bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan permasalahan pada PT. Ultrajaya maka penelitian
terdahulu yang dijadikan landasan penulisan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian
Terdahulu Uraian
1
Indah Kurniawati (2015)
Tujuan dan Metode
Penelitian
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
serta mengetahui apakah perusahaan dapat
memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini EVA dan MVA pada PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2011-2013
nilai EVA negatif (EVA < 0) dan untuk MVA pada
tahun 2011-2012 nilai MVA negatif (MVA < 0)
sedangkan pada tahun 2013 nilai MVA positif
(MVA > 0). PT Ultrajaya Milk Tbk tahun 2011-
2012 nilai EVA negatif sedangkan pada tahun 2013
nilai EVA positif dan nilai MVA dari tahun 2011-
2013 adalah positif . PT Indofood Sukses Makmur
tahun 2011-2013 nilai EVA negatif da untuk nilai
MVA dari tahun 2011-2013 Mva positif.
11
No Penelitian
Terdahulu Uraian
2
Fina Setyarini (2004)
Tujuan dan Metode
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja
perusahaan pada Perusahaan Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar di BEJ dengan
menggunakan analisa EVA dan Rasio Keuangan
Hasil Penelitian
Hasil analisis data penilitian tersebut yaitu
jika dilihat dari Rasio keuangan, rata-rata kinerja
perusahaan makanan dan minuman pada tahun
1998-2000 memiliki angka rasio yang baik,
sehingga mempunyai pertumbuhan yang cukup
tinggi atau mempunyai prospek yang bagus pula
baik pada saat ini dan di masa mendatang. Dan
dilihat dari EVA, rata-rata kinerja perusahaan
makanan dan minuman pada tahun 1998-2000
hampir semua menunjukkan angka positif, yang
berarti perusahaan telah berhasil menciptakan nilai
ekonomis dan dapat memenuhi harapan investor.
3
Dimas Ragil Kinayungan P. (2007)
Tujuan dan Metode
Penelitian
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada
Perusahaan di sektor semen Yang Terdaftar di BEJ
dengan menggunakan rasio keuangan, analisa EVA
dan MVA
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada sektor semen
bahwa kinerja keuangan semen yang go public
selama tahun 2003-2005 sehat dan mampu
memberikan nilai tambah ekonomis dan nilai
tambah pasar kecuali pada PT semen cibinong Tbk
yang menunjukan bahwa kinerja keuangannya tidak
sehat,dan diantara perusahaan semen tersebut, maka
PT semen gresik (persero) Tbk mempunyai kinerja
keuangan yang baik.
12
Berdasarkan tabel penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa
kesamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama
menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA). Perbedaan penelitian terdahulu dan sekarang adalah obyek
penelitian dan periode data.
B. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Munawir (2007) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu hal penting yang harus dilakukan perusahaan
karena merupakan salah satu upaya pengendalian perusahaan.
Pengukuran kinerja digunakan untuk melakukan perbaikan kegiatan
operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Informasi mengenai kinerja perusahaan bagi para manajer dapat
digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri,
sedangkan bagi para kreditor dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemungkinan pinjamannya dapat ditagih kembali, dan bagi para
pemegang saham adalah untuk meramalkan keuntungan, dividen,
serta harga saham. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk
memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggaran atau
masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas
yang baik.
13
Menurut Fahmi (2011:2), kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan
suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan,
dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan
sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil
apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Manfaat Penilaian Kinerja
Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.
14
2) Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara
keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan
untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
4) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
c. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Tujuan penilaian kinerja Keuangan menurut Munawir
(2000:31) adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.
15
3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan
untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk
membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta
kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para
pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis
keuangan.
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam standar Akuntansi Keuangan (PSAK) laporan
Keuangan adalah “laporan yang menggambarkan dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya”. (IAI,
2002:47)
Harahap, (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Ridwan dan Inge
(2003:128), analisis laporan keuangan merupakan suatu informasi
yang ditujukan untuk masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur,
16
pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen perusahaan,
investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap
untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisis
dari laporan keuangan ini bersifat relative karena didasarkan pada
pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai relatif.
Menurut Hanafi dan Halim (2002:63), laporan keuangan
adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai
perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti
industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih
baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Laporan keuangan dibuat oleh bagian manajemen dengan
tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan selama satu
periode. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja keuangan. Disamping itu laporan keuangan dapat
juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai
laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan yang meliputi para
kreditur, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut
berdomisili, serta masyarakat sekitarnya. Menurut Sutrisno (2001:9)
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
meliputi dua laporan utama yakni:
17
1) Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan
suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai dua
sisi, sisi debit dan kredit. Pada sisi debit menunjukka posisi
kekayaan perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap. Sedangkan pada sisi kredit atau pasiva menunjukkan
sumber kekayaan perusahaan yang terdiri dari dua sumber yakni
hutang dan modal.
2) Aktiva
Pada sisi aktiva neraca dikelompokkan sesuai urutan yang
paling lancar. Pengertian paling lancar disini adalah kemampuan
aktiva tersebut untuk dikompersi menjadi kas. Dengan demikian,
maka penggolongan aktiva dalam neraca adalah :
a) Aktiva lancar
Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan
berdasarkan urutan yang paling lancar. Aktiva lancar disini
adalah yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang
atau kas.
b) Aktiva tetap
Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan,
kendaraan dan peralatan yang lain yang dilakukan oleh
perusahaan. Aktiva tetap disusun berdasarkan urutan yang
paling tidak likuid (lancar).
18
c) Aktiva lain-lain
Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain
yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain
adalah kekayaan atau investasi yang tidak dikelompokkan
dalam aktiva tetap dan aktiva lancar.
3) Laporan Laba-Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukan hasil
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini
biasanya digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan
dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu.
Laporan laba-rugi pada dasarnya mengambarkan dua macam
arus yang membentuk laba atau rugi.laba terjadi apabila
penghasilan yang diperoleh dalam satu periode lebih besar
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, sebaliknya
rugi akan timbul bila pendapatan lebih rendah dibandingkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.
4) Laporan Arus kas
Laporan ini menggambarkan tentang perputaran uang (kas
dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan dan
tahunan. Laporan arus kas terdiri dari kas untuk kegiatan
operasional dan kas untuk kegiatan pendanaan.
19
b. Fungsi Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai alat penguji dan pekerjaan pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagal alat penguji tetapi
juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilal posisi
keuangan perusahaan, dimana dengan hash analisa lapran keuangan,
pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan.
Laporan keuangan suatu perusahaan dapat memberikan suatu
informasi yang bermanfaat bagi pemakainya, jika memenui
persyaratan yang ditetapkan (Prinsip Akuntansi Indonesia) adalah
sebagai berikut :
1) Relevan
Pengukuran relevansi suatu informasi harus dihubungkan
dengan penggunaannya. OIeh karena dalam mempertimbangkan
relevansi suatu informasi hendaknya perhatian difokuskan pada
kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pihak
tertentu.
2) Dapat dimengerti
Bentuk laporan keuangan dan istilah yang dipakai
hendaknya disesuaikan dengan batas pengertian pemakai
informasi juga diharapkan mempunyai dasar pengertian mengenai
aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi dan istilah yang
digunakan dalam laporan keuangan.
20
3) Objektif
Laporan keuangan harus disusun seobyek mungkin, dapat
diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independent dan
menggunakan metode pengukuran yang sama.
4) Netral
Laporan keuangan hendaknya disusun untuk kebutuhan
umum pemakai dan bukan kebutuhan pihak tertentu saja.
5) Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disampaikan secara sedini
mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu
pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertunda
pengambilan keputusan bagi pemakai.
6) Dapat Dibandingkan
Laporan keuangan yang disajikan harus dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama maupun dengan perusahaan yang sejenis
pada periode yang sama. Prinsip konsisten (penggunaan model)
akuntansi hendaknya selalu dipatuhi dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, jika terjadi perubahan metode hendaknya diberikan
penjelasan metode yang diganti/ diubah.
21
7) Lengkap
Laporan keuangan hendaknya disajikan secara lengkap
meliputi semua data akuntansi yang memenuhi sekurang-
kurangnya enam persyaratan tersebut.
c. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau
22
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
3. Analisis Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian EVA
Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) EVA merupakan alat
komukasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat
dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja
perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal.
Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen
perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah
ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat
teori keuangan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah
mudah diakses oleh menejer perusahaan yang tidak terlatih dengan
baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA
membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan
dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan
perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu
analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini
lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital.
Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan
pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam
23
mengukur kinerja perusahaan.
Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai
tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi
perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan – harapan
setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat
keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal
yang ada (Widayanto, 1993:51)
Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasi
setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk
menghasilkan laba. Laba operasional setelah pajak menggambarkan
hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya
modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam
penciptaan nilai tersebut (Steward, 1997:10).
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan
operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan
unntuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil
harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur. Economic
Value Added (EVA) merupakan perangkat finansial untuk mengukur
keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic
Value Added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan
lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan
24
menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA)
dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal
tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value
Added (EVA) akan naik terus-menerus, karena Economic Value
Added (EVA) adalah tolok ukur fundamental dari tingkat
pengembalian modal (return of capital). Ada beberapa cara untuk
meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan yaitu
(Widayanto, 1993:32-33):
1) Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal
2) Mengurangi pemakaian modal
3) Melakukan investasi pada proyek – proyek dengan tingkat
pengembalian tinggi.
Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan
dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat
analisis kecenderungan dengan tahun – tahun sebelumnya. Konsep ini
lebih menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah
dikurangi dengan biaya modal rata – rata tertimbang.
Metode Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur
Kinerja Perusahaan Konsep Economic Value Added (EVA) ini
tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah
ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan
sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak
25
kreditur dan penyedian dana dalam menentuakan hubungannya
dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan
metode Economic Value Added (EVA) seringkali digunakan untuk
pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam
pengambilan keputusan – keputusan strategis.
Analisis Economic Value Added (EVA) ini mencoba melihat
dari segi ekonomis dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan adil
atas dasar konsep kepuasan stakeholder (seluruh anggota perusahaan),
bentuknya adalah dengan mempertimbangkan harapan – harapan
karyawan, pelanggan, dan pemberi modal (investor/pemegang saham).
Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya modal rata – rata
tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar.
EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah
penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian
(rate of return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Laba disini adalah Net Operating
Profit After Tax (NOPAT) yaitu laba operasi bersih sesudah pajak.
Sedangkan biaya kapital adalah biaya bunga pinjaman dari biaya
ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung
secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital =
WACC). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten
dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA
26
yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat
tingkat pengembalian yang dituntut investor.
b. Manfaat EVA
Manfaat dari penerapan EVA antara lain (Utama, 1997; 12) :
1) Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang
berfokus pada penciptaan nilai (value creation).
2) Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka
adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai
pemegang saham.
3) Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti
halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan.
4) EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada
kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka
untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai
perusahaan.
5) EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya.
6) EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek
atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi
dari pada biaya modal.
27
c. Keunggulan dan Kelemahan EVA
Economic Value Added (EVA) sebagai alternatif pengukuran
kinerja perusahaan yang relatif baru, memiliki beberapa keunggulan
dan kelemahan (Utama, 1997: 10). Keunggulan yang dimiliki metode
Economic Value Added (EVA) antara lain:
1) Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alat ukur yang
dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu
perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam satu industri, dan
tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan dengan
tahun – tahun sebelumnya.
2) Konsep Economic Value Added (EVA) adalah pengukur kinerja
perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya,
yaitu dengan memperhatikan harapan – harapan pada pemilik
modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Dimana
derajat keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari
struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan
nilai buku.
3) Konsep Economic Value Added (EVA) dapat dipakai sebagai
tolok ukur dalam pemberian bonus bagi karyawan. Disamping itu
Economic Value Added (EVA) juga merupakan tolok ukur yang
tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stakeholder yakni bentuk
perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan dan pemberi
modal (kreditur dan investor).
28
4) Walaupun konsep Economic Value Added (EVA) berorientasi
pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk
dipertimbangkan dalam penentuan arah strategis perkembangan
portofolio perusahaan.
Disamping keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh
Economic Value Added (EVA) terdapat pula beberapa kelemahan
EVA (Mirza, 1997 ; 68) :
1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak
mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat
retensi konsumen.
2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham-saham
tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih
dominan.
3) Konsep ini tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara
akurat, dalam kenyataanya seringkali perusahaan kurang
transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.
d. Strategi Meningkatkan EVA
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA:
1) Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan
keuntungan (Profitable Growth), hal ini bisa dicapai dengan
29
menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan
tingkat pengembalian tinggi.
2) Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi
dalam hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan
tambahan modal.
3) Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari
bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording
business).
Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan
menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat
pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak
menjanjikan hasil.
e. Langkah-langkah Menentukan EVA
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA
menurut (Rousana, 1997; 19) :
1) Menghitung biaya modal utang (Cost of Debt)
2) Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity)
3) Menghitung struktur permodalan dari neraca. Struktur modal
biasanya terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga dicari:
Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal
Komposisi modal = rasio modal saham terhadap jumlah modal
4) Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average
Cost of Capital)
30
5) Menghitung EVA (Economic Value Added)
4. Market Value Added (MVA)
a. Pengertian MVA
Menurut Warsono (2003: 47) tujuan utama manajemen keuangan
perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang
sahamnya. Tujuan ini jelas bermanfaat bagi para pegang saham biasa,
dan itu juga menjamin bahwa sumberdaya yang terbatas dialokasikan
secara efesien. Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat
dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar
ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para investor
kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah pasar
(Market Value Added/MVA).
Sedangkan menurut Sartono (2001: 103) tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Selain memberi
manfaat bagi pemegang saham, tujuan ini juga menjamin sumber daya
perusahaan yang langka dialokasikan secara efesien dan memberi
manfaat ekonomi. Kemakmuran pemegang saham dimaksimalkan
dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di
atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini disebut
Market Value Added (MVA).
Ruky (1999: 350) menyatakan bahwa MVA adalah hasil
kumulatif kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi
31
yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan. MVA mencerminkan
seberapa sukses investasi baru di masa datang.
Manfaat dari MVA disamping untuk mengukur kinerja
perusahaan adalah juga untuk mengukur nilai perusahan yang berhasil
diciptakan nilai perusahaan dalam kaitannya dengan pasar modal akan
tampak pada harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Sebagian besar perusahaan memiliki tujuan utama untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham (investor). Tujuan ini jelas
menguntungkan pemegang saham, tetapi juga bermaksud untuk
memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara
efisien yang menguntungkan perekonomian.
Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan
memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan
jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor. Perbedaan ini disebut
nilai tambah pasar (Market Value Added) (Brigham dan Houston,
2001:150). Nilai Market Value Added dapat dihitung dengan rumus
(Young dan O’Byrne, 2001: 26): MVA = Nilai pasar Ekuitas – Nilai
buku ekitas.
MVA t = P t .Q t - P 0.Q t
Keterangan:
P t = Harga pasar saham per lembar
Q t = Jumlah lembar saham yang beredar pada tahun t
32
P 0 = Harga pasar saham per lembar saat penawaran perdana
a. Manfaat dari Market Value Added yang dapat diaplikasikan pada
perusahaan, antara lain:
1) Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna
meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham.
2) Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi
sebelum mengambil keputusan investasi.
3) MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian
peningkatan kekayaan para pemegang saham perusahaan.
C. Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added
(MVA)
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh
pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. EVA
adalah Economic Value Added yang dihasilkan kinerja manajerial sepanjang
umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza dan Imbuh,1999).
Market Value Added (MVA) merupakan pengukur kinerja eksternal,
dan hanya dapat diukur jika perusahaan telah go public, di mana Market
Value Added cenderung memberikan penilaian yang lebih besar dari
tambahan kekayaan investasi yang sesungguhnya. Akan terdapat banyak hal
yang perlu dijelaskan tentang MVA maupun EVA (Ermawati, 2006).
33
Pertama terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi
hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika
sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai
MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula sebaliknya jika
terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga saham yang
merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung kepada
ekspektasi kinerja dimasa yang akan datang dari pada kinerja suatu historis.
Oleh sebab itu,sebuah perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif
dapat saja memiliki nilai MVA yang positif, asalkan para investornya
mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah dimasa mendatang
(Ermawati,2006).
Pengamatan yang kedua adalah bahwa ketika EVA dan MVA
digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial sebagai bagian dari
program kompensasi insentif. EVA adalah ukuran umum yang digunakan.
Alasannya adalah (1) EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama
suatu tahun tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan
sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer
yang ada sekarang dilahirkan dan (2) EVA dapat diterapkan pada masing-
masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah perusahaan besar
sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Karena alasan-alasan diatas, MVA terutama hanya digunakan untuk
mengevaluasi pejabat-pejabat tinggi perusahaan selama jangka waktu lima
34
tahun hingga sepuluh tahun, atau bahkan lebih lama (Ermawati, 2006).
D. Kerangka Penelitian
Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60) mengemukakan
bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah
pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah
pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan
dilakukan.”
Tujuan kerangka teoritis yang paling utama adalah untuk
mempermudah perumusan hipotesis, selain itu kerangka teoritis juga berguna
untuk mepertegas jenis hubungan yang terjadi antar variabel serta untuk
menggambarkan bagaimana proses pengorganisasian dan analisis data
dilakukan. Oleh karena itu dengan adanya kerangka teoritis akan semakin
jelas bagi peneliti tahap-tahap pengolahan dan analisis data, penentuan
variabel-variabel bebas dan terikat serta penentuan hubungan antar variabel.
35
Gambar 2.2 Krangka analisis kinerja keuangn berdasarkan EVA dan MVA
Berdasarkan Gambar 2.2, kerangka pikir pada penelitian ini
menjelaskan bahwa untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan perusahaan,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PT Ultrajaya Milk and
Trading Company Tbk dengan menggunakan 2 alat analisis yaitu analisis
EVA dan MVA. Pertama, Economic Value Added (EVA) merupakan suatu
teknik analisis yang memperhitungkan keuntungan operasi setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba
yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan
secara adil harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur.
PT Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk
Laporan Keuangan, IHSG,
Tingkat Suku Bunga SBI
Hasil
Baik, Impas, Tidak Baik
MVA
1. MVA > 0 2. MVA < 0
EVA
1. EVA > 0 2. EVA = 0 3. EVA < 0
36
Kedua, Market Value Added (MVA) adalah hasil kumulatif kinerja
perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan
maupun yang akan dilakukan untuk kemakmuran pemegang saham, dengan
memaksimalkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai
modal yang disetor pemegang saham, sehingga dapat diketahui bagaimana
kondisi kinerja keuangan perusahaan PT Ultrajaya jika diukur dengan metode
EVA dan MVA, apakah kondisi kinerja keuangan sudah baik dan sudah sesuai
dengan yang diharapkan oleh pemegang saham dan kreditur.