bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/aji purnomo bab...

22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Prilaku Tidak Etis Akuntan a. Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, berusaha dan menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti (Dewanti, 2015). Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing objek akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama (Herwinda, 2010). Persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungan yang meliputi objek, orang dan simbol atau tanda yang melibatkan proses kognitif / pengenalan (Mella, 2015). Proses kognitif merupakan proses dimana individu memberikan arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan (stimultan) yang muncul dari objek, orang dan simbol tertentu. Hal itu menyebabkan masing-masing individu mempunyai persepsi yang berbeda pada satu objek yang sama hasil dari proses Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Prilaku Tidak Etis Akuntan

a. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, berusaha dan

menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang

terpadu dan penuh arti (Dewanti, 2015). Persepsi dipengaruhi oleh

faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan

terhadap objek psikologis. Persepsi mencakup penerimaan,

pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi

dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada

objek tertentu, maka masing-masing objek akan memiliki persepsi

yang berbeda walaupun melihat objek yang sama (Herwinda, 2010).

Persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungan yang

meliputi objek, orang dan simbol atau tanda yang melibatkan proses

kognitif / pengenalan (Mella, 2015). Proses kognitif merupakan proses

dimana individu memberikan arti melalui penafsirannya terhadap

rangsangan (stimultan) yang muncul dari objek, orang dan simbol

tertentu. Hal itu menyebabkan masing-masing individu mempunyai

persepsi yang berbeda pada satu objek yang sama hasil dari proses

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

10

pembentukan persepsi, pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan

prilaku seseorang. Revita (2014) menyimpulkan bahwa persepsi

merupakan proses seseorang memberikan tanggapan berupa

rangsangan (stimultan) terhadap lingkungan sekitar dan objek tertentu

yang dilihatnya, kemudian menafsirkannya.

b. Etika dan Perkembangan Moral

Etika tidak dapat dilepaskan dari pembahasan moral. Etika

merupakan salah satu kajian filsafat tentang moral dan moralitas.

Disamping itu etika adalah salah suatu penyelidikan atau pengkajian

secara sistematis tentang perilaku (Nugroho, 2008). Etika adalah nilai-

nilai dan norma-norma susila yang dijadikan pegangan oleh individu

atau masyarakat dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam agama

Islam, etika adalah bagian dari akhlak, karena akhlak tidak sekedar

menyangkut prilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja,

akan tetapi menyangkut hal-hak yang lebih luas, yang meliputi bidang

akidah, ibadah dan syariah.

Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi dalam dua kelompok

besar, yaitu :

1) Etika Deskriptif yaitu menggambarkan tingkah laku moral dalam

arti luas, misalnya anggapan-anggapan tentang baik dan buruk,

tindakan-tindakan yang diperbolehkan, dan adat kebiasaan.

2) Etika Normatif yaitu preskiptif (memerintahkan), menentukan

benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

11

Saat seseorang sedang mengalami dilema menyebabkan

seseorang bisa bertindak tidak etis yang disebabkan karena masing-

masing individu mempunyai standar etika yang berbeda. Selain itu

seseorang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri. Dilema

etika merupakan suatu situasi dimana seseorang harus membuat

keputusan tentang tindakan atau perilaku yang tepat (Dewanti, 2015).

Selain itu, Kohelberg (1969) dalam Revita (2014)

mengungkapkan beberapa konsep yang erat kaitannya dengan

pemahaman teori perkembangan moral adalah perilaku moral, perilaku

tidak bermoral, perilaku di luar kesadaran moral dan perkembangan

moral. Perilaku moral merupakan perilaku yang mengikuti kode moral

dalam suatu kelompok tertentu. Perilaku tidak bermoral berarti

perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial.

Ketidakpatuhan dikarenakan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan

kelompok sosial atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya.

Perilaku diluar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang

dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh

ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan

kelompok sosial. Perkembangan moral bergantung pada perkembangan

intelektual seseorang. Persepsi seseorang akan meningkat sesuai

dengan peningkatan pemahaman intelektual (Revita, 2014).

Perkembangan moral didasarkan pada penalaran moral dan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

12

berkembang secara bertahap. Terdapat tiga tingkat perkembangan

moral yang setiap tingkatnya ditandai oleh dua tahap.

Tabel 2.1

Teori Perkembangan Moral Kohlberg

Tingkat Pertumbuhan Tahap Pertumbuhan Perasaan

Tingkat

Prakonvensional,

Perhatian khusus

untuk akibat

perbuatan, hukuman,

ganjaran dan motif-

motif lahiriah dan

partikular.

Tahap 1. Anak berpegang

pada kepatuhan dan hukuman.

Takut untuk kekuasaan dan

berusaha menghindarkan

hukuman.

Tahap 2. Anak mendasarkan

diri atas egoisme naif yang

kadang-kadang ditandai relasi

timbal balik.

Takut untuk

akibat-akibat

negatif dari

perasaan.

Tingkat

Konvensional,

Perhatian juga untuk

maksud perbuatan,

memenuhi harapan,

mempertahankan

ketertiban.

Tahap 3. Orang berpegang

pada keinginan dan

persetujuan dari orang lain.

Tahap 4. Orang berpegang

pada ketertiban moral dengan

aturannya sendiri.

Rasa bersalah

terhadap

orang lain bila

tidak

mengikuti

tuntutan-

tuntutan

lahiriah.

Tingkat

Pascakonvensional,

Hidup moral adalah

tanggung jawab

pribadi atas dasar

prinsip-prinsip batin,

maksud dan akibat-

akibat tidak diabaikan

motif-motif batin dan

universal.

Tahap 5. Orang berpegang

pada persetujuan demokratis,

kontrak sosial, konsesus bebas.

Tahap 6. Orang berpegang

pada hati nurani pribadi, yang

ditandai oleh keniscayaan dan

universalitas.

Penyesalan

atau hukuman

diri karena

tidak

mengikuti

pengertian

moralnya

sendiri.

Sumber : Kohlberg(1969) dalam Dewanti (2015)

c. Etika Profesi Akuntan

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik

Akuntan Indonesia yang disusun dan disahkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI). Kode etik ini bersifat mengikat para anggota IAI dan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

13

dapat digunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi

anggota IAI. Indiana (2006) menyebutkan bahwa Kode Etik Akuntan

Indonesia yang disahkan pada Prosiding kongres VIII tahun 1998,

terdiri dari empat bagian, yaitu:

1) Kode Etik Umum. Terdiri dari 8 prinsip etika profesi, yang

merupakan landasan perilaku etika profesional, memberikan

kerangka dasar bagi Aturan Etika, dan mengatur pelaksanaan

pemberian jasa profesional oleh anggota, yang meliputi: Tanggung

Jawab Profesi, Kepentingan Umum, Integritas, Obyektifitas,

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesionalnya, Kerahasiaan,

Perilaku Profesional, dan Standar Teknis.

2) Kode Etik Akuntan Kompartemen. Kode Etik Akuntan

Kompartemen disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan

mengikat selurus anggota Kompartemen yang bersangkutan.

3) Interpretasi Kode Etik Akuntan Kompartemen. Interpretasi Kode

Etik Akuntan Kompartemen merupakan panduan penerapan Kode

Etik Akuntan Kompartemen.

4) Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai

sebagai interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya

aturan dan Interpretasi baru untuk menggantikannya.

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik

Akuntan Indonesia. IAPI (2007-2008 : 3) menyatakan bahwa :

“Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi

yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam Kantor Akuntan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

14

Publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) maupun yang bukan

merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional, yang

meliputi jasa assurance dan jasa lain selain assurance seperti yang

tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi ”.

Di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik terdapat lima prinsip

dasar etika profesi yang wajib dipatuhi (IAPI, 2007-2008 : 7), yaitu :

1) Prinsip Integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam

menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam

menjalankan pekerjaannya.

2) Prinsip Objektivitas. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan

subjektivitas, benturan kepentingan atau pengaruh tidak layak dari

pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional atau

pertimbangan bisnisnya.

3) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian

Profesional. Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan

keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan

secara berkesinambungan.

4) Prinsip Kerahasiaan. Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan

informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional

dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan

informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien

atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk

mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan

lainnya yang berlaku.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

15

5) Prinsip Perilaku Profesional. Setiap praktisi wajib memenuhi

hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua

tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-

kurangnya enam unit organisasi, yaitu : Kantor Akuntan Publik (KAP),

Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik-IAI, Badan

Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI, Dewan

Pertimbangan, Profesi IAI, Departemen Keuangan RI dan BPKP.

Selain enam unit organisasi tersebut, pengawasan terhadap kode etik

juga dilakukan oleh para anggota dan pimpinan KAP (Indiana, 2006).

d. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Prilaku Tidak Etis Akuntan

Persepsi merupakan sikap atau tanggapan yang diberikan dalam

merespon maupun menafsirkan sebuah peristiwa (Dewanti, 2015).

Persepsi memungkinkan setiap orang berpikir dan memberikan

rangsangan sesuai dengan keadaan yang melingkupinya. Mahasiswa

memiliki peranan penting dalam memberikan tanggapan atas berbagai

fenomena yang terjadi karena mahasiswa dinilai memiliki kapasitas

pengetahuan yang memumpuni.

Mahasiswa umumnya memiliki pemikiran yang lebih luas, kritis

dan terbuka dalam menanggapi suatu fenomena, sehingga dapat

memberikan penilaian yang lebih objektif. Di dalam penelitian ini,

yang dimaksud adalah persepsi mahasiswa dalam memahami

permasalahan akuntansi yang terjadi, yaitu perilaku tidak etis akuntan.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

16

Peristiwa atau skandal etis yang biasanya terjadi yaitu konflik

kepentingan, penghindaraan pajak, pembelian yang dilakukan oleh

orang dalam, kerahasiaan profesional dan pembayaran kembali.

Dengan berbagai skandal etis yang terjadi yang melibatkan profesi

akuntan, mahasiswa akuntansi diharapkan memberikan tanggapan

tentang perilaku tidak etis yang telah terjadi dengan menjadikan kode

etik akuntan sebagai acuan atau referensi.

2. Orientasi Etis

Eni (2015) menjelaskan bahwa orientasi etis merupakan bagaimana

pandangan seseorang mengenai etika itu sendiri. Perilaku etis seseorang

akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi

dilema etis. Dengan adanya orientasi etis yang dimiliki tiap individu, maka

akan mendorong mereka untuk berperilaku etis dan berpersepsi terhadap

perilaku tidak etis yang terjadi dilingkungan mereka (Herwinda, 2010).

Untuk menilai Orientasi Etis seorang individu, Forsyth (1992) dalam

Herwinda (2010) mengembangkan sebuah kuesioner yang disebut dengan

Ethics Position Questionnaire (EPQ). Di dalam EPQ terdapat pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mengukur tingkat idealisme dan relativisme

individu. Dengan adanya EPQ maka dapat diketahui berbagai persepsi

individu terhadap suatu perilaku etis maupun perilaku tidak etis dilihat dari

tingkat idealisme dan relativisme mereka.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

17

a. Idealisme

Idealisme merupakan orientasi etika yang mengacu pada sejauh

mana seseorang percaya bahwa konsekuensi dari tindakan yang

dilakukan dapat terjadi tanpa melanggar nilai-nilai moral (Eni, 2015).

Marwanto (2007) menyebutkan bahwa idealisme mengacu pada

luasnya seorang individu percaya bahwa keinginan dari konsekuensi

dapat dihasilkan tanpa melanggar petunjuk moral yang ada.

Idealisme mengukur sikap atau perilaku seseorang untuk tidak

melanggar nilai-nilai etika dan menimbulkan kerugian terhadap orang

lain (Nugroho, 2008). Individu yang idealis mempunyai prinsip untuk

selalu menghindari tindakan yang merugikan orang lain dan mereka

tidak akan melakukan tindakan yang berkonsekuensi negatif. Jika

terdapat dua pilihan yang keduanya akan berakibat negatif terhadap

individu lain, maka individu yang idealis akan mengambil pilihan yang

paling sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain. Selain

itu, individu yang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis di

dalam profesi yang mereka jalankan (Dewanti, 2015)

Namun individu dengan idealisme yang rendah, menganggap

bahwa dengan mengikuti semua prinsip moral yang ada dapat

berakibat negatif. Mereka berpendapat bahwa terkadang dibutuhkan

sedikit tindakan negatif untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Banyak

penelitian yang telah menunjukan bahwa individu yang idealis akan

mengambil tindakan tegas terhadap suatu situasi yang dapat merugikan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

18

orang lain dan individu yang idealis memiliki sikap dan pandangan

yang lebih tegas terhadap individu yang melanggar perilaku etis dalam

profesinya. (Revita, 2014)

b. Relativisme

Relativisme adalah model cara berpikir pragmatis, alasannya

adalah bahwa aturan etika sifatnya tidak universal karena etika

dilatarbelakangi oleh budaya dimana masing-masing budaya memiliki

aturan yang berbeda-beda (Herwinda, 2010). Menurut Syaikhul (2006)

relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral

yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Individu yang memiliki

tingkat relativisme yang tinggi menganggap bahwa tindakan moral

tergantung pada situasi dan sifat individu yang terlibat. Oleh karena

itu, individu yang memiliki tingkat relativisme tinggi cenderung

menolak gagasan mengenai kode moral, dan individu yang memiliki

relativisme rendah hanya akan mendukung tindakan-tindakan moral

yang berdasar kepada prinsip, norma, ataupun hukum universal (Reni,

2013). Relativitas etis maupun relativitas moral adalah pandangan

bahwa tidak ada standar etis yang secara absolut benar. Dalam

penalaran moral seorang individu, ia harus selalu mengikuti standar

moral yang berlaku dalam masyarakat dimanapun berada (Revita,

2014).

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

19

Tabel 2.2

Klasifikas Orientasi Etika

IDE

AL

ISM

E

RELATIVISME

TINGGI RENDAH

TIN

GG

I

Situasionisme. Menolak

aturan moral, mendukung

analisis individual atas

setiap tindakan dalam

setiap situasi

Absolutisme.

Mengasumsikan bahwa

hasil yang terbaik selalu

dapat dicapai dengan

mengikuti aturan-aturan

moral secara universal.

RE

ND

AH

Subjektivisme. Penilaian

lebih didasarkan pada nilai

pribadi daripada prinsip-

prinsip moral secara

universal

Eksepsionisme. Moral

secara mutlak digunakan

sebagai pedoman

pengambilan keputusan

namun secara pragmatis

terbuka untuk melakukan

pengecualian terhadap

standar yang berlaku

Sumber : Forsyth (1980) dalam Revita (2014)

3. Pengetahuan Etika

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Dzakirin (2013) mendefinisikan pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari panca

indra terhadap objek tertentu. Pengetahuan digunakan oleh manusia

untuk memecahkan masalah yang terjadi disekitarnya. Pengetahuan

memberikan informasi yang bermanfaat untuk mencari solusi atas

berbagai permasalahan yang terjadi. Selain itu, pengetahuan juga

memberikan acuan dalam bertindak dimasa sekarang dan masa yang

akan datang dengan mempelajari peristiwa yang telah terjadi di masa

lampau.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

20

Gulo (2000: 2) dalam Revita (2014) berpendapat bahwa

pengetahuan berkisar pada tiga hal, yaitu apa itu pengetahuan,

bagaimana mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu. Masalah yang

berhubungan dengan apa itu pengetahuan disebut dengan ontologis,

sedangkan masalah yang berhubungan dengan bagaimana mengetahui

termasuk dalam epistemologis dan masalah yang berhubungan dengan

untuk apa pengetahuan termasuk dalam aksiologis. Ketiga hal ini

saling berkaitan satu sama lain. Pada hakikatnya pengetahuan meliputi

semua yang diketahui seseorang tentang obyek tertentu. Pengetahuan

juga diperoleh melalui pengalaman. Pengetahuan sendiri mencakup

knowledge maupun science, seni dan teknologi. Pengetahuan bukan

hanya mengetahui, tetapi mengetahui yang benar. Pengetahuan sendiri

juga dapat diperoleh melalui orang lain.

Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui proses belajar yang

ditandai dengan proses pertukaran informasi baik formal maupun

informal. Banyaknya informasi yang dimiliki dan tingkat pendidikan

yang semakin tinggi membuat seseorang memiliki pengetahuan luas,

sehingga dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan dan

semakin banyak informasi yang dimiliki, maka semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir,

tentu memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda jika dilihat dari lama

kuliah maupun jumlah mata kuliah yang telah ditempuh. Berbagai

mata kuliah yang telah ditempuh, memberikan pengetahuan yang

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

21

beragam, yang nantinya akan mempengaruhi mahasiswa dalam

memberikan persepsi atas berbagai skandal akuntan.

b. Kode Etik Umum Profesi Akuntan

Pengetahuan mengenai skandal etis yang terjadi dalam profesi

akutan, berkaitan dengan etika profesi akuntan. Seperti yang disebutkan

oleh Sukrisno dan I Cenik (2014), kode etik umum profesi akuntan

terdiri dari delapan prinsip yang harus dipatuhi sebagai dasar

berperilaku, yaitu:

1) Tanggung Jawab Profesi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai

seorang profesional, maka setiap anggota wajib bertanggung jawab

dalam melaksanakan setiap tugasnya dan senantiasa menggunakan

pertimbangan moral.

2) Kepentingan Publik. Setiap anggota harus bekerjadengan berorientasi

pada kepentingan publik. Tidak boleh ada benturan kepentingan demi

menjaga independensi dan kualitas jasa yang diberikan. Untuk itu

sebagai profesional harus selalu mengikuti standar profesi yang

berlaku untuk mencapai profesionalisme yang tertuju pada kepentingan

publik.

3) Integritas. Integritas mengharuskan setiap anggota untuk bersikap jujur

dan transparan dalam menjalankan tugasnya namun tidak mengabaikan

rahasia penerima jasa. Untuk itu sebagai profesional harus dapat

bersikap adil dan bebas dari benturan kepentingan.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

22

4) Objektivitas. Setiap anggota harus bersikap adil dan bebas dari

benturan kepentingan, serta mengungkapkan apa yang seharusnya

diungkapkan dan tidak menutup-nutupi jika terdapat indikasi hal yang

mencurigakan. Setiap anggota harus menghindari situasi-situasi yang

dapat membuat situasi profesional mereka ternoda.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian. Setiap anggota harus memiliki

kompetensi yang memadai dan bersikap hati-hati dalam merencanakan

dan mengawasi setiap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

dengan seksama. Kompetensi berarti setiap anggota memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai baik yang diperoleh dari

segi pendidikan maupun pengalaman. Sedangkan kehati-hatian

mengharuskan setiap anggota untuk bertindak sesuai dengan standar

dan etika yang berlaku.

6) Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan klien atau

pemberi kerja bahkan setelah hubungan kerja berakhir. Kerahasiaan

juga mengharuskan anggota memperoleh informasi yang diperlukan

sehubungan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan dan tidak

menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi.

Informasi yang diperoleh selama bertugas tidak boleh diungkapkan

tanpa persetujuan klien, kecuali ada hak atau kewajiban yang

bersangkutan dengan hukum untuk mengungkapkannya.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

23

7) Perilaku Professional. Setiap anggota harus berperilaku profesional

dan bertindak sesuai dengan prinsip etika yang berlaku untuk menjauhi

tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini merupakan

bentuk pertanggungjawaban anggota kepada penerima jasa, baik klien

atau pemberi kerja, sesama anggota serta masyarakat umum.

8) Standar Teknis. Setiap anggota dalam menjalankan jasa profesionalnya

sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Standar yang harus dipatuhi oleh setiap anggota yaitu standar yang

disusun dan disahkan oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI).

Dengan demikian, kode etik umum akuntan merupakan kerangka

perilaku profesional akuntan yang memberikan pedoman dalam bertindak

untuk menghindari berbagai tindakan yang dapat merugikan atau merusak

citra profesi akuntan.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini penulis mengambil referensi dari beberapa

penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian.

Penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai referensi dan bahan acuan

antara lain:

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

24

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil

1 Putu Dewi

Adi

Damayant

hi (2016)

Pengaruh

Idealisme,

Relativisme,

Pengetahuan,

Gender dan

Umur Pada

Perilaku Tidak

Etis Akuntan

Variabel

Independen :

Idealisme,

Relativisme,

Pengetahuan,

Gender,

Umur

Variabel

Dependen :

Perilaku

tidak etis

akuntan

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

idealisme dan tingkat

pengetahuan berpengaruh

negatif pada perilaku

tidak etis akuntan.

Relativisme berpengaruh

positif pada perilaku

tidak etis akuntan,

sedangkan gender dan

umur tidak berpengaruh

pada perilaku tidak etis

akuntan.

2 Elok

Faiqoh

Himmah

(2013)

Persepsi Etis

Mahasiswa

Akuntansi

Mengenai

Skandal Etis

Auditor Dan

Corporate

Manager

Variabel

Idependen :

Idealisme,

Relativisme,

Gender dan

Tingkat

Pengetahuan

Variabel

Dependen :

Persepsi

mahasiswa

akuntansi

mengenai

skandal etis

auditor dan

corporate

manager

Idealisme berpenaruh

negatif signifikan

terhadap skandal etis

auditor dan corporate

manager. Relativisme

berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap

skandal etis auditor dan

corporate manager.

Sedangkan tingkat

pengetahuan dan gender

berpengaruh positif

signifikan terhadap

skandal etis auditor dan

corporate manager.

3 Reni

Yendrawa

ti (2013)

Faktor- Faktor

Yang

Mempengaruhi

Penilaian

Mahasiswa Atas

Perilaku Tidak

Etis Auditor

Serta Tingkat

Ketertarikan

Belajardan

Berkarir Di

Variabel

Independen :

Idealisme,

Relativisme,

Gender,

Tingkat

Pengetahuan

Variabel

Dependen :

Penilaian

Tidak ada variabel yang

dapat menunjukkan

pengaruh yang signifikan

terhadap persepsi

mahasiswa akuntansi FE

UII atas tindakan auditor

dalam skandal akuntansi,

namun variabel

pengetahuan

menunjukkan pengaruh

yang signifikan terhadap

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

25

Lanjutan Tabel 2.3

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil

3 Bidang

Akuntansi

Atas Prilaku

Tidak Etis

Akuntan,

Ketertarikan

Belajar

Akuntansi,

Ketertarika

Berkarir di

Bidang

Akuntansi

menurunnya minat dan

ketertarikan mahasiswa

akuntansi FE UII untuk

belajar akuntansi, serta

idealisme menunjukkan

pengaruh yang signifikan

terhadap menurunnya

minat dan ketertarikan

mahasiswa akuntansi FE

UII untuk bekerja

sebagai seorang auditor.

4 Ega

Megarina

Iswarini

(2013)

Pengaruh

Penalaran Etis

Dan Faktor-

Faktor Pribadi

Terhadap

Sensitivitas Etis

Pada Mahasiswa

Akuntansi

Variabel

Independen :

Penalaran

Etis,

Idealisme,

Relativisme,

Locus of

Control,

Umur,

Gender dan

Kemampuan

Akademis

Variabel

Dependen :

Sensitivitas

Etis

Penalaran etis, idealisme,

Locus of Control

memiliki pengaruh

positif signifikan

terhadap sensitivitas etis.

Relativisme memiliki

pengaruh negatif

signifikan terhadap

sensitivitas etis. Umur

tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap

sensitivitas etis. Gender

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap

sensitivitas etis. Dan

kemampuan akademis

tidak memiliki pengaruh

positif yang signifikan

terhadap sensitivitas etis.

5 Putri

(2012)

Pengaruh

Idealisme,

Relativisme,

Komitmen

Profesional Dan

Komitmen

Organisasi

Terhadap

Sensitivitas Etika

Auditor

PadaPerwakilan

BPKP Provinsi

Riau

Vaiabel

Independen :

Idealisme,

Relativisme,

Komitmen

Profesional,

Komitmen

Organisasi

Variabel

Dependen :

Sensitivitas

Etika

Relativisme berpengaruh

negatif signifikan

terhadap sensitivitas etika

auditor. Komitmen

Profesional berpengaruh

positif signifikan

terhadap sensitivitas etika

auditor. Idealisme dan

komitmen organisasi

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

sensitivitas etika auditor

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

26

Lanjutan Tabel 2.3

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil

6 Mella

Fitria

(2015)

Pengaruh

Orientasi

Idealisme,

Relativisme,

Tingkat

Pengetahuan

Akuntansi, Dan

Gender

Terhadap

Persepsi

Mahasiswa

Akuntansi

Tentang Krisis

Etika Akuntan

Profesional

Variabel

Idependen :

Orientasi

Idealisme,

Relativisme,

Pengetahuan,

Gender

Variabel

Dependen :

Persepsi

mahasiswa

akuntansi

tentang krisis

etika akuntan

profesional

Orientasi Idealisme

berpengaruh signifikan

negatif terhadap persepsi

mahasiswa akuntansi

tentang krisis etika

akuntan professional.

Relativisme berpengaruh

signifikan positif

terhadap persepsi

mahasiswa akuntansi

tentang krisis etika

akuntan profesional.

Tingkat pengetahuan

akuntansi tidak

berpengaruh signifikan

negatif terhadap persepsi

mahasiswa akuntansi

tentang krisis etika

akuntan profesional.

Mahasiswi akuntansi

cenderung lebih tegas

terhadap krisis etika

akuntan profesional.

C. Kerangka Pemikiran

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, berusaha dan

menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan

penuh arti (Dewanti, 2015). Dalam penelitian ini mahasiswa memberikan

persepsi mereka terhadap prilaku tidak etis yang dilakukan oleh akuntan.

Persepsi mahasiswa itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor idealisme,

relativisme dan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa

sebagai landasan untuk menilai etis atau tidak etis sebuah tindakan yang

dilakukan oleh seorang akuntan.

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

27

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menggambarkan secara garis

besar suatu rangkaian pemikiran teoritis yang didasarkan pada telaah pustaka

dan penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan prilaku tidak etis

akuntan. Penelitian ini menguji idealisme, relativisme, dan pengetahuan

sebagai variabel idependen dan prilaku tidak etis akuntan sebagai variabel

dependen.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangak pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut :

H1 (-)

H2 (+)

H3 (-)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Idealisme terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas

Perilaku Tidak Etis Akuntan

Menurut Syaikhul (2006) idealisme mengacu pada suatu hal yang

dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan

diinginkannya tidak ingin melanggar nilai-nilai moral. Dan menurut

Relativisme (X2)

Persepsi

Mahasiswa

Akuntansi Atas

Prilaku Tidak

Etis Akuntan

(Y)

Pengetahuan (X3)

Idealisme (X1)

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

28

Marwanto (2007) idealisme mengacu pada luasnya seseorang individu

percaya bahwa keinginan dari konsekuensi dapat dihasilkan tanpa

melanggar petunjuk moral. Individu yang memiliki sifat idealis akan

berpegang teguh pada aturan moral yang bersifat universal. Individu yang

idealis mempunyai prinsip bahwa merugikan individu lain adalah hal yang

selalu dapat dihindari dan mereka tidak akan melakukan tindakan yang

mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi negatif (Herwinda, 2010).

Individu yang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis di dalam

profesi yang mereka jalankan.

Individu yang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap

suatu situasi yang dapat merugikan orang lain dan memiliki sikap serta

pandangan yang lebih tegas terhadap individu yang melanggar perilaku

etis dalam profesinya. Penelitian yang dibuat oleh Putu (2016), Mella

(2015), dan Elok (2013) menunjukan bahwa mahasiswa yang bersifat

idealis cenderung memberikan tanggapan atau persepsi ketidaksetujuan

terhadap perilaku tidak etis akuntan. Idealisme akan berpengaruh

terhadap persepsi mahasiswa mengenai perilaku tidak etis akuntan, maka

hipotesis yang diajukan yaitu :

H1: Idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa

akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

29

2. Pengaruh Relativisme terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas

Perilaku Tidak Etis Akuntan

Herwinda (2010) menjelaskan bahwa seorang individu yang

memiliki sifat relativisme mendukung filosofi moral yang didasarkan pada

sikap skeptis, yang menganggap bahwa tidak mungkin untuk mengikuti

prinsip-prinsip universal ketika membuat keputusan. Relativisme adalah

model cara berpikir pragmatis, alasannya adalah bahwa aturan etika

sifatnya tidak universal karena etika dilatarbelakangi oleh budaya dimana

masing-masing budaya memiliki aturan yang berbeda-beda.

Menurut Syaikhful (2006) relativisme adalah suatu sikap penolakan

terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis.

Individu yang memiliki tingkat relativisme yang tinggi menganggap

bahwa tindakan moral tergantung pada situasi dan sifat individu yang

terlibat, sehingga mereka akan mempertimbangkan situasi dan kondisi

individu dibandingkan prinsip etika yang telah dilanggar. Pada penelitian

yang dibuat oleh Putu (2016), dan Mella (2015), menunjukan bahwa

mahasiswa yang bersifat relativis cenderung memberikan tanggapan atau

persepsi setuju terhadap perilaku tidak etis akuntan. Relativisme akan

berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa mengenai perilaku tidak etis

akuntan, maka hipotesis yang diajukan yaitu :

H2: Relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa

akuntansi atas perilaku tidak etisa kuntan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi ...repository.ump.ac.id/1668/3/AJI PURNOMO BAB II.pdf · akidah, ibadah dan syariah. Menurut Bertens, K (2007), etika dibagi

30

3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas

Perilaku Tidak Etis Akuntan

Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki atau diketahui

secara sadar atau tidak (Revita, 2014). Pengetahuan yang dimaksudkan

disini, berkaitan dengan informasi mengenai prinsip etika yang berlaku

dalam profesi akuntan (Dzakirin, 2013). Pengetahuan yang diterima antara

mahasiswa satu dengan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini dipengaruhi

pula oleh lama kuliah dan jumlah mata kuliah yang telah ditempuh.

Mahasiswa tingkat atas umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan mahasiswa yang berada ditingkat bawahnya.

Penelitian yang dibuat oleh Putu (2016), menunjukan bahwa

mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai prinsip etika

profesi akuntan akan bersikap lebih bijaksana dan memberikan tanggapan

berupa ketidaksetujuan mengenai skandal etis yang menimpa profesi

akuntan berkaitan dengan penerapan prinsip etika profesi akuntan

dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pengetahuan lebih sedikit.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

pengetahuan etika profesi yang dimiliki maka seorang mahasiswa akan

memberikan reaksi ketidaksetujuan terhadap skandal etis profesi akuntan.

Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa

mengenai perilaku tidak etis akuntan, maka hipotesis yang diajukan yaitu :

H3: Pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa

akuntansi atas perilaku tidak etis akuntan

Pengaruh Idealisme, Relativisme..., Aji Purnomo, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017