bab ii tinjauan pustaka bersifat sebagai penghambat (inhibitor). selain itu, peningkatan konsentrasi...

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stagnasi Tanaman dan Lateral Root Manipulation (LRM) Tanaman memerlukan media yang mampu menyediakan tempat tumbuh dan menyediakan bahan makanan agar dapat tumbuh optimal. Kriteria media tanam yang baik apabila memiliki kemampuan menyimpan air, memiliki aerasi yang baik, dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman (Hardjowigeno 2007). Tanah yang kompak akibat pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air dan aerasi. Hal ini mengakibatkan akar tidak dapat berkembang dengan sempurna sehingga fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Gangguan penyerapan hara ini mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan normal. Tanaman yang mengalami kondisi tersebut disebut tanaman stagnan. Tanaman yang mengalami kondisi stagnasi dapat dirangsang pertumbuhannya dengan teknik LRM. LRM adalah salah satu teknik perbaikan pertumbuhan tanaman yang stagnan akibat pemadatan tanah dengan cara pemotongan akar lateral. LRM efektif dilakukan pada tanaman yang mengalami stagnasi pada umur 2–3 tahun setelah tanam (Setiadi 2009). 2.2 Akar Lateral Tanaman dikotil memiliki sistem akar tunggang (taproot) yang terdiri dari satu akar vertikal (akar tunggang) dan banyak akar lateral. Akar lateral dikenal pula sebagai akar cabang yang merupakan bagian perpanjangan dari akar tunggang. Rambut akar dapat ditemukan pada akar lateral dalam jumlah besar. Rambut akar berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan akar dalam tanah. Semakin banyak akar lateral maka semakin banyak pula jumlah rambut akar sehingga luas bidang penyerapan air dan mineral bagi tanaman makin besar pula (Campbel et al. 2003). Manipulasi akar merupakan perlakuan yang dilakukan pada akar agar dapat berkembang optimal sehingga mampu memasok hara dengan baik bagi tanaman.

Upload: doandung

Post on 09-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stagnasi Tanaman dan Lateral Root Manipulation (LRM)

Tanaman memerlukan media yang mampu menyediakan tempat tumbuh dan

menyediakan bahan makanan agar dapat tumbuh optimal. Kriteria media tanam

yang baik apabila memiliki kemampuan menyimpan air, memiliki aerasi yang

baik, dan mampu menyuplai unsur hara dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman

(Hardjowigeno 2007).

Tanah yang kompak akibat pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata

air dan aerasi. Hal ini mengakibatkan akar tidak dapat berkembang dengan

sempurna sehingga fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu.

Gangguan penyerapan hara ini mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang

dengan normal. Tanaman yang mengalami kondisi tersebut disebut tanaman

stagnan. Tanaman yang mengalami kondisi stagnasi dapat dirangsang

pertumbuhannya dengan teknik LRM.

LRM adalah salah satu teknik perbaikan pertumbuhan tanaman yang

stagnan akibat pemadatan tanah dengan cara pemotongan akar lateral. LRM

efektif dilakukan pada tanaman yang mengalami stagnasi pada umur 2–3 tahun

setelah tanam (Setiadi 2009).

2.2 Akar Lateral

Tanaman dikotil memiliki sistem akar tunggang (taproot) yang terdiri dari

satu akar vertikal (akar tunggang) dan banyak akar lateral. Akar lateral dikenal

pula sebagai akar cabang yang merupakan bagian perpanjangan dari akar

tunggang. Rambut akar dapat ditemukan pada akar lateral dalam jumlah besar.

Rambut akar berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan akar dalam tanah.

Semakin banyak akar lateral maka semakin banyak pula jumlah rambut akar

sehingga luas bidang penyerapan air dan mineral bagi tanaman makin besar pula

(Campbel et al. 2003).

Manipulasi akar merupakan perlakuan yang dilakukan pada akar agar dapat

berkembang optimal sehingga mampu memasok hara dengan baik bagi tanaman.

4

Salah satu upaya manipulasi akar yang sering dilakukan adalah pemotongan akar.

Pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang percabangan akar.

Pemotongan akar dilakukan untuk menurunkan konsentrasi hormon

sitokinin (cytokinin). Sitokinin merupakan salah satu hormon pertumbuhan pada

tanaman yang berfungsi untuk merangsang perkecambahan dan pembelahan sel.

Hormon ini disintesis di akar tanaman. Namun dalam pembentukan akar lateral,

sitokinin bersifat sebagai penghambat (inhibitor). Selain itu, peningkatan

konsentrasi sitokinin juga turut mengingkatkan konsentrasi etilen. Semakin tinggi

konsentrasi sitokinin maka konsentrasi etilen juga meningkat.

Etilen merupakan hormon yang berfungsi mempercepat proses pematangan

buah. Hormon ini bekerja menghambat sintesis dan transportasi auksin ke akar.

Auksin berperan sebagai hormon perangsang pertumbuhan akar dan disintesis di

meristem apikal. Pemotongan akar diharapkan dapat menurunkan konsentrasi

sitokinin, sehingga transportasi auksin dari meristem apikal menuju akar dapat

berjalan lancar (Campbell et al. 2003)

Pemotongan akar saja tidak cukup untuk dapat membuat tanaman yang

stagnan kembali tumbuh normal. Tanaman memerlukan zat- zat pedukung

pertumbuhan lain seperti penambahan pupuk dan kompos agar dapat tumbuh

normal dan optimal.

2.3 Syarat Tumbuh Pinus

P. merkusii termasuk anggota famili Pinaceae. Spesies ini dikenal dengan

nama lokal tusam atau pinus di Indonesia. P. merkusii menyebar secara alami di

daerah Aceh, Kerinci, dan Tapanuli.

P. merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir, dan

tanah berbatu pada ketinggian 30–1800 m dpl. P. merkusii akan tumbuh optimal

pada ketinggian 400–1.500 m dpl. Curah hujan rata-rata yang sesuai untuk

perkembanga spesies ini adalah 1.000–1.200 mm/tahun. Suhu optimal untuk

pertumbuhan pinus adalah 19–280C (Harahap dan Izzudin 2001).

5

2.4 Humate Substance Complex (HSC)

HSC merupakan suatu bahan organik yang diperkaya dengan asam humat

(humic acid) dan katalis. HSC mampu memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih

subur dengan menstimulasi tanaman dan mikroorganisme tanah, terutama untuk

lahan pasca tambang.

Kegunaan HSC adalah sebagai pembenah lahan marginal, mempermudah

ketersediaan hara, meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dan mengurangi

pencucian hara, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah,

serta memperbaiki pH tanah, serta meningkatkan penyerapan unsur hara

(Hariangbanga 2009). Pemberian HSC biasanya dilakukan 1–2 minggu sebelum

kegiatan penanaman.

2.5 Terabuster

Terabuster merupakan liquid foliar fertilizer, mengandung NPK,

Magnesium, Calcium, dan chelated micronutrients. Produk ini diformulasikan

untuk penyerapan melalui daun ketika penyerapan unsur hara melalui akar

terbatas. Produk ini biasanya digunakan sebagai pendorong untuk membantu dan

mempercepat penyembuhan tanaman yang stress dan juga dapat digunakan

sebagai pupuk tambahan untuk hydro seedling.

Manfaat penggunaan pupuk polimer Terabuster adalah memiliki

kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman, mampu

merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman serta meningkatkan

kemampuan fotosintesis tanaman, mencegah kerontokan calon buah dan

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stres (cekaman) lingkungan dan

ketahanan terhadap penyakit. Salah satu keunggulan Terabuster dibandingkan

pupuk lain adalah Terabuster memiliki bentuk chelated stabil sehingga

menyediakan unsur hara dalam bentuk yang langsung dapat diserap tanaman

sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal (Hariangbanga 2009).