bab ii tinjauan umum tentang hak cipta a. sejarah...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/1.jpg)
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA
A. Sejarah Hak Cipta
1. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Dunia Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa
Inggris (secara harfiah artinya "hak salin"). Copyright diciptakan sejalan
dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh
Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan
memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses
pembuatan karya aslinya.8
8Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya), hlm.21.
Namun setelah di temukannya mesin cetak oleh J. Guetenberg
pada pertengahan abad ke-15, maka terjadilah perubahan dalam waktu
yang pendek serta dengan biaya yang lebih ringan, sehingga perdagangan
buku menjadi meningkat.
Di bidang hak cipta perlindungan mulai diberikan di Inggris pada
tahun 1557 kepada perusahaan alat tulis dalam hal penerbitan buku. Dalam
akhir abad ke-17 para pedagang dan penulis menentang kekuasaan yang
diperoleh para penerbit dalam penerbitan buku, dan menghendaki
dapatnya ikut serta dan untuk menikmati hasil ciptaannya dalam bentuk
buku. Sebagai akibat ditemukanya mesin cetak yang membawa akibat
terjadinya perubahan masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen
Inggris menerbitkan Undang-undang Anne (The Statute of Anne). Tujuan
undang-undang tersebut adalah untuk mendorong “learned men to
compose and write useful work”.
![Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/2.jpg)
16
Dalam Tahun 1690, John Locke mengutarakan dalam bukunya
Two Treatises on Civil Government bahwa pengarang atau penulis
mempunyai hak dasar (“natural right”) atas karya ciptanya. Selain itu,
peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi
pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah itu
karya tersebut menjadi milik umum yang bisa dimanfaatkan siapa saja
secara bebas.
Adapun perkembangan di Belanda dengan Undang-Undang tahun
1817, hak cipta (Kopijregt) tetap berada pada penerbit, baru dengan
Undang-Undang Hak Cipta tahun 1881 hak khusus pencipta
(uitsuitendrecht van de maker) sepanjang mengenai pengumuman dan
perbanyakan memperoleh pengakuan formal dan materiil. Dalam tahun
1886 terciptalah Konvensi Bern untuk perlindungan karya sastra dan seni,
suatu pengaturan yang modern di bidang hak cipta. Kehendak untuk ikut
serta dalam Konvensi Bern, merupakan dorongan bagi Belanda terciptanya
Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1912 (Auteurswet 1912).
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works
("Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau
"Konvensi Bern") pada tahun 1886 merupakan ketentuan hukum
internasional yang pertama mengatur masalah copyright antara negara-
negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis
kepada si pembuat karya cipta, dan pengarang atau pembuat tidak harus
mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah
sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang
otomatis mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan
juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya- karya lain yang
dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pengarang secara eksplisit
menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut sudah
habis.9
9Ibid.,
![Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/3.jpg)
17
2. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Indonesia a. Perkembangan pengaturan hak cipta sebelum TRIPs Agreement di
Indonesia
Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat
Eropa telah diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi
perlindungan ciptaan-ciptaan di bidang sastra dan seni. Kecenderungan
negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada Konvensi ini,
hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui
undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 188110
Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah
hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet
(Wet van 23 September 1912, Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai
berlaku 23 September 1912.
dengan
suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun
1912, yang dikenal dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah
pemeberlakuan undang-undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri
pada Konvensi Bern 1886.
11
Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini
kemudian masih dinyatakan berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan
yang terdapat dalam Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar
1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat dan
10Undang- Undang Hak Cipta Belanda ini merupakan pembaharuan dari undang- undang hak cipta
yang berlaku sebelumnya pada tahun 1817; sebelum tahun ini undang- undang hak cipta yang
lebih awal mendahuluinya yang merupakan undang- undang hak cipta pertama di Belanda
diundangkan tahun 1803. Dengan demikian, baru setelah mempunyai undang- undang hak cipta
nasional selama 110 tahun, Belanda menjadi peserta Konvensi Bern 1886.Suyud Margono, Hukum
Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade
Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm. 53. 11 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2003, hlm. 56.
![Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/4.jpg)
18
Pasal 142 Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Pemberlakuan
Auteurswet 1912 ini sudah barang tentu bersifat sementara.12
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan
Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan
hukum tentang hak cipta tidak berlaku lagi, agar para intelektual
Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa
harus membayar royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan
Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau
kembali setelah Orde Baru berkuasa. Ketentuan lama zaman Belanda
tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 berlaku lagi.
13
Dalam pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
ini ternyata banyak dijumpai terjadinya pelanggaran terutama dalam
bentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah
berlangsung dari waktu ke waktu dengan semakin meluas dan sudah
mencapai tingkat yang membahayakan dan merugikan kreatifitas
untuk mencipta, yang dalam pengertian yang lebih luas juga akan
membahayakan sendi kehidupan dalam arti seluas-luasnya.
Setelah 37 tahun Indonesia merdeka, Indonesia sebagai negara
berdaulat mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak
Cipta, tepatnya tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600
Tahun 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara
RI Tahun 1982 Nomor 15. Undang-undang ini pada prinsipnya
peraturannya sama dengan Auteurswet 1912 namun disesuaikan
dengan keadaan Indonesia pada saat itu.
14
12Suyud Margono, op.cit., hlm. 57. 13Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.22. 14Rahmadi Usman, op. cit., hlm. 59.
![Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/5.jpg)
19
Perkembangan kegiatan pelanggaran hak cipta tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebab-sebab timbulnya keadaan
tersebut bersumber kepada:15
1) Masih belum memasyarakatnya etika untuk menghargai karya
cipta seseorang;
2) Kurangnya pemahaman terhadap arti dan fungsi hak cipta, serta
ketentuan undang-undang hak cipta pada umumnya, yang
disebabkan karena masih kurangnya penyuluhan mengenai hal
tersebut;
3) Terlalu ringannya ancaman yang ditentukan dalam undang-undang
hak cipta terhadap pembajakan hak cipta.
Namun di luar faktor diatas, pengamatan terhadap Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1982 itu sendiri ternyata juga menunjukkan
masih perlunya dilakukan beberapa penyempurnaan sehingga mampu
menangkal pelanggaran tersebut.
Dalam memenuhi tuntutan penyempurnaan atas Undang-
Undang Hak Cipta 1982 tersebut, maka pada tanggal 23 September
1987 Pemerintah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
diundangkanlah Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak
Cipta.
Di dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987 skala
perlindungan pun diperluas, diantara perubahan mendasar yang terjadi
di dalamnya adalah masa berlaku perlindungan karya cipta
diperpanjang menjadi 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta.
Karya-karya seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai karya-
karya yang dilindungi. Selain itu salah satu kelemahan dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1982 dalam menanggulangi pelanggaran hak
cipta karena peraturan pidananya sebagai delik aduan. Penyidik baru 15Suyud Margono, op.cit., hlm. 58.
![Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/6.jpg)
20
dapat melakukan penangkapan terhadap pelakunya setelah adanya
pengaduan dari pihak korban. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1987 peraturan pidananya diubah menjadi delik biasa.
Warga masyarakat dapat melaporkan adanya peristiwa pelanggaran
hak cipta tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik dapat
melakukan penangkapan terhadap pelakunya.16
b. Perkembangan Pengaturan Hak Cipta Setelah TRIPs Agreement
Kemudian setelah berjalan selama 10 tahun UU Nomor 6
Tahun 1982 jo UU Nomor 7 Tahun 1987 diubah dengan UU Nomor 12
Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang
hak cipta yang telah diubah UU Nomor 7 Tahun 1987. Perubahan
undang-undang ini dikarenakan negara kita ikut serta dalam
Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Atas Kekayaan
Intelektual (Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual
Property Rights, Including Trade Counterfeit Goods/ TRIPs) yang
merupakan bagian dari Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade
Organization). Dengan keterkaitan tersebut negara kita telah
meratifikasi dengan UU Nomor 7 Tahun 1994 dan melanjutkan dengan
menerapkan dalam undang-undang yang salah satunya adalah Undang-
Undang Hak Cipta. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne
Convention for the Protection of Arstistic and Literary Works
(Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual
Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta
WIPO) dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
Walaupun perubahan pengaturan Hak Cipta melalui UUHC
1997 telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan
16 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 5-6.
![Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/7.jpg)
21
Perjanjian TRIPs, masih terdapat beberapa hal yang perlu
disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya
intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya umtuk memajukan
perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman
seni dan budaya bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan hal
tersebut dipandang perlu untuk mengganti UUHC dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lalu disadari
karena kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan
intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum
yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang
diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional, maka
dibentuklah UUHC yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta agar sesuai dengan perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat.
B. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatukewenangan
yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan
atau tidak.Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya
manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi
dan pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat
dengan intelektual manusia.
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan Mohammad
Syah, SH pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang
kemudian di terima di kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang
yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak
pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang di
cakup oleh pengarang itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada
![Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/8.jpg)
22
sangkut pautnya dengan karang-mengarang saja, padahal tidak demikian.
Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa
Belanda Auteurs Rechts.17
Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil
olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan
"hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya.
Hak cipta juga sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk
membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas
suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang
tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif
dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang
dipergunakan dalam Auteurswet 1912.
18
Hak cipta adalah hak eksklusifpencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
WIPO (World Intellectual Property Organization) mengatakan
copyright is legal from describing right given to creator for their literary and
artistic works. Yang artinya hak cipta adalah terminologi hukum yang
menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya
mereka dalam bidang seni dan sastra.
Imam Trijono berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja
si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan
tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada
yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada
karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, berbunyi :
17 Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 85. 18Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.14.
![Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/9.jpg)
23
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada dasarnya, hak cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu
ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di bidang seni, sastra
dan ilmu pengetahuan. Ketika anda membeli sebuah buku, anda hanya
membeli hak untuk meminjamkan dan menyimpan buku tersebut sesuai
keinginan anda. Buku tersebut adalah milik anda pribadi dalam bentuknya
yang nyata atau dalam wujud benda berupa buku. Namun, ketika anda
membeli buku ini, anda tidak membeli Hak Cipta karya tulis yang ada dalam
buku yang dimiliki oleh si pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan
sebagai buku.
Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar hak cipta yang demikian,
anda tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak buku
tanpa seizin dari pengarang. Apalagi menjual secara komersial hasil
perbanyakan buku yang dibeli tanpa seizin dari pengarang. Hak
memperbanyak karya tulis adalah hak eksklusif pengarang atau seseorang
kepada siapa pengarang mengalihkan hak perbanyak dengan cara memberikan
lisensi.
Maka hak cipta dapat disimpulkan mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:19
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif
Dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif; diartikan sebagai hak
eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/
pemegang hak, dan orang lain tidak dapat memanfaatkannya atau dilarang
menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang
yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak).Pemegang hak
19Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Nuansa Aulia, Bandung, 2010, hlm 14-15.
![Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/10.jpg)
24
cipta yang bukan pencipta ini hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif
tersebut yaitu hanya berupa hak ekonominya saja.
2. Hak Cipta berkaitan dengan kepentingan umum
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif
yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan tertentu yang bahwa
Hak Cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat atau umum
yang juga turut memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta
atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum
dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi
antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat(kepentingan
umum). Kepentingan-kepentingan umum tersebut antara lain: kepentingan
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Apabila negara memandang perlu, maka negara dapat mewajibkan
pemegang hak cipta untuk menerjemahkan atau memperbanyaknya atau
pemegang hak cipta dapat memberi izin kepada pihak lain untuk
melakukannya.
3. Hak Cipta dapat beralih maupun dialihkan
Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat
beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya.
Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:
a. ‘transfer’: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak
kepada pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang- undangan.
b. ‘assignment’ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak
kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan untuk
pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya
perjanjian lisensi.
4. Hak Cipta dapat dibagi atau diperinci (divisibility)
![Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/11.jpg)
25
Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga norma
‘Principle of Specification’ dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh:
a. Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun,
b. Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit dalam satu
tahun,
c. Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale in Indonesia
Only” atau slogan “Bandung Euy”.20
C. Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 9 ayat 2 TRIPs menyatakan:
Perlindungan hak cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan
dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau konsep-konsep
matematis semacamnya.21
Menurut L.J. Taylor dalam bukunya Copyright for Librarians
menyatakan bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah
ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak
cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih
merupakan gagasan.
22
20Ibid., hlm.15. 21Tim Lindsley,dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 105. 22Rachmadi Usman, op.cit., hlm. 121.
Dengan demikian, terdapat dua persyaratan pokok untuk mendapatkan
perlindungan hak cipta, yaitu unsur keaslian dan kreatifitas dari suatu karya
cipta. Bahwa suatu karya cipta adalah hasil dari kreatifitas penciptanya itu
sendiri dan bukan tiruan serta tidak harus baru atau unik. Namun, harus
menunjukkan keaslian sebagai suatu ciptaan seseorang atas dasar kemampuan
dan kreatifitasnya yang bersifat pribadi.
![Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/12.jpg)
26
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
telah memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan
perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut :
1. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
![Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/13.jpg)
27
s. Program Komputer.
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga menjelaskan
pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi sebagaimana disebutkan dalam
Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:
a. perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan
"typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan
bentuk penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan,
komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara
keseluruhan menampilkan wujud yang khas;
b. alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk 2 (dua) ataupun 3 (tiga) dimensi
yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau ilmu
pengetahuan lain;
c. lagu atau musik dengan atau tanpa teks diartikan sebagai satu kesatuan
karya cipta yang bersifat utuh;
d. gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo dan unsur-unsur
warna dan bentuk huruf indah.
kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan
(misalnya dari kain, kertas, atau kayu) yang ditempelkan pada permukaan
sketsa atau media karya;
e. karya seni terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan menerapkan
seni pada suatu produk hingga memiliki kesan estetis dalam memenuhi
kebutuhan praktis, antara lain penggunaan gambar, motif, atau ornament
pada suatu produk;
![Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/14.jpg)
28
f. karya arsitektur antara lain, wujud fisik bangunan, penataan letak bangunan,
gambar rancangan bangunan, gambar teknis bangunan, dan model atau
maket bangunan;
g. peta adalah suatu gambaran dari unsur alam dan/atau buatan manusia yang
berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu, baik melalui media digital
maupun non digital;
h. karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif,
masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena
mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,
maupun komposisi warna.
Karya seni motif lain adalah motif yang merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, motif
tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni motif lain yang bersifat
kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan;
i. karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan
kamera;
j. karya sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar gerak (moving
images) antara lain: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita
yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat
dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik
dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di
bioskop,layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan
salah satu contoh bentuk audiovisual;
k. bunga rampai meliputi: ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi
karya tulis pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya
tari pilihanyang direkam dalam kaset, cakram optik atau media lain.
Basis data adalah kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca
oleh komputer atau kompilasi dalam bentuk lain, yang karena alasan
pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
intelektual.Perlindungan terhadap basis data diberikan dengan tidak
![Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/15.jpg)
29
mengurangi hak para pencipta atas ciptaan yang dimaksudkan dalam basis
data tersebut.
Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain.
Sebagai contoh dari buku menjadi film.
Karya lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan menjadi
format bentuk lain. Sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.
Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi:23
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka
lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau
pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan
kitab suci atau simbol keagamaan.
1. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;
2. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan , dijelaskan, atau
digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan
3. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional.
24
a. Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra
Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah:
b. Ciptaan yang tidak orisinil
c. Ciptaan yang bersifat abstrak
d. Ciptaan yang sudah merupakan milik umum
23Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 24Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
![Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/16.jpg)
30
e. Ciptaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang Hak
Cipta.25
D. Masa Berlakunya Hak Cipta
Sebagaimana diketahui bahwa sejak ciptaan diwujudkan berakibat
munculnya hak cipta terhadap ciptaan tersebut, ini berarti sejak saat itu hak
cipta mulai berlaku. Pencipta resmi memiliki hak untuk menerbitkan
ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan
melarang pihak lain untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara
komersial ciptaannya.
Semua sesuatu tentu ada awalnya dan ada akhirnya. Demikian juga
dengan hak cipta tidak terlepas dari masa berlakunya atau ada batas waktunya.
Masalah berlakunya hak cipta tidak sama antara ciptaan yang satu dengan
ciptaan yang lain karena dipengaruhi oleh sifat ciptaan dari kelompok hak
ciptanya. Ada dua macam sifat ciptaan yaitu yang sifatnya asli (original) dan
sifatnya turunan (derivatif).Masa berlakunya juga bergantung pada jenis
ciptaan atau “objek” hak ciptanya, serta apakah objek itu diterbitkan atau tidak
diterbitkan.
Hak cipta berlaku dalam jangka waktu terbatas, dan lamanya berbeda-
beda tiap negara. Sebagai suatu hak yang mempunyai fungsi sosial, maka hak
cipta mempunyai masa berlaku tertentu. Hal ini untuk menghindarkan adanya
monopoli secara berlebihan dari si pencipta.
Di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, jangka waktu berlakunya suatu hak cipta adalah sebagai
berikut:
1. Masa Berlaku Hak Moral
Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:
25Harris Munandar dan Sally Sitanggang, op.cit., hlm.18.
![Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/17.jpg)
31
a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan
c. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.
Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak
cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal:
a. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
b. mengubah judul dan anak judul ciptaan.
2. Masa Berlaku Hak Ekonomi
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
1. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
7. Karya arsitektur;
8. Peta; dan
9. Karya seni batik atau seni motif lain,
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh
puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.
b.Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, perlindungan
hak cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia
paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.
![Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/18.jpg)
32
c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh
badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman.
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
1. Karya fotografi;
2. Potret;
3. Karya sinematografi;
4. Permainan video;
5. Program Komputer;
6. Perwajahan karya tulis;
7. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
8. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
9. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer atau media lainnya;
10. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.
b. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku
selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.
Negara sebagai pemegang hak cipta atas ekspresi budaya tradisional
(mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut:
a.Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun
![Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/19.jpg)
33
puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya
sastra ataupun narasi informatif; b. Musik, mencakup antara lain vokal,
instrumental, atau kombinasinya; c. Gerak, mencakup antara lain tarian; d.
Teater, mencakup anatara lain pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat; e.
Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang terbuat
dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik,
kertas, tekstil, dan lain-lain atau kombinasinya; dan f. Upacara adat) hak atas
ciptaannya ditetapkan dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 berlaku tanpa batas waktu, artinya berlaku sepanjang zaman.
Meskipun hak ciptanya berlaku sepanjang zaman, namun karena hak
cipta atas ciptaan tersebut merupakan milik bersama (rescommunis), maka
siapa pun dapat meniru atau memperbanyak ciptaan tanpa perlu meminta izin
terlebih dahulu dari negara sebagai pemegang hak cipta, asalkan yang
bersangkutan adalah warga negara Indonesia karena ia ikut memiliki hak
ciptanya.
Sedangkan negara sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan yang
penciptanya tidak diketahui berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
E. Hak Ekonomi dan Hak Moral
1. Hak Ekonomi Atas Suatu Ciptaan Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang
bersifat ekonomi (economic rights). Adanya kepentingan-kepentingan
yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu
perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan
yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena
ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun
bentuknya tidak berwujud (intangible).
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut
![Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/20.jpg)
34
sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami,
dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang
memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati oleh
siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa
sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara cuma-cuma.
Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual
dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau
perdagangan yang mendatangkan keuntungan.26
a. penerbitan ciptaan;
Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang
pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak ekonomi
pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak
yang diliputnya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut.
Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta memiliki
hak ekonomi untuk melakukan:
b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
Dalam Pasal 1 angka 12 menyatakan bahwa penggandaan adalah
proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan
dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun,
secara permanen atau sementara.
Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu menambah jumlah
sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau
menyerupai ciptaan tersebut, dengan menggunakan bahan yang sama,
maupun tidak sama; termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan.
Bentuk perbanyakan ini biasa dilakukan dengan peralatan tradisional
maupun modern.
c. penerjemahan ciptaan;
26Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 19.
![Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/21.jpg)
35
d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;
Pada Penjelasan Pasal 40 dikatakan bahwa adaptasi adalah
mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain, sebagai contoh
dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi adalah
merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain, sebagai contoh
musik pop menjadi musik dangdut.27
e. pendistribusian ciptaan atau salinannya;
Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian adalah
penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk
hak terkait.Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk
menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya dengan
maksud agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi
untuk melakukan pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap
ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan
kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.
f. pertunjukan ciptaan;
Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance Right)merupakan hak
yang dimiliki oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya
yang karyanya dapat terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal
1 angka 6 dikatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah seorang atau
beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap orang atau
pihak yang ingin menampilkan, atau mempertunjukkan suatu karya
cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk mempertunjukan
(performings rights) tersebut.
g. pengumuman ciptaan;
Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah pembacaan,
penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun
baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara
27Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
![Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/22.jpg)
36
apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat
orang lain.
h. komunikasi ciptaan; dan
Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian
suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media
lainnya selain penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk
penyediaan suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar dapat
diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya.
i. penyewaan ciptaan.
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak
eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan
ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan
materi dari perbanyakan ciptaan tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk
memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah
bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan
pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar,
pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan,
karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari penerimaan
izin tersebut.28
Sejalan dengan itu Muhammad mengatakan, bahwa hak ekonomi
tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena
penggunaan sendiri hak kekayaan intelektual atau karena penggunaan
pihak lain berdasarkan lisensi. Dalam perjanjian lisensi hak cipta selain
memperjanjikan izin menggunakan hak cipta juga memperjanjikan
28Gatot Supramono, op.cit., hlm. 45.
![Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/23.jpg)
37
pembagian keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi
lisensi.29
2. Hak Moral Atas Suatu Ciptaan
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah
moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang
jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul
disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk
menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Dengan kata lain,
hak moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat
kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan
atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral
ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan
atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang
lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah
karya cipta seseorang menjadi atas namanya.
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau
reputasi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak
cipta dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat
dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi atau kekal.
Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik,
kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu.
Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan
setelah meninggal dunia.
Hak-hak moral tercantum dalam Pasal 6 Konvensi Bern yang
menyatakan bahwa:
“... Pencipta memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas
karyanya dan mengajukan keberatan atas distorsi, mutilasi, atau
perbahan-perubahan serta perbuatan pelanggaran lain yang berkaitan
29Ibid, hlm. 46.
![Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/24.jpg)
38
dengan karya tersebut yang dapat merugikan kehormatan atau
reputasi si Penggarang/ Pencipta”.30
Hak moral mempunyai dua asas, yaitu:
31
Hak moral tidak dapat dialihkan dengan alasan apapun selama
pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan
a. Droit de paternite: pencipta berhak untuk mencantumkan namanya pada
ciptaannya,
b. Droit au respect: pencipta berhak mengubah judul maupun isi
ciptaannya, jadi dia berhak mengajukan keberatan atas penyimpangan,
perusakan, atau tindakan lainnya atas karyanya.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014,
hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta
untuk:
a. tetap mencantumkan atau tidak tidak mencantumkan namanya pada
salinanan sehubungan dengan pemakaian ciptaanya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau nama samarannya;
c. mengubah ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya. (Distorsi ciptaan adalah tindakan
pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan
adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan.
Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).
30Tim Lindsley, op.cit.,hlm. 117. 31Suyud Margono, op.cit., hlm. 15.
![Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/25.jpg)
39
dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia.32
F. Hak Cipta dan Lisensi
Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral setelah pencipta
meninggal dunia, maka penerima pengalihan pelaksanaan hak moral
tersebut dapat memilih apakah menerima atau menolak pengalihan
pelaksanaan hak moral tersebut.Penerima dapat melepaskan atau menolak
pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan
hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
1. Pengertian Lisensi
Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi,
pihak pencipta/ pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya dan
pemberian izin tersebut tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan
dari penggunaan hak cipta. Pemberian izin dari pencipta/ pemegang hak
cipta kepada orang lain itulah yang disebut dengan lisensi.33
Dari rumusan tersebut yang menjadi objek lisensi bukan hanya hak
cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak cipta yang
dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana lagu
berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di
bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada
masyarakat juga menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar
merupakan hak yang menjadi ruang lingkup objek lisensi.
Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Hak Cipta 2014
disebutkan, Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak
cipta atau pemilikhak terkaitkepada pihak lain untuk melaksanakan hak
ekonomi atasciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.
34
32Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 33Gatot Supramono, op.cit.,hlm. 47. 34Ibid
![Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/26.jpg)
40
2. Lisensi Hak Cipta Sebagai Perjanjian
a. Termasuk perjanjian obligatoire
Pada dasarnya lisensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual tidak
semata-mata hanya sekedar perbuatan pemberian izin saja, akan tetapi
perbuatan tersebut menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang saling timbal balik antara pihak satu dengan pihak lain. Atas hal
tersebut maka lisensi merupakan perjanjian yang mengikat mereka.
Dalam ilmu hukum perjanjian yang demikian disebut perjanjian
obligatoire.35
b. Wajib memenuhi syarat sahnya perjanjian
Perjanjian lisensi hak cipta juga merupakan perjanjian konsensualisme,
karena terjadinya perjanjian itu dilandasi dengan sebuah konsensus
atau kata sepakat.
Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta mengikuti asas
kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian
apa saja, kapan saja, dan berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan
hukum, kebiasaan, dan kepatutan. Batasan-batasan yang diberikan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta terhadap
kebebasan dalam melakukan perjanjian lisensi adalah seperti yang
disebutkan dalam Pasal 82 bahwa: perjanjian lisensi dilarang memuat
ketentuan yang mengakibatkan kerugian perekonomian Indonesia; isi
perjanjian lisensi dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; perjanjian lisensi dilarang menjadi sarana untuk
menghilangkan atau mengambilalih seluruh hak pencipta atas
ciptaannya.
Dalam Pasal 80 Undang-Undang Hak Cipta 2014 disebutkan, bahwa
lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian. Karena bentuknya
35Ibid
![Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/27.jpg)
41
berupa perjanjian maka untuk syarat sahnya wajib memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
1) Adanya kata sepakat
2) Memiliki kecakapan
3) Hal tertentu
4) Sebab yang halal
c. Perjanjiannya harus tertulis
Selain harus memenuhi keempat syarat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, perjanjian lisensi hak cipta juga harus dibuat secara
tertulis. Syarat tertulis ini secara tegas disebutkan dalam Pasal 1 angka
20 yaitu terdapat pada kata ‘izin tertulis’ artinya perjanjian lisensi ini
harus dalam bentuk tertulis tidak bisa lisan.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 83 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014, maka suatu perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang kemudian dimuat
dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Namun, jika perjanjian lisensi
tidak dicatatkan, maka perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat
hukum terhadap pihak ketiga.
G. Pengalihan Hak Cipta Mengenai pemindahtanganan hak cipta bahwa benda ini dapat beralih
atau dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) Undang-
Undang Hak Cipta 2014 telah diatur tentang hal tersebut, bahwa hak cipta
dapat beralih atau dialihkan baik sebagian atau seluruhnya karena: pewarisan,
hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak ekonomi saja, sedangkan hak
moral tetap melekat pada diri penciptanya.Pengalihan hak cipta ini harus
dilakukan secara jelas dan tertulis baik dengan atau tanpa akta notaris.
![Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/28.jpg)
42
1. Pewarisan
Pada prinsipnya setiap orang mempunyai keluarga dan mempunyai
harta kekayaan walaupun misalnya nilai harta kekayaan itu tidak seberapa.
Disamping itu adakalanya pewaris semasa hidupnya mempunyai hutang.
Hutang yang ditinggalkan pewaris juga merupakan kekayaannya, karena
yang disebut kekayaan itu meliputi aktiva dan pasiva yang berupa hak-hak
dan kewajiban-kewajibannya.
Ketika seorang meninggal dunia maka terutama yang menyangkut
harta peninggalannya, menjadi terbuka dan mulai saat itu terjadi peralihan
harta kekayaan pewaris. Hak cipta merupakan salah satu harta kekayaan
pewaris yang menjadi objek warisan. Warisan merupakan salah satu
bentuk pengalihan harta kekayaan karena dengan meninggalnya seseorang
berakibat harta kekayaannya beralih pada ahli warisnya.
2. Hibah
Pengertian hibah menurut pasal 1666 ayat (1) KUHPerdata adalah
suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan
cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu
benda guna keperluan si penerima penyerahan itu.
Dalam pengertian diatas dikatakan bahwa hibah merupakan sebuah
perjanjian yang didasarkan atas kesepakatan. Meskipun berupa perjanjian
namun hibah bukan sebagai perjanjian obligatoir atau bertimbal balik hak-
hak dan kewajiban-kewajiban para pihak, melainkan sebagai perjanjian
yang sepihak. Hibah merupakan perjanjian penyerahan barang yang dibuat
oleh pengibah kepada penerima hibah dan yang mempunyai janji hanyalah
penghibah saja. Dalam hibah tidak ada janji sebaliknya yang merupakan
kontrak prestasi yang dilakukan oleh penerima hibah.
Hibah yang telah diperjanjikan apabila telah dilaksanakan
penyerahan barang yang dihibahkan, maka objek hibah tidak dapat ditarik
kembali oleh penghibah, dengan tujuan demi memberikan kepastian
![Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/29.jpg)
43
hukum dalam perjanjian hibah. Mengenai barang-barang yang dapat
dijadikan objek hibah adalah barang-barang yang sudah ada di tangan
penghibah. Apabila hibahnya itu meliputi barang-barang yang baru akan
ada dikemudian hari maka barang tersebut belum ada pada penghibah,
maka menurut ketentuan Pasal 1667 KUHPerdata hibah yang demikian
menjadi batal.
Kemudian syarat lain yang harus dipenuhi agar hibah itu sah maka
perjanjiannya dibuat dengan akta notaris. Dengan dasar akta hibah tersebut
penerima hibah sah sebagai pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang
pada akhirnya berhak menjalankan hak eksklusifnya.
3. Wakaf
Hak cipta dapat diwakafkan oleh pencipta atau pemegang hak
cipta.Jika hak cipta diwakafkan kepada publik, maka manfaat dari hak
cipta menjadi milik publik selamanya, tidak boleh ada yang memiliki,
menjual, mewariskan, atau menghibahkannya.Manffat tersebut dapat
diartikan sebagai hak monopoli. Sementara itu, hak moral dari hak cipta
yang diwakafkan tersebut tetap berada pada pencipta atau pemegang hak
cipta dan menjadi syarat yang harus diikuti oleh pengelola (pengguna hak
cipta), karena pada hakekatnya masyarakat akan tetap mengakui pemberi
wakaf atas wakaf yang dimanfaatkannya.36
4. Wasiat
Pada dasarnya semua harta kekayaan orang yang meninggal dunia
(pewaris) menurut Undang-Undang adalah milik ahli warisnya, namun
demikian ada kekecualiannya mengenai hal tersebut yaitu apabila ada
surat wasiat (testamen) yang dibuat oleh pewaris.
Yang dimaksud dengan surat wasiat menurut Pasal 875 KUHPerdata
adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang 36Lutfi Nizar, “Wakaf Hak Cipta Dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia” (Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2012), hlm. 74
![Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/30.jpg)
44
dikehendakinya untuk di kemudian hari setelah yang bersangkutan
meninggal dunia. Pernyataan tersebut dapat dicabut kembali oleh pewaris
sebelum ia meninggal dunia.
Surat wasiat harus dibuat oleh pewaris dalam keadaan bebas
artinya tidak ada paksaan serta harus dengan itikad baik, artinya tidak ada
penipuan atau akal licik untuk membuat surat tersebut.
Pewaris yang mempunyai hak cipta sesuai ketentuan Pasal 16 ayat
(2) huruf d Undang-Undang Hak Cipta 2014 dapat mewasiatkan kepada
seseorang dengan wasiat terbuka atau tertutup. Dalam surat wasiat pewaris
harus menyebutkan bahwa objek wasiat berupa hak cipta atas suatu
ciptaan di bidang ilmu, seni atau kebudayaan dan menjelaskan bentuknya.
Apabila ciptaan pewaris telah didaftarkan di Dirjen Hak Kekayaan
Intelektual perlu disebutkan tanggal dan nomor pendaftaran ciptaan yang
telah terdaftar di daftar umum ciptaan.
Apabila pewaris telah meninggal, dengan berdasarkan surat wasiat
tersebut penerima wasiat menjadi pemegang hak cipta dan dapat
menjalankan hak eksklusif atas ciptaan. Sebaliknya jika terjadi penerima
wasiat menolak wasiat, maka surat wasiat tidak dapat dilaksanakan
sehingga hak cipta yang merupakan harta peninggalan pewaris kembali
kepada ahli waris yang berhak menerimanya.
5. Perjanjian Tertulis
Bentuk perjanjian yang dimaksud dalam Undang-undang Hak
Cipta 2014 cenderung kepada perjanjianyang timbal balik dimana kedua
belah pihak yang melakukan perjanjian mampunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang saling bertimbal balik antara yang satu dengan
yang lainnya. Bentuk perjanjiannya dapat berupa perjanjian jual beli atau
perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak ciptanya
kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang yang
![Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Sejarah …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44822/3/Chapter II.pdfbentuk tindak pidana pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022040719/5e2a581563f22459fd68682d/html5/thumbnails/31.jpg)
45
lain. Kedua perjanjian tersebut berakibat beralihnya hak milik atas suatu
benda.37
6. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Jadi perjanjian yang berkaitan dengan pengalihan hak cipta dibuat
secara tertulis bertujuan untuk kepentingan pembuktian bahwa telah terjadi
peralihan hak dari pemegang hak cipta kepada orang lain dan untuk
kepentingan di kemudian hari apabila ada masalah atau sengketa dengan
menunjukkan surat perjanjiannya akan lebih mudah membuktikan
peristiwa yang telah terjadi.
Pada Penjelasan Pasal 16 ayat (2) huruf f yang dimaksud dengan
sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan antara lain: pengalihan yang disebabkan oleh putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap; merger;
akuisisi; atau pembubaran perusahaan atau badan hukum dimana terjadi
penggabungan atau pemisahan asset perusahaan.
Persoalan hak cipta yang diselesaikan secara perdata dengan cara
mengajukan gugatan ke pengadilan niaga. Dalam sengketa mengenai hak
cipta ibaratnya ada dua pihak yang sedang berebut siapa yang paling
berhak atas hak cipta, kemudian pengadilan sesuai dengan kewenangannya
menentukan salah satu pihak sebagai pemilik hak cipta. Dalam putusan
pengadilan ditetapkan dengan jelas siapa yang memiliki hak cipta atas
suatu ciptaan. Disinilah seseorang memperoleh hak cipta karena
ditetapkan dalam putusan pengadilan.38
37Gatot Supramono, op.cit., hlm. 35. 38Ibid., hlm. 38.