bab ii tinjauan pustaka a. definisi obesitas dan balitarepository.poltekkes-tjk.ac.id/886/5/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obesitas dan Balita
1. Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan kondisi kesehatan kronis yang ditandai oleh terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh
yang normal. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu
penyakit salah gizi sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhan. (Soetjiningsih,2012).
Perbedaan Obesitas dengan overweight ialah, Obesitas merupakan kadar
lemak tubuh yang berlebihan dan dapat menyebabkan suatu penyakit sementara itu
overweight merupakan kelebihan berat badan diatas normal, Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa obesitas adalah kelebihan berat badan yang lebih berat dan
berisiko menimbulkan penyakit (Prihaningtyas, 2018).
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang penting, selain karena
merupakan faktor risiko timbulnya penyakit kronis degeneratif di kemudian hari,
obesitas juga sudah banyak menimbulkan masalah pada usia anak dan remaja.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa obesitas pada masa anak berkaitan
dengan kejadian obesitas pada masa dewasa. Berbagai pengamatan juga
menunjukkan bahwa makin dini seorang anak mengalami obesitas, makin rendah usia
harapan hidupnya akibat menderita penyakit-penyakit kronis degeneratif seperti
7
diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung, stroke dan kanker. Pada masa anak dan
remaja, obesitas juga dapat mengakibatkan hipertensi, sleep apnea, masalah
pernapasan, masalah postur dan perkembangan tulang ekstremitas, masalah
psikososial, masalah hormonal dan sistem reproduksi, alergi dan hipersensitivitas
(IDAI, 2014).
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh manusia,
obesitas terjadi akibat kelebihan asupan kalori anak dengan obesitas belum tentu
memiliki kecukupan gizi yang baik. Kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi yang
terpenuhi dari makanan bergantung pada usia,jenis kelamin, aktivitas,berat badan dan
kondisi tertentu (Prihanningtyas, 2018).
2. Pengertian balita
Pengertian Balita adalah bawah lima tahun merupakan salah satu periode
usia manusia setelah bayi sebelum anak. Rentang usia balita dimulai dari 2 - 5 tahun,
atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24 - 60 bulan. Periode usia ini
disebut juga sebagai usia prasekolah (Marmi, Rahardjo. 2015).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-5 tahun. Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi , buang air besar dan kecil , dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Batita dikenal sebagai konsumen pasif, artinya mereka
menerima jenis makanan yang disajikan orang tua.
Balita ada dalam kisaran usia 3-5 tahun. Mereka dikenal sebagai konsumen
aktif, karena mereka mulai dapat memilih jenis makanan yang ingin disantap dan
berkata tidak, terhadap jenis makanan yang tidak disukainya. Ketidaksukaan mereka
8
terhadap jenis makanan tertentu seperti sayuran, haruslah diatasi dengan upaya
pengenalan secara persuasif ( Sutomo B dan Anggraini DY, 2010 ).
3. Klasifikasi Obesitas Pada Anak
Menurut gejala klinisnya,obesitas dibagi menjadi :
a. Obesitas sederhana (simple obesity)
Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai kelainan hormonal/mental
fisik lainnya. Obesitas ini terjadi karena faktor nutrisi ( Soetjiningsih, 2012).
b. Bentuk khusus obesitas
1) Kelainan endokrin / hormonal , yang tersering adalah sindrom cushing
yang terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan dengan
hormonal steroid.
2) Kelainan somatodismorfik. Obesitas pada kelainan ini hampir selalu
disertasi retardasi mental dan kelainan ortopedi .
3) Kelainan hipotalamus. kelainan pada hipotalamus memengaruhi nafsu
makan dan berakibat obesitas. Kelainan dapat disebabkan oleh
kraniofaringioma, leukimia serebral, trauma kepala dan lain-lain
( Soetjiningsih, 2012).
4. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antopometri
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat (Almatsier, 2004). Pengukuran antropometri ini
dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
9
Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Nursalam, 2005) :
Salah satu bentuk pengukuran antropometri :
a. Pengukuran berat badan
1) Menggunakan timbangan bayi
a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring / duduk tenang
b) Letakkan timbang pada meja ya datar dan tidak mudah bergoyang
c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
d) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi,kaus kaki, sarung tangan
e) Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
g) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbang atau angka timbangan
h) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,baca angka di
tengah-tengah antara pergerakan jarum ke kanan dan ke kiri
2) Menggunakan timbangan injak
a) letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
c) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki,jaket, topi,jam tangan,kalung dan tidak memegang sesuatu
d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
10
g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, bca angka
ditengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri (Kementrian
Kesehatan, 2012 ).
b. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
1) Cara megukur dengan posisi berbaring
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b) Bayi dibaringkan telnentang pada alas yang datar
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
d) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala)
e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus,tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
f) Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur
g) Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur
Gambar 1
Pengukuran panjang badan dengan posisi berbaring
11
2) Cara mengukur dengan posisi berdiri
a) Anak tidak memakai sendal atau sepatu
b) Berdiri tegak menghadap kedepan
c) Punggung,pantat, dan tumit menempel pada tiang pengukur
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubu-ubun
e) Baca angka pada batas tersebut
Gambar 2
Pengukuran tinggi badan dengan posisi berdiri
c. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal,
disesuaikan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan sestiap 3 bulan.
Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan , pengukuran dilakukan setiap enam
bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
12
1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
3) Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan
jenis kelamin anak.
5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
Gambar 3
Pengukuran lingkar kepala
Interpretasi
1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam jalur hijau maka
lingkaran kepala anak normal.
13
2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar jalur hijau maka lingkaran
kepala anak tidak normal.
Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 yaitu makrosefal bila berada
diatas jalur hijau dan mikrosefal bila berada dibawah jalur hijau (Kemenkes
RI, 2012)
5. Indeks Antropometri
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran antro
pometri yang sangat labil (Supariasa, 2011).
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti
pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan
perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat. (Supariasa, 2011).
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik
berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Supariasa, 2011).
Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
2) Baik untuk status gizi akut maupun kronis
14
3) Berat badan dapat berfluktuasi
4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
5) Dapat mendeteksi kegemukan
Kekurangan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
1) Interpretasi yang keliru jika terdapat edema atau esites
2) Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
3) Sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan pada
waktu penimbangan
4) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat
gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa,
2011).
Kelebihan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Tinggi badan tidak cepat naik
2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
3) Ketepatan umur sulit didapati
15
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu.
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
ini/sekarang (Supariasa, 2011).
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2011)
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus)
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2011) :
1) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
2) Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
3) Membutuhkan dua macam alat ukur
4) Pengukuran relatif lama
5) Membutuhkan dua orang melakukannya
6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama oleh
kelompok non-profesional.
6. Pantauan Tumbuh Kembang Anak
a. KMS (Kartu Menuju Sehat)
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang membuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan
KMS ini, gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini
16
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat. Ada perbedaan antara KMS laki-laki dan perempuan. KMS
untuk laki-laki berwarna biru dan terdapat tulisan untuk anak laki-laki dan KMS
untuk perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk anak
perempuan (Chomaria, 2015).
Gambar 4
Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS terdiri dari lima bagian utama, yaitu:
1) Kurva penimbangan dan pengukuran berat badan (dua bagian).
2) Catatan pemberian vitamin A dan pemberian imunisasi.
3) Informasi tentang ASI, penanganan diare, dan perkembangan anak sehat.
4) Identitas balita.
KMS memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
a) Sebagi alat untuk memantau pertumbuhan anak. Dengan dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
17
seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila
grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak
tumbuh normal. Kecil resikonya anak akan mengalami gangguan pertumbuhan.
Sebaliknya, bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan,
anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
b) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak
Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat
badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan,
dan imunisasi.
c) Sebagai alat edukasi.
Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makan anak dan perawatan anak bila diare (Chomaria, 2015).
7. Skrining pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP).
Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terlatih. Jadwal pemeriksaan KPSP rutin adalah
: setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun
(umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan). Apabila
orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang,
sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP
untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan
waktu pemeriksaan umurnya.
18
a. Alat/instrumen yang digunakan adalah:
1) Formulir KPSP menurut umur.
Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
b. Cara menggunakan KPSP:
1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: Dapatkah
bayi makan kue sendiri ?
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh: Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke
posisi duduk.
19
5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
c. Interpretasi hasil KPSP:
1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pemah atau sering
atau kadang-kadang melakukannya.
Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah melakukan
atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
2) Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
3) Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
5) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci j umlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
20
d. Intervensi:
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak
umur 24 sampai 72 buIan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan
lakukan pengobatan.
21
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban Ya tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan
berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa,
sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI, 2012 ).
8. Penentuan Status Gizi
Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang
digunakan. Dalam menentukan status gizi untuk ukuran buku antropometri sering
digunakan World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-
NHCS). Klasifikasi status gizi berdasarkan buku WHO- NHCS terbagi empat: (1)
gizi lebih termasuk kegemukan dan obesitas (2) gizi baik (3) gizi kurang, dan (4) gizi
buruk. Status gizi adalah posisi atau peringkat yang didefinisikan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok oleh orang lain. Status gizi juga merupakan keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dibedakan atas
status gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih (Almatsier,
2009).
Penilaian status gizi diartikan sebagai intrepretasi data tentang asupan dan
penggunaan zat gizi perorangan untuk menentukan status kesehatannya (Arisman,
22
2012). Dalam penelitian ini digunakan penilaian dengan menggunakan cara
Antropometri, yaitu penilaian status gizi dengan mengukur tinggi dan berat badan.
Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan berat menggunakan bathroom
scale.
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri dalam gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Secara umum antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein.
Ketidakseimbangan bisa dilihat pada pola pertumbuhan fisik, proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan air dalam tubuh.
Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasar nilai Body
Mass Index (BMI) atau istilah bahasa Indonesia Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
adalah alat sederhana untuk melakukan pemantauan gizi orang dewasa diatas 18
tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Batas
ambang IMT ditentukan dengan merujuk WHO Antropometri 2005 batas ambang
berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal untuk laki-laki 20,1-25
dan untuk perempuan 18,7-23,8.
Untuk mengukur IMT dapat digunakan rumus:
IMT
Berat badan (Kg)
Tinggi Badan (m) × tinggi badan (m)
Klasifikasi nilai ambang batas Indeks Massa Tubuh untuk Indonesia adalah:
23
Tabel 1
Standar Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Tabel 2
Kategori Nilai Ambang Batas Indeks Massa Tubuh untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus < 17,0
Normal > 18,5 – 25,0
Gemuk > 25,0 – 27,0
Obesitas > 27,0
Sumber : Departemen Kehatan RI Tahun 2014
24
Gambar 5
Pengukuran Berat Badan / Tinggi Badan menggunakan Z-score
(Buku Kesehatan Ibu Anak, 2017)
Tabel 3
Indeks status gizi menurut BB/TB
< ˗ 3 SD Kurus sekali
˗3 SD s/d < ˗2 SD Kurus
˗ 2 SD s/d 2 SD Normal
˃2 SD s/d 3 SD Gemuk
˃ 3 SD Gemuk sekali
( Kementrian kesehatan RI , 2012)
B. Penyebab dan Faktor resiko obesitas
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang
masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa
faktor penyebab obesitas pada anak-anak antara lain asupan makanan berlebih yang
25
berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, dan makanan
jajanan seperti makanan cepat saji lainnya ( Akhmad , 2016 )
Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global terutama di negara-negara
maju dan negara-negara berkembang, Obesitas mempunyai kolerasi yang kuat
dengan morbiditas dan mortalitas, ada bebarapa Faktor yang menyebabkan obesitas
pada anak:
1. Pemberian bubur balita
2. Pemberian MP-ASI terlalu dini
3. Asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan
4. Minuman soft drink
5. Asupan nutrisi dan konsumsi makanan cepat saji fast food
Obesitas juga dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan
mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah
asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak, Akibatnya anak akan
mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun, Bayi yang mendapatkan
ASI Eksklusif mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas, Bayi yang diberi susu
formula cenderung lebih berat dibandingkan bayi yang diberi ASI karena susu
formula mengandung 20% kalori lebih banyak, Untuk memastikan bayi kenyang
biasanya orang tua memaksa bayi menghabiskan satu botol susu, Jika memungkinkan
berikan ASI hingga bayi berusia satu tahun dan tunda pemberian makanan padat
26
hingga bayi berusia > 6 bulan, Karena nilai odds ratio (OR) pemberian ASI dan
pemberian MP-ASI terlalu dini 4 kali beresiko untuk terjadinya obesitas Waktu yang
baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada umur enam bulan ke
atas, Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut ialah.
1. Tingginya solute lood hingga dapat menimbulkan hyperosmolality
2. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
3. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
4. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nutrisi yang dapat merugikan
5. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau
zat pengawet yang tidak diinginkan .
6. Kemungkinan pencemaran dalam menyediakan atau menyimpannya .
Sebaliknya penundaan pemberian makanan padat menghambat pertumbuhan
jika energy dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi
kebutuhan si balita.
Obesitas pada anak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan saja,
namun merupakan interaksi antara factor genetic, lingkungan, dan psikologi seperti :
a. Faktor genetik
Anak yang memiliki kerentanan genetik dari orang tua yang obesitas
memiliki resiko menderita obesitas lebih tinggi. Jika ibu atau ayah memiliki berat
badan berlebih, maka resiko terjadinya kelebihan berat badan pada anak sebesar 40 %
sedangkan jika kedua orang tua menderita obesitas , maka risiko menderita obesitas
meningkat menjadi 70-80 % . Anak yang sejak dalam kandungan terpapar risiko
obesitas lainnya, seperti ibu yang diabetes melitus memiliki risiko obesitas yang lebih
27
tinggi. Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih tinggi menderita obesitas. Studi
di Yogyakarta menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki risiko 4,07 kali lebih
tinggi menderita obesitas dibandingkan anak perempuan
( Prihaningtyas, 2018 ).
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada obesitas terdiri atas faktor social
dan faktor budaya. Gaya hidup sedentary dan perubahan perilaku diet meningkatkan
prevalensi obesitas di Indi (22%), Brazil (22,1%), Argentina (19,3%) dan Meksiko
(41,8%) pada anak dan remaja usia 5-19 tahun. Peningkatan prevalensi obesitas
berhubungan dengan beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti asupan
makanan yang berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, perilaku makan, riwayat
pemberian ASI, kebiasaan tidur yang salah, menonton televisi terlalu lama, gaya
hidup keluarga, sering mengonsumsi makanan cepat saji dan tinggi kalori , serta
memiliki kehidupan social ekonomi yang mapan
(Akhamd, 2016 ).
c. Faktor psikologi
Adanya gangguan psikologis seperti stress, pada orang-orang tertentu dapat
meningkatakan nafsu makan secara berlebihan dan dapat menyebabkan kegemukan
(Akhamd, 2016 ).
C. Komplikasi
Obesitas menimbulkan efek negatif pada kesehatan. Pada anak obesitas
terjadi peningkatan senyawa bioaktif peradangan dan penurunan senyawa bioaktif
anti-peradangan. Kadar adiponectin dan IL-10 yang berfungsi sebagai anti-
28
peradangan. Kadar adiponectin anak obesitas lebih rendah dibandingkan anak
normal dan kadar ini berhubungan dengan kadar kolestrol total,kadar glukosa darah
dan tekanan darah seorang anak. Anak obesitas memiliki resiko 249,9 kali lipat lebih
tinggi menderita sindrom metabolic dibandingkan anak dengan berat badan normal
(Prihaningtyas, 2018) Beberapa dampak kesehatan akibat obesitas, antara lain:
1. Perlemakan hati
Studi di Australia menyebutkan bahwa anak dengan obesitas memiliki resiko
lebih tinggi menderita penyakit hati dibandingkan anak dengan berat badan normal.
Obesitas dapat menyebabkan perlemakan hati. Perlemakan hati adalah kondisi
adanya penumpukan lemak di dalam sel hati.
2. Sindrom metabolik
Anak dengan obesitas memiliki risiko tinggi sindrom metabolic. Obesitas
visceral atau obesitas sentral adalah kondisi dimana penimbunan lemak terjadi di
dalam rongga perut (abdomen). Semakin banyak lemak yang tertimbun dalam rongga
perut maka semakin lebar lingkar pinggang. Tipe obesitas ini adalah tipe yang
berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai penyakit.
3. Diabetes melitus tipe-2
Secara normal apabila kita mengkonsumsi karbohidrat,maka karbohidrat
diubah menjadi glukosa, glukosa akan beredar di dalam darah. Hal ini merangsang
pancreas mengeluarkan insulin untuk memasukan glukosa di dalam darah ke sel
sebagai sumber energi. Anak dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya diabetes pada dewasa, dan
penyakit jantung koroner.
29
4. Dyslipidemia
Dyslipidemia yang berkaitan dengan obesitas ditandai dengan adanya
peningkatan kadar trigliserida,penurunan kadar kolestrol HDL, dan peningkatan
kadar kolestrol LDL. Anak obesitas memiliki kadar kolestrol total dan trigliserida
yang lebih tinggi dibandingkan anak dengan lingkar pinggang yang normal.
5. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Indek masa tubuh pada masa anak merupakan faktor predictor ketebalan
dinding pembuluh darah di leher yang dinamakan pembuluh darah karotis. Ketebalan
pembuluh darah tersebut berhubungan dengan risiko awal penyakit jantung. Obesitas
pada anak memiliki korelasi positif dengan tekanan darah sistolik,tekanan darah
diastolic dan kadar trigliseridan darah pada saat dewasa .
6. Gangguan pernafasan
Obesitas menyebabkan terjadinya obstructive sleep apneu (OSA). Semakin
tinggi risiko terjadinya sindrom metabolic, maka semakin tinggi risiko terjadinya
OSA. OSA adalah kondisi yang serius dimana pernafasan sering berhenti selama
tidur. OSA terjadi akibat sumbatan total atau sebagian jalan napas dan terjadi secara
berulang saat tidur. Hal ini menyebabkan otak kekurangan oksigen dan mengganggu
kualitas tidur :
a. Peningatan lingkar leher dan deposit lemak di leher menyebabkan
penyempitan jalan napas di sekitar leher
b. Collapsibility jalan napas atas lebih tinggi pada anak dengan obesitas
dibandingkan anak dengan berat badan normal
c. Volume paru berkurang pada obesitas.
30
7. Gangguan otot dan tulang
Obesitas memiliki dampak negatif pada kesehatan tulang. Obesitas
meningkatkan resiko terjadinya Blount Disease dan lepasnya epifisis tulang paha dari
tempatnya. Terdapat peningkatan resiko nyeri otot, nyeri tulang dan patah tulang pada
obesitas.
8. Gangguan kulit
Obesitas menyebabkan lipatan kulit semakin banyak dan tebal. Pada saat
anak berkeringat, dapat terjadi gesekan pada lipatan kulit sehingga menimbulkan
ruam dan gatal (Prihaningtyas, 2018) Dengan prinsip menjaga berat badan normal
lebih mudah daripada mengurangi berat badan, orang tua dapat mengontrol berat
badan anak mereka untuk mencegah terjadinya obesitas. Maka lakukan kegiatan
seperti :
1. Biasakan anak makan sesuai pada waktunya
2. Kurangi makan cepat saji
3. Membiasakan sarapan setiap hari dengan menu bergizi
4. Membiasakan anak makan buah dan sayur
5. Mengurangi makan dan minum manis
6. Mengurangi makanan yang berlemak dan di goreng
7. Membatasi anak menonton televisi, bermain game dan gadget
8. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik di luar rumah
9. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi
lebih
10. Membiasakan selalu mengontrol berat badan ( Prihaningtyas , 2018 ).
31
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan
perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20 % diatas berat badan ideal,
serta pola makan dan aktivitas fisik yang sehat dapat diterapkan jangka Panjang
untuk mempertahankan berat badan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan
perkembangan .
a. Pola Makan yang Benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak karena anak masih bertumbuh dan
berkembang dengan metode food rules , yaitu
1) Terjadwal dengan pola makan besar 3×/ hari dan cemilan 2×/ hari yang
terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih
diantara jadwal makan utama dan camilan , serta lama makan 30 menit / kali.
2) Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi
makanan tertentu dan jumlah makanan yang ditentukan oleh anak.
3) Prosedur dilakukan dengan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan kalori
berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut tinggi
badan.
Sebagai alternatif pilihlah jenis makanan dapat menggunakan the traffic light
diet dan satuan bahan makanan penukar the traffic light diet terdiri dari green food
yaitu makanan rendah kalori ( <20 kalori per porsi ) dan lemak yang boleh
dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan
kandungan kalori yang sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red food
32
yaitu mengandung lemak dan kalori tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali
dalam seminggu (IDAI, 2014).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan kalori dengan metode food
rules ,yaitu :
a. Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal pengurangan
kalori berkisar 200-500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan
0,5 kg per minggu, Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai
kira-kita 20% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak
bertambah karena pertumbuhan linear masih berlangsung.
b. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan
protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%) Bentuk dan jenis
makanan harus dapat diterima anak,serta tidak dipaksa mengonsumsi
makanan yang tidak disukai.
c. Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur
intrinsic hormonal dan colonic, Ketiga mekanisme tersebut selain
menurunkan asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan
(meskipun kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar juga
meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang
disimpan (IDAI,2014).
33
Tabel 4
traffic lifght diet Green food Yellow food Red food
Definisi Makanan yang boleh
dimakan setiap hari
Makanan yang boleh
dikonsumsi dalam
porsi kecil , tetapi
tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi setiap hari
Makanan yang boleh
dimakan 1 × / minggu
Komposisi Makanan yang
mengandung tinggi
vitamin, mineral, dan serat,
tetapi rendang energi,
lemak jenuh, gula dan
garam
Makanan yang
mengandung vitamin,
mineral, energi , lemak
jenuh, gula dan garam
dalam jumlah sedang
Makanan yang
mengandung rendah
vitamin dan mineral,
tetapi tinggi energi,
lemak jenuh, gula dan
garam
Makanan a. Buah-buahan dan
sayur-sayuran
b. Daging tanpa
lemak dan ikan
c. Kacang-kacangan
dan biji-bijian,
buncis
d. Roti gandum,
sereal,beras dan
pasta
e. Produk susu
rendah lemak
f. Air dan susu
a. Daging
olahan rendah
lemak dan
garam
b. Roti dan seral
olahan
c. Produk susu
tinggi lemak
d. Kue dan
biscuit rendah
lemak/gula
e. Susu dan jus
buah rendah
lemak tanpa
tambahan
gula
a. Makanan yang
digoreng dan
kentang olahan
b. Daging olahan
yang
mengandung
tinggi lemak
c. Makanan
penutup yang
berbahan dasar
susu
d. Kue manis dan
biscuit
e. Coklat dan
minuman
manis
Contoh yoghurt rendah lemak,
sandwich gandum, bubur ,
kacang panggang,jus buah
kalengan,ikan tuna
kalengan, buah dan
sayuran segar atau beku,
daging sapi,daging babi
atau domba tanpa lemak,
ayam tanpa kulit
Daging babi, sereal
olahan, roti, keju
,pancakes, atau biscuit
manis
Kentang goreng, sosis,
pie, hot dogs, nuget
ayam, keripik kentang,
makanan manis seperti
kue , coklat, muffins,
donat, soft drink
b. Pola Aktivitas Fisik yang Benar
Pola aktivitas fisik yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan dengan
melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian karena aktivitas fisik
berpengaruh terhadap penggunaan energi.
34
Ilyas El menyatakan bahwa latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan
dengan tingkat perkembangan motorik , kemampuan fisik dan umurnya . Pada
anak 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fisik dengan
keterampilan otot seperti bersepeda , berenang, menari , karate , senam, dan
basket, sedangkan anak diatas 10 tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk
kelompok. Aktivitas fisik sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau
bersepeda ke sekolah , naik turun tangga , mengurangi menonton TV terlalu lama
, mengajak bermain di luar (IDAI, 2014)
Tabel 5
Contoh latihan fisik aerobic dengan intensitas sedang dan bugar serta aktivitas
otot dan tulang untuk anak. Tipe Latihan Fisis Anak Aerobik dengan intensitas sedang Rekreasi aktif, seperti mendaki bermain
sepatu roda Aerobik dengan intensitas bugar a. Bermain aktif seperti berlari dan
mengejar
b. Bersepeda c. Melompat tali d. Bela diri, seperti karate e. Berlari
f. Olahraga senam, berenang dll Penguatan otot a. Bermain tarik tambang
b. Memanjat tali atau pohon c. Berayun pada peralatan bermain atau
palang Penguatan tulang a. Melompat tali
b. Berlari
c. Olahraga seperti senam dll
(IDAI,2014)
c. Memodifikasi perilaku
Tatalaksana diet dan latihan fisik merupakan komponen yang efektif untuk
pengobatan , serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk
memperoleh perubahan makanan dan aktivitas perilakunya. Prioritas utama
35
adalah perubahan perilaku ,maka perlu mengahdirkan peran orang tua sebagai
komponen intervensi .
Beberapa cara pengubahan terhadap perilaku berdasarkan metode food rules
diantaranya adalah :
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan , masukan makanan dan aktifitas
fisik , serta mencatat perkembangannya
b. Kontrol terhadap rangsangan / stimulasi , misalnya pada saat menonton
televisi diusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat
menjadi pencetus makan
c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jumlah
makanan yang dikonsumsi , serta mengurangi makanan camilan
d. Penghargaan, yaitu orang tua dianjurkan untuk memberikan dorongan,
pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan
anaknya, misalnya makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi
yang diberikan, berat badan turun, dan mau melakukan olahraga (IDAI ,
2014).