bab ii tinjauan pustaka kerangka konsep berpikireprints.umm.ac.id/42166/3/bab ii.pdf · sebagaimana...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Konsep Berpikir
PT Raja Grafido Persada,
Al – Qur’an & Hadist
Az-Zariat (51) : 9
Al – Baqarah (2) : 43
At Taubah (9) : 60
Etos Kerja (HR. Thabrani)
Studi Empiris
Amirul Afif Muhamat and Norlida
Jaaf, 2013, Anappraisal on the
business Success of entrepreneurial
asnaf : An empirical study on the
state zakat organization (the
Selangor Zakat Boardor Lembaga
Zakat Selangor) in Malaysia. Journal
of Financial Reporting and
Accounting,.
Arooj Zeb and Gohar Zaman,
Assessing the Role of Zakat as a
Social Safety Net and problems
faced by Zakat Recipients in
receiving Zakat Assistance in
Pakistan, Abasyn Journal of
Social Sciences. Vol: 7 Issue: 1
Irfan Syauqi Beik. 2009. Analisis
Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan : Studi KasusDompet
Dhuafa Republika. Jurnal
Pemikiran & Gagasan. Vol II. Amalia, Kasyful Mahalli. 2012.
Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota
Medan.Jurnal Ekonomi
Ahmad Nashiruddi, Savid. 2017.
Efektifitas Zakat Produktif dalam
Pemberdayaan Ekonomi Mustahik:
Studi pendahuluan pada Badan Amil
Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik.
Jurnal Falah Ekonomi Syariah Vol. 3
No. 1. dan Keuangan, Vol. 1, No.1.
Studi Teoritik
Konsep Zakat
(Hafihuddin D,
2002), (wahbah al
– Zuhalili, 1989)
Pendayagunaan
Zakat
(Muhammad
Abdul Manan,
1993) (Asnaini,
2008), (Sjechul
Hadi Pamono,
1995), (M.
Ridwan, 2005),
(M. Daud Ali,
1998), (Yusuf Al
– Qardhawi,
1997).
Objek
Rumusan
Masalah
Penngumpulan
Data
Analisis
Kuantitatif
Kesimpulan
Penelitian
9
A. Penelitian Terdahulu
Dibawah ini merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
analisis pendayagunaan zakat produktif dalam upaya mengubah status
mustahik menjadi muzakki. Sebagaimana hasil penelitiannya sebagai berikut:
Amirul Afif Muhamatand NorlidaJaaf, 2013, Anappraisal on the
business Success of entrepreneurial asnaf : Anempirical study on the state
zakat organization (The Selangor Zakat Boardor Lembaga Zakat Selangor)
in Malaysia. Dari penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang
ditunjukkan dari tiga variable di dalam penentu tingkat kesuksesan dari
program dan regresi. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya modal dan
pengetahuan dari mustahik yang penting dalam faktor penentu kesuksesan
berwirausahaan.10
Arooj Zeb and Gohar Zaman, Assessing the Role of Zakat as a Social
Safety Net and problemsfaced by ZakatRecipientsin receiving Zakat
Assistancein Pakistan, Menyatakan bahwa; Zakat tidak memberikan efek
yang signifikan terhadap perekonomian yang ada di Pakistan. Masyarakat
Pakistan berkerja keras pada malam dan siang hari untuk memperbaiki
perekonomiaanya.Hal ini tidak berkaitan dengan penyaluran zakat yang ada
10 Amirul Arif Muhammad and Norlida jaaf 2013, Anapprasial on the business Succes of
Entrepreneurial : An empirical study on the zakat organization (the Selangor Zakat Boardor
lembaga Zakat Selangor) in Malaysia. Journal of Financial Reporting and Accounting, Vol. 11,
No. 1, hal 12-13.
10
di negara tersebut. Adanya zakat tidak terlalu memberi dampak pada
perkembagan ekonomi.11
Irfan Syauqi Beik, 2009, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, menyatakan bahwa:
Hasil analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga
miskin dari 84 persen menjadi 74 persen. Kemudian dari aspek kedalaman
kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan
dan kesenjangan pendapatan, yang diindikasikan oleh penurunan nilai P dari
Rp 540.657,01 menjadi Rp 410.337,06 dan nilai 1 dari 0,43 menjadi 1 0,33.
Sedangkan ditinjau dari tingkat keparahan kemiskinan, zakat juga mampu
mengurangi tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan
nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19
menjadi 0,11.12
Amalia, Kasyful Mahalli, 2012, Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan, menyatakan bahwa:
Pendayagunaan zakat berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan di Kota
Medan. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat sangat setuju
pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman & modal disertai pelatihan dan
ketrampilan yang nantinya akan membantu perekonomian masyarakat dan
menjadi mayarakat yang mandiri.13
11 Arooj Zeb and Gohar Zaman, Assessing the Role of Zakat as a Social Safety Net and
problems faced by Zakat Recipients in receiving Zakat Assistance in Pakistan, Abasyn Journal of
Social Sciences. Vol: 7 Issue: 1, hal11-12 12Irfan Syauqi Beik, 2009, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi
KasusDompet Dhuafa Republik, Jurnal Pemikiran & Gagasan. Vol II, hal 11.
13Amalia, Kasyful Mahalli. 2012. Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan
Kemiskinan Di Kota Medan, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, hal 12.
11
Ahmad Nashiruddin Savid, 2017, Efektifitas Zakat Produktif dalam
Pemberdayaan Ekonomi Mustahik: Studi Pendahuluan pada Badan Amil
Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik, menyatakan beberapa hasil dari
penelitiannya ialah : Pertama, efektivitas ketepatan sasaran program yang
ditujukan untuk mustahik melalui bantua usaha secara produktif dapat
dikatakan cukup efektif. Hal ini disebabkan kesesuaian anatara syarat dan
kriteria penerima bantuan usaha produktif di BAZ Kabupaten Gresik dengan
kenyataan kondisi di lapangan. Kedua, efektifitas sosialisasi program belum
efektif, sebab menurut pernyataan para penerima program bantuan usaha
produktif dan kesehatan, rata-rata mereka mendapat informasi dari pengurus
BAZ Kabupaten Gersik yang dikenal, ataupun dari link dengan BAZ. Ketiga,
efektivitas tujuan program, yakni menjadikan mustahik menjadi muzakki
sekaligus mesejahterakan masyarakat didapatkan hasil kurang efektif karena
pendapatan yang diperoleh mustahik penerima bantuan usaha produktif masih
rendah. Pendapatan yang diperoleh belum mencapai kriteria untuk menjadi
seorang mustahik. Keempat, efektifitas pemantuan program yang dilakukan
oleh BAZ dapat dikatakan cukup efektif walaupun pemantuan dilkukan setiap
empat bulan sekali dengan mendatangi langsung ke tempat usaha binaan. 14
14Ahmad Nashiruddin Savid. 2017. Efektifitas Zakat Produktif dalam Pemberdayaan
Ekonomi Mustahik: Studi pendahuluan pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Gresik. Jurnal
Falah Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 1, hal 106-107.
12
B. Tinjauan Teori
1. Konsep Zakat
a) Konsep dan Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga. Secara etimologis, zakat
memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan
berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti
mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan
kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.15
Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya, meliputi: emas,
perak, dan logam mulia lainnya; uang dan surat berharga lainnya;
perniagaan; pertanian, perkebunan, dan kehutanan; peternakan dan
perikanan; pertambangan; perindustrian; pendapatan dan jasa; dan rikaz
(barang temuan). Apabila kekayaan seorang muslim tidak memenuhi
salah satu ketentuan, misalnya nishab, maka kekayaan tersebut belum
wajib dikeluarkan zakatnya.
Ulama Malikiyah mendefinisikan zakat dengan ‘mengeluarkan
bagian tertentu yang telah sampai sehisab, merupakan milik sempurna dan
sampai jangka waktu tertentu untuk diserahkan kepada mustahik.16 Di
dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menyebutkan beberapa ayat yang
15Hafidhuddin D, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani. 2002), Hal
7. 16 Wahbah al-Zuhalii, Al –Fiqh al-Islam wa Adillatuh.,(Beirut: Dar al-Fiqr.1989), hal 730.
13
menjelaskan tentang zakat, diantaranya dalam: Surat QS. Al Baqarah [2] :
4317:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku”
Kemudian dalam ayat al-Qur’an selanjutya ada pada QS. At-
taubah [12]: 60. 18
ني ل م ا ع ل وا ني اك س م ل وا ء را ق ف ل ل ت ا ق د صم ل ا ا نم إني رم ا غ ل وا ب ا رق ل ا وف م ه وب ل ق ة ؤلمف م ل وا ا ه ي ل ع
ل ي ب س ل وف ي ب سم ل ا ن ب وا لمه ل لمه ا ل ا ن م ة ض ري فم ي ك ح م ي ل ع لمه ل وا
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
17 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), hal 10. 18Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), hal 282.
14
b) Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Orang – orang atau golongan yang berhak menerima zakat telah
diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan (asnaf).
Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an Surat At-Taubah [12]: 60
Dalam Dalam Buku Tafsir al Maraghi (Maraghi, hal. 241,
1992) yang berhak menerima zakat ialah:
1) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan.
3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.
6) Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya
itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam
dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat
bahwafisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum
seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
15
8) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya
Dari uraian di atas sudah disebutkan golongan-golongan dari
mustahik. Apabila selain golongan di atas baik menyangkut
kemaslahatan umum atau khusus tidak boleh dibagikan zakat.
Termasuk tidak boleh membayarkan zakat untuk membangun masjid,
memperbaiki jalan-jalan, membangun perkantoran, dan lain sebagainya.
Namun, jika dari gologan tersebut yang paling utama untuk disalurkan
zakatya ialah golongan yang paling banyak membutuhkan. Dengan
demikian, barangsiapa yang paling mendesak dan paling membutuhkan,
dialah yang paling utama. Namun, secara umum yang paling
membutuhkan adalah orang-orang fakir dan orang-orang miskin.19
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At Taubah ayat 60.
2. Zakat & Kesejahteraan Perekonomian
Menurut Mosher hal yang paling penting dalam kesejahteraan
perekonomian ialah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan
rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan.20 Zakat dalam bidang
sosial bertindak sebagai alat kas yang diberikan kepada Islam untuk
menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya
akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang dalam bidang
ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam
19 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimi, Fatwa-Fatwa Zakat, Penerjemah Suharlan,
dkk. (Jatinegara: Darus Sunnah Press.2008), hal 99. 20A.T. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, (Jakarta: Jayaguna, 1987), hal
87.
16
tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan
sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya,
maka sebagian diberikan kepada yang berhak.21 Hal ini bertujuan agar tidak
ada ketumpagan pendapatan antara yang kaya dan miskin, sehingga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin per September 2017
mencapai agka 10,12 % dari total penduduk Indonesia, atau sekitar 26,58 juta
jiwa. Jumlah peduduk yang miskin di pedesaan mendominasi dengan proporsi
13,47%. Dalam kaitannya dengan organisasi pegelola zakat, BAZNAS dan
LAZ, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota, bertekad untuk
menurunkan angka kemiskina sebesar 1% atau sekitar 280 ribu jiwa.22
Namun standart pengukuran tingkat kemiskinan yang dilakukan
BAZNAS berbeda dengan pemerintah. Indeks yang digunakan BAZNAS
diberi nama Indeks Kesejahteraan Puskas BAZNAS yang terdiri dari tiga
jenis komponen utama, yaitu:23
1. Kombinasi kecukupan material dan spiritual. Dengan kata lain
kesejahteraan diukur berdasarkan kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spritualnya.Variable yang digunakan
adalah indeks kesejahteraan CIBEST.
2. Variable yang digunakan terkait dengan kondisi pendidikan dan
kesehatan mustahik, apakah zakat yang disalurkan mampu
21Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1993), hal 256. 22 Keputusan Rekornas Zakat oktober 2017. 23 Irfan Syaruqi Beik, Mengukur Kesejahteraan Dhuafa, Koran Republika, 25 Januari
2018, hal 20.
17
memperbaiki dan meningkatkan kondisi pendidikan dan kesehatan
mustahik atau tidak. Alat ukur yang digunakan ialah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
3. Indeks kesejahteraan BAZNAS ini diukur berdasarkan aspek
kemandirian. Dimana kemandirian ini diukur berdasarkan tiga hal,
yaitu apakah mustahik yang dibina mampu memiliki pekerjaan tetap.
Lalu apakah memiliki bisnis yang bisa menunjang masa depan
kehidupannya, serta memiliki tabungan.
Bisnis atau usaha yag dapat menunjang masa depan artimya usaha
yang dijalani mustahik berkembang atau maju. Bisnis yang berkembang
menurut Henry Faizal Noor ialah bisnis yang dapat mecapai tujuanya
ialah jika medapat laba, karena laba ialah tujuan seseorang melakukan
bisnis24. Ini artinya jika mustahik penerima zakat produktif mendapat laba
atau labanya meningkat dari sebelumnya maka usaha tersebut dikatakan
berkembang.
3. Pendayagunaan Zakat
a) Pendayagunaan Zakat Produktif
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat,
adapun pengertian pendayagunaan sendiri munurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia: a. Pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat. b.
Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
24Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal
397.
18
dengan baik.25 Kemudian, produktif berasal dari kata bahasa inggris yaitu
productive yang artinya berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak
hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai
hasil baik.
Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta
zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah
zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik
tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk
membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.26
Pendayagunaan zakat adalah penafsiran yang lebih sederhana
terhadap distribusi dan alokasi zakat sebagaimana yang disebutkan dalam
surah At-Taubah ayat 60. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman
dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam.27
Sedangkan menurut Permono, pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam memanfaatkan hasil
pengumpulan zakat untuk didistribusikan kepada mustahik dengan
berpedoman syariah, tepat guna, serta bermanfaat yang efektif melalui
25Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993, Hal 189. 26Asnaini, ZakatProduktif dalam Perspektif Hukum Islam, cet.1, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), hal.63. 27 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal 2.
19
pola pendistribusian yang bersifat produktif dan memiliki manfaat sesuai
dengan tujuan ekonomis zakat. 28
Sedangkan prosedur dalam pendayagunaan dana zakat dalam
aktifitas pendayagunaan zakat produktif adalah sebagai beikut; (1)
Melakukan studi kelayakan mustahik, (2) Menetapakan jenis usaha
produktif, (3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan, (4) Melakukan
pemantauan, pengendalian dan pengawasan, (5) Melakukan evaluasi, dan
(6) Membuat laporan.
b) Model Sistem Pendayagunaan Zakat Produktif
Berikut adalah macam-macam model pendayagunaan zakat
produktif.29
1) Surplus Zakat Produktif
Merupakan pengumpulan dana zakat yang pendistribusiannya
hanya dibagikan sebagian dan digunakan pada pembiayaan usaha-usaha
produktif dalam bentuk zakat sertifikat. Dalam pelaksanaannya, zakat
diserahkan oleh muzakki kepada amil dan kemudian dikelola menjadi dua
bentuk, yaitu; sertifikat dan uang tunai. Uang yang terkandung dalam
sertifikat tersebut digunakan untuk operasional perusahaan, dengan
harapan perusahaan tersebut dapat menyerap tenaga kerja dari golongan
mustahik sendiri, serta perusahaan dapat memberikan bagi hasil kepada
mustahik pemegang sertifikat.Sehingga, apabila mustahik tersebut telah
28Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan
Nasional,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hal41. 29Muhammad Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan: Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal 122-124.
20
mencapai nisab dan haul maka mustahik dapat berperan menjadi muzakki
yang membayar zakat atau memberikan sadaqah.
2) In Kind
Merupakan pengelolaan zakat produkltif dimana alokasi dana zakat
yang akan didistribusikan kepada mustahik tidak bukan dalam bentuk
uang, tetapi dalam bentuk alat-alat produksi seperti mesin ataupun hewan
ternak.
3) Revolving Fund
Sistem pengelolaan zakat dimana amil memberikan pinjaman dana
zakat kepada mustahik dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan. Jadi
mustahik tersebut dapat menggunakan dana tersebut untuk usaha dan
mustahik dapat mengembalikan dana tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Pegembalian dana dari mustahik tersebut kemudian digulirkan oleh amil
untuk pendanaan mustahik lainnya.
Kemudian menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat produktif
sebagai berikut:30
1) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam
bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, alat-alat
pertukangan, mesin jahit, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah
untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi
fakir-miskin.
2) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini mewujudkan dalam
bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah
30 M.Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 1998), hal 62-
63.
21
proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang
pedagang atau pengusaha kecil.
Zakat memang seharusnya tidak hanya sekedar kosumtif saja,
namun yang dapat memberikan manfaat pada jangka panjang.Maka dari
itu pentingnya di Badan Amil Zakat mengadakan program zakat
produktif.kemudian, Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya fiqh Zakat yang
menyatakan bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-
pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian
kepemilikan dan keuntungannya digunakan bagi kepentingan fakir miskin,
sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi sepanjang masa.31
C. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya
harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari
tinjauan pustaka.32 Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan
pada bab I, maka hipotesis pada penelitian ini ialah adanya pengaruh
positif pendayagunaan zakat produktif pada tingkat kesejahteraan atau
perekonomian mustahik Baitul Mal Al-Amien Kelurahan Kedugkandang.
Berdasarkan keputusan sebagai berikut:
H0 : Omset mustahik sebelum dan sesudah medapatkan dana zakat
produktif Baitul Mal Al-Amien Kelurahan Kedungkadang adalah
identik (tidak berbeda secara nyata).
31 Yusuf Al-Qardawi, Hukum Zakat, Edisi terjemahan, (Bogor: Litera AntarNusa, 1997),
hal 36. 32Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder,
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal 57.