bab ii tinjauan teori a....
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga
bersifat permanent. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti
mencegah dan melawan dan “konsepsi” berarti pertemuan antara sel
telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan,
jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan
sperma. (Wiknjosastro, 2007, p.905)
2. Metode Kontrasepsi
Beberapa metode kontrasepsi yang lazim digunakan oleh
warga Negara Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan dan Simptotermal yaitu
paduaan antara Suhu Basal dengan Lendir Serviks. Sedangkan
metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, Diafragma, Cup
Serviks dan Spermisid
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormone progesterone dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesterone saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada Pil dan Suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesterone terdapat
pada Pil, Suntik dan Implant.
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR).
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormone (sintetik progesterone) dan
yang tidak mengandung hormone.
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
e. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2
macam yaitu: Pil dan AKDR.
3. Angka Kegagalan Kontrasepsi dalam Tahun Pertama
Tabel 2.1 angka kegagalan kontrasepsi Kegagalan Per 100 perempuan Metode Kontrasepsi
Teoritis (%) Praktek (%) Kontap Wanita/MOW Kontap Pria/MOP Suntikan Pil Oral Kombinasi (POK) Mini Pil IUD Kondom Diafragma Spermisid Coitus Interuptus KB alamiah Laktasi Tanpa Kontrasepsi Implant
0,04 0,15 0,25 0,5 1
1-3 2 2 2
16 2-20 15 90 0,3
0,1-0,5 0,2-0,6
3-5 4-10 5-12 5-6
10-20 19 13
20-40 40-50
19 90 1-3
Sumber data: Buku KB dan Kontrasepsi dr. Hanafi Hartanto
B. Implant
1. Definisi
Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone yang
dipasang pada lengan atas. (Handayani, 2010, p.116).
2. Jenis Implant
Dikenal 2 macam implant, yaitu:
a. Non Biodegradable Implant
Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Norplant (6 kapsul) berisi hormone levonegestrel daya kerja 5
tahun.
2) Norplant-2 (2 batang) berisi hormone levonegestrel daya kerja 3
tahun.
3) Satu batang berisi ST-145, daya kerja 2 tahun. Rencana siap
pakai tahun 2000.
4) Satu batang berisi hormone 3-keto desogestrel daya kerja 2,5-4
tahun.
Sedangkan Non Biodegradeble implant dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu:
1) Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 batang silastik (karet
silastik) yang berisi dengan hormone levonogestrel dan ujung-
ujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive. Tiap kapsul
mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm berisi 36 mg
levonogestrel, serta mempunyai ciri sangat efektif dalam
mencegah kehamilan untuk 5 tahun. Saat ini norplant yang
paling banyak dipakai.
2) Norplant-2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 2 batang silastik yang
padat, dengan panjang tiap batang 44 mm, dengan msing-
masing batang diisi dengan 70 mg levonogestrel di dalam
matriks batangnya. Ciri Norplant-2 adalah sangat efektif untuk
mencegah kehamilan 3 tahun.
Pada kedua macam implant tersebut, levonogestrel berfungsi
melalui membrane silastik dengan kecepatan yang lambat dan
konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormone dalam plasma
darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan
hormone tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama,
kemudian menurun 30-35 mcg perhari untuk lima tahun.
b. Biodegradable Implant
Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan
pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut di dalam
jaringan tubuh pembawanya sama sekali tidak diperlukan untuk
dikeluarkan lagi seperti pada norplant.
Dua macam implant biodegradable sedang diuji coba saat ini pada
sejumlah wanita, yaitu:
1) Capronor, suatu batang polymer hormone levonogestrel, pada awal
penelitian dan pengembangannya, capronor berupa satu kapsul
biodegradable yang mengandung levonogestrel yang dilarutkan
dalam minyak ethil-aleate dengan diameter kapsul <0,24 cm dan
panjang kapsul yang diteliti terdiri dari 2 ukuran:
a) 2,5 cm: berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg
hormone/harinya.
b) 4 cm: berisi 25 mg levonogestrel, melepaskan 30-50 mcg
hormone/harinya.
2) Narethindrone Pellets
a) Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90%
norethindrone (NET).
b) Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan
dilepaskan saat pellets dengan perlahan-lahan melarut.
c) Pellets berukuran kecil, masing-masing sedikit lebih besar
daripada butir besar.
d) Uji coba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets.
e) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah
dengan banyaknya jumlah pellets.
f) Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan
yang besar terhadap kehamilan untuk sekurang-kurangnya 12
bulan.
g) Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid irregular.
Perdarahan inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan
problin utama.
h) Terjadi rasa sakit payudara pada 4% akseptor.
i) Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing-masing pellets
kurang kecil dari 2% kolesterol dalam satu butir telur ayam
tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor.
j) Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas.
Prosedur insersi seperi pada capronor, dan dapat dipakai
dengan insersi yang sama.
k) Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat
insisi 3 mm, pellets diletakkan kira-kira 3 cm dibawah kulit.
Tidak diperlukan penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan
verband saja. (Handayani, 2010, p.116-119)
Jenis Kontrasepsi yang Masih dipakai Sekarang:
1) Norplant
Terdiri dari 2 batang silastik lembut berongga dengan panjang
kira-kira 3,4 mm, dan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36
mg levonogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
2) Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm dan diameter 2 mm, yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogesterel
dengan daya kerja 3 tahun. (Saifuddin, 2006,p.MK 54)
3. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar,
seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja implant
tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara :
mencegah ovulasi, mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi, perubahan lender serviks menjadi
kental sehingga menghambat pergerakan sperma. (Saifuddin, 2006,
p.MK-53)
4. Efektivitas
a. Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5
tahun pertama ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD
dan metode barier.
b. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada
tahun ke-6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
c. Norplant-2 sama efektifnya dengan norplant , untuk waktu 3 tahun
pertama. Semula diharapkan norplant-2 juga akan efektif untuk 5
tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan
dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, disangka terjadi
penurunan dalam pelepasan hormonnya. (Everret, 2007, p.182)
Implant mempunyai evektivitas yang tinggi, angka
kegagalannya norplant <1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun
pertama. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan
pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil. Implant
sangat efektif, angka kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan
per tahun. (Handayani, 2010,p.120) ,(Saifuddin, 2006, p.MK 54).
5. Keuntungan
Ada 2 macam keuntungan kontrasepsi implant,yaitu:
a. Keuntungan Kontrasepsi:
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh hormone estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu produksi ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi/memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis. (Saifuddin, 2006,
p.MK-54).
6. Kerugian
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya
jumlah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala, peningkatan/penurunan
berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pening/pusing kepala,
perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness), membutuhkan
tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, tidak
memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan, efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan
tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate),
terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).
7. Efek Samping
a. Amenorrhea
Yakinkan klien bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek
samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada
kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid
yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk
merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan.
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun.
Bila klien mengeluh dapat diberikan:
1) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 mcg EE) selama 1 siklus pertama.
2) Ibu profen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari), terangkan pada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg
dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan pemakaian
implant dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
d. Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda-tanda infeksi
daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada
tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang
berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang lain atau ganti cara.
e. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah: bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan
dilepas dan minta klien kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak membaik,
cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara.
Bila ada abses: bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7
hari. (Handayani, 2010,p.121)
8. Yang dapat Menggunakan Implant
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak ataupun yang belum.
c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f. Pascakeguguran.
g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak strerilisasi.
h. Riwayat kehamilan ektopik.
i. Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah pembengkakan
darah atau anemia bulan sabit (sickle cell).
j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
k. Sering lupa menggunakan pil.(Saifuddin, 2006, p.MK-55)
9. Yang tidak dapat Menggunakan Implant
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e. Miom uterus dan kanker payudara.
f. Gangguan toleransi glukosa. (Saifuddin,2006, p.MK-55)
10. Waktu mulai Menggunakan Implant
a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain.
b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakin tidak terjadi
kehamilan. Bila diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid , klien
jangan melakukan hubungan seksual atau mengguakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan
seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari.
d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,
insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak
perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saa, tetapi jangan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain selama 7 hari saja.
f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat,
asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan
kontrasepsi terlebih dahulu dengan benar.
g. Bila sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR)
dan klien ingin menggantinya dengan implant, insersi implant dapat
dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak
perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien menggantinya
dengan implant, implant dapat diinsersikaan pada saat haid hari ke-7
dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja, AKDR segera
dicabut.
I. Pasca keguguran implant segera diinsersikan. (Saifuddin,2010 p.MK-
53)
11. Teknik Pemasangan Implant.
a. Mempersiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptic.
b. Menentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan
siku pada bagian dalam lengan di alur antara otot biseps dan triseps.
Gunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis sepanjang 6-
8 cm.
c. Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anestesi, isi alat suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa
epinefrin) dan disuntikkan tepat di bawah kulit sepanjang jalur
tempat pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan
dengan semprotan.
d. Mengeluarkan inserter dari kemasannya, kemudian meregangkan
kulit di tempat pemasangan dan memasukkan jarum inserter. Untuk
meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat jarum inserter ke
atas, sehingga kulit terangkat.
e. Melepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong
inserternya.
f. Memutar pendorong inserter 900 atau 1800 dengan mempertahankan
pendorong inserter tetap diatas lengan.
g. Dengan tangan yang lain secara perlahan menarik jarum keluar dari
lengan sambil tetap mempertahankan penopang inserter di
tempatnya.
Catatan: prosedur ini berlawanan dengan suatu penyuntikan, dimana
pendorong di dorong den inserter dipertahankan. (Saifuddin, 2006,
p.PK-29).
C. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Wawan
dan Dewi, 2010, p.11)
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu: (Notoadmodjo, 2003)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memeperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo, 2003;11
adalah sebagai berikut:
a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan
1) Cara Coba Salah (Trial and Eror)
Cara ini telah dipakai sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut terpecahkan.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenaran baik berdasarkan fakta empiris maupun
penalaran sendiri.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b. Cara Modern dalam Memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Franscis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
4. Proses Perilaku “TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003),
diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan
sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian
dan tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption dan sikapnya terhadap stimulus.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi
yang baik adalah: aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana,
sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter, murah agar
terjangkau untuk semua orang, dapat diterima oleh orang banyak,
pemakaian jangka panjang (continuation rate tinggi).
Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi :
1. Faktor pasangan: motivasi dan rehabilitasi, meliputi:
a. Umur
Ada beberapa fase umur yang sebaiknya menggunakan alat
kontrasepsi adalah sebagai berikut:
1) Fase Menunda Perkawinan/kehamilan.
Fase menunda kehamilan bagi PUS denan usia isteri kurang
dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Alasan
menunda/mencegah kehamilan:
a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anakdulu karena berbagai alasan.
b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta
masih muda.
c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena
pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya,
sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
d) Penggunaan IUD mini bagi yang belummempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta
dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
Prioritas kontrasepsi yang dipakai:
a) Pil.
b) AKDR.
c) Cara sederhana (kondom, spermisid).
2) Fase Menjarangkan Kehamilan
Periode usia isteri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
anatara kelahiran adalah 2-4 tahun. Alasan menjarangkan kehamilan:
a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun
disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada
pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
d) Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
Prioritas kontrasepsi yang dipakai:
a) AKDR.
b) Suntikan.
c) Mini Pil.
d) Pil.
e) Cara sederhan
f) Norplant
g) Kontap (Jika > 30 tahun).
3) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan
Periode umur isteri diatas 30 tahun terutama diatas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah 2 orang anak. Alasan
mengakhiri kesuburan:
a) Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil/tidak punya anak lagi karena alasan medis dan alasan
lainnya.
b) Pilihan utama kontrasepsi mantap.
c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.
Prioritas kontrasepsi yang dipakai:
a) Kontap.
b) AKDR.
c) Norplant.
d) Suntikan.
e) Mini Pil.
f) Pil.
g) Cara Sederhana.
b. Gaya hidup
Remaja adalah kelompok marginal dan kesalahan yang mereka
lakukan dianggap aib oleh masyarakat sehingga persoalan reproduksi
remaja di Indonesia tidak diperhitungkan oleh pembuat kebijakan.
Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa:
1) 15% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah.
2) Jumlah HIV-AIDS pada akhir tahun 2005 sebanyak 46,19% adalah
remaja (usia 15-29 tahun) dimana 43,5% terinfeksi melalui
hubungan seksual yang tidak aman dan 50% tertular lewat jarum
suntik.
3) 60% dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan
berusia 24 tahun atau kurang dan 30%nya adalah mereka yang
berusia 15 tahun atau kurang.
4) 20% dari 2,3 juta kasus aborsi tidak aman serta menyebabkan
komplikasi yang dapat membawa mereka pada
kematian.(Saifuddin, 2006, p.U-47).
c. Jumlah Anak
Anak adalah harapan dan cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa
jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri.
Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian untuk
memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu
harapan atas setiap keinginan yang dipilih orang tua.
d. Sikap
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah penyakit yang mendapat perhatian penting pada kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata terdapat lebih dari satu juta
orang setiap hari yang menjalani perawatan antenatal, kesehatan
seksual dan reproduksi atau penyakit ginekologik lain
mengindikasikan adanya masalah ISR/IMS yang meluas. Banyak
orang khususnya perempuan yang mengalami ISR/IMS tidak
mendapat perawatan dan pengobatan dengan tepat karena:
1) Orang-orang yang menunjukkan ada gejala ISR/IMS tidak
mengetahui bahwa mereka sebenarnya terinfeksi. Banyak
perempuan yang tidak mendapat informasi tentang cairan vagina
yang normal dan tidak normal, sehingga mereka akan menganggap
cairan vagian yang keluar walaupun akibat ISR/IMS sebagai
sesuatu yang wajar.
2) Banyak orang yang menduga bahwa mereka mungkin terinfeksi,
tetapi tidak segera berobat karena tidak menganggap penyakit ini
penting, merasa malu, penyakit yang di derita merupakan masalah
sosial, tidak mengetahui akses berobat dan tidak dapat menjangkau
pengobatan.
e. Dukungan suami.
Peran dan partisipasi suami/isteri dalam Keluarga Berencana (KB)
antara lain menyangkut:
1) Pemakaian alat kontrasepsi.
2) Tempat mendapatkan pelayanan.
3) Lama pemakaian.
4) Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.
5) Siapa yang menggunakan kontrasepsi.
Dalam hal komunikasi, peran suami/isteri antara lain:
1) Suami/isteri memakai kontrasepsi.
2) Suami/isteri memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan dengan suami.
3) Suami/isteri tidak memakai kontrasepsi, tapi tidak dibicarakan
dengan suami/isteri.
2. Faktor kesehatan: kontraindikasi absolute atau relative, meliputi:
a. Status kesehatan
Beberapa kondisi medis yang akan meningkatkan risiko jika terjadi
kehamilan: Hipertensi (tekanan darah > 160/100mmHg), diabetes:
insulin dependen dengan nefropati /neuropati/retinopati atau penyakit
vascular lain atau > 20 tahun telah menderita diabetes, penyakit
jantung iskemia, stroke, penyakit jantung katup dengan hipertensi,
karsinoma payudara, karsinoma endometrium atau ovariium, Infeksi
Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS, sirosis hati, hepatoma, penyakit
trofoblas ganas, anemia bulan sabit, skistosomiasis dengan fibrosis
hati, TBC. Keadaan-keadaan tersebut diperlukan pilihan metode
kontrasepsi yang efekti. (Saifuddin, 2006, p. U-26).
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada: kehamilan, keadaan
yang membutuhkan perhatian khusus, masalah (misalnya diabetes atau
tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan san
pengelolaan lebih lanjut. Keadaan ini dapat diselesaikan dengan
anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau
kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara
kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak
membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan
laboratorium untuk klien baru umumnya tidak diperlukan karena:
1) Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35
tahun) dan umumnya sehat.
2) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan
perhatian (misalnya kanker genetalia dan payudara, fibroma uterus)
jarang didapat pada umur sebelum 35 atau 40 tahun.
Dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian
kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan
metode kontrasepsi dari klien. Akibatnya, banyak pemeriksaan
laboratorium yang sebenarnya tidak diperlukan (misalnya
pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa, atau Pap Smear).
Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat,
kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium
untuk pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan
terhadap pemilihan kontrasewpsi dan pelaksanaan pelayanan. Terbaik
sesuai dengan pilihannya, penilaian calon klien harus dibatasi pada
prosedur yang diperlukan untuk semua kllien pada setiap tatanan.
(Saifuddin, 2010,p U-11)
3. Faktor metode kontrasepsi: penerimaan dan pemakaian
berkesinambungan, meliputi:
Efektivitas
Efektivitas kontrasepsi merupakan salah satu faktor dalam pemilihan
konrasepsi yang dilihat dari angka kegagalan bagi pasangan suami-isteri
yang menggunakan kontrasepsi secara konsisten dan benar atau kegagalan
cara penggunaan kontrasepsi yang benar serta kegagalan bagi suami isteri
dalam kondisi sehari-harinya/ sebenarnya.
Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu informasi tentang:
1) Efektivitas relative dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
2) Efek negative kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan
risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis
tertentu. (Hartanto, 2004, p.37)
E. Dukungan Suami
Peran dan partisipasi suami istri dalam Keluarga Berencana (KB)
antara lain menyangkut:
1. Pemakaian alat kontrasepsi.
2. Tempat mendapatkan pelayanan.
3. Lama pemakaian.
4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.
5. Siapa yang menggunakan kontrasepsi.
Dalam hal komunitas, peran suami istri antara lain:
1. Suami memakai kontrasepsi.
2. Istri memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan dengan suami.
3. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi tidak dibicarakan suami
istri.
Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab
pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan
dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berperilaku seksual yang sehat
dan aman pada dirinya, istri dan keluarganya. Peningkatan partisipasi pria
dalam KB dan kesehatan reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya
mendorong kesehatan gender.
Dalam kurun waktu 30 tahun keberhasilan program KB masih
banyak didominasi oleh peran serta wanita dalam penggunaan alat dan
metode kontrasepsi. Pada tahun 2002 tercatat Tingkat Pemakaian
Kontrasepsi (CPR) adalah 60,3%. Kontribusi pria terhadap angka tersebut
hanya 1,3% saja yang terdiri dari kondom (0,9%) dan vasektomi (0,4%) ini
berarti 59% pemakaian kontrasepsi adalah wanita.
Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria antara
lain:
1. Kondisi lingkungan sosial budaya, masyarakat dan keluarga yang
masih menganggap partisipasi pria yang belum atau tidak penting
dilakukan serta pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung
jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepada
para wanita.
2. Pengetahuan, kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga
dalam KB pria rendah.
3. Keterbatasan jangkauan (aksebilitas) dan kualitas pelayanan KB pria.
Meskipun dari dua metode KB pria telah tersedia berbagai merek
kondom dan telah dikembangkan beberapa teknik vasektomi yang relative
lebih baik, sering kali menjadi alasan utama yang dikemukakan dari
berbagai pihak mengapa kesertaan pria dalam KB rendah adalah
terbatasnya metode atau kontrasepsi yang tersedia. (Handayani, 2010,
p.128)
F. Kerangka Teori Di bawah ini adalah fakto-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi. Variabel dependent : dukungan suami dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi implant. Variabel independent : pemelihan alat kontrasepsi implant.
Gaya Hidup
Umur
Jumlah Keluarga
Pengalaman
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Panggul
Sikap
Riwayat Keluarga Kesehatan
Kerugian
Biaya
Efek Samping
Metode Kontrasepsi
Status Kesehatan
Pasangan
Komplikasi
Efektivitas
Riwayat Haid
Dukungan Suami
Pengetahuan
Pemilihan Kontrasepsi
Implant
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep yang disusun adalah :
Variabel dependent : Dukungan suami, efektivitas, efek samping dan
pengetahuan .
Variabel independent: pemilihan kontrasepsi implant.
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi implant.
2. Ada hubungan antara pengetahuan tentang alat kontrasepsi implant
dengan pemilihan alat kontrasepsi implant.
Dukungan Suami
Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant
Pengetahuan