bab ii tinjauan pustaka 2.1 srikaya 2.1.1 klasifikasi srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/bab...

26
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikaya Klasifikasi lengkap tanaman srikaya adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Annona squamosa L (Sunarjono, 2005) Di Indonesia tanaman Annonasquamosa memiliki beberapa nama daerah yang berbeda (Dalimartha, 2005) Sumatera : delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya Jawa : sarikaya, srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja. Nusa Tenggara : sirkaya, srikaya, garoso Sulawesi : atis soe,walanda, sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya, srikaya. Maluku : atisi, hirikaya, atis. Gambar 2. 1 Daun Srikaya (Infoagribisnis, 2015)

Upload: others

Post on 01-Nov-2019

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Srikaya

2.1.1 Klasifikasi Srikaya

Klasifikasi lengkap tanaman srikaya adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona squamosa L (Sunarjono, 2005)

Di Indonesia tanaman Annonasquamosa memiliki beberapa nama daerah

yang berbeda (Dalimartha, 2005)

Sumatera : delima bintang, serba bintang, sarikaya, seraikaya

Jawa : sarikaya, srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja,

sirikaja.

Nusa Tenggara : sirkaya, srikaya, garoso

Sulawesi : atis soe,walanda, sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya,

srikaya.

Maluku : atisi, hirikaya, atis.

Gambar 2. 1 Daun Srikaya (Infoagribisnis, 2015)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

6

2.1.2 Deskripsi Srikaya

Srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang tumbuh di tanah berbatu,

kering dan terkena cahaya matahari langsung. Tumbuhan yang asalnya dari

Hindia Barat ini akan berbuah setelah berumur 3-5 tahun. Srikaya sering ditanam

di pekarangan, dibudidayakan, atau tumbuh liar, dan bisa ditemukan sampai

ketinggian 800 m dpi (Yuliarti,2010). Ciri khas srikaya terletak pada buahnya.

Buah srikaya bulat dan tidak rata. Buah srikaya mempunyai banyak biji dan

mempunyai rasa asam manis. Daun srikaya berwarna hijau, selebar telapak tangan

orang dewasa. Tanaman ini memiliki akar tunggang (Soeryoko, 2011)

Perdu atau pohon dengan kulit batang tipis berwarna keabu-abuan, bagian

dalamnya kuning muda. Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling,

berbentuk lonjong hingga jorong menyempit. Bunga bergerombol pendek

menyamping dengan panjang sekitar 2,5 cm, kuning kehijauan, tumbuh pada

ujung tangkai atau ketiak daun. Buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau

menyerupai jantung, permukaan berbenjol-benjol, warna hijau berbintik putih,

penampang 5-10 cm, menggantung pada tangkai yang cukup tebal. Daging buah

berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

hingga itam, panjang 1,3 – 1,6 cm (Hidayat dan Napitupulu, 2015)

2.1.3 Habitat dan Cara Penyebaran

Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dibawah permukaan

laut, terutama pada tanah-tanah berpasir sampai tanah-tanah lempung berpasir dan

dengan sistem drainase yang baik pada pH 5,5-7,4. Tumbuhan ini menyukai iklim

panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan. Tumbuh baik pada berbagai kondisi

tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim lembap dan panas.

Tumbuhan ini tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan

pengairan yang cukup (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991)

2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia

Tumbuhan ini pada umumnya mengandung alkaloid tipe asporfin

(anonain) (Alex. 2015). Daun srikaya mengandung tanin, fenolik, polifenol,

glikosida, saponin, karbohidrat, protein , fitosterol, asam amino, alkaloid, dan

terpenoid. Dimana terpenoid, flavonoid, fenolik, dan alkaloid telah dikenal

memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Tansil, 2016).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

7

Akar dan kulit kayu mengandung flavonoida, borneol, kamphor, terpene,

dan alkaloid anonain. Disamping itu, akarnya juga mengandung saponin, tanin,

dan polifenol. Biji mengandung minyak, resin, dan bahan beracun yang bersifat

iritan. Buah mengandung asam amino, gula buah, dan mucilago. Buah muda

mengandung tanin. (Yuliarti, 2011)

2.1.5 Aktifitas Secara Empiris dan Ilmiah

Secara empiris, Srikaya sering digunakan sebagai astringen, antiradang,

anthelmentik, antifertilitas, zat pemicu pematangan bisul, dan anti tumor.

Tanaman ini mengandung beberapa senyawa aktif, antara lain flavonoid, borneol,

camphor, terpen, saponin, tannin, polifenol dan senyawa polipeptida (Djajanegara

dan Wahyudi, 2006).

Penelitian Tansil, dkk (2016) memaparkan bahwa ekstrak daun srikaya

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus dengan

metode modifikasi Kirby Bauer. Ekstrak daun srikaya di maserasi dengan etanol

96% dengan konsentrasi ekstrak kental yang digunakan sebagai bahan uji yaitu

50%, 25%, 12,5%. Dan menggunakan siprofloksasin sebagai kontrol positif. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun srikaya memiliki daya hambat

yang lebih besar pada S.aureus dibandingkan pada E.coli.

Tabel II. 1Diameter zona hambat kontrol dan perlakuan pada bakteri E.coli dan

S.aureus hari pertama

P

Staphylococcus aureus(mm) Escherichia coli(mm)

K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%

I 0 36,65 17,85 14,60 12,9 0 37,65 10,10 7,65 7,90

II 0 34,25 12,65 12,05 11,8 0 32,35 8,25 7,15 7,00

III 0 38,75 10,85 13,10 9,25 0 37,35 9,05 8,60 6,25

Rerata 0 36,55 13,78 13,25 11,31 0 35,78 9,13 7,8 7,05

(Tansil,dkk, 2016)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

8

Tabel II. 2Diameter zona hambat kontrol dan perlakuan bakteri E.coli dan

S.aureus hari kedua

P Staphylococcus aureus(mm) Escherichia coli(mm)

K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%

I 0 27,10 7,15 6,60 5,60 0 30,80 6,00 1,65 1,48

II 0 30,35 6,80 6,65 5,80 0 28,75 7,10 1,50 1,00

III 0 28,90 7,60 7,15 5,75 0 26,60 5,20 0,89 0,65

Rerata 0 28,78 7,18 6,8 5,71 0 28,05 6,1 1,34 1,04

(Tansil,dkk, 2016)

Tabel II. 3Diameterzona hambat kontrol dan perlakuan pada bakteri E.coli dan

S.aureus hari ketiga

P Staphylococcus aureus Escherichia coli

K- K+ 50% 25% 12,5% K- K+ 50% 25% 12,5%

I 0 24,15 3,15 2,55 2,30 0 21,00 3,15 0,7 0,55

II 0 25,75 3,20 1,60 1,15 0 21,65 6 0,6 0,2

III 0 26,95 3,75 3,30 0,55 0 21,05 3,5 0,5 0,1

Rerata 0 25,61 3,36 2,48 1,33 0 21,23 4,21 0,6 0,28

(Tansil,dkk, 2016)

Penelitian Patel dan Kumar, 2008, memaparkan tentang uji anti bakteri

dan analisis fitokima daun Annona squamosadalam berbagai pelarut dengan

metode difusi agar pengujian ini yaitu dua bakteri Gram positif (Staphylococcus

aureus dan Bacillus subtilis) dan dua bakteri Gram negatif (Echerichia coli dan

Pseudomonas aeruginosa). Dari hasil penelitian bahwa ekstrak Annona

squamosamemiliki aktivitas anti bakteri.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

9

Tabel II. 4Aktivitas antimikroba dari ekstrak Annona squamosa dalam

konsentrasi 1mg/mL

Nama Pelarut

(hasil ekstrak (%)

dalam solvent)

Zona hambat (mm)

E.coli S.aureus P.aeruginosa B.subtilis

Petroleum ether (3,25) (3,25)3,27±

0.31

0 ± 0 5,21 ± 0,04 4,08 ± 0,02

Chloroform (6,07) 3,43 ± 0,2 0,69 ± 0,33 4,7 ± 0,1 2,52 ± 0,3

Methanol (12,9) 5,18 ± 0,18 1,78 ± 0,81 5,42 ± 0,19 0 ± 0

Water (46,8) 1,07 ± 0,06 0,5 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

Tetracycline (30µg/ml) 16,9 ± 0,04 4,02 ± 0,02 17,9 ± 0,06 23,06 ± 0,02

Amikacin (30 µg/ml) 18,1 ± 0,02 8,1 ± 0,01 10,0 ± 0,02 16,1 ± 0,02

Cefepime (30µg/ml) 6 ± 0,04 0,45 ± 0,22 19,6 ± 0,05 14,03 ± 0,04

Dimethylsulfoxide - - - -

(Patel dan Kumar, 2008)

Tabel II. 5Kadar Hambat Minimal (KHM, dalam µg/mL) dari ekstrak Annona

squamosa terhadap bakteri

Nama Pelarut KHM; dalam μg/ml ekstrak tumbuhan

E.coli S.aureus P.aeruginosa B.subtilis

Petroleum ether 925 >1100 165 220

Chloroform 920 >1100 210 630

Methanol 180 530 130 >1100

Water 580 >1100 >1100 >1100

(Patel dan Kumar, 2008)

2.2 Jarak Merah

2.2.1 Klasifikasi Jarak Merah

Klasifikasi lengkap tanaman Jarak Merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha gossypifolia(Fatokun,2016)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

10

Di Indonesia tanaman Jatropha gossypifolia memiliki beberapa nama

daerah yang berbeda (Dalimartha, 2005)

Jawa : jarak kosta merah. Jarak landi, jarak cina

Madura : kaleke bacu, kaleke jharak, kaleke jharat

Lampung : jarak ulung

Gambar 2. 2Daun Jarak Merah (Fatokun,2016)

2.2.2 Deskripsi Tanaman Jarak Merah

Tanaman ini umumnya tumbuh liar di tepi jalan, lapangan rumput atau di

semak, pada tempat-tempat yang terkena sinar matahari di dataran rendah.

Asalnya, dari Amerika Selatan. Perdu tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1-2 m,

dengan rambut kelenjar yang kebanyakan berbentuk bintang yang bercabang,

getahnya bersabun, batang berkayu, bulat, warnanya cokelat, banyak bercabang.

Bunga majemuk dalam malai rata bertangkai, berbentuk corong, kecil, warnanya

keunguan, keluar dari ujung batang. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan

bunga betina. Buah berkedaga tiga, bulat telur, sedikit berlekuk tiga dengan 6 alur

memanjang, warnanya hijau, bila masak menjadi hitam. Bijinya bulat, coklat

kehitaman. Bijinya mengandung minyak, bila diperas, minyak tersebut dapat

digunakan untuk lampu (Pasiana, 2010)

Kelopak bunga jantan berbentuk lonjong-lanset, mahkota bunga luas,

berbentuk bulat telur, ungu – kemerahan. Benang sari berjumlah 8, bagian luar

panjangnya 3 mm, kepala sari 0,6 mm. Sedangkan kelopak bunga betina dari

mahkota dua kali lebih banyak dari bunga jantan, selain itu keduanya serupa,

bakal buahnya agak bulat. Benih segar berdaging,. Struktur berwarna lebih terang

disebut caruncle pada salah satu ujungnya. Akar jarak merah berupa akar

tunggang dengan akar lateral (Randall et al, 2009).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

11

Daun muda terbagi menjadi tiga bulatan lobus, berwarna ungu dan agak

lengket. Daun yang lebih tua berwarna hijau terang, sekitar 10 cm, dan

kemungkinan dapat memiliki hingga lima lobus, tepi daun kasar dengan ditutupi

rambut berwarna coklat gelap. Ukuran tiap lobusnya sekitar 4,5-9 cm untuk daun

yang muda dan 5-13 cm untuk daun yang tua. Tiap lobus di batasi oleh rambut

kelenjar kecil bergerigi yang halus dengan tepi yang lengket. Jarak daun dengan

batang sekitar 2-7 cm yang juga ditutupi oleh rambut kelenjar yang meskipun

berada di daerah lembab. Gugurnya daun umumnya sangat cepat baik yang sudah

tua atau baru tumbuh, daun yang tersisa biasanya berukuran kecil dan ditemukan

di bagian atas batang. Daun dapat tumbuh kembali sekitar bulan

September/Oktober dengan meningkatnya kondisi suhu di sekitar lingkungan.

Daun yang kecil dapat tumbuh meskipun dalam keadaan curah hujan yang kecil.

(Mulherin, 2013)

2.2.3 Habitat dan Cara Penyebaran

Jarak merah terkadang tumbuh sebagai tanaman hias. Bibit jarak merah

sering tumbuh pada tumpukan sarang semut, juga pada tumpukan tanah basah.

Jarak merah dapat beradaptasi dengan musim yang beriklim basah maupun

kering. Jarak merah juga dapat tumbuh di padang rumput, hutan, tepi sungai

ataupun di tepi jalan. Selain itu jarak merah juga dapat tumbuh di tengah-tengah

pohon bekas reruntuhan akibat banjir (Randallet al, 2009).

Jarak merah merupakan semak oportunistik yang tumbuh subur di daerah

gangguan seperti lokasi tambang rumah-rumah yang ditinggalkan, pinggir jalan

dan padang rumput. Pengaruh dari musim kemarau serta rumput yang tumbuh

lebat dapat memberikan kesempatan untuk jarak merah tumbuh. Tanaman ini

dapat hidup dalam iklim panas/hujan musiman, mudah ditemui di daerah hutan

dan padang rumput meskipun lebih cocok tumbuh di daerah sungai atau tepi

sungai dan dataran yang mudah terkena banjir periodik. Banjir periodik berguna

untuk membantu penyebaran dari Jatropha gossypifolia. Meskipun

penyebarannya diawali di daerah tepi sungai, tanaman Jatropha gossypifoliaakan

meluas ke daerah yang tidak mengandung tanah aluvial dan tumbuh di daerah

dataran tinggi. Tanaman ini dapat juga tumbuh subur pada tanah lempung berpasir

dengan irigasi air yang baik (Mulherin, 2013)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

12

2.2.4 Kandungan Senyawa Kimia

Berbagai unsur kimia telah terdeteksi dalam ekstrak dari berbagai bagian

J.gossypifolia, secara umum adanya asam lemak, gula, alkaloid, asam amino,

koumarin, steroid, flavonoid, lignan, protein, saponin, tanin, dan terpenoid (Silva

et al, 2014). Adapun berbagai macam kandungan kimia yang terdapat pada daun

J.gossypifolia yaitu terlampir pada tabel berikut.

Tabel II. 6Kandungan Senyawa Tanaman Jatropha gossypifolia

Bagian tanaman Klasifikasi Senyawa

Batang

Kumarin-lignoids

- Arylnaphthalene lignin

- Gadain

- Jatrophan

Flavonoid, Fenol, Saponin,

Tannin

Daun Alkaloida - Ricinine Cardiac glycoside - Apigenin

- Isovitexin

- Orientin Flavonoid - Vitexin

Fenol, Steroid, Saponin Akar Alkaloida - 2ɑ-Hydroxyjatrophone

- 2β-Hidroxyjatrophone Diterpene - Citlalitrione

- Falodone

- Jatrophone A

- Jatrophone B

- Jatrophone Flavonoid, Fenol, Saponin,

Tannin

Biji Ester - Asam arakidat

- Asam kaprilat

- Asam laurat

- Asam linoleat

- Asam miristat Asam lemak

Serat, Flavonoid, Fenol,

Protein, Saponin , Tannin

(Silva et al, 2014)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

13

2.2.5 Aktifitas Secara Empiris dan Ilmiah

Secara empiris tanaman Jarak Merah digunakan sebaga obat tradisional

untuk obat luar seperti luka baru dan untuk mengobati berbagai jenis infeksi

dengan langsung mengoleskan getah Jarak Merah pada luka tersebut (Hariana,

2006).

Penelitian Dhale dan Birari 2010, dijelaskan bahwa J.gossypifolia

memiliki aktivitas anti mikroba. Dalam penelitiannya, Dhale dan Birari

melakukan skrining fitokimia dengan berbagai macam pelarut yaitu : petroleum

ether, kloroform dan alkohol. Digunakan ampisilin sebagai kontrol positif, dan

bakteri yang digunakan sebagai uji yaitu dari bakteri gram negatif dan bakteri

gram positif. Bakteri yang digunakan sebagai bahan uji diantaranya Escherichia

sp, Pseudomonas sp, Staphylococcus sp, dan Bacillus sp. Dari penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa diantara ekstrak yang diuji, ekstrak alkohol menunjukkan

lebih luas spektrum aktivitasnya, aktif terhadap bakteri Gram positif dan bakteri

Gram negatif dibandingkan dengan kloroform dan petroleum eter.

Tabel II. 7Khasiat antibakteri ekstrak daun Jatropha gossypifolia dalam berbagai

pelarut

No Mikroorganisme Konsentrasi

mg/mL

Zona Hambat (mm)

Petroleum

eter Kloroform Alkohol Ampisillin

1 Escherichia spp

(Gram – ve) 50

100

08

06

10

08

11

08 14

2 Pseudomonas

spp

(Gram + ve)

50

100

06

05

07

05

12

09 15

3 Staphylococcus

spp

(Gram + ve)

50

100

05

04

08

07

18

15 23

4 Bacillus spp

(Gram + ve) 50

100

08

06

09

08

12

11 20

(Dhale dan Birari, 2010)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

14

2.3 Tinjauan Bakteri Escherichia Coli

2.3.1 Klasifikasi

Adapun taksonomi dari E.coli adalah sebagai berikut :

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli(Miftachul, 2008)

Gambar 2. 3Bakteri Escherichia coli (Oktarinda. 2017)

2.3.2 Deskripsi

Echerichia coliadalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam

usus besar manusia sebagai flora normal, sifatnya unik karena dapat menyebabkan

infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, seperti

juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus.

Genus (Karsinah, 2010)

E.coli dapat berpindah karena adanya kegiatan seperti dari tangan ke mulut

atau dengan pemindahan pasif lewat minuman,E.coli dalam usus besar bersifat

patogen jika melebihi jumlah normalnya. Bakteri ini menjadi patogen berbahaya

apabila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan

peradangan selaput lendir. E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus

besar, hidupnya komensalisme dalam kolon manusiadan diduga berperan dalam

pembentukan vitamin K yang berpera penting untuk pembekuan darah. Dari

berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa strain E.coli juga dapat

menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak (Elfidasari,

dkk 2011).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

15

2.3.2.1 Morfologi

Kuman berbentuk batang pendek (kokobasil), Gram negatif, ukuran 0,4-

0,7 µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai

kapsul. E.coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di

laboratorium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman

enterik, sebagian besar strain E.colitumbuh sebagai koloni meragi laktosa. E.coli

bersifat mikroaerofilik, beberapa strain bila ditanam pada agar darah

menunjukkan hemolisis. (Karsinah, 2010).

2.3.2.2 Struktur Antigen

Echerichia coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah di

temukan : 150 antigen O, 90 tipe antigen K, dan 50 antigen H. Antigen K

dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu L, A dan B.

(Karsinah, 2010)

Penentuan profil antigen dari berbagai galur berguna untuk penelitian yang

berhubungan dengan jenis penyakit diare. Contohnya serotipe O157:H7

memproduksi Shigaliketoxin yang bertanggung jawab pada kolitis hemoragik

sedangkan serotipe O78:H11 dan O78:H12 hampir semuanya adalah

enterotoksigenik. Tipe antigen yang lain seperti O111a, 111b:H2 berhubungan

dengan diare infantil, dan galur O124:H30 adalah enteroinvansif dan

menyebabkan disentri basiler mirip yang disebabkan oleh Shigella. (Bakteriologi

Medik, 2010)

Gambar 2. 4Struktur Antigen Escherichia coli(John,2004)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

16

2.3.2.3 Media Pertumbuhan

Spesimen yang diduga mengandung batang Gram negatif, seperti E.coli,

awalnya ditanam di Blood Agar Plate dan pada media diferensial, seperti agar

EMB atau agar MacConkey. (Levinson, 2004)

Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa

dipakai di laboratorium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk

isolasi kuman enteric, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai

koloni yang meragi laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa

strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta. (Karsina et

al, 2010).

2.3.2.4 Kondisi Optimum

Kecepatan berkembang biak bakteri ini berada pada interval 20 menit jika

faktor media, derajat keasaman, dan suhu sesuai. Selain tersebar di banyak tempat

dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun.

Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8 ºC – 46 ºC, tetapi

suhu optimalnya adalah 37 ºC. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup dalam

tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Elfidasari dkk, 2011)

2.3.2.5 Cara Identifikasi

. E.coli dengan fermentasi laktosa, membentuk koloni merah muda,

sedangkan organisme laktosa-negatif tidak berwarna. pada agar EMB. E.coli

memiliki kemilau hijau yang khas. Beberapa hal penting yang membantu

membedakan E.coli dari batang fermentasi Gram negatif laktosa lainnya adalah

sebagai berikut (1) menghasilkan indol dari triptofan, (2) dekarboksilat lisin, (3)

menggunakan asetat sebagai satu-satunya sumber karbonnya, dan (4)motil E.coli

O157: H7 tidak memfermentasi sorbitol, yang berfungsi sebagai kriteria penting

yang membedakannya dari strain E.coli lainnya. (Levinson, 2004)

2.3.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik infeksi karena E.coli tergantung dari tempat infeksinya dan

gejalan-gejalanya tidak dapat dibedakan dengan infeksi bakteri yang lain (Dzen,

2003) :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

17

1. Infeksi saluran kemih

Echerichia coli adalah penyebab utama infeksi saluran kemih (ISK) dan

diperkirakan sekitar 90% Isk pada wanita muda disebabkan oleh E.coli.

gejala-gejala ISK antara lain adalah poliuria, disuria, hematuria, dan piuria

serta nyeri panggul berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian

atas.

2. Diare

E.coli yang menyebabkan diare diklasifikasikan berdasarkan karakteristik

sifat virulensinya, adapun pengklasifikasiannya yaitu sebagai berikut:

a. E.coli enteropatogen (EPEC) merupakan penyebab diare terpenting pada

bayi, terutama di negara yang sedang berkembang. EPEC melekat erat

pada sel mukosa usus kecil, menyebabkan penggundulan (effacement)

dari mikrovilli. Pada mukosa usus, EPEC membentuk filamentous actin

pedestal atau cup-like structures, dan adakalanya EPEC masuk ke

dalam sel mukosa,

b. E.coli enterotoksigenik (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada

para pelancong (traveller’s diarrhea) dan juga merupakan penyebab

diare sangat penting pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi

ETEC yang spesifik untuk manusia menyebabkan terjadinya adhesi

ETEC pada sel-sel epitel usus kecil. Beberapa galur ETEC

memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas (LT) dengan berat

molekul sekitar 80.000 Da dibawah kontrol genetik plasmid.

c. E.coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin

(VTEC). Di Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan

sejumlah kejadian luar biasa diare, kolitis hemoragik, dan HUS. Kolitis

hemoragik bersifat akut dan sembuh spontan, ditandai dengan nyeri

abdomen, diare cair disertai darah. HUS ditandai dengan kegagalan

ginjal akut, microangiophatic hemolytic anaemia, dan trombositopenia.

Sumber infeksi dapat berasal dari daging dan produk hewan seperti

susu dan hamburger.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

18

d. E.coli enteroinvansif (ETEC), menyebabkan penyakit yang sangat mirip

dengan shigellosis. ETEC menimbulkan penyakit dengan cara

mengadakan invasi ke dalam sel epitel mukosa intestinal.

e. E.coli enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik,

ditandai dengan pola perlekatan yang khas pada sel-sel manusia.

3. Sepsis

Bila pertahanan hospes tidak adekwat, E.coli bisa masuk peredaran

darah dan menyebabkan sepsis. Bayi-bayi yang baru lahir sangat peka

terhadap sepsis disebabkan E.coli karena mereka tidak memiliki IgM.

Sepsis bisa terjadi sebagai efek sekunder dari ISK.

4. Meningitis

E.coli merupakan penyebab utama meningitis pada bayi, disamping

streptokokus grup B. Kurang lebih 75 % E.coli dari kasus meningitis

memiliki antigen KI. Antigen ini bisa bereaksi silang dengan polisakarida

kapsuler grup B dan Neisseria meningitidis.

2.4 Tinjauan Bakteri Staphylococcus aureus

2.4.1 Klasifikasi

Menurut Bergey’s manual of Deterninative Bacteriology edisi ketujuh

(Dwidjosaputro, 1998) bakteri S.aureus diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 2. 5 Bakteri Staphylococcus aureus(Jawetz,2013)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

19

2.4.2 Deskripsi

Stafilokokus berasal dari perkataan staphyleyang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Dapat menjadi

penyebab penyakit infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Beberapa

jenis kuman ini dapat menyebabkan keracunan makanan. Kuman ini dapat

diasingkan dari bahan-bahan klinik, karier, makanan dan dari lingkungan..

(Warsa, 2010)

S.aureus bersifat aerob atau anaerob fakultatif, tes katalase positif dan

tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi

(halofilik), misalnya NaCl 10% (Dzen, et al, 2003)

2.4.2.1 Morfologi

Stafilokokus berbentuk bulat (spheres) atau kokus dengan diameter 0,4-1,2

µm (rata-rata 0,8 µm). Hasil pewarnaan yang berasal dari pembenihan padat akan

memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol seperti buah anggur.

Sedangkan yang berasal dari pembenihancair bisa terlihat bentukan kuman yang

lepas sendiri-sendiri, berpasangan atau rantai pendek (pada streptokokus biasanya

susunan selnya membentuk rantai lebih panjang) yang pada umumnya terdiri dari

empat sel (Dzen,et al, 2003).

Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak

teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8-1,0

mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat dilihat sendiri,

berpasangan, menggerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek.

Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang

berasal dari pembenihan padat, sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya

ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek kuman ini tidak

bergerak, tidak berspora dan Gram positif. Terkadang untuk yang Gram positif

ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman, pada kuman yang telah di

fagositosis, dan pada biakan tua yang hampir mati (Warsa, 2010).

2.4.2.2 Struktur Antigen

Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat

antigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan juga

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

20

bersifat antigenik. Polisakarida yang ditemukan pada jenis yang virulen disebut

polisakarida A, dan yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut

polisakarida B. Polisakarida A merupakan komponen dinding sel yang dapat

dipindahkan dengan memakai asam trikhlorasetat. Antigen ini merupakan suatu

kompleks petidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose.

Bakteriofaga terutama menyerang bagian ini. Antigen protein A terletak di luar

antigen polisakarida, keduanya bersama-sama membentuk dinding kuman

(Warsa,2010)

Staphylococcus aureus mengandung Ag-karbohidrat (Ag-KH) dan Ag-

protein . pada strain yang patogen ditemukan Ag-KH tipe A. Apabila ag-KH tipe

A disuntikkan secara intradermal pada penderita yang terinfeksi stafilokokus akan

memberikan reaksi hipersensitif tipe segera (immediete type) dalam 20-30 menit

berupa wheal dan eritema. Sebagian besar bakteri Staphylococcus aureus pada

dinding selnya mengandung suatu komponen yang disebut protein A. Protein A

ini mempunyai berat molekul sekitar 13.000 Da berikatan dengan peptidoglikan

secara kovalen (Dzen,et al, 2003).

2.4.2.3 Media Pertumbuhan

Pada umumnya stafilokokus dapat tumbuh pada medium-medium yang

biasa dipakai di laboratorium bakteriologi misalnya sebgai berikut.

1. Nutrien Agar Plate (NAP)

Medium tersebut penting untuk mengetahui adanya pembentukan pigmen

berwarna kuning emas Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, berdiameter 1-2 mm,

konveks dengan tepi rata, permukaan mengkilat konsistensi lunak.

2. Blood Agar Plate (BAP)

Medium tersebut dipakai secara rutin. Koloninya akan tampak lebih besar,

dan pada galur yang ganas biasanya memberikan zona hemolisa yang jernih

disekitar koloni yang mirip dengan koloni Streptococcus β-hemolyticus

(Dzen,et al, 2003)

2.4.2.4 Kondisi Optimum

Untuk membiakkan stafilokokus diperlukan suhu optimal antara 28-38ºC,

atau sekitar 35ºC. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita, suhu

optimum yang diperlukan adalah 37ºC. pH optimal untuk pertumbuhan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

21

S.aureusadalah 7,4. Dalam suhu kamar pada agar miring atau keadaan beku,

bakteri tersebut tahan hidup sampai beberapa bulan, sedangkan dalam keadaan

kering pada pus dapat hidup 14-16 minggu, relatif tahan terhadap pemanasan

60ºC selama 30 menit (Dzen,et al,2003)

2.4.2.5 Cara Identifikasi

Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm.

Koloni pada pembenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau.

Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan koloni

tampak berwarna kuning keemasan jeruk. Pigmen tersebut membedakannya dari

Staphylococcus epidermis yang menghasilkan pigmen putih. Pigmen kuning

keemasan timbul pada pertumbuhan selama 18-24 jam pada suhu 37ºC, tetapi

membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Pigmen tidak

dihasilkan pada biak anaerobik atau pada kaldu. Staphylococcus aureus pada

media Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni

berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan

memfermentasi manitol (Dewi, 2013)

2.4.3 Manifestasi Klinis

Furunkel atau abses setempat lainnya merupakan suatu contoh lesi oleh

Stafilokokus. Kuman berkembangbiak dalam folikel rambut dan menyebabkan

terjadinya nekrosis jaringan setempat. Kemudian terjadi koagulasi fibrin di sekitar

lesi dan pembuluh getah bening, sehingga membentuk dinding yang membatasi

proses nekrosis. Selanjutnya disusul dengan serbukan sel radang, di pusat lesi

akan terjadi pencairan jaringan nekrotik, cairan abses ini akan mencari jalan

keluar di tempat yang paling kurang tahanannya. Pengeluaran cairan abses diikuti

dengan pembentukan jaringan granulasi (Warsa,2010).

Bakteri S.aureus dapat menyerang seluruh tubuh. Bentuk klinisnya

tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi ( Dzen, 2003)

a. Pada kulit : furunkel, limpetigo, scalded skin syndrome

b. Pada kuku : paronikhia

c. Pada tulang : osteomielitis

d. Pada sistem pernapasan : tonsilitis, bronkhitis, dan pneumonitis

e. Pada otak : meningitis dan ensefalomielitis

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

22

f. Keracunan makanan : terjadi akibat menelan makanan yang telah

terkontaminasi dengan enterotoksin stafilokokus. Jenis keracunan makanan

seperti ini disebut tipe toksik. Masa inkubasi singkat (2-6 jam) dan gejala yang

timbul biasanya dapat sembuh spontan (dalam 24-36 jam).

2.5 Tinjauan Umum Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya kolonisasi

yang dilakukan oleh organisme penginfeksi (patogen) terhadap organisme pejamu

rentan, sehingga dapat membahayakan pejamu rentan tersebut. Organisme

penginfeksi (patogen) menggunakan sarana yang dimiliki oleh pejamu rentan

untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya akan merugikan pejamu

rentan. Patogen mengganggu fungsi normal pejamu rentan dan dapat berakibat

pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, bahkan kematian. Reaksi

pejamu rentan terhadap infeksi tersebut disebut dengan peradangan. Secara umum

patogen dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya

definisinya lebih luas, yakni mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan

viroid (Wijaya, 2007).

Patogenesis infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi

hingga mekanisme timbulnya tanda dan gejala penyakit. Ciri-ciri bakteri patogen

yaitu kemampuan untuk menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel

inang dan jaringan, mampuuntuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari

sistem kekebalan inang. Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteria yang secara

umum dianggap patogen tidak menampakkan gejala atau asimptomatik. Penyakit

terjadi jika bakteria atau reaksi imunologi yang ditimbulkannya menyebabkan

suatu bahaya bagi seseorang ( Jawetz et al, 2005)

Proses infeksi bakteri yaitu bakteri harus menempel atau melekat pada sel

inang biasanya adalah sel epitel. Setelah bakteri mempunyai kedudukan yang

tetap untuk menginfeksi , mereka mulai memperbanyak diri dan menyebar secara

langsung melalui jaringan atau lewat sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini

(bakterimia) dapat sementara atau menetap. Bakterimia memberi kesempatan

bakteri untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang cocok untuk

memperbanyak diri. (Jawetz et al, 2005).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

23

2.6 Antibiotik

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang

dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang

digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan

harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut

haruslah bersifat sangat toksisk untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk

hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan

diperoleh. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan

ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar

minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau

membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM),

dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Setiabudy, 2007).

Berdasarkan sifatnya, antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu

(Jawetz, 2012) :

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel yang

terganggu akan menyebabkan dinding sel menjadi rapuh dan mengakibatkan

pecah.

2. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein (yaitu inhibisi. Translasi, dan

transkripsi bahan genetik)

4. Antibiotik yang menghambat sintesis nukleat

Hal terpenting yang mendasari terapi Antimikroba adalah toksisitas selektif,

selektif penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang mana

merusak inangnya. Toksisitas selektif dicapai dengan memanfaatkan perbedaan

antara metabolisme struktur mikroorganisme dan ciri khas sel manusia. misalnya

penisilin dan sefalosporin adalah agen antibakteri yang efektif karena mencegah

sintesis peptidoglikan, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri tapi bukan sel

manusia.(Warren Levinson, 2004).

2.6.1 Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan

rasanya sangat pahit (Setiabudy, 2007). Kloramfenikol diberikan secara oral atau

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

24

melalui suntikan intravena. Kloramfenikol efektifmelawan spektrum organisme

yang luas. Kloramfenikol diindikasikan pada demam tifoid dan meningitis.

Kloramfenikol dimetabolisme terutama dalam hati dan berpenetrasi dengan baik,

termasak ke otak (M.J Neal, 2006).

Gambar 2. 6Struktur kimia kloramfenikol (Goodman and Gillman, 2006)

Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan menghambat sintesis protein

pada bakteri, dan sebagian besar pada sel eukariot. Kloramfenikol berikatan

secara reversibel pada subunit ribosom 50S (di dekat situs pengikatan untuk

antibiotik makrolida dan klindamisin). Obat ini mencegah ikatan ujung tRNA

aminoasil yang mengandung asam amino pada tempat akseptor, di subunit

ribosom 50S. interaksi antara peptidiltransferase dan substrat asam aminonya

diblok, menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol juga

menghambat sintesis protein pada mitokondria mamalia melalui mekanisme yang

mirip, kemungkinan akibat ribosom bakteri, sel eritropoietin sangat sensitif

(Goodman and Gillman, 2006)

Gambar 2. 7 Penghambatan sintesis protein bakteri oleh kloramfenikol

(Goodman and Gillman, 2006)

2.7 Tinjauan Aktivitas Aktibakteri Senyawa Metabolit Sekunder

2.7.1 Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan

dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

25

tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung

paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian

atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Sovia, 2006).

Alkaloid memiliki efek antimikroba dan efek antidiare. Mekanisme kerja dari

alkaloid sebagai antibakteri melalui cara berinteraksi dengan asam deoksiribosa

nukeat (DNA) bakteri atau berinteraksi dengan dinding sel bakteri (Cowan, 1999),

yaitu dengan meletakkan diri di untaian DNA atau dinding sel bakteri.

Penghambatan sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel bakteri

sehingga sel akan mati. Selain itu dapat melalui cara menghambat DNA

topoisomerase yang nantinya akan menghambat terjadinya replikasi DNA

(Karon,2006)

2.7.2 Flavonoid

Senyawa flavonida merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan

sebagai zar warna kuning yang ditemukan dialam. Flavonoida mempunyai

kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin

benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu

susunan C6C3C6 (Sovia, 2006). Aktivitas antibakteri flavonoid disebabkan oleh

kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan

dengan membran sel bakteri. Flavonoid yang bersifat lipofilik juga akan merusak

membran sel bakteri (Dewi,2017).

2.7.3 Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kmia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat

ini mempunyai tanda khas yaitu banyak gugus fenol dalam molekulnya. Senyawa

fenol dalam tanaman dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu asam fenol, flavonoid

dan tanin.

Mekanisme penghambatan antibakteri polifenol antara lain dengan cara :

1. Menganggu pembentukkan dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa

antibakteri dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah,

molekul fenol lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran

protein dan dapat melarut pada fase lipid dari membran bakteri.

2. Bereaksi dengan membran sel. Komponen bioaktif fenol dapat

mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

26

pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat serta menghambat ikatan

ATP-ase pada membran sel(Kusnaepah, 2008).

2.7.4 Antrakuinon

Antrakuinon (juga dikenal dengan antrakenedion atau dioksoantraken)

merupakan suatu senyawa organik aromatik dengan formula C14H8O2, yang dapat

dipandang sebagai suatu derivat diketon dari antrasena (dengan hilangnya salah

satu ikatan-pi sentral di dalam antrasena). Istilah ini merujuk kepada suatu isomer

spesifik, yakni 9,10-antrakuinon atau 9,10-dioksoantrasena, yang kelompok

keton-nya berada pada cincin tengah.

Senyawa ini adalah salah satu anggota keluarga quinon yang sangat

penting. Antrakuinon adalah elemen dari berbagai zat warna di industri digunakan

dalam mewarnai bubur kertas untuk pembuatan kertas. Antrakuinon adalah zat

padat kristal berwarna kuning, sukar larut di dalam air, namun larut di dalam

pelarut organik panas. Istilah ini juga digunakan dalam pengertian yang lebih

umum untuk setiap senyawa yang bisa dipandang sebagai antrakuinon di mana

beberapa hidrogen atom digantikan oleh atom lain atau kelompok fungsional lain.

Derivat ini mencakup berbagai zat yang secara teknis berguna atau berperan

penting pada makhluk hidup (Syamsudin dan Bumed , 2013). Zat antrakuinon

merupakan suatu persenyawaan fenolik, sehingga mekanisme kerja sebagai

antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol, yaitu menghambat bakteri dengan cara

mendenaturasi protein (Putra, 2010).

2.7.5 Triterpenoid

Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang dapat bereaksi dengan

porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk

ikatan polimer yang kuat dan merusak porin, mengurangi permeabilitas dinding

bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri kekurangan nutrisi, sehingga

pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Haryati et al.,2015)

2.8Tinjauan Metode Pengujian Antibakteri

2.8.1 Metode Difusi

Metode ini umumnya dilakukan di laboratorium pendidikan untuk

mengevaluasi potensi agen kimia yang diuji . kertas saring berbentuk cakram

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

27

(telah terstandarisasi) direndam di dalam bahan kimia yang diuji, dan di letakkan

pada permukaan nutrisi agar yang telah dinokulasi mikroorganisme yang diuji.

Media kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Efektivitas agen

kimia dilihat dari kemampuannyadalam menghambat pertumbuhan bakteri,

ditandai dengan terbentuknya zona bening disekeliling cakram. Metode difusi

agar yang sering digunakan adalah metode Kirby Bauer. Pada semua aspek

prosedur Kirby Bauer terstandarisasi, untuk menjamin konsistensi pembacaan dan

akurasi hasil. Medium yang dipergunakan adalah Mueller Hinton agar, dengan

kedalaman media 4 mm, pH 7,2-7,4. Tubiditas kultur bakteri yang dipergunakan

setara dengan standar turbiditas McFarland 0,5 (150 juta sel per ml). Pembacaan

hasil berdasakan lebarnya diameter daerah hambatan pertumbuhan, dalam

millimeter (mm). Standar yang dipergunakan pembanding untuk menentukan

mikroba resisten, atau peka terhadap antimikroba dikeluarkan oleh American Type

CultureCollection (ATCC) (Murwani, 2015).

2.8.2 Metode Dilusi Tes

Metode dilusi tes dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas

disinfektan dan antiseptik, merupakan standar terbaru oleh American Official

Analytical Chemist. Akan tetapi standar yang sering dipergunakan untuk uji

adalah phenol coefficient test, yang membandingkan aktivitas disinfektan yang

diuji dengan fenol. Ada tiga bakteriyang dipergunakan untuk uji, yaitu Salmonella

cholerasuis, S.aureus, P.aeruginosa. pada phenol coefficient testmempergunakan

metal berbentuk cincin yang dicelupkan ke dalam kultur bakteri pada media cair,

yang telah di standarisasi . setelah dicelupkan kemudian diambil dan di keringkan

pada suhu 37ºC dengan cepat. Metal yang telah kering dimasukkan ke dalam

cairan disinfektan yang diuji dan fenol (konsentrasi yang direkomendasikan oleh

pabrik), dibiarkan selama 10 menit, suhu 20ºC. Setelah dipapar dengan

disinfektan, ring dipindahkan ke dalam media pertumbuhan bakteri. Efektivitas

disinfektan ditentukan berdasarkan jumlah bakteri yang tumbuh setelah dikultur.

Hasil dibandingkan dengan fenol. Variasi metode perlu dilakukan untuk menguji

efektivitas agen antimikroba terhadap endospora, mycobacterium, jamur, karena

agen-egen infeksi tersebut telah lebih sulit dikendalikan. Variasi juga dapat

dilakukan untuk tujuan tertentu.(Murwani, 2015).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

28

2.8.3 Standar Mc Farland

Standar Mc.Farland digunakan untuk standarisasi perkiraan jumlah bakteri

dalam cairan suspensi dengan membandingkan kekeruhan uji suspensi dengan

standar McFarland. Standar McFarland adalah larutan kimia dari barium klorida

dan asam sulfat, reaksinya antara kedua bahan kimia ini menghasilkan produksi

endapan halus, barium sulfat. Saat dikocok dengan baik, kekeruhan sebuah

Standar McFarland sebanding dengan bakteri suspensi konsentrasi yang diketahui

seperti yang ditunjukkan dibawah :

Tabel II. 8Standar McFarland

Cat No. Standar

McFarland

1% BaCl2

(mL)

1% Ba2SO4

(mL)

Perkiraan

suspensi

bakteri/mL

TM50 0,5 0,05 9,95 1,5 x 108

TM51 1,0 0,10 9,90 3,0 x 108

TM52 2,0 0,20 9,80 6,0 x 108

TM53 3,0 0,3 9,7 9,0 x 108

TM54 4,0 0,4 9,6 1,2 x 109

TM55 5,0 0,5 9,5 1,5 x 109

TM56 6,0 0,6 9,4 1,8 x 109

TM57 7,0 0,7 9,3 2,1 x 109

TM58 8,0 0,8 9,2 2,4 x 109

TM59 9,0 0,9 9,1 2,7 x 109

TM60 10,0 1,0 9,0 3,0 x 109

(Dalynn, 2002)

Prosedur Kerja :

1. Campurkan standar Mc Farland dengan menggunakan vortex untuk pengujian.

Pastikan bahwa standar Mc Farland dipindahkan secara kuantitatif ke dalam

tabung reaksi yang memiliki ukuran diameter yang sama seperti tabung reaksi

yang digunakan untuk persiapan ke suspensi

2. Siapkan sebuah tes suspensi dengan perlakuan segar, biakan bersih dari tes

organisme dan inokulasi ke dalam brothyang sesuai

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

29

3. Kemudian bandingkan secara visual kejenuhan dari tes suspensi dengan

standar Mc Farland dengan membandingkan garis kejernihan pada kartu

Wickerham

4. Apabila hasil tes suspensi tidak terlalu jenuh, inokulasi dengan penambahan

organisme atau inkubasi tabung reaksi sampai kejenuhannya sesuai dengan

standar McFarland. Apabila dilusi diperlukan, gunakan pipet steril dan

tambahkan broth atau saline yang cukup untuk mendapatkan kejenuhan yang

sesuai dengan standar McFarland

(Dalynn, 2002)

2.9 Kombinasi Ekstrak

Tanaman obat memiliki berbagai ragam efek pada sistem metabolisme

tubuh. Tanaman obat yang berbeda mempunyai kombinasi produk metabolit

sekunder yang berbeda dan menghasilkan sifat pengobatan yang juga berbeda.

Beberapa tanaman obat digunakan dalam bentuk kombinasi contohnya seperti

kurkumin dikombinasi dengan artemisinin (dari tanaman Artemisia annua).

Dengan kombinasi pemakaian tanaman obat akan lebih meningkatkan efek efikasi

terapi dibandingkan tanpa kombinasi. Selain itu, dapat mengurangi toksisitas dan

pencegahan terhadap resistensi obat (Hernani, 2011).

Pada penelitian Miksusanti 2011, kombinasi ekstrak kulit manggis

(Gracinia mangostana) dan kayu secang (Caesalpinia sappan) terhadap bakteri

Bacillus cereus.Aktivitas antibakteri diuji menggunakan metode difusi

sumur.Parameter yang digunakan ialah diameter zona hambat. Hasil penelitian

pada perbandingan kombinasi ekstrak kulit manggis dan kayu secang 2 : 8,4 : 6,5 :

5,6 : 4,8 : 2 dengan masing-masing zona hambat terhadap Bacillus cereus yaitu

18,4 : 16,8 : 17,3 : 13,5 : 14,6 mm. Melalui data KHM yang diperoleh terlihat

bahwa campuran ekstrak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus

dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah 0,075% (750 ppm). Total

fenol pada Garcinia mangostana yaitu 94,047 mg/g. total fenol pada Caesalpina

sappan yaitu 590,428 mg/g (Miksusanti dkk., 2011).

Efikasi dari ekstrak kasar herbal yang digunakan dalam pengobatan

disebabkan oleh adanya sinergitas antara senyawa-senyawa aktif yang terdapat

dalam ekstrak. Untuk menjamin keamanan obat herbal, maka dilakukan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srikaya 2.1.1 Klasifikasi Srikayaeprints.umm.ac.id/41361/3/BAB II.pdf · berwarna putih kekuningan. Biji membujur di setiap karpet, halus, cokelat tua

30

standarisasi. Standarisasi termasuk mengkombinasi beberapa herbal yang

mempunyai senyawa marker yang berbeda. Proses pencampuran ini akan

menghasilkan ekstrak dengan komponen terstandar yang diinginkan. Standarisasi

dapat dilakukan dengan sidik jari profil/kimia melalui fraksinasi bioaktivitas

(Hernani, 2011).