbalik dengan efek estrogen tersebut, dan efek ini

tergantung pada potensi androgen-nya. Makin kuat potensi androgen-nya, main

besar efek buruknya pada metabolisme lemak. Usaha untuk mengurangi efek ini

antara lain dengan memakai pil KB kombinasi estrogen dengan kadar progesteron

yang bervariasi (pil kombinasi sekuensial) (Amelia, 2009).

2.2 Obesitas Sentral

2.2.1 Definisi

Obesitas sentral merupakan timbunan lemak dalam jaringan visceral (intra

abdomen), yang tergambar sebagai penambahan ukuran lingkar pinggang sebagai

indek masa lemak dalam perut (Arisman, 2011).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas Sentral

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas

senral yakni :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

14

1) Faktor Genetik

Seseorang yang dikeluarganya memiliki riwayat obesitas sentral, maka

terjadinya obesitas akan meningkat dua sampai tiga kali. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Allison (2003), ketika gen dimutasi secara partikel yang

diujicobakan pada tikus, menunjukkan hal yang bermakna bahwa gen

mempengaruhi obesitas sentral (Suastika, 2006). Disamping mengendalikan

massa lemak, gen juga mengatur distribusi lemak tubuh dan peran gen dalam

pemunculan sifat yang berkaitan dengan obesitas mencapai 50% bahkan lebih

(Comuzzie & Anthony, 2003 dalam Indra, 2006).

2) Faktor Jenis Kelamin

Jenis kelamin wanita lebih cenderung mengalami masalah berat badan

dikarenakan oleh hormon estrogen. Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid

yang berfungsi terutama sebagai hormon sex wanita. Selain estrogen yang

diproduksi sendiri oleh tubuh, penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar

estrogen yang tinggi juga mengakibatkan pengendapan lemak pada jaringan

tubuh. Estrogen menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada jaringan

subkutis. Sebagai akibatnya berat jenis tubuh wanita keseluruhan, seperti dinilai

oleh pengembangan dalam air, jauh lebih kurang daripada tubuh pria yang

mengandung lebih banyak protein dan lebih sedikit lemak (Guyton, 2007). Selain

hormon estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal, juga terdapat

hormon progesteron yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di

hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya,

sehingga nafsu makan akan bertambah dan berakibat makan lebih banyak

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

15

kemudian terjadi peningkatan berat badan. Progesteron mempermudah

penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak (Clark, 2005).

3) Faktor Lingkungan

Para ahli berpendapat bahwa asupan makanan merupakan hal yang paling

berpengaruh pada faktor lingkungan yang menyebabkan obesitas sentral.

Pergeseran makanan tradisional ke makanan cepat saji yang mengandung tinggi

kalori, tinggi lemak, dan rendah serat menyebabkan obesitas di seluruh penjuru

kota dunia, termasuk Indonesia (Suastika, 2006).

2.2.3 Mekanisme Terjadinya Obesitas Sentral

Kelebihan asupan karbohidrat dapat mengakibatkan kelebihan glukosa

dalam darah yang kemudian disimpan dalam bentuk glikogen di hepar dan otot.

Karena glikogen merupakan cadangan energi yang relaatif kecil, bentuk ini hanya

dapat memenuhi kebutuhan energi kurang dari sehari. Setelah gudang glikogen di

hepar dan otot terisi penuh, glukosa lain diubah menjadi asam lemak dan gliserol

yang digunakan untuk membentuk trigliserida terutama di jaringan adiposa dan

sedikit di otot (Sherwood, 2011).

Kelebihan asupan protein akan diubah menjadi asam amino dan hanya

sedikit menjadi polipeptida atau seluruh molekul protein diabsorpsi dari saluran

pencernaan masuk ke dalam darah. Setelah masuk ke dalam darah, kelebihan

asam amino diabsorpsi oleh sel diseluruh tubuh terutama oleh hepar. Hepar dapat

menyimpan sejumlah besar protein yang dapat berubah dengan cepat sedangkan

ginjal dan mukosa usus dapat menyimpan protein dalam jumlah kecil. Masing-

masing tipe sel tertentu mempunyai batas atas jumlah protein yang dapat dsimpan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

16

Setelah semua sel mencapai batas penyimpanan, asam amino yang berlebih dalam

sirkulasi dipecah menjadi produk lain dan dipergunakan untuk energi. Kelebihan

asam amino tersebut diubah menjadi lemak atau glikogen dan disimpan dalam

bentuk ini (Guyton, 2007). Kelebihan asam amino dalam sirkulasi darah yang

tidak diperlukan untuk sintesa protein tidak disimpan sebagai protein tambahan

tetapi diubah menjadi glukosa dan asam lemak yang pada akhirnya disimpan

sebagai trigliserida (Sherwood, 2011).

Lipid pada nutrisi atau makanan berupa triasligliserol kemudian

dihidrolisis menjadi monogliserida dan asam lemak di dalam intestinum,

kemudian di reesterifikasi dalam mukosa intestinum (Sudoyo, 2007). Setelah

pembentukan kilomikron dari permukaan basolateral eritrtosit perjalanannya ke

dalam laktal sentral vili dan dari sini di dorong bersama dengan limfe, oleh pompa

limfatik naik keatas melalui duktus tarasikus untuk dimasukkan ke dalam vena

pada pertemuan vena jugularis dan subklavia. Kebanyakan kilomikron

dikeluarkan dari sirkulasi darah sewaktu melalui kapiler jaringan adiposa dan

hepar yang banyak enzim lipoprotein lipase. Enzim ini menghidrolisis trigliserida

dari kilomikron yang melekat pada dinding endotel, melepaskan asam lemak dan

gliserol. Asam lemak yang sangat menyatu dengan membran sel dengan segera

berdifusi ke dalam lemak jaringan adiposa dan sel hepar lipase juga menyebabkan

hidrolisis fosfolipid, proses ini juga melepaskan asam lemak yang disimpan

(Guyton, 2007).

Akumulasi lemak ditentukan oleh keseimbangan antara sintesis lemak

(lipogenesis) dan pemecahan lemak (lipolisis – oksidasi asam lemak). Lipogenesis

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

17

adalah proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak dan

kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hepar pada daerah sitoplasma dan

mitokondria dan jaringan adiposa. Sedangkan lipolisis merupakan suatu proses

dimana terjadi dekomposisi kimiawi dan pelepasan lemak dari jaringan lemak.

Bilamana diperlukan energi tambahan maka lipolisis merupakan proses yang

prodominan terhadap proses lipogenesis (Sudoyo, 2007).

2.2.4 Pengaruh Obesitas Sentral Terhadap Sistem Tubuh

Konsentrasi adiponektin akan meningkat jika individu tersebut mengalami

penurunan berat badan. Pada individu yang mengalami obesitas visceral dengan

diabetes mellitus tipe dua, diketahui bahwa ekspresi adiponektin mengalami

penurunan secara signifikan. Adiponektin ditemukan memegang peranan penting

pada terjadinya resistensi insulin. Kadar sitokin ini di dalam sirkulasi

berhubungan secara positif terhadap toleransi glukosa dan sensitivitas insulin

(Aryana, 2011).

Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan lipolisis. Leptin

membatasi penyimpanan lemak tidak hanya dengan mengurangi masukan

makanan, tetapi juga mempengaruhi jalur metabolik yang spesifik di adiposa dan

jaringan lainnya. Leptin merangsang pengeluaran gliserol dari adiposit, dengan

menstimulasi oksidasi asam lemak dan menghambat lipogenesis (Sudoyo, 2007).

Kadar leptin plasma meningkat pada orang gemuk dengan gen leptin normal

sebanding dengan persentase lemak tubuh, dan terdapat korelasi positif serupa

antara konsentrasi mRNA leptin di jaringan lemak dan persentase lemak tubuh

(Ganong, 2008).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

18

Resistin merupakan salah satu protein adipositokinin yang diproduksi oleh

jaringan adiposa, kadarnya meningkat pada penderita dengan obesitas dan erat

kaitannya dengan kejadian resistensi insulin. Resistin diduga sebagai penghubung

antara adiposit dan resistensi insulin dengan cara inhibisi insulin stimulated

glucoseuptake dan membloking diferensiasi adiposit. Kadar resistin tinggi

menginduksi resistensi insulin berkontribusi pada kegagalan sensitivitas insulin.

Resistin memperlihahtkan perannya dalam menggagalkan homeostasis glukosa

dan aksi insulin serta antagonis terhadap efek insulin. Resistin menurunkan

glukoneogenesis dan menurunkan kemampuan otot skelet dan adiposa dalam

ambilan glukosa (Marfianti, 2006).

Obesitas (kegemukan) sentral salah satu ciri sindrom metabolik,

merupakan dasar hipotesis portal/visceral bahwa peningkatan lemak visceral

menyebabkan fokus asam lemak bebas yang lebih besar dan menghambat kerja

insulin melalui efek handle di jaringan sensitive insulin ketersediaan asam lemak

bebas yang tinggi menyebabkan penurunan penggunaan glukosa di otot, dan akan

merangsang produksi glukosa hepar dan very low density lipoprotein (VLDL) dan

memperkuat sekresi insulin terstimulasi glukosa. Efek lipotoksik jangka panjang

asam lemak terhadap sel beta pankreas merupakan bagian dari keterkaitan antara

obesitas, resistensi insulin dan terjadinya diabetes mellitus tipe dua (Suastika,

2008).

Pada obesitas terjadi pelepasan asam lemak bebas ke dalam sirkulasi.

Asam lemak bebas berasal dari lipolisis trigliserida jaringan adiposa. Makin

banyak jaringan adiposa maka asam lemak bebas yang dilepaskan juga makin

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

19

meningkat. Pada obesitas tetap terjadi pelepasan asam lemak bebas berlebih,

meskipun kadar insulin juga meningkat. Hal ini disebabkan meski kadar insulin

tinggi dapat menekan lipolisis jaringan adiposa namun tetap tidak mampu

menekan pelepasan asam lemak hingga mencapai normal pada obesitas. Asam

lemak bebas merupakan sumber utama energi bagi sel pada keadaan puasa, pada

obesitas masuknya asam lemak bebas ke jaringan melebihi dari kebutuhan.

Masuknya asam lemak bebas berlebih kedalam otot mengakibatkan resistensi

insulin (Cahjono dkk, 2007).

2.2.5 Pengukuran Obesitas Sentral

Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan

metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi

asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada

kaki dan tangan. Perubahan metabolisme ini memberikan gambaran tentang

pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak

tubuh (Sudoyo, 2006).

Saat ini terdapat banyak cara untuk menilai jaringan adiposa untuk

membedakan apakah ukuran lingkar pinggang besar (obesitas sentral) merupakan

hasil dari jaringan lemak yang berasal di bawah kulit (jaringan adiposa subkutan),

jaringan lemak dalam abdomen (visceral) atau kombinasi keduanya (Eekel and

Grundy, 2006 dalam Cahjono, 2007). Untuk itu digunakan Magnetic Resonance

Imaging (MRI), Computed Tomography (CT) setinggi L3/L4, atau dual-energi x-

ray absorptiometry (DEXA) namun teknik dan caranya sulit untuk dipakai pada

praktek sehari-hari (WHO, 2002). Sebagai alternatif digunakan rasio lingkar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

20

pinggang/pinggul untuk menilai obesitas abdominal. Namun demikian WHO lebih

menganjurkan lingkar pinggang dibandingkan rasio lingkar pinggang /pinggul

(WHO, 2002).

Lingkar pinggang dikatakan memiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah

lemak intraabdominal dan lemak total dan telah digunakan secara mandiri maupun

bersama-sama tebal lemak subkutan untuk mengembangkan suatu korelasi regresi

untuk mengkoreksi massa lemak intraabdominal. Pengukuran ini telah divalidasi

dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan di Belanda. Pengukuran dengan

menggunakan lingkar pinggang saja disesuaikan untuk umur, menunjukkan

prediksi lemak tubuh yang baik pada subyek orang Belanda (r2

= 78%) (Sudoyo,

2006).

Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengukuran lingkar pinggang.

Menurut WHO (2000) dalam Cahjono (2007), untuk memperoleh ukuran lingkar

pinggang, subyek berdiri tegak dengan kaki sedikit terbuka berjarak 25-30 cm.

berat badan ditumpukan merata pada kedua kaki. Buat titik tengah garis vertical

antara tulang iga terbawah dengan krista iliaka pada sisi kanan dan kiri. Buat

lingkaran horizontal melalui kedua titik tengah tersebut. Pemeriksa mengukur

keliling lingkar tersebut pada posisi mata sejajar dengan lingkaran tersebut.

Pengukuran dilakukan tanpa melakukan penekanan pada jaringan lunak pinggang

dan dilakukan pada akhir dari ekspirasi normal. Lingkaran diukur dengan

ketelitian 0,1 cm.Kriteria lingkar pinggang Asia Pasifik yakni ≥90 cm untuk laki-

laki dan ≥80 cm untuk perempuan (Sudoyo, 2006).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

21

2.3 Kadar Glukosa Darah

2.3.1 Definisi

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa

di dalam darah. Konsentrasi glukosa darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-

batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah

makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang

makan (Henrikson, 2009). Ada beberapa tipe kadar gula darah yakni :

1) Kadar Glukosa Puasa

Kadar glukosa darah puasa yakni jumlah glukosa dalam darah yang

didapatkan setelah melakukan puasa/tidak makan selama delapan sampai 10 jam

(D’adamo, 2006). Glukosa darah dalam keadaan puasa merupakan cerminan

ambilan glukosa oleh jaringan atau glukoneogenesis dan glukogenolisis oleh

hepar. Ketidakpekaan insulin di sel-sel hepar dan jaringan tepi terutama otot

rangka mengakibatkan produksi glukosa oleh hepar tidak terbendung sementara

ambilan dan penggunaan glukosa justru berkurang (Arisman, 2011).

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM

HASIL GLUKOSA DARAH PUASA DIAGNOSA

<90 mg/Dl Normal

90 - 109 mg/dL Pre-diabetes

≥110 mg/dL Diabetes

Sumber : Perkeni, 2006

2) Kadar Glukosa Darah Dua jam PP

Pemeriksaan kadar glukosa darah dua jam PP dilakukan setelah

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. Tingkat glukosa darah diukur segera

sebelum dan dua jam setelah seseorang menerima beban (cairan) yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

22

mengandung 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Apabila kadar glukosa

darah dua jam setelah pemberian beban adalah antara 140 dan 199 mg/dL, berarti

seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes (Manaf, 2009).

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM

HASIL GLUKOSA 2 JAM PP DIAGNOSA

<139 – 139 mg/dL Normal

140 – 199 mg/dL Pre-diabetes

200 - >200 mg/dL Diabetes

Sumber : Manaf, 2009

3) Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Disebut juga tes glukosa plasma kasual, mengukur glukosa darah tanpa

memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh orang yang sedang diuji. Tes ini

bersamaan dengan penilaian gejala, digunakan untuk mendiagnosis diabetes tetapi

bukan pre-diabetes (Manaf, 2009). Kadar glukosa darah sewaktu adalah salah satu

jenis pemeriksaan kadar glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa

memperhatikan waktu makan (Laboratorium Kesehatan, 2010).

Tabel 3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM

HASIL GLUKOSA DARAH SEWAKTU DIAGNOSA

<90 mg/dL Normal

90 - 199 mg/dL Pre-diabetes

≥200 mg/dL Diabetes

Sumber : PERKENI, 2006

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Glukosa Darah

Kadar glukosa darah puasa dipengaruhi oleh faktor endogen. Faktor

endogen yaitu humoral faktor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol (sistem

reseptor di otot dan sel hati). Insulin puasa bekerja dengan menghambat produksi

glukosa endogen yang berasal dari proses glukogenolisis. Insulin puasa ini

berperan melalui efek inhibisi hormon glukagon terhadap mekanisme produksi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

23

glukosa endogen secara berlebihan. Semakin tinggi tingkat resistensi insulin,

semakin rendah kemapuan inhibisinya terhadap proses glukoneogenesis dan

glikogenolisis, dan semakin tinggi tingkat kadar glukosa darah puasa (Sudoyo,

2006). Kadar insulin puasa dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Usia dewasa

tengah merupakan rentang usia yang berisiko tinggi terjadinya peningkatan kadar

glukosa darah puasa (PERKENI, 2006).

1) Genetik

Pada beberapa kasus, kecenderungan faktor herediter dapat menyebabkan

degenerasi sel beta. Kerusakan sel beta pankreas mengganggu produksi insulin

yang dapat menyebabkan timbulnya diabetes tipe satu (Guyton, 2007).

2) Usia dan Jenis Kelamin

Usia memegang peranan penting dalam kejadian sindrom metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat dari resistensi insulin

(Fasli dkk, 2008). Suastika (2008) menyatakan bahwa resistensi insulin diperberat

oleh proses menua. Selain itu kadar insulin juga berbeda berdasarkan jenis

kelamin.

3) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu penatalaksanaan DM karena efeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Aktivitas fisik yang

melelahkan, konsentrasi glukosa dalam darah seringkali meningkat sebanyak

empat sampai lima kali lipat (Guyton, 2007).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

24

4) Obat-obatan Hipoglikemik

Beberapa jenis obat-obatan seperti obat hipoglikemik dapat menurunkan

kadar glukosa darah. Obat-obatan yang digunakan adalah pensensitif insulin dan

sulfonilurea. Dua tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan

tiazolidinedion. Metformin menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan

absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin khususnya di

hepar. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan insulin perifer dan menurunkan

produksi glukosa hepar (Price & Wilson, 2006).

Mempertahankan kadar glukosa puasa normal bergantung pada produksi

glukosa hepar, ambilan glukosa jaringan perifer, dan hormon yang mengatur

metabolisme glukosa. Kegagalan fungsi ini menyebabkan peningkatan atau

penurunan kadar glukosa puasa (Price & Wilson, 2006). Jumlah glukosa yang

diambil dan dilepaskan hati yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer

bergantung pada keseimbangan fisiologis beberapa hormon yaitu hormon yang

menurunkan kadar glukosa darah atau hormon yang meningkatkan kadar glukosa

darah. Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah, di

bentuk oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas (Price & Wilson, 2006).

Penggunaan terapi obat mempengaruhi kadar glukosa darah. Beberapa

hormon secara langsung dapat meningkatkan sekresi insulin atau yang dapat

memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin meliputi glukagon,

hormon pertumbuhan, kortisol, estrogen dan progesteron. Manfaat efek

perangsangan hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah

satu jenis hormon ini dalam jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

25

sel-sel beta pulau langerhans menjadi kelelahan dan karenanya akan

mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah dan meningkatkan risiko untuk

terkena diabetes (Guyton, 2007).

2.3.3 Mekanisme Pengaturan Glukosa Darah

Pengaturan besarnya konsentrasi glukosa darah pada orang normal sangat

sempit, biasanya antara 80 sampai 90 mg/100 ml darah pada orang yang sedang

berpuasa yang diukur sebelum makan pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi

120 sampai 140 mg/100 ml darah selama kira-kira satu jam pertama setelah

makan, namun sistem umpan balik yang mengatur kadar glukosa darah dengan

cepat mengembalikan konsentrasi glukosa kenilai kontrolnya, biasanya terjadi

dalam waktu dua jam sesudah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya,

pada keadaan kelaparan fungsi glukoneogenesis dari hepar menyediakan glukosa

yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah puasa (Guyton,

2007).

Saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang tinggi, yaitu

sesudah makan, dan kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak dua

pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat akan

disimpan di hepar dalam bentuk glikogen. Selama beberapa jam berikutnya, bila

konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin berkurang, hepar akan

melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Dengan cara ini, hepar mengurangi

fluktuasi konsentrasi glukosa darah sampai kira-kira sepertiga dari fluktuasi yang

dapat terjadi (Guyton, 2007).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

26

Bila konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi, sekresi insulin

akan terjadi, insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah

kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan

merangsang sekresi glukagon yang berfungsi secara berlawanan, yakni

meningkatkan kadar glukosa darah agar kembali ke nilai normalnya (Guyton,

2007).

Pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek langsung akibat kadar

glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang akan merangsang sistem

saraf simpatis. Selanjutnya, hormon epinefrin yang disekresi oleh kelenjar adrenal

menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hepar. Epinefrin juga membantu

melindungi agar tidak timbul hipoglikemia yang berat. Setelah beberapa jam,

sebagai respon terhadap keadaan hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi

hormon pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan

pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan menambah

jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembalikan kadar glukosa darah

menjadi normal (Guyton, 2007).

Mempertahankan kadar glukosa dalam nilai normalnya bergantung pada

produksi glukosa hepar, ambilan glukosa jaringan perifer, dan hormon yang

mengatur metabolisme glukosa. Kegagalan fungsi ini menyebabkan peningkatan

atau penurunan kadar glukosa darah (Price &Wilson, 2006). Insulin adalah suatu

polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh

jembatan disulpida. Insulin di bentuk di retikulum endoplasma kasar sel B. Insulin

kemudian dipindah ke apparatus golgi, tempat insulin mengalami pengemasan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

27

dalam granula berlapis membran. Granula ini bergerak ke membran plasma

melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulus dan isi granula dikeluarkan

melalui eksositosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta kapiler

didekatnya dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah. Insulin

mempunyai peranan di jaringan adiposa, otot (otot rangka, otot jantung, otot

polos), serta hati (Ganong, 2008).

Peranan insulin di jaringan adiposa adalah meningkatkan pemasukan

glukosa, meningkatkan sintesis asam lemak, meningkatkan sintesis gliserol

pospat, meningkatkan pengendapan trigliserida, mengaktifkan lipoprotein lipase,

mengahmbat lipase peka hormon, dan meningkatkan ambilan kalium. Sedangkan

peranan insulin di hati adalah menurunkan ketogenesis, meningkatkan sintesis

protein, meningkatkan sintesis lemak, menurunkan pengeluaran glukosa akibat

penurunan glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glikogen dan peningkatan

glikolisis (Ganong, 2008).

Efek pada karbohidrat. Insulin memiliki empat efek yang dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat

sebagai berikut (Sherwood, 2011):

1) Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel.

Insulin meningkatkan mekanisme difusi terfasilitasi kedalam sel-sel

tergantung insulin tersebut melalui fenomena transporter rekrutmen.

2) Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa,

baik di hepar maupun otot.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

28

3) Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi

glukosa.

4) Insulin selanjutnya menurunkan pengeluaran glukosa oleh hepar dengan

menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa

di hepar.

Efek pada lemak. Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan kadar

asam lemak darah dan mendorong pembentukan simpanan trigliserida sebagai

berikut (Sherwood, 2011):

1) Insulin mendorong transportasi aktif asam-asam amino dari darah ke

dalam otot dan jaringan lain.

2) Insulin meningkatkan kecepatan penggabungkan asam amino ke dalam

protein dengan merangsang prangkat pembuat protein di dalam sel.

3) Insulin menghambat penguraian protein.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hepar dan digunakan

oleh jaringan-jaringan perifer bergabung pada keseimbangan fisiologi beberapa

hormon yaitu hormon yang merendahkan kadar glukosa darah, atau hormon yang

meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormon yang menurunkan

kadar glukosa darah, di bentuk oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas

(Sherwood, 2011).

2.3.4 Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Menurut metode pemeriksaan kadar glukosa darah terdapat beberapa

metode yaitu (Kaplan, 1989 dalam Anik & Bernard, 2009) :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

29

1) Metode Kimia atau Gula Reduksi

Sebagian besar pengukuran dengan metode kimia yang didasarkan atas

kemampuan reduksi sudah jarang dipakai karena spesifitas pemeriksaan kurang

tinggi. Prinsip pemeriksaan, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik

amin dan asam asetat glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa

berwarna hijau kemudian diukur secara fotometri. Beberapa kelemahan atau

kekurangan dari metode kimia adalah memerlukan langkah pemeriksaan yang

panjang dengan pemanasan, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan besar.

Reagen-reagen pada metode kimiawi ini bersifat korosif pada alat laboratorium

(Kaplan, 1989 dalam Anik & Bernard, 2009).

2) Reagen Kering (Glukosa meter)

Prinisp dari metode ini tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan

didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes

strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi

pengambilan/tetesan darah ke dalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona

reaksi akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus elektron akan

terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa dalam darah (Kaplan,

1989 dalam Anik & Bernard, 2009).

3) Metode Enzimatik

Metode enzimatik pada pemeriksaan glukosa darah memberikan hasil

dengan spesifitas yang tinggi, karena hanya glukosa yang akan terukur. Cara ini

adalah cara yang digunakan untuk menentukan nilai batas. Ada dua macam

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

30

metode enzimatik yang digunakan yaitu glucose oxidase dan metode hexokinase

(Kaplan, 1989 dalam Anik & Bernard, 2009).

a. Metode glukosa oksidase

Prinsip dari metode enzimatik adalah enzim glukosa oksidase

mengkatalis reaksi glukosa menjadi glukonolakton dan hydrogen peroksida.

Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan

reaksi spesifik untuk glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak spesifik karena

zat yang bisa teroksidase menyebabkan hasil pemeriksaan rendah. Asam

urat, asam askorbat, bilirubin, dan glutation akan menghambat reaksi karena

zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hydrogen

peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah (Kaplan, 1989

dalam Anik & Bernard, 2009).

b. Metode heksokinase

Prinsip dari metode ini adalah enzim heksokinase akan mengkatalis

reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan

ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehydrogenase akan mengkatalis

oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adenine dinucleotide

phosphate (NAPP+) (Kaplan, 1989 dalam Anik & Bernard, 2009).

Pengukuran kadar gula darah terdapat beberapa pemeriksaan, menurut

jenis pemeriksaan kadar gula darah ada beberapa jenis (Kaplan, 1989 dalam Anik

& Bernard, 2009):

1) Glukosa darah puasa, pemeriksaan glukosa darah dimana pasien sebelum

pengambilan darah dipuasakan selama delapan sampai 10 jam.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Hormonal …erepo.unud.ac.id/17379/3/1102106033-3-15_BAB II.pdf · 10 2.1.2 Jenis dan Kandungan Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Oral Dikenal

31

2) Glukosa darah sewaktu, pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan tanpa

memperhatikan waktu terakhir pasien makan.

3) Glukosa darah Dua jam PP, pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan tepat

selepas dua jam makan.