bab ii tinjauan pustaka a. kemampuan konsentrasi belajar ii.pdf · kata yoga berasal dari bahasa...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Konsentrasi Belajar
Konsentrasi atau perhatian, merupakan hal yang sangat penting dan sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita mendengarkan teman berbicara, maka kita hanya harus
memusatkan perhatian pada pembicaraan tersebut dan menghalau berbagai distraksi yang
muncul. Perhatian adalah sebuah proses dimana seseorang meningkatkan penerimaan
informasi tertentu (yang kemudian akan diproses lebih lanjut) dan menghambat informasi
lainnya (Goldstein, 2010). Konsentrasi dapat diterapkan pada berbagai aktivitas, salah satunya
adalah saat belajar.
Menurut Surya (2009), konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan
pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak
ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Menurut Olivia (2010), konsentrasi belajar
adalah pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada bahan pelajaran yang sedang
dipelajari, mengenyampingkan semua hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan
kegiatan tersebut. Pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan pengolahan informasi,
sebagai berikut: Memasukkan, menyimpan, dan memanggil kembali informasi. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006), konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun
proses memperolehnya.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan
kemampuan pemusatan pikiran pada bahan pelajaran dengan mengenyampingkan hal-hal lain
yang tidak berkaitan.
12
1. Penyebab Sulitnya Konsentrasi dalam Belajar
Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar menurut Surya (2009), antara
lain:
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran
Kurangnya minat dan motivasi belajar, yang akan menyebabkan anak mudah
terpengaruh pada hal-hal lain yang lebih menarik perhatian ketika proses belajar
berlangsung.
2. Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut,
benci dan dendam.
Perasaan tidak enak yang ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak lain atau
rasa khawatir karena suatu hal sehingga menyita sebagian besar perhatian.
Perhatian yang terpecah ini, tentu menyulitkan anak mengikuti pelajaran dengan
baik. Dengan kata lain, anak mudah sekali kehilangan konsentrasi belajar.
3. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan
Suara hiruk-pikuk kendaraan, suara musik yang keras, suara TV, suara orang yang
sedang bertengkar dan lain-lain dapat memecahkan perhatian kita saat ingin
berkonsentrasi belajar. Selain itu keadaan ruang kelas atau ruang belajar yang
berantakan juga membuat tidak nyaman belajar sehingga menjadi tidak
berkonsentrasi.
4. Gangguan kesehatan jasmani
Ketika anak sedang belajar dalam keadaan tidak sehat jasmani, hal ini akan
mengganggu konsentrasinya. Keadaan yang tidak nyaman karena merasa pusing,
mual, atau demam akan mengganggu pemusatan perhatian anak pada pelajaran
yang sedang berlangsung.
13
5. Bersifat pasif dalam belajar
Anak yang tidak dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar disebut
sebagai bersifat pasif dalam belajar. Bersifat pasif akan membawa anak pada
perilaku-perilaku impulsif serta menurunnya konsentrasi karena mereka merasa
tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar tersebut.
6. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
Konsentrasi belajar dibutuhkan pada anak ketika ingin mendapatkan prestasi yang
baik, hal ini banyak ditemukan pada anak-anak yang mampu menciptakan cara-
cara belajar yang baik dan efektif. Namun, apabila anak tidak mampu menciptakan
cara belajar yang efektif, konsentrasi belajar sulit untuk dimunculkan.
Penyebab-penyebab tersebut sangat mudah ditemui pada saat anak sedang berusaha
belajar (Surya, 2009). Berbagai penyebab tersebut dapat diminimalisir namun tidak dapat
dihilangkan karena anak tidak dapat mengontrol seluruh hal tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai metode baru untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak.
2. Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Cara meningkatkan konsentrasi belajar menurut Surya (2009), adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan belajar
Masalah konflik kejiwaan atau perasaan negatif harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar. Pikiran
yang jernih dapat dicapai dengan cara relaksasi atau memusatkan pikiran untuk
sementara.
14
2. Lingkungan belajar harus kondusif
Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar
secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang nyaman untuk belajar.
3. Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi
Berpikir” dan “Aktif Bertanya”
Untuk meningkatkan motivasi, harus diketahui terlebih dahulu apa yang dipelajari,
untuk apa mempelajarinya, apa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, serta
bagaimana cara mempelajarinya.
4. Cara belajar yang baik
Cara belajar yang baik tentu harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-
cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu.
5. Belajar aktif
Anak dituntut untuk aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada
guru atau teman. Anak yang belajar proaktif akan menghalau timbulnya roses
pengembaraan pikiran.
6. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi
kejemuan belajar
Jika terjadi kebosanan, jangan paksakan diri untuk terus belajar. Berhenti dan
sisihkan waktu untuk melakukan istirahat saat belajar. Istirahat dapat berupa diam,
tidur, makan, dan lain sebagainya.
3. Ciri-ciri Inatentif
Fanu (2010) mengemukakan beberapa ciri-ciri siswa yang mengalami masalah konsentrasi
belajar (tanda-tanda inatentif), antara lain:
15
1. Tidak bisa memberikan perhatian yang penuh atau melakukan kesalahan-
kesalahan karena ceroboh dalam melakukan pekerjaan atau pelajaran sekolahnya;
2. Mengalami kesulitan untuk terus-menerus terfokus pada pekerjaan sekolah ketika
sedang belajar atau tidak kerasan dengan kegiatan bermainnya ketika ia sedang
bermain;
3. Tampak tidak memberikan perhatian dan tidak menghormati orang lain ketika
sedang berbicara;
4. Tidak bisa megikuti petunjuk atau arahan yang diberikan kepadanya untuk
melakukan sebuah pekerjaan dan tugas-tugas sekolahnya (tetapi hal ini bukan
dikarenakan ketidakmampuannya untuk memahami atau karena kenakalannya,
melainkan karena ia tidak bisa memperhatikan petunjuk tersebut, melainkan pada
hal-hal lainnya);
5. Mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan/mengatur tugas-tugas dan
kegiatan-kegiatannya;
6. Menghindari, tidak menyenangi, dan enggan mengerjakan tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental berlarut-larut seperti PR;
7. Menghilangkan berbagai macam barang-barang yang dimilikinya, seperti mainan,
tugas-tugas sekolah, pensil, buku, peralatan, baju, dan seterusnya;
8. Mudah terusik oleh kegaduhan, objek yang bergerak atau rangsangan rangsangan
lainnya;
9. Pelupa.
16
B. Yoga
Kata Yoga berasal dari bahasa Sansekerta kuno dituturkan oleh agamis tradisional India,
Brahmana. Yoga berarti "persatuan" atau "Integrasi" dan juga "disiplin," sehingga sistem
Yoga disebut bersatu atau mengintegrasikan disiplin. Yoga mencari kesatuan di berbagai
tingkatan. Pertama, ia berusaha untuk menyatukan tubuh dan pikiran, yang selalu diketahui
orang sebagai hal yang terpisah. Yoga kemudian mencari kesatuan dari pikiran rasional dan
emosi. Terakhir, Yoga merupakan hal yang dianggap mampu untuk meningkatkan integrasi
psikologis (Feuerstein & Payne, 2010).
Menurut Syaukani (2015), yoga adalah seni olah tubuh dan pernapasan yang berasal dari
India.Yoga tidak hanya bermanfaat untuk kesegaran jasmani dan rohani, tapi juga bermanfaat
untuk tumbuh kembang anak. Selain itu, yoga juga dapat mempengaruhi keseimbangan
mental, emosional, intelektual, dan fisik.
Menurut Betts dan Betts (2006), yoga adalah praktek yang terdiri dari postur fisik dan
latihan pernapasan yang membantu untuk menyatukan tubuh dan pikiran. Manfaat yoga
termasuk pengurangan stres, meningkatkan ketenenangan, membangun otot, fleksibilitas, dan
koordinasi.
Yoga pada umumnya dimiliki bersama dalam filsafat India dan agama-reinkarnasi, dan
pencarian emansipasi dari siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Setelah setiap
latihan yoga, orang hanya merasa lebih baik. Yoga tampaknya memberikan apa yang
dibutuhkan tubuh (Jung, 1996). Patanjali (dalam Chapple, 2008) mendefinisikan yoga sebagai
keadaan kesadaran kehilangan rasa sakit atau ketidaknyamanan di mana aktivitas pikiran
berhenti. Dia menyatakan bahwa Yoga dapat diterapkan untuk mengurangi penderitaan
manusia (duḥkhaṃ), yang mengarah ke kesaksian kesadaran dari dimurnikan.
17
Menurut Purperhart (2007), yoga adalah kesatuan dari pengetahuan dan teknik. Yoga
membantu orang mengikat unsur-unsur fisik, mental, dan spiritual dari kehidupan mereka.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai melihat tubuh dan jiwa sebagai lebih dari satu
unit. Saat ini, Yoga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang. Menurut
Purperhart (2007), Yoga yang dilaksanakan pada pagi hari dapat meningkatkan energi untuk
memulai aktivitas. Yoga yang dilaksanakan di sekolah pada pagi hari dapat membantu anak
lebih berkonsentrasi saat menerima pelajaran selanjutnya. Selain itu, Yoga di sekolah cukup
dilaksanakan selama satu jam dalam satu minggu. Sedangkan menurut Feuerstein dan Payne
(2010), pengantar yoga untuk anak dapat dilaksanakan selama satu atau dua kali dalam
seminggu selama 4-6 minggu.
Berdasarkan seluruh teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Yoga merupakan penyatuan
pikiran melalui pola gerak dan pernafasan sehingga timbul kesadaran yang sesungguhnya.
1. Manfaat Yoga
Manfaat Yoga untuk anak menurut Syaukani (2015) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan interaksi dan sosialisasi antara ibu dan anak
Gerakan yoga yang dilakukan bersama antara ibu dan anak, akan membantu keduanya
untuk saling mengenal satu sama lain, meningkatkan komunikasi dan kedekatan di
antara mereka. Pada akhirnya akan tercipta hubungan yang positif antara ibu dan anak
2. Meningkatkan stamina tubuh
Melakukan gerakan yoga bermanfaat untuk menstimulasi agar meningkatkan fungsi
kelenjar endokrin pada tubuh. Kelenjar endokrin adalah kelenjar pengatur hormon
sehingga dapat memperbaiki segala gangguan yang terjadi pada tubuh bayi maupun
anak
18
3. Memperbaiki sistem pencernaan
Melalui gerakan yoga, diyakini mampu mengoptimalkan proses kerja kelenjar
serotonin. Kelenjar serotonin adalah hormone yang dihasilkan oleh usus yang
berfungsi untuk mendorong kegiatan otot dan saraf di usus.
4. Menciptakan sistem pernapasan yang baik
Gerakan yoga banyak melibatkan sistem pernapasan sehingga menciptakan sistem
pernapasan yang baik pada anak. Ketika melakukan kegiatan yoga, anak dengan
sendirinya terbawa dalam keteraturan pernapasan berirama yang akan meningkatkan
kapasitas paru-paru.
5. Menstimulasi perkembangan neuromuscular
Gerakan yoga yang dilakukan secara perlahan dan dilakukan berulang-ulang mampu
menstimulasi dan membangun jaringan saraf dan otot di tubuh menjadi lebih kuat.
Maka dari itu akan membantu anak untuk mengkoordinasikan anggota tubuh.
6. Membantu memperbaiki pola tidur
Yoga membantu untuk memperbaiki pola tidur baik dalam durasi maupun frekuensi.
Tidur merupakan aktivitas yang memperlancar metabolisme tubuh, karena disaat kita
beristirahat tubuh kita bekerja.
7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Yoga dipercaya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang dapat membantu
melawan infeksi. Hal ini dikarenakan saat melakukan gerakan-gerakan yoga dapat
membuat tubuh lebih rileks dan mengurangi stress.
19
8. Meningkatkan rasa percaya diri dan bahasa tubuh yang positif
Ketika orangtua melakukan gerakan yoga dengan anak, anak akan merasakan betapa
orangtuanya sangat memperhatikan dirinya. Ini mampu menumbuhkan rasa percaya
diri dalam dirinya.
9. Mengusir stress dan mengembangkan kemampuan untuk relaksasi
Gerakan yoga memacu tubuh untuk meningkatkan hormon endorphin, yakni hormon
yang secara alami menimbulkan rasa nyaman pada tubuh. Sehingga mampu
mengurangi stress dan menciptakan relaksasi bagi tubuh.
10. Menstimulasi kemampuan motorik
Tanpa disadari, gerakan yoga yang dilakukan oleh anak membantunya untuk
menstimulasi kemampuan motorik anak, baik motorik halus maupun kasar.
2. Teknik Bernafas Yoga untuk Anak
Bernafas merupakan komponen terpenting saat melakukan yoga. Menurut Betts dan Betts
(2006), teknik bernafas saat yoga beragam, antara lain sebagai berikut
1. Teknik bernafas Ujjayi
Teknik bernafas Ujjayi adalah nafas biasa yang seringkali diajarkan dan dilakukan saat
yoga. Teknik bernafas Ujjayi meliputi membuat suara kecil saat menghela nafas,
dengan mendengarkan nafas diri sendiri, suara ini akan menjadi bentuk meditasi saat
melakukan pose yoga. Selain itu, teknik ini juga dapat membantu bernafas lebih pelan
dan tenang sehingga asupan oksigen ke otot menjadi lebih stabil. Teknik bernafas
Ujjayi juga membantu anak untuk mencegah kondisi terengah-engah atau ketegangan
otot saat melakukan pose yang lebih sulit.
20
2. Skull Shining Breath
Teknik ini melibatkan kerja otot abdominal, yaitu memperkuat tubuh saat
menggunakan otot bawah perut. Melalui teknik ini, anak menjadi semakin sadar bahwa
lebih baik bernafas menggunakan otot perut daripada otot dada. Saat digunakan untuk
bernafas, perut mengembang, dan menerima lebih banyak udara untuk masuk ke dalam
perut dan dada. Teknik pernafasan ini dapat melelahkan otot abdominal, maka dari itu
pemula tidak disarankan untuk melakukan lebih dari 20 repetisi.
3. Teknik pernafasan Curled Tongue
Teknik pernafasan ini membantu anak untuk melepaskan amarah dan rasa frustrasi.
Anak mungkin hanya dapat melakukan teknik ini apabila dapat melipat lidahnya. Jika
mereka tidak dapat melipat lidah, mereka harus mengabaikan teknik ini dan berlatih
teknif pernafasan Singa untuk melepaskan amarah. Hal ini membantu anak untuk
membayangkan bahwa mereka bernafas pada udara yang bersih dan segar melalui
lidahnya yang dilipat. Lidah berfungsi sebagai corong untuk mengeluarkan amarah.
4. Teknik Pernafasan Singa (Lion Breath)
Pernafasan singa dapat membantu untuk menghasilkan energi melalui gerakan tubuh
dan mengeluarkan amarah. Teknik ini baik digunakan jika anak memiliki kesulitan
dalam menyampaikan perasaan. Anak berpikir mengenai permasalahan yang
dialaminya dan melakukan teknik pernafasan singa untuk mengeluarkan masalah dan
emosi negatif dari dalam tubuh. Teknik pernapasan ini sebaiknya dilakukan sebelum
melakukan gerakan lainnya.
5. Alternate Nostril Breathing
Anternate Nostril Breathing adalah teknik pernapasan yang digunakan untuk
menyeimbangkan sistem saraf. Tidak sulit untuk dilakukan, tetapi sangat berbeda dari
21
hal yang biasa dilakukan oleh anak. Teknik ini telah termasuk dalam proses yoga
karena keefektifannya. Anak harus lebih didorong untuk mengenal teknik ini meskipun
terlihat aneh.
3. Jenis Yoga
Yoga memiliki berbagai cabang utama dalam penerapannya. Menurut Feuerstein dan
Payne (2010), cabang utama yoga adalah sebagai berikut.
1. Bhakti (bhuk-tee) Yoga: Yoga pengabdian
Praktisi Yoga bhakti percaya bahwa yang tertinggi (Tuhan) melampaui hidup mereka,
dan mereka merasa tergerak untuk menghubungkan atau bahkan benar-benar
bergabung dengan Tuhan melalui tindakan pengabdian.
2. Hatha (hatha) Yoga: Yoga disiplin fisik
Hatha Yoga bertujuan lebih dari hanya melalui pikiran atau emosi. Praktisi Hatha Yoga
percaya bahwa kecuali mereka benar-benar telah mempersiapkan tubuh mereka, tahap
yang lebih tinggi meditasi dan seterusnya hampir tidak mungkin untuk tercapai.
3. Jnana (gah-nah) Yoga: Yoga kebijaksanaan
Jnana Yoga mengajarkan konsep nondualisme, yaitu realitas yang tunggal, dan
persepsi salah manusia tentang banyaknya fenomena yang berbeda. Jnana Yoga
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa segala hal tampak
nyata saat ini, tetapi sesungguhnya mereka tidak nyata atau terpisah.
4. Karma (Kahr-mah) Yoga: Yoga transenden tindakan
Prinsip penting dari Karma Yoga adalah untuk bertindak tanpa pamrih, tanpa kasih,
dan dengan integritas. Praktisi Karma Yoga percaya bahwa semua tindakan, apakah
22
tubuh, vokal, atau mental, memiliki konsekuensi yang luas dimana mereka harus
bertanggung jawab penuh.
5. Mantra (mahn-trah) Yoga: Yoga mantra
Yoga Mantra memanfaatkan suara untuk menyelaraskan tubuh dan memfokuskan
pikiran. Ia bekerja dengan mantra, yang bisa menjadi suku kata, atau frase. Secara
tradisional, praktisi menerima mantra dari guru mereka dalam konteks inisiasi formal.
6. Raja (hura-jah) Yoga: The Royal Yoga
Raja Yoga secara harfiah berarti "Kerajaan Yoga" dan juga dikenal sebagai Classical
Yoga. Jenis Yoga ini merupakan yoga yang paling sering dilakukan dan paling popular.
7. Tantra (tahn-trah) Yoga (termasuk Laya Yoga dan Kundalini Yoga): Yoga kontinuitas
Tantra Yoga adalah cabang yang paling kompleks dan paling banyak mengalami
kesalahpahaman. Tantra Yoga sesungguhnya merupakan disiplin spiritual yang ketat
dimana melibatkan ritual yang cukup kompleks dan visualisasi rinci dari dewa.
4. Menyiapkan Tempat Yoga untuk Anak
Komitor dan Adamson (2000) menyebutkan beberapa hal yang dapat dipertimbangkan
untuk menyediakan tempat yoga bagi anak. Tempat untuk beryoga dapat dilakukan di dalam
rumah maupun di luar rumah. Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan.
1. Tempat pribadi
Saat melakukan yoga, sebaiknya anak berada dalam tempat yang pribadi, tanpa
campur tangan orang lain (yang tidak melakukan yoga) di ruangan tersebut.
2. Tempat yang sepi
Suara televisi, suara orang berbicara, telepon yang berdering, dan berbagai
kebisingan lainnya akan sangat mengganggu proses yoga. Sebaiknya suara-suara
tersebut dihindari selama yoga.
23
3. Suhu yang dapat diatur
Ruangan terbuka merupakan tempat yang tepat untuk melakukan yoga, namun ketika
cuaca sedang panas, yoga lebih baik dilakukan di dalam ruangan yang suhunya bisa
diatur.
4. Terhindar dari barang pecah belah
Yoga untuk anak mengharuskan anak untuk bergerak cukup aktif dan membutuhkan
anak untuk mejaga keseimbangan tubuh. Anak butuh berkonsentrasi saat yoga,
bukannya menghindar dari barang-barang pecah belah di sekitarnya.
5. Lantai yang tidak terlalu licin
Lantai yang terlalu licin dapat mengganggu anak, hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan handuk atau matras yoga. Selain itu, karpet yang lembut juga
merupakan alas yang baik untuk yoga.
6. Terhindar dari distraksi
Ketika melakukan yoga dirumah, TV dapat menjadi distraksi untuk anak walaupun
tidak dihidupkan. Begitu juga dengan beberapa hal lainnya, sebaiknya anak dihindari
dari hal-hal tersebut.
7. Rapi dan bersih
Tumpukan sampah, mainan, pakaian, dan hal lainnya dapat mengganggu konsentrasi
anak. Lingkungan yang kotor membuat pikiran anak menjadi tidak bersih, sedangkan
lingkungan yang bersih membuat anak menjadi lebih fokus.
C. Anak Sekolah Dasar
Anak Sekolah Dasar di Indonesia rata-rata berusia 6-12 tahun. Pada usia ini, anak-anak
mengalami peningkatan pada memori dan penyelesaian masalah (problem solving), bagaimana
24
intelegensi mereka diuji, dan bagaimana kemampuan membaca dan menulis mereka
memperluas wawasan mereka (Papalia, dkk, 2010).
Mulai menginjak usia 6 tahun, anak sudah mencapai 90% dari berat otak dewasanya, dan
tubuh terus tumbuh secara perlahan. Dalam cara ini, alam membekali anak-anak usia sekolah
itu dengan kekuatan mental untuk menguasai tugas-tugas menantang serta tambahan waktu
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang penting bagi kehidupan mereka di
sebuah dunia sosial yang kompleks (Berk, 2012).
Sekolah Dasar meliputi Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Madrasah
Ibtidaiyah dan sederajat. Berdasarkan data BPS 2011/2012-2013/2014, jumlah siswa Sekolah
Dasar Negeri di Indonesia menurun dari tahun ke tahun. Menurut survey pada tahun
2011/2012, jumlah siswa SD Negeri adalah 27.583.919 orang di seluruh provinsi di Indonesia.
Pada tahun 2012/2013, jumlah siswa SD Negeri menurun menjadi 26.769.680 orang.
Pendataan terakhir, yaitu pada tahun 2013/2014, jumlah siswa kembali menurun menjadi
26.504.160. Jumlah ini tidak berbanding lurus dengan jumlah sekolah yang ada di Indonesia.
Dari tahun ke tahun, jumlah Sekolah Dasar Negeri meningkat. Pada tahun 2011/2012, jumlah
sekolahnya adalah 146.826, kemudian tahun berikutnya, yaitu tahun 2012/2013, jumlah
sekolah meningkat menjadi 148.272. Pada tahun berikutnya, jumlah Sekolah Dasar Negeri
tidak memiliki perubahan.
1. Tahap Kognitif Piaget
Kognitif anak pada usia Sekolah Dasar termasuk dalam tahap operasional konkret mengacu
pada teori kognitif Piagetian (Papalia, dkk, 2010). Tahapan kognitif yang mampu dipahami
oleh anak usia sekolah adalah sebagai berikut.
25
1. Penalaran Spasial
Piaget menemukan bahwa pemahaman anak usia sekolah tentang ruang lebih
akurat dibanding pemahaman anak usia prasekolah. Mereka telah mampu
membuat peta kognitif (cognitive maps) yaitu representasi mental akan ruang
berskala besar yang tidak asing, seperti lingkungan atau sekolah mereka. Anak-
anak mampu memberikan arahan yang jelas dan sangat rapi untuk pindah dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan strategi “langkah mental”
dengan membayangkan gerakan orang lain di sepanjang rute.
2. Kategorisasi
Kemampun kategorisasi membantu anak untuk dapat berpikir secara logis.
Kategorisasi pada anak usia Sekolah Dasar mencakup seriasi, transitive
inference, dan class inclusion. Anak-anak mampu memahami seriasi, yaitu
mereka dapat menyusun/mengelompokkan objek sesuai dengan dimensi dari
objek tersebut, misalnya berdasarkan berat atau panjangnya. Kemampuan anak
yang lainnya adalah inferensi transitif (transitive inference), yaitu kemampuan
untuk menyimpulkan sebuah hubungan antara dua objek dan
menghubungkannya dengan objek yang ketiga. Misalnya, ketika mengamati
bahwa Batang A lebih panjang dari Batang B dan Batang B lebih panjang dari
Batang V, anak-anak harus menyimpulkan bahwa A lebih panjang daripada C.
Selain itu, anak usia Sekolah Dasar juga mampu memiliki Inklusi Kelas (Class
Inclusion), yaitu kemampuan untuk melihat hubungan antara keseluruhan dan
bagiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka lebih sadar akan hierarki
klasifikasi dan mereka fokus pada hubungan antara sebuah kategori umum dan
dua kategori khusus di saat yang bersamaan.
26
3. Penalaran Induktif dan Deduktif
Menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar hanya menggunakan penalaran
induktif. Dimulai dari observasi mengenai kelompok manusia, hewan, objek,
atau kejadian yang mereka simpulkan menjadi sebuah kesatuan. Kesimpulan
induktif masih bersifat tentative karena selalu ada kemungkinan untuk adanya
informasi baru yang tidak sesuai dengan kesimpulan di awal.
4. Kekekalan (conservation).
Kemampuan untuk menilai kekekalan memberikan bukti jelas operasi tindakan
mental yang mengikuti kaidah logika. Anak Sekolah Dasar memperhatikan
keterbalikan (reversibility), yaitu kemampuan untuk berpikir melalui
serangkaian langkah dan kemudian secara mental membalikkan arah, kembali
pada titik tolak.
5. Angka dan Matematika
Anak Sekolah Dasar sudah mampu untuk menghitung angka-angka tanpa
menyebutkannya (hanya dalam pikirannya). Pada tahap ini anak juga sudah
mampu operasi yang lebih sulit, antara lain penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
2. Pengolahan Informasi
Berbeda dari fokus Piaget terhadap keseluruhan perubahan kognitif, perspektif
pengolahan informasi meneliti aspek-aspek terpisah dari pemikiran. Atensi dan memori,
yang mendasari setiap tindakan kognisi, menjadi pusat perhatian di masa kanak-kanak
pertengahan (Berk, 2012).
27
1. Atensi
Di masa kanak-kanak pertengahan, atensi menjadi lebih selektif,
beradaptasi, dan terencana. Pertama, anak-anak menjadi lebih andal dalam
sengaja memperhatikan hanya aspek-aspek situasi yang relevan dengan tujuan-
tujuan mereka. Para peneliti mempelajari semakin bertambahnya selektivitas
atensi ini dengan memasukkan stimulus tidak relevan ke dalam sebuah tugas
dan mengamati seberapa baik anak-anak memerhatikan unsur-unsur
pentingnya. Kedua, anak-anak pada usia Sekolah Dasar mengadaptasikan
dengan fleksibel atensi mereka pada persyaratan-persyaratan tugas. Terakhir,
perencanaan meningkat tajam pada usia ini. Mereka lebih memerhatikan
gambar detail dan materi tulisan untuk menemukan persamaan dan perbedaan
secara lebih teliti. Strategi-strategi di sekolah menjadi penentu bagi
keberhasilan atensi anak Sekolah Dasar. Sayangnya sejumlah anak sangat
kesulitan dalam memberikan atensi.
2. Memori
Seiring dengan membaiknya atensi, strategi memori juga meningkat,
aktivitas mental disengaja yang kita gunakan untuk menyimpan dan
mempertahankan informasi. Anak-anak Sekolah Dasar melakukan ulangan
(reherseal) untuk mengulangi informasi yang didapat agar semakin ingat.
Strategi kedua yang dilakukan adalah organisasi, yaitu mengelompokkan
semua hal-hal terkait (misalnya, semua ibu kota di bagian sama dari Negara
tersebut). Di akhir masa kanak-kanak pertengahan, anak-anak mulai
menggunakan elaborasi, yaitu menciptakan suatu hubungan, atau makna
bersama, antara dua atau lebih informasi yang tidak termasuk dalam kategori
28
sama. Oleh karena organisasi dan elaborasi menggabungkan kata-kata menjadi
sebuah potongan bermakna, keduanya membantu anak-anak menyimpan
banyak informasi dan sebagai hasilnya, semakin memperluas memori kerja.
3. Tugas Perkembangan
Havinghurst (dalam Makmun, 1996) menyusun fase-fase perkembangan kebutuhan
secara hipotetis yang harus dipenuhi atau dikuasai (mastery) individu agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tugas-tugas perkembangan (developmental
tasks) pada anak Sekolah Dasar (masa kanak-kanak tengah) itu tersusun sebagai berikut.
a) Belajar keterampilan fisik untuk pertandingan biasa sehari-hari;
b) Membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sebagai organisme yang sedang
tumbuh kembang;
c) Belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya;
d) Belajar peranan sosial yang sesuai dengan pria atau wanita;
e) Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung;
f) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari;
g) Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai;
h) Mencapai kebebasan pribadi;
i) Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi
sosial.
4. Bekerja dengan Pemikir Operasional Konkret
Santrock (2007) mengungkapkan mengenai strategi mengajar siswa Sekolah Dasar yang
memiliki pemikiran pada tahap Operasional Konkret.
29
1. Dorong murid untuk menemukan konsep dan prinsip.
Ajukan pertanyaan relevan tentang apa yang sedang dipelajari untuk membantu
mereka berfokus pada beberapa aspek dari pembelajaran mereka.
2. Libatkan anak dalam tugas-tugas operasional.
Ini mencakup tugas penambahan, pengurangan, pembagian, pengurutan, dan
pembalikan. Gunakan benda-benda konkret untuk tugas ini.
3. Rencanakan aktivitas dimana murid berlatih konsep mengurutkan hierarki secara
menaik atau menurun. Ajak murid membuat daftar sesuatu berdasarkan urutan.
4. Lakukan aktivitas yang membutuhkan kegiatan mempertahankan area, berat, isi.
5. Suruh anak-anak mengurutkan sesuatu dan kemudian membalikkan urutan tersebut.
6. Kemudian minta anak-anak untuk menjelaskan jawaban mereka saat mereka
memecahkan masalah. Bantulah mereka mengecek kebenaran dan akurasi
kesimpulan mereka.
7. Ajaklah anak untuk bekerja berkelompok dan saling bertukar pikiran.
Misalnya, minta sekelompok anak untuk bermain, berbagi pandangan satu sama
lain.
8. Pastikan bahwa materi untuk kelas sudah cukup untuk merangsang murid untuk
mengajukan pertanyaan.
Ajak anak untuk mengamati dan mendeskripsikan seekor hewan. Keesokan harinya
berikan hewan yang sama dengan ukuran yang lebih besar, dan ini akan membuat
anak-anak terkejut dan mendorong mereka untuk berpikir lagi.
9. Ketika akan mengajar sesuatu yang agak kompleks, gunakan alat bantu visual dan
alat-alat peraga.
30
Misalnya, saat mengajar ilmu sosial dengan topik demokrasi, tunjukkan rekaman
video yang mengilustrasikan konsep tersebut.
10. Dorong anak-anak untuk mengutak-atik (manipulate) dan bereksperimen dalam
pelajaran sains atau ilmu alam, gunakan materi konkret untuk pelajaran matematika,
membuat dan membacakan suatu karya dalam pelajaran sastra, dan ajar mereka
berdiskusi tentang perspektif mereka, serta lakukan perjalanan untuk pelajaran ilmu
sosial.
D. Hubungan Antar Variabel
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan pemusatan pikiran pada bahan pelajaran
dengan mengenyampingkan hal-hal lain yang tidak berkaitan. Menurut Nugroho (2007), aspek
konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran, motivasi, rasa kuatir, perasaan tertekan,
gangguan pemikiran, gangguan kepanikan, dan kesiapan belajar. Aspek paling pertama dalam
konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau atensi.
Anak Sekolah Dasar masuk ke dalam tahap Operasional Konkret menurut Piaget
(Papalia, dkk, 2010). Pada tahap ini anak mampu berpikir logis, memahami konsep
percakapan, mengorganisasikan objek ke dalam klasifikasi, mampu mengingat, memahami
dan memecahkan masalah yg bersifat konkret. Selain itu, anak SD juga mengalami
peningkatan atensi pada usianya (6-12 tahun). Atensi atau konsentrasi anak SD menjadi lebih
selektif, beradaptasi, dan terencana. Mereka mampu menyingkirkan hal yang tidak sesuai
dengan fokusnya saat belajar. Namun, itu semua sangat tergantung pada sistem pengajaran di
kelas.
Sebagian besar Sekolah Negeri di Indonesia masih menerapkan Kurikulum 2006 dan
sebagian lagi sudah menempuh Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil yang bisa dilihat di
31
lapangan, proses belajar mengajar yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri belum mengacu pada
strategi mengajar anak SD yang disampaikan oleh Santrock (2007). Sistem pengajaran yang
masih konvensional dapat menurunkan atensi siswa. Namun, di samping itu masih banyak
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi siswa SD. Beberapa penelitian
telah mengungkapkan beberapa metode yang dapat meningkatkan konsentrasi siswa,
diantaranya adalah layanan bimbingan kelompok (Setiani, 2014), brain gym (Nuryana, 2010),
quantum learning (Setiyawati, 2013), dan relaksasi melalui terapi Murottal (Apriyani, 2015).
Yoga adalah praktik yang terdiri dari postur fisik dan latihan pernapasan yang
membantu untuk menyatukan tubuh dan pikiran (Betts & Betts, 2006). Yoga sudah mulai
banyak dilakukan oleh masyarakat karena berbagai manfaat positif yang didapatkan. Manusia
dari berbagai kalangan usia melakukan yoga karena fungsinya yang beragam. Yoga untuk
anak berbeda dengan yoga pada orang dewasa. Pada anak, fungsi yoga adalah; (1)
Meningkatkan interaksi dan sosialisasi antara ibu dan anak; (2) Meningkatkan stamina tubuh;
(3) Memperbaiki sistem pencernaan; (4) Menciptakan sistem pernapasan yang baik; (5)
Menstimulasi perkembangan neuromuscular; (6) Membantu memperbaiki pola tidur; (7)
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh; (8) Meningkatkan rasa percaya diri dan bahasa tubuh
yang positif; (9) Mengusir stress dan mengembangkan kemampuan untuk relaksasi; (10)
Menstimulasi kemampuan motorik.
Salah satu manfaat dari yoga, yaitu mengusir stress dan mengembangkan kemampuan
relaksasi, merupakan aspek yang juga menjadi wadah untuk meningkatkan konsentrasi (Noor,
2012). Penelitian yang dilakukan oleh Noor (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara metode relaksasi terhadap konsentrasi diri mahasiswa semester VIII
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Iain Sunan Ampel Surabaya.
32
Penelitian yang dilakukan oleh Apriyani (2015) juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Noor (2012), yaitu membuktikan bahwa relaksasi dapat meningkatkan
konsentrasi siswa. Relaksasi merupakan bagian aktivitas dalam pelaksanaan Yoga. Yoga pada
umumnya terdiri dari Surya Namaskar, Yoga Asana (postur binatang), Yoga berpasangan atau
berkelompok, meditasi, dan relaksasi (Purperhart, 2007). Banyak penelitian sebelumnya juga
dilakukan untuk mengetahui apakah Yoga berpengaruh terhadap konsentrasi. Hasil yang
muncul pun beragam antara penelitian satu dengan yang lainnya.
Yoga merupakan aktivitas yang melibatkan postur fisik dan latihan pernafasan
(relaksasi), sehingga Yoga memiliki elemen metode yang serupa dengan proses relaksasi.
Oleh karena relaksasi secara signifikan dapat meningkatkan konsentrasi belajar, maka peneliti
mencoba menggunakan variabel yang berbeda, yaitu Yoga, yang juga menggunakan metode
relaksasi sebagai salah satu aktivitas dalam Yoga. Dinamika antar variabel pada penelitian ini
dapat dilihat pada bagan berikut.
33
Jenis Terapi :
Metode Serupa :
Mempengaruhi : (diagram yang diteliti)
Bagan 1. Pengaruh Yoga Terhadap Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak SD di Denpasar
E. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini terdiri daru dua pernyataan, yaitu:
Ho : Tidak terdapat pengaruh Yoga terhadap kemampuan konsentrasi belajar pada siswa
SD Negeri di Denpasar
Ha : Terdapat pengaruh Yoga terhadap kemampuan konsentrasi belajar pada siswa SD
Negeri di Denpasar
Yoga Kemampuan
Konsentrasi
Belajar
Anak SD
(Atensi meningkat
tergantung sistem
pengajaran di kelas)
Dapat ditingkatkan
menggunakan:
1. Bimbingan kelompok
2. Brain gym
3. Quantum learning
4. Aromaterapi
5. Relaksasi
Salah Satu
Manfaat Yoga
yaitu,
mengusir
stress dan
mengembangk
an
kemampuan
relaksasi
Kombinasi
postur fisik
dan latihan
pernafasan
(relaksasi)
(Betts&Bett
s, 2006)
Metode Serupa