bab iii anatomi dan histologi organ reproduksi

Upload: yanthiehardianty

Post on 16-Feb-2018

570 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    1/43

    ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSIMUNCAK JANTAN

    Abst rak

    Informasi dasar mengenai aspek anatomi dan histologi organ reproduksimuncak (Muntiacus muntjak muntjak)hingga saat ini belum pernah dilaporkan.Data morfologi, morfometri, struktur histologi, dan histomorfometri organreproduksi muncak yang diperoleh pada penelitian ini dapat menjelaskan fungsisetiap organ pada saat berlangsungnya aktivitas reproduksi selama periodepertumbuhan ranggah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggaliinformasi mengenai karakteristik anatomi dan histologi organ reproduksi muncakjantan pada periode ranggah keras. Seekor muncak jantan dewasa yang diberikode #1, berumur 4-5 tahun dengan bobot badan 19 kg terlebih dahulu di-exanguinasi untuk memperoleh organ reproduksi yang meliputi testis, duktusepididimidis, duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan penis yang diamatisecara makroskopis dan mikroskopis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwaorgan reproduksi muncak jantan memiliki sepasang testis yang relatif kecil

    dengan lingkar testis berikut skrotum 15.98 cm, dan bobot 18.82 g. Karakteristiklainnya adalah kelenjar prostat tidak teramati secara makroskopis, kelenjarbulbouretralis berukuran besar, serta penis berukuran relatif panjang membentukfleksura sigmoidea dan glans penis berukuran kecil dengan bagian dorsal yangcembung. Panjang penis tanpa preputium adalah 23.37 cm, sedangkan panjangprosesus uretralisnya hanya 0.22 cm. Secara histologi, struktur pars diseminataprostat ditemukan disekeliling uretra pars pelvina. Tebal lapis epitel kaput,korpus dan kauda epididimidis berturut-turut adalah 62.21 4.21 m, 49.53 3.01 m, dan 16.30 2.27 m. Perbedaan ketebalan lapis epitel tersebutberhubungan dengan fungsi penyerapan, pematangan dan penyimpananspermatozoa. Tipe kelenjar tubuloalveolar ditemukan pada ampula, kelenjarvesikularis dan pars diseminata prostat, sedangkan tipe kelenjar tubularditemukan pada kelenjar bulbouretralis. Dapat disimpulkan bahwa secara umum

    morfologi organ reproduksimuncak jantan mirip dengan ruminansia kecil lainnyaseperti kambing dan domba, serta rusa timor dan pampas deer pada perioderanggah keras, namun morfometrinya berbeda.

    Kata kunci: anatomi dan histologi, organ reproduksi jantan, muncak

    Abst ract

    Information concerning the aspect of anatomy and histology ofreproductive organ in adult male muntjak (Muntiacus muntjak muntjak) are

    important to be understood where those information are not reported yet. Data ofmorphology, morphometry, histology, and histomorfometri of each organsubsequently can explain their function in relationship to the reproductiveactivities during of antler growth period. Therefore, the objective of this study wasto investigate the characteristic of anatomy and histology of reproductive organsin male muntjak during hard antler period. An adult male muntjak (#1), aged 4-5years old and 19 kg of bodyweight was used in this study. After exanguinationprocedure, all of reproductive organs that consist of testis, ductus epididymidis,ductus deferen, accessory sex glands, and penis were observed macroscopically

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    2/43

    30

    and microscopically. The result showed that muntjak had small testis with scrotalcircumference and it weight were 15.98 cm and 18.82 g Other characteristicswere unappeared of prostate gland macroscopically, conspicuous ofbulbourethral gland, and long penis with sigmoid flexure and small gland peniswith convex shape in it dorsal region. The length of penis included of urethralprocessus were 23.37 cm and 0.22 cm. Histologicaly, pars disseminate prostategland was observed around of urethra pelvina. Aditionally, the thickness ofepithelial lining of caput, corpus, and cauda epididymidis were 62.21 4.21 m,49.53 3.01 m, and 16.30 2.27 m respectivelly. The differentiation ofepithelial thickness correlated to their function in fluid absorption, maturation andsperm storage. In addition tubuloalveolar glands were found in the ampullae,vesicular gland, and also in pars disseminate prostate gland, whereas tubularglands were found in bulbourthral gland. In conclusion, the morphology ofreproductive organs of adult male muntjak in hard antler period are somewhatsimilar to the other small ruminants, e.g. goat and ram, and also other cervids,e.g. timor deer and pampas deer during hard antler period but it differed inmorphometry.

    Keywords: anatomy and histology, male reproductive organs, muntjak

    Pendahuluan

    Organ reproduksi jantan mamalia terdiri atas testis, duktus epididimidis,

    duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin: ampula, kelenjar vesikularis, prostat

    dan bulbouretralis, serta penis. Testis memiliki fungsi gametogenesis dan

    steroidogenesis. Fungsi gametogenesis dikenal dengan spermatogenesis,

    bertujuan untuk menghasilkan spermatozoa, sedangkan fungsi steroidogenesis

    bertujuan untuk mensintesis hormon steroid jantan yaitu testosteron

    (Weinbauer et al. 2010). Spermatozoa yang berada di lumen tubuli seminiferi

    testis ditransfer oleh rete testis ke duktus eferen, dan selanjutnya memasuki

    kaput, korpus dan kauda epididimidis. Ketiga bagian duktus epididimidis memiliki

    fungsi spesifik dalam proses pematangan dan penyimpanan spermatozoa

    sebelum disalurkan melalui duktus deferens menuju ampula dan uretra (Wrobel

    dan Bregmann 2006). Sebelum diejakulasikan melewati uretra, spermatozoa

    terlebih dahulu bergabung dengan plasma semen yang dihasilkan oleh kelenjar

    asesoris. Sebagai organ kopulasi, penis berfungsi sebagai organ untuk

    menyalurkan semen ke saluran reproduksi betina (Senger 2005).

    Kelenjar asesoris meliputi ampula, kelenjar vesikularis, kelenjar prostat dan

    kelenjar bulbouretralis (Colville dan Bassert 2002). Keberadaan kelenjar asesoris

    tersebut adalah spesies spesifik. Tidak semua spesies memiliki keempat kelenjar

    tersebut, demikian pula dengan morfologi kelenjar yang juga berbeda.

    Perbedaan morfologi dan morfometri juga diperlihatkan oleh penis. Pada

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    3/43

    31

    umumnya, penis ruminansia termasuk Cervidae bertipe fibroelastik dengan

    fleksura sigmoidea di bagian korpus penis. Namun pada mamalia lainnya seperti

    kuda, memiliki penis bertipe muskulo-kavernosus. Variasi morfologi organ

    reproduksi jantan secara makroskopis tersebut tentu saja diikuti dengan adanya

    variasi secara mikroskopis.

    Cervidae jantan dengan pola reproduksi musiman (seasonal),

    memperlihatkan perubahan morfologi dan morfometri pada organ reproduksinya,

    baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Perubahan tersebut dipengaruhi

    oleh faktor lingkungan seperti intensitas pencahayaan (photoperiod) dan

    ketersediaan pakan di alam. Akibatnya pada periode tertentu, aktivitas

    reproduksi Cervidae berhenti secara temporer bersamaan dengan turunnya

    konsentrasi testosteron di sirkulasi darah. Kondisi tersebut berkorelasi erat

    dengan morfometri dan morfofungsi organ reproduksinya, seperti yangdilaporkan pada red deer, Cervus elaphus (Lincoln 1985); fallow deer, Dama

    dama (Asher and Peterson 1991); roe deer, Capreolus capreolus (Sempere

    1990), korean water deer, Hydropotes inermis argyropus (Shon dan

    Kimura 2012). Namun demikian, seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap

    perubahan morfometri dan morfofungsi organ reproduksi pada muncak jantan

    belum dilaporkan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari anatomi dan histologi

    organ reproduksi muncak jantan mulai dari testis, duktus epididimidis, duktus

    deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan penis. Adapun kegiatan yang dilakukan

    pada penelitian ini meliputi: 1) pengamatan morfologi dan morfometri organ

    reproduksi muncak jantan secara makroskopis, dan 2) pengamatan histologi dan

    histomorfometri organ reproduksi muncak jantan secara mikroskopis. Data

    anatomi dan histologi organ reproduksi muncak yang diperoleh pada penelitian

    ini selanjutnya dikomparasikan dengan data organ reproduksi ruminansia kecil

    lainnya seperti domba, serta beberapa spesies Cervidae seperti rusa timor,

    kancil, pampas deer, dan reeves muntjak. Manfaat dari penelitian ini adalah

    untuk memberikan informasi dasar mengenai anatomi dan struktur histologi

    organ reproduksi muncak jantan yang dapat digunakan sebagai data pendukung

    pada penelitian berikutnya.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    4/43

    32

    Bahan dan Metode

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian

    Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan

    Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini

    dimulai dari bulan Januari sampai Desember 2009.

    Hewan Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan seekor muncak jantan dewasa normal

    dengan kode #1 dan telah memiliki ranggah keras, berumur antara 4-5 tahun

    dengan berat badan 19 kg. Muncak tersebut secara klinis dinyatakan sehat dan

    telah memperlihatkan aktivitas reproduksi. Muncak diperoleh dari Kabupaten

    Cilacap, Jawa Tengah, dengan ijin tangkap berdasarkan Surat Keputusan

    Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 23/Menhut-II/2011.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan meliputi: anastetikum xylazin HCl 2% (Seton)

    dan ketamin HCl 10% (Ketamil), NaCl fisiologis, paraformaldehid 4%, alkohol

    dengan konsentrasi bertingkat (70, 80, 90, 95% dan absolut), silol, parafin,

    akuades, pewarna hematoksilin-eosin (HE) dan bahan perekat Entelan.

    Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah: spuit ukuran 5 ml, scalpel,

    kateter, arteri klem, pinset, gunting, wadah penyimpan jaringan, tissue cassette,

    micro calliper digital(mm), pita ukur (cm), cawan petri, gelas objek dan penutup,

    inkubator 37OC, inkubator parafin, blok kayu, bunsen, mikrotom, penangas air,

    hot plate, termometer, mikroskop (Olympus CH30, Japan) dan kamera digital

    (Sony Cyber-shot DSC-W30 dan Canon Power Shot A540).

    Metode Penelitian

    Orientasi eksternal testis dan epididimis yang masih terbungkus skrotum

    diamati sebelum muncak di-exanguinasi. Pengamatan dilakukan saat muncak

    berada pada posisi berdiri sehingga testis dan skrotum terlihat jelas dan

    selanjutnya didokumentasikan. Hasil pemotretan dibandingkan dengan orientasi

    testis dan epididimis pada beberapa ruminansia dan mamalia lainnya.

    Data anatomi dan morfometri organ reproduksi muncak jantan secara

    makroskopis dan mikroskopis diperoleh setelah muncak di-exanguinasi. Muncak

    terlebih dahulu dianastesi dengan kombinasi anastetikum xylazin HCl dan

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    5/43

    33

    ketamin HCl dengan dosis masing-masing 1 mg/kg berat badan. Prosedur

    exanguinasi dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dari arteri Carotis

    communisdan diperfusi dengan mengalirkan larutan paraformaldehid 4% melalui

    arteri yang sama. Pengambilan organ reproduksi jantan dilakukan secara

    laparotomi medianus di daerah inguinal.

    Morfologi dan morfometri organ reproduks i muncak

    Organ reproduksi muncak jantan yang digunakan pada tahap ini

    merupakan organ yang telah difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4%.

    Parameter pengamatan terhadap morfologi dan morfometri secara makroskopis,

    meliputi ukuran panjang, lebar, dan berat setiap bagian organ reproduksi, yaitu

    testis berikut duktus epididimidis, duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan

    penis. Organ reproduksi dipreparir untuk memisahkan testis dan duktus

    epididimidis dari skrotum, hingga seluruh bagian duktus deferens, ampula,

    kelenjar asesoris kelamin (kelenjar vesikularis, kelenjar bulbouretralis), dan penis

    dipisahkan dari tubuh. Selanjutnya dilakukan pengukuran organ reproduksi

    muncak jantan yang meliputi panjang, lebar dan ketebalan. Penimbangan organ

    reproduksi dilakukan setelah masing-masing bagian organ reproduksi

    dipisahkan, sehingga diperoleh testis berikut duktus epididimidis, duktus

    deferens, kelenjar asesoris kelamin (ampula, kelenjar vesikularis dan kelenjar

    bulbouretralis) dan penis. Prosedur pengukuran organ reproduksi diuraikan

    sebagai berikut:Skrotum

    Lingkar skrotum berikut testis diukur dengan cara melingkarkan pita ukur

    pada lingkaran terbesar dari skrotum.

    Testis

    Pengukuran dilakukan setelah testis dipisahkan dari skrotum. Panjang

    testis diukur dengan cara menempatkan pita ukur dari ekstremitas kapitata ke

    ekstremitas kaudata. Diameter testis diukur pada bagian terbesar dari testis,

    yaitu dari margo epididimalis ke margo liber testis. Bobot testis beserta

    epididimidis ditimbang dengan meletakkan testis dexter et sinister beserta

    epididimis dalam cawan petri yang telah diletakkan di atas timbangan digital

    bersatuan gram (g).

    Duktus epididimidis

    Pengukuran dilakukan terhadap kaput, korpus, dan kauda epididimidis

    yang masih melekat pada testis. Panjang kaput diukur menggunakan benang

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    6/43

    34

    pada bagian proksimal ekstremitas kapitata (awal kaput) hingga bagian

    menyempit yang berbatasan dengan korpus epididimidis; panjang korpus diukur

    dari bagian distal kaput epididimidis hingga bagian distal ekstremitas kaudata,

    sedangkan panjang kauda diukur dari distal ekstremitas kaudata sampai ujung

    distal kauda epididimidis. Lebar kaput, korpus, dan kauda epididimidis juga

    diukur pada masing-masing bagian terlebar menggunakan mikrokaliper.

    Kelenjar asesoris kelamin

    Panjang ampula dexter et sinister diukur mulai dari pembesaran duktus

    deferens hingga bagian kaudal yang berbatasan dengan kelenjar vesikularis.

    Panjang kelenjar vesikularis dexter et sinisterdiukur dari bagian kauda ampula

    sampai ujung kranial kelenjar vesikularis. Kelenjar bulbouretralis diukur dari

    kranial ke kaudal kelenjar tersebut yang berada di proksimal muskulus

    bulbospongiosus. Pengukuran bobot sepasang ampula, kelenjar vesikularis, dankelenjar bulbouretralis ditimbang dengan menempatkan masing-masing kelenjar

    di atas cawan petri yang diletakkan di atas timbangan digital.

    Penis

    Pengukuran panjang total penis dimulai dari radiks penis hingga ke ujung

    bebas penis. Pengukuran panjang juga dilakukan pada bagian-bagian penis

    seperti glans penis dan prosesus uretralis. Diameter penis diukur pada bagian

    yang terbesar dari penis. Pengukuran diameter juga dilakukan pada glans penis

    dan prosesus uretralis.

    Histologi organ reproduksi muncak

    Pengamatan struktur histologi organ reproduksi muncak dilakukan secara

    mikroskopis terhadap jaringan testis, kelenjar asesoris kelamin dan penis.

    Jaringan testis dan duktus epididimidis yang masih menempel dengan testis

    dipotong menjadi beberapa bagian kecil berukuran 0.5 cm2. Untuk kelenjar

    asesoris, sampel yang diambil mengikuti besar kecilnya organ tersebut yang

    disayat secara transversal. Sampel penis diambil pada bagian korpus penis.

    Untuk mengetahui posisi kelenjar prostat diambil jaringan pada bagian uretra

    pars pelvina antara ujung kaudal testis dan kranial kelenjar bulbouretralis. Proses

    pembuatan preparat histologi (Kiernan 1990) meliputi tahapan sebagai berikut:

    fiksasi jaringan dengan larutan paraformaldehid 4%

    perendaman dalam larutan alkohol 70% sebagai stopping point

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    7/43

    35

    dehidrasi jaringan dalam larutan alkohol konsentrasi bertingkat (70%,

    80%, 90%, 95% dan absolut) dan clearingatau penjernihan dalam larutan

    silol dengan tiga kali ulangan

    infiltrasi di dalam parafin cair dengan tiga kali ulangan, dilanjutkan dengan

    penanaman jaringan (embedding)dalam parafin

    pembuatan blok parafin, sectioning dan pewarnaan dengan pewarna HE.

    Pengamatan mikroskopis meliputi struktur histologi umum jaringan testis

    dan duktus epididimidis bagian kaput, korpus dan kauda epididimidis; duktus

    deferens; kelenjar asesoris kelamin: ampula, kelenjar vesikularis; bagian uretra

    pars pelvina untuk mengetahui posisi pars diseminata prostat, dan kelenjar

    bulbouretralis; serta organ kopulatoris (penis). Pengukuran dilakukan untuk

    mendapatkan data histomorfometri testis dan duktus epididimidis. Parameterhistomorfometri testis meliputi: lebar tubuli seminiferi dan lumen, serta ketebalan

    lapisan sel epitel germinal (diukur dari membran basal sampai adluminal tubuli

    seminiferi testis). Parameter pengukuran duktus epididimis meliputi: lebar duktus

    dan lumen, serta ketebalan lapisan epitel tanpa stereosilia pada kaput, korpus

    dan kauda epididimidis (Arrighi et al. 2010).

    Pengamatan dan pengukuran histomorfometri tubuli seminiferi dan ketiga

    bagian duktus epididimis dilakukan terhadap potongan transversal dari 30 tubuli

    seminiferi testis, dan dari 10 duktus epididimidis pada masing-masing bagian

    (kaput, korpus dan kauda). Pengamatan dan pengukuran menggunakan

    mikroskop cahaya serta skala mikrometer dengan perbesaran lensa objektif

    10 kali. Seluruh parameter diukur menggunakan program Image J (Mc Master

    Biophotonic Facility).

    Analisis Data

    Analisis data anatomi makroskopis dan mikroskopis organ reproduksi

    muncak jantan dilakukan secara deskriptif, sedangkan data morfometri dan

    histomorfometri organ reproduksi ditabulasikan dalam bentuk rataan

    simpangan baku (SB).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    8/43

    36

    Gambar 10 Bagan alir disain penelitian I: anatomi dan histologi organ reproduksi muncakjantan.

    Muncak Jantan#1

    Exanguinasi

    Anatomi Makroskopis

    Anatomi Mikroskopis

    Pengamatan orientasieksternal testis dan duktus

    epididimidis

    Organ Reproduksi JantanTestis dan skrotum, saluran reproduksi,

    kelenjar asesoris kelamin dan penis

    Pengukuran: panjang, lebar /diameter, lingkar, dan bobot

    Struktur histologiPewarnaan HE

    Data

    Pengamatan danPemotretan

    Pengamatan dan pemotretan

    Data

    Preparat histologi (3-4 m)

    Pengamatan dan pemotretan

    Data

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    9/43

    Orientasi E

    Seca

    pubis dan

    Pada posis

    dorso-ventr

    Kauda epidi

    korpus epid

    skrotum ad

    periode per

    estis keny

    (RV). Perb

    (Handarini

    pada rumin

    dengan kud

    skrotum te

    (Toelihere 1

    Gambar 11

    Morfologi d

    Organ

    estis dexte

    deferens, d

    esikularis,

    (Gambar 12

    ksternal Te

    ra makrosk

    erada di a

    i berdiri, o

    d (Gamba

    dimidis dex

    idimidis tida

    alah simetri

    umbuhan r

    l, dan sedi

    edaan ko

    006). Orie

    ansia lain

    a, babi, anji

    letak di k

    981).

    Orientasi ekdorso-ventra(2), kauda e

    an Morfom

    reproduksi

    et sinister;

    n uretra, 3)

    dan kelenj

    ). Testis ter

    Hasil d

    stis dan Sk

    pis, testis

    tara paha

    rientasi eks

    11), tera

    er et sinist

    k dapat dia

    s dengan

    nggahnya.

    kit lunak p

    sistensi te

    tasi ekster

    ya, seperti

    ng, dan kuci

    udal paha

    ternal testisd. Sketsa mididimidis de

    etri Organ

    muncak j

    2) saluran r

    kelenjar-ke

    r bulboure

    bungkus ku

    an Pemba

    rotum

    dan skrotu

    bagian me

    ternal orga

    ati pada b

    ryang berb

    mati. Posis

    onsistensi

    Pada perio

    da periode

    rsebut jug

    al testis da

    sapi, dom

    ing. Pada k

    dan kaud

    muncak. Tesmperlihatka

    xter(3). Skal

    Reproduks

    ntan terdiri

    eproduksi

    lenjar ases

    tralis, serta

    lit skrotum

    hasan

    muncak

    dial dengan

    n tersebut

    agian ventr

    entuk bulat,

    i testis dext

    ang berva

    e ranggah

    casting (

    a dilapork

    n skrotum

    a dan kam

    empat spe

    o-ventral d

    tis mengganposisi testis

    a: 1 cm.

    i Muncak J

    atas 1) s

    eliputi dukt

    ris kelamin

    4) organ

    an berada

    erletak di

    bentuk bul

    menggantu

    l testis da

    sedangkan

    er et sinist

    iasi bergan

    keras (RK)

    ) dan rang

    n pada r

    uncak ter

    bing, namu

    ies terakhir

    ari arcus

    ung secarasinister(1),

    ntan

    pasang go

    s epididimi

    yaitu ampu

    opulatoris

    i luar ruan

    37

    aerah pre

    at lonjong.

    ng secara

    n skrotum.

    kaput dan

    rdi dalam

    tung pada

    onsistensi

    gah velvet

    usa timor

    ebut mirip

    n berbeda

    , testis dan

    ischiadicus

    ertikal atauestis dexter

    nad, yaitu:

    dis, duktus

    la, kelenjar

    atau penis

    abdomen

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    10/43

    38

    serta

    media

    defere

    buluh

    funiku

    secar

    sedan

    denga

    itu, dit

    ventra

    organ

    pamp(Fran

    kecil

    Morfo

    komp

    disajik

    Gamb

    menggantu

    l testis dext

    ns. Pada

    darah (arte

    lus sperma

    makrosko

    gkan kelen

    n fleksura

    emukan mu

    l dari kelenj

    Secara um

    reproduksi

    s deerson et al.

    ibandingka

    etri organ

    ratif organ

    an Tabel 3.

    r 12 Anatokorpusduktussigmoiglanskelenja

    ng secara

    er et siniste

    agian pro

    i dan vena)

    ikus. Kelen

    is, terdiri a

    ar prostat

    igmoidea y

    skulus retra

    ar bulbouret

    m, morfolo

    ruminansia

    (Ungerfeld2009). Mor

    domba da

    reproduksi

    reproduksi j

    i organ reprepididimidis

    deferens (6),ea (9), korpenis (13),

    r vesikularis (

    vertikal de

    r,berjalan d

    simal testi

    , serta syar

    jar asesori

    as ampula,

    idak teram

    ng jelas di

    ktor penis d

    ralis.

    gi organ re

    jantan lai

    et al.fometri org

    n rusa timo

    muncak dit

    ntan antar

    duksi munc(3), kaputmuskulus re

    us penis (10retra pars

    16), ampula

    ngan posis

    uktus epidi

    , duktus d

    f di bagian

    kelamin

    kelenjar ve

    ati. Penis

    amati pada

    an muskulu

    produksi

    nya sepert

    2008),n reprodu

    , tetapi lebi

    mpilkan pa

    muncak, d

    k jantan. Kpididimidistraktor penis), preputiumpelvina (14)(17), vesika

    i dorso-ve

    imidis dan

    eferens be

    proksimal t

    uncak yan

    sikularis, da

    muncak be

    bagian korp

    s bulbospon

    uncak jant

    i rusa timo

    sapi, kasi muncak

    besar diba

    da Tabel 2,

    omba, rusa

    uda epididi4), funikulus(7), radiks(11), prose

    , kelenjar brinaria (18).

    trad. Pada

    sebagian d

    gabung de

    stis memb

    g dapat di

    n bulbouret

    rtipe fibroel

    us penis. S

    giosus di ka

    n mirip de

    r (Nalley 2

    bing, dberukuran

    ndingkan k

    , dan morfo

    timor dan k

    idis (1), testi spermatikuenis (8), flesus uretralisulbouretralis

    kala: 1 cm.

    sisi

    ktus

    ngan

    ntuk

    mati

    ralis,

    lastik

    elain

    udo-

    ngan

    006),

    mbalebih

    ncil.

    metri

    ncil.

    s (2),(5),

    ksura(12),(15),

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    11/43

    39

    Tabel 2 Morfometri organ reproduksi muncak jantan pada periode ranggah kerassetelah difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4%

    Organ reproduksi

    Parameter pengukuran

    Panjang

    (cm)

    Diameter

    (cm)

    Lingkar

    (cm)

    Tebal

    (cm)

    Bobot

    (g)

    Testis 18.82

    Dexter 4.99 2.60 - - -

    Sinister 5.02 2.31 - - -

    Rataan 5.01 2.45 - - -

    Skrotum dan testis - - 15.98 - -

    Kaput epididimidis

    Dexter 1.92 1.36 - - -

    Sinister 1.60 1.25 - - -

    Rataan 1.76 1.31 - - -

    Korpus epididimidis

    Dexter 4.22 0.41 - - -

    Sinister 3.85 0.33 - - -

    Rataan 4.03 0.37 - - -

    Kauda epididimidis

    Dexter 1.44 0.81 - - -

    Sinister 1.32 0.60 - - -

    Rataan 1.38 0.7 - - -

    Duktus deferens

    Dexter 9.99 - - - -

    Sinister 10.05 - - - -

    Rataan 10.02 - - - -

    Ampula

    Dexter 3.64 - - 0.44 -

    Sinister 3.56 - - 0.39 -

    Rataan 3.6 - - 0.41 1.45Kelenjar vesikularis

    Dexter 2.35 - - 0.67 -

    Sinister 2.15 - - 0.61 -

    Rataan 2.25 - - 0.64 2.06

    Kelenjar bulbouretralis

    Dexter 1.66 - - 0.74 -

    Sinister 1.56 - - 0.68 -

    Rataan 1.61 - - 0.71 2.39

    Penis (total) 30.50 - - - -

    Penis tanpa preputium 23.38 - - - -

    Glans penis 0.91 0.34 - - -

    Prosesus uretralis 0.23 0.11 - - -1Bobot testis dan duktus epididimidis tanpa skrotum

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    12/43

    40

    Tabel 3 Perbandingan morfometri organ reproduksi jantan antara muncak,domba, rusa timor, dan kancil.

    Organ Reproduksi Jantan Muncak1

    Domba2

    Rusa timor3

    Kancil4

    Testis

    Panjang (cm) 5.01 7.5-11.5 7.85-8.55 0.94-1.52Diameter (cm) 2.45 3.5-6.8 3.24-4.06 0.62-1.01

    Bobot (g) 18.82 250-300 102.16-114.06 0.64-0.98

    Lingkar skrotum (cm) 15.98 - 19.3-21.12 -

    Duktus epididimidis

    Panjang (cm) 7.17 - 15.48 - 16.31 -

    Duktus deferens

    Panjang (cm) 10.02 24.0 45.15-45.24 -

    Ampula

    Panjang (cm) 3.60 7.0 7.01-7.49 1.44-2.02

    Tebal (cm) 0.41 - - 0.2

    Bobot (g) 1.45 - - 0.06-0.08Kelenjar vesikularis

    Panjang (cm) 2.25 4.0 4.39-4.67 1.45-2.14

    Tebal (cm) 0.64 1.5 - 0.46-0.68

    Bobot (g) 2.06 5 - 0.2-0.38

    Bulbouretralis

    Lebar (cm) 1.61 - - 0.72-0.92

    Tebal (cm) 0.71 1.0 - 0.46-0.63

    Bobot (g) 2.39 3 - 0.82-0.9

    Penis

    Panjang total (cm) 30.50 35 40.28-46.22 12.75-15.707

    Panjang tanpa preputium (cm) 23.37 - 26.2-43.8 4.792-6.874

    Glans penis

    Panjang (cm) 0.91 5.0-7.5 - 0.42-0.46

    Diameter (cm) 0.34 - -

    Prosesus uretralis

    Panjang (cm) 0.22 3.0-4.0 - -

    Diameter (cm) 0.11 - -

    Sumber1Muncak penelitian,

    2Toelihere (1981),

    3Nalley (2006),

    4Najamudin (2010).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    13/43

    41

    Testis

    Morfologi dan morfometri

    Testis muncak berbentuk oval yang dilindungi oleh skrotum pada bagian

    luarnya (Gambar 11). Skrotum terdiri atas dua kantong (lobus) yang

    membungkus testis dexter et sinister. Lapisan skrotum dari superfisial ke

    profundal terdiri atas: 1) kulit, 2) tunika dartos, 3) fasia skrotalis, dan 4) tunika

    vaginalis lamina parietalis yang juga membungkus duktus epididimidis dan

    duktus deferens. Di profundal tunika vaginalis lamina perietalis terdapat kapsula

    pembungkus testis, yaitu tunika vaginalis lamina viseralis yang berhubungan erat

    dengan tunika albuginea. Tunika albuginea tersusun atas jaringan ikat dan

    serabut otot polos yang berhubungan langsung dengan jaringan parenkim testis.

    Penjuluran tunika albuginea ke jaringan parenkim testis membentuk mediastinum

    testis (Wrobel dan Bergmann 2006).Rataan ukuran testis dexter et sinistermuncak yang meliputi panjang, dan

    lebar, serta lingkar skrotum setelah difiksasi berturut-turut adalah: 5.01 cm,

    2.45 cm dan 15.98 cm dengan bobot 18.82 g. Rataan lebar testis muncak

    (2.45 cm) lebih kecil dibandingkan lebar testis rusa timor 3.24 - 4.07 cm

    (Nalley 2006), tetapi lebih besar dari pada testis kancil 0.63-1.01 cm

    (Najamudin 2010). Menurut Toelihere (1981), perbedaan ukuran organ

    reproduksi, terutama testis, berhubungan erat dengan produksi spermatozoa.

    Bobot testis muncak (18.82 g) jauh lebih ringan dibandingkan bobot testis

    domba (250 - 300 g). Ukuran testis muncak tersebut hanya sekitar 0.1 % dari

    bobot badannya. Akan tetapi bobot testis muncak lebih berat dibandingkan

    reeves muntjak(Muntiacus reevesi), yaitu8.87 - 9.51 g yang diukur pada tahap

    ranggah keras (Chapman dan Harris 1991). Menurut Chapman dan Harris

    (1991), rataan bobot testis muncak dewasa saat ranggah keras berkorelasi

    dengan bobot badan, sedangkan umur tidak berpengaruh secara signifikan pada

    bobot testis saat ranggah keras.

    Ukuran panjang testis berkorelasi dengan lebar, lingkar skrotum, dan bobot

    testis. Lingkar skrotum muncak (15.98 cm) pada tahap ranggah keras lebih kecil

    dari pada lingkar skrotum domba garut (30.68 - 34.04 cm) (Rizal 2004) dan rusa

    timor (19.3 - 21.12 cm) (Nalley 2006).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    14/43

    42

    Gamba

    Histol

    tubuli

    penyu

    basal

    merup

    endok

    pemb

    epitel

    meng

    sperm

    terkait

    jaring

    dapat

    3) sp

    antara

    Sper

    Hasil

    Menu

    sperm

    memb

    denga

    kecil d

    r 13 Morfolotestissperma

    ogi dan hi

    Struktur h

    seminiferi y

    sun tubuli s

    tubuli, sel

    akan kum

    rin (Aughey

    ntukan sp

    germinal.

    asilkan sp

    iasis dalam

    dengan p

    n interstisi

    Keberada

    diamati d

    rmatid (Ga

    sel Sertoli,

    atogonia m

    pembelaha

    ut Wrobel

    atogonia be

    ran basal

    n anak inti

    engan inti b

    gi testis da(2), korpustikus (5), duk

    tomorfom

    istologi testi

    ang dipisa

    eminiferi bil

    l Sertoli d

    ulan kele

    dan Frye

    ermatozoa

    roses difer

    ermatid ya

    bentuk spe

    roduksi ho

    l testis (Au

    n sel-sel s

    ngan jela

    mbar 15).

    memiliki in

    embelah se

    n spermato

    dan Berg

    rukuran ter

    tubuli semi

    (nukleoli)

    ulat yang b

    duktus epiepididimidi

    tus deferens

    tri

    s muncak s

    kan oleh j

    a diamati p

    an sel-sel

    jar tubular

    001). Fung

    (spermatog

    ensiasi dan

    ng dilepas

    rmatozoa (

    mon andro

    hey dan Fr

    permatogen

    , yaitu: 1)

    permatogo

    ti sel bergra

    cara mitosi

    gonia B a

    ann (200

    esar denga

    niferi. Inti

    ang meno

    risi partikel

    didimidis m (3), kapu(6). Skala: 1

    ecara domi

    ringan inte

    ada sayata

    spermatog

    yang me

    si eksokrin

    enesis) ya

    maturasi

    kan ke lu

    osenfeld 2

    gen yang

    e 2001).

    ik pada tub

    spermato

    nia terletak

    nul kromati

    menghasil

    alah sper

    ), sperma

    n bagian m

    sel sperma

    jol. Sperm

    kromatin.

    ncak. Kaudt epididimidcm.

    an ditempa

    rstisial. Ad

    melintang,

    enik (Gam

    miliki fung

    testis berh

    g berlang

    el-sel epite

    en tubuli

    007). Fung

    berlangsun

    uli seminife

    onia, 2) s

    di membra

    n dengan u

    kan sperma

    atosit tah

    ogonia A

    embran sel

    togonia A

    atogonia B

    epididimidiis (4), funi

    ti oleh kum

    tiga komp

    yaitu: me

    ar 14).

    i eksokrin

    bungan de

    ung di la

    l germinal

    melalui pr

    i endokrin

    di sel L

    ri testis mu

    permatosit,

    n basal tub

    kuran berva

    ogonia A d

    p prelepto

    merupakan

    menempel

    berwarna

    berukuran

    (1),kulus

    ulan

    onen

    bran

    estis

    dan

    ngan

    isan

    akan

    oses

    estis

    ydig

    ncak

    dan

    uli di

    riasi.

    n B.

    tene.

    tipe

    pada

    ucat

    lebih

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    15/43

    43

    Gambar 14 Struktur histologi testis muncak jantan pada periode ranggah keras.A. Beberapa tubuli seminiferi (TS) testis muncak yang dipisahkan olehjaringan interstisial (JI); jaringan parenkim testis dibungkus oleh tunikaalbugenia (TA). B. Inset A: Sel epitel germinal tubuli seminiferi testis (SG)memperlihatkan perkembangan mulai dari membran basal (Mb) sampailumen (L). Buluh darah (Bd), buluh kapiler (Kp), dan jaringan ikat longgar

    (JIL) ditemukan di sekitar TS. Pewarnaan HE. Skala: 100 m (A);50 m (B).

    Pada lapisan berikutnya terdapat spermatosit dengan jumlah yang lebih

    banyak dan ukuran sel yang lebih besar dibandingkan spermatogonia.

    Spermatosit primer selanjutnya berdiferensiasi menjadi spermatosit sekunder.

    Namun pada saat pengamatan, keberadaan spermatosit sekunder jarang

    ditemukan. Hal ini disebabkan proses diferensiasi spermatosit primer menjadi

    spermatosit sekunder berlangsung dalam waktu singkat (Dreef et al. 2007).

    Spermatosit primer ditemukan dalam jumlah besar dengan berbagaitahap pembelahan yang diidentifikasi berdasarkan karakteristik perubahan

    susunan kromatin (Tabel 4 dan Gambar 15). Tahap tersebut adalah

    preleptotene, leptotene, zygotene, pachytene, dan diplotene. Kromosom yang

    berbentuk rantai tipis merupakan ciri khas tahap preleptotene dan leptotene

    (Gambar 15A, 15E, 15F). Tahap zygotene ditandai dengan bergabungnya

    kromosom dan membentuk setengah lingkaran pada inti sel spermatosit primer

    (Gambar 15B, 15D). Lanjutan dari tahap zygotene adalah pachytene (Gambar

    15A, 15D). Tahap ini paling banyak ditemukan pada tubuli seminiferi testis

    muncak dan mudah diidentifikasi. Inti sel berukuran besar dan didominasi

    dengan kromosom yang merata pada seluruh inti, sehingga sitoplasmanya tidak

    teramati dengan jelas. Tahap berikutnya adalah diplotene (Gambar 15D) yang

    jarang ditemukan. Karakteristik tahap ini adalah posisi inti sel yang menepi di

    pinggir membran sitoplasma. Posisi tersebut memperlihatkan sitoplasma yang

    bersifat eosinofilik. Tahap diplotene merupakan tahap akhir perubuhan kromatin

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    16/43

    44

    inti sel spermatosit primer yang selanjutnya akan memasuki pembelahan meiosis

    untuk menghasilkan spermatosit sekunder dan spermatid.

    Sel berikutnya adalah spermatid berbentuk bulat (round spermatid) dan

    berbentuk lonjong (elongated spermatid) dengan struktur kromatin padat yang

    terwarnai lebih gelap dibandingkan inti sel lainnya. Pada lumen tubuli terdapat

    spermatozoa non motil dan infertil, bercampur dengan substansi yang dihasilkan

    oleh sel Sertoli. Substansi tersebut seperti: glikoprotein, gliserofosforil kolin,

    androgen binding protein (ABP) dan inhibin (Wrobel dan Bregmann 2006).

    Proses diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa dapat diamati dengan jelas

    melalui pewarnaan periodic-acid Schiff (PAS) yang bermanfaat untuk

    menentukan jumlah tahapan diferensiasi yang terjadi mulai dari round spermatid

    hingga menjadi elongated spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa

    (Nakai et al. 2004; Dreef et al.2007).

    Sitoplasma sel Sertoli atau sustentacular cellsdapat diamati diantara sel-

    sel epitel germinal, mulai dari membran basal sampai mendekati lumen tubuli

    dengan jumlah lebih sedikit. Sitoplasma sel Sertoli yang eosinofilik jarang

    ditemukan pada pengamatan, kecuali pada tahap tertentu dari tahapan epitel

    tubuli seminiferi. Bentuk sitoplasma sel ini tidak beraturan, dan secara

    mikroskopis terlihat memanjang di antara sel-sel germinal. Namun keberadaan

    inti sel lebih mudah diamati dengan bentuk oval dan berwarna lebih pucat

    dibandingkan inti sel spermatogonia, spermatosit dan spermatid. Ciri khas inti sel

    ini adalah keberadaan nukleolus yang menonjol dan dapat dibedakan dengan inti

    spermatogonia A yang juga berinti pucat dan berdekatan dengan inti sel Sertoli.

    Fungsi utama sel Sertoli adalah sebagai sel pendukung berlangsungnya

    spermatogenesis dibawah kontrol testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig.

    Fungsi fagositosis terhadap sel germinal yang mengalami apoptosis juga terjadi

    pada sel Sertoli (Johnson 1991). Berbagai substansi penting dihasilkan oleh sel

    Sertoli, yaitu: inhibin, estrogen, estradiol-17, gonadokrinin, ABP, asam amino

    dan enzim, serta insulin-like growth factor1, 2 (IGF 1, IGF 2) (Pineda 2003).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    17/43

    45

    Gambar 15 Tipe sel epitel germinal tubuli seminiferi testis muncak (A-F). SpermatogoniaA (SgA); dan spermatogonia B (SgB); spermatosit primer :preleptotene(Pl);pachytene (P); zygotene (Z); leptotene (L); dan diplotene (D); pembelahanmeiosis (Me); spermatosit sekunder (Sk) spermatid : round (R) danelongated (E); fase golgi (G); fase akrosom (A); dan fase maturasi (M);spermatozoa (Sz); sel Sertoli (Ss); sel Leydig (Lg); sel peritubular (Pt).Pewarnaan HE. Skala A- F: 30 m.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    18/43

    46

    Tabel 4 Karakteristik sel epitel germinal tubuli seminiferi muncak

    Tipe sel germinal Diskripsi Karakteristik

    Spermatogonia A

    (SgA)

    Terletak di membran basal, berinti pucat dengan

    sebagian besar sitoplasma tertutup inti

    Spermatogonia B

    (SgB)

    Terletak di membran basal dalam jumlah lebih

    banyak dibandingkan spermatogonia A, dan

    berinti gelap

    Spermatosit primer

    preleptotene(Pl)

    Merupakan hasil pembelahan spermatogonia B,

    terletak di lapis kedua setelah spermatogonia A

    dan B

    Spermatosit primer

    leptotene(L)

    Inti sel kecil dengan struktur kromatin membentuk

    untaian tipis yang mulai menyebar

    Spermatosit primer

    zygotene(Z)

    Inti sel mengumpul dan berbentuk setengah

    lingkaran (bulan sabit)

    Spermatosit primer

    pachytene(P)

    Inti sel berukuran besar dengan sebaran kromatin

    merata. Tahap spermatosit ini berada di antara

    spermatogonia dan spermatid

    Spermatosit primer

    diplotene (D)

    Berinti besar dan sitoplasma yang menonjol,

    terletak di antarapachytenedan spermatid

    Spermatosit

    sekunder (Sk)

    Hasil pembelahan meiosis, berukuran kecil dan

    sangat jarang ditemukan (berdiferensiasi cepat)

    Spermatid fase

    Golgi (G)

    Merupakan hasil diferensiasi spermatosit

    sekunder, sering dijumpai dalam jumlah besar

    Spermatid fase

    akrosom (A) awal

    Spermatid fase golgi yang mulai memanjang,

    memasuki fase akrosom, dan tersebar di atas

    lapisan spermatosit

    Spermatid fase

    akrosom (A)

    Spermatid dengan akrosom di proksimal, banyak

    ditemukan dan tersebar di antara spermatosit

    Spermatid fasematurasi (M)

    Spermatid mengalami maturasi, dan terletak diujung adluminal yang berhadapan dengan lumen

    tubuli seminiferi

    Spermatozoa (Sz) Dilepaskan dari adluminal ke lumen tubuli

    (spermiasis) seminiferi testis,dan banyak

    ditemukan di lumen tubuli

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    19/43

    47

    Sel lainnya yang dapat diamati adalah sel myoidperitubular yang terletak

    di lamina basalis tubuli seminiferi. Inti sel peritubular berbentuk lonjong dan pipih

    seperti inti sel otot polos. Jarak antar inti sel teratur di sepanjang lamina basalis

    tubuli seminiferi. Kontraksi sel tersebut mengakibatkan spermatozoa berpindah

    dari tubuli seminiferi menuju duktus epididimidis (Egger dan Witter 2009).

    Jaringan interstisial (inter tubuli seminiferi) merupakan jaringan ikat

    longgar dengan sel fibroblas dan sel fibrosit. Pada jaringan interstisial tersebut

    juga terdapat sel Leydig dan sel-sel endotel dinding buluh darah. Sel Leydig

    merupakan sel polimorf yang berkelompok di sekitar buluh darah, dengan inti sel

    berbentuk polihedral. Inti sel fibroblas dan fibrosit berbentuk lebih lonjong.

    Jaringan ikat longgar inter tubuli seminiferi testis muncak diduga tersusun atas

    serabut retikular yang sulit dibedakan dengan serabut kolagen pada pewarnaan

    histologi standar (HE). Tipe serabut retikular merupakan serabut kolagenindividual (kolagen tipe III) yang dilapisi oleh proteoglikan dan glikoprotein, yang

    dapat diidentifikasi dengan pewarnaan PAS, silver impregnations tertentu

    (Wrobel dan Bregmann 2006) dan pewarnaan histokimia lektin.

    Struktur histologi jaringan testis muncak pada periode ranggah keras

    secara umum mirip dengan struktur jaringan testis pada ruminansia lainnya,

    seperti kerbau (Arrighi et al. 2010); kambing (Frana et al. 1999); elds deer,

    Cervus eldi thamin (Monfort et al. 1993); dan rusa timor, Cervus timorensis

    (Handarini 2006; Moonjit dan Suwanpugdee 2007).

    Rataan diameter tubuli seminiferi testis dan lumennya yang diukur pada

    saat muncak berada pada periode ranggah keras, secara berurutan adalah

    adalah 176.60 7.06 m dan 84.53 6.91 m. Diameter tubuli seminiferi

    muncak pada periode ranggah keras lebih kecil dibandingkan diameter tubuli

    seminiferi beberapa spesies Cervidae pada periode ranggah yang sama.

    Diameter tubuli seminiferi rusa timor adalah: 271.12 9.7 m (Handarini 2006),

    red deer (Cervus elaphus): 180.0 8.5 m (Hochereau-de Reviers dan

    Lincoln 1978), tetapi lebih besar dibandingkan diameter tubuli seminiferi fallow

    deer(Dama dama), yaitu 143.1 m (Massanyi et al. 1999). Perbedaan diameter

    tubuli seminiferi antara muncak, rusa timor, dan red deer diduga berkaitan

    dengan perbedaan lingkar skrotum, volume testis, postur tubuh, dan bobot

    badan. Bobot rusa timor jantan berada pada kisaran 48.0-86.9 kg, dengan

    lingkar skrotum dan volume testis pada periode ranggah keras berturut-turut

    adalah: 20.21 0.91 cm dan 187.85 13.61 g (Handarini et al.2004), sedangkan

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    20/43

    48

    bobot badan red deer adalah 91.5-104.6 kg (Hochereau-de Reviers dan

    Lincoln 1978), namun ukuran lingkar skrotum dan volume testis tidak dilaporkan.

    Data tersebut memperlihatkan bobot kedua spesies rusa tersebut jauh di atas

    bobot muncak jantan dewasa (17.0-19.5 kg).

    Peningkatan diameter tubuli seminiferi dari periode ranggah velvet ke

    periode ranggah keras adalah 36.49% pada rusa timor (Handarini 2006), dan

    31.39% pada red deer(Hochereau-de Reviers dan Lincoln 1978). Data tersebut

    memperlihatkan bahwa perbedaan diameter tubuli pada Cervidaetersebut tidak

    hanya terjadi pada spesies yang hidup di wilayah beriklim sedang, tetapi

    dilaporkan pula pada rusa timor yang hidup di wilayah beriklim tropis. Perbedaan

    konsentrasi testosteron pada setiap periode ranggah merupakan faktor yang

    mempengaruhi aktivitas spermatogenesis di tubuli seminiferi testis. Akibatnya,

    terjadi perbedaan komponen sel germinal tubuli dan histomorfometri jaringantestis pada kedua periode ranggah tersebut (Loudon dan Curlewis 1988).

    Berbeda dengan Cervidae, diameter tubuli seminiferi testis ruminansia dengan

    pola reproduksi tidak bermusim seperti kambing kacang (153.33 10.07 m) dan

    domba lokal (155.93 14.17 m), tidak mengalami perubahan dengan produksi

    spermatozoa yang stabil sepanjang tahun (Noviana et al. 2000).

    Duktus Epididimidis

    Morfologi dan morfometri

    Duktus epididimidis merupakan saluran tunggal memanjang dan sangat

    berliku yang melekat erat dengan sisi medial testis dexter et sinister

    (Gambar 12). Duktus epididimidis muncak terbagi atas kaput di anterior testis,

    korpus di dorsal testis, dan kauda di posterior testis. Pembagian lain

    menyebutkan istilah intial segment yang merupakan perbatasan antara duktus

    eferen dan kaput epididimidis (Serre dan Robaire 1999). Namun pada penelitian

    ini bagian tersebut tidak digunakan, baik pada pengamatan morfologi maupun

    struktur histologi. Morfometri duktus epididimidis (kaput, korpus dan kauda)

    diperlihatkan pada Tabel 2. Rataan panjang kaput, korpus, dan kauda

    epididimidis dexter et sinister secara berurutan adalah: 1.76 cm, 4.03 cm, dan

    1.38 cm dengan panjang keseluruhan adalah 7.17 cm. Ukuran tersebut lebih

    pendek dibandingkan dengan ukuran panjang duktus epididimidis rusa timor

    yaitu 15.48-16.31 cm (Nalley 2006). Menurut Johnson (1991), ukuran duktus

    epididimidis pada jantan dewasa yang masih terbungkus skrotum adalah sekitar

    7-8 cm, namun bila direntangkan, panjangnya dapat mencapai 6 m. Kaput

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    21/43

    49

    epididimidis memiliki lipatan duktus terbanyak, diikuti korpus dan kauda

    epididimidis.

    Histologi dan histomorfometri

    Pada sayatan melintang, duktus epididimidis muncak dilapisi oleh epiteltipe silindris banyak baris (psedostratified columnar epithelium) yang dikelilingi

    oleh jaringan ikat longgar dan lapisan otot polos sirkular (Gambar 16). Lumen

    kaput epididimidis berisi spermatozoa yang berasal dari tubuli seminiferi dan

    duktus eferen. Beberapa tipe sel ditemukan dengan jelas pada lapisan epitelnya,

    yaitu: principle cells (PC) dengan stereosilia, sel basal di bagian membran basal

    dengan ukuran inti sel yang bervariasi, dan sel-sel limfosit diantara PC. Menurut

    Primiani et al. (2007), PC berstereosilia merupakan sel dengan populasi

    terbanyak dibandingkan tipe sel lainnya, hal ini juga diamati pada lapisan epitel

    duktus epididimidis muncak. Selain sel-sel tersebut masih ada beberapa tipe sellainnya, yaitu: sel halo, sel clear, sel apikal, monosit, dan makrofag

    (Ahmed et al.2009). Sel halo merupakan sel imun yang tergolong limfosit atau

    monosit (Serre dan Robaire, 1999). Namun pada pewarnaan HE yang digunakan

    pada penelitian ini, beberapa tipe sel tersebut sulit diidentifikasi, kecuali dengan

    metode pewarnaan menggunakan marker spesifik untuk tipe sel-sel imun, seperti

    markeruntuk limfosit T helperdan cytotoxic, dan limfosit B, selain itu dapat pula

    digunakan metode pewarnaan toluidine blue dan preparasi jaringan duktus

    epididimidis untuk diamati dengan transmission electron microscope (TEM)

    (Yeung et al. 1994; Ahmed et al.2009).

    Posisi inti PC pada kaput epididimidis muncak lebih mendekati sel basal

    yang terdapat di membran basal kaput. Beberapa ciri khas lainnya yang

    ditemukan pada kaput epididimidis, adalah: 1) ukuran stereosilia yang lebih

    panjang dibandingkan stereosilia pada korpus dan kauda epididimidis, 2) adanya

    sel-sel limfosit di intra epitel yang bermigrasi dari membran basal ke lumen, 3)

    spermatozoa masih bercampur dengan substansi yang berasal dari testis yang

    belum diserap oleh sel epitel duktus eferen dan kaput epididimidis

    (Gambar 15A, 15B).

    Korpus epididimidis juga dilapisi oleh tipe sel epitel yang sama dengan

    kaput epididimidis, namun posisi inti PC lebih mengarah ke bagian sentral

    sitoplasma sel dengan ukuran silia yang lebih pendek (Gambar 16C, 16D).

    Kemiripan lainnya dengan kaput epididimidis adalah masih ditemukannya

    limfosit, dengan jumlah yang lebih banyak, baik yang sedang bermigrasi,

    maupun yang bercampur dengan spermatozoa di lumen epididimidis. Di

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    22/43

    50

    sekeliling duktus ditemukan lapisan otot polos sirkular yang lebih tebal

    dibandingkan lapisan otot pada kaput epididimidis. Pada lumen korpus

    epididimidis, cairan yang berasal dari tubuli seminiferi testis dan duktus eferen

    yang ditransfer bersama spermatozoa menuju duktus epididimidis semakin

    berkurang. Hal ini menunjukkan, bahwa proses absorbsi cairan tersebut

    sebagian besar berlangsung di kaput epididimidis.

    Karakteristik yang ditemukan pada kauda epididimidis muncak adalah

    lapisan otot polos sirkular yang paling tebal dibandingkan lapisan otot pada

    bagian epididimis sebelumnya (Gambar 16E, 16F). Selain itu, ukuran sel utama

    dan stereosilianya lebih pendek serta masih ditemukannya sel makrofag, namun

    jumlahnya semakin berkurang. Lumen kauda epididimidis paling besar

    dibandingkan lumen kaput dan korpus epididimidis dan berisi spermatozoa motil

    dan fertil dalam jumlah besar yang disimpan sebelum disalurkan ke duktus

    deferens.

    Perbedaan struktur histologi yang diamati pada penelitian ini berkorelasi

    erat dengan fungsi dari masing-masing bagian duktus epididimidis sebagai organ

    penyalur, pematangan, dan penyimpanan spermatozoa. Saat melewati kaput

    dan korpus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan

    morfologi dan fungsi serta mengalami proses maturasi, sehingga saat mencapai

    kauda epididimidis, spermatozoa telah motil dan fertil (Wrobel dan

    Bregmann 2006). Keberadaan PC dengan jumlah terbesar di sepanjang duktus

    epididimidis, khususnya pada bagian kaput dan korpus, berperan pada proses

    absorpsi cairan yang berasal dari tubuli seminiferi testis, serta sintesis dan

    sekresi substansi yang diperlukan untuk maturasi spermatozoa (Cooper 1986).

    Proses absorpsi dan sekresi oleh PC berlangsung di bagian sel yang

    berhadapan dengan lumen, bagian lateral dan basal sel di antara ruang

    interselular. Ruang interselular tersebut berbatasan dengan ruang perivaskular

    dari kapiler subepitel (Kumar et al. 1982). Setelah melalui proses maturasi di

    bagian kaput dan korpus, spermatozoa disimpan di lumen kauda epididimidis

    dengan diameter terbesar dan lapisan epitel paling tipis. Struktur demikian

    sangat sesuai bagi kauda epididimidis sebagai saluran berbentuk kantong untuk

    menampung dan menyimpan spermatozoa dalam jumlah besar sebelum

    disalurkan ke duktus deferens menuju ampula.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    23/43

    51

    Gambar 16 Struktur histologi duktus epididimidis muncak (Muntiacus muntjak muntjak).A. Kaput epididimidis, C. korpus epididimidis, dan E. kauda epididimidis.B, D, dan F adalah inset dari A, C, dan E. Ketiga bagian duktus epididimidistersusun atas epitel silindris banyak baris (Ep) dengan stereosilia (Ss) dandikelilingi oleh serabut otot polos (Sm) dengan fibroblas (Fb) dan fibrosit (Fs),serta dipisahkan oleh jaringan ikat longgar (Jil). Pada lumen (L) duktusterdapat spermatozoa (Sz). Sel-sel epitel duktus: principle cells (Pc); sel

    apikal (Sa); sel basal (Bc) pada membrane basal (Mb); limfosit (Lm); dan selclear(Sc). Pewarnaan HE. Skala A, C, E: 100 m; B, D, F: 50 m.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    24/43

    52

    Perbedaan histomorfometri ketiga bagian duktus epididimidis muncak

    yang meliputi diameter duktus dan ketebalan lapisan epitel disajikan pada

    Tabel 5. Diameter terbesar duktus epididimis muncak yang diamati pada periode

    ranggah keras ditemukan pada kauda epididimidis, yaitu: 324.26 25.79 m.

    Ukuran ini lebih kecil dibandingkan diameter duktus epididimidis rusa timor

    (386.52 21.06 m) pada periode ranggah yang sama (Handarini 2006).

    Tabel 5 Morfometri duktus epididimidis muncak pada periode ranggah keras.

    Parameter Duktus epididimidis

    Kaput Korpus Kauda

    Diameter duktus (m) 269.56 1.88 202.09 8.36 324.26 25.79

    Tebal lapis epitel (m) 62.21 4.21 49.53 3.01 16.30 2.27

    Ketebalan epitel yang melapisi duktus epididimidis pada bagian kaput

    adalah 62.21 4.21 m. Ketebalan tersebut semakin berkurang pada korpus

    epididimidis, yaitu 49.53 3.01 m dan semakin menipis pada kauda

    epididimidis, yaitu 16.30 2.27 m. Perbedaan diameter duktus dan lumen

    epididimidis serta ketebalan lapis epitelnya juga dilaporkan pada kucing

    (Axner et al.1999), cane rat(Olukole dan Obayemi 2010), dan neotropical bats

    (Beguelini et al.2010). Secara kualitatif, kepadatan spermatozoa yang terdapat

    di lumen ketiga bagian epididimis juga bervariasi. Kepadatan spermatozoa

    tertinggi ditemukan pada kauda epididimidis, sedangkan terendah ditemukan dilumen kaput epididimidis. Namun parameter histomorfometri duktus epididimidis

    pada rusa timor yang dilaporkan Handarini (2006) hanya terbatas pada kauda

    epididimidis, sedangkan kedua bagian kaput dan korpus belum dilaporkan.

    Histomorfometri epididimis rusa timor menunjukkan perbedaan signifikan

    antara periode ranggah keras dan velvet. Diameter duktus kauda epididimidis

    rusa timor pada periode ranggah keras, adalah: 386.52 21.06 m, sedangkan

    periode ranggah velvetadalah 297.63 9.52 m, dengan peningkatan diameter

    sebesar 29.87% (Handarini, 2006). Diameter tersebut lebih besar 19.2%

    dibandingkan diameter kauda epididimidis muncak (324.26 25.79 m) pada

    periode ranggah yang sama. Perbedaan signifikan dari parameter

    histomorfometri epididimis juga dilaporkan pada mediteranian buffalosaat musim

    kawin dan sebaliknya (Arrighi et al. 2010). Pada Cervidae dan mamalia lain

    dengan pola reproduksi musiman, histomorfometri komponen duktus epididimidis

    memperlihatkan perubahan sesuai periode aktif reproduksinya. Perubahan yang

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    25/43

    53

    terjadi pada kedua periode ranggah tersebut disebabkan oleh perbedaan

    konsentrasi androgen (testosteron) dalam sirkulasi darah. Tingginya konsentrasi

    testosteron yang telah dikonversi oleh 5-reduktase menjadi DHT pada periode

    ranggah keras, mempengaruhi aktivitas duktus epididimidis yang ditandai

    dengan meningkatnya ukuran diameter kaput, korpus dan kauda epididimidis.

    Kondisi yang sama juga terjadi pada tubuli seminiferi testis tikus

    (Kolasa et al. 2004). Periode aktif reproduksi rusa timor juga ditandai dengan

    konsentrasi testosteron plasma yang tinggi, dan menurun drastis pada saat lepas

    ranggah dan ranggah velvet (Handarini dan Nalley 2008). Sejauh mana

    perbedaan histomorfometri komponen epididimis muncak pada periode ranggah

    keras dan ranggah velvetdapat diketahui dengan melakukan kajian yang sama

    pada saat muncak berada pada periode ranggah velvet.

    Duktus deferens

    Morfologi dan morfomteri

    Duktus deferens menghubungkan kauda epididimidis dengan bagian uretra

    pelvina. Secara makroskopis, duktus deferens muncak terdiri atas duktus

    deferens dexter et sinister,berjalan di sisi medial testis dan bergabung dengan

    buluh darah, dan syaraf membentuk funikulus spermatikus. Di anterior, duktus

    deferens dexter et sinister bermuara pada kolikulus seminalis, yaitu di bagian

    proksimal dari uretra pars pelvina. Bagian yang berbatasan dengan kolikulus

    seminalis melebar membentuk ampula dexter et sinister.

    Menurut Colville dan Bassert (2002), pada sebagian besar hewan, duktus

    deferens akan melebar sebelum bergabung dengan uretra yang disebut dengan

    ampula. Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa, duktus deferens

    meninggalkan kauda epididimidis melalui kanalis inguinalis yang merupakan

    bagian dari funikulus spermatikus dan pada cincin inguinal internal memutar ke

    kaudal, memisah dari buluh darah dan syaraf dari funikulus spermatikus.

    Selanjutnya duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian berjalan ke

    arah dorso-kaudalvesika urinaria, serta dalam lipatan peritoneum yang disebut

    lipatan urogenital (genital fold).

    Rataan panjang duktus deferens muncak adalah 10.02 cm (Tabel 2).

    Ukuran tersebut lebih pendek dibandingkan dengan ruminansia seperti domba

    (24.00 cm) (Toelihere 1981) dan Cervidae seperti rusa timor (45.16 - 45.24 cm)

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    26/43

    54

    (Nalley 2006). Duktus deferens berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa dari

    kauda epididimidis pada proses emisi dan ejakulasi (Constantinescu 2007).

    Struktur histologi

    Pada sayatan melintang, struktur histologi duktus deferens muncak darisuperfisial ke profundal terdiri atas: tunika serosa, tunika muskularis, lamina

    propria dan tunika mukosa yang mengelilingi lumen duktus (Gambar 17A, 17B).

    Tunika mukosa duktus deferens muncak membentuk lipatan-lipatan yang lebih

    pendek dibandingkan tunika mukosa pada uretra pars pelvina. Menurut Johnson

    (1991), lipatan-lipatan tersebut ditemukan di sepanjang duktus deferens dan

    dilapisi oleh epitel tipe silindris banyak baris, sama dengan jenis lapis epitel yang

    melapisi mukosa duktus epididimidis. Namun demikian, ukuran epitelnya lebih

    pendek dibandingkan epitel duktus epididimidis. Di bagian basal tunika mukosa

    (lamina propria) ditemukan jaringan ikat longgar yang kaya dengan fibroblas.

    Lapisan selanjutnya adalah tunika muskularis yang merupakan lapisan paling

    tebal. Tunika muskularis mengandung serabut otot polos sirkular di bagian dalam

    dan longitudinal di bagian luar. Lapisan terluar duktus deferens adalah tunika

    serosa. Pada lapisan ini banyak ditemukan buluh darah.

    Gambar 17 Duktus deferens muncak. A struktur umum dengan bagian tunika serosa(Ts) dengan buluh darah (Bd), tunika muskularis (Tm), lamina propria (Lp),lapisan epitel (Ep). B inset A memperlihatkan epitel silindris banyak barisdengan stereosilia (Ss), selpricipal (Pc), sel basal (Bc), lumen (L), membran

    basal (Mb), fibroblas (Fb), fibrosit (Fs), serabut otot polos (Sm), dan sekreta(Sk). Pewarnaan HE. Skala: 200 m (A), 50 m (B).

    Sel-sel utama atau principle cells (PC) merupakan sel dominan yang

    ditemukan pada lapisan epitel mukosa duktus deferens, dilengkapi dengan

    stereosilia bercabang dan lebih pendek dibandingkan stereosilia pada kauda

    epididimidis. Fungsi dari PC adalah sebagai aparatus endositosis, absorbsi

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    27/43

    cairan yan

    ersebut jug

    masih dite

    PC di bagia

    banyak dite

    2006). Bagi

    bervariasi p

    Kelenjar A

    Kelenj

    sepasang

    (Gambar 1

    asesoris ke

    (domba da

    morfometri

    secara mak

    abel 6). U

    dilakukan p

    uretra pars

    kranial dan

    Gambar 18

    Sek

    erbesar (6

    lumen uret

    selama eja

    Motilitas da

    melewati

    a dimiliki ol

    ukan sel b

    n membran

    mukan di

    an akhir du

    ada bebera

    esoris Kel

    ar asesoris

    kelenjar

    ); dan kel

    lamin pada

    kambing)

    yang berbe

    roskopis, sa

    ntuk meng

    engamatan

    pelvina ya

    kelenjar bul

    Morfologi kel(2), uretra pa

    esi kelenja

    -90%) dari

    a sebagai

    kulasi men

    n aktivitas

    duktus def

    eh PC dukt

    sal. Fungs

    basal duktu

    agian yang

    ktus defere

    a spesies

    min

    kelamin m

    esikularis,

    njar prost

    muncak

    dan Cervi

    da. Kelenja

    ma halnya

    tahui kebe

    secara mi

    ng terletak

    ouretralis d

    ejar asesorisrs pelvina (3)

    asesoris

    volume tot

    medium y

    ju organ r

    etabolik s

    rens, dan

    s epididimi

    i sel basal

    s (Orsi et al

    mendekati

    ns disebut

    ewan.

    ncak terdir

    dan se

    ta. Secara

    emiliki ke

    ae (rusa t

    r prostat ti

    dengan ka

    radaan kel

    kroskopis.

    diantara k

    i kaudal.

    kelamin mu, dan kelenja

    enghasilka

    al plasma.

    ng sesuai

    eproduksi

    ermatozoa

    sekresi ca

    dis. Pada

    iduga seba

    .2009). Ju

    i ampula (

    ampula den

    i atas sepa

    asang k

    makrosko

    iripan den

    imor dan k

    ak teramati

    bing dan d

    njar prosta

    engamata

    lenjar vesi

    cak. Ampulr bulbouretral

    n plasma s

    Sekreta ke

    untuk men

    etina (Aug

    dapat berla

    iran (apokri

    embran ba

    gai penghu

    lah sel bas

    robel dan

    gan kebera

    sang kelenj

    lenjar bul

    is, morfolo

    gan rumin

    ancil), teta

    pada mun

    mba (Gam

    t pada mu

    dilakukan

    ularis dan

    (1), kelenjais (4). Skala:

    emen deng

    lenjar disek

    galirkan sp

    hey dan F

    ngsung aki

    55

    n). Fungsi

    sal duktus,

    bung antar

    al semakin

    Bergmann

    daan yang

    ar ampula,

    lbouretralis

    gi kelenjar

    nsia kecil

    i memiliki

    cak jantan

    bar 19 dan

    ncak perlu

    di bagian

    ampula di

    r vesikularis1 cm.

    an volume

    resikan ke

    ermatozoa

    rye 2001).

    at sekresi

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    28/43

    56

    kelenj

    epidid

    jantan

    aseso

    Basse

    keber

    dilaku

    vesiku

    aseso

    korpu

    Gamb

    Tabel

    H

    Munca

    Pamp

    Rusa t

    DombBabi

    Anjing

    Sapi

    Kuda

    Sumb

    ar asesori

    imidis saat t

    Morfologi

    (Chugtai e

    ris kelamin

    rt 2002), d

    daan pars

    kannya pen

    laris dan

    ris yang m

    (Colville d

    r 19 PosisiSapi,Kelenj

    (Sumb

    6 Keberalainnya.

    wan

    k

    s deer

    imor3

    r:1Muncak

    et al. (2histologi,

    bersama

    erjadi ejaku

    an histolog

    t al. 2005;

    pada munc

    n pampas

    diseminata

    gamatan hi

    ulbouretrali

    irip dengan

    n Bassert

    kelenjar ases. Babi, D.r vesikulari

    er: A,B,C,D

    aan kelenj

    mpulaK

    Ve

    +

    +

    +

    +-

    -

    +

    +

    asil penelitia08),

    3Nalley

    4Colville dan

    B

    sekresi y

    lasi (Pineda

    i kelenjar a

    Thomson d

    k secara u

    deer (Unge

    kelenjar pr

    stologi bag

    s. Sapi ju

    muncak,

    002).

    oris kelaminnjing, dan(2), Kelenj

    olville dan

    ar asesori

    elenjarsikularis

    +

    +

    +

    ++

    -

    +

    +

    n,*ditemuka

    (2006),?tida

    Bassert (200

    ang beras

    2003).

    esoris kela

    an Marker

    um sama

    rfeld et al.

    ostat pada

    ian uretra

    a memperl

    amun kele

    muncak denE. Muncakar prostat (

    assert 2002)

    kelamin

    Kelenja

    Korpus

    -

    -

    +

    -+

    +

    +

    +

    setelah pek teramati2),

    5Aughey

    C

    l dari tes

    in bervaria

    2006). Keb

    dengan do

    008). Belu

    pampas de

    ars pelvina

    lihatkan ko

    njar prostat

    an hewan laasil peneliti

    3), kelenjar

    .

    uncak da

    Prostat

    Parsdiseminata

    +

    ?

    ?

    ++

    -

    -

    -

    gamatan histau beluman Frye (20

    D

    tis dan d

    si pada ma

    radaan kel

    ba (Colville

    m dilaporka

    r diduga b

    antara kel

    posisi kel

    nya memb

    innya. A. Kun. Ampulbulbouretrali

    hewan j

    KelenBulbour

    +

    +

    ?

    ++

    -

    +

    +

    ologi,2Ung

    ada data st1).

    ktus

    alia

    enjar

    dan

    nnya

    elum

    enjar

    enjar

    ntuk

    a, B.(1),

    s (4)

    ntan

    artralis

    erfelduktur

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    29/43

    57

    Ampula

    Morfologi dan morfometri

    Secara makroskopis, ampula terbagi atas ampula dexter et sinister,

    berbentuk lonjong dan merupakan tempat bermuaranya duktus deferens di

    bagian anterior. Bagian kranial ampula yang berhubungan langsung dengan

    duktus deferens berukuran lebih kecil dan membesar ke arah kaudal. Setengah

    bagian lateral dari ampula dexter et sinister melekat dengan bagian medial

    kelenjar vesikularis. Ampula bagian kaudal berbatasan dengan bagian kranial

    uretra pars pelvina. Pada beberapa spesies mamalia, ampula sering disebut

    sebagai pelebaran duktus deferens (bagian terminal), seperti pada great cane rat

    (Adebayo et al. 2009), sehingga pembahasan anatomi dan histologi ampula

    dilakukan bersamaan dengan duktus deferens.

    Rataan morfometri ampula dexter et sinister muncak adalah: panjang3.60 cm, tebal 0.41, dan bobot 1.45 g. Panjang ampula muncak lebih pendek

    dibandingkan dengan panjang ampula domba 7 cm (Toelihere 1981) dan rusa

    timor (7.01-7.49 cm) (Nalley 2006), namun lebih besar dibandingkan dengan

    kancil (Tabel 3). Ketebalan ampula muncak disebabkan banyaknya kelenjar

    sekretori dibandingkan dengan kelenjar sekretori ampula pada kancil

    (Toelihere 1981). Ampula berfungsi dalam mensekresikan cairan kelenjar dan

    merupakan komponen salah satu kelenjar pembentuk semen (Colville dan

    Bassert 2002).

    Struktur histologi

    Ampula merupakan pelebaran dan tempat bermuaranya sekresi duktus

    deferens. Gambar 20A dan 20B memperlihatkan struktur histologi ampula

    muncak yang dari superfisial ke profundal terbagi atas 1) tunika serosa, 2) tunika

    muskularis, 3) kelenjar sekretori, dan 4) lumen. Tunika serosa merupakan

    lapisan terluar, mengandung buluh darah. Tunika muskularis tersusun atas

    serabut otot polos sirkular yang membungkus kelenjar sekretori di bagian

    superfisial. Kelenjar sekretori ampula tergolong kelenjar simple tubuloalveolar

    bertipe apokrin. Masing-masing kelenjar tersebut dipisahkan oleh jaringan ikat

    longgar dengan beberapa buluh darah kecil. Kelenjar sekretori ampula dilapisi

    oleh simple columnar epithelium atau epitel silindris sederhana, dengan posisi

    inti sedikit di atas membran basal. Selain itu keberadaan sel-sel basal masih

    ditemukan di membran basal lapis epitel. Pada bagian apikal sel epitel kelenjar,

    terdapat stereosilia berukuran pendek dan tidak bercabang.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    30/43

    58

    Gambar 20 Struktur histologi ampula muncak. A. kelenjar sekretori ampula bertipetubuloalveolar (Ta), dilindungi oleh tunika muskularis (Tm), dan jaringan ikatlonggar di antara kelenjar. B. inset A, memperlihatkan karakteristik lapisepitel. Sce: simple columnar epithelium(epitel silindris sederhana), Bc: selbasal, Ss: stereosilia, Fb: fibroblas, Bd: buluh darah, dan Sk: sekreta.Pewarnaan HE. Skala: 100 m (A), 50 m (B).

    Sekresi kelenjar ampula ditemukan di lumen kelenjar yang akan

    disekresikan ke lumen ampula. Menurut Hafez (2000), sekresi ampula

    mengandung fruktosa dan asam sitrat, namun demikian kelenjar vesikularis

    merupakan sumber utama penghasil fruktosa dan asam sitrat. Metode

    pewarnaan spesifik dapat diaplikasikan pada ampula muncak, seperti metode

    histokimia PAS dan alcian blue (AB) untuk melokalisasi sebaran karbohidrat

    netral maupun karbohidrat asam serta sebaran glikokonjugat dengan histokimia

    lektin. Perbedaan aktivitas kelenjar ampula maupun kelenjar asesoris lainnya

    selama periode pertumbuhan ranggah, dapat diketahui dari intensitas warna

    yang dihasilkan. Namun pewarnaan AB dan PAS tidak dilakukan pada penelitian

    ini, karena sampel kelenjar asesoris kelamin dikoleksi pada saat muncak berada

    pada periode ranggah keras.

    Kelenjar Vesikularis

    Morfologi dan morfometri

    Kelenjar vesikularis muncak secara makroskopis berjumlah sepasang yang

    berbentuk lonjong dan memiliki beberapa lobus yang dapat diamati dengan jelas

    dari superfisial. Kelenjar ini terletak di dorso-lateral pangkal vesika urinaria dan di

    lateral ampula dexter et sinister. Di kaudal, kelenjar vesikularis berbatasan

    dengan uretra pars pelvina yang posisinya sejajar dengan ampula. Fungsi

    kelenjar vesikularis adalah sebagai organ penghasil plasma semen dengan porsi

    terbesar dibandingkan kelenjar asesoris kelamin lainnya (Pineda 2003).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    31/43

    59

    Komposisi sekresi kelenjar vesikularis mengandung heksosa, fruktosa, dan asam

    sitrat dengan konsentrasi tinggi yang selanjutnya akan disekresikan ke kolikulus

    seminalis (Hafez 2000).

    Kelenjar vesikularis memiliki rataan ukuran panjang 2.25 cm, tebal

    0.64 cm, dan bobot 2.06 g. Rataan panjang kelenjar vesikularis hampir setengah

    dari panjang kelenjar vesikularis domba (4 cm) dan rusa timor (4.39-4.68 cm)

    (Naley 2006).

    Struktur histologi

    Histomorfologi kelenjar vesikularis muncak diperlihatkan pada Gambar 21.

    Secara umum struktur histologi kelenjar tersebut mirip dengan kelenjar

    vesikularis domba, yang terdiri atas kapsula otot polos yang membungkus

    kelenjar sekretori. Kelenjar sekretori membentuk lobus, dan masing-masing

    lobus kelenjar dipisahkan oleh septum interlobular yang kaya akan serabut otot

    polos dan buluh darah. Lobus kelenjar selanjutnya membentuk lobulus kelenjar

    dan masing-masing lobulus dipisahkan oleh trabekula yang merupakan

    penjuluran dari septum interlobularis. Struktur trabekula adalah jaringan ikat

    padat yang tersusun atas serabut otot polos dengan sel fibrosit.

    Gambar 21 Struktur histologi kelenjar vesikularis muncak. A. Struktur umum kelenjarmemperlihatkan tipe kelenjar tubuloalveolar (Ta), kapsula otot polos (K)septum interlobular (Si), dan trabekuli (Tr) di antara kelenjar. B. inset A,memperlihatkan karakteristik lapis epitel. Pse: pseudostratified columnar

    epithelium (epitel silindris banyak baris), Bc/Ld: sel basal dengan lipiddroplet, Ap: penjuluran apikal, Fs: fibrosit, Bd: buluh darah, dan Sk: sekreta.Pewarnaan HE. Skala: 200 m (A), 50 m (B).

    Kelenjar vesikularis tergolong tipe kelenjartubuloalveolardan dilapisi oleh

    epitel kolumnar dan beberapa sel epitel membentuk penjuluran di bagian apikal

    sel (apical projection) yang berhadapan dengan lumen kelenjar (Gambar 21B).

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    32/43

    60

    Sel-sel sekretori kelenjar vesikularis muncak mensekresikan sekreta secara

    apokrin, dimana bagian apikal dari sel-sel tersebut ikut luruh bersama sekreta

    yang dihasilkan. Sekreta kelenjar vesikularis ditemukan di lumen kelenjar yang

    selanjutnya disalurkan ke lumen uretra pars pelvina. Sekreta yang dihasilkan

    kelenjar vesikularis bersifat alkalis yang berfungsi untuk menetralisir saluran

    reproduksi betina yang bersifat asam dan memberikan bau yang spesifik pada

    cairan semen (Frandson et al. 2009).

    Ukuran sel epitel kelenjar vesikularis pada Cervidae jantan lebih tinggi

    pada periode musim kawin (Wrobel dan Bergmann 2006). Namun belum dapat

    diperlihatkan sejauh mana perbedaan ukuran sel epitel kelenjar vesikularis

    muncak pada periode ranggah keras dan ranggah velvet. Hal ini disebabkan

    keterbatasan sampel kelenjar asesoris pada periode ranggah keras. Diduga

    terdapat perbedaan ukuran sel terkait dengan aktivitas kelenjar yang dipengaruhi

    oleh fluktuasi konsentrasi testosteron selama periode ranggah. Testosteron

    dalam bentuk DHTbeperan penting dalam proses sintesis dan sekresi plasma

    semen pada kelenjar asesoris kelamin seperti kelenjar vesikularis (Pineda 2003).

    Pada membran basal epitel kelenjar vesikularis muncak ditemukan beberapa sel

    basal dengan lipid droplet. Pada domba, lipid droplet tidak ditemukan, namun

    ditemukan pada kelenjar vesikularis rusa (Wrobel dan Bergmann 2006). Dari

    pengamatan, jumlah sel basal pada membran basal epitel kelenjar vesikularis

    muncak lebih sedikit dibandingkan dengan kelenjar pada ampula.

    Pars Diseminata Kelenjar Prostat

    Struktur histologi

    Kelenjar prostat pada muncak berbentuk pars diseminata (Gambar

    22A, 22B). Dari superfisial ke profundal ditemukan kapsula, lamina propria

    dengan kelenjar sekretori, stratum spongiosum, tunika mukosa, dan lumen uretra

    di bagian sentral. Kapsula merupakan jaringan ikat padat yang tersusun atas

    serabut otot polos tebal mengelilingi lamina propria dengan kelenjar sekretori dan

    uretra pars pelvina. Kapsula selanjutnya membentuk penjuluran ke profundal dan

    memisahkan setiap lobus kelenjar.

    Kelenjar sekretori pars diseminata prostat muncak tergolong tipe

    tubuloalveolardan mengelilingi uretra pars pelvina secara keseluruhan. Distribusi

    kelenjar sekretori lebih banyak ditemukan di bagian dorsal yang berada di ventral

    kapsula tunika muskularis, sedangkan di bagian profundal yang berdekatan

    dengan stratum spongiosum, kelenjar sekretori lebih sedikit (jarang). Posisi pars

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    33/43

    diseminata

    pada sapi

    bagian dors

    Babi memili

    pars disemi

    dan Bergm

    Gambar 22

    I

    l((

    kelenjar pro

    an rusa, n

    o-lateral ure

    ki kedua be

    nata kelenj

    nn 2006).

    truktur histol

    nset A: loburetra pars ptot polos (Sbuli (S), jari

    Ta), epitel kEp), dan sekm; dan C: 5

    stat seperti

    amun pada

    tra pars pel

    ntuk kelenj

    ar prostat

    ogi pars dise

    pars disemilvina (D), d), lamina pr

    ngan ikat loboid (Sce);

    reta (Sk). Pem.

    ang ditem

    domba, pa

    ina yang

    r prostat, y

    ang meng

    minata kelenj

    nata dan keln korpus spopria (Lp), kggar (Jil), dvena (V), uwarnaan HE

    kan pada

    rs disemin

    embentuk h

    aitu korpus

    lilingi selur

    ar prostat m

    enjar sekretongiosum (Eorpus spongiktus (D), tip

    retra pars p. Skala A: 1

    uncak juga

    ta hanya

    uruf u (Pin

    prostat yan

    h sisi uret

    ncak. A. Str

    ri (B dan C)). Pars diseosum (Cs),e kelenjar tulvina (Up),

    mm; B, D,

    61

    ditemukan

    engelilingi

    eda 2003).

    pipih dan

    ra (Wrobel

    ktur umum.

    , penjuluraninata (Pd),

    eptum interbuloalveolarpitel uretradan E: 200

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    34/43

    62

    Tipe epitel yang melapisi kelenjar sekretori tersebut adalah epitel kuboid

    sederhana. Di antara kelenjar terdapat duktus yang berfungsi untuk menyalurkan

    sekresi kelenjar yang bersifat mukus menuju duktus kelenjar dan berakhir di

    lumen uretra pars pelvina. Menurut Frappier (2006), kelenjar sekretori pars

    diseminata kelenjar prostat mensekresikan substansi secara merokrin atau ekrin,

    yaitu sekreta berikut granul sekretori dilepaskan oleh sel sekretori ke lumen

    kelenjar.

    Lapisan berikutnya adalah stratum spongiosum yang mengelilingi uretra

    pars pelvina (Gambar 22A, 22E). Pada bagian ini ditemukan buluh darah vena

    dengan ukuran bervariasi. Menurut Wrobel dan Bergmann (2006), pada saat

    terjadi ereksi, buluh darah tersebut dialiri darah sehingga ukuran penis sedikit

    membesar. Mukosa uretra pars pelvina pada muncak membentuk beberapa

    lipatan longitudinal yang menjulur ke arah lumen uretra. Di antara penjuluran

    tersebut ditemukan sekresi kelenjar yang berasal dari duktus kelenjar sekretori

    untuk dialirkan ke lumen uretra (Gambar 22D). Tipe epitel yang melapisi mukosa

    uretra pars pelvina adalah epitel transisi antara epitel kolumnar dan epitel kuboid.

    Lapis sub mukosa uretra terdiri atas jaringan ikat longgar dengan serabut elastis

    dan sel-sel otot polos.

    Cervidae seperti rusa timor, memiliki kelenjar prostat yang membentuk

    korpus seperti yang ditemukan pada sapi (Nalley 2006), namun struktur histologi

    korpus prostat pada rusa tersebut belum dilaporkan. Muncak tidak memiliki

    korpus prostat, dan kondisi tersebut juga dilaporkan pada pampas deer(Ungerfeld et al.2008).Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang menghasilkan

    sekreta yang bersifat sedikit asam dan berfungsi untuk menetralisir plasma

    semen. Sifat sedikit asam tersebut disebabkan oleh akumulasi hasil metabolisme

    karbondioksida dan asam laktat yang berfungsi untuk merangsang pergerakan

    spermatozoa ejakulat (Wrobel dan Bergmann 2006). Selain itu sekreta juga

    berfungsi untuk memberikan aroma yang spesifik pada plasma semen

    (Frandson et al. 2009). Deteksi terhadap komponen sekresi kelenjar prostat pada

    sapi dapat diketahui dengan metode pewarnaan histokimia PAS. Reaksi positif

    menunjukkan keberadaan granul glikogen, mukopolisakarida netral, amiloid, dan

    granul lipid (Bhosle et al.2007). Aplikasi pewarnaan PAS perlu dilakukan pada

    muncak untuk mengetahui perbedaan aktivitas kelenjar sekretori prostat pada

    periode ranggah keras maupun ranggah velvet. Kontribusi sekreta kelenjar

    prostat terhadap volume total semen bervariasi pada berbagai spesies.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    35/43

    63

    Ruminansia (sapi, kambing, domba) sebanyak 4-6%, kuda sebanyak 25-30%,

    dan babi sebanyak 35-60% (Wrobel dan Bergmann 2006), serta 2030% pada

    manusia (Martini 2006).

    Kelenjar Bulbouretralis

    Morfologi dan morfometri

    Muncak memiliki sepasang kelenjar bulbouretralis yang terletak di bagian

    kaudal uretra pars pelvina. Di bagian kaudo-ventral kelenjar bulbouretralis

    terdapat muskulus bulbospongiosus. Menurut Dyce et al. (2002), kelenjar

    bulbouretralis dilapisi oleh muskulus bulbospongiosus yang tebal dan kuat, dan

    membentuk saluran hingga ke bagian dorsal divertikulum. Sekresi kelenjar

    tersebut berfungsi untuk membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urin

    yang bersifat asam dan kotoran-kotoran lainnya sebelum ejakulasi berlangsung

    (Hafez 2000), serta untuk lubrikasi glans penis (Martini 2006).

    Secara makroskopis, kelenjar bulbouretralis muncak berukuran besar,

    dengan lebar 1.61 cm, tebal 0.71 cm, dan bobot 2.39 g. Selain itu, ukuran

    kelenjar bulbouretralis muncak lebih besar dari pada kancil yang memiliki

    diameter 0.72-0.93 cm, tinggi 0.46-0.63 cm, dan bobot 0.82-0.9 g. Bila diamati

    pada tahap ranggah keras, bobot kelenjar bulbouretralis reeves muntjak

    (1.19-1.27 g) (Chapman dan Harris 1991) lebih ringan dibandingkan dengan

    bobot kelenjar ini padamuncak(2.39 g). Hal ini berbeda dengan rusa timor yang

    diduga memiliki ukuran kelenjar bulbouretralis sangat kecil sehingga kelenjar ini

    tidak ditemukan (Nalley 2006).

    Struktur histologi

    Struktur histologi kelenjar bulbouretralis diperlihatkan pada Gambar

    23A, 23B. Kelenjar bulbouretralis pada muncak terletak di bagian kaudaluretra

    pars pelvina memiliki kelenjar sekretori yang padat. Jaringan interstisial kaya

    akan serabut otot polos yang memisahkan masing-masing kelenjar sekretori.

    Tipe kelenjar sekretori bulbouretralis muncak adalah tipe tubular yang dilapisi

    oleh epitel kuboid. Frappier (2006) menyatakan, sekreta yang dihasilkan oleh

    kelenjar bulbouretralis bersifat mukus, yaitu cairan kental (mucin). Sekreta ini

    berfungsi untuk melindungi permukaan organ yang kopulatori saat kopulasi

    berlangsung. Sekreta dialirkan ke lumen kelenjar menuju duktuli dan selanjutnya

    bermuara ke duktus besar yang berada di bagian tengah kelenjar bulbouretralis

    (duktus sentralis). Mukosa duktus sentralis kelenjar juga dilapisi oleh epitel

    kuboid.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    36/43

    64

    Gambar 23 Struktur histologi kelenjar bulbouretralis muncak. A. Struktur umum kelenjardengan lumen (L) dan duktus sekretori (D). B. inset A. tipe kelenjar tubular(Tu), epitel kuboid (Sce) dengan sel sekretori (Sr), serabut otot polos (Sm)dan sekreta (Sk). Pewarnaan HE. Skala A : 200 m, B: 50 m.

    Penis

    Morfologi dan morfometri

    Penis muncak tergolong fibroelastik (Gambar 24), terdiri atas radiks penis,

    korpus penis, dan glans penis. Radiks penis bertaut di bagian lateral dari arcus

    ischiadicus yang dihubungkan oleh crura penis dexter et sinister. Pada penis

    juga ditemukan muskulus ischio cavernosusatau erektor penisyang merupakan

    sepasang otot pendek yang terlihat dari tuber ischii dan ligamentum sacro-

    ischiadicum dan bertaut pada crura dan korpus penis. Pada korpus penis

    muncak terdapat fleksura sigmoidea yang membentuk huruf S. Fleksura

    sigmoidea akan meregang saat terjadi ereksi akibat relaksasi muskulus retraktor

    penis, sehingga penis tertarik keluar dari preputium dan sedikit membesar

    (Pineda 2003). Muskulus retraktor penis bertaut pada penis di bagian ujung

    kranio-ventral dari fleksura sigmoidea. Fleksura sigmoidea tidak teramati atau

    tidak nyata secara makroskopis pada hewan bertipe penis fibroelastik lainnya

    seperti rusa timor (Nalley 2006) danpampas deer(Ungerfeld et al. 2008).

    Panjang penis muncak yang diukur bersama preputium adalah 30.50 cm.

    Panjang penis muncak hampir sama dengan panjang penis domba, yaitu 35 cm

    (Frandson et al. 2009), dan rusa timor, yaitu 40.28-46.22 cm (Nalley 2006).

    Ukuran penis muncak lebih pendek dibandingkan penis domba dan rusa timor.

    Ukuran panjang penis muncak yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga

    panjang saluran reproduksi muncak betina yang bermanfaat untuk aplikasi teknik

    inseminasi buatan menggunakan semen muncak segar atau hasil preservasi.

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    37/43

    Gambar 24

    Glans

    dorsal dan

    dan domba

    Panjang gl

    0.23 cm. P

    ang dimili

    dua seteng

    Putaran pro

    berlawanan

    semen ke s

    Struktur hi

    Stru

    diperlihatka

    adalah: 1)

    profundal k

    mengelilingi

    (Gambar 2

    kopulatoris

    superfisial,

    rabekula s

    saat ereksi,

    Morfologi pekorpus penis

    prosesus ure

    penis pad

    memiliki pro

    (Frandson

    ans penis

    rosesus ur

    i oleh bebe

    ah putaran

    sesus uretr

    jarum ja

    luran repro

    tologi

    tur histolo

    pada Ga

    korpora ka

    orpora kave

    uretra. Be

    A, 25B).

    (penis) ter

    dan tunika

    bagai jarin

    kaverna be

    nis muncak.(3), fleksur

    ralis (7), dan

    muncak b

    sesus uretr

    t al. 2009).

    dan prose

    tralis munc

    rapa rumin

    searah jar

    lis pada ba

    . Prosesu

    duksi betina

    gi korpus

    mbar 25.

    vernosa p

    rnosa, terd

    ntuk kavern

    enurut Au

    diri atas k

    albuginea

    gan penduk

    risi darah y

    Radiks pena sigmoidea

    duktus defe

    erukuran ke

    alis, seperti

    Glans peni

    us uretrali

    ak tidak m

    ansia lain.

    um jam d

    bi adalah s

    uretralis

    saat ejakul

    penis dan

    truktur pe

    nis, dan

    apat rongg

    a tidak be

    hey dan F

    apsula jari

    yang me

    ung kavern

    ng berasal

    is (1), musk(4), preputi

    ens (8). Skal

    cil, sedikit

    yang dite

    s diselubun

    muncak

    mbentuk p

    rosesus u

    n bercaba

    tu setenga

    berperan d

    asi berlang

    uretra pa

    nis dari su

    ) korpus

    (kaverna)

    aturan den

    rye (2001),

    ngan ikat

    njulur ke

    a yang dila

    dari buluh

    ulus retraktm (5), glan

    a: 1 cm.

    embung p

    ukan pada

    i oleh kulit

    adalah 0.9

    utaran (spi

    etralis kan

    g (Najamu

    putaran d

    alam mend

    ung (Toelih

    rs ekstern

    perfisial ke

    pongiosum

    yang berjal

    gan ukuran

    secara u

    ibroelastik

    rofundal

    pisi sel end

    rteri. Lapis

    65

    r penis (2)penis (6),

    da bagian

    penis sapi

    preputium.

    1 cm dan

    al) seperti

    il berputar

    din 2010).

    ngan arah

    eposisikan

    ere 1981).

    a muncak

    profundal

    penis. Di

    an sirkular

    bervariasi

    um organ

    di bagian

    embentuk

    otel. Pada

    berikutnya

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    38/43

    66

    adalah lamina propria (sub mukosa), terdiri atas kombinasi jaringan ikat longgar

    dan padat, tidak beraturan dengan serabut elastik dan otot polos. Lamina propria

    mengelilingi mukosa uretra dan memisahkan bagian tersebut dengan korpus

    kavernosum penis.

    Gambar 25 Struktur histologi korpus penis muncak. A. uretra dikelilingi tunika albugenia

    dan rongga kaverna. inset A lapis epitel mengelilingi lumen uretra (B), danjaringan erektil penis (C). D. uretra radiks penis. Tunika albuginea (Ta);kaverna (Ka); lumen uretra (Lu); Sekreta (Sk); epitel kolumnar berlapis (Ep);lamina propria (Lp); dan otot polos (Sm); korpus spongiosum (Cs); jaringanikat longgar (Jil); vena (V). Pewarnaan HE. Skala A: 200 m; B dan C:100 m; dan D: 50 m.

    Mukosa uretra membentuk lipatan-lipatan longitudinal yang mengarah ke

    lumen uretra dan dilapisi oleh sel epitel. Lipatan longitudinal yang lebih panjang

    ditemukan di bagian uretra pars pelvina (Gambar 22C). Lipatan tersebut

    menurun di mukosa uretra bagian radiks penis (Gambar 25D), dan semakin

    memendek di bagian uretra pars eksterna Gambar 25B). Tipe epitel yang

    melapisi mukosa uretra bagian radiks penis adalah epitel silindris banyak baris.

    Lapis epitel memendek pada mukosa uretra pars eksterna bagian korpus penis

    (Gambar 25B). Korpus spongiosum penis tidak teramati pada sayatan histologi

    korpus penis, bagian ini dapat dilihat pada pars diseminata kelenjar prostat di

    p

  • 7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...

    39/43

    67

    bagian uretra pars pelvina (Gambar 22C) dan uretra radiks penis (Gambar 25D).

    Struktur histologi tipe penis fibroelastik pada muncak mirip dengan stuktur

    histologi penis domba, rusa, dan sapi. Penjuluran trabekula di antara jaringan

    ikat korpus kavernosum seperti yang ditemukan pada penis sapi (Wrobel dan

    Bergmann 2006), juga ditemukan pada penis muncak.

    Simpulan

    1. Organ reproduksi muncak jantan dicirikan dengan ukuran testis yang

    relatif kecil, kelenjar prostat tidak teramati secara makroskopis, ukuran

    kelenjar bulbouretralis yang besar, ukuran penis yang relatif panjang dan

    memiliki glans penis serta prosesus uretralis berukuran kecil.

    2. Karakterisitik histologi kelenjar asesoris kelamin adalah posisi kelenjar

    sekretori pars diseminata kelenjar prostat yang tersebar mengililingi uretra

    pars pelvina.

    Daftar Pustaka

    Adebayo AO, Oke BO, Akinloye AK. 2009. The gross morphometri and histologyof the male accessory sex gland in the greater cane rat (Thryonomysswinderianus, Temmick). J Vet Anat2: 41-51.

    Ahmed MH, Sabry SM, Zaki SM, El-Sadik AO. 2009. Histological,immunohistochemical and ultrastructural study of the epididimis in the

    adult albino rat.Aus J Basc App Sci3: 2278-2289.

    Arrhigi S, Bosi G, Groppetti D, Cremonesi F. 2010. Morpho- and histometricevaluations on the testis and epididymis in buffalo bulls during thedifferent reproductive season. Open Anat J 2: