bab ii tinjauan pustaka - unmuha

31
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Yang Berkaitan Personal Hygiene Tidakkah kita menyadari sekarang penyakit menjadi bermacam-macam jenisnya. Banyak yang menjadi faktor penyebabnya, salah satunya adalah akibat dari personal hygiene yang buruk, tidak menjaga lingkungan dengan baik dan perilaku yang tidak hygienis. Sama halnya dengan penyakit yang berkaitan personal hygiene dimana penyakit tersebut terjadi akibat dari personal hygiene yang buruk. Menurut Hidayat (2012) penyakit yang terkait dengan Personal hygiene yang buruk yaitu seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular dan penyakit saluran cerna atau bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu. Menurut sudarto (1996) yang dikutip oleh mustikawati (2013), personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi penyakit mulut, penyakit saluran cerna dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit. Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan, sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Yang Berkaitan Personal Hygiene

Tidakkah kita menyadari sekarang penyakit menjadi bermacam-macam

jenisnya. Banyak yang menjadi faktor penyebabnya, salah satunya adalah akibat dari

personal hygiene yang buruk, tidak menjaga lingkungan dengan baik dan perilaku yang

tidak hygienis. Sama halnya dengan penyakit yang berkaitan personal hygiene dimana

penyakit tersebut terjadi akibat dari personal hygiene yang buruk. Menurut Hidayat

(2012) penyakit yang terkait dengan Personal hygiene yang buruk yaitu seperti

penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular dan penyakit saluran cerna atau

bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu.

Menurut sudarto (1996) yang dikutip oleh mustikawati (2013), personal

hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit,

seperti penyakit kulit, penyakit infeksi penyakit mulut, penyakit saluran cerna dan

dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit. Personal

hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan, sehingga personal

hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene

akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal artinya perorangan dan

hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

13

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Laksamana,

dkk, 2012).

Kebersihan diri (personal hygiene) merupakan kebersihan diri sendiri yang

dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.

Menurut entjang dalam Sri (2015) pengertian personal hygiene atau hygiene

perseorangan (usaha kesehatan pribadi) adalah upaya dari seseorang untuk

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Tujuan dari personal

hygiene adalah:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. Pencegahan penyakit

e. Meningkatkan percaya diri seseorang

f. Menciptakan keindahan.

Pentingnya Personal hygiene dalam kehidupan manusia untuk meningkatkan

derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri, pencegahan penyakit,

meningkatakan percaya diri dan menciptakan keindahan (Tarwoto dan Wartonah,

2010). Ukuran kebersihan diri seseorang tergantung bagaimana orang tersebut secara

fisik dan psikologi mampu melakukan dan menampilkan perawatan dirinya. Manusia

perlu menjaga kebersihan lingkungan dan diri agar tetap sehat dan tidak bau, sehingga

tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit (potter dan Perry, 2010).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

14

2.1.1. Macam-Macam Penyakit Yang Berkaitan Personal Hygiene

Penyakit pada dasarnya merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia

dengan lingkungan, antara perilaku dengan komponen lingkungan yang memiliki

potensi penyakit. Oleh karena itu, pemahaman terhadap faktor risiko penyakit yang

berakar pada faktor kependudukan dapat, mengurangi terjadinya faktor risiko itu

sendiri (Achmadi, 2011).

Menurut Hidayat (2012) penyakit yang terkait dengan Personal hygiene

yang tidak baik yaitu seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular

dan penyakit saluran cerna atau bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh

tertentu.

Berikut jenis-jenis Penyakit yang berkaitan personal hygiene (Anies, 2015) :

a. Diare

b. ISPA

c. Penyakit Kulit

d. Sakit Gigi

e. Batuk

2.1.1.1. Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsitensi

lembek atau cair dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Secara klinis penyebab diare

terjadi akibat bakteri, virus, malabsorsi, alergi dan keracunan. Penyebab yang paling

sering adalah bakteri yang setiap hari dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari

lingkungan kotor (Irianto, 2014).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

15

Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat.

Personal hygiene yang baik akan membawa efek yang baik bagi kesehatan. Demikian

pula sebaliknya, Personal hygiene yang buruk akan menjadi sumber munculnya

berbagai macam penyakit antara lain penyakit Diare. Dimana seseorang yang tidak

menjaga kebersihan dirinya seperti tidak mencuci tangan sebelum makan hal ini akan

berdampak pada kesehatan dikarenakan nasi yang akan kita makan akan

terkontaminasi dengan kuman sehingga masuk kedalam usus pencernaan dan

terjadilah diare (Harahap, 2013).

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan, gelisah, suhu meningkat, nafsu

makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya

darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang,

nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun

diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-

ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).

2.1.1.2. ISPA

ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut mengandung 2 unsur, yaitu infeksi

dan saluran pernapasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan

gejala penyakit (Gunawan, 2010).

Salah satu terjadinya Penyakit ISPA dikarenakan kondisi kebersihan dirinya

buruk, contohnya seseorang yang telah melakukan aktivitas seperti menyapu dan dia

tidak mencuci tangan sehingga kuman akan menempel ditanggannya, saat tangannya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

16

memegang hidung dan kuman yang ada ditangannya akan masuk kedalam sistem

pernapasan sehingga terjadilah infeksi pada salura pernapasan. Personal hygiene yang

baik akan membawa efek yang baik bagi saluran pernapasan. Demikian pula sebaliknya,

Personal hygiene yang buruk akan menjadi sumber munculnya penyakit ISPA.

Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Zahriani (2016)

peneliti menemukan beberapa perilaku yang tidak baik yang telah

menyebabkanterjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan kebersihan bagi balita yaitu

sebagian besar orang tua (41.7%) tidak mencuci tangan balita setiap kali balita selesai

bermain dan juga banyak orang tua (52.2%) tidak memperhatikan kebersihan kuku dan

tangan anak balita penderita ISPA.

Widoyono (2011) menjabarkan ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut

dengan perhatian khusus pada radang paru (Pneumonia), dan bukan penyakit

tenggorokan dan telinga. Menurut Amin (2011) ISPA bila mengenai saluran pernapasan

bawah, khususnya pada bayi, anak-anak dan orang tua, memberikan gambaran klinik

yang berat dan jelek, berupa bronchitis, dan banyak yang berakhir dengan kematia.

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan. Proses

terjadinya ISPA di awali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus streptokokus,

stafilokokus, pneumokokus, hemofiluss, bordetella dan korinebakterium dan virus dari

golongan mikrovirus (termaksuk di dalamnya virus parainfluenza dan virus campak).

Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan

maka kuman tersebut bisa masuk ke broncus dan masuk kedalam saluran pernapasan,

yang menyebabkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya (Murni, 2014).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

17

2.1.1.3. Penyakit Kulit

Penyakit kulit merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat.

Personal hygiene yang baik akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula

sebaliknya, Personal hygiene yang buruk akan menjadi sumber munculnya berbagai

macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2013).

1. Faktor penyebab penyakit kulit

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah

iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,

kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang

memadai (Harahap, 2013).

2. Gejala penyakit kulit

Diagnosis penyakit kulit dan penanganan terapeutik dilakukan dengan terlebih

dahulu mengenali perubahan pada kulit yang dapat diamati secara klinis yaitu

efloresen. Efloresen kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit.

Untuk mempermudah dalam pembuatan diagnosis, ruam kulit dibagi menjadi

beberapa kelompok yaitu efloresen primer yang terdapat pada kulit normal dan

efloresen sekunder yang berkembang pada kulit yang berubah (Maharani, 2015).

3. Jenis jenis penyakit kulit

a. Dermatitis

Adalah kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi.

Dermatistis dapat muncul akibat alergi. Dermatitits biasanya menyerang daerah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

18

tubuh tertentu, sedangkan alergi dapat menyerang seluruh tubuh atau berganti-

ganti.

Gejala yang utama dari dermatitis adalah rasa gatal. Gejala lain ditandai

dengan timbulnya warna kemerahan pada kulit, terasa panas dan dingin yang

berlebihan pada kulit yang terkena dermatitis serta tampak lepuhan lepuhan

kecil dan kulit bersisik yang kena pada permukaan kulit yang disertai dengan

pembekakan.

b. Kudis atau Skabies

Skabies adalah suatu penyakit kulit yang sangat gatal terutama pada waktu

malam hari sebelum tidur, mudah menular, dan disebabkan oleh sarcoptes

Scabei sinonim bagi penyakit ini adalah penyakit gudik, kudis.

Penyakit skabies sering terdapat pada tempat tempat atau daerah daerah

yang padat penduduknya dengan keadaan hygiene yang jelek, misalnya

ditempat tempat pengungsian, peperangan dan ditempat lain yang

penghuninya padat. Kepadatan tersebut memungkinkan hubungan satu dengan

yang lain sangat mudah, sehingga penularan penyakit sukar dihindarkan

(Irianto, 2014).

c. Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh virus

Varisela zostier yang menetap laten di akar saraf. Virus Varisela zostier

umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh. Saraf

dikulit, dada atau perut dan wajah bagian atas adalah yang paling sering

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

19

terkena. Gejala penyakit ini diantaranya terasa demam, pilek, cepat lelah, nyeri

sendi, sakit kepala,pusing, rasa sakit seperti terbakar, kulit sensitive dan timbul

bintik kecil kemerahan pada kulit.

d. Alergi

Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang bersifat spesifik terhadap

rangsangan suatu bahan yang pada orang lain biasanya tidak berbahaya bagi

kesehatan tubuh (Soedarto, 2012). Alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas

yang diawali oleh mekanisme imunologis, yaitu akibat induksi oleh IgE yang

spesifik terhadap alergi tertentu, yang berikatan dengan selmast. Reaksi timbul

akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan

ditemukan dalam lingkungan disebut alergi (Wistiani dan Notoatmojo, 2011).

e. Urtikaria

Urtikaria adalah erupsi kulit yang menimbul (wheal) berbatas tegas,

berwarna merah lebih pucat pada bagian tengah, dan memucat bila ditekan

disertai rasa gatal. Hal yang mendasari terjadinya urtikaria adalah triple

response dari lewis, yaitu eritem akibat dilapisi kapiler timbulnya flare akibat

dilatasi arteriolar yang diperantarai reflex akson saraf dan timbulnya wheal

akibat ekstrafasasi cairan karena meningkatkan permeabilitas vaskuler (Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2010).

2.1.1.4. Sakit Gigi

Kesehatan gigi atau sering disebut dengan kesehatan rongga mulut adalah

keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya bebas

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

20

dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya

diri serta hubungan

Kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang

merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental, dan sosial. Aspek fisik yaitu

keadaan kebersihan gigi dan mulut, bentuk gigi, dan air liur yang dapat mempengaruhi

kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang

berada di dalam rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain

yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, dan sisa makanan

(Setyaningsih, 2007).

Upaya memelihara kesehatan gigi yang utama harus ditujukan untuk

mengendalikan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut karena pertumbuhan

bakteri mulut yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama terjadinya

permasalahan gigi dan mulut (Ghofur, 2012).

2.1.1.5. Batuk

Batuk merupakan suatu rangkaian reflex yang terdiri dari reseptor batuk, saraf

aferen, pusat batuk, saraf eferen dan efektor. Reflex batuk tidak akan sempurna

apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada reseptor batuk

akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk yaitu medulla untuk diteruskan ke

efektor melalui saraf eferen (Guyton, 2008).

Gejalanya yaitu demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin,

hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namum batuk berdahak juga timbul akibat

peradangan pada paru-paru. Penyebabnya batuk disebkan oleh adanya peradangan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

21

pada lapisan lendir saluran pernapasan. Pencegahannya bisa dilakukan dengan cara

menghindari daerah berdebu, kurangin minuman-minuman berdebu dan kurangi

kontak dengan orang yang sedang batuk (Hasan, 2010).

2.1.2. Macam-Macam Personal Hygiene

Wartonah (2010), macam-macam personal hygiene antara lain:

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya

pemeliharaan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang

dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Dalam memelihara kebersihan kulit

kebiasaan kebiasan yang harus selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang

keperluan sehari-hari memiliki sendiri, minimal mandi 2x sehari, mandi memakai

sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama sayur dan buah, dan

menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut bersih dan indah

sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu memelihara

rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan kebersihan rambut dengan

mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu, mencuci rambut memakai shampoo

/sabun pencuci rambut lainnya dan sebaiknya memakai alat alat pemeliharaan rambut

lainnya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

22

Menurut (saryono & widianti, 2011) masalah yang sering terjadi pada rambut:

a. Ketombe pelepasan kulit kepala yang di sertai rasa gatal

b. Alopesia atau kehilangan rambut

c. Pediculosis capitis yaitu kutu pada daerah rambut

d. Pediculosis corporis yaitu kutu pada badan seperti di ketiak

e. Kebersihan gigi dan mulut

Perawatan gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus di perhatikan

kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut

membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi dan bibir, membersihakan

gigi dari partikel partikel makanan, plak, bakteri dan mengurangi ketidaknyamanan

yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Dapat dilakukan dengan cara

menyikat gigi, berkumur dengan obat kumur atau antiseptik, menyikat lidah dan

membersihkan gigi palsu jika ada sehabis makan. (Hidayat & Tandiari, 2016).

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan membersihkan gigi sehingga

terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gig adalah

menggosok gigi secara teratur dan di anjurkan setiap habis makan, memakai sikat gigi

sendiri, menghindari makanan-makanan yang merusak gigi, membiasakan makan buah-

buahan yang menyehatkan gigi dan memeriksa gigi secara-secara teratur.

c. Membersihkan telinga

Hal yang diperhatikan kebersihan telinga adalah membersihkan telinga secara

teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

23

d. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus diperhatikan dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan dan sekitar kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan,

kaki dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan

kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit

tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka perlu harus membersihkan

tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan lingkungan dan

mencuci kaki sebelum tidur.

2.1.3.Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Sri (2015) faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene antara lain:

a. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri,

misalnya Karena ada perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihannya.

b. Praktik Sosial

Kelompok sosial mempengaruhi seseorang dalam pelaksanaan praktik personal

Hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi selama masa kanak-kanak,

kebiasaan keluarga juga mempengaruhi hygiene, misalnya frekuensi mandi dan waktu

mandi. Pada masa remaja, Hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman, misalnya remaja

wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada

masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

24

pribadi. Sedangkan pada lansia beberapa praktik hygiene berubah karena kondisi

hidupnya dan sumber daya yang tersedia.

c. Sosial Budaya dan kepercayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan personal

hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek

perawatan personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering

menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Dalam merawat pasien

dengan praktik hygiene yang berbeda, perawat menjadi pembuat keputusan atau

mencoba untuk menentukan standar kebersihannya.

d. Status sosial ekonomi

Personal Hygiene memerlukan biaya untuk membeli bahan untuk kebersihan diri

sehingga pada masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah mungkin akan

mengesampingkan perawatan dirinya sehingga personal hygiene mereka kurang.

e. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik tentang personal hygiene sangat penting karena dapat

meningkatkan kesehatan misalnya penderita diabitus militus harus selalu menjaga

kebersihan dirinya agar kesehatannya dapat terjaga.

f. Kebiasaan

merupakan kepercayaan masyarakat terhadap pengalaman masa lalu, pengaruh

teman tempat tinggal dan pengaruh dari keluarga. Kebiasaan dapat di kategorikan dari

baik dan kurang, jika pengaruh masyarakat positif terhadap pemanfaatan pusat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

25

pelayanan kesehatan maka akan terdorong untuk memanfaatkan dan melakukan

kunjungan ke fasilitas kesehatan yang tersedia.

2.1.4. Dampak Masalah Personal Hygiene

Dampak yang seringtimbul akibat kurangnya personal hygiene menurut

(Tarwoto, 2010).

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah

gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga serta gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak sosial

Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

2.1.5. Usaha Menjaga Personal Hygiene

Menurut Sri (2015) beberapa upaya yang dimaksud antara lain :

1. Memelihara kebersihan diri pakaian, rumah dan lingkungannya. Beberapa

usaha dapat dilakukan antara lain seperti dengan mandi 2x / hari,cuci

tangan sebelum dan sesudah makan,dan buang air besar pada tempatnya.

2. Memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani

4. Menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

26

5. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat

seperti sumber air yang baik,kakus yang sehat.

6. Pemeriksaan kesehatan

2.2. Hubungan Karakteristik Dengan Penyakit Yang Berkaitan personal Hygiene Pada

Lanjut Usia

Istilah “karakter” sering kali diucapkan oleh banyak orang. Sering terdengar

orang mengatakan kata karakter untuk membedakan antara orang yang satu dengan

yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan karakter setiap orang pasti berbeda-beda atau

ciri-ciri yang dimiliki setiap orang itu tidak sama.

Setiawan dalam Agus dan Hamrin (2012) kata “karakter” berasal dari kata

dalam bahasa latin, yaitu “kharakter”. Kata ini mulai banyak digunakan dalam bahasa

Prancis sebagai “charactere” pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam bahasa Inggris,

kata “caractere” ini berubah menjadi “character.” Selanjutnya dalam bahasa Indonesia

menjadi “karakter”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan

karakteristik adalah ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas

hidup. Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan

perwatakan tertentu. Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup

seseorang serta nilai- nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku

menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan (Nanda, 2013).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

27

Selanjutnya menurut Robbins dalam gaffar (2017), mengatakan bahwa

Karakteristik individu mencakup umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa

kerja dalam organisasi.

2.2.1. Hubungan Umur dengan penyakit yang Berkaitan personal hygiene pada

lansia

Menurut Nugroho dalam Ramadhan dan Sabrina (2016) lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok usia

dimana untuk melakukan segala sesuatu temasuk melakukan personal hygiene

menurun karena dipengaruhi oleh faktor usia. Di lihat dari segi fisik, kelompok lansia

sangat mengharapkan perhatian khusus dari keluarga untuk membantu dan

memotivasi mereka menerapkan personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari.

Personal hygiene sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan

mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

Kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu

mendapat perhatian perawatan khusus. Semua itu akan mempengaruhi kesehatan

lanjut usia. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra

tubuh individu. Sebaliknya, personal hygiene yang kurang tentunya akan

mempengaruhi penurunan pada citra tubuh seseorang sehingga akan berdampak pada

kesehatan seperti munculnya penyakit yang terkait dengan personal hygiene.

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

28

Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga

mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi

oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,

akan tetapi pada umur umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Menurut Sarbi (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit yang

berkaitan personal hygiene), hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden

mempunyai pengaruh bermakna terhadap penanganan penyakit yang berkaitan

personal hygiene, dimana umur yang muda berpeluang 12 kali menderita penyakit yang

berkaitan personal hygiene dibandingkan dengan umur yang sudah tua.

Sedangkan menurut Mustikawati (2013) menyatakan bahwa Penyakit yang

ditimbulkan oleh perilaku personal hygiene yang tidak baik dapat menyerang semua

usia baik kanak-kanak, remaja atau dewasa. Pada orang dewasa, ia akan memiliki

kemandirian untuk melakukan perilaku personal hygiene yang baik, disebabkan karena

semakin banyaknya pengetahuan, pengalaman yang didapatkan mengenai kesehatan.

2.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan penyakit yang Berkaitan personal hygiene

pada lansia

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu aktor yang mempengaruhi

psikologi lanjut usia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan,

hasil penelitian yang dilakukan Raharnie, dkk. (2011) di Makasar, Zayyid (2006) di

Malaysia dan Onayemi, dkk (2012) di Nigeria menunjukkan bahwa laki-laki cenderung

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

29

lebih rentan terinfeksi scabies dengan prevalensi 58% dibandingkan wanita. Prevalensi

scabies pada wanita cenderung lebih rendah dari pada laki-laki, diduga disebabkan

wanita cenderung lebih peduli terhadap personal hygiene dibandingkan laki-laki

(Setyaningrum dalam Juliansyah dan Minartami, 2017).

Menurut Mustikawati (2013), risiko permasalahan penyakit yang terkait dengan

perilaku personal hygiene dapat terjadi pada semua orang, tidak memandang laki laki

atau perempuan. Jenis kelamin merupakan perbedaan fisologis dan biologis yang dapat

membedakan laki-laki dan perempuan. karakteristik antara laki-laki dan perempuan

pun berbeda, baik dari segi fisik, sikap dan tindakan ( Juliansyah dan minartami, 2017).

Lansia laki-laki cenderung dalam status kawin sampai mereka sangat tua dan

meninggal. Lansia laki-laki cenderung untuk mendapatkan bantuan/perawatan dari

isteri mereka, sedangkan lansia perempuan seringkali tidak mendapatkan ini karena

kematian suami. Namun pada umumnya lansia perempuan yang ditinggalkan suami,

hidup bersama dengan anaknya terutama anak perempuan, sehingga masih

mendapatkan perawatan yang cukup baik. Oleh sebab itu dengan adanya perawatan

yang lebih baik dan jauh dari penyakit yang berkaitan personal hygiene, maka harapan

hidup lansia perempuan lebih panjang dari pada lansia laki-laki dikarenakan (Wahyuni

dalam safitri.N.C., utami. Y.W, 2011).

Menurut Naftassa dan Putri (2018) Hasil analisis menunjukan bahwa adanya

hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian penyakit yang berkaitan personal

hygiene dengan nilai p < dari 0.005 yaitu 0.009. Pada penelitian ini, perempuan lebih

banyak mengalami penyakit yang berkaitan personal hygiene yaitu 96.2%.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

30

2.2.3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penyakit Berkaitan Personal Hygiene

pada lansia

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

perubahan perilaku positif yang meningkat. Orang yang memiliki pendidikan yang baik

memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang diterimanya,

sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia untuk menyerap

dan memahami pengetahuan yang ia terima (Mustikawati, 2013).

Pendidikan atau pengetahuan mengenai pernyakit yang berkaitan personal

hygiene dapat diterima sejak masa kanak kanak, sehingga ia akan menjadi suatu

kebiasaan ketika dewasa maupun lansia. Pada lansia Apabila mengetahui dan

mempraktekkan perilaku personal hygiene maka dia bisa meningkatkan derajat

kesehatannya (Mustikawati, 2013).

Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah.

Semakin tinggi pendidikan lansia, diharapkan wawasan mengenai penyakit yang

berkaitan personal hygiene yang dimilikinya akan semakin luas sehingga

pengetahuanpun juga akan meningkat, sebaliknya semakin rendahnya pendidikan

responden, akan mempersempit wawasan mengenai personal hygine sehingga

muncullah penyakit yang terkait personal Hygiene (Notoatmojo, 2010).

Menurut luthfianti (1998), bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh

terhadap perilaku kesehatan, karena informasi dapat diperoleh dari luar rumah atau

lingkungan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

31

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

perubahan perilaku positif yang meningkat. Orang yang memiliki pendidikan yang baik

memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang diterimanya,

sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia untuk menyerap

dan memahami pengetahuan yang ia terima. Kategori pendidikan menurut (UU No. 20

Tahun 2003) yaitu Tinggi jika diatas SMA, menengah Jika SMA/ sederajat dan dasar jika

tidak sekolah, SD dan SMP/ sederajat. Pendidikan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tinggi

(SMA dan Perguruan Tinggi) dan Rendah ( Tidak sekolah, SD dan SMP/ Sederajat).

2.3. Hubungan Pengetahuan Dengan Penyakit Yang Berkaitan Personal Hygiene

Pada Lanjut Usia

Notoadmodjo (2010) tingkat pengetahuan tentang penyakit yang berkaitan

personal hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene, karena apabila seseorang

memiliki pengetahuan tentang penyakit yang berkaitan personal hygiene yang baik,

maka akan memungkinkan seseorang untuk merawat kebersihan dirinya, seperti

kebersihan kulit,rambut, gigi dan mulut, telinga, tangan,kaki dan kuku, hal tersebut

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit, namun sebaliknya jika lansia yang

berpengetahuan kurang atau rendah maka lansia tersebut tidak mengetahui

bagaimana cara menjaga kebersihan dirinya sehingga muncullah penyakit yang

berkaitan dengan personal hygiene.

Menurut Naftassa dan putri (2018) menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan kejadian penyakit yang berkaitan personal Hygiene

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

32

dengan nilai OR 1.04 dan nilai p-value 0.009 artinya pengetahuan kurang akan

mengalami penyakit yang berkaitan personal Hygiene 1.04 kali berisiko dibandingkan

dengan pengetahuan baik.

Menurut Mustikawati (2013) pengetahuan tentang penyakit yang berkaitan

personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene dan implementasinya

bagi kesehatan mempengaruhi praktik personal hygiene. Namun pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup, lansia juga harus termotivasi untuk memelihara personal

hygienenya. Lansia dengan pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene akan

selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit.

Menurut Tawi (2013), pengukuran pengetahuan dibagi atas 2 kategori, antara lain:

a. Baik : > mean/median

b. Kurang : < mean/media

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Sebagai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

33

contohnya lansia mampu menyatakan pengertian dari penyakit yang berkaitan

personal hygiene.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari. Misalnya lansia dapat menjelaskan tentang manfaat melakukan

personal hygien.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya cara melakukan

kebersihan rambut dengan cara melakukan keramas secara baik untuk mencegah

terjadinya penyakit yang berkaitan personal hygiene.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya dengan menganalisis

tentang manfaat melakukan personal hygiene.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

34

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada. Contohnya menyusun, merencanakan atau meringkas teori tentang penyakit yang

berkaitan personal hygiene.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Misalnya dapat membandingkan antara

lansia yang menderita penyakit yang terkait personal hygiene dan yang tidak. Penilaian

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2010).

2.4. Hubungan Perilaku Dengan Penyakit Yang Berkaitan Personal Hygiene Pada

Lanjut Usia

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati

langsung maupun tidak langsung yang diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014).

Perilaku adalah keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan

sumber yang diperlukan. Kebutuhan personal hygiene harus menjadi prioritas utama

bagi lansia karena dengan personal hygiene yang baik membuat lansia memiliki resiko

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

35

yang rendah untuk mengalami penyakit infeksi pada mata dan telinga (Gateaway,

2013).

Personal Hygiene senantiasa harus terpenuhi karena merupakan tindakan

pencegahan primer yang spesifik untuk meminimalkan mikroorganisme bakteri yang

pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015).

Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis dari ujung rambut sampai kaki. Personal

hygiene diperlukan untuk meminimalkan terjangkit penyakit terutama yang

berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk. Kebersihan diri yang buruk akan

mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit

infeksi, mulut, dan saluran cerna. Perilaku lansia dalam menjaga kebersihan dirinya bisa

dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit, rambut, gigi dan mulut, telinga, tangan,

kaki dan kuku untuk mengindar terjadinya penyakit yang berkaitan personal hygiene

(Atikah, 2012).

Kebiasaan atau perilaku buruk juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Sebagai contoh perilaku jarang mandi dan sering meminjam baju dari teman bisa

menyebabkan gangguan kesehatan berupa penyakit kulit skabies. Penelitian yang

dilakukan oleh Rohmawati (2010) di Surakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara perilaku jarang mandi dan sering meminjam baju teman dengan timbulnya

penyakit skabies. Mandi termasuk salah satu dari personal hygiene yang harus di

perhatikan. Selain mandi, banyak aspek lainnya dari personal hygiene yang

mempengaruhi kesehatan. Salah satu contohnya adalah rutin memotong dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

36

membersihkan kuku. Ketidakpatuhan terhadap penjagaan kebersihan kuku dapat

mempengaruhi kesehatan dan menimbulkan penyakit yaitu infeksi cacing.

Menurut rahmayani,dkk (2014) menyatakan bahwa Masyarakat yang

mempunyai perilaku buruk dengan frekuensi kejadian penyakit yang berkaitan personal

hygiene 1- 4x/tahun sebanyak 25 orang responden (29,5%). Berdasarkan hasil uji chi-

square didapatkan p value 0,019 < 0,005 yang menunjukkan ada hubungan antara

perilaku dengan frekuensi kejadian penyakit yang berkaitan personal hygiene. Odd’s

Ratio (OR) sebesar 0,145 (0,1), ini menunjukkan bahwa warga yang mempunyai

perilaku buruk mempunyai peluang 0,1 kali terkena yang berkaitan personal hygiene

dibandingkan dengan warga yang memilki perilaku baik.

Menurut Lawrence Green (1993) dalam Notoatmodjo (2014), bahwa faktor

yang menentukan terjadinya perubahan perilaku kesehatan adalah kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor, yakni faktor perilaku dan

faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3

faktor :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang mencangkup pengetahuan dan

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial dan tingkat ekonomi dan

sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) yang mencangkup ketersediaan sarana

dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat misalnya, ketersediaan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

37

peralatan kebersihan diri seperti sabun, shampoo, sikat gigi, ketersediaan air

bersih dan tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja dan

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,

rumah sakit, poliklinik dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi faktor sikap dan perilaku

tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Termasuk juga disini undang-undang , peraturan-peraturan baik dari segi pusat

maupun dari pemerintahan daerah, yang terkait dengan kesehatan.

2.5. Hubungan Sosial Budaya Dengan Penyakit Yang Berkaiatan Personal Hygiene

Pada Lanjut Usia

Menurut Tumanggor (2010) sosial budaya adalah konsep, keyakinan, nilai,dan

norma yang dianut masyarakat yang memengaruhi perilaku mereka dalam upaya

menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.

Dalam kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat menduduki posisi yang penting. Ia

dianggap sebagai orang yang serba tahu dan mempunyai pengaruh besar terhadap

masyarakat sehingga segala tindak tanduknya merupakan pola aturan yang patut

diteladani masyarakat. Hal ini juga berlaku terhadap penyakit yang berkaitan personal

hygiene. Banyak tokoh tokoh masyarakat yang menganggap bahwa jika seorang lansia

sakit maka sudah menjadi suatu kebudayaan untuk tidak dimandikan (Saleh, 2012).

Kebudayaan adalah Faktor yang dapat mempengaruhi personal hygiene seseorang,

sebagai contoh orang eropa umumnya mandi sekali dalam seminggu karena cuaca

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

38

dieropa dingin (Saryono, 2011). Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi

kemampuan perawatan personal hygiene (kebersihan kulit, rambut, telinga, mulut dan

gigi, tangan, kaki dan kuku). Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,

mengikuti praktek perawatan personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari

kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Personal

hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan, sehingga personal

hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena Personal Hygiene akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto dalam Mustikawati, 2013).

Sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam

waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.

Kebudayaan selalu berubah baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan

peradaban umat manusia. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau

nenek (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Tarwoto dalam Mustikawati (2013) Seorang lansia jika sosial budayanya

baik maka akan baik pula personal hygiene nya namun sebaliknya jika kebudayaan

lansia buruk maka akan buruk pula personal hygienenya. Sosial budaya seorang lansia

bisa dilihat dari kebiasaannya dalam menjaga kebersihan dirinya. Hal tersebut harus

diperhatikan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia dan terhindar dari penyakit

yang berkaitan personal hygiene.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

39

2.6. Konsep Lansia

2.6.1. Pengertian Lansia

Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu

proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi

secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria

maupun wanita. Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang

dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Kushariyadi, 2010;

Indriana, 2012; Wallnce, 2007).

2.6.2. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat

berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008):

1. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II

yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas”.

2. Menurut WHO:

a. Usia pertengahan : 45-59 tahun

b. Lanjut usia : 60–74 tahun

c. Lanjut usia tua : 75-90 tahun

d. Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

40

2.6.3. Tugas Perkembangan Pada Lanjut Usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007) tugas perkembangan adalah tugas

yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu. Ada beberapa

tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia,yaitu :

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.

2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.

3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.

4) Pembentukan gabungan (pengelompokan) yang sesuai dengannya.

5) Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganeraan.

6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

2.6.4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Menurut Mujahidullah (2012) ada beberapa perubahan yang akan terjadi

pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan.

1) Perubahan fisik

a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan

berubah, seperti jumlahnya yang menurun,ukuran lebih besar sehingga

mekanisme perbaikan selakan terganggu dan proposi protein diotak, otot,

ginjal, darah dan hati berkurang.

b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami

perubahan,seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran

akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

41

kekeruhan pada kornea,hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang

pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri

menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan

terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga

kemampuan membau juga berkurang.

c) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa

darah yang menurun,ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan

tidaknya penyakit klinis,denyut jantung menurun,katup jantung pada lansia

akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik

meningkat pada lansia kerana hilangnya distensi bilityarteri. Tekanan darah

diastolic tetap sama atau meningkat.

2) Perubahan intelektual

Menurut Hochana deldan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses

penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti

perubahan intelegenita Quantion( IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi non

verbal,pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan,karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima

rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat

pada lansia juga menurun.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UNMUHA

42

2.7. Kerangka Teori

Kerangka teoritis dari Penelitian ini dapat digambar sebagai berikut:

kerjaan

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Lawrence W. Green (1993) dalam Notoadmojo (2007)

Keterangan:

= Tidak diteliti

Faktor predisposisi Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pengetahuan Pekerjaan Perilaku Sosial Budaya

Faktor pemungkin : Sarana

Prasarana jarak dan

keterjangkauantempatpelayanan

Faktor penguat : Tokoh

masyarakat Petugas

kesehatan

Penyakit Yang BerkaitanPersonal Hygiene Pada

Lansia

Faktor karakteristikmenurut Robbins(2015) :

Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan