bab ii tinjauan pustaka a. berat badan lahir rendah (bblr)repository.poltekkes-tjk.ac.id/1351/6/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu keadaan bayi lahir dengan
berat <2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah
berat badan bayi lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah dilahirkan
(Sembiring, 2019). BBLR adalah istilah lain untuk bayi prematur, istilah
ini dipakai hingga tahun 1961, selanjutnya istilah bayi prematur diubah
karena tidak semua bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara
prematur. World Health Organization (WHO) kemudian mengubah istilah
bayi premature (premature baby) menjadi BBLR (low birth weigth) dan
juga mengubah kriteria BBLR dari ≤2500 gram menjadi <2500 gram
(Amelia, 2019).
2. Etiologi
a. Penyebab kejadian BBLR menurut Sembiring (2019) adalah :
1) Faktor ibu
a) Penyakit yang diderita ibu seperti :
(1) Malaria
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik
yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dengan
gejala klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.
7
Penularan malaria dibedakan menjadi dua yaitu karena
parasit malaria (Plasmodium) dan nyamuk anopheles
betina.
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks
antara parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih
ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripata koagulasi intravaskuler, karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan
terjadi anemia (Fitriany dan Sabiq, 2018).
(2) Anemia
Kadar Hb ibu hamil <11gr/dl dapat menimbulakn
gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi
immaturitas, prematuritas, cacat bawaan atau janin lahir
dengan BBLR. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya
suplai oksigen dan nutrisi pada plasenta yang berpengaruh
pada fungsi plasenta terhadap pertumbuhan janin
(Marlenywati dkk, 2015).
(3) Syphilis, infeksi TORCH dan lain – lain.
Syphilis merupakan infeksi kronis yang disebabkan
bakteri Treponema pallidum (T.pallidum). Syphilis
menyebabkan berbagai dampak buruk bagi ibu dan janin
apabila tidak ditangani dengan tepat. Syphilis pada
kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir mati dan abortus
8
(40%), kematian perinatal (20%) dan BBLR (20%). Ibu
hamil yang terinfeksi bakteri T.pallidum dapat
menularkannya ke bayi melalui plasenta atau pada saat
persalinan (Batan dan Puspawati, 2019)
b) Komplikasi pada kehamilan seperti :
(1) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan salah satu faktor
penyebab kematian ibu maupun janin. Perdarahan
anterpartum menyebabkan aliran ureteroplasenta
ternganggu yang berpengaruh pada pertumbuhan janin
sehingga dapat menyebabkan BBLR (Wibowo, 2013).
(2) Preeklampsia berat, eklampsia
Definisi preeklamsia adalah suatu keadaan
hipertensi (tekanan darahnya ≥140/90mmHg) yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu atau lebih yang disertai dengan
proteinuria. Sementara eklampsia adalah kejang yang
biasanya terjadi pada pasien preeklampsia, dan tersering
terjadi pada preeklampsia berat. Preeklampsia dapat
dibedakan berdasarkan ringan tekanan darah, proteinuria
dan onsetnya. Berdasarkan onsetnya preeklampsia early
onset yang mempunyai komplikasi yang berat, terutama
terhadap bayi yang dikandungnya. Kasus preeklampsia dan
eklampsia early onset dapat menyebabkan hambatan
9
pertumbuhan karena kedua onset memiliki patogenesis
yang berbeda. Preeklampsia dan eklampsia early onset
berhubungan dengan kelainan plasenta, sementara
preeklampsia dan eklampsia late onset tidak terjadi
kelainan plasenta, jika terjadi hanya akan sedikit
meningkatkan resistensi arteri uterina yang dampaknya
tidak begitu terlihat pada janin. Preeklampsia dan
eklampsia yang di alami ibu hamil dapat berdampak bagi
kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya, seperti
hambatan pertumbuhan janin intrauterin sehingga
mempengaruhi berat badan lahir (Amelia dkk, 2016)
(3) Kelahiran preterm.
Kelahiran preterm merupakan kelahiran sebelum
usia kehamilan 37 minggu lengkap (Damelash et al, 2015)
c) Usia ibu dan paritas
Usia ibu yang muda mengakibatkan uterus tidak
adekuat untuk berkembang dan kelompok usia yang lebih tua
disebabkan karena pola makan yang buruk, peningkatan resiko
penyakit kronis (Diabetes Militus dan penyakit jantung) untuk
usia ibu yang lanjut juga dapa menyebabkan bayi premature
serta pembatasan perkembangan janin atau pertumbungan
intrauterin karena kesehatan ibu menurun. Angka kejadian
10
BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan ibu
berusia <20 tahun (Triana, 2014).
d) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti merokok,
pencandu alkohol, dan ibu pengguna narkotika.
(1) Faktor janin
Premature, hidramnion, kehamilan ganda (gemeli),
kelainan kromosom.
(2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh antara
lain tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosial ekonomi
dan paparan zat-zat beracun (Sembiring, 2019).
b. Menurut Kumalasari dkk (2018) tingginya angka kejadian BBLR dapat
disebabkan oleh multifaktor, diantaranya yaitu usia kehamilan, kadar
Hb, preeklampsia, eklampsia, kehamilan ganda dan pendidikan ibu.
3. Klasifikasi
a. Menurut Ambarwati (2009) bayi dengan berat badan lahir rendah di
bagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
berat badan untuk masa kehamilan atau bisa disebut neonates
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
11
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untk masa kehamilan. Hal ini karena
bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
b. Menurut Jamil (2017) klasifikasi BBLR berdasarkan harapan hidup
dapat dibedakan menjadi :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir <1500 gram
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram
4. Tanda dan Gejala
a. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :
1) Umur kehamilan 37 minggu ataupun kurang
2) Berat badan < 2500 gram
3) Panjang badan 46 cm atau kurang
4) Lingkar kepala 33 cm atau kurang
5) Lingkar dada 30 cm atau kurang
6) Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
7) Tonus otot lemah
8) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
b. Tanda dan gejala bayi dismatur yaitu :
1) Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi premature
ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan pelisutan.
12
2) Pada bayi aterm dan posterm gejala yang menonjol adalah
pelisutan
3) Gejala insufiensi plasenta bergantung pada berat dan lamanya bayi
menderita defisit.
4) Retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung lama
(kronis) (Jamil dkk, 2017).
5. Patofisiologi
Pertumbuhan dan perkembangan janin dipengaruhi oleh faktor ibu,
plasenta dan janin. Plasenta merupakan organ untuk transfer antara ibu dan
janin, mensuplai semua zat untuk pertumbuhan dan pembentukan energi.
Kecepatan pertumbuhan janin ditentukan oleh dorongan intrinsik janin
untuk tumbuh dan dukungan ekstrinsik yang diterima Selama masa
kehamilan untuk memastikan suplai nutrisi. Hal ini memerlukan suplai
darah yang berlimpah ke ruang intervillus plasenta dan mekanisme
pertukaran yang adekuat (Henderson dan Jones, 2005).
6. Komplikasi
Menurut Guimareas, et al (2013) BBLR menjadi masalah yang
meningkatkan mortalitas dan mordibitas perinatal saat hasil kehamilan
dievaluasi.
a. Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain :
1) Hipotermia
13
2) Hipoglikemia
3) Gangguan cairan dan elektrolit
4) Hiperbilirubinemia
5) Sindroma gawat napas
6) Paten duktus arteriosus
7) Infeksi
8) Perdarahan intraventrikuler
9) Apnea of Prematurity
10) Anemia
b. Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi – bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
1) Gangguan perkembangan
2) Gangguan pertumbuhan
3) Gangguan penglihatan (retinopati)
4) Gangguan pendengaran
5) Penyakit paru kronis
6) Kenaikan angka mkesakitan dan sering masuk rumah sakit
7) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan (Materty dkk, 2018)
7. Diagnosa
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat
badan lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir dapat diketahui
dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Materty dkk, 2018).
14
a. Anamnesa
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesa untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya BBLR :
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Kenaikan berat badan selama kehamilan
5) Aktifitas
6) Penyakit yang diderita selama kehamilan
7) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan skor ballard.
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan.
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisis gas darah.
15
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat / diperkirakan akan terjadi sindroma gawat napas.
5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35
minggu (Materty dkk, 2018).
8. Pencegahan
Menurut Ambarwati (2009) beberapa pencegahan terjadinya berat
badan lahir rendah sebagai berikut :
a. Upaya agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan
b. Meningkatkan gizi masyarakat guna mencegah terjadinya persalinan
dengan BBLR
c. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana (KB)
d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau
baring bila terjadi keadaan yang menyimpang normal
e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
9. Penatalaksanaan
Pada BBLR belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus.
16
a. Menurut Materty dkk, (2018) hal yang harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan BBLR yaitu :
1) Pengaturan suhu badan bayi prematur / BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan tubuh relative luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas
harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati suhu dalam rahim. Bila bayi dirawat di dalam inkubator
maka suhu bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35oC dan ukuran
bayi 2-2,5 kg adalah 33,34oC. Bila tidak ada inkubator, bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakkan botol yang
berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2) Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Refleks menghisap masih lemah sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI-
lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang
17
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200cc/kg BB/hari.
3) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadinya persalinan prematuritas harus dilakukan secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
b. Menurut Saifuddin dkk,(2009) penanganan BBLR yaitu :
1) Mempertahankan suhu dengan ketat karena pada BBLR rentan
mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus
dipertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat karena bayi dengan BBLR beresiko
tinggi terkena infeksi. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi seperti
mencuci tangan sebelum memegang bayi perlu diperhatikan.
3) Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan menjadi indikator
kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
18
tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR
1. Usia Ibu
a. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) usia atau umur
adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan),
sedangkan ibu didefinisikan wanita yang telah melahirkan. Usia ibu
dapat diartikan sebagai lama waktu hidup sejak dilahirkannya seorang
wanita yang telah melahirkan anak.
b. Klasifikasi
Usia repoduksi ibu dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Usia resiko rendah (≥20 dan ≤35 tahun)
Usia ≥20 dan ≤35 tahun adalah batasan paling aman dari
segi reproduksi sehat, dimana seorang ibu bisa mengandung
dengan aman apabila mendapat pemeliharaan yang baik selama
masa mengandung, keamanan reproduksinya relative bisa
dipelihara dengan mudah.
2) Usia resiko tinggi (<20 tahun atau >35 tahun)
Kehamilan usia <20 tahun merupakan kehamilan beresiko
karena system reproduksi belum optimal, peredaran darah menuju
serviks dan juga menuju uterus masih belum sempurna sehingga
19
hal ini dapat menggunakan proses penyaluran nutrisi dari ibu ke
janin. Sedangkan kehamilan usia >35 tahun mempunyai masalah
hipertensi, diabetes mellitus, anemia dan penyakit kronis lainnya.
Fungsi reproduksi mengalami penurunan dibandingkan reproduksi
normal sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi dan
mengalami penyulit obstetrik serta mengidap penyakit kronis
(Pinontoan dan Tombokan, 2015)
c. Hubungan Usia Ibu dengan BBLR
Usia reproduksi sehat adalah 20-35 tahun yang dikenal dengan
usia aman untuk kehamilandan persalinan, sedangkan usia < 20 dan
>35 tahun adalah usia resiko tinggi yang kemungkinan akan
memberikan ancaman kesehatan jiwa ibu maupun janin yang
dikandungnya selama kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu hamil usia
< 20 tahun masih dalam proses pertumbuhan sehingga persaingan
kebutuhan nutrisi atau zat gizi. Usia <20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya dan cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilan. Kehamilan pada usia >35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
sering terjadi diusia ini (Marlenywati dkk, 2015).
Hasil penelitian terdahulu oleh Pinontoan dan Tombokan
(2015) yang berjudul “Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan
20
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah” dengan jenis penelitian deskriptif
analitik menggunakan pendekatan case control. Jumlah sampel pada
penelitan tersebut yaitu 184 dan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling serta analisis data menggunakan uji
chi square dengan besar nilai kemaknaan α = 0,05 diperoleh p value =
0,001 (α<0,005) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia
ibu dengan kejadian BBLR.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Marlenywati dkk
(2015) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
BBLR di RSUD DR. Soedarso Pontianak” menggunakan jenis
penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional diperoleh
p value = 0,000 (α<0,005) yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara usia ibu dengan kejadian BBLR.
2. Usia Kehamilan
a. Pengertian
Usia kehamilan atau usia gestasi merupakan masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai janin lahir. Lamanya kehamilan normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT) (Husin, 2015).
b. Klasifikasi
Usia kehamilan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Preterm
Kehamilan preterm adalah usia kehamilan <37 minggu (<259 hari).
21
2) Aterm
Kehamilan aterm adalah usia kehamilan 37-42 minggu (259-293
hari) dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal
(Prayogi K.N dan Prayogi A.S, 2017).
3) Posterm
Kehamilan posterm atau disebut juga kehamilan serotinus,
kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan adalah kehamilan
yang berlangsung sampai dengan >42 minggu (≥294 hari), dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohadjo, 2014).
c. Hubungan Usia kehamilan dengan BBLR
Usia kehamilan pada persalinan merupakan penentu paling
signifikan dari berat badan bayi baru lahir. Usia kehamilan menjadi
pengaruh besar dalam pematangan organ dan efektifitas penyaluran
nutrisidan oksigenasi plasenta yang dibutuhkan oleh janin untuk
mencapai pertumbuhan yang optimal. Kehamilan kurang bulan (<37
minggu) pematangan organ belum sempurna dan kurang efektifitas
penyaluran nutrisi dan oksigenisasi membuat pertumbuhan janin
menjadi tidak optimal yang dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan berat badan lahir rendah (Kumalasari dkk, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari, Tjekyan
dan Zulkarnain (2018) yang berjudul “Faktor Resiko dan Angka
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUP DR.
22
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014” menggunakan metode
survey analitik retrospektif dengan rancangan cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dan hasil
analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan usia kehamilan dengan kejadian BBLR dimana didapat p
value = 0,000 (α<0,05).
3. Preeklampsia
a. Pengertian
Preeklamsi merupakan kelainan multi-sistemik yang terjadi
pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan
dapat disertai dengan proteinuria yang biasa terjadi di usia kehamilan
20 minggu keatas atau dalam triwulan ketiga dari kehamilan, tersering
pada usia kehamilan 37 minggu, ataupun dapat juga terjadi segera
setelah persalinan. Preeklampsia merupakan sindroma spesifik
kehamilan yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ
akibat vasispame dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan
adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Lalenoh, 2018).
Proteinuria dalam hal ini adalah adanya 300mg atau lebih protein urine
per 24 jam atau 30mg/dL(1+ pada dipstick) dalam sampel urine acak
(Leveno, 2009).
23
b. Klasifikasi
1) Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau odema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah kehamilan. Gejala klinis preeklampsia ringan
yaitu :
a) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg / lebih, diastole 15
mmHg / lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada
kehamilan 20 minggu / lebih atau sistol 140 mmHg sampai
kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110
mmHg
b) Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3gr/liter dalam 24 jam
atau secara kualitatif positif 2 (+2)
c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah
atau tangan.
2) Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan / atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklampsia berat yaitu :
a) Tekanan darah sistolik >160 mmHg; tekanan diastolik >110
mmHg
24
b) Peningkatan kadar enzim hati atau / ikterus ; trombosit <
100.000/mm3
c) Oliguria < 400 ml/24 jam
d) Proteinuria >3gr/liter
e) Nyeri epigastrium; skotom dan gangguan visus lain atau nyeri
frontal yang berat; perdarahan retina; edema pulmonum
(Rukiyah dan Yulianti, 2019)
4. Hubungan Preeklampsia dengan BBLR
Preeklampsia adalah suatu gangguan yang muncul pada kehamilan
yang umumnya terjadi pada usia kehamilan >20 minggu. Gejala umum
adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh
dan tingginya protein dalam urine. Penyebab jelas preeklampsia masih
belum diketahui. Preeklampsia dapat mencegah plasenta mendapat asupan
darah yang cukup, sehingga janin dapat kekurangan oksigen dan nutrisi.
Dampak yang dapat terjadi pada janin yaitu menimbulkan rendahnya berat
badan bayi saat dilahirkan dan masalah lainnya seperti kelahiran kurang
bulan sampai kematian saat kelahiran (perinatal death) (Kumalasari dkk,
2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestariningsih dan Duarsa
(2013) menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan
desain case control. Pengambilan sampel secara systematic random
sampling dengan besar sampel 93 kasus BBLR sebagai kasus dan 93 tidak
BBLR sebagai kontrol di RSUD Jendral Ahmad Yani. Hasil analisis
25
bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan
preeklampsia dengan kejadian BBLR dimana didapat p value = 0,000
(α<0,05).
Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari, Tjekyan dan
Zulkarnain (2018) yang berjudul “Faktor Resiko dan Angka Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2014” menggunakan metode survey analitik retrospektif
dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling dan hasil analisis bivariat dengan uji chi square
menunjukkan bahwa ada hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR
dimana didapat p value = 0,010 (α<0,05).
5. Kehamilan Ganda
a. Pengertian
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
yang terdapat dua atau lebih janin sekaligus. Kehamilan ganda dapat
terjadi apabila ada dua atau lebih ovum dilepaskan kemudian dibuahi.
Kehamilan ganda dapat juga terjadi apabila satu ovum dibuahi
membelah secara dini sehingga membentuk dua embrio yang sama
pada stadium massa sel dalam atau lebih awal. Seorang ibu dengan
kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik
terhadap ibu maupun janinnya, oleh karena itu ketika seorang ibu
mengadapi kehamilan ganda harus dilakukan perawatan antenatal yang
intensif (Amelia, 2019).
26
b. Klasifikasi
Klasifikasi dari kehamilan ganda terdiri dari dua jenis yang
berbeda yaitu :
1) Kehamilan monozigotik merupakan kehamilan ganda yang
dihasilkan dari pembuahan satu ovum kemudian membelah secara
dini hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ini
sering disebut dengan hamil kembar identik atau hamil kembar
homolog atau hamil kembar uniovule. Insiden kelainan malformasi
memiliki nilai yang tinggi pada kasus kehamilan ganda
monozigotik.
2) Kehamilan dizigotik merupakan kehamilan ganda yang dihasilkan
dari pembuahan dua atau lebih ovum. Sebagian besar kejadian
kehamilan ganda yang terjadi disekitar kita merupakan kehamilan
ganda dizigotik atau kehamilan kembar fraternal. Ciri-ciri dari anak
yang dilahirkan dari kehamilan ganda dizigotik adalah jenis
kelamin dapat sama atau berbeda, persamaan seperti adik dan
kakak, golongan darah bisa tidak sama, cap tangan dan kaki tidak
sama (Amelia, 2019).
Gambar 1. Kehamilan Ganda
Sumber : http://bit.ly/kehamilanganda
27
c. Hubungan Kehamilan Ganda dengan BBLR
Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin terbagi dua atau
lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai nutisi berkurang.
Berat badan satu janin pada kehamilan ganda rata-rata 1000 gram lebih
ringan dari pada janin kehamilan tunggal. Secara teori 60% kehamilan
ganda akan mengalami kelahiran prematur hal tersebut sesuai hasil
penelitian dimana 62,5% kehamilan ganda mengalami kelahiran
prematur dan 79,9% terlahir dengan kondisi BBLR (Kumalasari dkk,
2018). Pertumbuhan janin pada kehamilan ganda retan mengalami
hambatan karena penegangan uterus yang berlebihan oleh karena
besarnya janin, 2 plasenta, dan air ketuban yang lebih banyak
menyebabkan partus prematurus. Berat badan janin kembar berselisih
antara 50 – 100 gram. Berat badan 1 janin pada kelahiran kembar rata-
rata lebih ringan dari pada janin tunggal yaitu <2500 gram (Triana,
2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari,dkk (2018) yang
berjudul “Faktor Resiko dan Angka Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2014” menggunakan metode penelitian survey retrospektif dengan
rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian tersebut diambil
menggunakan teknik quota sampling serta analisis bivariat dengan uji
chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
28
kehamilan ganda dengan kejadian BBLR dimana diperoleh p value =
0,000 ( α<0,05).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Triana (2014) yang
berjudul “Pengaruh Penyakit Penyerta Kehamilan dan Kehamilan
Ganda dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau” menggunakan jenis penelitian studi kasus
kontrol (case control study). Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan usia kehamilan dengan kejadian BBLR dimana
didapat p value = 0,0001 (α<0,05).
29
C. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah tinjauan yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti agar peneliti memiliki pengetahuan yang luas sebagai dasar untuk
mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2018).
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dibangun kerangka teori
sebagai berikut :
Sumber : (Sembiring, 2019; Kumalasari dkk, 2018).
Gambar 2. Kerangka Teori
BBLR
Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR :
1. Faktor ibu :
a. Penyakit seperti malaria, anemia, syphilis,
infeksi TORCH, dll,
b. Komplikasi hamil : perdarahan antepartu,
preeklampsia, eklampsia
c. Usia ibu
d. Paritas
e. Usia kehamilan
f. Faktor kebiasaan : merokok, pencandu
alkohol, dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor janin :
a. Premature
b. Hidramnion
c. Kehamilan ganda (gemeli)
d. Kelainan kromosom.
e. Cacat bawaan
f. Infeksi dalam rahim
g. Faktor lingkungan :
a. Tempat tinggal di daratan tinggi
b. Radiasi
c. Sosioekonomi dan paparan zat – zat beracun.
30
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan formulasi atau simplifikasi dari
kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2018). Berdasarkan uraian dan penjelasan-penjelasan pada bagian tinjauan
pustaka sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3. Kerangka Konsep
BBLR
1. Usia ibu
2. Usia kehamilan
3. Preeklampsia
4. Kehamilan ganda
5.