bab ii tinjauan pustaka dismenore

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2000). Dalam sebagian besar kasus dismenore primer ditandai dengan adanya nyeri yang khas yaitu nyeri pada panggul bagian bawah yang dimulai pada hari pertama sampai hari ketiga menstruasi Nyeri haid atau dismenore sering terjadi pada remaja-remaja putri dengan derajat nyeri yang berbeda-beda, ada yang sampai membutuhkan pengobatan, ada pula yang tidak (Linda French, 2008). Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David, 2004). Pengeluaran prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus

Upload: ilfa-khairina

Post on 30-Jul-2015

526 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka Dismenore

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dismenore

Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2000). Dalam sebagian besar kasus dismenore

primer ditandai dengan adanya nyeri yang khas yaitu nyeri pada panggul bagian

bawah yang dimulai pada hari pertama sampai hari ketiga menstruasi Nyeri haid

atau dismenore sering terjadi pada remaja-remaja putri dengan derajat nyeri yang

berbeda-beda, ada yang sampai membutuhkan pengobatan, ada pula yang tidak

(Linda French, 2008).

Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila

dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon

prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim

akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol

uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian

bawah yang akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David,

2004). Pengeluaran prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron

selama fase luteal dari siklus menstruasi dan mencapai puncaknya pada saat

menstruasi (Wiknjosastro,1999).

Berdasarkan penelitian, M.A parker (2009) menyebutkan bahwa

dismenore terjadi pada 70-91% remaja dan menunjukkan nyeri sedang sampai

berat sampai mengakibatkan gangguan dalam beraktivitas. Hal ini didukung pula

oleh penelitian Andrew S. Coco (1999) yang menyebutkan bahwa dismenore

menjadi penyebab utama remaja putri tidak bersekolah dalam jangka pendek.

Dalam situasi yang sama, sebanyak 42% mahasiswi menyatakan ketidakhadiran

dan ketidakmampuan beraktifitas saat dismenore.

2.2 Faktor Resiko

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka Dismenore

Beberapa faktor telah dihubungkan dengan penyebab terjadinya dismenore

termasuk merokok, depresi, paritas dan indeks massa tubuh (BMI). Selain itu,

dismenore dapat meningkat karena berbagai faktor seperti :

a. Usia < 20 tahun

b. Berat badan yang menurun drastis

c. Depresi/cemas

d. Menstruasi berat

e. Nulipara

f. Merokok (Linda French, 2005)

2.3 Klasifikasi

Manuaba (2000) menyebutkan bahwa dismenore dibagi menjadi :

a. Dismenore Primer : dismenore tanpa kelainan anatomis genitalis.

b. Dismenore sekunder : dismenore yang disertai kelaianan anatomis

genitalis.

Sedangkan untuk pembagian klinisnya, dibagi menjadi :

a. Dismenore ringan : berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan

kerja sehari-hari.

b. Dismenore sedang : diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu

meninggalkan kerjanya.

c. Dismenore berat : perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai nyeri

kepala, pinggang, diare dan rasa tertekan.

2.3 Latihan Dismenore

Dismenore dapat diatasi diantaranya dengan melakukan hal- hal berikut :

a. Latihan moderat seperti berjalan atau berenang.

b. Latihan menggoyangkan panggul.

c. Latihan dengan posisi lutut ditekuk ke dada, berbaring terlentang/miring.

(Geri Morgan&Carole Hamilton, 2009)

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka Dismenore

Selain itu, olahraga dapat mengurangi frekuensi dan / atau tingkat

keparahan dismenore. Latihan telah dikaitkan dengan penurunan prevalensi

dismenore dan terkait simtomatologi dalam beberapa studi (Blakey H et al, 2009)

Maryam Koushkie Jahromi, dkk (2008) dalam penelitian mereka

menunjukkan latihan fisik atau olahraga, efektif dalam mengurangi gejala-gejala

premenstruasi dan dismenore, dan mereka membuktikan keefektifan penelitian-

penelitian sebelumnya. Penelitian ini menjelaskan pada keadaan saat

premenstruasi dan menstruasi terjadi peningkatan maksimum hormon-hormon.

Gejala-gejala yang terkait dengan premenstruasi dan dismenor berhubungan

dengan fungsi endorphin

Olahraga atau senam dismenore merupakan salah satu teknik relaksasi.

Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin

adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin

dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat

berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa

nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa

nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar b-

endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak

melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin.

Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b-endorphin akan keluar dan

ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi

untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat

dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,

kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry,2007). Sehingga

olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri

dismenore.

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka Dismenore

Sumber :

Blakey H et al. 2009. Is exercise associated with primarydysmenorrhoea

in young women?. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology

2009. 222

Coco, Andrew S. 1999. Primary Dysmenorrhea. America Family

Physician. Volume 60 Number 2. 489

French, Linda. 2005. Dysmenorrhea. America Family Physician. Volume

71 Number 2. 285

French, Linda. 2008. Dysmenorrhea in Adolescent Diagnosis and

Treatment. Pediatri Drugs Volume 10.1

Jahromi, MK, Abbasali Gaeni dan Zahra Rahimi. 2008. Menstrual Cycle

“Influence Of a Physical Fitness Course On Menstrual Cycle Characteristics”.

Gynecologycal Endocrinology 24 (11). 660

MA Parker. 2009. The menstrual Disorder of Teenagers (MDOT)study:

Dketermining Typical Menstrual Patterns and Menstrual Disturbance in a Large

Population Based Study of Australian Teenagers. The Author Journal

Compilation 2009. 185

Manuaba, Ida bagus Gde. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin

Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta:EGC.

Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Panduan PraktikObstetri dan

Ginekologi. Jakarta: EGC.

Robert dan David. 2004. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks.

Jakarta : Bumi Aksara.

Wiknjosastro.H . 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.

h ttp:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam + tubuh.

diakses tanggal ………..