bab ii tinjauan umum tentang hak cipta a. sejarah...

31
15 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Dunia Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa Inggris (secara harfiah artinya "hak salin"). Copyright diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya. 8 8 Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), hlm.21. Namun setelah di temukannya mesin cetak oleh J. Guetenberg pada pertengahan abad ke-15, maka terjadilah perubahan dalam waktu yang pendek serta dengan biaya yang lebih ringan, sehingga perdagangan buku menjadi meningkat. Di bidang hak cipta perlindungan mulai diberikan di Inggris pada tahun 1557 kepada perusahaan alat tulis dalam hal penerbitan buku. Dalam akhir abad ke-17 para pedagang dan penulis menentang kekuasaan yang diperoleh para penerbit dalam penerbitan buku, dan menghendaki dapatnya ikut serta dan untuk menikmati hasil ciptaannya dalam bentuk buku. Sebagai akibat ditemukanya mesin cetak yang membawa akibat terjadinya perubahan masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen Inggris menerbitkan Undang-undang Anne (The Statute of Anne). Tujuan undang-undang tersebut adalah untuk mendorong “learned men to compose and write useful work”.

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

A. Sejarah Hak Cipta

1. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Dunia Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa

Inggris (secara harfiah artinya "hak salin"). Copyright diciptakan sejalan

dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh

Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan

memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses

pembuatan karya aslinya.8

8Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), hlm.21.

Namun setelah di temukannya mesin cetak oleh J. Guetenberg

pada pertengahan abad ke-15, maka terjadilah perubahan dalam waktu

yang pendek serta dengan biaya yang lebih ringan, sehingga perdagangan

buku menjadi meningkat.

Di bidang hak cipta perlindungan mulai diberikan di Inggris pada

tahun 1557 kepada perusahaan alat tulis dalam hal penerbitan buku. Dalam

akhir abad ke-17 para pedagang dan penulis menentang kekuasaan yang

diperoleh para penerbit dalam penerbitan buku, dan menghendaki

dapatnya ikut serta dan untuk menikmati hasil ciptaannya dalam bentuk

buku. Sebagai akibat ditemukanya mesin cetak yang membawa akibat

terjadinya perubahan masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen

Inggris menerbitkan Undang-undang Anne (The Statute of Anne). Tujuan

undang-undang tersebut adalah untuk mendorong “learned men to

compose and write useful work”.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

16

Dalam Tahun 1690, John Locke mengutarakan dalam bukunya

Two Treatises on Civil Government bahwa pengarang atau penulis

mempunyai hak dasar (“natural right”) atas karya ciptanya. Selain itu,

peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi

pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu

karya tersebut menjadi milik umum yang bisa dimanfaatkan siapa saja

secara bebas.

Adapun perkembangan di Belanda dengan Undang-Undang tahun

1817, hak cipta (Kopijregt) tetap berada pada penerbit, baru dengan

Undang-Undang Hak Cipta tahun 1881 hak khusus pencipta

(uitsuitendrecht van de maker) sepanjang mengenai pengumuman dan

perbanyakan memperoleh pengakuan formal dan materiil. Dalam tahun

1886 terciptalah Konvensi Bern untuk perlindungan karya sastra dan seni,

suatu pengaturan yang modern di bidang hak cipta. Kehendak untuk ikut

serta dalam Konvensi Bern, merupakan dorongan bagi Belanda terciptanya

Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1912 (Auteurswet 1912).

Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

("Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau

"Konvensi Bern") pada tahun 1886 merupakan ketentuan hukum

internasional yang pertama mengatur masalah copyright antara negara-

negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis

kepada si pembuat karya cipta, dan pengarang atau pembuat tidak harus

mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah

sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang

otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan

juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya- karya lain yang

dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pengarang secara eksplisit

menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut sudah

habis.9

9Ibid.,

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

17

2. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Indonesia a. Perkembangan pengaturan hak cipta sebelum TRIPs Agreement di

Indonesia

Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat

Eropa telah diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi

perlindungan ciptaan-ciptaan di bidang sastra dan seni. Kecenderungan

negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada Konvensi ini,

hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui

undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 188110

Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah

hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet

(Wet van 23 September 1912, Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai

berlaku 23 September 1912.

dengan

suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun

1912, yang dikenal dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah

pemeberlakuan undang-undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri

pada Konvensi Bern 1886.

11

Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini

kemudian masih dinyatakan berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan

yang terdapat dalam Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar

1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat dan

10Undang- Undang Hak Cipta Belanda ini merupakan pembaharuan dari undang- undang hak cipta

yang berlaku sebelumnya pada tahun 1817; sebelum tahun ini undang- undang hak cipta yang

lebih awal mendahuluinya yang merupakan undang- undang hak cipta pertama di Belanda

diundangkan tahun 1803. Dengan demikian, baru setelah mempunyai undang- undang hak cipta

nasional selama 110 tahun, Belanda menjadi peserta Konvensi Bern 1886.Suyud Margono, Hukum

Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade

Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm. 53. 11 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2003, hlm. 56.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

18

Pasal 142 Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Pemberlakuan

Auteurswet 1912 ini sudah barang tentu bersifat sementara.12

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan

Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan

hukum tentang hak cipta tidak berlaku lagi, agar para intelektual

Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa

harus membayar royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan

Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau

kembali setelah Orde Baru berkuasa. Ketentuan lama zaman Belanda

tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 berlaku lagi.

13

Dalam pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982

ini ternyata banyak dijumpai terjadinya pelanggaran terutama dalam

bentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah

berlangsung dari waktu ke waktu dengan semakin meluas dan sudah

mencapai tingkat yang membahayakan dan merugikan kreatifitas

untuk mencipta, yang dalam pengertian yang lebih luas juga akan

membahayakan sendi kehidupan dalam arti seluas-luasnya.

Setelah 37 tahun Indonesia merdeka, Indonesia sebagai negara

berdaulat mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak

Cipta, tepatnya tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia

memutuskan untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600

Tahun 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara

RI Tahun 1982 Nomor 15. Undang-undang ini pada prinsipnya

peraturannya sama dengan Auteurswet 1912 namun disesuaikan

dengan keadaan Indonesia pada saat itu.

14

12Suyud Margono, op.cit., hlm. 57. 13Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.22. 14Rahmadi Usman, op. cit., hlm. 59.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

19

Perkembangan kegiatan pelanggaran hak cipta tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebab-sebab timbulnya keadaan

tersebut bersumber kepada:15

1) Masih belum memasyarakatnya etika untuk menghargai karya

cipta seseorang;

2) Kurangnya pemahaman terhadap arti dan fungsi hak cipta, serta

ketentuan undang-undang hak cipta pada umumnya, yang

disebabkan karena masih kurangnya penyuluhan mengenai hal

tersebut;

3) Terlalu ringannya ancaman yang ditentukan dalam undang-undang

hak cipta terhadap pembajakan hak cipta.

Namun di luar faktor diatas, pengamatan terhadap Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 itu sendiri ternyata juga menunjukkan

masih perlunya dilakukan beberapa penyempurnaan sehingga mampu

menangkal pelanggaran tersebut.

Dalam memenuhi tuntutan penyempurnaan atas Undang-

Undang Hak Cipta 1982 tersebut, maka pada tanggal 23 September

1987 Pemerintah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,

diundangkanlah Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak

Cipta.

Di dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 skala

perlindungan pun diperluas, diantara perubahan mendasar yang terjadi

di dalamnya adalah masa berlaku perlindungan karya cipta

diperpanjang menjadi 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta.

Karya-karya seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai karya-

karya yang dilindungi. Selain itu salah satu kelemahan dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 dalam menanggulangi pelanggaran hak

cipta karena peraturan pidananya sebagai delik aduan. Penyidik baru 15Suyud Margono, op.cit., hlm. 58.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

20

dapat melakukan penangkapan terhadap pelakunya setelah adanya

pengaduan dari pihak korban. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1987 peraturan pidananya diubah menjadi delik biasa.

Warga masyarakat dapat melaporkan adanya peristiwa pelanggaran

hak cipta tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik dapat

melakukan penangkapan terhadap pelakunya.16

b. Perkembangan Pengaturan Hak Cipta Setelah TRIPs Agreement

Kemudian setelah berjalan selama 10 tahun UU Nomor 6

Tahun 1982 jo UU Nomor 7 Tahun 1987 diubah dengan UU Nomor 12

Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang

hak cipta yang telah diubah UU Nomor 7 Tahun 1987. Perubahan

undang-undang ini dikarenakan negara kita ikut serta dalam

Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Atas Kekayaan

Intelektual (Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual

Property Rights, Including Trade Counterfeit Goods/ TRIPs) yang

merupakan bagian dari Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade

Organization). Dengan keterkaitan tersebut negara kita telah

meratifikasi dengan UU Nomor 7 Tahun 1994 dan melanjutkan dengan

menerapkan dalam undang-undang yang salah satunya adalah Undang-

Undang Hak Cipta. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne

Convention for the Protection of Arstistic and Literary Works

(Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui

Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual

Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta

WIPO) dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.

Walaupun perubahan pengaturan Hak Cipta melalui UUHC

1997 telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan

16 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 5-6.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

21

Perjanjian TRIPs, masih terdapat beberapa hal yang perlu

disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya

intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya umtuk memajukan

perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman

seni dan budaya bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan hal

tersebut dipandang perlu untuk mengganti UUHC dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lalu disadari

karena kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan

intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum

yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang

diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional, maka

dibentuklah UUHC yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta agar sesuai dengan perkembangan

hukum dan kebutuhan masyarakat.

B. Pengertian Hak Cipta

Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatukewenangan

yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan

atau tidak.Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya

manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi

dan pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat

dengan intelektual manusia.

Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan Mohammad

Syah, SH pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang

kemudian di terima di kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang

yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak

pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang di

cakup oleh pengarang itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

22

sangkut pautnya dengan karang-mengarang saja, padahal tidak demikian.

Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa

Belanda Auteurs Rechts.17

Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta

atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil

olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan

"hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya.

Hak cipta juga sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk

membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas

suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang

tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif

dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang

dipergunakan dalam Auteurswet 1912.

18

Hak cipta adalah hak eksklusifpencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

WIPO (World Intellectual Property Organization) mengatakan

copyright is legal from describing right given to creator for their literary and

artistic works. Yang artinya hak cipta adalah terminologi hukum yang

menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya

mereka dalam bidang seni dan sastra.

Imam Trijono berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja

si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan

tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada

yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada

karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta, berbunyi :

17 Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 85. 18Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.14.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

23

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya, hak cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu

ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di bidang seni, sastra

dan ilmu pengetahuan. Ketika anda membeli sebuah buku, anda hanya

membeli hak untuk meminjamkan dan menyimpan buku tersebut sesuai

keinginan anda. Buku tersebut adalah milik anda pribadi dalam bentuknya

yang nyata atau dalam wujud benda berupa buku. Namun, ketika anda

membeli buku ini, anda tidak membeli Hak Cipta karya tulis yang ada dalam

buku yang dimiliki oleh si pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan

sebagai buku.

Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar hak cipta yang demikian,

anda tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak buku

tanpa seizin dari pengarang. Apalagi menjual secara komersial hasil

perbanyakan buku yang dibeli tanpa seizin dari pengarang. Hak

memperbanyak karya tulis adalah hak eksklusif pengarang atau seseorang

kepada siapa pengarang mengalihkan hak perbanyak dengan cara memberikan

lisensi.

Maka hak cipta dapat disimpulkan mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:19

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif

Dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif; diartikan sebagai hak

eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/

pemegang hak, dan orang lain tidak dapat memanfaatkannya atau dilarang

menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang

yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak).Pemegang hak

19Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Nuansa Aulia, Bandung, 2010, hlm 14-15.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

24

cipta yang bukan pencipta ini hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif

tersebut yaitu hanya berupa hak ekonominya saja.

2. Hak Cipta berkaitan dengan kepentingan umum

Seperti yang telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif

yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan tertentu yang bahwa

Hak Cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat atau umum

yang juga turut memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta

atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum

dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi

antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat(kepentingan

umum). Kepentingan-kepentingan umum tersebut antara lain: kepentingan

pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan

pengembangan.

Apabila negara memandang perlu, maka negara dapat mewajibkan

pemegang hak cipta untuk menerjemahkan atau memperbanyaknya atau

pemegang hak cipta dapat memberi izin kepada pihak lain untuk

melakukannya.

3. Hak Cipta dapat beralih maupun dialihkan

Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat

beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya.

Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:

a. ‘transfer’: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak

kepada pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat,

perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh

peraturan perundang- undangan.

b. ‘assignment’ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak

kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan untuk

pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya

perjanjian lisensi.

4. Hak Cipta dapat dibagi atau diperinci (divisibility)

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

25

Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga norma

‘Principle of Specification’ dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh:

a. Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun,

b. Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit dalam satu

tahun,

c. Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale in Indonesia

Only” atau slogan “Bandung Euy”.20

C. Ciptaan yang Dilindungi

Pasal 9 ayat 2 TRIPs menyatakan:

Perlindungan hak cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan

dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau konsep-konsep

matematis semacamnya.21

Menurut L.J. Taylor dalam bukunya Copyright for Librarians

menyatakan bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah

ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak

cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih

merupakan gagasan.

22

20Ibid., hlm.15. 21Tim Lindsley,dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 105. 22Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 121.

Dengan demikian, terdapat dua persyaratan pokok untuk mendapatkan

perlindungan hak cipta, yaitu unsur keaslian dan kreatifitas dari suatu karya

cipta. Bahwa suatu karya cipta adalah hasil dari kreatifitas penciptanya itu

sendiri dan bukan tiruan serta tidak harus baru atau unik. Namun, harus

menunjukkan keaslian sebagai suatu ciptaan seseorang atas dasar kemampuan

dan kreatifitasnya yang bersifat pribadi.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

26

Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

telah memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan

perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut :

1. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam

bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lain;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;

g. Karya seni terapan;

h. Karya arsitektur;

i. Peta;

j. Karya seni batik atau seni motif lain;

k. Karya fotografi;

l. Potret;

m. Karya sinematografi;

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

r. Permainan video; dan

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

27

s. Program Komputer.

2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan

tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk

perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan

Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang

memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga menjelaskan

pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi sebagaimana disebutkan dalam

Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:

a. perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan

"typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan

bentuk penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan,

komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara

keseluruhan menampilkan wujud yang khas;

b. alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk 2 (dua) ataupun 3 (tiga) dimensi

yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau ilmu

pengetahuan lain;

c. lagu atau musik dengan atau tanpa teks diartikan sebagai satu kesatuan

karya cipta yang bersifat utuh;

d. gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo dan unsur-unsur

warna dan bentuk huruf indah.

kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan

(misalnya dari kain, kertas, atau kayu) yang ditempelkan pada permukaan

sketsa atau media karya;

e. karya seni terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan menerapkan

seni pada suatu produk hingga memiliki kesan estetis dalam memenuhi

kebutuhan praktis, antara lain penggunaan gambar, motif, atau ornament

pada suatu produk;

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

28

f. karya arsitektur antara lain, wujud fisik bangunan, penataan letak bangunan,

gambar rancangan bangunan, gambar teknis bangunan, dan model atau

maket bangunan;

g. peta adalah suatu gambaran dari unsur alam dan/atau buatan manusia yang

berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada

suatu bidang datar dengan skala tertentu, baik melalui media digital

maupun non digital;

h. karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif,

masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena

mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,

maupun komposisi warna.

Karya seni motif lain adalah motif yang merupakan kekayaan bangsa

Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, motif

tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni motif lain yang bersifat

kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan;

i. karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan

kamera;

j. karya sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar gerak (moving

images) antara lain: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita

yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat

dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik

dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di

bioskop,layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan

salah satu contoh bentuk audiovisual;

k. bunga rampai meliputi: ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi

karya tulis pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya

tari pilihanyang direkam dalam kaset, cakram optik atau media lain.

Basis data adalah kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca

oleh komputer atau kompilasi dalam bentuk lain, yang karena alasan

pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi

intelektual.Perlindungan terhadap basis data diberikan dengan tidak

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

29

mengurangi hak para pencipta atas ciptaan yang dimaksudkan dalam basis

data tersebut.

Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain.

Sebagai contoh dari buku menjadi film.

Karya lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan menjadi

format bentuk lain. Sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.

Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi:23

Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka

lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau

pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan

kitab suci atau simbol keagamaan.

1. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

2. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data

walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan , dijelaskan, atau

digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan

3. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan

fungsional.

24

a. Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra

Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah:

b. Ciptaan yang tidak orisinil

c. Ciptaan yang bersifat abstrak

d. Ciptaan yang sudah merupakan milik umum

23Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 24Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

30

e. Ciptaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang Hak

Cipta.25

D. Masa Berlakunya Hak Cipta

Sebagaimana diketahui bahwa sejak ciptaan diwujudkan berakibat

munculnya hak cipta terhadap ciptaan tersebut, ini berarti sejak saat itu hak

cipta mulai berlaku. Pencipta resmi memiliki hak untuk menerbitkan

ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan

melarang pihak lain untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara

komersial ciptaannya.

Semua sesuatu tentu ada awalnya dan ada akhirnya. Demikian juga

dengan hak cipta tidak terlepas dari masa berlakunya atau ada batas waktunya.

Masalah berlakunya hak cipta tidak sama antara ciptaan yang satu dengan

ciptaan yang lain karena dipengaruhi oleh sifat ciptaan dari kelompok hak

ciptanya. Ada dua macam sifat ciptaan yaitu yang sifatnya asli (original) dan

sifatnya turunan (derivatif).Masa berlakunya juga bergantung pada jenis

ciptaan atau “objek” hak ciptanya, serta apakah objek itu diterbitkan atau tidak

diterbitkan.

Hak cipta berlaku dalam jangka waktu terbatas, dan lamanya berbeda-

beda tiap negara. Sebagai suatu hak yang mempunyai fungsi sosial, maka hak

cipta mempunyai masa berlaku tertentu. Hal ini untuk menghindarkan adanya

monopoli secara berlebihan dari si pencipta.

Di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta, jangka waktu berlakunya suatu hak cipta adalah sebagai

berikut:

1. Masa Berlaku Hak Moral

Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:

25Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.18.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

31

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan

sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan

c. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi

ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya.

Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak

cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal:

a. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

b. mengubah judul dan anak judul ciptaan.

2. Masa Berlaku Hak Ekonomi

Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:

a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:

1. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

7. Karya arsitektur;

8. Peta; dan

9. Karya seni batik atau seni motif lain,

berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh

puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.

b.Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan

hak cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia

paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

32

c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh

badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali

dilakukan pengumuman.

Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:

a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:

1. Karya fotografi;

2. Potret;

3. Karya sinematografi;

4. Permainan video;

5. Program Komputer;

6. Perwajahan karya tulis;

7. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

8. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

9. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer atau media lainnya;

10. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan

pengumuman.

b. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku

selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan

pengumuman.

Negara sebagai pemegang hak cipta atas ekspresi budaya tradisional

(mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut:

a.Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

33

puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya

sastra ataupun narasi informatif; b. Musik, mencakup antara lain vokal,

instrumental, atau kombinasinya; c. Gerak, mencakup antara lain tarian; d.

Teater, mencakup anatara lain pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat; e.

Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang terbuat

dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik,

kertas, tekstil, dan lain-lain atau kombinasinya; dan f. Upacara adat) hak atas

ciptaannya ditetapkan dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 berlaku tanpa batas waktu, artinya berlaku sepanjang zaman.

Meskipun hak ciptanya berlaku sepanjang zaman, namun karena hak

cipta atas ciptaan tersebut merupakan milik bersama (rescommunis), maka

siapa pun dapat meniru atau memperbanyak ciptaan tanpa perlu meminta izin

terlebih dahulu dari negara sebagai pemegang hak cipta, asalkan yang

bersangkutan adalah warga negara Indonesia karena ia ikut memiliki hak

ciptanya.

Sedangkan negara sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan yang

penciptanya tidak diketahui berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak

ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.

E. Hak Ekonomi dan Hak Moral

1. Hak Ekonomi Atas Suatu Ciptaan Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang

bersifat ekonomi (economic rights). Adanya kepentingan-kepentingan

yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu

perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan

yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena

ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun

bentuknya tidak berwujud (intangible).

Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang

memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

34

sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami,

dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang

memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati oleh

siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa

sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara cuma-cuma.

Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual

dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau

perdagangan yang mendatangkan keuntungan.26

a. penerbitan ciptaan;

Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang

pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak ekonomi

pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak

yang diliputnya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut.

Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta memiliki

hak ekonomi untuk melakukan:

b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;

Dalam Pasal 1 angka 12 menyatakan bahwa penggandaan adalah

proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan

dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun,

secara permanen atau sementara.

Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu menambah jumlah

sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau

menyerupai ciptaan tersebut, dengan menggunakan bahan yang sama,

maupun tidak sama; termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan.

Bentuk perbanyakan ini biasa dilakukan dengan peralatan tradisional

maupun modern.

c. penerjemahan ciptaan;

26Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 19.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

35

d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;

Pada Penjelasan Pasal 40 dikatakan bahwa adaptasi adalah

mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain, sebagai contoh

dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi adalah

merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain, sebagai contoh

musik pop menjadi musik dangdut.27

e. pendistribusian ciptaan atau salinannya;

Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian adalah

penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk

hak terkait.Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk

menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya dengan

maksud agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi

untuk melakukan pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap

ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan

kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.

f. pertunjukan ciptaan;

Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance Right)merupakan hak

yang dimiliki oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya

yang karyanya dapat terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal

1 angka 6 dikatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah seorang atau

beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap orang atau

pihak yang ingin menampilkan, atau mempertunjukkan suatu karya

cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk mempertunjukan

(performings rights) tersebut.

g. pengumuman ciptaan;

Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah pembacaan,

penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun

baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara

27Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

36

apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat

orang lain.

h. komunikasi ciptaan; dan

Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian

suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media

lainnya selain penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk

penyediaan suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar dapat

diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya.

i. penyewaan ciptaan.

Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak

eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan

ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan

materi dari perbanyakan ciptaan tersebut.

Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk

memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah

bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan

pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar,

pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan,

karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari penerimaan

izin tersebut.28

Sejalan dengan itu Muhammad mengatakan, bahwa hak ekonomi

tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena

penggunaan sendiri hak kekayaan intelektual atau karena penggunaan

pihak lain berdasarkan lisensi. Dalam perjanjian lisensi hak cipta selain

memperjanjikan izin menggunakan hak cipta juga memperjanjikan

28Gatot Supramono, op.cit., hlm. 45.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

37

pembagian keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi

lisensi.29

2. Hak Moral Atas Suatu Ciptaan

Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah

moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang

jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul

disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk

menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Dengan kata lain,

hak moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat

kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan

atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral

ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan

atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang

lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah

karya cipta seseorang menjadi atas namanya.

Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau

reputasi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak

cipta dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat

dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi atau kekal.

Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik,

kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu.

Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan

setelah meninggal dunia.

Hak-hak moral tercantum dalam Pasal 6 Konvensi Bern yang

menyatakan bahwa:

“... Pencipta memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas

karyanya dan mengajukan keberatan atas distorsi, mutilasi, atau

perbahan-perubahan serta perbuatan pelanggaran lain yang berkaitan

29Ibid, hlm. 46.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

38

dengan karya tersebut yang dapat merugikan kehormatan atau

reputasi si Penggarang/ Pencipta”.30

Hak moral mempunyai dua asas, yaitu:

31

Hak moral tidak dapat dialihkan dengan alasan apapun selama

pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan

a. Droit de paternite: pencipta berhak untuk mencantumkan namanya pada

ciptaannya,

b. Droit au respect: pencipta berhak mengubah judul maupun isi

ciptaannya, jadi dia berhak mengajukan keberatan atas penyimpangan,

perusakan, atau tindakan lainnya atas karyanya.

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014,

hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta

untuk:

a. tetap mencantumkan atau tidak tidak mencantumkan namanya pada

salinanan sehubungan dengan pemakaian ciptaanya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau nama samarannya;

c. mengubah ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi

ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan

kehormatan diri atau reputasinya. (Distorsi ciptaan adalah tindakan

pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan

adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan.

Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).

30Tim Lindsley, op.cit.,hlm. 117. 31Suyud Margono, op.cit., hlm. 15.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

39

dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia.32

F. Hak Cipta dan Lisensi

Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral setelah pencipta

meninggal dunia, maka penerima pengalihan pelaksanaan hak moral

tersebut dapat memilih apakah menerima atau menolak pengalihan

pelaksanaan hak moral tersebut.Penerima dapat melepaskan atau menolak

pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan

hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

1. Pengertian Lisensi

Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi,

pihak pencipta/ pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin

kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya dan

pemberian izin tersebut tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan

dari penggunaan hak cipta. Pemberian izin dari pencipta/ pemegang hak

cipta kepada orang lain itulah yang disebut dengan lisensi.33

Dari rumusan tersebut yang menjadi objek lisensi bukan hanya hak

cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak cipta yang

dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana lagu

berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di

bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada

masyarakat juga menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar

merupakan hak yang menjadi ruang lingkup objek lisensi.

Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Hak Cipta 2014

disebutkan, Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak

cipta atau pemilikhak terkaitkepada pihak lain untuk melaksanakan hak

ekonomi atasciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.

34

32Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 33Gatot Supramono, op.cit.,hlm. 47. 34Ibid

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

40

2. Lisensi Hak Cipta Sebagai Perjanjian

a. Termasuk perjanjian obligatoire

Pada dasarnya lisensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual tidak

semata-mata hanya sekedar perbuatan pemberian izin saja, akan tetapi

perbuatan tersebut menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang saling timbal balik antara pihak satu dengan pihak lain. Atas hal

tersebut maka lisensi merupakan perjanjian yang mengikat mereka.

Dalam ilmu hukum perjanjian yang demikian disebut perjanjian

obligatoire.35

b. Wajib memenuhi syarat sahnya perjanjian

Perjanjian lisensi hak cipta juga merupakan perjanjian konsensualisme,

karena terjadinya perjanjian itu dilandasi dengan sebuah konsensus

atau kata sepakat.

Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta mengikuti asas

kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian

apa saja, kapan saja, dan berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan

hukum, kebiasaan, dan kepatutan. Batasan-batasan yang diberikan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta terhadap

kebebasan dalam melakukan perjanjian lisensi adalah seperti yang

disebutkan dalam Pasal 82 bahwa: perjanjian lisensi dilarang memuat

ketentuan yang mengakibatkan kerugian perekonomian Indonesia; isi

perjanjian lisensi dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; perjanjian lisensi dilarang menjadi sarana untuk

menghilangkan atau mengambilalih seluruh hak pencipta atas

ciptaannya.

Dalam Pasal 80 Undang-Undang Hak Cipta 2014 disebutkan, bahwa

lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian. Karena bentuknya

35Ibid

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

41

berupa perjanjian maka untuk syarat sahnya wajib memenuhi syarat-

syarat yang ditetapkan oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1) Adanya kata sepakat

2) Memiliki kecakapan

3) Hal tertentu

4) Sebab yang halal

c. Perjanjiannya harus tertulis

Selain harus memenuhi keempat syarat dalam Pasal 1320

KUHPerdata, perjanjian lisensi hak cipta juga harus dibuat secara

tertulis. Syarat tertulis ini secara tegas disebutkan dalam Pasal 1 angka

20 yaitu terdapat pada kata ‘izin tertulis’ artinya perjanjian lisensi ini

harus dalam bentuk tertulis tidak bisa lisan.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 83 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014, maka suatu perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang kemudian dimuat

dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya

ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Namun, jika perjanjian lisensi

tidak dicatatkan, maka perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat

hukum terhadap pihak ketiga.

G. Pengalihan Hak Cipta Mengenai pemindahtanganan hak cipta bahwa benda ini dapat beralih

atau dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) Undang-

Undang Hak Cipta 2014 telah diatur tentang hal tersebut, bahwa hak cipta

dapat beralih atau dialihkan baik sebagian atau seluruhnya karena: pewarisan,

hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak ekonomi saja, sedangkan hak

moral tetap melekat pada diri penciptanya.Pengalihan hak cipta ini harus

dilakukan secara jelas dan tertulis baik dengan atau tanpa akta notaris.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

42

1. Pewarisan

Pada prinsipnya setiap orang mempunyai keluarga dan mempunyai

harta kekayaan walaupun misalnya nilai harta kekayaan itu tidak seberapa.

Disamping itu adakalanya pewaris semasa hidupnya mempunyai hutang.

Hutang yang ditinggalkan pewaris juga merupakan kekayaannya, karena

yang disebut kekayaan itu meliputi aktiva dan pasiva yang berupa hak-hak

dan kewajiban-kewajibannya.

Ketika seorang meninggal dunia maka terutama yang menyangkut

harta peninggalannya, menjadi terbuka dan mulai saat itu terjadi peralihan

harta kekayaan pewaris. Hak cipta merupakan salah satu harta kekayaan

pewaris yang menjadi objek warisan. Warisan merupakan salah satu

bentuk pengalihan harta kekayaan karena dengan meninggalnya seseorang

berakibat harta kekayaannya beralih pada ahli warisnya.

2. Hibah

Pengertian hibah menurut pasal 1666 ayat (1) KUHPerdata adalah

suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan

cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu

benda guna keperluan si penerima penyerahan itu.

Dalam pengertian diatas dikatakan bahwa hibah merupakan sebuah

perjanjian yang didasarkan atas kesepakatan. Meskipun berupa perjanjian

namun hibah bukan sebagai perjanjian obligatoir atau bertimbal balik hak-

hak dan kewajiban-kewajiban para pihak, melainkan sebagai perjanjian

yang sepihak. Hibah merupakan perjanjian penyerahan barang yang dibuat

oleh pengibah kepada penerima hibah dan yang mempunyai janji hanyalah

penghibah saja. Dalam hibah tidak ada janji sebaliknya yang merupakan

kontrak prestasi yang dilakukan oleh penerima hibah.

Hibah yang telah diperjanjikan apabila telah dilaksanakan

penyerahan barang yang dihibahkan, maka objek hibah tidak dapat ditarik

kembali oleh penghibah, dengan tujuan demi memberikan kepastian

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

43

hukum dalam perjanjian hibah. Mengenai barang-barang yang dapat

dijadikan objek hibah adalah barang-barang yang sudah ada di tangan

penghibah. Apabila hibahnya itu meliputi barang-barang yang baru akan

ada dikemudian hari maka barang tersebut belum ada pada penghibah,

maka menurut ketentuan Pasal 1667 KUHPerdata hibah yang demikian

menjadi batal.

Kemudian syarat lain yang harus dipenuhi agar hibah itu sah maka

perjanjiannya dibuat dengan akta notaris. Dengan dasar akta hibah tersebut

penerima hibah sah sebagai pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang

pada akhirnya berhak menjalankan hak eksklusifnya.

3. Wakaf

Hak cipta dapat diwakafkan oleh pencipta atau pemegang hak

cipta.Jika hak cipta diwakafkan kepada publik, maka manfaat dari hak

cipta menjadi milik publik selamanya, tidak boleh ada yang memiliki,

menjual, mewariskan, atau menghibahkannya.Manffat tersebut dapat

diartikan sebagai hak monopoli. Sementara itu, hak moral dari hak cipta

yang diwakafkan tersebut tetap berada pada pencipta atau pemegang hak

cipta dan menjadi syarat yang harus diikuti oleh pengelola (pengguna hak

cipta), karena pada hakekatnya masyarakat akan tetap mengakui pemberi

wakaf atas wakaf yang dimanfaatkannya.36

4. Wasiat

Pada dasarnya semua harta kekayaan orang yang meninggal dunia

(pewaris) menurut Undang-Undang adalah milik ahli warisnya, namun

demikian ada kekecualiannya mengenai hal tersebut yaitu apabila ada

surat wasiat (testamen) yang dibuat oleh pewaris.

Yang dimaksud dengan surat wasiat menurut Pasal 875 KUHPerdata

adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang 36Lutfi Nizar, “Wakaf Hak Cipta Dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia” (Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2012), hlm. 74

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

44

dikehendakinya untuk di kemudian hari setelah yang bersangkutan

meninggal dunia. Pernyataan tersebut dapat dicabut kembali oleh pewaris

sebelum ia meninggal dunia.

Surat wasiat harus dibuat oleh pewaris dalam keadaan bebas

artinya tidak ada paksaan serta harus dengan itikad baik, artinya tidak ada

penipuan atau akal licik untuk membuat surat tersebut.

Pewaris yang mempunyai hak cipta sesuai ketentuan Pasal 16 ayat

(2) huruf d Undang-Undang Hak Cipta 2014 dapat mewasiatkan kepada

seseorang dengan wasiat terbuka atau tertutup. Dalam surat wasiat pewaris

harus menyebutkan bahwa objek wasiat berupa hak cipta atas suatu

ciptaan di bidang ilmu, seni atau kebudayaan dan menjelaskan bentuknya.

Apabila ciptaan pewaris telah didaftarkan di Dirjen Hak Kekayaan

Intelektual perlu disebutkan tanggal dan nomor pendaftaran ciptaan yang

telah terdaftar di daftar umum ciptaan.

Apabila pewaris telah meninggal, dengan berdasarkan surat wasiat

tersebut penerima wasiat menjadi pemegang hak cipta dan dapat

menjalankan hak eksklusif atas ciptaan. Sebaliknya jika terjadi penerima

wasiat menolak wasiat, maka surat wasiat tidak dapat dilaksanakan

sehingga hak cipta yang merupakan harta peninggalan pewaris kembali

kepada ahli waris yang berhak menerimanya.

5. Perjanjian Tertulis

Bentuk perjanjian yang dimaksud dalam Undang-undang Hak

Cipta 2014 cenderung kepada perjanjianyang timbal balik dimana kedua

belah pihak yang melakukan perjanjian mampunyai hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang saling bertimbal balik antara yang satu dengan

yang lainnya. Bentuk perjanjiannya dapat berupa perjanjian jual beli atau

perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak ciptanya

kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang yang

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung

45

lain. Kedua perjanjian tersebut berakibat beralihnya hak milik atas suatu

benda.37

6. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Jadi perjanjian yang berkaitan dengan pengalihan hak cipta dibuat

secara tertulis bertujuan untuk kepentingan pembuktian bahwa telah terjadi

peralihan hak dari pemegang hak cipta kepada orang lain dan untuk

kepentingan di kemudian hari apabila ada masalah atau sengketa dengan

menunjukkan surat perjanjiannya akan lebih mudah membuktikan

peristiwa yang telah terjadi.

Pada Penjelasan Pasal 16 ayat (2) huruf f yang dimaksud dengan

sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan antara lain: pengalihan yang disebabkan oleh putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap; merger;

akuisisi; atau pembubaran perusahaan atau badan hukum dimana terjadi

penggabungan atau pemisahan asset perusahaan.

Persoalan hak cipta yang diselesaikan secara perdata dengan cara

mengajukan gugatan ke pengadilan niaga. Dalam sengketa mengenai hak

cipta ibaratnya ada dua pihak yang sedang berebut siapa yang paling

berhak atas hak cipta, kemudian pengadilan sesuai dengan kewenangannya

menentukan salah satu pihak sebagai pemilik hak cipta. Dalam putusan

pengadilan ditetapkan dengan jelas siapa yang memiliki hak cipta atas

suatu ciptaan. Disinilah seseorang memperoleh hak cipta karena

ditetapkan dalam putusan pengadilan.38

37Gatot Supramono, op.cit., hlm. 35. 38Ibid., hlm. 38.