bab ii tinjauan pustaka a. ankle proprioceptive exerciseeprints.umm.ac.id/70296/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ankle Proprioceptive Exercise
1. Definisi Ankle Proprioceptive Exercise
Ankle Proprioceptive Exercise adalah latihan keseimbangan ankle
sebagai kemampuan untuk menyeimbangakan tubuh, dan secara
signifikan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari, keseimbangan
diatur oleh proprioseptif, visual dan vestibular dan merupakan yang
menghasilkan stabilitas di tubuh melalui koordinasi antara kontraksi otot
di tungkai bawah (Yong, 2017). Dalam Sistem Neuromuscular,
proprioceptive exercise dapat menstimulasi sistem saraf agar terjadinya
respon otot . proprioceptive diartikan sebagai keterampilan untuk
memperhitungkan masing – masing posisi ektermitas yang tidak dibantu
oleh penglihatan (visual). Medulla spinalis dan saraf tepi mengendalikan
proprioceptive yang tiba terutama dari receptor muscle, tendon,
persendian, fasia dan ligament (Lephart et al.,2013).
a. Teknik Pelaksanaan Ankle Proprioceptive Exercise
Latihan Ankle Proprioceptive dilakukan dengan cara menggerakan
atau mobilisasi ankle kaki ke arah plantar flexi, dorsoflexi, eversi dan
inversi dengan dosis 8 kali hitungan dan dilakukan 3 kali repitisi (Kim &
Lee, 2017). Latihan ini dapat dikombinasikan dengan Stretching,
Theraband & Wobble Board (Karakaya, 2015).
9
1) Stretching
Stretching atau peregangan otot merupakan bagian dari
pemasan dan pendinginan yang dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas olahraga, yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan elastisitas jaringan lunak seperti otot yang mengalami
pemendekan. Otot yang mengalami pemendekan atau kontraktur
dapat menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi (LGS) (Wiguna
et.al., 2016). Macam- macam stretching, stretching pasif, stretching
aktif, mekanika stretching, statis stretching, manual strectching,
intermiten stretching, balistik stretching, self stretching dan
propriopcepive neuromucular fasilitation stretching (Wiguna et al.,
2016)
2) Theraband Exercise
Latihan ini merupakan latihan yang mengkombinasikan
latihan isotonik dengan memakai alat theraband atau menggunakan
alat yang serupa dengan syarat memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi,
konsep dari latihan ini adalah menahan tahanan secara terus-menerus
sehingga terjadi proses penguluran dan pemendekan muscle dalam
ROM gerakan. Latihan strengthening memberikan efek peningkatan
kekuatan dinamis pada muscle dan berakibat penambahan power pada
muscle itu sendiri, jika power dari muscle bertambah akan
menyebabkan daya tahan dan balance bertambah juga (Haryoko,
2016).
10
3) Wobble Board
Wobble Board Exercise adalah latihan untuk menstimulus
proprioceptive pada pergelangan kaki, khususnya mechanoreseptor
dan mengaktifkan reqruitment motor unit, exercise ini menciptakan
gerakan ke segala arah pada kaki ketika dalam posisi diatas wobble
board, sama seperti ketika dalam posisi berjalan, berlari dan
melompat, latihan wobble board berfungsi untuk meningkatkan power
otot tungkai (lower limb), melatih fungsi visual, vestibular, dan
somatosensori yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan
seseorang. (Permante, 2009). Pada latihan wobble board, kekuatan,
otot tungkai kaki, kekuatan lutut, dan kekuatan otot pinggul harus
adekuat (memadai) agar tubuh tetap seimbang (Perdana, 2014).
b. Manfaat Ankle Proprioceptive Exercise
1) Ankle proprioceptive exercise dilaporkan efektif mencegah terjadinya
cidera ankle kaki berulang (Hupperets et.al., 2009).
2) Menurut Rosenbaum dalam Kim (2017) ankle proprioceptive exercise
sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan kelincahan dan
power otot tungkai bawah dan juga pergelangan kaki
B. Fisiologi & Anatomi Otot Tungkai
1. Fisiologi Otot
Muscle adalah struktur jaringan yang secara aktif mampu
mengembangkan ketegangan (tension). Dari ciri khas ini memungkinkan
otot skeletal atau otot lurik memiliki fungsi penting untuk mempertahnkan
11
posisi badan agar tetap stabil, sebagai alat penggerak anggota tubuh, dan
melindungi tubuh dari terjadinya shock (gocangan). Oleh sebab itu otot
hanya dapat melakukan fungsi tersebut ketika mendapat stimulasi yang tepat,
hal ini menyebabkan sistem saraf dan sistem otot secara kolektif sering kali
dikenal sebagai sistem neuromuscular menurut (Hardianto, 2013)
2. Anatomi Otot Tungkai
Adapun beberapa otot pada bagian tungkai bawah, yaitu :
a. Dalam gambar dibawah menunjukkan otot tungkai bagian anterior (m.
tibialis anterior, m.peronius tertius, m. extensor digitorum longus,
m.extensor hallucis longus) yang memiliki fungsi sebagai gerakan dorso
fleksi.
Gambar 2.1 Otot Tungkai Anterior (Sobota,2012)
b. Pada gambar dibawah menunjukkan otot tungkai pada bagian posterior
(m.gastrocnemius, m.soleus, m.plantaris, m.flexor digitorum longus,
12
m.flexor halluces longus, m.tibialis anterior) yang memiliki fungsi untuk
gerakan plantar fleksi.
Gambar 2.2 Otot Tungkai Posterior (Sobota,2012)
c. Gambar dibawah menunjukkan otot tungkai pada bagian lateral, terdiri
dari atas (m.tibialis anterior) untuk gerakan supinasi dan (m.peroneus
tertius) untuk gerakan pronasi.
Gambar 2.3 Otot Tungkai Lateral (Sobota,2012)
d. Pada gambar dibawah menunjukan otot tungkai pada bagian medial
(m.extensor digitorum longus) untuk pergerakan ekstensi empat jari
kaki dan (m.extensor halluces longus) untuk gerakan supinasi dan
13
gerakan ekstensi tungkai kaki (Milner dalam Fauzi ,2017). m.dorsal
pedis, untuk gerakan abduksi jari-jari kaki, m.plantar interossei,
m.lumbricalis, m.digiti minimi, m.flexor digitiminimi, m.flexor halluces
brevis, m.digitorum brevis, m.abductor digiti minimi, m.abductor
halluces seperti yang tertera digambar 2.4 dan 2.5 (Cael, 2010)
Gambar 2.4 Otot Penyusun kaki bagian anterior view
Gambar 2.5 Otot Penyusun kaki bagian posterior view
14
C. Power (Daya Ladak) Otot Tungkai
1. Definisi Power (Daya Ledak)
Suata komponen penting dalam kegiatan olahraga adalah power,
karena power bertujuan unutuk menentukan seberapa tinggi lompatan,
tendangan cepat yang dihasilkan saat seseorang melakukan kegiatan olahraga
(Supaeni, 2011). Power otot tungkai banyak digunakan dalam aktivitas
olahraga baik secara individu ataupun berkelompok. Seperti sepak bola, bola
basket, futsal, renang, balap sepeda, lari, bulu tangkis dan lain-lain. Latihan
untuk peningkatan power umumnya difokuskan kepada power pada otot
tungkai, karena otot tungkai merupakan pusat suatu gerakan (Ningsih, 2019).
Agar dapat mendapatkan power otot tungkai yang baik yaitu melalui proses
latihan dengan menggunakan metode latihan yang benar, terencana dan
aturan perencanaan sesuai dengan pendekatan ilmiah agar tujuan latihan
dapat tercapai dan selesai tepat waktu (Lestari & Sugihartono, 2019).
Power adalah hasil kali dari dua komponen fisik yaitu strength dan
speed yang dirumuskan :
Tabel 2.1 Rumus Power atau Daya Ledak
Rumus diatas menunjukkan kesimpulan bahwa power tidak lepas dari
strength dan speed, oleh karena itu 2 komponen tersebut mempunya pengaruh
yang besar terhadap power otot. Power bergantung kepada kekuatan otot jadi,
jika kekuatan otot meningkat maka power juga akan meningkat walaupun
tidak harus diikuti dengan membesarnya diameter otot (Suhendra & Maulidin,
Power = Force (strength) x Velocity (speed)
15
2020). Power banyak dijumpai dalam permainan futsal. Gerakan yang
memerlukan power seperti ketika dalam posisi melewati lawan dan
kehilangan bola, pemain harus bergerak secara mendadak (eksplosif). Agar
pemain bergerak eksplosif, pemain diharuskan empunyai kekuatan,
power¸kecepatan yang baik khususnya pada bagian tungkai bawah (Santosa,
2015)
D. Melompat Vertikal (Vertical Jump)
1. Definisi Vertical Jump
Sebuah kemampuan agar dapat melompat atau naik keatas dan
melawan gaya gravitasi dengan memanfaatkan kemampuan dari otot.
merupakan definisi dari vertical jump. Vertical jump merupakan lompatan
yang countermovement dimana mengharuskan seseorang untuk melompat
lurus ke atas secara vertical atau gerakan explosif yang membutuhkan
ekstensi penuh dan sempurna pergelangan kaki (ankle), pinggul (hip) dan
lutut (knee). Countermovement jump adalah ketika pelompat dimulai dari
posisi berdiri yang tegak di dekat papan vertical jump test, selanjutnya
membuat gerakan turun dengan menekuk lutut 90°, kemudian dengan cepat
meluruskan lutut dan pinggulnya untuk melompat secara vertikal dari tanah
menuju ke atas (Yusuf & Ariyanto, 2018). Muscle merupakan suatu
komponen pendukung terciptanya suatu gerakan. Vertical jump tercipta
karena adanya gabungan dari kekuatan dan kecepatan otot komponen tersebut
yang dapat menghasilkan power. Power pada otot tungkai bawah yang sangat
16
penting agar terciptanya tinggi maksimum loncatan yang diinginkan (Rosmi,
2016)
2. Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Vertical Jump
Menurut Abdillahtulkhaer (2016), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi vertical jump yaitu :
a. Strength
Kekuatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam
menahan tahanan . Dapat dilihat dari fisiologisnya, kekuatan otot adalah
kemampuan otot untuk menahan beban atau gaya dalam satu kali
berkontraksi (Hasanah, 2013). Faktor faktor yang bisa mempengaruhi
kekuatan otot, diantaranya kecepatan saat berkontraksi, kekakuan
jaringan penghubung antar otot atau tendon, penampang melintang dari
otot (otot polos), dan massa otot berbanding lurus dengan kekuatan otot
hal tersebut menyebabkan semakin berat massa otot maka kekuatan otot
akan semakin besar (Abdillahtulkhaer, 2016).
b. Power
Kemampuan pada otot untuk berkontraksi secara maksimal dan cepat
untuk mengatasi sebuah hambatan merupakan pengertian dari power
(Sudewa, 2015). Power otot dapat dilihat dengan cara menggunakan
kekuatan otot secara maksimal dengan jangka waktu yang cepat
(Abdillahtulkhaer, 2016). Agar terciptanya prestasi yang diinginkan,
maka seseorang harus mempunyai power otot yang baik (Putra et al.,
2014). Komponen penyusun power otot yaitu gabungan dari fleksibilitas,
17
kekuatan dan kecepatan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kemampuan
power maka kita harus meningkatkan 3 komponen tersebut (Prastowo,
2018)
c. Panjang Tungkai
Panjang tungkai sangat berpengaruh karena tungkai berperan sebagai
pengungkit pada saat melakukan lompatan. Mengingat tungkai berfungsi
untuk melakukan lompotan (Abdillahtulkhaer, 2016).
d. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks Masa Tubuh merupakan perhitungan antara berat badan dan
tinggi badan. Dari hasil perhitungan tersebut akan didapatkan hasil unutk
melihat kategori tubuh seseorang. Pada saat dilakukan erhitungan terdapat
berat lemak yang berlebihan hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja
tubuh terutama pemain karena akan memberikan pembebanan lebih yang
berarti tubuh akan mengeluarkan gaya tambahan sehingga memerlukan
energi tambahan dalam menggerakan tubuh (Abdillahtulkhaer, 2016).
Bisa ditarik kesimpulan, apabila orang yang mempunya IMT tinggi
atau di atas batas yang normal dapat bepengaruh terhapad tinggi lompatan
hal itu terjadi karena gaya gravitasi memberikan beban akan tetapi massa
tubuh juga memberi gaya tambahan yang akan meyebabkan beban
berlebih pada saat dilakukannya gerakan. Adapun faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan ertical jump yaitu power dan
fleksibilitas tungkai. Untuk mendapatkan lompatan vertical jump vertical
18
jump yang maksimal maka diperlukan power dan fleksibilitas yang baik
(Widyaratni, 2016)
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT (WHO, 2011)
Klasifikasi IMT (Kg/m2)
Berat Badan Kurus (Underweight) <18,5
Berat Normal 18,5 – 22,9
Kegemukan (Overweight) >23
Penghitungan indeks massa tubuh menurut World Health
Organization tahun 2011. Cara menentukan massa tubuh seseorang ialah
dengan tahap awal menghitung berat badan dengan timbangan kemudian
diukur tinggi badannya dan selanjutnya dimasukkan ke dalam :
IMT = Berat Badan
[Tinggi Badan (m)]2
3. Pengukuran Menggunakan Vertical Jump Test
Gambar 2.6 Vertical Jump Test
(Sumber : Sudewa, 2016 )
Test tersebut digunakan sebagai pengukuran tinggi lompatan, adapun
caranya sebagai berikut :
19
a. seseorang diperintahkan untuk berdiri tegap didekat dinding yang sudah
tersedia alat pengukur yaitu papan vertical jump
b. lalu mengangkat tangan dengan ujung jari yang sudah diberi bedak atau
kapur
c. Kemudian melompat setinggi tingginya meraih garis maksimal yang
dicapainya
Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dan dari 3 kali
percobaan nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik kemudia dimasukkan
kedalam data . Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian latihan
(Haryono & Pribadi, 2012). Hasil vertical jump test dapat ditentukan
berdasarkan kriteria hasil tinggi lompatan yang diraih, berikut adalah kriteria
dalam vertical jump test.
Tabel 2.3 Kriteria Kemampuan Vertical Jump Test (Bringgs, 2013)
Rating Male (cm) Female (cm)
Excellent >70 >60
Very Good 61-70 51-60
Above Average 51-60 41-50
Average 41-50 31-40
Below Average 31-40 21-30
Poor 21-30 11-20
Very Poor <21 <11
E. Olahraga
1. Definisi Olahraga
Menurut sejarahnya olahraga berasal dari bahasa latin abad pertengahan
“disportare” yang berarti bersenang-senang. Olahraga adalah serangkaian
gerak yang teratur dan terencana untuk meningkatkan kualitas hidup.
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin yang
20
bertujuan untuk meningkatkan performa fisik, kebugaran seseorang dan
kesehatan. Olahraga yang dilakukan secara teratur dan konsisten memiliki
banyak manfaat, diantaranya meningkatkan kinerja dan fungsi jantung, paru-
paru dan pembuluh darah, meningkatkan kekuatan otot, dan kepadatan tulang,
meningkatkan metabolisme dalam tubuh, mengurangi risiko terjadinya
berbagai penyakit seperti hipertensi dan penyakit jantung, olahraga yang
paling banyak diminati dari semua kalangan adalah olahraga futsal (Andi et
al,. 2016).
F. Futsal
1. Definisi Futsal
Futsal merupakan suatu kegiatan olahraga yang yang meiliki syarat harus
dimaikan oleh dua tim yang berbeda, masing-masing tim terdiri dari lima
orang dan satu orang sebagai penjaga gawang, dan juga memainkan
pertandingan dua babak (Mulyono, 2014). Futsal merupakan olahraga yang
membutuhkan pergerakan cepat dan juga dinamis, dilihat dari ukuran
lapangan yang lebih kecil dari sepakbola dan hampir tidak ada ruang untuk
melakukan kesalahan. Oleh karena itu harus bermain kerjasama tim melalui
umpan bola yang akurat, futsal dalam penelitian ini adalah permainan
sepakbola indoor yang membutuhkan tingkat kompetensi yang tinggi karena
dimainkan dengan waktu yang cepat (Lhaksana, 2012). Futsal merupakan
olahraga yang membutuhkan intensitas sprint yang tinggi dan juga
membutuhkan waktu yang sangat lama (Daniel, 2012).
21
2. Teknik Dasar Permainan Futsal
Menurut Lhaksana (2011) mengemukakan bahwa dalam olahraga
futsal, atlet diwajibkan mengetahui dan mempelajari teknik dasar bermain
futsal agar permainnya akurat, teknik permainan dasar tersebut adalah
passing, control, chipping, dribbling, dan shooting.
a. Passing (Mengumpan Bola)
Mengumpan (passing) menurut Lhaksana (2011), untuk
menguasainya diperlukan penguasaan gerakan agar sasaran yang mau di
umpan tercapai. Menurut (Mielke dalam Hawindri, 2016), passing
merupakan merubah atau mengoper bola dengan penguasaan bola yang
baik agar tepat sasaran yang akan dituju.
b. Control (Menahan Bola)
Menahan bola (control), menurut (Asmar dalam Hawindri, 2016)
maksud dari menahan bola adalah untuk mengendalikan bola dan juga
alur permainan tersebut serta tempo permainan, mengalihkan laju
permainan untuk mempermudah teknik passing. (Mielke dalam
Hawindri, 2016) berpendapat bahwa saat melakukan trapping pemain
menggunakan bagian tubuh yang benar (kepala, badan dan kaki) agar
bola tetap di dekat tubuh pemain. Trapping merupakan metode
mengontrol bola yang paling banyak dipraktikkan oleh atlet bola saat
menerima umpan dari teman timnya.
22
c. Chipping
Teknik dasar chipping menurut Lhaksana (2011), hampir sama
dengan teknik dasar passing, yang membedakan adalah pada saat
chipping bagian ujung sepatu dan tepat terkena dibawah bola. Menurut
(Zola, 2013) berpendapat bahwa teknik chipping sering dilakukan dalam
permainan futsal untuk mengoper bola dari arah belakang lawan atau
dalam kondisi lawan sedang bertahan satu lawan satu.
d. Dribbling (Menggiring Bola)
Teknik menggiring bola (dribbling) Lhaksana (2011) merupakan
kemampuan yang seorang pemain dalam menguasai bola sebelum
mengumpan ke teman timnya untuk menciptakan peluang bahkan juga
menciptakan gol. Menurut (Asmar dalam Hawindri, 2016), teknik
dribbling ada tiga yakni dribbling menggunakan kaki bagian dalam,
dribbling menggunakan kaki bagian luar, dan dribbling menggunakan
punggung kaki.
e. Shooting
Teknik shooting menendang bola dengan keras menurut (Asmar
dalam Hawindri, 2016), shooting merupakan menedang bola se keras
mungkin ke gawang lawan guna mencetak gol. Menurut Lhaksana
(2011), teknik shooting dibagi dua yakni shooting menggunakan
punggung kaki dan shooting menggunakan ujung kaki.
23
3. Kemampuan Fisik Pemain Futsal
Menurut Rusli dalam Ahmadi (2014) komponen kemampuan fisik
dasar cabang olahraga futsal adalah daya tahan, kekuatan, power,
kecepatan, dan fleksibilitas. Selain itu kelincahan juga berpengaruh dalam
permainan futsal, khususnya pada keterampilan dribbling bola ke semua
penjuru lapangan. Sedangkan menurut Lhaksana (2011) komponen
kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet futsal ada 10 komponen yakni,
daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, kelenturan,
kecepatan, koordinasi, keseimbangan, dan reaksi. Dari kesepuluh
komponen tersebut tidak semua harus dimiliki secara komplit, artinya
ada komponen yang menjadi pelengkap dari komponen yang lain.