bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen proyek 2.pdf · rekayasa nilai (value engineering...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola
dan mengorganisasi beragam sumber daya selama masa proyek, yang tujuan
akhirnya adalah terwujudnya sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu dan
biaya yang telah ditentukan (Kodoatie,2005).
Banyak metode yang dilakukan oleh para praktisi dibidang konstruksi
untuk membuat rencana biaya, jadwal, dan mutu serta pelaksanaan proyek
konstruksi seefisien dan seekonomis mungkin untuk membantu memudahkan
pekerjaan mereka. Akan tetapi dari banyak metode yang digunakan tidak bisa
dipastikan ketika diterapkan di lapangan dapat memberikan hasil yang optimal
bagi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, namun ada salah satu
yang memiliki potensi keberhasilan cukup besar dalam penghematan biaya, yaitu
rekayasa nilai ( Value Engineering )(Berawi,2014).
2.1.2 Rekayasa Nilai ( Value Engineering )
Teknik ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap
fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh
mungkin, namun tetap memelihara kualitas yang diinginkan (Soeharto,1997).
Dalam melakukan VE terdapat beberapa hal yang dijadikan sebagai
acuan, diantaranya adalah :
2
1. Metode Kerja pelaksanaan
Pembandingan antara suatu metode kerja yang satu dengan metode kerja yang
lain tentu akan memberikan sebuah gambaran tentang metode kerja yang lebih
murah, cepat, dan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik, meskipun
demikian dalam memilih metode kerja pelaksanaan yang akan dipakai juga perlu
melihat ketersediaan bahan, kondisi lokasi pekerjaan serta sumberdaya manusia
yang ada.
2. Perbandingan bahan
Perbandingan biaya, kualitas dan masa ketahanan sebuah material
bangunan merupakan sebuah hal penting dalam melakukan VE, baik dari segi
ketersediaan, kemudahan dalam pengadaan dan transportasi bahan menuju lokasi
pembangunan serta kualitas bahan.
3. Pengurangan penggunaan material yang tidak perlu
Perubahan design bangunan dari rencana awal sebagai akibat dari
berbagai macam hal, misalnya kondisi lokasi pekerjaan yang tidak
memungkinkan diterapkanya sebuah design awal, sehingga dilakukan
perhitungan ulang dengan tujuan mendapatkan biaya pekerjaan yang lebih murah,
seperti penggunaan material dalam pelaksanaan, ataupun perubahan metode
pelaksanaan dan lainnya.
Pada pekerjaan arsitektur kegiatan analisis VE dapat dilakukan pada berbagai
macam item pekerjaan seperti pasangan dinding, pasangan lantai, pekerjaan
plafond, dan pekerjaan lainya.
Hasil dari Value engineering proyek berkaitan dengan :
3
Biaya pekerjaan
Waktu pelaksanaan
Kualitas hasil pekerjaan
Kekuatan struktur bangunan dan keindahan arsitektur bangunan
2.2 Konsep VE (Value Engineering)
2.2.1 Penjelasan Umum
VE dikembangkan pada awal Perang Dunia II oleh Lawrence D. Miles,
dari perusahaan General Electric-USA sewaktu melayani keperluan peralatan
perang dalam jumlah yang besar, dan ditujukan pertama-tama untuk mencari
biaya yang ekonomis bagi suatu produk. Karena proyek adalah bagian dari siklus
produk, maka pengertian dan kegunaan VE berlaku pula bagi pengelolaan
proyek, terutama proyek – proyek Engineering Manufacture-Konstruksi (E-MK)
yang melakukan pembelian bermacam – macam produk hasil manufacture.
Demikian pula pada tahap VE, lingkupnya memiliki syarat dengan pemilihan
berbagai alternatif yang berkaitan dengan fungsi dan biaya. Konsep VE
merupakan suatu konsep yang terintegrasi dengan biaya, waktu, dan kinerja
proyek dengan menentukan nilai dan fungsi untuk setiap bagiannya.
Menurut Zimmerman dan Hart dalam Donomartono (1999) VE adalah “a
value study on a project or product that is being developed. It analisys the cost of
the project as it is being designed”, Jadi VE adalah suatu metode evaluasi yang
menganalisa teknik dan nilai dari suatu proyek, atau produk yang melibatkan
pemilik, perencanaan dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing –
masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif, yang bertujuan untuk
4
menghasilkan mutu yang tetap dengan biaya yang serendah – rendahnya, yaitu
dengan batasan fungsional serta tahapan rencana tugas yang dapat
mengidentifikasi, dan menghilangkan biaya serta usaha yang tidak
diperlukan/tidak mendukung.
Menurut Zimerman dan Hart (1982) dalam Ayu (2004) , VE bukanlah :
1. A Design Review, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
perencana, atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh
perencana.
2. A Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi
biaya satuan serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari hasil
produk yang dihasilkan.
3. A Requirement Done All Design, yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap
desain, akan tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan
analisis fungsi.
4. Quality Control, yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari
sekedar meninjau ulang status keandalan sebuah desain.
Definisi lain dari VE adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan
terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisienkan biaya yang
tidak perlu. VE digunakan untuk mencari alternatif atau ide yang bertujuan untuk
menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga yang telah direncanakan
sebelumnya, dengan batasan fungsional tanpa mengurangi mutu pekerjaan
(Hidayat dan Ardianto, 2011).
5
2.2.2 Waktu Mengaplikasikan VE (Value Engineering)
Metode VE dapat diaplikasikan pada setiap saat sepanjang waktu
berlangsungnya proyek itu, dari awal hingga selesainya pelaksanaan
pembangunan proyek tersebut. Waktu sangatlah penting, secara umum metode
VE harus dimulai sejak dini pada tahap konsep perenanaan, dan secara kontinyu
pada interval waktu sampai selesainya perencanaan dan pelaksanaan.
1. Tahap Perencanaan.
Metode VE harus diusahakan pada tahap konsep perencanaan, karena
pada saat perencanaan kita mempunyai flexibilitas yang maksimal untuk
melakukan perubahan-perubahan tanpa menimbulkan biaya untuk redesain.
Dengan berkembangnya proses perencanaan, biaya untuk mengadakan perubahan
perubahan akan bertambah, sampai akhirnya mencapai suatu titik dimana tidak
ada penghematan yang dapat dicapai.
Menurut Chandra (1988), telah membuktikan bahwa perencana
mempunyai pengaruh yang terbesar pada biaya dari suatu proyek. Pemilik proyek
mempunyai wewenang dalam menetapkan keperluan-keperluan dan kriteria,
sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biaya proyek. Oleh
karena itu metode VE yang dilaksanakan pada tahap konsep perencanaan
mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan kwalitas dan menurunkan
biaya
2. Tahap Pelaksanaan
VE dapat diaplikasikan pada tahap pelaksanaan. Hal ini dapat terjadi dan
dimungkinkan dalam situasi :
6
Apabila suatu item pekerjaan yang telah diteliti pada tahapan perencanaan VE
sebelumnya, memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum diputuskan. Misalnya
suatu item pekerjaan telah diteliti oleh tim studi VE pada tahap pengembangan
perencanaan, yang mana memerlukan research atau bentuk nyata sebelum
diputuskan walaupun nantinya akan terjadi kelambatan dengan proses
pelaksanaannya, hal itu dianggap wajar asalkan menguntungkan untuk diteruskan
dengan memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kwalitas yang
sangat besar.
2.3 Metode Penerapan VE (Value Engineering)
Metode penerapan adalah suatu proses sistematik yang mengikuti rencana
kerja (job plan). Analisis data dengan metode VE terdiri dari enam tahap yaitu
tahap informasi, tahap analisi fungsi, tahap kreativitas, tahap evaluasi, tahap
pengembangan dan tahap penyajian/presentasi.
2.3.1 Tahap Informasi (Information Phase)
Berdasarkan rencana kerja (job plan) dalam VE, tahap pertama yang
harus dilalui adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai
desain perencanaan proyek mulai data umum hingga batasan desain yang
diinginkan dalam proyek tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi item pekerjaan dengan biaya tinggi. Data proyek diperlukan
untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu proyek. Data proyek berisi
informasi umum proyek, fungsi gedung proyek, dan batasan desain proyek.
Informasi mengenai proyek diperoleh dengan meminta secara langsung pada
konsultan atau pelaksanan yang menangani proyek atau owner proyek tersebut.
7
2.3.2 Tahap Analisis Fungsi (Function Analisis)
Setelah mengumpulkan informasi kemudian dilakukan analisis fungsi.
Tahap analisis fungsi merupakan tahap paling penting dalam VE karena analisis
fungsi ini membedakan VE dengan teknik penghematan biaya lainnya. Pada
tahap ini akan dilakukan analisis fungsi sehingga diperoleh biaya terendah untuk
melaksanakan fungsi utama, fungsi pendukung dan mengidentifikasi biaya-biaya
yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi mutu produk
(Lestari, 2011).
Dalam ASTM E-1699 (2010) aktivitas penting yang perlu dilakukan pada
fase analisis fungsi adalah :
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi bangunan gedung dan
subsistemnya.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi dari masing-masing
elemen bangunan gedung.
3. Mengklasifikasikan fungsi-fungsi bangunan gedung.
4. Mengembangkan model fungsi bangunan gedung.
2.3.3 Tahap Kreatif (Creative Phase)
Dalam VE, berfikir kreatif adalah hal yang sangat penting untuk
mengembangkan ide, yaitu dengan memunculkan alternatif-alternatif dari elemen
yang masih memenuhi fungsi yang sama, kemudian disusun secara sistematis.
Menurut Hidayat dan Ardianto (2011) alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau
dari berbagai aspek, antara lain :
8
1. Bahan atau material
Pemunculan alternatif bahan dilakukan karena semakin banyaknya jenis
bahan bangunan yang diproduksi, yang mempunyai fungsi yang sama. Seiring
dengan berkembangnya kemajuan teknologi jenis bahan yang mempunyai fungsi
yang sama dapat dibuat atau dicetak dengan mutu dan kualitas yang hampir sama
juga. Hanya karena memiliki merk atau lisensi yang berbeda, maka harga bahan
tersebut menjadi berbeda, dengan demikian maka pemilihan alternatif bahan
dapat dilakukan dalam analisis VE, salah satunya dengan mencari bahan dengan
mutu, kualitas dan fungsi yang sama dengan rencana awal, tapi dengan harga
lebih rendah.
2. Metode pelaksanaan
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, setiap pekerjaan mempunyai cara
atau metode tersendiri. Pada zaman dahulu cara menyelesaikan suatu pekerjaan
hanya mengandalkan tenaga manusia dengan alat-alat sederhana, sehingga waktu
penyelesaian pekerjaan dapat membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring
dengan kemajuan teknologi, kini muncul alat-alat bantu yang lebih canggih
dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh, adanya alat-alat berat seperti
dozer, excavator, crane dan lain-lain yang dapat membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga pekerjaan dapat cepat selesai.
Dengan demikian dapat dilihat, bahwa suatu pekerjaan konsrtuksi bangunan yang
dikerjakan dengan tenaga manusia dan alat-alat sederhana akan membutuhkan
waktu yang lama dibandingkan dengan dikerjakan menggunakan alat-alat yang
lebih modern. Maka dalam analisis VE dapat berpedoman pada metode
9
pelaksanaan, karena semakin pendek waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan dan dengan peralatan yang optimal, maka semakin kecil
pula biaya yang dikeluarkan.
3. Waktu pelaksanaan
Setiap pekerjaan dalam suatu proyek pastinya sudah mempunyai jadwal
pelaksanaan dalam perencanaan time schedule. Untuk beberapa item pekerjaan
yang memiliki bobot pekerjaan yang tetap, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat
dikurangi. Banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut,
diantaranya dengan mengganti metode pelaksanaan, menambah jumlah tenaga
kerja dan lain-lain. Dengan demikian, alternatif pengurangan waktu pelaksanaan
dapat dijadikan pedoman karena akan berpengaruh pada perhitungan anggaran
biaya.
2.3.4 Tahap Evaluasi (Evaluation phase)
Tahap evaluasi bertujuan untuk mengurangi jumlah ide yang dihasilkan
selama tahap kreativitas menjadi satu ide yang paling berpotensi untuk
meningkatkan nilai proyek. Pada tahap ini akan dilakukan analisa perhitungan
dari alternatif yang diajukan, sehingga didapatkan hasil dari segi biaya dan waktu
untuk dapat memberikan acuan dalam menentukan rekomendasi pada tahapan
berikutnya. Tahap ini menjawab pertanyaan tentang ide kreatif apa yang bisa
dikembangkan untuk meningkatkan nilai proyek dan berapa biayanya (Berawi,
2013).
10
1. Rencana Anggaran Biaya
Menurut ilmu sipil (2015) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah
perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan, dan spesifikasi
pekerjaan konstruksi yang akan dibangun. Dalam sebuah tahap perencanaan,
penentuan RAB sangatlah penting sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek. Data
yang diperlukan untuk menghitung RAB adalah :
1. Gambar rencana bangunan
2. RKS (Rencana Kerja dan Syarat - syarat)
3. Volume masing-masing pekerjaan
4. Daftar harga bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan dilaksanankan
5. Harga satuan pekerjaan dan Metode pelaksanaan kerja
2. Harga satuan pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat dari harga pasaran,
dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan,
sedangkan upah tenaga kerja didapat di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam
satu daftar yang bernama daftar harga satuan upah (Faizsecret, 2011).
Menurut Ibrahim ( 2015 ), analisa harga satuan suatu pekerjaan adalah
menghitung banyaknya tenaga kerja dan bahan yang diperlukan serta biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Koefisien yang diperhitungkan terhadap
tiap jenis – jenis kebutuhan tersebut diperoleh dari hasil empiris berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan. Berdasarkan hasil empiris
tersebut, ditetapkan koefisien pengali untuk kebutuhan segala jenis pekerjaan.
11
2.3.5 Tahap Pengembangan (Development Phase)
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan rekomendasi yang
telah dilengkapi informasi dan perhitungannya secara tertulis dari alternatif yang
dipilih, dengan mempertimbangkan pelaksanaan secara teknis dan ekonomis.
Pada tahap ini ide-ide yang dipilih akan dikembangkan menjadi berbagai
alternatif perubahan sesuai fase pengembangan proyek. Masing-masing alternatif
ini akan ditentukan kelayakan. Ide alternatif yang tidak layak akan dihilangkan.
Setelah memperoleh alternatif, selanjutnya dihitung biayanya dan biaya siklus
hidup ( Life cycle cost ) bagi masing – masing alternatif terbaik. Alternatif terbaik
itu perlu didukung sebanyak mungkin mengenai informasi teknis. Bentuk
dukungan informasi teknis dapat meliputi (Priyanto, 2010) :
1. Uraian tertulis tentang konsep asli dan alternatif yang diajukan.
2. Keuntungan dan kerugian alternatif desain.
3. Informasi biaya meliputi biaya awal dan biaya setelah fase analisis VE, yang
menanyakan perbedaan antara biaya rencana awal dan biaya alternatif secara
jelas.
Pada akhir fase ini akan dihasilkan berbagai alternatif yang didukung oleh
informasi teknik yang memadai. Berbagai alternatif ini akan dikomunikasikan
kepada perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau individu lain yang
terlibat pada fase penyajian/persentasi.
2.3.6 Tahap Penyajian (Recommendation Phase)
Jika sebelumnya sudah ada desain awal, maka alternatif desain terpilih di
atas dibandingkan dengan desain awal tersebut. Biasanya dalam hal biaya proyek,
12
Usulan yang dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, cepat dan tanpa
memojokkan salah satu pihak. Tahap penyajian ini nantinya digunakan untuk
menyakinkan manajemen, owner, dan stakeholder lain yang berperan dalam
pengambilan keputusan.
2.4 Diagram Pareto
Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX
(Nasution, 2004). Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai
kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di
sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut membantu
menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-
sebab kejadian yang dikaji atau untuk memngetahui masalah utama proses.
Kegunaan Diagram Pareto sebagai berikut :
1. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu
ditangani
2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani
dalam upaya perbaikan.
3. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi
berdasar proritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan memuat
diagram Pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram Pareto baru,
maka tindakan korektif ada efeknya.
4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat
menjadi informasi yang signifikan.
13
Dalam melakukan job plan VE hal yang dilakukan adalah melakukan
pengelompokkan dari biaya terbesar ke biaya terkecil, diagram pareto juga dapat
digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian
proses sebelum dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Penyusunan diagram Pareto sangat sederhana, menurut Mitra (1993) dan
Bestfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah,
yaitu :
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
2.5 Diagram F.A.S.T (Functional Analysis System Technique)
FAST diagram digunakan untuk pemodelan fungsi, dan perlu dilakukan
untuk menentukan area perbaikan atau area yang akan dianalisis, peningkatan
nilai yang dapat menciptakan inovasi karena proses ini dapat membentuk ide-ide
kreatif. Cara pembentukan diagram FAST adalah dengan mengajukan pertanyaan
“HOW-WHY”.
Technical FAST diagram adalah sebuah gambar tentang semua fungsi
subsistem dari sebuah komponen yang memperlihatkan hubungan spesifik di
14
antara semua fungsi, dan memperlihatkan dengan jelas apa yang dilakukan oleh
subsistem tersebut. Kegunaan Technical F.A.S.T diagram yaitu :
1. Memperlihatkan masalah dengan sederhana dan mendefinisikannya.
2. Membantu proses kreativitas dan munculnya ide-ide kreatif.
2.6 Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost ( LCC )
Pada fase ini masuk dalam fase pengembangan (Development Phase)
yaitu menelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi,
gambar-gambar dan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung rekomendasi
yang diajukan sebagai proposal VE yang resmi.
Life cycle cost (LCC) merupakan seluruh biaya yang signifikan yang
tercakup di dalam pemilikan dan penggunaan suatu benda, sistem atau jasa
sepanjang suatu waktu yang ditentukan. Perioda waktu yang digunakan adalah
masa guna efektif yang direncanakan untuk fasilitas yang bersangkutan. Analisis
LCC dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya paling rendah. Di
dalam VE seluruh gagasan dapat dibandingkan atas dasar LCC bila seluruh
alternatif di definisikan untuk menghasilkan fungsi dasar atau sekumpulan fungsi
yang sama. Selain fungsi yang sebanding, analisis ekonomi mensyaratkan bahwa
altenatif-alternatif dipertimbangkan atas dasar kesamaan kerangka waktu,
kuantitas, tingkat kualitas, tingkat pelayanan, kondisi ekonomi, kondisi pasar, dan
kondisi operasi.
Elemen-elemen biaya yang diperhitungkan meliputi (PBS, 1992):
15
a. Biaya Awal (Initial Costs):
Biaya bangunan / produk (Item Cost): merupakan biaya untuk
memproduksi atau membangun produk / bangunan yang bersangkutan.
Biaya pengembangan (Development Cost): merupakan biaya-biaya yang
terkait dengan desain, pengujian, prototype, dan model.
Biaya implementasi (Implementation Cost): merupakan biaya yang
diantisipasi ada setelah gagasan disetujui, seperti: desain ulang, inspeksi,
pengujian, administrasi kontrak, pelatihan, dan dokumentasi.
Biaya Lain-lain (Miscellaneous Cost): merupakan biaya yang tergantung
dari produk/bangunan yang bersangkutan, termasuk biaya peralatan yang
diadakan oleh pemilik, pendanaan, lisensi dan biaya jasa (fee), dan
pengeluaran sesaat lainnya.
b. Biaya Tahunan (Annual Recurring Costs):
Biaya Operasi (Operation Cost): meliputi pengeluaran tahunan yang
diperkirakan yang berhubungan dengan produk/bangunan tersebut seperti
untuk utilitas, bahan bakar, perawatan, asuransi, pajak, biaya jasa (fee)
lainnya, dan buruh.
Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost): meliputi pengeluaran tahunan
untuk perawatan dan pemeliharaan preventif terjadwal untuk suatu
produk/bangunan agar tetap berada dalam kondisi dapat dioperasikan.
Biaya-biaya Berulang Lainnya (Other Recurring Costs): meliputi biaya-
biaya untuk penggunaan tahunan peralatan yang terkait dengan suatu
16
produk/bangunan dan juga biaya pendukung tahunan untuk management
overhead.
c. Biaya Tidak Berulang (Nonrecurring Cost):
Biaya Perbaikan dan Penggantian (Repair and Replacement Cost):
merupakan biaya yang diperkirakan atas dasar kerusakan dan penggantian
yang diprediksi dari komponen-komponen sistem utama, biaya-biaya
perubahan yang diprediksi untuk kategori-kategori ruang yang
berhubungan dengan frekuensi perpindahan, perbaikan modal yang
diprediksi perlu untuk pemenuhan standar sistem pada suatu waktu
tertentu. Biaya yang diperkirakan tersebut adalah untuk suatu tahun
tertentu di masa yang akan datang.
Nilai Sisa (Salvage): Nilai sisa (salvage value) sering disebut sebagai
residual value. Nilai sisa merupakan nilai pasar atau nilai guna yang
tersisa dari suatu produk/bangunan pada akhir masa layan yang dipilih
dalam LCC.