bab ii well completion
TRANSCRIPT
BAB II
WELL COMPLETION
2.1. DASAR TEORI
Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka
sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi
bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi
sumur demikian dikenal dengan istilah Well Completion.
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu :
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi
(production casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.
3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.
2.1.1. Metoda Well Completion.
Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu :
Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan
antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu :
1) Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif
terbuka).
2) Cased-hole completion atau perforated completion (komplesi sumur
dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).
3) Sand exclussion completion (problem kepasiran).
Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan
pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi metoda
natural flow dan artificial lift.
Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan
tubing head.
2.1.1.1. Open-hole Completion
Pada metoda ini, pipa selubung produksi hanya dipasang hingga di atas zone
produktif ( zona produktif terbuka). Metoda komplesi ini diterapkan jika formasi
produktif kompak, dan keuntungannya adalah didapatkan lubang sumur secara
maksimum, kerusakan/skin akibat perforasi dapat dieliminir, mudah dipasang
screen, liner, gravel packing dan mudah diperdalam apabila diperlukan. Kerugian
metoda ini adalah sulit menempatkan casing produksi pada horison yang tepat
diatas zona produktif, sukarnya pengontrolan bila produksi air atau gas
berlebihan dan sukarnya menentukan zona stimulasi.
2.1.1.2. Conventional Perforated Completion
Pada tipe komplesi ini, casing produksi disemen hingga zona produktif,
kemudian dilakukan perforasi. Komplesi ini sangat umum dipakai, terutama
apabila formasi perlu penahan atau pada formasi yang kurang kompak.
Keuntungan metoda ini, produksi air atau gas yang berlebihan mudah
dikontrol, stimulasi mudah dilakukan, mudah dilakukan penyesuaian untuk
konfigurasi multiple completion jika diperlukan. Kerugian metoda ini, diperlukan
biaya untuk perforasi dan kerusakan (damage) akibat perforasi.
2.1.1.3. Sand Exclusion Types.
Akibat telepasnya pasir dari formasi dan terproduksi bersama fluida, dapat
menyebabkan abrasi pada alat-alat produksi dan kerugian lain, maka untuk
mengatasi adanya kepasiran diperlukan cara pencegahan pada sistem
komplesinya, yaitu dengan menggunakan :
1. Slotted atau screen liner.
2. Menutup permukaan formasi dengan gravel dan ditahan dengan screen
(gravel) packing system.
2.1.1.3.1. Slotted atau Screen Liner.
Cara ini dapat diterapkan baik pada open-hole maupun cased-hole, yaitu dengan
menempatkan slot atau screen didepan formasi. Terdapat tiga bentuk/macam
screen :
a. Horizontal slotted screen.
b. Vertical slotted screen.
c. Wire wrapped screen.
Untuk pemasangan liner, mud cake harus dibersihkan terlebih dahulu dari
zona produktif untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging) dengan
menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida komplesinya atau dengan air
garam.
2.1.1.3.2. Gravel Packing
Gravel pack juga dapat dikerjakan baik pada open hole maupun pada cased
hole completion. Metoda ini dilakukan baik untuk memperbaiki kegagalan screen
liner maupun sebagai metoda komplesi yang dipilih.
Sebelum menempatkan gravel, lubang harus dibersihkan sehingga ruang/gua
untuk menempatkan gravel dapat dibuat, kemudian memasukkan screen liner dan
pompakan gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua di muka formasi
produktif, dengan demikian pasir akan tertahan oleh gravel sehingga fluida
produksi bebas dari pasir.
2.1.2. Perforasi
Pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi
komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi
dapat mengalir ke dalam sumur, disebut perforasi.
2.1.2.1. Perforator
Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua
tipe perforator :
a. Bullet/Gun perforator.
b. Shape charge/Jet perforator.
2.1.2.1.1. Bullet/Gun perforator
Komponen utama dari bullet perforator meliputi :
a. Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke
dalam alat.
b. Gun barrel. Badan gun dimana disekrupkan dan untuk menempatkan
sumbu (ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasarnya,
untuk memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai
karena terbakarnya powder.
c. Electric Wire : kawat listrik yang meneruskan arus untuk
pengontrolan pembakaran powder charge.
d. Gun body terdiri dari silinder panjang terbuat dari besi yang
dilengkapi dengan suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah
gun/susunan gun ditempatkan dengan interval tertentu dan diturunkan
kedalam sumur dengan menggunakan kawat ( electric wire-line cable)
dimana kerja gun dikontrol dari permukaan melalui wireline untuk
melepaskan peluru (penembakan) baik secara sendiri maupun serentak.
2.1.2.1.2. Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya gaya
powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk
powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat
menembus casing, semen, dan formasi.
2.1.2.2. Kondisi Kerja Perforasi
2.1.2.2.1. Conventional Overbalance
Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol
oleh fluida/lumpur komplesi atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik
lumpur (Ph) lebih besar dibandingkan tekanan formasi (Pf), sehingga
memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan perlengkapan sumur
lainnya.
Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada :
a. Komplesi multizona.
b. Komplesi gravel-pack (cased-hole).
c. Komplesi dengan menggunakan liner.
d. Komplesi pada casing intermidiate.
Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :
a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat
reaksi antara lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan
formasi.
b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan.
c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.
d. Clean-up sukar dilakukan.
2.1.2.2.2. Underbalance
Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur
komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok
digunakan untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik
dibandingkan overbalance, karena :
a. Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik : dari formasi
ke sumur, sehingga hancuran hasil perforasi (debris) dapat segera
terangkat keluar dan tidak menyumbat hasil perforasi.
b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi
antara lumpur dengan mineral batuan.
c. Clean-up lebih cepat dan efektif.
2.1.2.3. Teknik/Cara Perforasi
Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik
perforasi, yaitu :
a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation).
b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation).
2.1.2.3.1. Wireline Conveyed Perforation
Pada sistem ini gun diturunkan ke dalam sumur dengan menggunakan
wireline (kawat listrik).
a. Wireline conveyed perforation
Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi
dengan teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah
perforasi dan menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih tetap
terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.
b. Wireline conveyed tubing gun
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-mastree dan
tubing string, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi.
Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance dan untuk operasi ini,
umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan lubricator (alat
kontrol tekanan) atau snubbing unit.
2.1.2.3.2. Tubing Conveyed Perforator (TCP).
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung tail-
pipe yang diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing string. Setelah
pemasangan X-mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan
menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing-head
yang ditempatkan di bagian atas perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada
kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun
dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).
2.1.3. Swabbing
Swabbing adalah pengisapan fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi
pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat
mengalir masuk kedalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan. Ada
2 sistem pengisapan fluida yang berbeda pada sumur sebelum diproduksikan,
yaitu :
1. Penurunan densitas cairan.
Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari
fluida yang berada di sumur, sehingga densitas lumpur baru akan
memperkecil tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi
aliran dari formasi menuju sumur produksi selanjutnya ke permukaan.
2. Penurunan kolom cairan.
Seperti halnya penurunan densitas, untuk tujuan menurunkan tekanan
hidrostatik fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat
dilakukan dengan dua cara :
a. Pengisapan
Dengan memasukkan karet penghisap (swabb-cup) yang berdiameter
persis sama dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menari swab-
cup keatas, maka tekanan dibawah swab-cup menjadi kecil sehingga
akan terjadi surge dari bawah yang akan mengakibatkan aliran.
b. Timba
Timba dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba diturunkan,
katup pada ujung membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup.
Dengan cara ini, maka suatu saat tekanan formasiakan melebihitekanan
hidrostatik kolom lumpur.
2.2. DESKRIPSI ALAT
2.2.1. - Nama Alat : Casing 11 3/8”
- Fungsi : ● Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh
fluida formasi dan tekanan-tekanan di sekitarnya.
Melindungi lubang bor dari keguguran
Memisahkan formasi produktif satu dengan yang
lainnya
Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta
mempermudah operasi produksi nantinya
- Mekanisme : Casing dipasang mulai dari permukaan yang disebut
dengan conductor casing. Lalu memasang surface
casing, intermediate casing dan yang terakhir pada zona
formasi produktif adalah production casing, dimana
semakin dalam diameter casing semakin kecil.
Gambar 2.1. Casing 11 3/8”
(http://www.bridgat.com/oil_well_casing_tubing_with_api_5ct-o64910.html)
- Spesifikasi :
Tabel II-1. Spesifikasi Casing 11 3/8”
Casing
Size
OD (in)
Casing
coupling
OD (in)
Nominal
Weight
(lbs/ft)
Inside
Diameter
ID (in)
API
Drift ID
(in)
Roller
cone bit
size OD
(in)
Fixed
Cutter
bit size
OD (in)
11-3/4 12.750 42.00 11.084 10.928 10-5/8 10-5/8
11.750 12.750 47.00 11.000 10.884 10-5/8 10-5/8
12.750 54.00 10.880 10.724 10-5/8 10-5/8
12.750 60.00 10.772 10.616 9-7/8 9-7/8
2.2.2. - Nama Alat : Liner
- Fungsi : Menjaga stabilitas lubang bor di
subsurface, selain itu biasanya
dipasangkan dengan screen untuk
menanggulangi problem kepasiran.
- Mekanisme : Dengan menempatkan liner didepan formasi. Terlebih
dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan (plugging).
Gambar 2.2. Liner
(http://www.qualitystoves.co.uk/images/liner.png)
- Spesifikasi :
Tabel II-2. Spesifikasi Liner
SizePipe OD-
in
Weight Threads
ends
Liner
(lb/ft) OD-in
¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842
¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742
1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957
1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38
1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61
2.2.3. - Nama Alat : Screen
- Fungsi : Mencegah ikut terproduksinya butiran pasir bersamaan
dengan fluida hidrokarbon dari formasi produktif
kedalam lubang sumur
- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi. Terlebih
dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan (plugging).
Jenis-jenis screen :
Horizontal Slotted Screen
Vertical Slotted Screen
Wire Wrapped Screen
Screen memiliki outside diameter yang sama dengan
inside diameter tubing, sehingga ketika dimasukkan
kedalam tubing akan membutuhkan tenaga dorongan
yang relatif cukup besar.
Gambar 2.3. Conventional Screen
(www.jlfiberservices.com/images/Screen-
Cylinder-Purple_sm.gif)
- Spesifikasi :
Table II-3. Spesifikasi Conventional Screen
Base Pipe
OD
(inch)
Base pipe
Weight (lb/ft)
Perforations
Size
(inch)
Perforations
Hole
(per ft)
Screen OD
(inch)
2.375 4.60 3/8” 48 3.24
2.875 6.40 3/8” 48 3.74
3.500 9.20 3/8” 60 4.35
4.000 9.50 3/8” 60 4.86
4.500 11.60 3/8” 72 5.40
5.000 15.00 3/8” 72 5.90
5.500 17.00 3/8” 84 6.40
6.625 24.00 3/8” 84 7.53
7.000 23.00 3/8” 96 7.93
2.2.4. - Nama Alat : Expandable Screen
- Fungsi : 1. Mengatasi adanya masalah kepasiran pada komplesi
sumur.
2. Menyaring fluida formasi yang masuk ke dalam
formasi.
- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi.Terlebih
dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan (plugging). Dengan
menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida
komplesi atau dengan menggunakan air garam.
Expandable screen memiliki outside diameter yang
lebih kecil dari inside diameter tubing, sehingga akan
lebih mudah untuk dimasukkan. Kemudian nantinya
dengan alat tertentu screen ini akan mengembang
sehingga outside diameter akan sama dengan inside
diameter tubing. Expandable Screen biasanya
digunakan pada sumur horizontal dengan kondisi
underbalance.
Gambar 2.4. Expandable Screen
(http://images.pennnet.com/articles/os/thm/
th_122070.jpg)
- Spesifikasi :
Tabel II-4. Spesifikasi Expandable Screen
SizePipe OD-
in
Weight Threads
ends
Line Approx.
ship.wt
(lbs/ft)(lb/ft) OD-in
¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842 1.7
¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742 2.9
1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957 3.6
1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38 4.5
1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61 5.2
2 1/16 2.063 3.25 19 EU IRD 1.751 6
3 ½ 3.5 9.2 NU 10 RD 2.992 10
4 ½ 4.5 9.5 NU 10 RD 4.09 12.9
5 5 13 SHT CSG 4.494 14.3
6 5/8 6.625 14 SHT CSG 5.921 19.3
2.2.5. - Nama Alat : Gravel Pack
- Fungsi : 1. Mengatasi masalah kepasiran.
2. Memperbaiki kegagalan screen liner.
- Mekanisme : Sebelum menempatkan gravel, lubang dibersihkan
sehingga ruang atau gua untuk menempatkan gravel
dapat dibuat. Masukkan screen liner dan pompakan
gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua dimuka
formasi produktif sehingga pasir akan tertahan dan
fluida produksi bebas dari pasir.
Gambar 2.5. Gravel Pack
(http:// api_11b_polish_rod_and.html)
- Spesifikasi :
Tabel II-5. Spesifikasi Gravel Pack
Size Thread
B×P
Maximum
OD
(in./mm)
Fishing
OD
(in./mm)
Minimum
ID
(in./mm)
Maximum
Shear Value
(lb/kg)
Model
SS4 4-
in.
Stroke
Model
SS12
12-in.
Stroke
2-
3/8
EU 8rd 3.10 78.74 2.89 73.40 1.98 50.29 43,500
19,731
918220 918243
NU
10rd
918251 918246
2-
7/8
EU 8rd 3.71 94.23 3.55 90.17 2.43 61.72 43,500
19,731
1125211 1125682
NU
10rd
1125446 1126786
3-
1/2
EU 8rd 4.55
115.57
4.30
109.22
2.98 75.69 63,600
28,848
1125135 1127046
NU
10rd
1126839 1127048
4 NU 8rd 4.80
121.92
4.80
121.92
3.46 87.88 63,600
28,848
1151965 1151986
4-
1/2
LTC 5.46
138.68
5.05
128.27
3.91 99.31 63,600
28,848
1152219 1152208
5 LTC 5.88
149.35
5.55
140.97
4.26
108.20
63,600
28,848
1312307 1291447
5-
1/2
LTC 6.05
153.67
6.05
153.67
4.67
118.62
63,600
28,848
1312324 1291458
2.2.6. - Nama Alat : Coiled Tubing
- Fungsi : 1. Pembersihan sumur dan kickoff
2. Drill Stem Test
3. Media untuk injeksi fluida untuk stimulasi
4. Untuk memisahkan zona produksi pada squeeze
cementing.
- Mekanisme : Penggunaan CT untuk operasi pemboran
menggantikan drill pipe konvensional
didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang
lebih besar (>1 in.), sehingga memungkinkan untuk
meneruskan hydraulic horsepower ke downhole
motor melalui fluida pernboran untuk memutar pahat
dan sekaligus membersihkan lubang bor.
- Spesifikasi :
Gambar 2.6. Coiled Tubing
(http://www.slb.com)
Coiled Tubing
Tabel II-6. Spesifikasi Coiled tubing
Maximum Operating Pressure Temp
11/16-in. (17.46-mm) to 15/16-in.
(23.81-mm) CHC
5,000 PSI (34,500 kPa) 250°F (121°C)
1-in. (25.40-mm) to 1 1/4-in.
(31.75-mm) CHC
6,000 PSI (41,368 kPa) 275°F (135°C)
1 3/8-in. (34.93-mm) to 6 3/8-in.
(161.93-mm) CHC
7,500 PSI (51,710 kPa) 275°F (135°C)
2.2.7 - Nama Alat : Bullet/Gun Perforator
- Fungsi : Di gunakan untuk melubangi casing produksi sehingga
memberikan ruang untuk mengalirkan fluida dari formasi
ke lubang bor.
- Mekanisme : Tenaga yang dihasilkan oleh bullet untuk melubangi
casing dapat dikontrol dari permukaan juga dapat di
setting sesuai dengan suhu yang diperlukan di bawah
permukaan. Komponen dari bullet yaitu :
Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak
masuk ke dalam alat.
Gun barrel.
Badan gun dimana barrel diskrupkan dan untuk
menempatkan sumbu (ignitor) dan propellant
(peluru) dengan shear disk didasarnya, untuk
memegang bullet ditempatnya sampai tekanan
maksimum dicapai karena terbakarnya powder.
Electric wire : kawat listrik yang meneruskan arus
unutuk mengontrol pembakaran powder charge.
- Spesifikasi :
Gambar 2.7. Bullet Perforated
(cnpc.com.cn)
Tabel II-7. Spesifikasi Bullet/Gun Perforator
Distance 6”
Mesh Range 0, 10-0, 500
Max Saw Dia 4 ½
Saw ID 4 ½
Casing size Up to 20’ max
2.2.8. - Nama Alat : Jet Perforator
- Fungsi : Sebagai pembuat lubang menembus casing sehingga
terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam
sumur.
- Mekanisme : Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun
perforator. Powder yang eksplosif diarahkan oleh
bentuk powder chargernya menjadi suatu arus yang
berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing,
semen dan formasi.
Gambar 2.8. Jet Perforator
(www.tdtoolsinc.comindex_filesPage324.htm)
- Spesifikasi :
Tabel II-8. Spesifikasi Jet Perforator
Capacity16 Spindles, straight & undercut
machines. Slot center to center
Distance 6”
Mesh Range 0, 10-0, 500
Max Saw Dia 4 ½
Saw ID 4 ½
Casing size Up to 20’ max
2.2.9. - Nama Alat : Hydraulic Perforator
- Fungsi : Untuk melubangi casing, tubing, dan formasi agar
terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke
lubang sumur.
- Mekanisme : Tenaga pendorong menggunakan udara yang
termampatkan. Prinsip kerjanya mirip dengan
accumulator di sistem BOP yakni hidrolis akibat efek
dari liquid dan udara yang termampatkan. Tenaga
yang dibutuhkan untuk melubangi steel casing setebal
0,450 inch(maksimum) adalah 80 -90 psi
Gambar 2.9. Hydraulic Perforator
(http://www.americawestdrillingsupply.com/
products2/AirPerforators.as)
- Spesifikasi :
Tabel II-9. Spesifikasi Hydraulic Perforator
- ---------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
- Range 50 m 100 m 150 m 200 m 250 m 300 m 350
m 400 m 450 m 500 m
- ---------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
- 50 m Zero X +2,3 +1,8 -2,1 -9,4 -20,5 -35,9 -
56,3 -82,2 -113,6
- 100 m Zero -1,2 X -1,7 -6,8 -15,3 -27,5 -44,1 -
65,7 -92,7 -125,3
- 150 m Zero -0,6 +1,2 X -4,4 -12,4 -24,0 -40,0 -
61,0 -87,5 -119,5
- 200 m Zero +0,5 +3,4 +3,3 X -6,9 -17,4 -32,3 -
52,2 -77,5 -108,4
- 250 m Zero +1,9 +6,1 +7,4 +5,5 X -9,2 -22,7 -
41,2 -65,2 -94,7
- 300 m Zero +3,4 +9,2 +12,0 +11,6 +7,6 X -12,0
-29,0 -51,5 -79,5
- 350 m Zero +5,1 +12,6 +17,1 +18,4 +16,2 +10,3 X
-15,3 -36,1 -62,4
- 400 m Zero +7,0 +16,4 +22,9 +26,1 +25,8 +21,8
+13,4 X -18,8 -43,2
- 450 m Zero +9,1 +20,6 +29,2 +34,5 +36,2 +34,3
+28,0 +16,7 X -22,3
- 500 m Zero +11,4 +25,1 +35,9 +43,4 +47,4 +47,7
+43,7 +34,6 +20,1 X
Tabel II-9. Spesifikasi Hydraulic Perforator (lanjutan)
- ---------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
- 219 m PB Zero +1,0 +4,4 +4,8 +2,0 -4,4 -14,4 -28,8
-48,2 -73,1 -103,5
- ---------------------------------------------------------------------------------------
----------------------
- Velocity m/s 958,5 916,1 875,1 835,4 796,4 754,5
713,7 674,3 636,1 599,1
- Energy Joule 4138,7 3781,3 3450,5 3144,2 2857,7 2564,4
2294,9 2048,5 1823,0 1617,0
- Deflection cm 0,6 2,1 4,7 8,6 13,8 20,2 28,3
38,3 50,2 63,7
- Correction MOA/m/s 0,086 0,158 0,240 0,332 0,426 0,518
0,621 0,737 0,858 0,980
- Time s 0,051 0,104 0,160 0,219 0,280 0,345 0,412
0,485 0,561 0,641
2.2.10. - Nama Alat : Swab Cup
- Fungsi : Untuk menghisap fluida sumur/fluida komplesi
setelah perforasi dilakukan, sehingga fluida produksi
dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur
dan kemudian diproduksikan ke permukaan.
- Mekanisme : Ukuran yang sama dengan diamater dalam tubing
ketika dinaikk-turunkan akan menyebabkan
perubahan tekanan. Ketika swab cup ditarik kearah
atas menjauhi dasar sumur maka akan menimbukan
ruang kosong yang tekanannya lebih rendah dari
tekanan formasi(ruang vakum). Akibat tekanan yang
lebih rendah tersebut maka fluida reservoir mulai
mengalir ke dalam dasar sumur.
Gambar 2.10. Swab Cup
(www.dewriteservice_swab.ca)
Spesifikasi :
Tabel II-10. Spesifikasi Swab Cup
Norma
l
Casing
Size
(inch)
Weight
(lb/ft)
STANDART
I.D
(inch)
Capacit
y
(Bbl per
1000 ft)
Type 'J' Type 'JS'
Part
No.
O.D.
(inch)
I.D.
(inch)
Part
No.
O.D.
(inch)
I.D.
(inch)
4 1/2
9.5 4.090 16.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435
11.6 4.000 15.5 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435
12.6 3.958 15.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435
13.5 3.920 14.9 - - - - - -
4 3/4 16.0 4.082 16.2 45597 4.060 2.435 - - -
5 1/2
13.0 5.044 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435
14.0 5.012 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435
15.0 4.974 24.0 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435
15.5 4.950 23.8 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435
17.0 4.892 23.2 52384 4.838 2.435 - - -
20.0 4.778 22.2 52384 4.838 2.435 - - -
5 3/4 22.5 4.990 24.2 45829 4.950 2.435 - - -
717.0 6.538 41.5 45831 6.520 2.435 - - -
20.0 6.456 40.5 45831 6.520 2.435 - - -
2.3. PEMBAHASAN
Suatu sumur pemboran siap untuk dikomplesi apabila pemboran telah
mencapai formasi produktif. Komplesi ini bertujuan untuk memproduksikan
hidrokarbon ke permukaan. Adapun tipe komplesi itu terutama tergantung pada
karakteristik dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi di atasnya
dan di bawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metode produksi.
Setelah pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi, kemudian
dilakukan perforasi. Perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing dan
semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Umumnya
penggunaan bullet perforator dapat digunakan pada sumur dengan temperatur
tinggi hingga 400 0 F.
Untuk melakukan perforasi, digunakan 2 macam alat, yaitu Bullet /Gun
Perforator, dan Jet Perforator. Pada formasi yang sangat kompak, Gun Perforator
sangat cocok digunakan dari pada Jet Perforator, karena Bullet Perforator
menggunakan propellant (peluru), tetapi hal ini sangat besar kemungkinannya
mengakibatkan kerusakan formasi. Dibandingkan dengan Jet Perforator, alat ini
menggunakan Powder Charge berkekuatan tinggi, sehingga kemungkinan
kerusakan formasi sangat kecil, tetapi pada tahap perforasi menggunakan alat ini
sangat susah mengatur interval perforasinya. Dengan demikian, masing – masing
alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing tergantung
keperluan.
Jika perforasi telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah swabbing.
Alat Swabbing yaitu swab-cup rubber dimasukkan ke dalam tubing. Saat swab-
cup ditarik ke atas, maka tekanan di bawah swab-cup menjadi kecil sehingga akan
terjadi surgedari bawah yang akan mengakibatkan aliran. Swabbing perlu
dilakukan agar fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam
sumur.
2.4. KESIMPULAN
1. Tahapan dari operasi pemboran setelah mencapai target formasi
produktif adalah komplesi sumur (well completion) di mana bertujuan
untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan.
Adapun tahapan dari komplesi sumur meliputi :
a. Tahap pemasangan serta penyemenan production casing.
b. Tahap perforasi serta pemasangan pipa liner
c. Tahap penimbaan (swabbing) sumur setelah perforasi pada kondisi
overbalance dilakukan, dengan tujuan agar fluida produksi dari
formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan selanjutnya
diproduksikan ke permukaan.
2. Klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa factor
yaitu :
a. Down hole completion atau formation completion.
Dibagi atas tiga metode, yaitu :
Open-hole completion
Cased-hole completion atau perforated completion
Sand exclussion completion
b. Tubing completion
c. Well-head completion
3. Perforasi merupakan pembuatan lubang menembus casing dan semen
sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur.
Perforasi dapat dilakukan dengan perforator yang dapat dibedakan atas :
a. Bullet/Gun perforator
b. Shape Charge/Jet Perforator
4. Swabbing adalah pengisapan fluida sumur /fluida komplesi setelah
perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi
dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan kemudian
diproduksikan ke permukaan.