bab ii tinjauan pustaka a. high heels

24
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels 1. Definisi High heels adalah salah suatu fashion item milik wanita. High heels juga merupakan jenis sepatu yang dimana tinggi bagian tumit sepatu lebih tinggi daripada bagian jari-jari. Sepatu jenis ini sering digunakan untuk memberi kesan tinggi dan memperbaiki postur yang dimiliki oleh seorang wanita. Sepatu ini menjadi salah satu peralatan yang turut berperan dalam menunjang aktivitas kerja. Penggunaan sepatu dalam bekerja memiliki fungsi estetika yang menunjang penampilan, sehingga tekesan lebih menarik. High heels juga mempunyai ketinggian dan jenis yang berbeda. Hak sepatu yang luas memungkinkan gaya yang diterapkan pada hak sepatu untuk berpijak ke tanah merata dan didistribusikan seimbang oleh penggunanya (Isnain, 2013). 2. Sejarah High heels diketahui telah ada sejak abad ke-16. Sepatu ini pada masa itu digunakan oleh prajurit persia yang mengendarai kuda. High heels ini digunakan untuk mempertahankan kestabilan kaki prajurit ketika menginjak sanggurdi pada kuda saat berperang ataupun bepergian jauh mengendaraikuda. Dengan kaki yang tekunci itu, maka prajurit dapat membidik panah mereka secara lebih jitu. Saat itu high heels sebatas

Upload: others

Post on 28-Jun-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. High Heels

1. Definisi

High heels adalah salah suatu fashion item milik wanita. High heels

juga merupakan jenis sepatu yang dimana tinggi bagian tumit sepatu lebih

tinggi daripada bagian jari-jari. Sepatu jenis ini sering digunakan untuk

memberi kesan tinggi dan memperbaiki postur yang dimiliki oleh seorang

wanita. Sepatu ini menjadi salah satu peralatan yang turut berperan dalam

menunjang aktivitas kerja. Penggunaan sepatu dalam bekerja memiliki fungsi

estetika yang menunjang penampilan, sehingga tekesan lebih menarik. High

heels juga mempunyai ketinggian dan jenis yang berbeda. Hak sepatu yang

luas memungkinkan gaya yang diterapkan pada hak sepatu untuk berpijak ke

tanah merata dan didistribusikan seimbang oleh penggunanya (Isnain, 2013).

2. Sejarah

High heels diketahui telah ada sejak abad ke-16. Sepatu ini pada masa

itu digunakan oleh prajurit persia yang mengendarai kuda. High heels ini

digunakan untuk mempertahankan kestabilan kaki prajurit ketika menginjak

sanggurdi pada kuda saat berperang ataupun bepergian jauh

mengendaraikuda. Dengan kaki yang tekunci itu, maka prajurit dapat

membidik panah mereka secara lebih jitu. Saat itu high heels sebatas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

12

digunakan untuk prajurit yang berperang dan duduk diatas kuda. Sepatu ini

tidak dimasukkan untuk digunakan berjalan sehari-hari. Penggunaan high

heels pada prajurit berkuda ini membuat persia menjadi kerajaan yang

diperhitungkan dan mampu memenangkan banyak perang dengan pasukan

berkuda yang dimilikinya (Amanti, 2018).

High heels baru mulai berkembang sebagai bagian pakaian sehari –

hari pada abad ke-17. Ketika itu budaya dari persia melalui kerajaan Ottoman

mulai berkembang di Eropa dan menjadi pakaian bagi wanita dan pria dari

kalangan sosial yang tinggi. Tetapi pada abad ke-18, Raja Lois dari Prancis

menjadikan high heels sebuah simbol yang dekat dengan kekuasaan raja.

High heels awal digemari oleh wanita pada akhir abad ke-19. Pada saaat itu

high heels baru disadari dapat membuat penambilan wanita jadi lebih indah.

Dan sejak pada saat itu hingga sekarang high heels banyak digemari wanita

dibandingkan pria (Permana, 2015).

3. Tipe High Heels

a. StilettoHeels, merupakan jenis yang sering diketahui banyak orang.

Stiletto memiliki desain yang panjang dan lancip, merupakan jenis yang

tertinggi diantara sepatu high heels lainnya. Stiletto memiliki high ukuran

2,5 cm hingga 8 cm (Bestari, 2019).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

13

Gambar 2.1 High Heels Stiletto (Bestari, 2019).

b. Wedge Heels, perbedaan wedges heels dengan high heels dapat di lihat

dari bentuk hak wedges yang memiliki bagian hak yang disatukan dengan

bagian atas (Bestari, 2019).

Gambar 2.2 Wedges heel (Bestari, 2019).

c. Pumps, sebuah sepatu yang dikatakan pumps karena bagian depan sepatu

tertutup. Sepatu ini termasuk ke daftar sepatu high heels sejenis dengan

sletto namun jenis ini lebih banyak digunakan oleh pegawai bank, bahkan

pejabat (Bestari, 2019)

Gambar 2.3 Pumps Heels (Bestari, 2019).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

14

d. Platform Heels, merupakan jenis sepatu yang memiliki desain alas yang

tebal dan bagian hak tidak lancip. Sepatu ini rata-rata memiliki ketebalan

alas hingga 8 inci dan ketinggian hak hingga 40 cm yang penggunanya

merupakan kalangan modeling (Bestari, 2019).

Gambar 2.4 Platform Heels (Bestari, 2019).

4. Dampak Penggunaan High Heels

Pemakaian high heels memiliki banyak resiko, antara lain strain,

sprain atau nyeri pada ligament. Strain dan sprain tersebut muncul akibat

posisi tubuh yang tidak ergonomis selama pemakaian high heels. Pengguna

high heels juga beresiko terkena varises pada tungkai, osteoarthritis pada

knee dan nyeri punggung bawah akibat pemakaian yang terlalu lama dan

postur tubuh yang hiperlordosis. Manifestasi dari postur tubuh yang

cenderung hiperlordosis dalam waktu yang relatif lama menyebabkan nyeri

punggung bawah akibat deviasi dari postur yang salah dalam jangka waktu

yang lama (Amanati, 2018).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

15

B. Masa Kerja

Masa kerja merupakan faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang

bekerja disuatu tempat masa kerja diperlukan untuk menilai lamanya pekerja

mengalami penyakit akibat kerja. Masa kerja yang lama akan cenderung

membuat seorang karyawan lebih merasa betah dalam suatu perusahaan hal ini

disebabkan diantaranya karena telah lama beradaptasi dengan lingkungannya

yang cukup lama. Seorang pekerja memiliki masa kerja yang lama berpengaruh

terhadap perembangan dan manifestasi klinisnya (Oliviana, 2009)

Menurut Muayyad (2011) menyatakan bahwa lama kerja memiliki

hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan dapat meningkatkan nyeri

punggung bawah, hal ini karena terjadinya overload pada jaringan otot yang

bekerja sehingga terjadi hypoxia yang mengakibatkan disfungsi aktifasi dalam

end plate akibat keasamaan PH lokal. Terjadinya disfungsi aktifasi dalam end

plateakan meningkatkan konsentrasi achetycholine kenaikan konsentrasi ACH

mengakibatkan kenaikan level calcium dalam sacroplasma.

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi pemicu

munculnya gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh pekerjaan, hal ini

dapat pemicu terjadinya kelelahan jaringan sehingga menyebabkan overuse dan

dapat menimbulkan spasme otot. Semakin lama masa kerja seseorang maka

semakin tinggi pula risiko mengalami gangguan musculoskeletal. Semakin lama

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

16

pekerja menghabiskan waktu bekerja di tempat kerja maka sangat berpengaruh

terhadap keluhan nyeri punggung bawah (Riza, 2016).

C. Anatomi Terapan dan Biomekanik

Struktur pada columna vetebralis dan struktur regio lumbal.

1. Columna Vetebra dan Regio Lumbal

a. Vetebrae

Tulang Vetebrae merupakan sekumpulan dari tulang yang tersusun

dalam columna vetebralis berfungsi sebagai menjaga tubuh pada posisi

berdiri menahan gravitasi. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva

lordosis dimana derajat lordotik pada lumbal lebih besar sedangkan pada

cervical cenderung lebih kecil. Segmen thorac dan sacrum membentuk kurva

kifosis pada bidang sagital. Ruas – ruas diantara tulang vertebrae terdapat

penghubung yaitu discus intervetebralis (Neuman, 2002).

Gambar 2.5 Kurva Tulang Belakang (Sumber: Putz, 2006)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

17

b. Lumbal Spine

Lumbal berfungsi sebagai menyangga beban tubuh dari ujung

kepala dan badan (ekstermitas superior) karena memiliki bentuk yang

lebar dan besar.Lumbal terhubung dengan lower thoracal, upper sacral

dan hip pelvic complex. Lumbal terdiri dari lima ruas, prosesus spinosus

yang mengarah ke bidang sagital dan prosessus tranversus sepasang

prosessus articularis superior dan inferior. Dimana kedua bagian ini

saling betemu pada kedua belah sisi dalam dalam bentuk foramen

intervetebralis dan sendi facet. Tempat menjalarnya cauda equine

lanjutan dari spinal cord dan lumbal mempunyai mobilitas yang tinggi

dan besar (Wibowo, 2007).

Gambar 2.6 Lumbal (Ceal, 2010).

Gerakan pada collumna vetebralis pada segmen mobile sendi facet

lebih kedalam bidang sagital sehingga gerakan paling banyak merupakan

gerakan fleksi-ekstensi. Gerakan fleksi, corpus vertebrae berada di atas

dan akan bergerak menekuk ke bagian anterior sehingga terjadi

peregangan pada discus intervetebralis posterior. Gerakan ekstensi,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

18

corpus vertebrae bagian atas bergerak menekuk kearah posterior.

Ligament longitudinal anterior mengalami penguluran dan pada ligament

longitudinal posterior mengalami rileksasi. Gerakan ekstensi dibatasi

dengan struktur tulang dari arkus vertebra dan mengalami ketegangan

pada ligament longitudinal anterior. Pada gerakan lateral fleksi, corpus

vertebrae bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral, discus sisi

kontralateral mengalami ketegangan karena bergeser kearah kontra

lateral dan pada bagian rotasi, vertebrae bagian atas mengalami rostasi

ke bagian bawah. Discus intervetebralis tidak berperan dalam pergerakan

ini karena di halang oleh sendi facet lumbal (Kurniasi, 2011).

c. Discus Intervetebralis

Discus intervetebralis adalah struktur yang disebut

penghubung diantara ruas – ruas vertebrae. Fungsi discus yaitu

memperluas gerak antar tulang, mengurangi gesekan yang tajam,

melindungi permukaan sendi bakan untuk meredam gereakan seperti

meloncat sebagai stabilisator tulang vertebrae (Neuman, 2002).

1) Tilting bergerak kedepan – belakang dalam bidang sagital sebagai

fleksi - ekstensi, sebagai anterior – posterior glaide.

2) Tilting kesamping kanan dan kiri dalam bidang frontal sebagai lateral

fleksi kanan dan kiri, bidang frontal sebagai gerak desek ke kanan dan

ke kiri.

3) Rotasi ke kanan – kiri dalam bidang transversal sebagai rotasi kanan

– kiri.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

19

2. Ligament

Ligament dapat memperkuat collumna vetebralis sehingga membentuk

postur tubuh seseorang. Ligament tersebut antara lain:

a. Ligament Longitudinal Anterior

Jaringan fibrosus yang ada di sepanjang bagian depan collumna

vetebralis. Ligamentum ini dimulai dari os – occipital dan berakhir pada

os – sacrum, semakin ke bawah ukurannya maka semakin lebar namun

daerah pada thoracal menyempit. Berfungsi untuk menyatukan ruas –

ruas vertebra dari arah depan (Kurniasi, 2011).

b. Ligament Longitudinal Posterior

Didalam canalis vetebralis terdapat ligament longitudinal

posterior yang berawal dari corpus cervicalis kedua dan juga berakhir

pada permukaan anterior canalisos sacrum (Wibowo, 2007). Ligament

ini melekat pada discus inter vetebralis sehingga berfungsi membatasi

gerakan – gerakan fleksi dan ekstensi bahkan beperan menjadi

pelindung. Namun di ligament ini tidak melekat secara penuh, maka

pada bagian postero lateral dari discus inter vetebralis tidak terlindungi.

Ligamen ini sangat sensitive karena memiliki sirkulasi darah yang

banyak dan mengandung serabut saraf afferent nyeri (Kurniasi, 2011).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

20

c. Ligament intraversal

Ligament ini melekat pada tuberculum asesori dan prosessus

tranversus dan berkembang baik pada region lumbal. Ligament ini

mengontrol gerakan lateral fleksi kearah kontralateral (Sudaryanto, 2004).

d. Ligament flavum

Ligament ini sangat elastic dan melekat pada arcus vertebrae

tepatnya pada setiap lumina vertebrae. Kearah anterior dan lateral,

ligemen ini menutup capsular dan ligament anteriomedial sendi facet.

Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi

lumbal.(Sudaryanto, 2004).

e. Ligament Supraspinatus

Pada ligament ini melekat di setiap ujung processus spinosus. Pada

region lumbal, ligament ini kurang terlihat karena menyatu dengan serabut

insersio otot lumbodorsal. Ligament ini berperan sebagai stabilisator pasif

saat gerakan fleksi lumbal.(Sudaryanto, 2004).

Gambar 2.7Ligament yang memperkuat columna vertebrae (Putz, 2010).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

21

3. Otot – Otot Vetebrae Lumbal

a. Erector Spine

Erector spine merupakan suatu kelompok otot yang luas dan

tertetak di dalam facia lumbo dorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis

pada sacrum, crista iliaca dan processus spinosus thoraco lumbal.

Kelompok otot ini terbagi atas bebarapa otot yaitu m. longgisimus, m.

illiocostalis, m. spinalis. Kelompok otot ini merupakan penggerak utama

pada gerakan ekstensi lumbal dan sebagai stabilisator saat tubuh dalam

posisi tegak (Sudaryanto, 2004).

Gambar 2.8 M. Erector Spine (Ceiliet, 2003).

b. Abdominal

M. Abdominalis merupakan kelompok otot eksentrik yang

membentuk dan memperkuat dinding abdomen. Macam – macam otot

abdomen yaitu m. rectus Abdominalis, m. obliqus external, m. obliqus

internal dan m. transversalis. Otot tersebut merupakan fleksor trunk yang

sangat kuat dan berperan dalam menetralkan kurva lumbal. Sedangkan m.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

22

obliqus internal dan eksternal berfungsi sebagai rotasi trunk (Sudaryanto,

2004).

Gambar 2.9 M. Abdomenalis (Putz, 2010).

4. Facet

Facet dibentuk oleh processus articularis superior bawah dengan

processus articularis inferior dari vertebrae bagian atas. Facet mempunyai

cavitas articular yang terbungkus oleh sebuah kapsul. Gerakan yang sering

tejadi di sendi facet ini adalah gliding yang cukup kecil. Besarnya gerakan

ditentukan oleh arah permukaan facet articular. Pada regio lumbal kecuali

lumbosacral joint, facet articularis teletak lebih dekat kedalam bidang sagital.

5. Foramen intervetebralis

Foramen ini terletak disebelah dorsal collumna vetebralis antara

vertebrae atas dan bawah. Pada bagian superior dibatasi oleh pedikulus

vertebrae bawahnya, pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discus serta

bagian corpus, pada bagian dorsal oleh processus articularis dan facet serta

tepi ligament flavum. Pada foramen ini terdapat jaringan yang meliputi:

radiks, saraf sinuvertebrae, pembuluh darah dan jaringan penyangga lainnya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

23

seperti lemak dan serabut collagen untuk melindungi isi foramen (Sugijanto,

2009).

6. Fungsi Otot Dasar Panggul

Menurut (Sugijanto, 2009) otot dasar panggul mempunyai banyak

fungsi yaitu:

a. Mempertahankan tekanan intra abdominal saat otot levator ani,vagina

terangkat keatas dan otot tersebut juga membantu menahan gaya yang

timbul setiap terjadi peningkatan intra abdominal pada saluran kemih

misalnya saat tertawa, batuk, bersin dan melompat.

b. Menyangga organ yang ada di pelvic beserta isi abdomen terutama ketika

berdiri tegak, levator ani berperan penting dalam menyokong kandung

kemih, rahim dan tiga lumen yaitu uretra, vagina dan rectum. Otot ini

harus berkontraksi secara cepat pada suatu waktu untuk mempertahankan

tonus saat beristirahat lama.

c. Menyangga beban pada tubuh bagian atas dalam posisi yang benar akan

disalurkan pada tulang punggung jika tekanan dalam perut kosong.

d. Stabilisasi pelvic untuk membantu menstabilkan sendi sacroiliaca dan

sendi sacrokoksigeus.

e. Fungsi seksual, otot – otot perineal superficial yang di sekitar kaki dan

badan klitoris mempengaruhi peredaran darah dari organ tersebut

menghambat kembalinya darah dan kemungkinan untuk merespon

seksual.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

24

D. Nyeri Punggung Bawah

1. Definisi

Nyeri punggung bawah merupakan nyeri yang dirasakan di punggung

bagian bawah, nyeri berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya.

Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu

di daerah lumbal sacral, nyeri dapat menjalar hingga kearah tungkai dan kaki.

Nyeri Punggung bawah juga dapat diartikan sebagai nyeri akut pada ruas –

ruas vertebrae lumbal dan sacral (L5-S1). Nyeri tersebut dirasakan akut hinga

kronik (Defriyan, 2011).

2. Prevalensi

Di negara maju seperti Amerika Serikat dalam satu tahun berkisaran

antara 15-20%, sedangkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3%

(Meliawan, 2009) dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus Nyeri

Punggung Bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%.

Pevalensi pertahunmencapai 15-45% dengan titik prevalensi 30%.Sebanyak

80-90% (Eheeler, 2013).

Di Swedia, nyeri punggung bawah adalah penyebab yang sering

terjadi dan kronis pada usia kurang dari 65 tahun keatas. Nyeri Punggung

Bawah masalah sosial ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seorang

tidak masuk kerja disebabkan karena adanya nyeri punggung bawah. Insiden

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

25

setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45% paling banyak menyerang

usia 35-55 tahun (Amroiso, 2006).

Sementara Di Indonesia berdasarkan data dari hasil studi Departemen

Kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 20% penyakit yang

diderita pekerja sehubungan dengan pekerjaan menyebabkan nyeri punggung

bawah dijumpai dikalangan masyarakat dan diperkirakan mengenai 65% dari

seluruh populasi (Rahim, 2012).

3. Mekanisme Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah sering terjadi karena postur yang buruk atau

kesalahan biomekanik, oleh karena itu nyeri punggung bawah biasanya

terjadi pada individu yang melakukan posisi kerja terlalu lama. Seperti

mengangkat benda berat dalam waktu yang lama, berdiri, duduk, terbaring

bahkan tidur yang kurang bagus. Posisi postur yang lama menyebabkan

overstreech pada ligament dan jaringan lunak yang mempertahankan

vertebrae, sehingga dapat menghasilkan nyeri (Mckenzie, 2010).

Annulus fibrosus pada bagian dorsal atau ligament

longitudinalposterior mengalami kerusakan. Penyebab terlepasnya zat iritasi

seperti bradikini, prostaglandin, histamine sehingga merangsang adelta dan

tipe C (bermyelin tipis). Implus tersebut akan dibawa masuk ke dalam

medulla spinalis yang kemudian dibawa ke Sistem Saraf Pusat (SSP).

(Sudaryanto, 2004).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

26

Adanya nyeri hebat menyebabkan reflex pada otot – otot erectorspine

sehingga mengalami peningkatan tonus yang terlokalisir menjadi spasme.

Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan timbul tightness yang

memperparah nyeri karena terjadi ischemic menyebabkan abnormal pada

vetebrae sehingga menimbulkan kompresi yang besar pada discus

intervetebralis yang mengalami cidera (Sudaryanto, 2004).

Secara biomekanik, penggunaan penggunaan alas kaki dengan high

heels diatas 5 cm mengakibatkan kaki melorot ke depan sehingga

mengakibatkan tekanan pada metatarsal kaki. Penggunaan high heels juga

secara langsung juga merubah postur tubuh pengguna menjadi berubah beban

tubuh nyaris sama pada bagian depan kaki. Sepatu high heels memang

mempengaruhi pola postur tubuh seseorang utamanya tungkai bawah dan

tulang belakang (Amanati, 2018).

4. Tanda Gejala Nyeri Punggung Bawah

a. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari cervical hingga sacral.

b. Nyeri tajam pada punggung bawah terutama setelah mengangkat beban

yang berat.

c. Nyeri kronis yang terus menerus pada bagian punggung bawah.

d. Lordosis yang menonjol.

e. Nyeri dirasakan pada saat tertentu seperti saat duduk, atau berjalan,

namun membaik saat berbaring.

f. Nyeri menjalar hingga ujung kaki.

g. Mengalami kekakuan otot disekitar punggung bawah.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

27

5. Faktor Resiko

a. Faktor Individu

1. Usia

Semakin meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada

tulang, dan hal – hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang

berusia 30 tahun dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian

jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang

(Pratiwi, 2009).

2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Seseorang yang mengalami berat badan berlebih atau

overweight lebih berisiko menderita nyeri punggung bawah

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.

Semakin berat badan bertambah makan semakin besar tulang

belakang menerima tekanan dan beban terlalu besar sehingga dapat

menyebabkan terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang.Salah

satu tulang belakang yang berisiko akibat dari obesitas adalah

vertebrae lumbal (Amanati, 2018).

3. Jenis Kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot perempuan lebih rendah

dibandingkan lai-laki. Pada perempuan keluhan ini banyak dijumpai

saat menstruasi, proses menoupouse yang mempengaruhi kepadatan

tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen sehingga

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

28

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Sedangkan pada laki –

laki sering dijumpai akibat faktor pekerjaan yang mengangkat beban

terlalu berat dan terlalu lama bekerja (Pratiwi, 2010).

4. Merokok

Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot

pinggang adalah karena nikotin pada rokok menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu berkurangnya

kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat

terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).

5. Masa Kerja

Semakin lama masa bekerja maka semakin lama pula

seseorang terkena faktor resiko untuk mengalami nyeri punggung

bawah (NPB) dikarenakan nyeri punggung merupakan suatu penyakit

kronis yang di alami anak muda maupun orang dewasa dalam waktu

yang lama untuk berkembang dan menimbulkan manifestasi klinis.

b. Faktor Pekerjaan

1. Beban Kerja

Beban kerja merupakan kegiatan yang harus di selesaikan oleh

individu maupun kelompok, selam waktu yang sudah di tentukan dan

dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan

tenaga besar akan memberikan beban yang besar terhadap otot,

tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

29

iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan

lainnya (Harrianto, 2007).

2. Durasi Kerja

Durasi terdiri dari durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi

sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari.

Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang

ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum

mencapai ke jaringan maka akan terjadi kelelahan otot atau fatique.

3. Posisi Kerja

Posisi yang janggal dapat menyebabkan transfer tenaga dari

otot ke jaringan rangka tidak efisien. Sehingga mudah menimbulkan

kelelahan, spasme dan meningkatkan energi yang dibutuhkan.

Termasuk posisi yang janggal merupakan pengulangan waktu yang

berkali- kali dalam posisi berputar, menggapai, memiringkan badan,

duduk membungkuk, berjongkok. (Andini, 2015)

4. Repetitive

Merupakan pengulangan gerakan yang dilakukan seseorang

dengan pola dan frekuensi yang sama. Frekuensi gerakan yang sering

berulang ulang akan menyebabkan otot fatique serta ketegangan otot,

dan tendon. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat

beban terus menerus tanpa mendapatkan relaksasi (Andini, 2015).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

30

6. Klasifikasi Nyeri Punggng Bawah (NPB)

Menurut Internasional Associal for the Study of Pain membagi NPB

menjadi 3 bagian:

a. NPB akut, nyeri yang dirasakan kurang dari 2 bulan.

b. NPB kronis, nyeri yag diraskan lebih dari 3 bulan.

c. NPB subakut, nyei yang dirasakan 6 sampai dengan 12 minggu.

Berdasarkan penelitian Amalia (2007), klasifikais NBP dibagi menjadi

beberapa bagian berdasarkan kriteria yaitu:

a. Nyeri Punggung Bawah berdasarkan jenis nyeri

1. Nyeri punggung lokal

Nyeri Punggung lokal merupakan jenis nyeri yang

biasanya terletak digaris tengah dengan radiasi ke kenan dan ke

kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian dibawahnya

seperti fasa, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendian

ligament. Nyeri biasanya menetap atau hilang timbul, pada saat

berubah posisi nyeri dapat berkurang ataupun bertambah dan

punggung nyeri apabila dipegang (Maizura, 2015).

2. Iritasi pada radiks

Disebabkan karena ruang yang ada didalam foramen

vetebralis mengalami desakan antar ruang dan menyebabkan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

31

kerusakan sehingga menimbulkan iritasi pada radiks dan

terjadilah nyeri.

Gambar 2.10 Iritasi pada radiks (Putz, 2010).

3. Nyeri Rujukan Somatik

Disebabkan karena iritasi pada serabut-serabut sensoris

dipermukaan yang dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom

yang bersangkutan. Dan juga sebaliknya, iritasi di bagian-

bagian dalam dapat dirasakan dibagian lebih superficial.

4. Nyeri Rujukan Viserosomatis

Nyeri rujukan viserosomatis merupakan nyeri yang

disebabkan karena adanya gangguan pada alat-alat

retroperitoneum, intra abdomen atau dalam ruangan panggul

yang dapat dirasakan daerah pinggang.

5. Nyeri Karena Iskemik

Nyeri karena iskemik merupakan nyeri yang disebabkan

oleh penyumbatan pada percabangan aorta maupun

percabangan arteri iliaca. Rasa nyeri dirasakan seperti rasa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

32

nyeri pada klaudikasio intermittens yang dapat dirasakan di

pinggang bawah, di gluteus menjalar ke paha.

6. Nyeri Psikogen

Merupakan nyeriyang memiliki rasa nyeri yang

sakitnya sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan distribusi

saraf dan dermatom sehingga menimbulkan reaksi wajah yang

sering berlebihan.

b. Nyeri Punggung Bawah Berdasarkan Faktor Penyebab

Faktor penyebabnya ada 4 macam jenis nyeri diantaranya yaitu:

1. Nyeri punggung bawah spondilogenik, merupakan jenis nyeri

yang disebabkan kaena adanya kelainan vertebrae, sendi dan

jaringan lunak. Contoh; spondilosis, osteoma, dan nyeri

punggung miofacial.

2. Nyeri punggung bawah viseronik, merupakan sensasi nyeri

yang disebabkan karena adanya kelinan pada organ dalam,

contohnya kelainan ginjal, dan tumor retropritoneal.

3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik, merupakan suatu

sensasi nyeri karena disebabkan kelainan pembuluh darah

seperti aneurisma dan gangguan peredaran darah.

4. Nyeri Punggung bawah psikogenik, merupakan gangguan

nyeri yang timbul akibat gangguan psikis seperti neurosis,

ansietas dan depresi (Fauzan, 2013).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

33

E. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa yunani kuno yaitu ergon dan nomos

yang mempunyai arti kerja, hukum. Sehingga dalam bahasa Indonesia

ergonomi adalah hukum kerja (Notoatmojo, 2010). Dengan demikian,

ergonomic adalah suatu sistem yang berorientasi pada disiplin ilmu yang

diterapkan pada apsek pekerjaan atau kegiatan manusia.

Ergonomi merupakan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

beraktivitas maupun beristirahat dengan segala kemampuan, dibebaskan dan

keterbatasan manusia baik secara kualitas hidup manusia (Tawaka, 2004).

Tujuan umum dari penerapan ergonomic yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja yang menyebabkan

menurunnya kualitas bekerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial dan meningkatkan jaminan sosial selama kurun waktu

usia produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek tehnis,

antropologi, ekonomi dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. High Heels

34

F. Metode Penilaian

1. Numeric Rating Scale (NRS)

Numeric Rating Scale (NRS) adalah alat ukur skala nyeri yang

dianggap sederhana dan mudah dimengerti untuk menilai nyeri

akut.Namun kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kita untuk

membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti. Numeric Rating Scale

(NRS) yang berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, 0 menunjukkan

tidak nyeri, 1-3 menujukan nyeri ringan, 4-6 menunjukan nyeri sedang, 7-

9 menunjukkan nyeri berat dan 10 menunjukan nyeri sangat berat.

Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk

memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah

disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien

dirasakan (Hawker, 2011).

2. Prosedur Aplikasi

Menggunakan lembar kerja berupa garis horizontal sepanjang 10

cm. Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk

memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah

disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien

dirasakan.

Gambar 2.11 Numeric Rating Scale (Hawker, 2011)