bab ii tinjauan pustaka a. sibling rivalryrepository.ump.ac.id/2517/3/aditya anang jatmiko bab...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sibling Rivalry
1. Pengertian sibling rivalry
Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki
atau perempuan yang tinggal bersama dalam satu pengasuhan orang tua
yang sama. Sibling dapat merupakan saudara kandung, saudara tiri atau
saudara adopsi. Hubungan antar sibling adalah hubungan yang abadi,
sibling berbagi banyak hal dengan sesama sibling dan menerima atau
menolak nilai-nilai yang sama dari orang tua yang sama (Bee dan Boyd
dalam Rahmawati, 2013).
Pengertian sibling rivalry menurut Shaffer (dalam Nopijar, 2007)
adalah suatu kompetisi, kecemburuan dan kebencian antara saudara
kandung, yang seringkali muncul saat hadirnya saudara yang lebih
muda.Sibling rivalry menunjukkan persaingan, kecemburuan, dan
kemarahan antar saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan,
dengan dua atau lebih anak yang ada dalam keluarga.
Sibling rivalry merupakan suatu bentuk dari persaingan antara
saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut
kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga
menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut
11
1
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
12
dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Putri
dan Hendriyani, 2013).
Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
usia anak prasekolah adalah anak-anak yang memasuki usia 3 tahun
hingga 6 tahun dan biasanya mengikuti program prasekolah atau
kindergarten.
2. Dampak Sibling Rivalry
Dampak sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada diri sendiri,
pada saudara kandung dan pada orang lain (Hurlock, 1989).
a. Dampak sibling rivalry pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku
regresi, self efficacy rendah.
b. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau
berbagi dengan saudara, tidak mau membantu saudara dan
mengadukan saudara.
c. Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada saudara,
sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan
antara anak dan saudara kandungnya tidak baik maka sering terjadi
pola hubungan yang tidak baik tersebut akan dibawa anak kepada pola
hubungan sosial diluar rumah.
3. Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain
(Lusa, 2010):
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
13
1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4. Tahap perkembangananak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama
lain.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran (memukul, mencubit, menendang, berteriak.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang
berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang
terjadi pada mereka.
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
4. Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi
ada segi positifnya, antara lain (Lusa, 2010):
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang
tua harus menjadi fasilitator.
5. Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi
sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain
(Lusa, 2010):
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara
satu sama lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa
terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan
perhatian dari satu sama lain.
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan
anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatankeluarga yang menyenangkan bagi semua
orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda
akan kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-
anak, bukan untuk anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari
perilakuorang tua sehari-hari adalah cara pendidikananak-anak untuk
menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sibling Rivalry
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sibling rivalry
pada seorang anak faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga
Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara
kandung terlalu dekat, karena kehadiran adik dianggap menyita waktu
dan perhatian terlalu banyak orang tua. Jarak usia yang lazim memicu
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan
muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12
tahun, dan pada umumnya, sibling rivalry lebih sering terjadi pada
anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan
(Setiawan, 2013).
Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga merupakan faktor
penting dalam munculnya sibling rivalry pada anak. Semakin muda
usia anak saat hadirnya adik, maka semakin besar kemungkinan anak
tersebut mengalami sibling rivalry. Konflik dan tingkah laku agresi
akan cenderung berkembang dan sering terjadi pada anak usia rentang
1-3 tahun (Anderson, 2006).
Sibling rivalry dapat berkembang apabila rentang usia anak
antara 1-3 tahun. Konflik dan tingkah laku agresi akan cenderung
berkembang dan sering terjadi pada anak dengan rentang usia yang
sekitar 1-3 tahun. Jika jarak usia kedua anak sangat kecil (kurang dari
satu setengah tahun) maka ibu dapat membagi perhatian yang hampir
sama terhadap kedua anak dan anak yang lebih tua masih menerima
perhatian dan kasih sayang penuh dari ibunya. Jika jarak usia anak
lebih besar dari tiga tahun, anak yang lebih tua akan mengembang
ketertarikannya pada hal-hal lain di rumah dan perasaan cemburu akan
kehadiran adik baru akan berkurang (Priatna dan Yulia, 2006).
Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara
mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orang tua
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
memperlakukan mereka. Apabila usia mereka berdekatan biasanya
hubungannya tidak kooperatif, tidak ramah dan saling bersaing
mendapatkan kasih sayang. Ketika orang tua memiliki anak yang
berdekatan usianya maka orang tua cenderung memperlakukan antara
keduanya dengan sama. Anak yang lebih tua cenderung akan dipilih
orang tua untuk menjadi contoh (model) untuk adiknya dan orang tua
biasanya memaksakan hal tersebut. Sebaliknya, anak yang lebih muda
harus meniru dan mematuhi anak yang lebih tua. Hubungan saudara
kandung yang terbaik yaitu dimana tidak ada perbedaan usia diantara
mereka yaitu anak kembar. Anak kembar biasanya lebih banyak
mengungkapakan kasih sayang dan tidak seagresif hubungan suadara
kandung yang memiliki perbedaan usia (Hurlock, 2011).
2. Jenis kelamin
Anak laki-laki akan menunjukkan lebih banyak penurunan
tingkah laku akibat kehadiran adik dalam keluarga dibandingkan
dengan anak perempuan. Kakak perempuan akan menunjukkan lebih
banyak perbuatan positif dibandingkan laki-laki. Perbuatan positif
tersebut seperti lebih perhatian kepada adik, dan lebih mandiri.
Sementara itu, sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik
dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan kakak/adik
dengan jenis kelamin yang berbeda (Anderson, 2006).
Perasaan cemburu seorang anak akan cenderung lebih tinggi
pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki (dalam
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
Anderson, 2006). Sementara sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan
kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan
kakak/adik dengan jenis kelamin berbeda. Pada kakak/adik dengan
jenis kelamin yang sama, sibling rivalry cenderung tinggi pada
pasangan kakak-adik laki-laki (Bee & Boyd, 2007).
Walker (dalam Putri, 2013) mengatakan jika sebuah penelitian
membuktikan bahwa sibling rivalry terjadi biasanya karena adanya
persamaan jenis kelamin pada anak dan perbedaan usia anak yang
terlalu dekat, namun ia juga mengatakan jika faktor lain yang
mempengaruhi sibling rivalry yaitu adalah kepribadian anak, respon
orang tua pada anak, nasehat yang diberikan orang tua pada anak serta
waktu berkumpul keluarga, ruang gerak dan kebebasan pada setiap
anak.
Anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap
saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis
kelaminnya. Misalnya kakak perempuan akan lebih banyak mengatur
adik perempuannya daripada adik laki-lakinya atau anak laki-laki lebih
sering bertengkar dengan kakak atau adiknya yang juga berjenis
kelamin laki-laki daripada dengan perempuan, biasanya mereka lebih
cenderung melindungi kakak atau adik perempuannya. Ketika usia
pada akhir masa anak-anak, antagonisme antar jenis kelamin akan
semakin kuat dan menyebar dalam rumah lalu menjadikan konflik-
konflik hebat antara mereka. Biasanya juga diperburuk apabila pada
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
proses konflik tersebut orang tua ikut campur untuk mengakhiri
konflik tersebut lalu orang tua biasanya akan dituduh membela salah
satu, hal tersebut yang biasanya lebih merusak hubungan persaudaraan
dan hubungan keluarga itu sendiri (Hurlock, 2011).
3. Urutan anak dalam keluarga
Anak sulung adalah anak yang biasanya dianggap memiliki
beban paling berat karena harus bisa menjadi panutan, menjaga, serta
harus mengalah kepada adiknya. Kondisi ini sering membuat anak
sulung protes terhadap orang tuanya. Anak tengah umumnya
mempunyai kepribadian tengah yang ambigu antara anak sulung dan
anak bungsu. Anak tengah biasanya terdorong untuk menyamai atau
melebihi kakaknya tetapi juga ada ketakutan akan dilampaui adiknya.
Anak bungsu atau anak terakhir biasanya sebagai anak yang paling
dimanja atau disayang oleh orang tuanya (Anderson, 2006).
Hadirnya adik bagi kakak merubah pola hubungan yang sudah
ada. Perubahan paling nyata adalah perubahan prilaku ibu terhadap
kakak. Keadaan adik yang masih bayi serta kondisinya yang masih
lemah dan tidak berdaya membuat ibu memberi perhatian yang
berlebih kepada adik. Pada awalnya kakak belum merasa terganggu
dengan perubahan prilaku ibu. Namun karena biasanya perubahan
perilaku ibu berlangsung menetap, maka mulai timbul rasa tidak
nyaman pada kakak. Salah satu rasa tidak nyaman tersebut dapat
dilihat dengan munculnya emosi kakak terhadap adik, yaitu emosi
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
cemburu yang dimulai sekitar 2 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia anak (Hurlock, 2011).
4. Kepribadian dan temperamen anak
Anak yang lebih aktif dan impulsif cenderung akan mempunyai
masalah tingkah laku dan akan berhubungan dengan banyak
kecemburuan, pertengkaran serta konflik dengan saudara. Namun
terkadang anak dengan temperamen yang tinggi memiliki konflik
dengan saudaranya. Kondisi tersebut dikarenakan anak yang memiliki
temperamen yang tinggi tidak mesti memiliki raksi agresi yang tinggi
pula (Anderson, 2006).
Kepribadian dan temperamen anak dapat mempengaruhi reaksi
anak akibat kehadiran adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi
besarnya sibling rivalry yang terjadi pada anak. Anak yang lebih aktif
dan impulsive cenderung akan mempunyai masalah tingkah laku dan
akan berhubungan dengan banyaknya kecemburuan, pertengkaran serta
konflik dengan saudara (Priatna dan Yulia, 2006).
5. Lingkungan sekitar tempat tinggal
Kualitas lingkungan social disekitar tempat tinggal anak juga
memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak. Anak yang tinggal dilingkungan yang buruk (banyak
pertengkaran, kekerasan dan permusuhan), maka akan membentuk
kepribadian anak yang buruk. Akibat dari keadaan ini sifat agresi anak
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
akan tinggi terhadap orang lain termasuk saudara kandungnya
(Anderson, 2006).
Orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi
hubungan antara saudara kandung. Terdapat tiga cara orang luar dapat
mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yaitu : kehadiran
orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan
perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar rumah. Orang
lain diluar rumah tersebut dapat memperburuk suasana ketegangan di
dalam rumah pada antara saudara kandung. Dimana ketika anak
dibanding-bandingkan dengan saudaranya oleh orang lain (Hurlock,
2011).
6. Faktor orang tua yang membanding-bandingkan anak
Setiap anak memiliki perbedaan, banyak diantaranya berkaitan
dengan prestasi akademis atau mungkin sekedar “ia” lebih cekatan atau
lebih pandai. Sayangnya orang tua biasanya lebih atau sangat bangga
terhadap prestasi akademis anak mereka sehingga anak yang kurang
mampu dalam hal akademis akan merasa bahwa dirinya kurang
memuaskan dihadapan orang tuanya. Ketika seorang merasa dan
meyakini bahwa kakak atau adiknya lebih pandai atau lebih bisa
menyenangkan orangtuanya, maka ia akan mulai bersaing untuk
mendapatkan perhatian dan pujian dari orang tuanya, dan mereka akan
tumbuh dengan sikap membenci saudaranya (Wati, 2008).
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
Frekuensi kejadian sibling rivalry dapat dikurangi dengan cara
orang tua menghindari membandingkan antar anak, memberikan
penghargaan pada prestasi yang dicapai anak dan lebih banyak
menghabiskan waktu bersama anak (Pappalia et al, 2002). Salah satu
cara untuk meminimalisasi sibling rivalry yang dapat dilakukan oleh
orang tua adalah dengan tidak membanding-bandingkan anak
(Setiawan, 2013).
Perilaku orang tua yang sering membandingkan anak mereka
biasanya terjadi pada usia kanak-kanak pertengahan. Pada usia
tersebut, anak berpartisipasti pada aktivitas yang lebih besar, oleh
karena itu orang tuacenderung untuk membandingkan sikap,
kemampuan dan prestasi anak yang satu dengan anak yang lain, hal ini
akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada sibling rivalry
(Anderson, 2006).
Sikap orang tua pada anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak
dapat membanggakan orang tua dan memenuhi keinginan orang tua.
Biasanya anak pertama yang memiliki waktu bersama orang tua lebih
lama dimana asosiasi yang dibangun diantara mereka sangat erat
cenderung akan memenuhi apa yang orang tua inginkan dibandingkan
anak tengah atau anak bungsu. Dengan itu maka orangtua akan
bersikap berbeda antara anak pertama, tangah ataupun terakhir dan hal
itu menyebabkan rasa benci dan iri lalu terbentuklah permusuhan serta
persaingan antara mereka (Hurlock, 2011).
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
Favoritisme orang tua terhadap salah seorang anak dapat
memicu dendam anak yang lain. Secara tidak sadar terkadang orang
tua saling membandingkan antara anak satu dengan yang lainnya.
Misalnya, ketika si adik mendapatkan nilai rapot bagus sedangkan
kakaknya mendapatkan nilai rapot lebih rendah, dengan maksud
memotivasi anak biasanya orang tua berkata “itu lho nilainya bagus
seperti adikmu, masa kakak kalah sama adik…”. Hal tersebut akan
secara tidak langsung menimbulkan kebencian dan dendam terhadap
kakak kepada adik (Millman dan Schaever dalam Putri, 2013).
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak
adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa
itu adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Menurut Rahman (2005) anak
usia dini adalah anak usia 0 - 8 tahun. Hal tersebut karena pada usia itu
anak mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang
luar biasa dibanding usia sesudahnya. Pada saat itu kesempatan yang
sangat efektif untuk membangun seluruh aspek kepribadian anak dan
merupakan usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.
Anak usia prasekolah atau yang dikenal dengan masa kanak-kanak
awal (early childhood) berada dalam rentang usia antara 3-6 tahun.
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
Disebut masa pra sekolah karena anak mulai mempersiapkan diri
memasuki dunia sekolah memalui kelompok bermain dan taman kanak-
kanak (Gustian, 2001).
2. Perkembangan anak usia prasekolah
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skiil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,
organ dan system organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Perkembangan ini termasuk perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih, 1998).
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) mulai diarahkan untuk belajar di
taman kanak-kanak oleh orangtuanya. Menurut Gustian (2001), taman
kanak-kanak mendesain program-programnya dengan tujuan agar anak
mencapai kematangan dalam memasuki masa sekolah. Kematangan-
kematangan tersebut menurut Gustian (2001) adalah sebagai berikut :
1) Kematangan fisik.
Kematangan fisik dapat terlihat dari pencapaian anak dalam
kemampuan menggunakan organ fisiknya, seperti telah siapnya otot-
otot tangan dalam menggunakan alat tulis atau koordinasi yang baik
antara indera mata dan tangan. Kematangan fisik juga berarti anak
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
telah siap berada dalam kelas tanpa merasa letih sehingga anak
memiliki kesiapan untuk menerima proses belajar mengajar di sekolah.
2) Kematangan emosional
Kematangan emosional menunjukan anak telah siap. secara mental
untuk menjalani waktu-waktunya di sekolah. Ia harus siap berpisah
dengan orang tuanya dalam jangka waktu yang cukup lama, mampu
memilih kegiatan sendiri dan menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya.
Anak juga harus memiliki cukup keuletan untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya.
3) Kematangan intelektual.
Pada aspek ini anak sudah mulai dapat berpikir secara teratur. Hal ini
terlihat dari kemampuannya untuk memahami sebab-akibat.
4) Kematangan sosial.
Kematangan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang-orang yang ada disekolah seperti guru, dan rekan-
rekannya. Anak harus mulai terbiasa untuk bergaul dan menjadi
bagian dari kelompok.
3. Karakeristik Anak Usia Prasekolah
Karakteristik anak usia prasekolah adalah sebagai berikut (Laili,
2005):
1) Usia.
Usia prasekolah merupakan saat yang tepat bagi anak untuk tumbuh
mencapai puncak kemampuan anak-anak. Usia 3-6 tahun merupakan
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
masa usia prasekolah. Usia prasekolah merupakan usia yang paling
penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut
merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang
dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan
dan pelayanan yang tepat (Laili, 2005).
2) Jenis Kelamin.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak laki-laki
memiliki motivasi belajar yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan anak perempuan (Laela, 2008).
Untuk karakter anak usia prasekolah menurut Yusriana (2012)
adalah sebagai berikut :
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia prasekolah sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada
usia 3-6 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk
memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski
dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
2) Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak
usia prasekolah, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal
bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari
faktor genetis dan juga lingkungan.
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
3) Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan
anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang
nyata.
Anak usia prasekolah sangat suka membayangkan dan
mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata.
4) Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas.
Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek.
5) Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal
itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan,
menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.
6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia prasekolah memiliki rentang perhatian yang sangat pendek.
Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik
perhatiannya.
7) Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia prasekolah mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak
membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia
bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar
untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia
mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
C. Kerangka Teori
Sumber : Yunanto (2012)
Anak Usia
Prasekolah
Sibling
rivalry
Usia anak
Perkembangan
Anak Usia
Prasekolah
Jenis kelamin
Perlakuan
orang tua yang
membedakan
anak
Urutan anak
Kepribadian
Lingkungan
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
D. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “terdapat
hubungan antara umur, jenis kelamin, urutan anak, kepribadian, lingkungan
dan perilaku orang tua yang membedakan anak dengan perlakuan sibling
rivalry”.
Usia anak
Sibling rivalry
Jenis kelamin
Perlakuan orang tua yang
membedakan anak
Urutan anak
Kepribadian
Lingkungan
Determinan Perilaku Subling..., Aditya Anang Jatmiko, S1 Keperawatan UMP, 2015