bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. akuntansi biaya
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Akuntansi Biaya
Akuntansi secara umum adalah proses pencatatan, pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari
transaksi keuangan yang terjadi. Sedangkan biaya dalam pengertian arti
luas adalah merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Mulyadi (2015:8).
Pengertian Biaya menurut Ahmad Firdaus (2009:22) adalah
“pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau
mempunyai masa manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan.
Biasanya tercermin dalam neraca sebagai asset perusahaan”.
Menurut Hendi Somantri (2009: 2) akuntansi biaya adalah bidang
akuntansi yang berhubungan dengan transaksi keuangan khusus yang
menyangkut biaya.
Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya
merupakan salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen
dalam merekam dan memonitori berbagai transaksi penjualan produk
ataupun jasa secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam
bentuk laporan biaya yang dapat digunakan untuk kepentingan eksternal
maupun internal perusahaan.
8
2. Penggolongan Biaya
Mulyadi (2005:13) mengemukakan bahwa “Penggolongan adalah
proses mengelompokkan secara sistematis atau keseluruhan elemen yang
ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting”.
Menurut Mulyadi (2015: 13-17), biaya dapat digolongkan menurut:
a. Penggolongan biaya menurut Objek Pengeluaran
Menurut Mulyadi (2015:13) “cara penggolongan ini, nama
objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.”
b. Penggolongan biaya menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan
menjadi:
1) Fungsi Produksi
Fungsi Produksi yaitu fungsi yang berhubungan dengan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual.
9
2) Fungsi Pemasaran
Fungsi Pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan
kegiatan penjualan produk selesai yang siap untuk dijual dengan cara
memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai dengan
keinginan perusahaan.
3) Fungsi Administrasi & Umum
Fungsi Administrasi & Umum adalah fungsi yang
berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijaksanaa, pengarahan,
dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
Berdasarkan fungsi diatas, biaya dapat dikelompokkan
menjadi:
a) Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah semua biaya yang berhubungan
dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai. Biaya produksi secara garis besar dibagi
menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
(1) Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan
baku yang dipakai di dalam pengolahan suatu produk hingga
10
selesai. Contohnya adalah kayu dalam pembuatan meubel.
Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:
Biaya Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xxx
Persediaan Bahan Baku Rp xxx
(2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang
diarahkan untuk merubah bahan baku menjadi produk selesai.
Contohnya adalah upah tukang serut dan potong kayu dalam
pembuatan meubel. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
langsung:
Biaya Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Gaji dan Upah Rp xxx
(3) Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya selain bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam
mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Jurnal untuk
mencatat biaya overhead pabrik:
Biaya Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rpxxx
Berbagai rekening yang dikredit Rpxxx
11
b) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah
biaya iklan dan biaya promosi.
c) Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contohnya adalah biaya gaji kayawan.
c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.
Dalam hubungannya dengan yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dau golongan, yaitu:
1) Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-
satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu
yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak
akan terjadi. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi
terbagi menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
12
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi
tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan
Perubahan Volume Aktivitas
Menurut William K. Carter (2009:43) penggolongan biaya sesuai
dengan perubahannya volume aktivitas terutama untuk tujuan
perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan,
dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel
termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya
tenaga kerja langsung. Berikut ini adalah daftar biaya yang
biasanya diklasifikasikan sebagai biaya variabel:
a) Perlengkapan
b) Bahan Bakar
c) Peralatan Kecil
d) Kerusakan, sisa, dan beban reklamasi
e) Biaya Penerimaan
f) Royalti
g) Biaya Komunikasi
h) Upah Lembur
i) Penanganan Bahan Baku.
2) Biaya Semi Variabel (Semi Variabel Cost)
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Berikut ini
adalah daftar biaya yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya
semi variabel:
a) Inspeksi
b) Jasa departemen biaya
c) Jasa departemen penggajian
d) Jasa departemen personalia
e) Jasa Kantor pabrik
f) Jasa bahan baku dan persediaan
g) Air dan limbah
h) Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik
i) Asuransi kecelakaan dan kesehatan
j) Pajak penghasilan
k) Pemanasan, listrik, dan generator.
3) Biaya Semi Fixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
13
4) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisar volume kegiatan tertentu. Berikut adalah biaya yang biasanya
diklasifikasikan sebagai biaya tetap:
a) Gaji eksekutif produksi
b) Depresiasi
c) Pajak Properti
d) Amortisasi Patern
e) Gaji Penyelia
f) Asuransi-properti dan kerugian
g) Gaji satpam dan pegawai kebersihan
h) Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan sewa.
3. Pengertian Harga Pokok
Harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur oleh satuan uang
dalam bentuk kas yang dibayarkan, nilai aktiva lainnya yang diserahkan/
dikorbankan, atau nilai jasa yang diserahkan/dikorbankan, atau hutang
yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan
jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan
yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan
yang akan terjadi). R.A. Supriyono dalam Jurnal JAPBI No: 2 (2014: 109).
4. Pengertian Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan
industry bertujuan untuk memenuhi kebutuhan baik pihak manajemen
perusahaan maupun pihak luar perusahaan. Untuk memenuhi tujuan
perhitungan harga pokok produksi tersebut akuntansi biaya mencatat,
mengklasifikasi, dan meringkas biaya-biaya pembuatan.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:60) “harga pokok produksi
mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode
berjalan. Biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah
biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
14
Menurut Mulyadi (2015:17) “harga pokok produksi adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk.”
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang digunakan selama
proses produksi, dimana biaya tersebut terdiri dari biaya bahan langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
5. Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya produksi dibagi menjadi 3 antara lain:
a. Biaya Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2015:275) “Bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah
dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,
impor, atau dari pengolahan sendiri.”
b. Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2015:319) “Tenaga kerja merupakan usaha fisik
atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya
tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga
kerja manusia tersebut.”
c. Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2015:194-195) “Biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
15
langsung”. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara
penggolongan, antara lain:
1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
a) Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk
jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga
pokok produksi tersebut.
b) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku
cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (factory supplies)
dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen,
perumahan, bangunan produk, mesin-mesin dan ekuipmen,
kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang
digunakan untuk keperluan pabrik.
c) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak
langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan
pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat
kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin
dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluarkan uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok
ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada
pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.
2) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya dalam
Hubungan dengan Perubahan Volume Produksi
16
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik
dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya overhead
pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a) Biaya overhead pabrik tetap
b) Biaya overhead pabrik variabel
c) Biaya overhead pabrik semivariabel
3) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Hubungannya
dengan Departemen
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen
yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan
menjadi dua kelompok:
a) Biaya overhead pabrik langsung departemen
b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.
6. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
a. Alasan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk Atas
Dasar Tarif yang Ditentukan di muka
Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya
harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu
ke bulan yang lain. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per
satuan mungkin akan berfluktuasi karena sebab berikut ini:
a) Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.
b) Perubahan tingkat efisiensi produksi.
c) Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik,
menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.
d) Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada
waktu-waktu tertentu.
Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen
17
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖× 100%
= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat
pesanan selesai dikerjakan.
b. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:
1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat
dilakukan dengan menentukan:
a) Kapasitas teoritis
b) Kapasitas normal
c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
dasar pembebanan yang dipakai adalah:
a) Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan
jumlahnya dalam departemen produksi.
b) Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang
dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut
dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Mulyadi
(2015:196-199)
Berikut diuraikan beberapa dasar pembebanan biaya overhead
pabrik kepada produk:
(1) Satuan Produk merupakan metode yang paling sederhana dan
langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada setiap
produk yang dihitung, dengan rumus:
=
(2) Biaya bahan baku overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan
nilai bahan baku yang dipakai, dengan rumus:
18
(3) Biaya tenaga kerja, sebagian besar elemen biaya overhead pabrik
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja
langsung, dengan rumus:
(4) Jam Tenaga Kerja Langsung, memiliki hubungan yang erat antara
jumlah upah dengan jumlah jam kerja, dengan rumus:
(5) Jam Mesin, biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu
penggunaan mesin, dengan rumus:
Menghitung tarif biaya overhead pabrik, setelah tingkat kapasitas
yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran
biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanan telah
dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif
biaya overhead pabrik, dengan rumus:
7. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi
Metode perhitungan harga pokok produksi adalah cara
memperhitungkan unsur biaya produksi ke dalam harga produksi. Dalam
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑇𝐾𝐿× 100%
= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑇𝐾𝐿
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
= 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑇𝐾𝐿
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
𝐵𝑂𝑃 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛
= 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃
19
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi
terdapat dua pendekatan, yaitu metode full costing dan metode variabel
costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak pada
perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap dan akan berakibat
pada perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan laba rugi.
Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok
yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
bersifat variabel (variabel cost) maupun yang bersifat tetap (fixed cost).
Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari
unsur biaya produksi seperti berikut ini:
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xxx +
Kos Produksi Rp xxx
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap)
ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi
dan umum).
20
8. Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Melakukan perhitungan harga pokok produksi perlu memperhatikan
unsur-unsur biaya yang termasuk dalam harga pokok produksi itu sendiri
dan metode yang digunakan dalam pengumpulan biaya produksi.
Umumnya sifat pengolahan produk didasarkan atas pesanan dan
pengolahan produk yang didasarkan pada proses.
Pada sistem produksi berdasarkan pesanan, biaya-biaya
diakumulasikan berdasarkan pekerjaannya. Pendekatan untuk
membebankan biaya ini dinamakan sistem perhitungan biaya pesanan.
Dalam suatu perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan,
pengumpulan biaya per pekerjaan menyediakan informasi penting bagi
pihak manajemen.
Sistem harga pokok pesanan yang diterapkan pada perusahaan
industri manufaktur memiliki karakteristik produksi seperti:
a. Produksi didasarkan pesanan dari pelanggan. Oleh karena itu baik
spesifikasi produk dan jumlah yang diproduksi harus sesuai dengan
kehendak pelanggan.
b. Produk yang dihasilkan adalah unik, dengan pengertian bahwa dapat
dibedakan antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lainnya.
c. Proses produksi menutut adanya uji kualitas untuk meyakinkan bahwa
produk yang dihasilkan akan memenuhi tuntutan kualitas dan
spesifikasi yang diminta oleh pelanggan. Armanto Witjaksono (2006:
23)
9. Metode Pengumpulan Harga Pokok Pesanan
Metode pengumpulan harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan harga pokok produksi dimana biaya dikumpulkan untuk
setiap pesanan secara terpisah identitasnya atau dilakukan setelah adanya
pada harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan satuan dengan biaya
21
produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Mulyadi
(2015:35).
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi
harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:
a) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan,
b) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan,
c) Memantau realisasi biaya produksi,
d) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan,
e) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.
10. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan tersebut diatas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya
produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga
pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga
pokok produksinya secara individual.
b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung.
22
c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung
disebut dengan istilah overhead pabrik.
d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam
harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
11. Menentukan Harga Pokok Produksi Per Pesanan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, memiliki
informasi harga pokok produksi per pesanan yang bermanfaat bagi
manajemen untuk:
a. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses
produksinya berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan oleh
pemesan. Oleh karena itu, harga jual yang dibebankan kepada
pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan
dikeluarkan untuk memproduksi pemesanan. Formula untuk
menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
sebagai berikut:
Taksiran biaya Produksi untuk Pemesan Rp xxx
Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx +
Taksiran total biaya pesanan Rp xxx
Laba yang diinginkan Rp xxx +
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Harga Pokok Pesanan : Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
Jumlah unit produk yang dihasilkan
23
Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam
memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya
berikut ini:
b. Mempertimbangkan Penerimaan atau penolakan Pesanan
Penentuan harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah
terbentuk dengan sendirinya pada pemesan, sehingga keputusan yang
perlu dilakukan manajemen adalah menerima atau menolak pesanan.
Total harga jual pesanan dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
c. Memantau realisasi biaya produksi
Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan
didalam memenuhi pesanan tertentu diterima untuk memantau apakah
proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total
biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan
sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut
dilakukan dengan metode harga pokok pesanan, perhitungan biaya
produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu
dilakukan dengan formula berikut ini:
Taksiran biaya bahan baku Rp xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Laba yang diinginkan Rp xxx
Biaya Produksi Pesanan:
Taksiran biaya bahan baku Rp xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Taksiran total biaya produksi Rp xxx
Biaya nonproduksi:
Taksiran biaya administrasi & umum Rp xxx
Taksiran biaya pemasaran Rp xxx +
Taksiran biaya nonproduksi Rp xxx +
Taksiran total harga pokok pesanan Rp xxx
Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Sesungguhnya Rp xxx
Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx
24
Pesanan dibebani dengan biaya overhead pabrik menurut tarif
yang ditentukan di muka (taksiran) karena harga pokok pesanan harus
dihitung pada saat pesanan selesai, padahal tidak semua biaya
overhead pabrik dapat dihitung pada saat itu.
d. Menghitung laba atau rugi bruto setiap pesanan
Informasi laba atau rugi setiap pesanan diperlukan untuk
mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi
dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok
pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan
guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan.
e. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca
Manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk
jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam
proses. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut
manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada
pesanan yang telah selesai di produksi, namun pada tanggal neraca
belum diserahkan kepada pemesan. Disamping itu, berdasarkan
catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi
yang melekat pada pesanan yang pada tanggal neraca masih dalam
proses pengerjaan. Mulyadi (2015:39-42).
f. Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Sheet)
Kartu Harga Pokok merupakan catatan yang penting dalam
metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx
Biaya produksi pesanan tertentu:
Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesungguhnya Rp xxx
Taksiran Biaya Overhead Pabrik Rp xxx +
Taksiran biaya produksi pesanan Rp xxx -
Laba bruto Rp xxx
25
sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan
biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk
mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Gambar 1
Kartu Harga Pokok Pesanan
Sumber: Mulyadi (2015:44-45)
Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan
meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan
yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan untuk
melayani pesanan dan menyajikan informasi untuk manajemen.
Berikut prosedur akuntansi biaya beserta jurnal transaksi yang
digunakan:
PT. ABC
Banjarmasin
KARTU HARGA POKOK PESANAN
No. Pemesan : A-101 Pemesanan : PT. XYZ
Jenis Produk : Lemari Sifat Pesanan : ………..
Tgl Pesan : ../../…. Jumlah : …. buah
Tgl Selesai : ../../…. Harga Jual : Rp xxx
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Tgl No.
BPBG
Ket Jumlah Tgl No.
Kartu
Jam
Kerja
Jumlah Tgl Jam
Mesin
Tarif Jumlah
26
Tabel 1
Prosedur Akuntansi Biaya beserta Jurnal Transaksi
Prosedur Akuntansi Biaya Ayat Jurnal Transaksi
Pembelian Bahan Baku
dan Bahan Penolong
Jurnal pembelian bahan baku:
Persediaan Bahan Baku Rp xxx
Kas/Utang Dagang Rp xxx
Jurnal Pembelian Bahan Penolong:
Persediaan Bahan Penolong Rp xxx
Kas/Utang Dagang Rp xxx
Pemakaian Bahan Baku
dan Penolong dalam
Produksi
Jurnal mencatat pemakaian bahan baku:
Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx
Persediaan Bahan Baku Rp xxx
Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp xxx
Pencatatan Biaya Tenaga
Kerja
Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja terutang:
Gaji dan Upah Rp xxx
Utang Gaji dan Upah Rp xxx
Jurnal pencatatan distribusi biaya tenaga kerja:
Barang Dalam Proses-By. Tenaga Kerja Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Biaya Administrasi dan Umum Rp xxx
Biaya Pemasaran Rp xxx
Gaji dan Upah Rp xxx
Jurnal pencatatan gaji dan upah:
Utang Gaji dan Upah Rp xxx
Kas Rp xxx
27
Lanjutan :
Pencatatan Biaya
Overhead Pabrik
Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik
kepada pesanan:
Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx
By.Overhead Pabrik yang dibebankan Rp xxx
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya:
By. Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Akumulasi Depresiasi Rp xxx
Persekot Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Jurnal selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya:
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
By. Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Jurnal Penutup:
By. Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp xxx
By. Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Rp xxx
Pencatatan Harga Pokok
Produk Jadi
Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi:
Persediaan Produk Jadi Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Tng Krja Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx
Pencatatan Harga Pokok
Produk dalam Proses
Jurnal pencatatan harga pokok pesanan yang belum
selesai:
Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Bahan Baku Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Tng Krja Rp xxx
Barang Dalam Proses-By. Overhead Pabrik Rp xxx
Pencatatan Harga Pokok
Produk yang dijual
Jurnal pencatatan harga pokok produk yang dijual:
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Persediaan Produk Jadi Rp xxx
Pencatatan Pendapatan
Penjualan Produk
Jurnal pencatatan piutang kepada pemesan:
Piutang Dagang Rp xxx
Hasil Penjualan Rp xxx
Sumber: Mulyadi (2015 : 46-53)
28
12. Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur
Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi. Kegiatan
perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku menjadi
produk jual dan penjualan produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut
kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lain.
Dalam pendekatan full costing, berbagai pengorbanan sumber
ekonomi disajikan dalam laporan laba rugi, yang dikelompokkan ke
dalam 3 golongan:
a) Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya
produksi” seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik.
b) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk
jadi. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul “biaya
pemasaran”.
c) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan
pemasaran produk. Pengorbanan ini dikelompokkan dengan judul
“biaya administrasi dan umum”.
29
Tabel 2
Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan Pendekatan Full Costing
Sumber: Mulyadi (2015:21)
PT. XXX
Laporan Laba Rugi dengan Pendekatan Full Costing
Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X7
Pendapatan penjualan Rp xxx
Kos penjualan:
Persediaan awal produk jadi Rp xxx
Kos produksi:
Persediaan awal produk dalam proses Rp xxx
Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx +
Rp xxx +
Rp xxx
Persediaan Produk dalam proses akhir Rp xxx –
Kos Produksi Rp xxx +
Kos Produksi yang tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan produk jadi akhir Rp xxx –
Kos penjualan Rp xxx -
Laba/rugi bruto Rp xxx
Biaya Usaha:
Biaya administrasi & umum Rp xxx
Biaya pemasaran Rp xxx+
Rp xxx-
Laba bersih usaha Rp xxx
Pendapatan di luar usaha Rp xxx
Biaya di luar usaha Rp xxx-
Rp xxx-
Laba bersih sebelum pajak Rp xxx
Pajak penghasilan Rp xxx-
Laba bersih setelah pajak Rp xxx
30
13. Pengertian Aktiva Tetap dan Depresiasi/Penyusutan
a. Pengertian Aktiva Tetap
Menurut Slamet Sugiri (2002:167) “aktiva tetap adalah aktiva yang
mempunyai manfaat dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun),
dipergunakan secara aktif untuk kegiatan usaha, dan tidak dimaksudkan
untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh pendapatan”.
Menurut Soemarso (2005:20) mengemukakan “aktiva tetap adalah
aktiva berwujud yang: masa manfaatnya lebih dari satu tahun;
digunakan dalam kegiatan perusahaan; dimiliki tidak untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; nilainya cukup
besar”.
Contoh dari aktiva tetap adalah tanah, bangunan, peralatan, dan
kendaraan yang digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan
bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa aktiva
tetap adalah aktiva yang berwujud karena terlihat secara fisik yang
memiliki jangka waktu relatif lama yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari
operasi perusahaan.
31
b. Pengertian Depresiasi
Menurut Zaki Baridwan (2004:305) “Penyusutan adalah sebagian
dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan
menjadi biaya setiap periode akuntansi”.
Menurut Jerry J. Weygandt (2007:570) “penyusutan adalah alokasi
biaya dari aset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya
berdasarkan cara yang sistematis dan rasional”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresiasi
(penyusutan) adalah suatu metode alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi.
14. Metode Perhitungan Depresiasi/Penyusutan Aktiva Tetap
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban
depresiasi/penyusutan periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode
hendaknya dipertimbangkan keadaaan-keadaan yang mempengaruhi aset
tersebut.
Menurut Zaki Baridwan (2004:308-316), ada beberapa metode
perhitungan depresiasi aktiva tetap yang dapat digunakan, antara lain
sebagai berikut :
a. Metode Garis Lurus (straight line method)
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan
banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode
jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).
Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut:
32
Keterangan :
HP : Harga perolehan (cost)
NS : Nilai sisa (residu)
n : Taksiran umur kegunaan
b. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama
mesin-mesin) akan lebih cepat rusak digunakan sepenuhnya (full time)
dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time).
Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam
jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan tergantung pada jam
jasa yang terjadi (digunakan) dengan metode ini, depresiasi dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
HP : Harga perolehan (cost)
NS : Nilai sisa (residu)
n : Taksiran jam jasa
Depresiasi = HP – NS
n
Depresiasi per jam= HP – NS
n
33
c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)
Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam suatu
jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar
satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan
berfluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah
bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga
depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Depresiasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
HP : Harga perolehan (cost)
NS : Nilai sisa (residu)
n : Taksiran hasil produksi (unit)
d. Metode Beban Berkurang (reducing charge method)
Dalam metode ini beban penyusutan tahun-tahun pertama akan
lebih besar daripada beban penyusutan tahun berikutnya. Metode ini
didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan
dengan lebih efisien dibandingkan dengan aset yang lebih tua. Begitu
juga biaya reparasi dan pemeliharaannya. Biasanya aset yang baru
akan memerlukan reparasi dan pemeliharaan lebih sedikit
dibandingkan dengan aset lama. Jika dipakai metode ini diharapkan
Depresiasi / unit = HP – NS
n
34
jumlah beban penyusutan, biaya reparasi dan pemeliharannya kecil
(dalam tahun pertama) dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban
penyusutan kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharannya besar.
35
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 3
Perbandingan Hasil Penelitian Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Penelitian Terdahulu
Analisis
Penelitian
Aspek
Heriyansyah
10971008299
Jurusan Manajemen
Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Pekanbaru, Riau
(2013)
Yasir Hadiani
A03120028
Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin
(2015)
Gusti Nur Maida Azijah
A03130025
Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin
(2016)
Afni Dwi Ramadhayanti
A03140003
Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Banjarmasin
(2017)
Judul Penentuan Harga Pokok
Produksi Berdasarkan Metode
Harga Pokok Pesanan (Job
Order Costing) pada Konveksi
Takzim di Pekanbaru
Perhitungan Harga Pokok
Produksi Kaca Hias dengan
menggunakan Metode Harga
Pokok Pesanan pada CV
Rimba Mas
Penentuan Harga Pokok
Produksi Aluminium dengan
Metode Harga Pokok Pesanan
pada Irvan Aluminium
Banjarmasin
Penentuan Harga Pokok
Produksi dengan menggunakan
Metode Harga Pokok Pesanan
pada “Asri Furniture” Meubel
Banjarmasin
Perusahaan Konveksi Takzim CV Rimba Mas Irvan Aluminium
Banjarmasin
“Asri Furniture” Meubel
Banjarmasin
Permasalahan Konveksi Takzim menggunakan
prinsip FOB shipping point
sebagai persyaratan penyerahan
barang yang dibeli, namun
perusahaan mencatat seluruh
biaya angkut
kedalam biaya tidak langsung
(overhead). Seharusnya biaya
tersebut diperhitungkan sebagai
harga pokok bahan baku.
CV Rimba Mas tidak
melakukan penggolongan
biaya secara tepat sesuai
dengan konsep akuntansi
biaya dan biaya overhead
pabrik yang tidak
diperhitungkan.
Irvan Aluminium belum
melaksanakan perhitungan
Harga Pokok Produksi yang
menerapkan konsep akuntansi
biaya, selama ini hanya
melakukan perhitungan harga
jual saja.
“Asri Furniture” Meubel
Banjarmasin belum melakukan
pengelompokan biaya produksi
dengan jelas. Terdapat unsur
biaya bahan penolong yang
dimasukkan dalam biaya bahan
baku.
36
Lanjutan
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui
bagaimanakah penentuan harga
pokok produksi yang diterapkan
dengan metode harga pokok
pesanan (job order costing) pada
Konveksi Takzim di Pekanbaru,
tepatnya dijalan H.R Soebrantas
Km 10, Purwodadi ruko No 5.
Untuk mengetahui
perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan
menggunakan metode
pesanan terhadap produk
Kaca Hias Sand Blasting,
Painting, Grafir, Patri
Kuningan, dan Inlay per unit
sesuai dengan konsep
akuntansi biaya pada CV
Rimba Mas.
Untuk mengetahui
perhitungan harga pokok
produksi dengan
menggunakan metode
pesanan pada Usaha Irvan
Alumunium yang sesuai
dengan konsep akuntansi
biaya.
1. Untuk mengetahui
penggolongan biaya produksi
berdasarkan konsep Akuntansi
Biaya.
2. Untuk mengetahui
perhitungan Harga Pokok
Produksi Pesanan dengan
menggunakan metode Full
costing pada “Asri Furniture”
Meubel Banjarmasin yang sesuai
dengan konsep akuntansi biaya.
Metode Penelitian Harga Pokok dengan Metode
Harga Pokok Pesanan
Harga Pokok dengan Metode
Harga Pokok Pesanan
Harga Pokok dengan Metode
Harga Pokok Pesanan
Harga Pokok dengan Metode
Harga Pokok Pesanan Full
Costing
Hasil Penelitian Perhitungan Harga Pokok yang
sesuai dengan standart akuntansi
yang berlaku lebih besar di
bandingkan dengan Harga
Pokok Produksi Perusahaan.
Perhitungan Harga Pokok
Produksi menurut penulis
lebih besar dibandingkan
dengan perhitungan
perusahaan.
Perhitungan Harga Pokok
Produksi menurut Penulis
lebih besar untuk produk
lemari makan, atang kompor,
washtafel, lemari baju, lemari
boneka dan etalase, serta
lebih kecil untuk produk rak
sepatu.
Perhitungan Harga Pokok
Produksi untuk produk kitchen
set, partisi dinding kaca, dan
plafon menurut penulis lebih
besar. Sedangkan untuk produk
rak partisi 2 sisi, rak display
sepatu, meja counter, dan baby
box menurut penulis lebih kecil.
Sumber: diolah oleh Heriyansyah (2013), Yasir Hadiani (2015), Gusti Nur Maida Ajizah (2016), dan Afni Dwi Ramadhayanti (2017).