bab ii tinjauan pustaka a. figur guru dalam pandangan islamrepository.ump.ac.id/4556/3/bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Figur guru dalam pandangan Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) figur adalah bentuk
atau wujud, tokoh atau panutan, artinya sentral yang menjadi pusat, perhatian.
Persamaan dari kata figur sendiri adalah profil, sosok (yang mengandung
makna bentuk tubuh, bodi, perawakan, postur, raut badan, dan kepribadian
atau sikap tubuh), tokoh dan panutan.
Menurut Alwi (2002:316) figur adalah suatu bentuk wujud tokoh, peran
seseorang dan merupakan sentral yang menjadi pusat perhatian banyak orang.
Figur guru dapat diartikan dengan melihat sudut pandang. Secara konseptual,
guru yang diharapkan adalah sosok guru yang diidamkan oleh setiap pihak
yang terkait. Misalnya dari sudut pandang siswa, guru harus dapat dijadikan
sebagai sumber motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah dan penuh
dengan kasih sayang. Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian yang
dapat dijadikan profil dan idola, atau dengan kata lain, seluruh kehidupannya
adalah figur bagi anak didik dan masyarakat. Sedangkan dari sudut pandang
orangtua, guru diharapkan dapat menjadi mitra pendidik bagi siswa, dengan
harapan guru bisa menjadi orangtua disekolah.
Mulyasa, (2013:177) mengatakan derasnya arus informasi yang
berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk bekerja keras agar
dapat mengikuti dan memahaminya, kalau tidak kita akan ketinggalan jaman.
7
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
8
Demikan halnya dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang
optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada didalam
kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar
yang diperlukan. Figur guru profesional memang saat ini sedang sangat dicari
dikalangan guru dan dunia pendidikan. Kehadiran guru sebagai figur karena
sejak dahulu seorang guru sudah mengantongi pendidikan lebih dari
kebanyakan orang. Sehingga perilaku guru perlu ditiru oleh kebanyakan
orang.
Menurut Djamarah, (2010:2) guru adalah unsur manusiawi dalam
pendidikan, guru adalah figur manusia, yaitu sumber yang menempati posisi
dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Guru dan anak didik
adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan.
Boleh jadi dimana ada guru disitu ada anak didik yang ingin belajar dari guru.
Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya.
Menurut Daradjat dan kawan-kawan (1992:41) yang dikutip oleh
Djamarah, (2010:32) menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang
sembarangan, tetapi harus memenuhi syarat, diantaranya adalah guru harus
takwa kepada Allah swt. Artinya, guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan
islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika
ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab, ia adalah teladan bagi anak
didiknya sebagaimana Rasulullah saw, menjadi teladan bagi umatnya.
Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
9
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik
mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
Secara singkat, guru bermutu (efektif) menurut Haris, Mujis (2005) yang
dikutip oleh Musfah, (2015:21) memiliki empat kemampuan sebagai berikut :
a. Profesionalitas, sebuah komitmen dalam menjalankan fungsi agar peserta
didik berhasil, percaya diri, selalu siap menghadapi tantangan, amanah,
serta menghargai keragaman anak didik.
b. Kemampuan berfikir serta analitik dan konseptual
c. Memiliki dorongan kuat untuk melakukan perbaikan , keingintahuan
yang tinggi, dan inisiatif
d. Kemampuan guru memimpin dalam kelas.
Guru agama Islam menurut Musfah, (2015:19) adalah seseorang yang
mengajar dan mendidik agama Islam dengan membimbing, menuntun,
memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya ke arah
kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang
muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia,
serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.
Djamarah, (2010:4) mengatakan pendidikan rohani untuk membentuk
kepribadian anak didik lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan
berketerampilan belum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang yang
berilmu dan berketerampilan tetapi karena tidak mempunyai akhlak yang
mulia, mereka terkadang menggunakannya untuk hal-hal yang negatif.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
10
Namun demikian bukan berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak
diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang
berilmu dan berketerampilan, serta yang berakhlak mulia. Pembinaan anak
didik oleh guru mencakup pada tiga aspek yaitu anak didik yang berakhlak
mulia/bersusila, cakap dan terampil.
Djamarah, (2010:6) mengatakan ebagai guru pendidikan agama Islam
haruslah taat kepada Tuhan, mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Bagaimana ia akan dapat menganjurkan dan mendidik
anak untuk berbakti kepada Tuhan kalau ia sendiri tidak mengamalkannya,
jadi sebagai guru agama haruslah berpegang teguh kepada agamanya,
memberi teladan yang baik dan menjauhi yang buruk. Anak mempunyai
dorongan meniru, segala tingkah laku dan perbuatan guru akan ditiru oleh
anak-anak. Bukan hanya terbatas pada hal itu saja, tetapi sampai segala apa
yang dikatakan guru itulah yang dipercayai murid, dan tidak percaya kepada
apa yang tidak dikatakannya.
B. Aspek-Aspek Figur Guru PAI
1. Karakteristik guru PAI
Peran guru dalam pendidikan menurut Tim Nasional Dosen
Kependidikan, (2016:43) memiliki peran strategis dan sering dikatakan
pula sebagai ujung tombak dari keberhasilan pendidikan. Karena itu
dalam meningkatkan mutu pendidikan yang pertama-tama perlu
diperbaiki dalam meningkatkan mutu pendidikan terlebih dahulu adalah
perbaikan mutu gurunya.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
11
Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:44) menjelaskan lebih
rinci bahwa tugas menjadi guru memang tidak mudah dan tidak semua
orang dapat melakukan tugas sebagai guru. Menurut Daradjat,
sebagaimana dikutip oleh Qomari Anwar (2002) ada sejumlah
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru, yaitu:
a. Bertaqwa kepada Allah
b. Berilmu
c. Sehat jasmani
d. Berkelakuan baik
Istilah karakterisitk atau sifat menurut Musfah, (2015:164), dapat
diartikan dasar watak yang dibawa sejak lahir. Menjadi guru di abad ini,
tidak cukup hanya mempunyai kemampuan teknis semacam penguasaan
materi, penguasaan metode pengajaran dan penguasaan menata dan
mengatur kelas. Guru saat ini dituntut untuk memiliki sedikitnya delapan
karakteristik. Kedelapan karakterisitk itu merupakan tuntutan kebutuhan
bagi para murid yang disebut digital native. Berikut adalah ke delapan
karakterisitik guru di abad ke-21 yaitu:
a. Adaptor (mampu mengadaptasi)
b. Communicator (mampu berkomunikasi)
c. Learner
d. Visionary
e. Leader (pemimpin)
f. Model
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
12
g. Collaborator
h. Risk Taker (berani mengambil resiko).
Oktradiksa, (2012: 9-10) menjelaskan bahwa karakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya adalah meliputi:
a. Guru yang fleksibel
Pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan
beradaptasi selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan)
terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini)
dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati dan
mengenali suatu objek atau situasi tertentu. Seorang guru yang
fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir dengan
penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan
keputusan untuk mempercayai atau melakukan atau menghindar
sesuatu. Dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru
terdiri dari tiga dimensi yaitu : (1) dimensi karakteristik pribadi guru
; (2) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; (3) dimensi sikap
kognitif guru terhadap mata pelajaran dan metode mengajar.
b. Guru yang terbuka
Secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang
relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
eksteren antara lain (1) siswa, (2) teman sejawat, dan (3) lingkungan
pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
13
ikhlas. Di samping itu ia juga memiliki empati, yakni respon afektif
terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansi, keterbukaan psikologis
merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam
hubungannya sebagai direktor belajar sebagai anutan siswa.
Menurut Firdaus, (2011:8), untuk membentuk moralitas dan
akhlak terhadap peserta didik, maka terlebih dahulu seorang guru
harus menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlaq karimah dalam
setiap gerak tindak dan perbuatannya. Seorang guru yang jauh dari
sifat dan akhlaq karimah, maka akan sulitlah bagi guru tersebut
untuk menginternalisasikan norma dan akhlaq yang mulia ke dalam
diri peserta anak didiknya, bahkan guru tersebut akan runtuh
kewibawaannya di hadapan para anak didiknya.
Al-Abrasyi yang dikutip oleh Nurhidayah, (2009:27)
menyebutkan bahwa guru agama Islam sebaiknya memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:
a. Zuhud: tidak mengutamakan materi, dan lebih mengutamakan
mengajar karena mengajar untuk mencari ridho Allah SWT
b. Bersih tubuhnya : penampilan lahiriyah yang menyenangkan
c. Bersih jiwanya : tidak mempunyai dosa besar
d. Tidak riya
e. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
f. Tidak menyukai permusuhan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
14
g. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
h. Sesuai antara perkataan dan perbuatan
i. Tidak malu mengakui ketidaktahuan
j. Bijaksana dan tegas dalam perkataan maupun perbuatan
k. Rendah hati (tidak sombong)
l. Lemah lembut, pemaaf dan sabar
m. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan,
pembiasaan, perasaan, dan pemikiran.
2. Kompetensi guru PAI
Musfah, (2015:180) mengatakan dari tugas profesi, tampak sekali
bahwa tugas guru sudah cukup berat, belum lagi tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Karena itu, untuk menjadi guru sebaiknya harus diawali
dengan panggilan jiwa/ hati nurani, sehinnga tumbuh minat yang kuat
terhadap jabatan atau profesi itu. Jika minat sudah tumbuh, maka tugas
seberat apapun tidak akan dirasakan berat, bahkan mungkin akan muncul
perasaan bangga dan bahagia dengan tugas profesinya itu, karena tugas
sebagai guru merupakan salah satu tugas yang tergolong mulia
Kompetensi menurut Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:73)
merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No. 045/U/2002
menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
15
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran.
Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:71) menjelaskan bahwa di
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya”
Hanafiah, (2010:103) mengatakan bahwa guru sebagai pelaku
otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas
(classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta
didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya
dan tuntutan lingkungan di sekitarnya. Guru sebagai arsitek perubahan
perilaku peserta didik dan sekaligus sebagai model panutan para peserta
didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna, seperti :
a. Kompetensi paedagogik
Kompetensi paedagogik yang harus dikuasai seorang guru/pendidik
adalah sebagai berikut:
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spritual, sosial, cultural, emosional, dan intelektual
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
16
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diajarkan
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik
8) Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar
9) Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai
berikut:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
17
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik guru
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua dan masyarakat
3) Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman budaya
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain
d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai
berikut :
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diajarkan
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diajarkan
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara
kreatif
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
18
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Sesuai dengan tugas profesionalnya, Musfah, (2015:180) menjelaskan
bahwa ada beberapa kemampuan dasar atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru menurut Benjamin Bloom yaitu:
a. Kemampuan bidang pengetahuan (kognitif)
b. Kemampuan bidang sikap-perilaku (afektif)
c. Kemampuan keterampilan (psikomotor)
C. Peran dan tugas guru PAI
Tim Nasional Dosen Kependidikan, (2016:113) menjelaskan bahwa
pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesi, artinya pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Konsekuensinya guru harus mengembangkan keprofesiannya secara
berkelanjutan (PKB), untuk dapat memperkecil jarak antara kompetensi yang
dimiliki guru sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan kedepan berkaitan
dengan profesinya.
Menurut Peters, yang dikutip oleh Sudjana, (2010:15) ada tiga tugas dan
tanggung jawab guru yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing
dan guru sebagai administrator kelas. Ketiga tugas guru tersebut merupakan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
19
tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada
tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini
guru dituntut untuk memiiki seperangkat pengetahuan dan keterampilan
teknis mengajar.
Djamarah, (2010:44) menerangkan bahwa banyak peranan yang
diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan
diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru selama ini
adalah:
1. Informator
2. Organisator
3. Motivator
4. Inisiator
5. Fasilitator
6. Pembimbing
7. Pengelola kelas
8. Mediator
9. Supervisor
Sudjana, (2010:15) berpendapat bahwa guru sebagai pemegang otonomi
kelas atau pelaku reformasi kelas dapat melaksanakan peranannya sebagai
berikut:
1. Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik yaitu guru memiliki kewajiban untuk
melakukan reformasi kelas sehingga diberi otonomi untuk melakukan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
20
inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya. Peranan guru sebagai
pendidik memiliki tanggung jawab yang lebih dalam dan luas didunia
dan akhirat baik yang bersifat intelektual, moral, emosional, dan estetika
2. Guru sebagai pengajar
Mengajar merupakan proses merupakan transmisi dan transformasi
sistem nilai kepada peserta didik. Menurut Amstrong, tugas dan tangung
jawab guru dibagi menjadi lima kategori yaitu tanggung jawab
pengajaran, tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, tanggung
jawab dalam mengembangkan kurikulum, tanggung jawab dalam
mengembangkan profesi, dan tanggung jawab dalam membina hubungan
dengan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa guru adalah figur inspirator dan motivator
bagi murid dalam mengukir masa depannya. Sedangkan seorang guru
pendidikan Agama Islam ialah merupakan figur seorang pemimpin yang
mana disetiap perkataan atau perbuatannya akan menjadi panutan bagi
anak didik. karakteristik kepribadian guru pendidikan Agama Islam
sangat mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan, karena guru
pendidikan Agama Islam sebagai profil pribadi yang ditiru dan diteladani
oleh siswa baik secara sengaja atau tidak. Dengan kata lain, baik tidaknya
citra seorang guru pendidikan Agama Islam ditentukan kepribadianya
atau karakteristiknya, dan Karakteristik guru pendidikan Agama Islam
akan tercermin dalam sikap dan perbuatanya dalam membina dan
membimbing anak didik. Peranan guru sebagai pendidik professional
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
21
sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya
interaktif edukatif di kelas tetapi juga diluar kelas.
D. Pengertian perilaku siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku adalah
tangapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003:49) perilaku adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat
luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, belajar, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Jadi perilaku manusia atau siswa adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak diamati oleh pihak luar.
Sarwono, (2011:150) menjelaskan sekolah adalah lingkungan pendidikan
sekunder. Bagi anak yang sudah sekolah lingkungan yang setiap hari
dimasukinnya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang
umumnya sudah duduk dibangku SMP atau SMA umumnya menghabiskan
waktu sekitar 7 jam sehari disekolahnya. Tidak mengherankan jika pengaruh
sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar. Pengaruh sekolah
diharapkan memberikan dampak positif terhadap perkembangan jiwa remaja
karena sekolah adalah lembaga pendidikan. Fungsi sekolah sebagai
pembentuk nilai dalam diri anak sekarang ini banyak menghadapi tantangan.
Sekolah dan kelengkapannya sudah tidak lagi sudah bukan mereupakan satu-
satunya lingkungan setelah lingkungan keluarga. Apalagi ketika motivasi
belajar murid memang menurun akibat adanya berbagai hal disekolah. Salah
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
22
satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa remaja untuk
belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan
materi pelajaran. Materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai
sesuatu yang membosankan, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang
terbatas dan sebagainya.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak,
Hurlock yang dikutip oleh Yusuf, (2014:54) mengemukakan bahwa sekolah
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik
dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah berperan
sebagai keluarga, dan guru sebagai substitusi orangtua. Ada beberapa
mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi kepribadian anak,
yaitu (a) para siswa harus hadir disekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh
kepada anak secara dini, seiring perkembangan “konsep diri”, (c) anak-anak
benyak menghabiskan waktunya disekolah daripada di tempat lain di luar
rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih
sukses, dan (e) sekolah memberi kesempatam pertama kepada anak untuk
menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik.
Menurut Cowley, yang telah diterjemahkan oleh Gania (2011:123)
dalam mengajar, guru harus bisa merubah perilaku siswa. Karena tujuan guru
adalah membuat siswa berperilaku dengan baik. Guru juga harus memberikan
pelajaran yang berkualitas tinggi. Walaupun hal tersebut bukanlah formula
ajaib untuk menciptakan perilaku yang sempurna, hal ini merupakan bagian
dari praktik yang dapat guru sesuaikan dengan mudah.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
23
Sikap menurut Mubtadi, (2006:6) biasanya dikaitkan dengan perilaku.
Perilaku merupakan manifestasi dari respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus lingkungan sosial tertentu. Perilaku termasuk dalam domain
psikomotor. Dalam pandangan Noeng Muhadjir dikatakan bahwa perilaku
tidak hanya sekedar psikomotor tetapi merupakan performance kecakapan.
Perilaku lebih cenderung mengarah pada perilaku dalam bertindak (watak
baik/buruk) sesuai dengan norma (adab/etika) ajaran islam.
Menurut Walgito, (2010:12) perilaku manusia dapat dibedakan antara
perilaku yang reflekesif dan perilaku yang non reflekesif. Perilaku reflekesif
merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus
yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila terkena
sinar, menarik jari bila terkena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku
reflekesif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya atau secara
otomatis. Sedangkan perilaku non reflekesif adalah perilaku yang
dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak.
Menurut Cowley yang telah dtermahkan oleh Gania (2011: 173), cara
siswa berperilaku dipengaruhi oleh:
1. Tata letak dari lingkungan tempat guru mengajar
Untuk menciptakan perilaku siswa yang terbaik, pastikan guru
membuat ruangan kelas menjadi:
a) Terbuka untuk siapa saja
b) Tertata dengan baik
c) Memiliki alat bantu yang lengkap
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
24
d) Nyaman dan aman
e) Menyenangkan, penuh warna, menarik dan multisensor
2. Cara guru menata dan mendesain kelas
Tata letak dan desain kelas memiliki dampak yang kuat terhadap
perilaku dan pembelajaran siswa.
a) Bagaimana “barang-barang” didalam ruangan diatur
b) Bagaimana guru bergerak disekitar ruangan
c) Cara guru memanfaatkan tempat atau ruangan mengajar dapat
mengendalikan guru dalam berperilaku.
Peserta didik menurut Suwarno, (2006: 36).adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun pikiran. Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
E. Bentuk-bentuk Perilaku Siswa
Menurut Isthifa, (2014:500) pada saat ini, tidak mudah untuk
menanamkan perilaku disiplin kepada anak didik. Banyak sekali faktor yang
menjadi halangan untuk membentuk anak didik agar mempunyai perilaku
disiplin. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor gaya hidup yang semakin
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
25
lama semakin modern, adanya budaya baru dari luar, semakin maju dan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan masih banyak
lagi.
Menurut Mujib (2006:34) untuk merealisasikan kepribadian dalam
pendidikan islam yang ada maka diperlukan tiga proses dasar pembentukan
perilaku siswa:
1. Pembentukan Pembiasaan
Pembentukan ini ditujukan pada aspek kejasmanian dari kepribadian
yang memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, seperti
puasa, sholat, dan lain-lain.
2. Pembentukan Pengertian
Pembentukan yang meliputi sikap dan minat untuk memberi
pengertian tentang aktifitas yang akan dilaksanakan, agar seseorang
terdorong ke arah perbuatan yang positif.
3. Pembentukan Kerohanian yang Luhur
Pembentukan ini tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang
mengandung nilai-nilai luhur, seperti jujur, disiplin, toleransi, ikhlas, dan
menepati janji.
Proses pembentukan kepribadian dalam pendidikan islam
berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Dengan demikian
pembentukan kepribadian merupakan rangkaian kegiatan yang saling
berhubungan dan saling tergantung sesamanya.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
26
Isthifa, (2014:501) menjelaskan proses pembentukan perilaku dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal yang berasal dari dalam
diri individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar
individu. Faktor internal dari dalam diri sendiri mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk
mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal dari luar individu
meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim,
manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Walgito, (2010:16) menjelaskan ada beberapa langkah dalam
pembentukan perilaku peserta didik yaitu:
1. Pembentukan perilaku dengan conditioning atau kebiasaan
Yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai yang
diharapkan dan akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian atau insight
Cara ini berdasarkan teori belajar kognitif yaitu belajar dengan disertai
adanya pengertian
3. Pembentukan dengan model atau contoh.
F. Faktor perkembangan perilaku siswa
Sekolah menurut Yusuf, (2014:15) merupakan lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran,
dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan
potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional maupun sosial. Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
27
yang agresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai
laihir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-
perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis”
Yusuf, (2014:23) menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan proses
belajar mengajar, tahapan perkembangan yang dipergunakan sebaiknya
bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi
bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai
hubungan yang erat. Berdasarkan pendirian tersebut, perkembangan individu
sejak lahir sampai masa kematangan itu dapat dapat digambarkan melalui
fase-fase berikut:
1. Masa Usia Prasekolah (0,0 – 6,0)
Pada masa usia prasekolah dapat dibagi menjadi dua masa, yaitu:
a) Masa vital
b) Masa estetik
2. Masa usia sekolah dasar (6,0 – 12,0)
3. Masa usia sekolah menengah (12,0 – 18,0)
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa
remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena sifat
khasnya dan peranannya yang menentukan individu dalam masyarakat
orang dewasa. Masa ini diperinci menjadi tiga fase yaitu:
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
28
a) Masa praremaja (remaja awal)
Berlangsung hanya dalam waktu singkat. Masa ini ditandai oleh
sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut
masa negatif
b) Masa remaja (remaja madya)
Mulai tumbuh pada diri remaja dorongan untuk hidup.
Kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan
menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.
c) Masa remaja akhir
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada
dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi
tugas perkembangan masa remaja yaitu menemukan pendirian hidup
dan masuknya individu kedalam fase dewasa
d) Masa usia mahasiswa (18,0 – 25,0)
Dapat disimpulkan bahwa perilaku peserta didik adalah hasil
dari segala pengalaman serta interaksi dengan lingkungannya.
Perilaku juga didorong dan diarahkan ke tujuan dan salah satu cara
agar guru dapat memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa
adalah dengan memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin
diperlakukan. Sedangkan pembentukan perilaku peserta didik
terbentuk karena adanya kebutuhan motivasi, faktor perangsang,
pengaruh sikap dan kepercayaan.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
29
H. Penelitian terdahulu
Berdasarkan hasil pencarian penulis selama ini, penulis menemukan
penelitian tentang pribadi guru, seperti :
1. Munis Fachrunisa (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016)
Meneliti tentang “Kompetensi Kepribadian Guru Menurut
Pandangan An-Nawawi (Telaah kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalah Al-
quran Karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi)”. Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru
menurut An-Nawawi dapat dikelompokan menjadi 4 aspek yaitu (a) guru
senantiasa ridho kepada Allah tanpa mengharap hasil dunia, (b)
menghiasi diri dengan berakhlak mulia, (c) mendahulukan giliran murid
yang hadir lebih awal, dan (d) bersemangat dalam mengajar. Sedangkan
implikasi kompetensi guru menurut kitab “At-Tibyan Fi Adabi Hamalah
Al-quran Karya Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi”
terhadap pendidikan islam yaitu dapat berdampak dalam diri pendidik
sendiri dan juga peserta didik. Dalam diri pendidik akan terbentuk sikap
dan sifat yang menghargai posisinya sebagai pendidik dan jika peserta
didik sudah memiliki kompetensi kepribadian guru maka akan
mencontohkan kepada muridnya.
Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi penulis adalah skripsi
penulis lebih membahas kepada figur guru dan perilaku siswa, sedangkan
skripsi diatas lebih membahas kepada kompetensi kepribadian guru.
Untuk metode pengumpulan data juga berbeda, dimana penelitian diatas
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
30
tidak menggunakan metode interview dan angket, akan tetapi bersumber
pada buku (kepustakaan), sedangkan skripsi penulis akan menggunakan
metode interview dan angket.
Persamaan skripsi diatas dengan skripsi peneliti adalah keduanya
menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian, dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
2. Iim Hilman (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010)
Meneliti tentang “Profil Guru Ideal (Studi Tokoh Muslimah dalam
Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata)”. Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa profil guru ideal yang ditampilkan oleh ibu
Muslimah Hafsari dalam novel laskar pelangi adalah guru yang memiliki
kesabaran, berilmu, memiliki pandangan jauh ke depan atau memiliki
visi, adil dan bijak terhadap siswa, memahami kondisi siswa dan mudah
memberikan pujian kepada siswa-siswanya. Sedangkan kontribusi yang
bisa diberikan novel laskar pelangi terhadap pembentukan Guru
Pendidikan Agama Islam diantaranya mampu menjadikan guru semakin
mencintai profesinya, menambah profesionalitas seorang pendidik, dan
menambah inspirasi untuk mengembangkan metode belajar serta
memiliki jiwa motivator.
Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi penulis adalah jenis
penelitiannya yang berbeda, dimana penelitian diatas menggunakan jenis
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
31
penelitian library research, sedangkan skripsi penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Untuk metode pengumpulan data juga
berbeda, dimana penelitian diatas tidak menggunakan metode interview
dan angket, akan tetapi bersumber pada buku (kepustakaan), sedangkan
skripsi penulis akan menggunakan metode interview dan angket.
Persamaan skripsi diatas dengan skripsi peneliti adalah keduanya
meneliti tentang profil/figur guru yang selama ini diinginkan oleh peserta
didik dan masyarakat, dimana peneliti menginginkan guru yang
mencintai profesinya, serta dapat menjadi motivator untuk peserta didik,
dan dapat menunjukkan tingkah laku yang baik kepada peserta didik.
3. Rukmini (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2011)
Meneliti tentang “Profil Guru Ideal Dalam Perspektif Siswa Kelas
Tinggi Madrasah Ibtidaiyah Hasanuddin Bandarharjo Semarang Utara
Kota Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa profil guru ideal adalah sosok guru yang memiliki
kemampuan untuk mengelola pembelajaran secara efektif dan mampu
meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat mewujudkan tujuan
yang akan dicapai. Berdasarkan hasil penelitian perspektif siswa kelas
tinggi Madrasah Ibtidaiyah Hasanuddin Bandarharjo Semarang Utara
Kota Semarang tahun pelajaran 2010/2011, bahwa guru 85,38 %,
kemudian dikorelasikan ke kreteria 85,38 % cenderung tinggi, artinya
berdasarkan perspektif siswa kelas tinggi melalui penelitian ini, para
guru di Madrasah Ibtidaiyah Hasanuddin Bandarharjo secara
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
32
persentasinya 85,38 % telak melaksanakan sebagai guru idel, sedangkan
sisanya 14,62 % cenderung kriteria rendah dan kriteria sedang, sehingga
masih perlu meneladani dan banyak belajar tentang keempat kemampuan
atau kompetensi guru sebagai sosok guru ideal.
Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi penulis adalah teknik
pengumpulan data juga sedikit berbeda, dimana skripsi penulis hanya
menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket dan interview
sedangkan skripsi diatas menggunakan teknik pengumpulan data berupa
sampel dan populasi.
Persamaan skripsi diatas dengan skripsi peneliti adalah keduanya
meneliti tentang profil/figur guru yang mampu memberikan keteladanan
terhadap siswa, orang tua siswa dan masyarakat dalam berperilaku dan
bersikap sehari-hari serta seorang guru yang mampu meningkatkan,
,mengembangkan, memberikan motivasi-motivasi semangat belajar
kepada siswanya, guru yang mempunyai disiplin tinggi, menguasai
materi dan tujuan pembelajaran. Untuk teknik pengumpulan data
penelitian saya dan penelitian diatas menggunakan teknik pengumpulan
angket. Sedangkan untuk jenis penelitiannya sama-sama menggunakan
jenis penelitian deskriptif.
Figur Guru Pendidikan…, Ariantika Himaniar, Fakultas Agama Islam UMP, 2017