bab iii gambaran kawasan taman nasional...
TRANSCRIPT
87
BAB III
GAMBARAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS (TNBD)
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum kawasan TNBD
yang meliputi sejarah pembentukan TNBD dan usulan penataan zona di
kawasan TNBD berdasarkan RPTNBD.
3.1 Sejarah TNBD
Kawasan TNBD semula merupakan Cagar Biosfer Bukit Dua Belas yang
ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 46/Kpts-II/1987 tanggal
12 Februari 1997 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Jambi seluas ±
2.947.200 ha, diantaranya Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata seluas 602.000
ha, dimana kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas termasuk didalamnya dengan
fungsi HSAW seluas ± 28.705 ha. Tujuan awalnya diusulkan sebagai cagar
biosfer adalah untuk mempertahankan kawasan hidup Orang Rimba, yang
sebagian besar terkonsentrasi di sana. Namun, surat usulan itu tidak ada tindak
lanjut, karena pembentukan cagar biosfer belum diatur dalam peraturan
pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Dalam perkembangannya, di sebagian Hutan Produksi Terbatas dan
Hutan Produksi Tetap disekitar Cagar Biosfer Bukit Duabelas telah dicadangkan
untuk beberapa kagiatan antara lain:
1. Pembangunan HTI PT. Sumber Hutan Lestari dengan sistem tebang habis ±
19.100 ha, dimana sebagian kawasannya adalah kawasan hutan produksi
terbatas.
2. Pembangunan HTI Rotan PT. Inhutani V seluas ± 10.600 ha letaknya
berbatasan langsung dengan Cagar Alam Biosfer Bukit Duabelas, dan 500 ha
diantaranya telah berupa tanaman rotan.
3. PT. Limbah Kayu Utama (HTI-Pertukangan) seluas ± 19.300 ha (SK Menhut
No. 327/Kpts-II/1998 yang letaknya cukup jauh dari Cagar Biosfer Bukit Dua
Belas.
4. PT. Wana Perintis (HTI-Trans) seluas ± 6.900 ha (SK. Menhut No. 781/Kpts-
II/1996) telah ada pemukiman transmigrasi.
88
5. Disamping itu terdapat juga kegiatan pemanfaatan kayu dengan IPK yang
dikeluarkan oleh Kanwil Dephutbun Prop. Jambi.
Setelah pencadangan tersebut muncul masalah dimana areal tersebut
merupakan wilayah hak ulayat adat/wilayah pengembaraan komunitas adat
Orang Rimba. Akibat konversi hutan alam menjadi Hutan Tanaman Industri yang
menggunakan Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan, telah
menyebabkan komunitas adat Orang Rimba kehilangan sumber daya alam yang
menjadi sumber kehidupannya.
Kekhawatiran terhadap dampak negatif dari pembangunan HTI terhadap
kehidupan Komunitas adat Orang Rimba, telah mendorong Komunitas adat
Orang Rimba besama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk
mengusulkan penghentian kegiatan pembangunan HTI menjadi perluasan Cagar
Biosfir Bukit Duabelas.
Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 781/Kpts-VIII/1999 tanggal 27
September 1999 membentuk Tim Peninjau Lapangan Terhadap Kawasan Hutan
yang diusulkan untuk Perluasan Cagar Biosfir Bukit Duabelas dengan tugas
untuk melakukan pengumpulan data dan informasi yang lengkap dan obyektif
atas aspek ekonomi, sosial dan ekologi terhadap kawasan hutan yang diusulkan
untuk perluasan Cagar Alam Biosfer tersebut.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah telah dilakukan perubahan fungsi
sebagian Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu seluas ± 20.700 ha (dua
puluh ribu tujuh ratus hektar) dan sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir
± 11,400 ha (sebelas ribu empat ratus hektar) serta penunjukan sebagian Areal
Penggunaan lainnya seluas ± 1.200 ha (seribu dua ratus hektar) dan kawasan
Suaka Alam dan pelestarian alam (Cagar Biosfir Bukit Dua Belas) seluas ±
27.300 ha (dua puluh tujuh ribu tiga ratus hektar) yang terletak di Kab.
Sarolangon Bangko, Batanghari dan Bungo Tebo, Prop. Jambi menjadi Taman
Nasional Bukit Dua Belas seluas ± 60.500 ha melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000.
Sejarah TNBD dapat dilihat dalam tabel 3.1.
89
TABEL III.1 SEJARAH TNBD
NO. TAHUN STATUS LUAS (HA) LANDASAN HUKUM
1. Sebelum
1984
Kawasan hutan yang termasuk
areal Hak Pengusahaan Hutan
(HPH)
Tidak
Diketahui
-
2. 1984 Cagar Biosfer Bukit Duabelas 29.485 SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Jambi No. 552.51/1973/1984
3. 2000 Taman Nasional Bukit Duabelas 60.500 SK Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000
Sumber: Hasil Analisis, 2007
GAMBAR 3.1
KAWASAN TNBD
Sumber: Hasil survei, 2007
90
3.2 Usulan Penataan Zona Di Kawasan TNBD Berdasarkan RPTNBD
Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, penataan zona
di kawasan TNBD mengacu pada sistem zonasi tunggal dengan beberapa tipe
zona.
3.2.1 Pertimbangan dan Kriteria Penetapan Tipe Zona
Dalam penetapan sistem zonasi TNBD, faktor-faktor pertimbangan dan
ukuran/kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Aspek-Aspek Pertimbangan
Aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam perancangan tipe
zona meliputi:
Daya tahan ekosistem kawasan terhadap gangguan.
Penyebaran sumber daya alam
Tekanan dan ancaman (eksisting dan potensial) terhadap ruang dan
sumber daya alam TNBD.
Fungsi hidrologi kawasan terhadap kawasan bawahan.
Kebutuhan ruang kehidupan dan penghidupan komunitas adat Orang
Rimba.
Potensi perolehan manfaat ekonomi dan sosial bagi warga masyarakat
desa interaksi.
Kelayakan penerapan.
b. Kriteria Penentuan
Ukuran atau kriteria yang dipakai dalam perancangan pembagian tipe
zona adalah sebagai berikut:
1. Zona Inti
Areal kawasan dengan ekosistem yang rapuh dan sangat rentan
terhadap gangguan.
Areal kawasan dengan ekosistem yang merupakan perwakilan semua
ekosistem kawasan.
Areal kawasan yang memiliki sumberdaya utama bagi kehidupan fauna.
Areal kawasan habitat/tempat berlindung satwa yang terancam punah.
91
Areal kawasan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi
kawasan bawahan.
Areal kawasan yang memiliki nilai sakral bagi komunitas adat Orang
Rimba, dan ditabukan/tertutup untuk pengunjung dari luar.
2. Zona Rimba
Areal kawasan dengan ekosistem yang peka terhadap gangguan.
Areal kawasan dengan ekosistem yang merupakan perwakilan sebagian
besar ekosistem kawasan.
Areal kawasan yang memiliki sumberdaya utama bagi kehidupan fauna
kawasan.
Areal kawasan habitat sebagian besar species yang ada di dalam
kawasan.
Areal kawasan habitat/tempat berlindung species satwa yang toleran
terhadap ganguan terbatas.
Areal kawasan habitat cadangan sumber genetik/plasma nutfah penting.
Areal kawasan yang merupakan daerah tangkapan air bagi kawasan
bawahan.
Areal kawasan yang merupakan ruang kehidupan dan penghidupan
komunitas adat Orang Rimba.
3. Zona Pemanfaatan
Areal kawasan perladangan/perkebunan tradisional komunitas adat
Orang Rimba dan atau yang diperuntukkan bagi kepentingan
pemberdayaan komunitas adat Orang Rimba.
Areal kawasan yang dulunya dirambah dan dijadikan lahan perladangan
oleh warga masyarakat desa interaksi.
Areal kawasan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi.
Kriteria peruntukkan areal pariwisata alam dan rekreasi, meliputi:
Memiliki ekosistem yang relatif kenyal
Memiliki contoh representatif jenis flora dan fauna kawasan.
Memiliki akss langsung (buatan atau alam) dengan pintu masuk
kawasan.
92
4. Zona Rehabilitasi
Areal kawasan yang sudah mengalami kerusakan ekosistem dan akan
dipulihkan kembali melalui proses intervensi.
GAMBAR 3.2
AKSES MENUJU KAWASAN TNBD
Sumber: Hasil Survei, 2007
3.2.2 Pembagian Tipe Zona
Melalui kajian komprehensif dengan sejumlah variabel yang terkait
dengan aspek-aspek penting dan dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang
ditetapkan, penataan zona di dalam TNBD dibagi dalam enam tipe zona.
93
a. Zona Inti
Zona inti mencakup seluruh areal perbukitan kawasan ex Cagar Biosfer dan
sebagian dataran di kaki perbukitan. Fungsi utama zona inti adalah sebagai
ruang pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan dan
merupakan areal yang dilindungi sangat ketat. Kegiatan yang diperbolehkan
pada zona ini hanya bersifat penelitian terbatas, atau yang berkaitan dengan
kehidupan budaya komunitas adat Orang Rimba.
b. Zona Rimba
Zona Rimba melingkari areal zona inti sampai ke sisi batas luar kawasan,
kecuali bagian-bagian ruang yang diperuntukkan untuk tipe zona lainnya.
Fungsi utama zona rimba adalah sebagai:
1. Ruang pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
2. Ruang kehidupan dan penghidupan komunitas adat Orang Rimba.
3. Ruang kegiatan penelitian dan pendidikan.
4. Ruang kegiatan pariwisata terbatas/penyelenggaraan program
interpretasi.
c. Zona Pemanfaatan
Untuk memfasilitasi kegiatan pemanfaatan, dirancang tiga tipe zona
pemanfaatan, masing-masing:
Zona Pemanfaatan Tradisional
Zona ini diperuntukkan khusus untuk memfasilitasi kebutuhan kehidupan
dan penghidupan komunitas adat Orang Rimba.
Fungsi utama zona pemanfaatan tradisioanl adalah sebagai berikut:
Ruang budidaya tanaman pangan, komoditi jual dan biota obat hutan
(agroforesty).
Ruang interaksi komunitas adat Orang Rimba dengan masyarakat
luar.
Ruang penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan komunitas adat
Orang Rimba.
Pada zona ini akan dikemabngkan agroforestry dan fasilitas untuk
menunjang program pendidikan dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan
lainnya (Orang Rimba community center) termasuk introduksi program
interpretasi berikut sarana dan prasarana wisata untuk dikelola oleh
komunitas itu sendiri.
94
Pemikiran di belakang konsep memasukkan kegiatan pariwisata di zona
ini adalah untuk pengembangan kemampuan berusaha/bisnis “para-
kader” (meminjam istilah LSM SOKOLA) di bidang jasa lingkungan
sekaligus memperluas kontak dengan masyarakat luar.
Melalui konsep pengembangan zona pemanfaatan tradisional, akan
terbangun suatu sistem pemberdayaan terpadu menuju pembentukan
kemandirian dan keberdayaan.
Zona Pemanfaatan Terbatas
Fungsi utama zona pemanfaatan terbatas adalah untuk mengakomodasi
pemanfaatan areal kawasan (ex cagar biosfer) yang dirambah pada
masa-masa lalu dan sudah dijadikan lahan perkebunan rakyat oleh warga
masyarakat desa interaksi. Dan, areal ex PT INHUTANI V dan PT
Sumber Hutan Lestari yang sudah terlanjur dijadikan perkebunan rakyat
sebelum TNBD.
Pengecualian diberlakukan terhadap hal-hal berikut:
Lahan perkebunan yang berada di Zona Inti
Apabila lahan perkebunan berada di zona inti maka tegakan-tegakan
tanaman akan dimusnahkan dan dilakukan pemulihanlingkungan
melalui proses rehabilitasi. Pihak penggarap akan mendapatkan areal
baru di zona pemanfaatan terbatas seluas lahan yang digarap
sebelumnya, dan tidak mendapatkan ganti rugi atas tanaman yang
dimusnahkan.
Lahan perkebunan yang berada di Zona Rimba
Lahan perkebunan yang berlokasi di zona rimba akan diizinkan
sampai pada masa pemanenan produktif berakhir. Selanjutnya
tegakan tanaman akan dimusnahkan dan dilakukan rehabilitasi untuk
pemulihan lingkungan. Dan, untuk pihak penggarap tidak akan
diberikan penggantian lahan.
Pemberlakuan pengendalian yang ketat akan diterapkan di zona ini,
seperti antara lain: tidak diperkenankan untuk diperluas,
diperjualbelikan dan diwajibkan untuk melakukan pengkayaan jenis
dengan menambahkan jenis-jenis tegakan endemik kawasan.
95
Zona Pemanfaatan Pariwisata Alam
Fungsi utama zona pemanfaatan pariwisata alam adalah untuk:
1. Pengembangan sarana dan prasarana ekowisata dan
penyelenggaraan progrma interpretasi.
2. Pengembangan laboratorium alam terbuka.
3. Pengembangan budidaya biota obat hutan dan tanaman hias.
4. Pengembangan pusat penyelamatan satwa endemik Sumatera.
5. Sebagai wadah penampungan satwa liar endemik Sumatera
bermasalah dan hasil sitaan dari masyarakat.
6. Pengembangan penangkaran satwa (endemik Sumatera).
7. Sebagai wadah pengadaan stok untuk: (1) kebutuhan masyarakat
yang berminat mengembangkan kegiatan usaha penangkaran, dan
(2) keperluan intervensi jenis satwa yang terancam, baik untuk
kawasan TNBD maupun kawasan lainnya. Kedua wadah ini akan
dimanfaatkan pula sebagai laboratorium untuk menunjang pendidikan
dan penelitian serta untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan
jenis-jenis satwa endemik Sumatera.
d. Zona Rehabilitasi
Zona ini tertutup untuk semua kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan
program pemulihan lingkungan. Setelah proses intervensi berakhir, tipe zona
untuk ex areal rehabilitasi akan disesuaikan dengan keperluan konservasi
kawasan.
3.2.3 Pengaturan-Pengaturan Kegiatan di dalam Zona TNBD
Ketentuan-ketentuan yang diberlakukan untuk masing-masing tipe zona
dan sub tipe zona adalah sebagai berikut:
a. Zona Inti
Areal kawasan ini tertutup untuk pengunjung, kecuali untuk keperluan:
1. Ritual adat komunitas Orang Rimba
2. Penelitian terbatas
3. Pemantauan oleh petugas TNBD
Tidak diperkenankan untuk memamen, memindahkan atau menganggu
sumber daya alam, kecuali untuk keperluan ritual adat komunitas Orang
Rimba.
96
Tidak diperkenankan untuk mendirikan sarana dan prasarana umum,
kecuali untuk kepentingan pengamanan kawasan.
b. Zona Rimba
Tidak diperkenankan memanen, memindahkan atau menganggu sumber
daya alam, kecuali untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup akan
komoditi pangan, komoditi jual dan biota obat hutan.
Penyelenggaraan kegiatan pariwisata di zona ini bersifat terbatas
(program interpretasi).
c. Zona Pemanfaatan Tradisional
Pemanfaatan zona ini terbatas hanya untuk kepentingan pemberdayaan
komunitas Orang Rimba.
d. Zona Pemanfaatan Terbatas
Pemanfaatan zona ini terbatas hanya untuk perkebunan rakyat yang
sudah ada selama ini serta tidak diperkenankan untuk diperjualbelikan
atau diperluas dan wajib melakukan pengkayan jenis dengan tanaman
endemik kawasan.
Kesepakatan pemanfaatan dilakukan melalui akte kesepakatan antara
UPT TNBD dan penggarap bersangkutan dengan diketahui oleh
pemerintah daerah bersangkutan.
e. Zona Pemanfaatan Pariwisata Alam
Pemanfaatan zona ini diperuntukkan bagi:
Pengembangan saran dan prasarana ekowisata.
Penyelenggaraan program interpretasi dan kegiatan rekreasi.
Pengembangan laboratorium alam terbuka.
Pengembangan budidaya tanaman hias dan biota obat hutan.
Pengembangan pusat penyelamatan sata endemik Sumatera.
Pengembangan penangkaran satwa liar.
Semua kegiatan pemanfaatan tersebut diverifikasi berdasarkan hasil-hasil
AMDAL.
f. Zona Rehabilitasi
Zona ini tertutup bagi semua kegiatan kecuali intervensi pemulihan,
pendidikan dan penelitian.
97
Ringkasan ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 3.6
berikut ini.
TABEL III.2 RINGKASAN PEMBAGIAN ZONA DI TNBD
No. Zona Kegiatan yang Diizinkan Kegiatan yang Dilarang
1. Semua Zona Penelitian
Pemulihan habitat
Introduksi tanaman ex luar kawasan, kecuali
untuk: (1) pengkayaan jenis laboratorium alam
terbukan; (2 menunjang penghidupan
komunitas adat Orang Rimba; dan (3) regenrasi
tanaman perkebunan rakyat.
Introduksi satwa ex luar kawasan, kecuali
untuk: (1) keperluan penangkaran; (2)
ditampung di rescue center; (3) menujang
penghidupan komunitas adapt Orang Rimba
melalui sistem pemeliharaan dengan cara
dikandang.
Membuang limbah, kecuali ditempat ditentukan.
Memanen, memindahkan, menganggu
sumberdaya alam, kecuali untuk: (1) kebutuhan
penghidupan Orang Rimba; (2) penangkaran
atau satwa bermasalah; (3) laboratorium alam
tebuka dan budidaya tanaman hias dan biota
obat hutan; (4) penelitian; (5) keperluan
intervensi pemulihan habitat.
2. Zona Inti Penelitian Terbatas
Pemulihan Habitat
Semua kegiatan lain dilarang kecuali hal-hal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan ritual adapt
komunitas Orang Rimba
3. Zona Rimba Pendidikan dan penelitian
Pariwisata terbatas
Pemulihan habitat
Semua kegiatan lain dilarang kecuali hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan:
Komunitas adat Orang Rimba
Laboratorium alam terbuka dan budidaya biota
hutan dan tanaman hias
Penangkaran atau satwa bermasalah
Keperluan intervensi pemulihan habitat
4. Zona
Pemanfaatan
Tradisional
Semua kegiatan yang
terkait dengan
pemberdayaan komunitas
adapt Orang Rimba
Pendidikan dan Penelitian
Pariwisata yang dikelola
Orang Rimba
Semua kegiatan lainnya dilarang
98
No. Zona Kegiatan yang Diizinkan Kegiatan yang Dilarang
Zona
Pemanfaatan
Terbatas
Zona
Pemanfaatan
Pariwisata
Zona
Rehabilitasi
Pemulihan habitat
Perkebunan rakyat
Pengembangan sarana
dan prasarana pariwisata,
rekreasi, program
interpretasi laboratorium
alam terbuka
Budidaya tanaman hias
dan biota obat hutan
Pusat penyelamatan satwa
dan penangkaran
Pemulihan habitat
Pendidikan dan penelitian
Semua kegiatan lainnya dilarang kecuali yang
terkait dengan kepentingan komuntas adapt Orang
Rimba
Semua kegiatan lainnya dilarang kecuali yang
terkait dengan kepentingan komunitas adat Orang
Rimba
Semua kegiatan lainnya dilarang
Sumber: RPTNBD 2005-2029
3.2.4 Penataan Batas Antar Zona TNBD
Mengingat masing-masing tipe zona mempunyai fungsi tersendiri dan
menuntut perlakuan yang spesifik, maka untuk menghindari terjadinya tumpang
tindih (fungsi dan perlakuan) batas antar zona perlu dipertegas secara visual,
khususnya di bagian-bagian areal batas yang strategis dan atau raan terjadi
tumpang tindih (fungsi dan perlakuan).
Perlakuan yang sama diterapkan pula untuk mennadai batas luar
kawasan TNBD. Adapun untuk penandaan batas kawasn dan antar tipe zona,
dipakai jenis tegakan seperti terlihat dalam tabel 3.6 berikut ini.
TABEL III.3 PENATAAN BATAS KAWASAN DAN ANTAR ZONA KAWASAN TNBD
Batas Jenis Tegakan Interval Tegakan
(meter)
Batas Luar Kawasan TNBD Pinang, Bambu, Aren
Antar Tipe Zona
Zona Inti-Zona Rimba Sialang (kempas)
Zona Rimba-Zona Pemanfaatan
Tradisional
Gaharu, rotan, jernang, jelutung, petai
hutan, damar
Zona Rimba-Zona Pemanfaatan Rotan
99
Terbatas
Zona Rimba-Zona Pemanfaatan
Pariwisata Durian hutan, tampuy, rambay sama kandis
Antar Zona Pemanfaatan (ZP)
ZP Pariwisata-ZP Tradisioanal Durian hutan, tampuy, rambay asam kandis
ZP Pariwisata-ZP terbatas Rotan
Sumber: RPTNBD 2005-2029
Penting untuk dicatat bahwa seiring dengan berjalannya waktu, sejumlah
pal batas di bagian selatan ex cagar biosfer tidak ditemukan lagi. Masalah ini
menimbulkan kerancuan interpretasi di kalangan masyarakat desa atas letak
batas kawasan. Untuk menghindari konflik tata batas, perlu segera dilakukan
rekonstruksi (penataan ulang) tata batas di bagian kawasan ini. Sekaligus
mengganti kode tegakan pal batas yang sekarang masin menggunakan kode
CB.