bab ii tinjauan pustaka 2.1 srikaya 2.1.1 klasifikasi srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Srikaya
2.1.1 Klasifikasi Srikaya
Klasifikasi lengkap tanaman srikaya adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L (Sunarjono, 2005)
Di Indonesia tanaman Annonasquamosa memiliki beberapa nama daerah
yang berbeda (Dalimartha, 2005)
Sumatera : delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya
Jawa : sarikaya, srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja,
sirikaja.
Nusa Tenggara : sirkaya, srikaya, garoso
Sulawesi : atis soe,walanda, sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya,
srikaya.
Maluku : atisi, hirikaya, atis.
Gambar 2. 1 Daun Srikaya (Infoagribisnis, 2015)
6
2.1.2 Deskripsi Srikaya
Srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu,
kering dan terkena cahaya matahari langsung. Tumbuhan yang asalnya dari
Hindia Barat ini akan berbuah setelah berumur 3-5 tahun. Srikaya sering ditanam
di pekarangan, dibudidayakan, atau tumbuh liar, dan bisa ditemukan sampai
ketinggian 800 m dpi (Yuliarti,2010). Ciri khas srikaya terletak pada buahnya.
Buah srikaya bulat dan tidak rata. Buah srikaya mempunyai banyak biji dan
mempunyai rasa asam manis. Daun srikaya berwarna hijau, selebar telapak tangan
orang dewasa. Tanaman ini memiliki akar tunggang (Soeryoko, 2011)
Perdu atau pohon dengan kulit batang tipis berwarna keabu-abuan, bagian
dalamnya kuning muda. Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling,
berbentuk lonjong hingga jorong menyempit. Bunga bergerombol pendek
menyamping dengan panjang sekitar 2,5 cm, kuning kehijauan, tumbuh pada
ujung tangkai atau ketiak daun. Buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau
menyerupai jantung, permukaan berbenjol-benjol, warna hijau berbintik putih,
penampang 5-10 cm, menggantung pada tangkai yang cukup tebal. Daging buah
berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua
hingga itam, panjang 1,3 – 1,6 cm (Hidayat dan Napitupulu, 2015)
2.1.3 Habitat dan Cara Penyebaran
Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dibawah permukaan
laut, terutama pada tanah-tanah berpasir sampai tanah-tanah lempung berpasir dan
dengan sistem drainase yang baik pada pH 5,5-7,4. Tumbuhan ini menyukai iklim
panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan. Tumbuh baik pada berbagai kondisi
tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim lembap dan panas.
Tumbuhan ini tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan
pengairan yang cukup (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991)
2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia
Tumbuhan ini pada umumnya mengandung alkaloid tipe asporfin
(anonain) (Alex. 2015). Daun srikaya mengandung tanin, fenolik, polifenol,
glikosida, saponin, karbohidrat, protein , fitosterol, asam amino, alkaloid, dan
terpenoid. Dimana terpenoid, flavonoid, fenolik, dan alkaloid telah dikenal
memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Tansil, 2016).
7
Akar dan kulit kayu mengandung flavonoida, borneol, kamphor, terpene,
dan alkaloid anonain. Disamping itu, akarnya juga mengandung saponin, tanin,
dan polifenol. Biji mengandung minyak, resin, dan bahan beracun yang bersifat
iritan. Buah mengandung asam amino, gula buah, dan mucilago. Buah muda
mengandung tanin. (Yuliarti, 2011)
2.1.5 Aktifitas Secara Empiris dan Ilmiah
Secara empiris, Srikaya sering digunakan sebagai astringen, antiradang,
anthelmentik, antifertilitas, zat pemicu pematangan bisul, dan anti tumor.
Tanaman ini mengandung beberapa senyawa aktif, antara lain flavonoid, borneol,
camphor, terpen, saponin, tannin, polifenol dan senyawa polipeptida (Djajanegara
dan Wahyudi, 2006).
Penelitian Tansil, dkk (2016) memaparkan bahwa ekstrak daun srikaya
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus dengan
metode modifikasi Kirby Bauer. Ekstrak daun srikaya di maserasi dengan etanol
96% dengan konsentrasi ekstrak kental yang digunakan sebagai bahan uji yaitu
50%, 25%, 12,5%. Dan menggunakan siprofloksasin sebagai kontrol positif. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun srikaya memiliki daya hambat
yang lebih besar pada S.aureus dibandingkan pada E.coli.
Tabel II. 1Diameter zona hambat kontrol dan perlakuan pada bakteri E.coli dan
S.aureus hari pertama
P
Staphylococcus aureus(mm) Escherichia coli(mm)
K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%
I 0 36,65 17,85 14,60 12,9 0 37,65 10,10 7,65 7,90
II 0 34,25 12,65 12,05 11,8 0 32,35 8,25 7,15 7,00
III 0 38,75 10,85 13,10 9,25 0 37,35 9,05 8,60 6,25
Rerata 0 36,55 13,78 13,25 11,31 0 35,78 9,13 7,8 7,05
(Tansil,dkk, 2016)
8
Tabel II. 2Diameter zona hambat kontrol dan perlakuan bakteri E.coli dan
S.aureus hari kedua
P Staphylococcus aureus(mm) Escherichia coli(mm)
K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%
I 0 27,10 7,15 6,60 5,60 0 30,80 6,00 1,65 1,48
II 0 30,35 6,80 6,65 5,80 0 28,75 7,10 1,50 1,00
III 0 28,90 7,60 7,15 5,75 0 26,60 5,20 0,89 0,65
Rerata 0 28,78 7,18 6,8 5,71 0 28,05 6,1 1,34 1,04
(Tansil,dkk, 2016)
Tabel II. 3Diameterzona hambat kontrol dan perlakuan pada bakteri E.coli dan
S.aureus hari ketiga
P Staphylococcus aureus Escherichia coli
K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%
I 0 24,15 3,15 2,55 2,30 0 21,00 3,15 0,7 0,55
II 0 25,75 3,20 1,60 1,15 0 21,65 6 0,6 0,2
III 0 26,95 3,75 3,30 0,55 0 21,05 3,5 0,5 0,1
Rerata 0 25,61 3,36 2,48 1,33 0 21,23 4,21 0,6 0,28
(Tansil,dkk, 2016)
Penelitian Patel dan Kumar, 2008, memaparkan tentang uji anti bakteri
dan analisis fitokima daun Annona squamosadalam berbagai pelarut dengan
metode difusi agar pengujian ini yaitu dua bakteri Gram positif (Staphylococcus
aureus dan Bacillus subtilis) dan dua bakteri Gram negatif (Echerichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa). Dari hasil penelitian bahwa ekstrak Annona
squamosamemiliki aktivitas anti bakteri.
9
Tabel II. 4Aktivitas antimikroba dari ekstrak Annona squamosa dalam
konsentrasi 1mg/mL
Nama Pelarut
(hasil ekstrak (%)
dalam solvent)
Zona hambat (mm)
E.coli S.aureus P.aeruginosa B.subtilis
Petroleum ether (3,25) (3,25)3,27±
0.31
0 ± 0 5,21 ± 0,04 4,08 ± 0,02
Chloroform (6,07) 3,43 ± 0,2 0,69 ± 0,33 4,7 ± 0,1 2,52 ± 0,3
Methanol (12,9) 5,18 ± 0,18 1,78 ± 0,81 5,42 ± 0,19 0 ± 0
Water (46,8) 1,07 ± 0,06 0,5 ± 0 0 ± 0 0 ± 0
Tetracycline (30µg/ml) 16,9 ± 0,04 4,02 ± 0,02 17,9 ± 0,06 23,06 ± 0,02
Amikacin (30 µg/ml) 18,1 ± 0,02 8,1 ± 0,01 10,0 ± 0,02 16,1 ± 0,02
Cefepime (30µg/ml) 6 ± 0,04 0,45 ± 0,22 19,6 ± 0,05 14,03 ± 0,04
Dimethylsulfoxide - - - -
(Patel dan Kumar, 2008)
Tabel II. 5Kadar Hambat Minimal (KHM, dalam µg/mL) dari ekstrak Annona
squamosa terhadap bakteri
Nama Pelarut KHM; dalam μg/ml ekstrak tumbuhan
E.coli S.aureus P.aeruginosa B.subtilis
Petroleum ether 925 >1100 165 220
Chloroform 920 >1100 210 630
Methanol 180 530 130 >1100
Water 580 >1100 >1100 >1100
(Patel dan Kumar, 2008)
2.2 Jarak Merah
2.2.1 Klasifikasi Jarak Merah
Klasifikasi lengkap tanaman Jarak Merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia(Fatokun,2016)
10
Di Indonesia tanaman Jatropha gossypifolia memiliki beberapa nama
daerah yang berbeda (Dalimartha, 2005)
Jawa : jarak kosta merah. Jarak landi, jarak cina
Madura : kaleke bacu, kaleke jharak, kaleke jharat
Lampung : jarak ulung
Gambar 2. 2Daun Jarak Merah (Fatokun,2016)
2.2.2 Deskripsi Tanaman Jarak Merah
Tanaman ini umumnya tumbuh liar di tepi jalan, lapangan rumput atau di
semak, pada tempat-tempat yang terkena sinar matahari di dataran rendah.
Asalnya, dari Amerika Selatan. Perdu tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1-2 m,
dengan rambut kelenjar yang kebanyakan berbentuk bintang yang bercabang,
getahnya bersabun, batang berkayu, bulat, warnanya cokelat, banyak bercabang.
Bunga majemuk dalam malai rata bertangkai, berbentuk corong, kecil, warnanya
keunguan, keluar dari ujung batang. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan
bunga betina. Buah berkedaga tiga, bulat telur, sedikit berlekuk tiga dengan 6 alur
memanjang, warnanya hijau, bila masak menjadi hitam. Bijinya bulat, coklat
kehitaman. Bijinya mengandung minyak, bila diperas, minyak tersebut dapat
digunakan untuk lampu (Pasiana, 2010)
Kelopak bunga jantan berbentuk lonjong-lanset, mahkota bunga luas,
berbentuk bulat telur, ungu – kemerahan. Benang sari berjumlah 8, bagian luar
panjangnya 3 mm, kepala sari 0,6 mm. Sedangkan kelopak bunga betina dari
mahkota dua kali lebih banyak dari bunga jantan, selain itu keduanya serupa,
bakal buahnya agak bulat. Benih segar berdaging,. Struktur berwarna lebih terang
disebut caruncle pada salah satu ujungnya. Akar jarak merah berupa akar
tunggang dengan akar lateral (Randall et al, 2009).
11
Daun muda terbagi menjadi tiga bulatan lobus, berwarna ungu dan agak
lengket. Daun yang lebih tua berwarna hijau terang, sekitar 10 cm, dan
kemungkinan dapat memiliki hingga lima lobus, tepi daun kasar dengan ditutupi
rambut berwarna coklat gelap. Ukuran tiap lobusnya sekitar 4,5-9 cm untuk daun
yang muda dan 5-13 cm untuk daun yang tua. Tiap lobus di batasi oleh rambut
kelenjar kecil bergerigi yang halus dengan tepi yang lengket. Jarak daun dengan
batang sekitar 2-7 cm yang juga ditutupi oleh rambut kelenjar yang meskipun
berada di daerah lembab. Gugurnya daun umumnya sangat cepat baik yang sudah
tua atau baru tumbuh, daun yang tersisa biasanya berukuran kecil dan ditemukan
di bagian atas batang. Daun dapat tumbuh kembali sekitar bulan
September/Oktober dengan meningkatnya kondisi suhu di sekitar lingkungan.
Daun yang kecil dapat tumbuh meskipun dalam keadaan curah hujan yang kecil.
(Mulherin, 2013)
2.2.3 Habitat dan Cara Penyebaran
Jarak merah terkadang tumbuh sebagai tanaman hias. Bibit jarak merah
sering tumbuh pada tumpukan sarang semut, juga pada tumpukan tanah basah.
Jarak merah dapat beradaptasi dengan musim yang beriklim basah maupun
kering. Jarak merah juga dapat tumbuh di padang rumput, hutan, tepi sungai
ataupun di tepi jalan. Selain itu jarak merah juga dapat tumbuh di tengah-tengah
pohon bekas reruntuhan akibat banjir (Randallet al, 2009).
Jarak merah merupakan semak oportunistik yang tumbuh subur di daerah
gangguan seperti lokasi tambang rumah-rumah yang ditinggalkan, pinggir jalan
dan padang rumput. Pengaruh dari musim kemarau serta rumput yang tumbuh
lebat dapat memberikan kesempatan untuk jarak merah tumbuh. Tanaman ini
dapat hidup dalam iklim panas/hujan musiman, mudah ditemui di daerah hutan
dan padang rumput meskipun lebih cocok tumbuh di daerah sungai atau tepi
sungai dan dataran yang mudah terkena banjir periodik. Banjir periodik berguna
untuk membantu penyebaran dari Jatropha gossypifolia. Meskipun
penyebarannya diawali di daerah tepi sungai, tanaman Jatropha gossypifoliaakan
meluas ke daerah yang tidak mengandung tanah aluvial dan tumbuh di daerah
dataran tinggi. Tanaman ini dapat juga tumbuh subur pada tanah lempung berpasir
dengan irigasi air yang baik (Mulherin, 2013)
12
2.2.4 Kandungan Senyawa Kimia
Berbagai unsur kimia telah terdeteksi dalam ekstrak dari berbagai bagian
J.gossypifolia, secara umum adanya asam lemak, gula, alkaloid, asam amino,
koumarin, steroid, flavonoid, lignan, protein, saponin, tanin, dan terpenoid (Silva
et al, 2014). Adapun berbagai macam kandungan kimia yang terdapat pada daun
J.gossypifolia yaitu terlampir pada tabel berikut.
Tabel II. 6Kandungan Senyawa Tanaman Jatropha gossypifolia
Bagian tanaman Klasifikasi Senyawa
Batang
Kumarin-lignoids
- Arylnaphthalene lignin
- Gadain
- Jatrophan
Flavonoid, Fenol, Saponin,
Tannin
Daun Alkaloida - Ricinine Cardiac glycoside - Apigenin
- Isovitexin
- Orientin Flavonoid - Vitexin
Fenol, Steroid, Saponin Akar Alkaloida - 2ɑ-Hydroxyjatrophone
- 2β-Hidroxyjatrophone Diterpene - Citlalitrione
- Falodone
- Jatrophone A
- Jatrophone B
- Jatrophone Flavonoid, Fenol, Saponin,
Tannin
Biji Ester - Asam arakidat
- Asam kaprilat
- Asam laurat
- Asam linoleat
- Asam miristat Asam lemak
Serat, Flavonoid, Fenol,
Protein, Saponin , Tannin
(Silva et al, 2014)
13
2.2.5 Aktifitas Secara Empiris dan Ilmiah
Secara empiris tanaman Jarak Merah digunakan sebaga obat tradisional
untuk obat luar seperti luka baru dan untuk mengobati berbagai jenis infeksi
dengan langsung mengoleskan getah Jarak Merah pada luka tersebut (Hariana,
2006).
Penelitian Dhale dan Birari 2010, dijelaskan bahwa J.gossypifolia
memiliki aktivitas anti mikroba. Dalam penelitiannya, Dhale dan Birari
melakukan skrining fitokimia dengan berbagai macam pelarut yaitu : petroleum
ether, kloroform dan alkohol. Digunakan ampisilin sebagai kontrol positif, dan
bakteri yang digunakan sebagai uji yaitu dari bakteri gram negatif dan bakteri
gram positif. Bakteri yang digunakan sebagai bahan uji diantaranya Escherichia
sp, Pseudomonas sp, Staphylococcus sp, dan Bacillus sp. Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa diantara ekstrak yang diuji, ekstrak alkohol menunjukkan
lebih luas spektrum aktivitasnya, aktif terhadap bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif dibandingkan dengan kloroform dan petroleum eter.
Tabel II. 7Khasiat antibakteri ekstrak daun Jatropha gossypifolia dalam berbagai
pelarut
No Mikroorganisme Konsentrasi
mg/mL
Zona Hambat (mm)
Petroleum
eter Kloroform Alkohol Ampisillin
1 Escherichia spp
(Gram – ve) 50
100
08
06
10
08
11
08 14
2 Pseudomonas
spp
(Gram + ve)
50
100
06
05
07
05
12
09 15
3 Staphylococcus
spp
(Gram + ve)
50
100
05
04
08
07
18
15 23
4 Bacillus spp
(Gram + ve) 50
100
08
06
09
08
12
11 20
(Dhale dan Birari, 2010)
14
2.3 Tinjauan Bakteri Escherichia Coli
2.3.1 Klasifikasi
Adapun taksonomi dari E.coli adalah sebagai berikut :
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli(Miftachul, 2008)
Gambar 2. 3Bakteri Escherichia coli (Oktarinda. 2017)
2.3.2 Deskripsi
Echerichia coliadalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam
usus besar manusia sebagai flora normal, sifatnya unik karena dapat menyebabkan
infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, seperti
juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus.
Genus (Karsinah, 2010)
E.coli dapat berpindah karena adanya kegiatan seperti dari tangan ke mulut
atau dengan pemindahan pasif lewat minuman,E.coli dalam usus besar bersifat
patogen jika melebihi jumlah normalnya. Bakteri ini menjadi patogen berbahaya
apabila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan
peradangan selaput lendir. E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus
besar, hidupnya komensalisme dalam kolon manusiadan diduga berperan dalam
pembentukan vitamin K yang berpera penting untuk pembekuan darah. Dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa strain E.coli juga dapat
menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak (Elfidasari,
dkk 2011).
15
2.3.2.1 Morfologi
Kuman berbentuk batang pendek (kokobasil), Gram negatif, ukuran 0,4-
0,7 µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai
kapsul. E.coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di
laboratorium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman
enterik, sebagian besar strain E.colitumbuh sebagai koloni meragi laktosa. E.coli
bersifat mikroaerofilik, beberapa strain bila ditanam pada agar darah
menunjukkan hemolisis. (Karsinah, 2010).
2.3.2.2 Struktur Antigen
Echerichia coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah di
temukan : 150 antigen O, 90 tipe antigen K, dan 50 antigen H. Antigen K
dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu L, A dan B.
(Karsinah, 2010)
Penentuan profil antigen dari berbagai galur berguna untuk penelitian yang
berhubungan dengan jenis penyakit diare. Contohnya serotipe O157:H7
memproduksi Shigaliketoxin yang bertanggung jawab pada kolitis hemoragik
sedangkan serotipe O78:H11 dan O78:H12 hampir semuanya adalah
enterotoksigenik. Tipe antigen yang lain seperti O111a, 111b:H2 berhubungan
dengan diare infantil, dan galur O124:H30 adalah enteroinvansif dan
menyebabkan disentri basiler mirip yang disebabkan oleh Shigella. (Bakteriologi
Medik, 2010)
Gambar 2. 4Struktur Antigen Escherichia coli(John,2004)
16
2.3.2.3 Media Pertumbuhan
Spesimen yang diduga mengandung batang Gram negatif, seperti E.coli,
awalnya ditanam di Blood Agar Plate dan pada media diferensial, seperti agar
EMB atau agar MacConkey. (Levinson, 2004)
Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk
isolasi kuman enteric, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai
koloni yang meragi laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa
strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta. (Karsina et
al, 2010).
2.3.2.4 Kondisi Optimum
Kecepatan berkembang biak bakteri ini berada pada interval 20 menit jika
faktor media, derajat keasaman, dan suhu sesuai. Selain tersebar di banyak tempat
dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8 ºC – 46 ºC, tetapi
suhu optimalnya adalah 37 ºC. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup dalam
tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Elfidasari dkk, 2011)
2.3.2.5 Cara Identifikasi
. E.coli dengan fermentasi laktosa, membentuk koloni merah muda,
sedangkan organisme laktosa-negatif tidak berwarna. pada agar EMB. E.coli
memiliki kemilau hijau yang khas. Beberapa hal penting yang membantu
membedakan E.coli dari batang fermentasi Gram negatif laktosa lainnya adalah
sebagai berikut (1) menghasilkan indol dari triptofan, (2) dekarboksilat lisin, (3)
menggunakan asetat sebagai satu-satunya sumber karbonnya, dan (4)motil E.coli
O157: H7 tidak memfermentasi sorbitol, yang berfungsi sebagai kriteria penting
yang membedakannya dari strain E.coli lainnya. (Levinson, 2004)
2.3.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik infeksi karena E.coli tergantung dari tempat infeksinya dan
gejalan-gejalanya tidak dapat dibedakan dengan infeksi bakteri yang lain (Dzen,
2003) :
17
1. Infeksi saluran kemih
Echerichia coli adalah penyebab utama infeksi saluran kemih (ISK) dan
diperkirakan sekitar 90% Isk pada wanita muda disebabkan oleh E.coli.
gejala-gejala ISK antara lain adalah poliuria, disuria, hematuria, dan piuria
serta nyeri panggul berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian
atas.
2. Diare
E.coli yang menyebabkan diare diklasifikasikan berdasarkan karakteristik
sifat virulensinya, adapun pengklasifikasiannya yaitu sebagai berikut:
a. E.coli enteropatogen (EPEC) merupakan penyebab diare terpenting pada
bayi, terutama di negara yang sedang berkembang. EPEC melekat erat
pada sel mukosa usus kecil, menyebabkan penggundulan (effacement)
dari mikrovilli. Pada mukosa usus, EPEC membentuk filamentous actin
pedestal atau cup-like structures, dan adakalanya EPEC masuk ke
dalam sel mukosa,
b. E.coli enterotoksigenik (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada
para pelancong (traveller’s diarrhea) dan juga merupakan penyebab
diare sangat penting pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi
ETEC yang spesifik untuk manusia menyebabkan terjadinya adhesi
ETEC pada sel-sel epitel usus kecil. Beberapa galur ETEC
memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas (LT) dengan berat
molekul sekitar 80.000 Da dibawah kontrol genetik plasmid.
c. E.coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin
(VTEC). Di Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan
sejumlah kejadian luar biasa diare, kolitis hemoragik, dan HUS. Kolitis
hemoragik bersifat akut dan sembuh spontan, ditandai dengan nyeri
abdomen, diare cair disertai darah. HUS ditandai dengan kegagalan
ginjal akut, microangiophatic hemolytic anaemia, dan trombositopenia.
Sumber infeksi dapat berasal dari daging dan produk hewan seperti
susu dan hamburger.
18
d. E.coli enteroinvansif (ETEC), menyebabkan penyakit yang sangat mirip
dengan shigellosis. ETEC menimbulkan penyakit dengan cara
mengadakan invasi ke dalam sel epitel mukosa intestinal.
e. E.coli enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik,
ditandai dengan pola perlekatan yang khas pada sel-sel manusia.
3. Sepsis
Bila pertahanan hospes tidak adekwat, E.coli bisa masuk peredaran
darah dan menyebabkan sepsis. Bayi-bayi yang baru lahir sangat peka
terhadap sepsis disebabkan E.coli karena mereka tidak memiliki IgM.
Sepsis bisa terjadi sebagai efek sekunder dari ISK.
4. Meningitis
E.coli merupakan penyebab utama meningitis pada bayi, disamping
streptokokus grup B. Kurang lebih 75 % E.coli dari kasus meningitis
memiliki antigen KI. Antigen ini bisa bereaksi silang dengan polisakarida
kapsuler grup B dan Neisseria meningitidis.
2.4 Tinjauan Bakteri Staphylococcus aureus
2.4.1 Klasifikasi
Menurut Bergey’s manual of Deterninative Bacteriology edisi ketujuh
(Dwidjosaputro, 1998) bakteri S.aureus diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Gambar 2. 5 Bakteri Staphylococcus aureus(Jawetz,2013)
19
2.4.2 Deskripsi
Stafilokokus berasal dari perkataan staphyleyang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Dapat menjadi
penyebab penyakit infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Beberapa
jenis kuman ini dapat menyebabkan keracunan makanan. Kuman ini dapat
diasingkan dari bahan-bahan klinik, karier, makanan dan dari lingkungan..
(Warsa, 2010)
S.aureus bersifat aerob atau anaerob fakultatif, tes katalase positif dan
tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi
(halofilik), misalnya NaCl 10% (Dzen, et al, 2003)
2.4.2.1 Morfologi
Stafilokokus berbentuk bulat (spheres) atau kokus dengan diameter 0,4-1,2
µm (rata-rata 0,8 µm). Hasil pewarnaan yang berasal dari pembenihan padat akan
memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol seperti buah anggur.
Sedangkan yang berasal dari pembenihancair bisa terlihat bentukan kuman yang
lepas sendiri-sendiri, berpasangan atau rantai pendek (pada streptokokus biasanya
susunan selnya membentuk rantai lebih panjang) yang pada umumnya terdiri dari
empat sel (Dzen,et al, 2003).
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak
teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8-1,0
mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat dilihat sendiri,
berpasangan, menggerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek.
Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang
berasal dari pembenihan padat, sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya
ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek kuman ini tidak
bergerak, tidak berspora dan Gram positif. Terkadang untuk yang Gram positif
ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman, pada kuman yang telah di
fagositosis, dan pada biakan tua yang hampir mati (Warsa, 2010).
2.4.2.2 Struktur Antigen
Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat
antigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan juga
20
bersifat antigenik. Polisakarida yang ditemukan pada jenis yang virulen disebut
polisakarida A, dan yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut
polisakarida B. Polisakarida A merupakan komponen dinding sel yang dapat
dipindahkan dengan memakai asam trikhlorasetat. Antigen ini merupakan suatu
kompleks petidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose.
Bakteriofaga terutama menyerang bagian ini. Antigen protein A terletak di luar
antigen polisakarida, keduanya bersama-sama membentuk dinding kuman
(Warsa,2010)
Staphylococcus aureus mengandung Ag-karbohidrat (Ag-KH) dan Ag-
protein . pada strain yang patogen ditemukan Ag-KH tipe A. Apabila ag-KH tipe
A disuntikkan secara intradermal pada penderita yang terinfeksi stafilokokus akan
memberikan reaksi hipersensitif tipe segera (immediete type) dalam 20-30 menit
berupa wheal dan eritema. Sebagian besar bakteri Staphylococcus aureus pada
dinding selnya mengandung suatu komponen yang disebut protein A. Protein A
ini mempunyai berat molekul sekitar 13.000 Da berikatan dengan peptidoglikan
secara kovalen (Dzen,et al, 2003).
2.4.2.3 Media Pertumbuhan
Pada umumnya stafilokokus dapat tumbuh pada medium-medium yang
biasa dipakai di laboratorium bakteriologi misalnya sebgai berikut.
1. Nutrien Agar Plate (NAP)
Medium tersebut penting untuk mengetahui adanya pembentukan pigmen
berwarna kuning emas Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, berdiameter 1-2 mm,
konveks dengan tepi rata, permukaan mengkilat konsistensi lunak.
2. Blood Agar Plate (BAP)
Medium tersebut dipakai secara rutin. Koloninya akan tampak lebih besar,
dan pada galur yang ganas biasanya memberikan zona hemolisa yang jernih
disekitar koloni yang mirip dengan koloni Streptococcus β-hemolyticus
(Dzen,et al, 2003)
2.4.2.4 Kondisi Optimum
Untuk membiakkan stafilokokus diperlukan suhu optimal antara 28-38ºC,
atau sekitar 35ºC. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita, suhu
optimum yang diperlukan adalah 37ºC. pH optimal untuk pertumbuhan
21
S.aureusadalah 7,4. Dalam suhu kamar pada agar miring atau keadaan beku,
bakteri tersebut tahan hidup sampai beberapa bulan, sedangkan dalam keadaan
kering pada pus dapat hidup 14-16 minggu, relatif tahan terhadap pemanasan
60ºC selama 30 menit (Dzen,et al,2003)
2.4.2.5 Cara Identifikasi
Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm.
Koloni pada pembenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau.
Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan koloni
tampak berwarna kuning keemasan jeruk. Pigmen tersebut membedakannya dari
Staphylococcus epidermis yang menghasilkan pigmen putih. Pigmen kuning
keemasan timbul pada pertumbuhan selama 18-24 jam pada suhu 37ºC, tetapi
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Pigmen tidak
dihasilkan pada biak anaerobik atau pada kaldu. Staphylococcus aureus pada
media Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni
berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan
memfermentasi manitol (Dewi, 2013)
2.4.3 Manifestasi Klinis
Furunkel atau abses setempat lainnya merupakan suatu contoh lesi oleh
Stafilokokus. Kuman berkembangbiak dalam folikel rambut dan menyebabkan
terjadinya nekrosis jaringan setempat. Kemudian terjadi koagulasi fibrin di sekitar
lesi dan pembuluh getah bening, sehingga membentuk dinding yang membatasi
proses nekrosis. Selanjutnya disusul dengan serbukan sel radang, di pusat lesi
akan terjadi pencairan jaringan nekrotik, cairan abses ini akan mencari jalan
keluar di tempat yang paling kurang tahanannya. Pengeluaran cairan abses diikuti
dengan pembentukan jaringan granulasi (Warsa,2010).
Bakteri S.aureus dapat menyerang seluruh tubuh. Bentuk klinisnya
tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi ( Dzen, 2003)
a. Pada kulit : furunkel, limpetigo, scalded skin syndrome
b. Pada kuku : paronikhia
c. Pada tulang : osteomielitis
d. Pada sistem pernapasan : tonsilitis, bronkhitis, dan pneumonitis
e. Pada otak : meningitis dan ensefalomielitis
22
f. Keracunan makanan : terjadi akibat menelan makanan yang telah
terkontaminasi dengan enterotoksin stafilokokus. Jenis keracunan makanan
seperti ini disebut tipe toksik. Masa inkubasi singkat (2-6 jam) dan gejala yang
timbul biasanya dapat sembuh spontan (dalam 24-36 jam).
2.5 Tinjauan Umum Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya kolonisasi
yang dilakukan oleh organisme penginfeksi (patogen) terhadap organisme pejamu
rentan, sehingga dapat membahayakan pejamu rentan tersebut. Organisme
penginfeksi (patogen) menggunakan sarana yang dimiliki oleh pejamu rentan
untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya akan merugikan pejamu
rentan. Patogen mengganggu fungsi normal pejamu rentan dan dapat berakibat
pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, bahkan kematian. Reaksi
pejamu rentan terhadap infeksi tersebut disebut dengan peradangan. Secara umum
patogen dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, yakni mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid (Wijaya, 2007).
Patogenesis infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi
hingga mekanisme timbulnya tanda dan gejala penyakit. Ciri-ciri bakteri patogen
yaitu kemampuan untuk menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel
inang dan jaringan, mampuuntuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari
sistem kekebalan inang. Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteria yang secara
umum dianggap patogen tidak menampakkan gejala atau asimptomatik. Penyakit
terjadi jika bakteria atau reaksi imunologi yang ditimbulkannya menyebabkan
suatu bahaya bagi seseorang ( Jawetz et al, 2005)
Proses infeksi bakteri yaitu bakteri harus menempel atau melekat pada sel
inang biasanya adalah sel epitel. Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang
tetap untuk menginfeksi , mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar secara
langsung melalui jaringan atau lewat sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini
(bakterimia) dapat sementara atau menetap. Bakterimia memberi kesempatan
bakteri untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang cocok untuk
memperbanyak diri. (Jawetz et al, 2005).
23
2.6 Antibiotik
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut
haruslah bersifat sangat toksisk untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan
diperoleh. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar
minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM),
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Setiabudy, 2007).
Berdasarkan sifatnya, antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
(Jawetz, 2012) :
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel yang
terganggu akan menyebabkan dinding sel menjadi rapuh dan mengakibatkan
pecah.
2. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein (yaitu inhibisi. Translasi, dan
transkripsi bahan genetik)
4. Antibiotik yang menghambat sintesis nukleat
Hal terpenting yang mendasari terapi Antimikroba adalah toksisitas selektif,
selektif penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang mana
merusak inangnya. Toksisitas selektif dicapai dengan memanfaatkan perbedaan
antara metabolisme struktur mikroorganisme dan ciri khas sel manusia. misalnya
penisilin dan sefalosporin adalah agen antibakteri yang efektif karena mencegah
sintesis peptidoglikan, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri tapi bukan sel
manusia.(Warren Levinson, 2004).
2.6.1 Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan
rasanya sangat pahit (Setiabudy, 2007). Kloramfenikol diberikan secara oral atau
24
melalui suntikan intravena. Kloramfenikol efektifmelawan spektrum organisme
yang luas. Kloramfenikol diindikasikan pada demam tifoid dan meningitis.
Kloramfenikol dimetabolisme terutama dalam hati dan berpenetrasi dengan baik,
termasak ke otak (M.J Neal, 2006).
Gambar 2. 6Struktur kimia kloramfenikol (Goodman and Gillman, 2006)
Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan menghambat sintesis protein
pada bakteri, dan sebagian besar pada sel eukariot. Kloramfenikol berikatan
secara reversibel pada subunit ribosom 50S (di dekat situs pengikatan untuk
antibiotik makrolida dan klindamisin). Obat ini mencegah ikatan ujung tRNA
aminoasil yang mengandung asam amino pada tempat akseptor, di subunit
ribosom 50S. interaksi antara peptidiltransferase dan substrat asam aminonya
diblok, menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol juga
menghambat sintesis protein pada mitokondria mamalia melalui mekanisme yang
mirip, kemungkinan akibat ribosom bakteri, sel eritropoietin sangat sensitif
(Goodman and Gillman, 2006)
Gambar 2. 7 Penghambatan sintesis protein bakteri oleh kloramfenikol
(Goodman and Gillman, 2006)
2.7 Tinjauan Aktivitas Aktibakteri Senyawa Metabolit Sekunder
2.7.1 Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
25
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung
paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian
atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Sovia, 2006).
Alkaloid memiliki efek antimikroba dan efek antidiare. Mekanisme kerja dari
alkaloid sebagai antibakteri melalui cara berinteraksi dengan asam deoksiribosa
nukeat (DNA) bakteri atau berinteraksi dengan dinding sel bakteri (Cowan, 1999),
yaitu dengan meletakkan diri di untaian DNA atau dinding sel bakteri.
Penghambatan sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel bakteri
sehingga sel akan mati. Selain itu dapat melalui cara menghambat DNA
topoisomerase yang nantinya akan menghambat terjadinya replikasi DNA
(Karon,2006)
2.7.2 Flavonoid
Senyawa flavonida merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan
sebagai zar warna kuning yang ditemukan dialam. Flavonoida mempunyai
kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu
susunan C6C3C6 (Sovia, 2006). Aktivitas antibakteri flavonoid disebabkan oleh
kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan
dengan membran sel bakteri. Flavonoid yang bersifat lipofilik juga akan merusak
membran sel bakteri (Dewi,2017).
2.7.3 Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kmia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini mempunyai tanda khas yaitu banyak gugus fenol dalam molekulnya. Senyawa
fenol dalam tanaman dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu asam fenol, flavonoid
dan tanin.
Mekanisme penghambatan antibakteri polifenol antara lain dengan cara :
1. Menganggu pembentukkan dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa
antibakteri dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah,
molekul fenol lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran
protein dan dapat melarut pada fase lipid dari membran bakteri.
2. Bereaksi dengan membran sel. Komponen bioaktif fenol dapat
mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat
26
pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat serta menghambat ikatan
ATP-ase pada membran sel(Kusnaepah, 2008).
2.7.4 Antrakuinon
Antrakuinon (juga dikenal dengan antrakenedion atau dioksoantraken)
merupakan suatu senyawa organik aromatik dengan formula C14H8O2, yang dapat
dipandang sebagai suatu derivat diketon dari antrasena (dengan hilangnya salah
satu ikatan-pi sentral di dalam antrasena). Istilah ini merujuk kepada suatu isomer
spesifik, yakni 9,10-antrakuinon atau 9,10-dioksoantrasena, yang kelompok
keton-nya berada pada cincin tengah.
Senyawa ini adalah salah satu anggota keluarga quinon yang sangat
penting. Antrakuinon adalah elemen dari berbagai zat warna di industri digunakan
dalam mewarnai bubur kertas untuk pembuatan kertas. Antrakuinon adalah zat
padat kristal berwarna kuning, sukar larut di dalam air, namun larut di dalam
pelarut organik panas. Istilah ini juga digunakan dalam pengertian yang lebih
umum untuk setiap senyawa yang bisa dipandang sebagai antrakuinon di mana
beberapa hidrogen atom digantikan oleh atom lain atau kelompok fungsional lain.
Derivat ini mencakup berbagai zat yang secara teknis berguna atau berperan
penting pada makhluk hidup (Syamsudin dan Bumed , 2013). Zat antrakuinon
merupakan suatu persenyawaan fenolik, sehingga mekanisme kerja sebagai
antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol, yaitu menghambat bakteri dengan cara
mendenaturasi protein (Putra, 2010).
2.7.5 Triterpenoid
Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang dapat bereaksi dengan
porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk
ikatan polimer yang kuat dan merusak porin, mengurangi permeabilitas dinding
bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri kekurangan nutrisi, sehingga
pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Haryati et al.,2015)
2.8Tinjauan Metode Pengujian Antibakteri
2.8.1 Metode Difusi
Metode ini umumnya dilakukan di laboratorium pendidikan untuk
mengevaluasi potensi agen kimia yang diuji . kertas saring berbentuk cakram
27
(telah terstandarisasi) direndam di dalam bahan kimia yang diuji, dan di letakkan
pada permukaan nutrisi agar yang telah dinokulasi mikroorganisme yang diuji.
Media kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Efektivitas agen
kimia dilihat dari kemampuannyadalam menghambat pertumbuhan bakteri,
ditandai dengan terbentuknya zona bening disekeliling cakram. Metode difusi
agar yang sering digunakan adalah metode Kirby Bauer. Pada semua aspek
prosedur Kirby Bauer terstandarisasi, untuk menjamin konsistensi pembacaan dan
akurasi hasil. Medium yang dipergunakan adalah Mueller Hinton agar, dengan
kedalaman media 4 mm, pH 7,2-7,4. Tubiditas kultur bakteri yang dipergunakan
setara dengan standar turbiditas McFarland 0,5 (150 juta sel per ml). Pembacaan
hasil berdasakan lebarnya diameter daerah hambatan pertumbuhan, dalam
millimeter (mm). Standar yang dipergunakan pembanding untuk menentukan
mikroba resisten, atau peka terhadap antimikroba dikeluarkan oleh American Type
CultureCollection (ATCC) (Murwani, 2015).
2.8.2 Metode Dilusi Tes
Metode dilusi tes dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas
disinfektan dan antiseptik, merupakan standar terbaru oleh American Official
Analytical Chemist. Akan tetapi standar yang sering dipergunakan untuk uji
adalah phenol coefficient test, yang membandingkan aktivitas disinfektan yang
diuji dengan fenol. Ada tiga bakteriyang dipergunakan untuk uji, yaitu Salmonella
cholerasuis, S.aureus, P.aeruginosa. pada phenol coefficient testmempergunakan
metal berbentuk cincin yang dicelupkan ke dalam kultur bakteri pada media cair,
yang telah di standarisasi . setelah dicelupkan kemudian diambil dan di keringkan
pada suhu 37ºC dengan cepat. Metal yang telah kering dimasukkan ke dalam
cairan disinfektan yang diuji dan fenol (konsentrasi yang direkomendasikan oleh
pabrik), dibiarkan selama 10 menit, suhu 20ºC. Setelah dipapar dengan
disinfektan, ring dipindahkan ke dalam media pertumbuhan bakteri. Efektivitas
disinfektan ditentukan berdasarkan jumlah bakteri yang tumbuh setelah dikultur.
Hasil dibandingkan dengan fenol. Variasi metode perlu dilakukan untuk menguji
efektivitas agen antimikroba terhadap endospora, mycobacterium, jamur, karena
agen-egen infeksi tersebut telah lebih sulit dikendalikan. Variasi juga dapat
dilakukan untuk tujuan tertentu.(Murwani, 2015).
28
2.8.3 Standar Mc Farland
Standar Mc.Farland digunakan untuk standarisasi perkiraan jumlah bakteri
dalam cairan suspensi dengan membandingkan kekeruhan uji suspensi dengan
standar McFarland. Standar McFarland adalah larutan kimia dari barium klorida
dan asam sulfat, reaksinya antara kedua bahan kimia ini menghasilkan produksi
endapan halus, barium sulfat. Saat dikocok dengan baik, kekeruhan sebuah
Standar McFarland sebanding dengan bakteri suspensi konsentrasi yang diketahui
seperti yang ditunjukkan dibawah :
Tabel II. 8Standar McFarland
Cat No. Standar
McFarland
1% BaCl2
(mL)
1% Ba2SO4
(mL)
Perkiraan
suspensi
bakteri/mL
TM50 0,5 0,05 9,95 1,5 x 108
TM51 1,0 0,10 9,90 3,0 x 108
TM52 2,0 0,20 9,80 6,0 x 108
TM53 3,0 0,3 9,7 9,0 x 108
TM54 4,0 0,4 9,6 1,2 x 109
TM55 5,0 0,5 9,5 1,5 x 109
TM56 6,0 0,6 9,4 1,8 x 109
TM57 7,0 0,7 9,3 2,1 x 109
TM58 8,0 0,8 9,2 2,4 x 109
TM59 9,0 0,9 9,1 2,7 x 109
TM60 10,0 1,0 9,0 3,0 x 109
(Dalynn, 2002)
Prosedur Kerja :
1. Campurkan standar Mc Farland dengan menggunakan vortex untuk pengujian.
Pastikan bahwa standar Mc Farland dipindahkan secara kuantitatif ke dalam
tabung reaksi yang memiliki ukuran diameter yang sama seperti tabung reaksi
yang digunakan untuk persiapan ke suspensi
2. Siapkan sebuah tes suspensi dengan perlakuan segar, biakan bersih dari tes
organisme dan inokulasi ke dalam brothyang sesuai
29
3. Kemudian bandingkan secara visual kejenuhan dari tes suspensi dengan
standar Mc Farland dengan membandingkan garis kejernihan pada kartu
Wickerham
4. Apabila hasil tes suspensi tidak terlalu jenuh, inokulasi dengan penambahan
organisme atau inkubasi tabung reaksi sampai kejenuhannya sesuai dengan
standar McFarland. Apabila dilusi diperlukan, gunakan pipet steril dan
tambahkan broth atau saline yang cukup untuk mendapatkan kejenuhan yang
sesuai dengan standar McFarland
(Dalynn, 2002)
2.9 Kombinasi Ekstrak
Tanaman obat memiliki berbagai ragam efek pada sistem metabolisme
tubuh. Tanaman obat yang berbeda mempunyai kombinasi produk metabolit
sekunder yang berbeda dan menghasilkan sifat pengobatan yang juga berbeda.
Beberapa tanaman obat digunakan dalam bentuk kombinasi contohnya seperti
kurkumin dikombinasi dengan artemisinin (dari tanaman Artemisia annua).
Dengan kombinasi pemakaian tanaman obat akan lebih meningkatkan efek efikasi
terapi dibandingkan tanpa kombinasi. Selain itu, dapat mengurangi toksisitas dan
pencegahan terhadap resistensi obat (Hernani, 2011).
Pada penelitian Miksusanti 2011, kombinasi ekstrak kulit manggis
(Gracinia mangostana) dan kayu secang (Caesalpinia sappan) terhadap bakteri
Bacillus cereus.Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode difusi
sumur.Parameter yang digunakan ialah diameter zona hambat. Hasil penelitian
pada perbandingan kombinasi ekstrak kulit manggis dan kayu secang 2 : 8,4 : 6,5 :
5,6 : 4,8 : 2 dengan masing-masing zona hambat terhadap Bacillus cereus yaitu
18,4 : 16,8 : 17,3 : 13,5 : 14,6 mm. Melalui data KHM yang diperoleh terlihat
bahwa campuran ekstrak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus
dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah 0,075% (750 ppm). Total
fenol pada Garcinia mangostana yaitu 94,047 mg/g. total fenol pada Caesalpina
sappan yaitu 590,428 mg/g (Miksusanti dkk., 2011).
Efikasi dari ekstrak kasar herbal yang digunakan dalam pengobatan
disebabkan oleh adanya sinergitas antara senyawa-senyawa aktif yang terdapat
dalam ekstrak. Untuk menjamin keamanan obat herbal, maka dilakukan
30
standarisasi. Standarisasi termasuk mengkombinasi beberapa herbal yang
mempunyai senyawa marker yang berbeda. Proses pencampuran ini akan
menghasilkan ekstrak dengan komponen terstandar yang diinginkan. Standarisasi
dapat dilakukan dengan sidik jari profil/kimia melalui fraksinasi bioaktivitas
(Hernani, 2011).