bab ii tinjauan pustaka · antara kedua belah pihak yaitu supervisor dengan guru. berkaitan dengan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi
akademik merupakan layanan kepada guru-guru
yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum (Gickman,et al;
1980: 21).
Pendapat lain dikemukakan oleh Umiarso dan
Gojali (2001: 278) yang menjelaskan supervisi
akademik merupakan bentuk layanan professional
yang dikembangkan untuk meningkatkan
profesionalisme komponen sekolah, kususnya guru
dalam menjalankan tugas utamanya yaitu sebagai
pendidik dan pengajar yang merupakan ujung
tombak dalam menjalankan roda pendidikan.
Supervisi akademik merupakan usaha
mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan
membimbing secara individual maupun secara
kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga
dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan
tiap murid secara kontinyu sehingga dapat lebih
cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
modern. Hal ini berarti supervisi bukanlah kegiatan
sesaat seperti inspeksi tetapi merupakan kegiatan
yang kontinyu dan berkesinambungan, sehingga
guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan
tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah
pendidikan serta pengajaran secara efektif dan
efisien, Sahertian (1990: 74)
Mulyasa (2013:249) supervisi akademik
adalah bantuan profesional kepada guru, melalui
siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan
yang cermat, dan umpan balik yang obyekif dan
segera sehingga guru dapat menggunakan balikan
tersebut untuk memperhatikan kinerjanya.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa supervisi akademik dilakukan
oleh kepala sekolah yang bertujuan untuk
membantu bawahan dalam mengembangkan atau
meningkatkan kualitas pengajaran serta pendidikan
pada umumnya, dan kususnya kualitas
pembelajaran baik peningkatan kinerja mengajar
guru, peningkatan belajar siswa, melalui umpan
balik secara obyektif sehingga mutu proses dan hasil
pembelajaran akan meningkat.
Harris sebagaimana dikutip oleh Sahertian
(2008: 18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran
adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia
sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang
dilakukan sekolah dengan cara yang langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam upaya
meningkatkan proses belajar siswa.
Pendapat lain dikemukakan oleh Alfonso
dalam Sahertian (2008: 18) supervisi pengajaran
adalah tindakan pejabat yang dirancang oleh
lembaga yang langsung berpengaruh terhadap
perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu
cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh lembaga itu.
Dalam bukunya Ngalim (1987: 89) definisi
dari supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi baik personal maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar
yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
Supervisi pengajaran perlu diarahkan pada
upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan
kepada guru untuk berkembang secara profesional,
sehingga mereka lebih mampu untuk melaksanakan
tugas pokoknya yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Tara
J. Fenwick, 2006:401).
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan
bahwa supervisi pengajaran adalah usaha memberi
layanan atau bantuan kepada guru–guru baik secara
individual maupun secara kelompok sehingga dapat
berkembang secara profesional dalam usaha
memperbaiki pembelajaran dari perencanaan sampai
pada proses yang merupakan unsur terpenting dari
suatu pembelajaran. Unsur utama dari supervisi
pada akhirnya adalah memberikan layanan dan
bantuan. Sehingga ada beberapa manfaat serta
alasan perlunya diadakan supervisi sebagai suatu
pembinaan dan tindak lanjut dari kepala sekolah .
Menurut Sahertian (2000:16) ada beberapa
alasan dan manfaat yang mendasari pentingnya
supervisi dilakukan oleh kepala sekolah. Alasan
pentingnya supervisi dilakukan oleh kepala sekolah
adalah:
a. supervisi pengajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
b. supervisi pengajaran relevan dengan nuansa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi pada pencapaian hasil usaha secara
tuntas, sehingga supervisi pengajaran memberikan dukungan secara langsung kepada guru dalam mengupayakan tercapainya tingkat kompetensi tertentu pada siswa.
c. Supervisi pengajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi paedagogik guru.
Manfaat supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah atau supervisor adalah:
a. menemukan kelebihan atau kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut.
b. mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pembelajaran.
c. secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan tiap-tiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
d. memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan untuk menyusun program pembinaan profesional secara rinci.
e. menumbuhkan kepercayaan diri pada seorang guru untuk berbuat lebih baik.
f. mengetahui secara lengkap hal-hal yang mendukung kelancaran proses pembelajaran.
Briggs dalam Sahertian (2008: 18)
mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi
bukan perbaikan pembelajaran saja tetapi untuk
mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong ke
arah pertumbuhan profesi guru.
Dalam panduan supervisi Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah (2006: 9)
menyatakan bahwa supervisor dalam melaksanakan
tugasnya perlu memperhatikan dan berpedoman
pada prinsip-prinsip supervisi yaitu :
a. Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif.
b. Hubungan antar supervisor dengan yang disupervisi hendaknya didasarkan atas hubungan kerja secara profesional.
c. Pembinaan profesional hendaknya berdasar atas hubungan manusiawi yang sehat.
d. Pembinaan profesional hendaknya dapat mendorong pengembangan inisiatif dan kreativitas guru.
e. Pembinaan profesional hendaknya selalu didasarkan pada pandangan obyektif.
f. Pembinaan profesional harus dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan.
g. Pembinaan profesional hendaknya selalu dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing guru.
h. Pembinaan profesional hendaknya selalu dilaksanakan atas dasar rasa kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan
1.2 Tahapan dan Pelaksanaan Supervisi
Akademik
Dalam supervisi pengajaran menurut Ngalim
(1998:121) terdapat tiga prinsip utama yang
dijadikan dasar/pedoman dalam setiap kegiatannya,
yaitu (1) terpusat pada guru daripada supervisor agar
semua prakarsa dan tanggung jawab dalam
meningkatkan keterampilan mengajar senantiasa
disesuaikan dengan kebutuhan guru, (2) hubungan
guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang
direktif untuk dapat mewujudkan komunikasi
(hubungan) yang harmonis dalam suatu kedudukan
yang sederajat; dan (3) demokratis ketimbang
otorotatif untuk menciptakan suasana keterbukaan
antara kedua belah pihak yaitu supervisor dengan
guru.
Berkaitan dengan tahapan ini Arikunto
(2002:178) menyebutkan ada lima tahapan supervisi
pengajaran yaitu (1) observasi awal, (2) observasi, (3)
analisis dan strategi, (4) observasi akhir, dan (5)
analisis observasi akhir.
Nurtain (1999: 258-262) membagi
pelaksanaan supervisi pengajaran dengan tindak
lanjut kolegial menjadi tiga tahapan, yaitu:
pertemuan awal, tahap observasi, dan pertemuan
akhir. Tahapan pertemuan awal diadakan sebelum
kegiatan mengajar dilaksanakan dalam suasana
akrab dan terbuka. Pertemuan tersebut diharapkan
berakhir dengan diperolehnya kesepakatan antara
supervisor dan guru. Dalam tahap observasi kelas
supervisor mengadakan observasi untuk mengetahui
segala apa yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung.Dalam tahap ini dapat digunakan alat
perekam atau membuat catatan tertulis. Dan yang
ketiga adalah tahap pertemuan akhir seorang
supervisor dan guru yang disupervisi untuk segera
melaksanakan dengan harapan segala kejadian
masih teringat. Hal ini juga dilakukan dengan penuh
keakraban, terbuka dan bebas dari suasana menilai.
Dari beberapa pendapat tahapan pelaksanaan
supervisi akademik di atas memiliki kesamaan
walaupun jumlahnya berbeda, tetapi jika dicermati
ternyata memiliki makna dan isi yang sama, yaitu:
(1) adanya pertemuan awal yang yang didalamnya
terdapat kegiatan pembahasan untuk memantapkan
hubungan antara supervisor dengan guru yang
disupervisi untuk merencanakan kegiatan bersama;
(2) tahap observasi yaitu berupa pengamatan secara
langsung tehadap kegiatan, perilaku, kejadian dan
gejala yang muncul tentang masalah dan hambatan
selama proses pembelajaran di kelas; dan (3) tahap
pertemuan akhir yang merupakan kegiatan sesegera
mungkin dilaksanakan dengan berdiskusi berupa
pemberian umpan balik antara supervisor dengan
guru kelas yang disupervsi secara kekeluargaan
yang disebut dengan kolegial.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa
supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah
(supervisor) dengan tujuan memberikan bantuan
kepada seorang guru untuk mengembagkan
kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran,
menemukan hambatan serta memecahkan beberapa
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran
sehingga dapat diambil keputusan untuk
pelaksanaan tindak lanjut.
1.3 Supervisi Kolegial
1.3.1 Konsep Supervisi Kolegial
Supervisi kolegial didasarkan atas asumsi
bahwa supervisi disamping sebagai fungsi juga
merupakan peranan. Sebagai fungsi, layanan
supervisi dapat dilakukan oleh siapapun yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
supervisi.
Dikemukakan oleh Lovell & Wiles (1983)
dalam Aris Munandar, (2005:152) bahwa semua
orang didalam sekolah mempunyai potensi
memberikan kontribusi terhadap perbaikan
sekolah, dan karena itu dipandang sebagai sumber
daya yang penting sebagai peranan,
layanan supervisi dilakukan oleh pemegang otoritas
manajerial dan administratif. Dengan bertolak pada
asumsi supervisi sebagai fungsi, maka para guru
mempunyai kesempatan untuk membantu guru
lainnya, terutama yang lebih yunior dalam
memecahkan masalah pengajaran yang mereka
hadapi. Dalam supervisi kolegial, guru mempunyai
peran penting dalam membantu guru lainnya.
Lovell & Wiles (1983) dalam Aris Munandar,
(2005:153) terutama melihat potensi guru
memberikan bantuan kepada guru lainnya karena
mereka dianggap memiliki kompetensi profesional
dan memiliki spektrum yang luas.
Kelebihan lain dari pendekatan supervisi
kolegial adalah mudahnya komunikasi antar guru.
Guru-guru muda yang bermasalah akan secara
bebas mengungkapkan keluhannya kepada sesama
guru. Ini berbeda dengan praktek supervisi
pengajaran selama ini yang cenderung
menitikberatkan pada pengawasan administratif,
sehingga guru-guru enggan mengemukakan masalah
yang dihadapinya. Dengan demikian pelaksanaan
supervisi kolegial dapat menghindarkan kesan
seperti “menghukum.”
Sergiovani, Ed (1982) dalam Aris Munandar,
(2005:153) mengemukakan bahwa supervisi kolegial
merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan
sejumlah tenaga pengajar dalam rangka perbaikan
pengajaran. Keterlibatan tenaga pengajar secara
bersama-sama dalam peristiwa pengajaran
dimaksudkan agar mereka dapat saling membantu
memperbaiki langkah-langkah pengajaran yang
ditempuhnya, seperti dalam merangcang,
mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil
belajar.
Burhanuddin (2007:123-124) menyatakan
kelompok kerja guru yang dikelola dengan baik dapat
memberikan manfaat bagi guru, berbagi pengalaman
dan pikiran dengan rekan sejawat dalam
menyelesaikan masalah pengajaran, dan dapat
memotivasi akan perlunya meningkatkan mutu
kemampuan sebagai guru
Berdasar konsep di atas supervisi kolegial
merupakan bentuk supervisi yang disusun dimana
dua atau lebih guru menyetujui bekerja bersama-
sama untuk memperbaiki langkah-langkah
pengajaran atas arahan dan persetujuan kepala
sekolah.
1.3.2 Bentuk Supervisi Kolegial
Dalam pelaksanaannya supervisi kolegial
lebih menekankan adanya proses interaksi antara
guru satu dengan guru lainnya dalam satu sekolah
yang terbentuk dalam suatu kelompok/tim.
Beberapa teknik yang dalam supervisi kolegial
menurut Burhanuddin (2007: 84) adalah
musyawarah guru mata pelajaran, rapat dewan guru,
penataran, dan kunjungan antarkelas, masing-
masing diurakan sebagai berikut.
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) menurut Soetopo dan Soemanto (1984:40-
41) dapat membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar siswa, menggunakan media
pembelajaran yang berbasis teknologi informasi,
menilai kemampuan belajar siswa, dan dalam
pembuatan rencana pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) merupakan teknik supervisi yang bersifat
kelompok berupaya untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil kegiatan pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan.
Penyelenggaraan MGMP sesuai dengan prinsip-
prinsip supervisi yaitu ilmiah, demokratis, kooperatif,
dan konstruktif. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
peningkatan pembelajaran yang melibatkan guru dan
murid dapat dilakukan secara kelompok seperti
MGMP atau KKG untuk jenjang pendidikan ditingkat
sekolah dasar.
2. Rapat dewan guru
Rapat dewan guru merupakan pertemuan
antara semua guru dan kepala sekolah. Rapat
dipimpin oleh kepala sekolah atau yang ditunjuk.
Rapat dewan guru dimanfaatkan untuk
membicarakan berbagai hal yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan, terutama yang
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Pertemuan
ini merupakan forum untuk membahas masalah
yang menjadi perhatian seluruh atau sejumlah guru
secara bersama-sama. Rapat dewan guru merupakan
sarana komunikasi langsung antara kepala sekolah
dan semua guru serta antar sesama guru.
Soetopo dan Soemanto (1984:40) Tujuan
rapat dewan guru secara umum adalah:
1. mengatur dan menghimpun potensi guru yang berbeda tingkat pendidikan, pengalaman, dan kemampuan sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas sekolah,
2. mendorong guru untuk memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya,
3. menentukan cara untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran, dan
4. meningkatkan arus komunikasi dan informasi antarguru, termasuk kepala sekolah.
Penulis menyimpulkan bahwa dalam rapat
dewan guru dapat dimanfaatkan untuk saling
memberi masukan dan pendapat tentang
kekurangan kelemahan yang dihadapi dalam
mengembangkan sekolah sebagai wujud tanggung
jawab seorang guru terhadap kualitas pengajaran.
3. Penataran
Kegiatan penataran hendaknya menerapkan
prinsip-prinsip yaitu 1) penatar lebih banyak
berfungsi sebagai fasilitator, 2) penatar lebih banyak
kegiatan, 3) penatar dapat menerapkan asas belajar
sambil mencoba atau atas asas belajar sambil
melakukan sendiri sehingga seusai penataran guru
dapat menerapkan gagasan penataran di sekolah dan
menularkannya kepada rekan guru lainnya, dan 4)
penatar sebaiknya banyak menggali gagasan peserta
untuk dijadikan titik tolak pengenalan gagasan.
Dari penjelasan tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa seorang penatar harus lebih
banyak melihat seorang peserta sebagai mitra
sehingga akan dapat diungkapkan gagasan baru
demi untuk mengembangkan dirinya serta dapat
menularkannya kepada teman disekolahnya.
4. Kunjungan Antar Kelas
Selama kunjungan kelas dilaksanakan ada
beberapa tahapan yaitu 1) tahap pertama,
mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang
dikunjungi, 2) tahap kedua, menyiapkan kegiatan
pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas, dan
3) tahap ketiga, melakukan kegiatan pembelajaran
bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai
pengamat dan bila perlu memberikan bantuan
langsung dalam suatu pengajaran tim. Tahap
selanjutnya dapat mengulangi tahap tersebut secara
sistematis dan berulang.
Penulis simpulkan bahwa melalui kunjungan
antarkelas dalam satu sekolah setiap guru akan
memperoleh pengalaman baru dari kelas yang
dikunjungi tentang proses pembelajaran, pengelolaan
kelas, dan ketepatan metode pembelajaran serta
dapat pula menerima umpan balik untuk
dipraktikkan pada kelasnya. Kunjungan antarkelas
dapat disertai kesempatan berdialog tentang hal-hal
yang menarik perhatian antara guru tamu dengan
guru yang dikunjungi setelah pembelajaran itu
berlangsung atau berupa umpan balik.
Nawawi (1985: 108) mengemukakan
kunjungan kelas adalah kegiatan observasi terhadap
teman sejawat dalam menjalankan tugasnya dikelas
masing-masing misalnya kegiatan mengajar,
terutama pada sekolah yang sama. Melalui
kunjungan ini diharapkan para guru memperoleh
pengalaman baru guna meningkatan kecakapannya
dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan
melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan mungkin
mencontoh guru yang diobservasi dalam mengajar
atau memecahkan masalah-masalah pendidikan
disekolah masing-masing.
Daryanto (2001: 26) mengemukakan bahwa
dalam mengadakan kunjungan kelas itu kita
hendaknya bekerja menurut proses yang teratur dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, penganalisaan
serta kesimpulan dan saran dengan penjelasan
sebagai berikut: (1) Perencanaan, dilakukan
bersama-sama secara demokratis antara kepala
sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi,
berdasarkan kesulitan yang dialami, apa yang akan
di observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya,
(2) pelaksanaan observasi dilakukan se-informal
mungkin dengan selalu memperhatikan prestis guru
dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak
banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi
jika diminta, (3) penganalisisan dilakukan sesudah
observasi secara bersama antara guru yang
diobservasi dengan supervisor, ditempat yang aman,
untuk membicarakan hasil-hasil observasi dan
mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya, (4)
kesimpulan dan penilaian sebagai penilaian terakhir
yang dilakukan secara kooperatif, dengan disetujui
sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan tidak boleh
merupakan pendapat pihak lain.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa
kunjungan kelas harus dipersiapkan secara cermat
dari perencanaan awal sampai pada penilaian dan
umpan balik sebagai cara untuk mengevaluasi dan
tindak lanjut pada pertemuan berikutnya.
Daryanto (2001: 27) mengatakan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam
melaksanakan supervisi bagi guru-guru, yaitu:
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Menentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Menyediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4. Supervisi dilakukan dengan cermat dan mengamati apa-apa yang ditampilkan secara cermat, serta mencatatnya pada format-format tertentu.
5. Mengadakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai.
6. Segera mengaplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7. Mengadakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya. Dapat disimpulkan dari pernyataan di
atas bahwa perlu adanya persiapan dari unsur guru
baik yang berkunjung maupun yang mengunjungi,
perangkat supervisinya, dan perluna tindak lanjut.
Dengan teknik kunjungan kelas akan diperoleh
pengalaman baru yang selanjutnya dapat
dipraktekkan dikelasnya dengan menyesuaikan
situasi dan kondisi di tempat kerja.
1.4 Penelitian Relevan
Penelitian yang penulis lakukan mempunyai
relevansi dengan peneliti terdahulu. Namun jenis
penelitian, kajian permasalahan dan pokok
permasalahan berbeda. Penelitian yang relevan
dengan penelitian penulis yaittu :
1. Penelitian oleh Da’i Wibowo UNNES, 2009
“Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan
Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Kinerja
Guru”. Hasilnya menyatakan bahwa Supervisi
kepala sekolah yang dilakukan dengan baik maka
kinerja akan meningkat demikian pula sebaliknya.
Supervisi kepala sekolah yang tidak dilakukan
dengan baik, mengakibatkan kinerja guru rendah.
Penelitian yang dilakukan Da’i Wibowo mengupas
tentang ketujuh kompetensi yang harus dimiliki
guru dalam pembelajaran dengan supervisor
adalah kepala sekolah sedangkan penelitian yang
penulis lakukan sebagai supervisor tidak harus
kepala sekolah tetapi dapat dilakukan oleh teman
sejawat atau guru lain yang ditunjuk kepala
sekolah.
2. Penilitian yang dilakukan oleh I Wayan
Suawarjana, Bali (2012): ”Kinerja Guru dalam
Hubungan dengan Persepsi Guru Terhadap
Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan
Sikap Provesional Guru”. Hasilnya bahwa terdapat
hubungan antara persepsi guru terhadap supervisi
kepala sekolah, motivasi berprestasi guru, dan
sikap profesional dengan kinerja guru secara
terpisah maupun simultan. Penelitian tersebut
menyorot tentang sikap profesional guru untuk
berprestasi dengan kinerja dan dedikasi yang
tinggi.
3. Penelitian Uu Badrudin (2011): ‘Pengaruh
Supervisi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru di Provinsi Banten”. Hasilnya bahwa terdapat
ada pengaruh yang signifikan dan positif supervisi
dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap
kinerja guru sebesar 65,9%. Jika kualitas
supervisi dan motivasi kerja meningkat, maka
akan mempengaruhi peningkatan kinerja guru.
Berdasar ketiga penelitian di atas letak
kemiripan yang dilakukan Da’i Wibowo
UNNES(2009), I Wayan Suwarjana, Bali (2012),
maupun Uu Badrudin (2011) mengupas tentang
ketujuh kompetensi yang harus dimiliki guru dalam
pembelajaran serta sikap provisional guru untuk
berprestasi dengan supervisor adalah kepala sekolah,
sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih
menekankan pada perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi secara bersama dengan supervisor
adalah bisa teman sejawat atau guru lain yang
ditunjuk dan disepakati oleh kepala seolah. Peneliti
melakukan suatu penelitian secara lebih mendalam
dengan mengkaji tentang: Supervisi Akademik
Berbasis Kolegial dalam Peningkatan Kinerja Guru di
SD Negeri Plalangan 01 kecamatan Gunungpati
dengan memfokuskan pada pelaksanaan supervisi
kolegial dalam bidang pembelajaran.
1.5 Kerangka Berpikir
Salah satu upaya pembinaan yang efisien dan
efektif bagi perkembangan kompetensi profesional
guru adalah melalui kegiatan supervisi yang berupa
pemberian bantuan atau pembinaan bagi guru
terutama yang menyangkut masalah pembelajaran,
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan tindak lanjut.Selanjutnya hasil
dan temuan dalam supervisi itu ditindaklanjuti agar
guru memperoleh manfaatnya. Salah satu bentuk
tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi
akademik antara lain berupa pembinaan terhadap
guru baik secara individu maupun kelompok dan
pemberian masukan oleh teman sejawat untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Skema kerangka berfikir yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1Kerangka Berfikir Proses Penelitian
Skema kerangka berfikir di atas sebagai
gambaran bahwa dengan umpan balik dan masukan
guru lain sebagai supervisor dalam melaksanakan
supervisi kolegial yng sistimatis dan terarah akan
mampu memberikan layanan dan bantuan kepada
para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran.
Persiapan supervisi
Menyusun perangkat supervisi
Perbaikan/ pengemba
ngan
Umpan balik
Melakukan supervisi
ApakahSudahsesuai
Mutu Pembelajaran
Timbulnya permasalahan tentang kompetensi
profesional guru Sekolah Dasar yang rendah, salah
satunya disebabkan oleh persepsi negatif guru
tentang perencanaan, pelaksanaan serta tindak
lanjut supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Persepsi negatif itu tentu akan mengganggu proses
upaya peningkatan kompetensi guru yang dilakukan
oleh kepala sekolah. Padahal dengan supervisi guru
akan terbantu terutama dalam menghadapi
perkembangan pembelajaran, juga membantu dalam
penggunaan pendekatan, strategi dan teknik
pembelajaran, pelaksanaan, pemilihan sumber serta
media terutama pemanfaatan teknologi.
Supervisi akan berhasil dengan baik jika guru
yang menjadi sasaran memiliki kesadaran untuk
berubah menuju kearah perbaikan. Sejalan dengan
kerangka berfikir di atas maka dapat diduga bahwa
Supervisi kolegial berpengaruh positif terhadap
peningkatan kompetensi professional guru.