bab ii tinjuan pustaka 2.1 dasar teori 2.1.1...

24
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmas (a) Pengertian Puskesmas Puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan Puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan 9

Upload: vandieu

Post on 20-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

9

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Puskesmas

(a) Pengertian Puskesmas

Puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit

pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten/kota

dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan di Indonesia. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan

menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Pengelolaan Puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten

dan Kota.

Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja

puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih

dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan

9

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

10

masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Trihono, 2005).

(b) Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan

sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai

melalui penbangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup di dalam

lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Sulastomo, 2007).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu :

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat, serta lingkungannya (Sulastomo, 2007).

2.1.2 Lampiran Kepmenkes RI No.1428/MENKES/SK/XII/2006

Menurut Depkes RI (2006) tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Puskesmas, lampiran IV persyaratan sarana dan fasilitas sanitasi poin

4 berisi tentang syarat dan ketentuan penggelolaan limbah/sampah, yaitu:

1. Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

11

2. Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang

kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan serta

dilengkapi dengan kantong plastik sebagai berikut:

a. Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning

b. Benda-benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol

c. Sampah plastik menggunakan kantong plastik berwarna hitam. Terpisah

antara sampah basah dan kering, dapat diolah sendiri atau pihak ketiga

untuk pemusnahannya.

3. Sampah infeksius dimusnahkan di dalam insinerator

4. Sampah domestik dapat dikubur, dibakar atau diangkut ke Tempat

Pembuangan Akhir.

2.1.3 Limbah Puskesmas

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/dari proses alam

yang berbantuk padat. Sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai atau

tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian

barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan

atau ditolak atau buangan. Sementara itu, limbah merupakan sisa dari suatu proses

produksi yang dibuang, yang dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Dalam

penggunaan sehari-hari, istilah sampah dan limbah tidak perlu dipermasalahkan

(Djohan & Halim, 2013).

Sampah dan limbah rumah sakit/Puskesmas adalah semua yang dihasilkan

oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding

dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan

limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

12

limbah rumah sakit/Puskesmas dibagi kedalam dua kelompok besar, yautu

sampah limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair (Asmadi, 2013).

Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya

pengelolaan yang baik meliputi alat dan sarana, keuangan, dan tatalaksana

pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit

yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan. Pembuangan limbah yang

berjumlah cukup besar paling baik jika dilakukan dengan memilah ke dalam

berbagai kategori. Pada tiap jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah

yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh

mungkin menghindari resiko kontaminasi dan trauma (Bastari, 2007).

Limbah Puskesmas adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

Puskesmas yang berbentuk padat, cair, dan gas. Limbah Puskesmas bisa

mengandung bermacam-macam mikroorganisme dan tingkat pengolahan sebelum

dibuang. Menurut Djohan & Halim (2013), jenis limbah rumah sakit berdasarkan

bentuknya dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Limbah padat

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk

padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri atas limbah medis padat dan

nonmedis (Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu sebagi

berikut:

1. Limbah non medis, yaitu limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, serta

taman dari halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada

teknologi

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

13

2. Limbah medis padat, yaitu limbah padat yang terdiri atas limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,

limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat

yang tinggi.

3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen

yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam

jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia

yang rentan.

4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan

stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,

dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang

sangat infeksius.

b. Limbah cair

Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,

bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berassal dari hasil

proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair dmestik yakni

buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif.

c. Limbah gas

Limbah gas adalah semua limbah yang berbantuk gas yang berasal dari

kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenertor, dapur, perlengkapan

generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksis.

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

14

Selain itu, menurut Djohan & Halim (2013), jenis limbah rumah sakit

berdasarkan bahayanyanya dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Limbah nonmedis

Limbah nonmedis dirumah sakit merupakan limbah yang dihasilkan dari

kegiatan rumah sakit di luar medis berupa karton, kaleng dan botol, serta

sampah dari ruangan pasien yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada

teknologinya. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan

bukan merupakan limbah B3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan

bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut

antara lain, limbah cair dari kegiatan laundry, limbah domestik cair dan

sampah padat (Adisasmito, 2009). Sampah padat non medis adalah semua

sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai

kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006) :

1. Kantor/administrasi

2. Unit perlengkapan

3. Ruang tunggu

4. Ruang inap

5. Unit gizi atau dapur

6. Halaman parkir dan taman

7. Unit pelayanan

b. Limbah medis

Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari pelayanan medis,

perawatan, ruang gigi, farmasi atau sejenisnya, pengobatan, serta penelitian

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

15

atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahn beracun, infeksius berbahaya

atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

2.1.4 Limbah Medis Padat

Limbah medis cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup

apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis puskesmas adalah semua

limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk padat, cair, dan

gas. Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, limbah medis telah

digolongkan sebagai berikut (Djohan & Halim, 2013):

a. Limbah benda tajam, yaitu materi yang dapat menyebabkan luka iris atau

luka tusuk, antara lain jarum, jarum suntik, skapel, peralatan infus, dan

pecahan kaca. Baik terkontaminasi atau tidak, benda semacam itu biasanya

dipandang sebagai limbah layanan kesehatan yang sangat berbahaya.

b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang terkontaminasi organisme patogen

(bakteri, virus, parasit dan jamur) yang tidak secara rutin ada di lingkungan

dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk

menularkan penyakit pada manusia rentan. Limbah infeksius mencakup

pengertian sebagai berikut:

Gambar 1: Contoh limbah medis benda tajam pisau bedah.

Sumber: Anonim, 2012

Gambar 2: Contoh limbah medis benda tajam jarum suntik.

Sumber: Anonim, 2012

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

16

1. Limbah yang berkitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit

menular (prawatan intensif)

2. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi

dari poliklinik dan ruang perawatan.

c. Limbah patologis, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan

tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Jaringan

tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan placenta yang tidak

memerlukan pengesahan penguburan hendaknya dikemas secara khusus dan

diberikan label serta diproses pada incinerator dibawah pengawasan petugas

berwenang.

d. Limbah sitotoksik, yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari

persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang

mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan

sel hidup. Limbah ini harus dibakar dalam insenerator dengan suhu diatas

1000oC.

e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan, vaksin, dan serum

kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, obat yang

terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan

yang terkontaminasi, sarung tangan, masker, selang penghubung, obat yang

tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat yang harus

dibuang dengan tepat. Kategori ini mencakup barang yang akan dibuang

setelah digunakan untuk menagani produk farmasi, misalnya botol atau kotak

yang berisi reidu, sarung tangan, selang, masker, selang penghubung dan

ampul obat.

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

17

Gambar 3: Contoh sampah medis farmasi (ampul obat). Sumber: Dokumentasi pribadi

f. Limbah kimia, adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

g. Limbah yang mengandung logam berat, termasuk dalam subkategori limbah

kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya limbah merkuri yang

berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya termometer

dan alat pengukur tekanan darah), pembatasan radiasi sinar x dan dibagian

diasnogtik.

h. Limbah kemasan bertekanan, berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan

instalasi kesehatan dan kerap dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng

aerosol. Tabung-tabung tersebut dapat digunakan kembali kecuali tabung

aerosol. Penggunaan kemasan bertekanan harus sangat berhati-hati karena

dapat meledak jika terbakar atau tidak sengaja bocor.

i. Limbah Radioaktif, limbah radioaktif tidak dapat dibuang secara

sembarangan. Limbah radioaktif yang telah dikumpulkan dalam kurun waktu

tertentuharus mengirimkan limbah radioaktif yang dihasilkannya sesuai

dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 thun 1999, bahwa Badan Tenaga

Atom Nasional (BATAN) adalah instansi pengelolah limbah radioaktif.

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

18

2.1.5 Dampak Limbah terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Layanan kesehatan selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan

depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari

pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan

berkembang di lingkungan sarana kesehatan, seperti udara, air, lantai, makanan

dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman

dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut infeksi nosokomial

(Anies, 2006).

Limbah layanan kesehatan yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat

memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan

penyakit atau cedera. Menurut Pruss (2005), sifat bahaya dari limbah layanan

kesehatan tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik

berikut:

1. Limbah mengandung agent infeksius.

2. Limbah bersifat genoktosik.

3. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau baracun.

4. Limbah bersifat radioaktif.

5. Limbah mengandung benda tajam.

Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan

kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam

fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta

memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat

kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang

beresiko antara lain :

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

19

1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah

sakit.

2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah

3. Penjenguk pasien rawat inap.

4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi

layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah

dan bagian transportasi.

5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat

penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung).

(a) Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme

pathogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa

jalur:

1. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit.

2. Melalui membrane mukosa.

3. Melalui pernafasan.

4. Melalui ingesti.

Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi

gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi

saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain – lain. Benda

tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga

dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena resiko

ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam

kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

20

adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan

masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Pruss,

2005).

(b) Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi

Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan

sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka

bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi

melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan.

Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya formaldehide atau

volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa

saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah

luka bakar (Pruss, 2005).

2.1.6 Pengelolaan Limbah Medis Padat

Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan-tindakan

yang dilakukan terhadap limbah, yang mulai dari tahap pengumpulan di tempat

sumber, pengangkutan, penyimpanan/penampungan, serta tahap pengolahan akhir

yang berarti pembuangan atau pemusnahan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan,

suatu pengolahan limbah dianggap baik jika limbah yang diolah tidak menjadi

perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah

tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak

menimbulkan kebakaran.persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan

pengolahan limbah dengan baik dan benar dari awal limbah tersebut dihasilkan

sampai dengan limbah tersebut dimusnahkan (pengolahan akhir) (Djohan &

Halim, 2013).

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

21

Berkaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi

lima (Adisasmito, 2009), yaitu:

1. Golongan A

Limbah yang termasuk dalam golongan A, terdiri dari: dressing bedah, swab,

dan semua bahan yang tercampur dengan bahan tersebut, bahan linen dari

kasus penyakit infeksi, serta seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi

maupun tidak), bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal lain

yang berkaitan dengan swab dan dressing.

2. Golongan B

Limbah yang termasuk dalam golongan B, terdiri dari: syringe bekas, jarum,

cartridge, pecahan gelas, dan benda tajam lainnya.

3. Golongan C

Limbah yang termasuk dalam golongan C, terdiri dari: limbah dari ruang

laboratorium dan post-partum kecuali yang termasuk dalam golongan A.

4. Golongan D

Limbah yang termasuk dalam golongan D, terdiri dari: limbah bahan kimia

dan bahan farmasi tertentu.

5. Golongan E

Limbah yang termasuk dalam golongan E, terdiri dari: pelapis bed-pan

disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomage bags.

(a) Pengumpulan

Limbah medis yang dihasilkan dari setiap unit di perawatan ada penunjang

perawatan dikumpulkan sesuai peraturan dan kebijakan yang mengacu pada

Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006. Pengumpulan limbah ini

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

22

berdasarkan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri

atas limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah kontainer

bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Berikut persyaratan tempat pengumpulan limbah medis padat menurut Djohan &

Halim (2013), yaitu:

1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

2. Di setiap penghasil limbah, harus tersedia tempat pengumpulan limbah yang

terpisah limbah medis dengan limbah non medis.

3. Kantong plastik diangkut setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian

tempat limbah telah terisi.

4. Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety

box) seperti botol atau karton yang aman.

5. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sititoksis yang tidak langsung

kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan

apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang

telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh

dipergunakan lagi.

Penggunaan tabel yang sesuai dengan kategori limbah, detail warna dan lambang

pada wadah limbah medis adalah sebagai berikut:

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

23

Tabel 1: Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya.

No Kategori Warna

Kontainer Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah

Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif

2 Sangat Infeksius Kuning

Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf

3 Limbah Infeksius, patologi dan anatomi

Kuning

Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau kontainer

4 Sitotoksis Ungu

Kontainer plastik kuat dan anti bocor

5 Limbah kimia dan farmasi Coklat - Kantong plastik atau kontainer.

Standart pengumpulan dan penggunaan kode dan label medis ini berfungsi

untuk memilah-milah limbah sehingga limbah dapat dipisahkan di tempat

sumbernya. Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut:

1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk

limbah medis (di lapisi kantong plastik berwarna kuning) dan satunya untuk

limbah nonmedis (di lapisi kantong plastik berwarna hitam).

2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap limbah medis.

3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai

limbah nonmedis.

4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah

medis dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

(b) Pemusnahan/Pembuangan Akhir

Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus

ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

24

yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Incinerator berukuran kecil atau

menengah dapat membakar pada suhu 1300oC-1500ºC atau lebih tinggi.

Incinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain

kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda

tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Arifin, 2009).

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan

kapur dan ditanam. Menurut Sarwanta (2009), langkah-langkah pengapuran

(liming) tersebut meliputi yang berikut:

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.

3. Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur

masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan

tanah.

4. Akhirnya lubang tersebut harus ditututup dengan tanah.

Kebijakan pembuangan sampah lokal hendaknya tercantum berbagai

prosedur yang digunakan bila terjadi tumpahan sampah medis. Peringatan

hendaknya disertakan terutama pada sampah yang dapat membahayakan petugas

atau orang-orang yang berkaitan dengan pengankutan/pembuangan sampah atau

pembersihan sampah atau kepada masyarakat umum. Prosedur tersebut hendaknya

dikonsultasikan dengan unit-unit yang berkaitan seperti unit pemadam kebakaran,

kesehatan, polisi, otorita air dan sampah serta Dinas Kesehatan. Menurut Djohan

dan Halim (2013), teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang

mungkin diterapkan adalah:

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

25

1. Insenerasi

2. Sterilisasi dengan uap panas/autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu

121ºC

3. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde).

4. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia

sebagai desinfektan).

5. Inaktivasi suhu tinggi.

6. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi).

7. Microwave treatment.

8. Grinding and shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah).

9. Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk.

Menurut Djohan & Halim (2013) pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan

akhir limbah padat ada berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

1. Limbah infeksius dan benda tajam

Limbah yang sangat infeksius harus disterilisasi dengan pengolahan panas

dan basah seperti autoclave, untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara

disinfektan. Benda tajam harus diolah dengan insenerator. Setelah insenerasi atau

disinfeksi, residu dapat dibuang ke tempat pembuangan B3/TPA bila sudah aman.

2. Limbah farmasi

Limbah farmasi dalam dapat diolah dengan insenerator, rotary kiln,

dikubur secara aman, sanitary lanfill, dan dibuang ke air limbah. Limbah padat

farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor.

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

26

3. Limbah sitotoksis

Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum. Pembuangan yang

dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan distributornya, insenerasi pada

suhu 1200oC, dan degenerasi bahan kimiawi. Cara degenerasi kimiawi yang

mengubah senyawa sitotoksis menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan

tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urine, tumpahan

dan pakaian pelindung. Kapsulisasi juga dapat dipertimbangkan sebagai cara

pengolahan limbah sitotoksis.

4. Limbah bahan kimiawi

Limbah kimia biasa yang tidak dapat didaur ulang seperti gula, asam

amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Limbah berbahaya

dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya

dibuang dengan insenerasi, kapsulisasi, atau landfill. Limbah bahan kimiawi

dalam jumlah besar yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk

menghindari reaksi kimia, tidak boleh ditimbun karena dapat mencemari tanah,

limbah kimia desinfektan tidak boleh dikapsulisasi karena korosif dan mudah

terbakar.

(c) Teknologi Pengolahan Limbah Medis

Insenerator merupakan salah satu teknologi yang mengonversi materi

padat atau limbah padat menjadi gas dan residu yang lebih kecil volumenya.

Penggunaan insenerator ini sudah banyak digunakan karena pembakan limbah

padat dengan insenerator adalah cara yang paling mudah dan cepat untuk

memusnahkan limbah padat. Kelemahan penggunaan insenerator adalah tingginya

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

27

biaya investasi dan operasional yang mahal. Pada awal tahun 2013, harga sebuah

insenerator dengan kapasitas 60kg/jam berkisar 650 juta rupiah dan terus naik dari

waktu ke waktu sesuai dengan merk dan spesifikasi, dengan memanfaatkan bahan

bakar solar tentu biaya operasional insenerator juga menjadi salah satu

permasalahan yang tidak dapat dikesampingkan (Djohan & Halim, 2013).

Gambar 4: Contoh alat pembakar Insenerator. Sumber: Anonim, 2017

Tidak semua limbah padat dapat dibakar diinsenerator seperti pengisi

tekanan gas udara, limbah kimia reaktif dalam jumlah besar, limbah radioaktif,

garam perak, plastik PVC, merkuri dan kadmium, dan logam berat. Insenerator

merupakan teknologi pemusnahan yang disarankan untuk limbah benda tajam,

infeksius, dan patologi. Insenerator telah terbukti menjadi teknologi alternatif

untuk memusnahkan limbah medis. Insenerator jika dioperasikan dengan benar,

tidak akan menimbulkan resiko yang berlebihan serta dapat melakukan fungsi

pengelolaan limbah medis secara aman (Djohan & Halim, 2013).

Secara teknis, insenerator menggunakan teknik pembakaran dengan suhu

diatas 1000oC selama 2-3 jam (sesuai dengan kondisi), karena jika suhu

pembakaran <1000oC dapat mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna.

Pembakaran yang tidak sempurna berakibat meghasilkan emisi seperti karbon

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

28

monoksida dan terbentuknya senyawa dioksin dan furan yang merupakan senyawa

kimia yang tidak berwarna, tidak berbau, tetapi sangat beracun. Beberapa literatur

menyebutkan, bahwa insenerator skala kecil yang bersuhu <800oC, dapat

menimbulkan dioksin, furan dan polutan toksik abu (fly ash) (Djohan & Halim,

2013).

Oleh karena itu penangannannya pun harus memakai alat khusus yang

memiliki kriteria-kriteria yang ditentikan oleh WHO diantaranya sebagai berikut:

1. Pengurangan sampah yang efektif

2. Lokasi jauh dari area penduduk

3. Adanya sistem pemisahan sampah

4. Desain yang bagus

5. Pembakaran sampah mencapai suhu 1000oC

6. Emisi gas buang memenuhi standart baku mutu

7. Perawatan yang teratur dan periodik

8. Pelatihan staf dan managemen (Asmadi, 2013)

2.1.7 Sumber Belajar

(a) Pengertian Sumber Belajar

Menurut AECT (Association of Education and Communication

Technology), sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data,

orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan)

belajar bagi peserta didik. Sumber belajar adalah semua komponen sistem

intruksional baik yang secara khusus dirancang maupun yang menurut sifatnya

dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran (Warsita, dalam

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

29

Pranata, 2013). Menurut Warsita, dalama Pranata (2013) Sesungguhnya sumber

balajar banyak jenisnya. Adapun sumber belajar meliputi:

1. Pesan adalah informasi pembelajaran yang akan disampaikan yang dapat

berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Salam sistem persekolahan, pesan ini

berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik.

2. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah,

dan penyaji pesan.

3. Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan-pesan

pembelajaran yang biasanya disajikan melalui peralatan tertentu ataupun oleh

dirinya sendiri.

4. Alat adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan

pesan yang tersimpan dalam bahan.

5. Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam

menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan.

6. Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran

tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran.

(b) Pembuatan Poster

Menurut Kusuma (2009), Poster adalah lembar pengumuman/plakat untuk

menyampaikan informasi yang dipasang di tempat umum atau tempat yang dapat

dibaca oleh umum. Bahasa yang dipergunakan untuk membuat poster harus

singkat, padat, menarik, dan persuasif (bersifat mengajak). Fungsi Poster Poster

bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Isi poster dapat

bertujuan untuk memberikan informasi, memberikan anjuran, memberikan

larangan, memberikan peringatan.

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

30

1) Karakteristik Poster:

a. Dapat menjangkau khalayak sasaran heterogen.

b. Mempunyai frekuensi tinggi sehingga dapat dilihat berkali-kali.

c. Cepat memperoleh perhatian.

d. Adanya kesatuan yang harmonis antara unsur-unsur penyusunan poster

seperti unsur teks verbal headline, bodycopy, caption (keterangan gambar),

unsur rupa / visualnya (ilustrasi/elemen disain).

e. Memberikan kejutan sehingga menarik perhatian, bisa dicapai dengan

kontras warna, ilustrasi, bentuk huruf dan komposisi.

2) Prinsip Desain poster:

a. Keseimbangan/ Balencing, keseimbangan merupakan prinsip dalam

komposisi yang menghindari kesan berat sebelah atas suatu bidang atau

ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa. Ada dua jenis keseimbangan

tata letak desain yang bisa diterapkan: desain simetris/ formal dan tidak

simetris/ asimetris/ non-formal.

b. Alur Baca/ Movement, alur baca yang diatur secara sistematis oleh

desainer untuk mengarahkan “mata pembaca” dalam menelusuri informasi,

dari satu bagian ke bagian yang lain.

c. Penekanan/ Emphasis, penekanan bisa dicapai dengan membuat judul atau

illustrasi yang jauh lebih menonjol dari elemen desain lain berdasarkan

urutan prioritas.

d. Kesatuan/ Unity, beberapa bagian dalam poster harus digabung atau

dipisah sedemikian rupa menjadi kelompok-kelompok informasi. Misalnya

nama gedung tempat acara berlangsung harus dekat dengan teks alamat.

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

31

e. Kesan/ Specific Appeal, poster dirancang untuk keperluan khusus

berdasarkan suatu tema. Hal ini untuk memberikan “kesan” suatu sentuhan

yang sesuai dengan produk, acara, atau layanan.

3) Secara Sederhana Poster Terbagi Menjadi 3 Jenis Yaitu :

a. Poster Niaga, berfungsi untuk menawarkan barang atau jasa tertentu.

b. Poster Kegiatan, poster kegiatan yaitu poster yang berisi kegiatan atau

kejadian penting yang akan dilaksanakan. Misalnya, poster konser musik,

pameran lukisan, perlombaan, pertandingan, atau pementasan drama.

c. Poster Layanan Masyarakat, poster layanan masyarakat yaitu poster yang

berisi pesan, informasi, dan penjelasan yang tujuannya untuk menyadarkan

masyarakat tentang suatu hal yang mengangkat kepentingan bersama.

Misalnya, poster lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Puskesmaseprints.umm.ac.id/35052/3/jiptummpp-gdl-novaliaeka-47866-3-babii.pdf · berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

32

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5: Kerangka Konsep

Sumber Belajar Biologi

Pengumpulan Pemusnahan/Pembuangan akhir

KepMenkes RI No.1428/Menkes/SK/

XII/2006

Sampah Padat

Sampah Cair

Sampah Gas

Kegiatan Puskesmas

Sampah Puskesmas

Sampah Domestik

Sampah Medis

Sistem Managemen Lingkungan Puskesmas

Sistem Managemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Puskesmas

Wawancara dan Observasi

Data Sekunder Data Primer

Telaah Dokumen