bab ii tinjauan pustaka a. menstruasi 1. definisi menstruasi
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MENSTRUASI
1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah keadaan yang normal, yang akan dialami oleh setiap
perempuan yang normal kesehatannya (Sinaga dkk, 2017). Menstruasi
merupakan siklus masa subur telah dimulai terjadi saat lapisan dalam dinding
rahm luruh dan keluar dalam bentuk kumpulan darah yang dikenal dengan
istilah darah menstruasi. Setiap bulan seorang wanita yang telah memasuki
usia subur akan melepaskan satu sel telur (ovum).
Ovum akan dihasilkan dan dilepaskan oleh indung telur (ovarium). Ovum
yang dilepaskan tersebut akan berjalan masuk ke dalam Rahim melalui
saluran telur. Bila pada saat itu ada sel sperma yang masuk dan bertemu,
dapat terjadi pembuahan yang berlanjut menjadi kehamilan. Untuk
mempersiapkan kehamilan yang mungkin terjadi, dinding Rahim akan
menebal. Penebalan yang disebabkan ole faktor hormonal ini berguna agar
Rahim siap menerima mudigah yang akan tertanam di sana. Bila kehamilan
tidak terjadi, kadar hormon (yang membuat rahim menebal) akan turun.
Akibatnya dinding Rahim sebelah dalam akan luruh, dan terjadilah
menstruasi (Pudiastuti, 2012).
Menstruasi merupakan proses berkala yang dating setiap 28-30 hari. Pada
setiap masa menstruasi, darah menstruasi yang berwarna merah gelap akan
dikeluarkan setiap bulan dan berlangsung selama 3-8 hari. Pada paruh
pertama siklus menstruasi 28 hari, saat ovum siap dikeluarkan, ovarium akan
memproduksi hormone esterogen. Hormone ini akan menebalkan dinding
rahim sehingga tercipta suatu lingkungan yang siap untuk menerima
kehamilan.
Pada pertengahan siklus ovum akan dikeluarkan dan sisa folikel ovum
akan menghasilkan hormon progesteron. Hormon ini selanjutna akan lebih
mempersiapkan Rahim untuk menerima kehamilan. Jika ovum tidak
mengalami pembuahan dan kehamilan tidak terjadi, kadar hormone esterogen
dan progesteron ini akan turun dan dinding rahim yang sbelumnya menebal
akan meluruh seiring keluarnya darah. Proses inilah yang disebut menstruasi
(Rasjidi, 2014).
2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti jika proses ini
dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis
di dalam ovarium dan endometrium (Heffner, 2006) :
a. Fase Folikular
Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase pertama yang
merupakan suati fase pada siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi.
Sekelompok folikel ovarium akan mulai matang, walaupun hanya satu
yang akan menjadi folikel dominan, yang disebut sebagai folikel de graaf.
Perkembangan folikel dari bentuk primordial atau bentuk istirahatnya
dalam ovarium dimulai selama beberapa hari sebelum dimulainya
menstruasi pada siklus sebelumnya.Setelah satu siklus berakhirnya,
kematian dari korpus luteum yang telah diprogram menyebabkan
penurunan sekresi hormon yang drastis.
Hari pertama perdarahan menstruasi ditetapkan sebagai hari
pertama fase folikular.Selama 4-5 hari pertama fase ini, perkembangan
folikel ovarium awal ditandai oleh ploriferasi dan aktivitas aromatase sel
granulosa yang di induksi oleh FSH.FSH menstimulasi sintesis reseptor
LH yang baru pada sel granulosa, yang kemudian memulai respon
LH.Selama fase folikular tengah hingga akhir, kadar estradiol dan inhibin
B terus meningkat dalam sirkulasi akan menekan sekresiFSH, sehingga
mencegah pengambilan folikel yang baru.
Peningkatan estradiol dalam sirkulasi yang sangat tinggi dan terus
– menerus menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada kelenjar
hipofisis : peningkatan eksponensial pada sekresi LH. Ovarium juga
menunjukkan respons yang meningkat terhadap gonadotropin. Akhirnya,
kadar estrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan jaringan
endometrium yang melapisi uterus.
b. Fase Ovulatoir
Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH
hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui
kapsul ovarium. 2 - 3 hari sebelum onset lonjakan LH, estradiol dan
inhibin B yang bersikulasi meningkat secara cepat dan bersamaan.
Sintesis estradional berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi
bergantung pada FSH.Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH
menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa.
Kunci dari ovulasi adalah efek umpan balik positif estrogen pada
sekresi LH pada pertengahan siklus.Efek peningkatan estrogen yang
bersirkulasi lebih jauh lagi diperkuat dengan adanya progesteron ovarium.
Lokasi kerja umpan balik positif estrogen pada siklus pertengahan
terhadap sekresi LH tampaknya terjadi di dalam sel – sel neuroendokrin
hipotalamus dan gonadotropin hipofisis.
c. Fase Luteal
Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan
pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum.Pada
manusia, sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar.
Progesteron pada kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk
menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis. Selain itu, pada
keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya konsentrasi progesteron
dan estrofegen, frekuensi denyut GnRH provulatoir menurun,
menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis dasar. Peningkatan
sekresi FSH menjelang akhir fase luteal bergantung pada penurunan kadar
progesteron, estradiol, dan inhibin dalam sirkulasi yang masih
berlangsung. Pemberian antagonis estrogen seperti klomifen sitrat pada
fase luteal bermakna secara klinis menyebabkan peningkatan kadar FSH
dalam sirkulasi dan mengawali penambahan folikel.
d. Fase Menstruasi
Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya.
Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi
folikel yang matang, dan salah satunya, akan berovulasi.Fenomena yang
disebut menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang
dipicu oleh hilangnyadukunganprogesteron terhadap korpus luteum pada
siklus nonkonsepsi.
Protease pemecah matriks dan lisosom yang dikendalikan secara
hormonal tampaknya terlibat.Protease pemecah matriks merupakan
bagian dari golongan enzim metaloproteinase yang substratnya
mengandung kolagen dan matriks protein lainnya .Pada akhirnya,
penurunan progenteron pramenstruasi berhubungan dengan penurunan
aktivitas 15- hidroksiprostaglandin-D dehidrogenase.
Gambar 1
Siklus Menstruasi (Heffner, 2006)
3. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid (Harmani, 2019)
a. Premenstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Merupakan ketegangan keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid, menghilang sesudah haid dating,
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri
pada mamae, dll. Penanganan untuk mengurangi retensi natrium dan
cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi
dan minum sehari-hari agak dikurangi. Pemberian obat diuretic untuk
kurang lebih 5 hari dapat bermanfaat. Sangat penting pula untuk
memberikan pengertian bahwa masalah masalah, bersangkutan dengan
seks dan dengan lingkunagn hidup dapat mempunyai pengaruh jelek
terhadap keluhan-keluhannya, dan bahwa mengatasi masalah-masalah
tersebut dapat memperbaiki keadaan.
b. Mastalgia
Yaitu rasa nyeri dan pembesaran mamae sebelum haid sebabnya oedema
dan hiperemi karena peningkatan relative dari kadar esterogen. Tetapi
biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedang pada mastalgia keras
kadang kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg sehari sublingual,
bromokriptine dalam dosis kecil dapat membantu pengurangan
penderitaan.
c. Mittelschmerz (Rasa Nyeri Pada Ovulasi)
Yaitu nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid,
pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi mungkin
juga berat. Lamanya mungkin beberapa jam, tetapi ada beberapa kasus
sampai 2-3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tanpa disertai dengan
perdarahan, yang kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat,
sedang pada siklus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa.
Penanganan umum terdiri atas pada wanita yang bersangkutan.
d. Dismenorea (Nyeri Haid)
Dismenorea (Nyeri Haid) penyebabnya diperkirakan kejangnya pada otot
Rahim akibat aliran darah yang kurang lancar. Gangguan haid ini terjadi
24 jam sebelum haid datang dan 12 jam pada masa haid, sekitar 50%
wanita mengalami gangguan haid dan mencapai puncaknya pada uia 17-
25 tahun. Dismenore (Nyeri haid) ini terjadi atas 2, yaitu dismenorea
(nyeri haid) primer dan dismenorea (Nyeri haid) sekunder.
1) Nyeri Haid Primer
Nyeri haid adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
slama menstruasi. Disebut nyeri haid primer jika tidak ditemukan
penyebab yang mendasarinya. Biasanya nyeri haid primer timbula pada
masa remaja yaitu 2-3 tahun setelah menstruasi pertama (Shaleh, 2017).
Dismenore (nyeri haid) primer dikenal dengan sebutan PMS (primarry
dismenorrhea) dan tidak memiliki patofisiologi khusus. Pada umumnya
dismenore primer sering dikenal dengan gejala premenstrual sindroma
yang disebabkan oleh kelebihan hormon prostaglandin pada bagian
endometrium. Terapi untuk masalah ini dengan memberikan inhibitor
pemeriksaan prostaglandin. Dismenore primer pada umumnya dialami
para perempuan remaja pada 6 bulan sampai 2 tahun periode menarche
(Afiyanati, 2016).
Nyeri haid primer terjadi akibat endometrium mengandung
prostaglandin dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung
prostaglandin meningkat, mencapai tingkat maksimum pada awitan
menstruasi di bawah pengaruh progresteron selama fase luteal siklus
menstruasi. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat
dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia,
disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri Morgan (dalam
manurung, 2016). Nyeri mungkin mendahului sampai 24 jam sebelum
pengeluaran darah menstruasi, tetapi biasanya muncul bersamaan dengan
pengeluaran darah menstruasi Gant (dalam manurung, 2016).
Secara patofisiologi, kondisi dismenore (nyeri haid) terjadi karena
peningkatan sekresi prostaglandin F2a pada fase luteal siklus menstruasi.
Sekresi F2 alfa prostaglandin yang meningkat menyebabkan peningkatan
frekuensi kontraksi uterus sehingga menyebabkan terjadinya vasospasme
dan iskemia pada pembuluh darah arteri uterus. Hal ini dapt
menyebabkan perempuan penderita mengalami kram pada perut.
Respons iskemik yang terjadi pada kondisi dismenore (nyeri haid)
menyebabkan sakit pada darah pinggang (backache), kelemahan, edema,
diaphoresis, anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, penurunan
konsentrasi, emosi labil, dan gejala lainnya. Etiologi dismenore (nyeri
haid) belum diketahui secara pasti, namun, secara reoritis dapat
disebabkan adanya defisiensi progesterone, peningkatan prolaktin dan
prostaglandin, diet tidak adekuat, dan masalah psikososial (Afiyanti,
2016).
Menurut Priyatna (2009) Pemicu utama nyeri haid primer adalah
prostaglandin, zat kimia tubuh yang dapat menyebabkan kram atau
kontraksi. Pada jumlah yang berlebihan, dia dapat menyebabkan :
a. Mual
b. Muntah
c. Sakit kepala
d. Nyeri punggung
e. Diare
f. Kram yang parah saat haid
2) Nyeri Haid Sekunder
Nyeri haid sekunder memiliki sebab patofisiologi khusus misalnya
berkenaan dengan adanya fibromyomas dan endometriosis. Nyeri haid
sekunder dialami perempuan yang mengalami endometriosis, infeksi
panggul, mengalami penyempitan atau stenosis pada mulut rahim
(servik), kanker uterus dan ovaium, atau perempuan akseptor IUD
(Afiyanti, 2016).
4. Manajemen Nyeri
Ada beberapa penatalaksanaan nyeri haid primer diantaranya :
Penatalaksanaan secara farmakologis dan penatalaksanaan secara non
farmakologis.
a. Manajemen Nyeri Farmakologis (Prawirohardjo, 2014)
1) Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat pemberian
sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderita. Obat analgesik yang sering pemberian adalah preparat
kombinasi aspirin, faansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar
dipasaran antara lainnovalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.
2) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar nyeri haid primer atau untuk
memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis
pil kombinasi kontrasepsi.
3) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Pengobatan dapat pemberian sebelum haid mulai satu sampai tiga hari
sebelum haid dan dapat hari pertama haid.
4) Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat
memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin
didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik
antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi
ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lainnya
gagal.
b. Manajemen Nyeri Non Farmakologis (Zakiyah, 2015)
1) Pemberian kompres panas dingin
Kompres dingin dan Panas dapat dijadikan salah satu strategi untuk
menurunkan nyeri yang efektif pada beberapa kondisi, terapi kompres
dingin dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri(non -
nosiseptor) dalam reseptor yang sama seperti pada cedera. area
Pemberian kompres panas dan dingin dapat menimbulkan respon
sistemik dan respons lokal. Stimulasi ini mengirimkan impuls impuls dari
perifer ke hipotalamus yang kemudian menjadi sensasi temperatur tubuh
secara normal Potter dan Perry (dalam Zakiyah, 2015). Pada saat
pemberian terapi ini perawat harus memahami respon tubuh terhadap
variasi temperatur lokal dan integritas bagian tubuh. Kemampuan klien
terhadap sensasi temperatur bervariasi dan hal ini dapat mempengaruhi
jalannya tindakan dengan baik. tubuh manusia dapat mengurangi variasi
temperatur yang luas itu temperatur permukaan kulit yang normal 340C,
tetapi temperatur penerima biasanya beradaptasi dengan cepat ke
temperature local melebihi batas tersebut.
Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan
sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang
peristaltis usus, pengeluaran getah radang menjadi lancar, serta
memberikan ketenangan dan kenyamanan pada klien. Pemberian
kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut
kembung, dan pada saat kedinginan.
Sementara kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah
setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau
air es sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan
diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat edema
atau trauma, mencegah kongesti kepala, memperlambat denyutan
jantung, mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi arus darah
lokal. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung lokasinya dan
selama pemberian kompres, kulit klien diperiksa setelah menit
pemberian, jika dapat ditoleransi oleh kulit diberikan selama 20 menit.
Namun pemberian terapi ini tidak dianjurkan bagi klien yang mempunyai
alergi dingin.
2) Masase
Masase adalah melakukan tekanan dengan menggunakan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditujukan untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki relaksasi.
3) Acupressure
Accupressure adalah suatu cara pengobatan tradisional tiongkok yang
sudah lama dikenal keberadaannya. Di barat, cara pengobatan yang sama
dengan acupressure adalah penekanan-penekanan titik pengaktif (trigger
point), dimana dalam hal nyeri titik pengaktif adalah sama dengan titik
akupuntur. Sementara menurut ilmu kedokteran timur, acupressure adalah
penekanan titik-titik akupuntur dengan tujuan memperlancar sirkulasi
sehingga tercapai keseimbangan energi, dengan indikasi utama untuk nyeri
dan gangguan neuromuscular, sedangkan indikasi lainnya adalah sama
dengan akupuntur. Menurut beberapa penelitian, acupressure ternyata
mempunyai hasil yang cukup signifikan dan dalam perkembangannya
selama ribuan tahun, acupressure mempunyai banyak ragam dalam hal
teknik dan metode, kemudian berkembang menjadi pointing therapy.
4) Progressive Muscle Relaxation (PMR)
PMR mmerupakan strategi untuk membantu relaksasi melalui peregangan
dan pelemasan otot. Relaksasi merupakan metode efektif, terutama pada
klien yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernapasan dan teknik
relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernapasan, frekuensi
jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-
ketegangan otot. Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang
mengalami nyeri, yaitu :
• Memperbaiki kualitas tidur
• Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
• Mengurangi keletihan
• Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam
mengatasi nyeri.
• Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau
berulang karena nyeri
• Pengalihan rasa nyeri atau distraksi
• Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri yang lain
• Memeperbaiki kemampuan menoleransi nyeri
• Menurunkan distress atau ketakutan terhadap nyeri.
5. Skala Ukur Nyeri Numeric Rating Scale
Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai
dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0-10 atau 0 – 100.
Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri
hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik.
Skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale (NRS) )lebih di gunakan
sebagai pengganti alat pendiskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10 . hasil pengukurannya adalah 0 termasuk
kategori tidak ada nyeri, skor 1-3 termasuk pada skala nyeri ringan, skor 4-6
termasuk nyeri sedang, 7- 10 termasuk kategori nyeri berat. Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm.
Gambar 1
Numeric Rating Scale (Zakiyah, 2015)
B. Latihan Abdomminal Stretching
1. Definisi Latihan Abdominal Stretching
Abdominal stretching merupakan latihan yang diberikan berorientasi pada
peregangan pada otot perut dan pelvis agar otot-otot sekitar abdomen menjadi
rileks akibat peregangan serta darah yang menuju ke uterus lancar sehingga
dapat menurunkan intensitas nyeri dismenorea. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Shahnaz menyatakan bahwa abdominal stretching efektif
untuk menurunkan derajat nyeri, durasi nyeri, serta dapat digunakan sebagai
latihan yang dapat mengatasi dismenorea primer, dapat meningkatkan
kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan
relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi
ketegangan otot (kram otot), mengurangi nyeri otot dan mengurangi nyeri
saat menstruasi Alter (dalam Wati, 2018).
Adapun salah satu cara exercise / latihan untuk mengurangi intensitas
nyeri haid adalah dengan melakukan abdominal stretching exercise. (Fauziah,
2015). Abdominal stretching exercise (latihan peregangan otot) merupakan
suatu latihan peregangan otot terutama pada perut yang dilakukan selama 10-
15 menit. Latihan ini dirancang khusus untuk meningkatkan kekuatan otot,
daya tahan dan fleksibilitas uterus sehingga diharapkan dapat mengurangi
nyeri haid (Salbiah, 2015). Abdominal stretching exercise dirancang khusus
oleh berbagai pakar kesehatan dan ahli fisioterapi untuk meningkatkan
kekuatan, daya tahan serta kelenturan otot perut sehingga diharapkan dapat
menurunkan tingkat nyeri menstruasi (sari, 2016).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Latihan Abdominal
Stretching adalah latihan peregangan dalam memelihara dan mengembangkan
fleksibiltas atau kelenturan daerah perut untuk mengurangi intensitas nyeri
haid.
2. Manfaat Latihan Abdominal Stretching
Menurut Alter dalam Fauziah (2015), manfaat abdominal stretching
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan fisik seorang atlet.
b. Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet pada
berbagai bentuk gerakan yang terlatih.
c. Meningkatkan mental dan relaksasi fisik.
d. Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh.
e. Mengurangi resiko keseleo sendi dan cedera otot (kram).
f. Mengurangi resiko cedera punggung.
g. Mengurangi rasa nyeri otot dan ketegangan otot.
3. Standar Operasional Prosedur Latihan Abdominal Stertching
Pengertian • latihan peregangan dalam memelihara dan
mengembangkan fleksibiltas atau kelenturan daerah
perut untuk mengurangi intensitas nyeri haid
(dismenore).
• Latihan Abdominal Stretching Dilakukan selama 10-
15menit
Manfaat Latihan
Abdominal
Stretching
• Meningkatkan fisik seorang atlet.
• Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan
penampilan atlet pada berbagai bentuk gerakan yang
terlatih.
• Meningkatkan mental dan relaksasi fisik.
• Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh.
• Mengurangi resiko keseleo sendi dan cedera otot
(kram).
• Mengurangi resiko cedera punggung.
• Mengurangi rasa nyeri otot dan ketegangan otot.
• Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi
(dismenore) bagi wanita.
Persiapan Alat 1. Bola
2. Matras
3. Musik
Prosedur 1. Cat Stretch
Posisi awal : tangan dan lutut di lantai.
a. Punggung dilengkungkan, perut di gerakkan ke arah
lantai senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata
melihat lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung
dengan bersama, lalu rilaks.
b. Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala
menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil
dihitung dengan bersama, lalu rilaks.
c. Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan
sejauh mungkin. Tahan selama 20 detik sambil
dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
2. Lower Trunk Rotation
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki
di lantai, kedua lengan dibentangkan keluar.
a. Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin
dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai.
Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan
bersuara.
b. Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat
mungkin dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di
lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung
dengan suara, kemudian kembali ke posisi awal.
3. Buttock / Hip Stretch
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut ditekuk.
a. Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada
paha kiri diatas lutut.
b. Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah
dada senyaman mungkin. Tahan selama 20 detik
sambil dihitung dengan bersuara, kemudian
kembali ke posisi awal dan relaks.
4. Abdominal Strengthening : Curl Up
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki
di lantai, tangan di bawah kepala.
a. Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong
ke arah langit – langit. Tahan selama 20 detik
sambil dihitung dengan bersuara.
b. Ratakan punggung sejajar lantai dengan
mengencangkan otot – otot perut dan bokong.
c. Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah
lutut, tahan selama 20 detik.
5. Lower Abdominal Strengthening
Posisi awal:berbaring terlentang, lutut ditekuk,
lengan dibentangkan sebagian keluar.
a. Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan
punggung bawah ke lantai dengan
mengencangkan otot – otot perut dan bokong.
b. Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil
menarik tumit dan bola, kencangkan otot bokong.
Jangan melengkungkan punggung.
6. The Bridge Position
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki
dan siku di lantai, lengan dibentangkan sebagian
keluar.
a. Ratakan punggung di lantai dengan
mengencangkan otot – otot perut dan bokong.
b. Angkat pinggul dan punggung bawah untuk
membentuk garis lurus dari lutut ke dada. Tahan
selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara,
kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan
relaks.
C. Hubungan Abdominal Stretching dengan Nyeri haid
Berdasarkan berberapa variabel di atas terdapat hubungan antar variabel
bebas terhadap variabel terikat yaitu abdominal stretching dan nyeri haid,
bahwa penurunan tingkat nyeri haid (dipengaruhi gerakan latihan abdominal
stretching.
Ketika menstruasi terjadi pembebasan prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh endometrium sehingga menghambat
aliran darah dan O2 ke endometrium. Penurunan nyeri haid terjadi pada
wanita yang melakukan olahraga (abdominal stretching). Hal itu dikarenakan
olahraga (Abdominal Stretching) menyebabkan peningkatan ambilan oksigen
ke seluruh tubuh, vasodilatasi pembuluh darah dan pengeluaran hormon
endorfin.
Latihan tersebut akan memperkuat fungsi-fungsi sistem organ diantaranya
sistem jantung sebagai pusat pompa darah, sistem pernafasan agar tercapai
fungsi pertukaran oksigen dan karbondioksida yang optimal, sistem kerja
tulang dan otot, system saraf yang berperan selain mengatur kerja semua
sistem organ juga membantu memobilisasi stres dengan diaturnya
pengeluaran hormon - hormon seperti endorfin, adrenalin dan serotonin.
Endorfin penting dalam sistem analgesik alami tubuh, ini berfungsi
sebagai neurotransmitter analgesik. Endorfin dibebaskan dan berikatan
dengan reseptor opiat di ujung serat nyeri aferen. Pengikatan ini menekan
pelepasan substansi P sehingga transmisi nyeri dihambat. Para peneliti
percaya bahwa endorphin dibebaskan selama olahraga berkepanjangan.
Dilatasi pembuluh darah akan membantu mengurangi terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah pada saat menstruasi sehingga suplai oksigen
ke endometrium tidak terhambat dan terjadi pengeluaran hormon endorfin.
Hal tersebut akan membantu mengurangi rasa nyeri yang terjadi pada saat
menstruasi (Wiranto, 2013).
D. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait nyeri haid dan exercise pada remaja putri adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulian dkk (2018) dengan judul “
Latihan Abdominal Stretching Menurunkan Tingkat Nyeri Haid Remaja
Putri di SMAN 3 Brebes” Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon
diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,005) yang artinya terdapat pengaruh
yang bermakna latihan abdominal stretching terhadap tingkat nyeri haid
(dismenore) pada remaja putri. Latihan abdominal stretching mampu
memicu endhorphin (opiate alami) yang mampu untuk mengurangi nyeri.
Disarankan untuk mengaplikasikan latihan abdominal stretching dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi nyeri haid.
2. Penelitian yang dilakukan Narges et al. Tahun 2017 dengan judul
Comparison of the Effect of Stretching Exercises and Mefenamic Acid on
the Reduction of Pain and Menstruation Characteristics in Primary
Dysmenorrhea. Menyatakan bahwa Rasa sakit yang berarti Intensitas
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok latihan hanya pada siklus
pertama (p = 0,058). Pada siklus kedua, perbedaan rata-rata dalam
pengurangan nyeri pada kelompok latihan adalah lebih tinggi dari
kelompok mefenamik dibandingkan dengan awal penelitian (p = 0,056)
dan siklus pertama (p = 0,007). Tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam tingkat keparahan dan durasi rasa sakit antar kelompok (p> 0,050)
3. Penelitian yang dilakukan Ratna (2017) dengan judul “The Effectiveness
Of Abdominal Stretching Exercise On Menstrual Pain Level In Student
Of Semester VIII Prodi S1 Nursing University NU Surabaya Year 2017”
menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan dari 15 responden,
sebagian besar 8 (53,3%) responden memiliki tingkat nyeri haid sedang
sebelum latihan peregangan perut dan hampir setengah 7 (46,7%)
responden memiliki tingkat nyeri haid ringan setelah latihan peregangan
perut diberikan. Wilcoxon signed rank test mendapat P = 0,002 <α 0,05
sehingga H0 ditolak, berarti latihan peregangan perut efektif untuk
menurunkan tingkat nyeri haid.
4. Penelitian yang dilakukan Yuanita & Siti (2018) dengan judul
“Abdominal Stretching Exercise Menurunkan Intensitas Nyeri haid Pada
Remaja Putri di SMKN 10 Medan Tahun 2018” menyatakan bahwa ada
pengaruh abdominal stretching exercise terhadap intensitas nyeri haid
pada remaja putri dengan hasil yang diperoleh yaitu mean sebelum
intervensi 2,50 dan mean sesudah intervensi 1,82, sedangkan standar
deviasi sebelum intervensi 0,509 dan standar deviasi sesudah intervensi
0,612. Hasil Uji statistik Wilcoxon dengan sig (2-tailed) p= 0,000 artinya
≤ 0,05.
5. Penelitian yang dilakukan Weny dkk (2017) dengan judul “Pengaruh
Abdominal Stretching Exercise Terhadap Intensitas Nyeri Nyeri haid
SMPN 1 Wonoboyo tahun 2015” menyatakan bahwa intensitas nyeri
nyeri haid sebelum abdominal stretching exercise 75% responden
mengalami nyeri haid sedang dan terdapat 8 responden nyeri haid berat.
Intensitas nyeri nyeri haid setelah abdominal stretching exercise
menunjukkan bahwa dari 48 responden, tidak ada responden dengan
nyeri nyeri haid berat dan 85% mengalami nyeri haid sedang. Nilai p
value 0,000 dan nilai z = 4, 689 artinya ada pengaruh abdominal
stretching exercise terhadap intensitas nyeri dengan nyeri haid.
E. Kerangka Teori
Gangguan Lain Yang Ada
Hubungan Dengan Haid
• Pre Menstrual Tension
• Mastalgia
• Mittelschmerz
• Nyeri Haid
Farmakologi
• Pemberian obat analgesic
• Terapi Hormonal
• Terapi Non Steroid
Prostaglandin
• Dilatasi Kanalis Servikalis
Non Farmakologi
• Kompres Panas Dingin
• Masase
• Acupressure
• Progressive Muscle Relaxation (PMR)
• Relaksasi
Abdominal
Stretching
Nyeri
• Tetap
• Menurun
• Meningkat
Sumber : Harnani (2019), Prawirohardjo (2014), Zakiyah (2015), Wati (2018)
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep- konsep
atau variabel – variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang
dimaksud (Notoatmodjo, 2010).
Variabel Independen Intervensi Variabel Dependen
Intensitas Nyeri
Haid Sebelum
Intervensi
ABDOMINAL
STRETCHING Intensitas Nyeri
Haid Sesudah
Intervensi
G. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional
.
.
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel
Independe
n:
Nyeri Haid
Sebelum
diberikan
intervensi
Ketidaknyamanan
dan rasa nyeri
yang di rasakan
pada saat wanita
mengalami
menstruasi.
Setelah diberikan
intervensi berupa
abdominal
stretching
Wawancara Pedoman
wawancara
Iinstrumen
NRS
(Numeric
Rating
Scale) yang
sudah
dibakukan
Intensitas nyeri
sebelum diberikan
intervensi, data skala
NRS dengan hasil:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
Ordinal
Variabel
Dependen:
Nyeri Haid
Setelah
diberikan
intervensi
Ketidaknyamanan
dan rasa nyeri
yang di rasakan
pada saat wanita
mengalami
menstruasi.
Setelah diberikan
intervensi berupa
abdominal
stretching
Wawancara Pedoman
wawancara
Iinstrumen
NRS
(Numeric
Rating
Scale) yang
sudah
dibakukan
Intensitas nyeri setelah
diberikan intervensi,
data skala NRS dengan
hasil:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
Ordinal
H. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
dari suatu penelitian, patokan, duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian teersebut (Notoadmodjo, 2010) . Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh abdominal stretching terhadap
penurunan skala nyeri haid. Hipotesis alternatif (Ha) = Terdapat pengaruh
Abdominal Stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri di
SMPN 2 Abung Semuli.