bab iii ghaib 14 romadhan - perpustakaan uin walisongo...
TRANSCRIPT
36
BAB III
GHAIB DALAM AL-QUR’AN
A. Ayat-ayat Ghaib dalam al-Qur'an
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat. Tidak diturunkan untuk
satu umat atau satu abad, tetapi untuk seluruh umat dan untuk sepanjang
masa. Karena itu luas ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Al-Qur’an diwahyukan untuk tujuan khusus yaitu menjadikan kita
sadar pada Sang Pencipta, yang mengarahkan kita pada iman dan ibadah dan
menata kehidupan individual dan kolektif agar kita mencapai kebahagiaan di
dunia dan akherat.
Setelah penulis telusuri dalam al-Qur’an dengan mengutip dari
berbagai buku praktis mencari ayat-ayat al-Qur’an, yaitu: Muhammad Fuad
dan Abdul Baqi, Mu’jam al-Mufarraz Lafad al-Qur’anul Karim, NA,
Baiquni, Syawaqi, RA.Aziz, Indek al-Qur’an Cara Mencari Ayat-Ayat al-
Qur’an, ARKOLA, Surabaya, 1996, Afzalurrahman, Indek al-Qur’an, terj.
Ahsin W. al-Hafidz, Bina Aksara, Jakarta, 1997, CD Holy Qur’an 30 jus versi
Indonesia, M.S Khalil, Kunci-Kunci Untuk Mencari Ayat al-Qur’an, Bina
Ilmu, Surabaya, 1984. Maka penulis menemukan sebanyak 51 ayat-ayat
ghaib dalam al-Qur’an. Adapun rincian ayat-ayatnya yaitu:
No Tema Surat dan ayat
1
Segala sesuatu yang tidak ada
dari kita karena belum terjadi,
dan akan terjadi dimasa
datang. = as-Sirru (rahasia), =
mustatir (tersembunyi).
Q. S. an-Naml : 65
Q. S. al-Jîn: 26
Q. S. an-Nahl : 77
Q. S. al-Anbiya : 49
Q. S. Saba’ : 3, 14, 48, 53
37
Q. S. ath-Thûr: 41
Q. S. al-A’raf : 188
Q. S. Maryam : 61, 78
Q. S. al-Baqarah : 44
Q. S. an-Najm: 35
Q. S. Hûd: 31
Q. S. al-An’am: 73
Q. S. al-Maidah: 109, 116
Q. S. az-Zumar: 46
Q. S. al-Jumu’ah: 8
2
Segala sesuatu yang tidak
dapat dilihat oleh mata tetapi
dapat dihadirkan dalam hati
(bersifat batin) = al-majhul
>< tajalli.
Q. S. al-Baqarah : 3
Q. S. Yâsîn : 11
Q. S. al-Mulk : 12
Q. S. al-Fâthir : 18, 38
Q. S. al-Mu’minûn : 92
Q. S. al-Hadid: 25
Q. S. Yusuf: 81
Q. S. Hûd: 123
Q. S. al-Hujurat: 18
Q. S. al-An’am: 59
Q. S. al-Maidah: 94
Q. S. Qaaf: 33
3
Segala sesuatu yang tidak
dapat diketahui karena
terhalang oleh sesuatu.
Q. S. ar-Rôd: 9
Q. S. an-Nahl : 77
Q. S. al-An’am: 50
Q. S. Hasyir: 22
Q. S. at- Taubah: 78, 94 & 105
Q. S. at-Taghabun: 18
Q. S. Sajdah: 6
38
Q. S. Ali-Imran : 179
4 Segala sesuatu yang pernah
ada atau terjadi dan kita
tidak mengalaminya atau
menyaksikannya >< asy-
Syahadah.
Q. S. Hûd: 49
Q. S. Yusuf: 52, 102
Q. S. al-Kahfi: 22 & 26
Q. S. at-Takwir: 24
Q. S. Yunus: 20
Q. S. al-Qalam: 47
B. Penafsiran Ayat-ayat Ghaib dalam al-Qur'an
Dalam memberikan penafsiran terhadap kata ghaib dalam al-Qu’an,
penulis berusaha untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi ayat-ayat
ghaib sesuai dengan maksud artian yang megarah pada arti tertentu sehingga
akan tersususun secara sistematis. Dalam menjelaskan kata ghaib penulis
sengaja mengambil beberapa kitab tafsir yang kiranya menafsirkan ayat-ayat
yang penulis sebutkan. Adapun klasifikasi dan penjelasan dari ayat-ayat
ghaib tersebut sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang tidak ada dari kita karena belum terjadi, dan akan
terjadi dimasa datang. = as-Sirru (rahasia) = Mustatir (tersembunyi).
Segala hal yang belum nampak atau belum terjadi memang
menjadi misteri bagi kita akan ada atau tidaknya peristiwa itu, dan sering
kali diragukan bahkan ditolak eksistensinya bagi mereka yang tidak
beriman, tetapi berbeda dengan yang beriman, akan selalu meyakini akan
kedatangannya suatu saat karena telah banyak dijelaskan dalam firman
Allah SWT. Diantara beberapa ayat ghaib yang termasuk dalam kategori
ini yang menjelaskan tentang kiamat yaitu:
قل لا يعلم من في السموات والأرض الغيب إلا الله وما يشعرون أيان يبعثون
Artinya: Katakanlah: ”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah, dan mereka
39
tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan“.1
Ayat di atas sebagai pembatalan terhadap kepercayaan mereka menyangkut pengetahuan tentang yang ghaib yang diakui oleh para penyembah berhala. Kaum musrikin bertanya kepada nabi Muhammad tentang waktu datangnya kiamat, Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa pertanyaan ini timbul akibat kepercayaan mereka bahwa agamawan bahkan nabi mengetahui yang ghaib. Pertanyaan ini ditujukan guna membuktikan bahwa Muhammad bukanlah nabi karena tidak mengetahui
yang ghaib yaitu datangnya kiamat.2
Ayat ini menunjukkan bahwa nabi Muhammad pun tidak
mengetahui yang ghaib kecuali apa yang disampaikan Allah kepada beliau.
Adapun ghaib mutlak datangnya hari kiamat, maka Rasulullah sendiri
menegaskan ketika beliau ditanya oleh malaikat Jibril as. Tentang
waktunya: “Tidak yang ditanya tentang kiamat lebih mengetahui dari yang
bertanya” (HR. Muslim dan lain-lainnya melalui Abdullah Ibn ‘Umar)
Dalam hadis lain nabi bersabda: “Aku diutus sedang waktu
datangnya hari kiamat itu seperti dua ini, sambil memperlihatkan
telunjuknya dan jari tangannya”. Maksudnya ialah jarak waktu antara
kiamat dengan beliau amatlah dekat, meskipun Allah SWT merahasiakan
saat terjadinya hari kiamat, namun Allah SWT telah memberitahukan
kepada nabi Muhammad SAW alamat-alamat atau tanda-tanda sebelum
kaimat terjadi. 3 Maka suatu tanda yang nyata bahwa kiamat itu sudah
dekat ialah kebangkitan nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir
kepada umat manusia.. Maka sesudah itu menyusulah penyempurnaan
kehidupan material, dan apabila segala kesempurnaan itu telah tercapai,
tibalah saatnya kehancuran dan kemusnahan.
1 Q. S. an-Naml/27 : 65 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Kelompok VI, Lentera Hati, hlm. 259 3 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Juz. 6, terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani
Pres, Jakarta, 2000, hlm. 63
40
Rasulullah bersabda mengenai lima kunci yang ghaib sebagaimana
tersebut dalam surat al-An’am ayat 34: “Sesungguhnya Allah hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia lah yang
menurunkan hujan dan yang mengetahui apa yang ada dalam rahim dan
tidak seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakan besok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Seandainya manusia diberi perangkat untuk mengetahui perkara
ghaib, niscaya gugurlah kekhalifahan di muka bumi ini. Karena mereka
tidak disiapkan untuk menghadapinya kecuali dalam ukuran untuk
menghubungkan ruhnya dengan penciptanya, dan untuk menghubungkan
keberadaanya dengan keberadaan alam semesta ini. Dan seandainya
seluruh perkara ghaib dan apa yang bakal terjadi ditunjukkan kepada
mereka, niscaya mereka tidak akan menggerakkan kaki dan tangannnya
untuk memakmurkan bumi, atau hati mereka akan terus menggoncang
merenungkan apa yang bakal terjadi itu, tanpa hasrat untuk memakmurkan
bumi ini sama sekali.
Ayat ini menurut Thahir Ibn ‘Asyur adalah pengkhususan kepada mereka yang merasa mengetahui yang ghaib dari para dukun, peramal, dan para penyembah berhala. Bahwa tidak ada yang mengetahui yang ghaib melainkan hanya Allah
Dalam surat al-Jîn ayat 26 mengisaratkan mengenai batilnya ramalan, nujum dan sihir sebab pelakunya itu adalah orang-orang yang paling jauh dai keridhaan dan paling dekat dengan kemungkaran. Ar-Razi berkata bahwa Allah tidak memberitahukan keghaiban-Nya yang khusus, yaitu datangnya hari kiamat, dan ada beberapa alasan yang menunjukkan hal itu: 1). Para penganut agama dan kepercayaan telah membuktikan kebenaran ilmu takwil dan tafsir mimpi, dan orang yang menafsirkan mimpi itu terkadang memberitahukan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimas datang, dan dia pun benar dalam penafsirannya itu. 2)
41
peramal al-Baghdadiyah yang diboyong oleh Sutan Sinjar Ibnu Malik Syah dari Bagdad ke Khurasan dan ditanyai tentang suatu yang akan datang, telah menyebutkan beberapa hal yang kemudian terjadi sesuai dengan pembicaraanya. 3). Kita menyaksikan diantara para ahli ilham (dan hal itu tidak khusus bagi para wali, tetapi terkadang didapat juga oleh tukang-tukang sihir), orang yang benar dalam pemberitahuannya. Begitu pula hukum-hulum perbintangan seringkali cocok dan sesui dengan apa yang akan terjadi. Apabila yang demikian itu dapat disaksikan dan dirasakan maka pendapat bahwa al-Qur’an menunjukkan yang sebaliknya dapat mendapatkan celaan terhadap al-Qur’anul Karim.
Dijelaskan pula dalam ayat yang lain bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui keghaiban kiamat, yaitu:
بللـه غيو بأقر وه ر أوصح البة إلا كلماعالس را أممض والأرات وومالس ء قديريلى كل شع إن الله
Artinya: “Dan kepunyaan Allahlah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melaikan sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segaa sesuatu”.4
Dikhususkannya penyebutan kebangkitan kiamat diantara perkara-
perkara ghaib disebabkan telah banyak terjadi perdebatan mengenainya
diseluruh zaman dan masa, serta pada banyak umat, lalu banyak manusia
yang mengingkari dan menjadikannya termasuk hal yang tidak mungkin.
Allah menyajikan apa yang tampaknya merupakan keterangan atas
kemungkinan dan kecepatan terjadinya kiamat, sesungguhnya Allah maha
kuasa atas apapun yang Dia kehendaki, tidak ada sesuatupun yang dapat
menolak kehendak-Nya. maka Dia kuasa untuk membangkitkan kiamat
dalam masa yang lebih cepat dari pada kejapan mata.5
Senada dengan ayat ini ialah Q.S. al-Qamar/54: 50, ”Dan perintah
4 Q.S. an-Nahl/16: 77 5 Al-Maraghiy, Juz. 15, op.cit, hlm. 212
42
Kami hanya satu perkataan seperti kejapan mata”. Dan senada juga
dengan Q.S. Lukman/31: 28, “Tidaklah Allah menciptakan dan
membangkitkan kalian (dari dalam kubur itu), melainkan hanya seperti
(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja”.
Allah SWT merahasiakan waktunya, agar manusia tidak
menghentikan kegiatan hidupnya. Seharusnya manusia tidaklah perlu
memikirkan kapan hari kiamat itu akan terjadi.6 Sebab hal itu adalah
urusan Allah SWT . Yang pokok bagi mereka menyelaraskan hidup
mereka dengan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Perkara hari kiamat bagi Allah sangatlah mudah. Mudah atau
sukar, cepat atau lambat itu adalah ukuran manusia. Allah SWT
sesungguhnya sangat kuasa atas segala perkara. Bila Allah SWT
berkehendak atas sesuatu Dia pun berfirman: “Kun” (adalah) maka
terciptalah. Tidak suatupun yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Kalau kehendak Tuhan sudah sampai, sekejap mata semuanya itu
berubah. Bagi kita soal ini besar tetapi bagi Allah SWT masalah ini
sangatlah kecil di hadapan-Nya. Tentang sekejap mata ini dapatlah kita
memikirkannya apabila kita dengar keterangan ahli-ahli tentang kecepatan
perjalanan alam, bagaimana cepatnya peredaran bumi, bagaimana
kecepatan perjalanan cahaya. Kata ahli ilmu alam cakrawala ini semua
yang ada ini beredar dengan cepat sekali, berkembang tidak berhenti-henti,
dan tidak tahu dimana kesudahnanya. Maka Tuhan bersabda bahwa sa’at
atau kiamat akan terjadi dalam sekejap mata.
Sesungguhnya kiamat akan segera datang dan tidak ada yang akan
bisa lari darinya, kemudian disana akan diperlihatkan hal-hal yang ghaib
dan yang nyata, lalu Dia beritakan apa saja yang telah diperbuat ketika
hidup di dunia.
6 Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 14, op.cit., hlm. 3942
43
Di dalam ayat yang lain juga diterangkan tentang keghaiban kiamat
sebagaimana dalam surat al-Ambiya ayat 49, di samping percaya kepada
adanya Allah SWT , maka percaya kepada adanya hari kiamat termasuk
dalam objek iman. Tetapi banyak manusia yang mengakui adanya Allah SWT
tetapi tidak mengakuai akan adanya hari kiamat atau hidup sesudah mati. 7
Seseorang yang bertakwa itu bila mendengar berita tentang akan
terjadi hari kiamat mereka jadi gemetar ialah kerena mereka beriman,
mereka percaya kepada Allah SWT , mereka percaya kepada rasul yang
diutus Allah SWT , sebab itu mereka percaya kepada berita yang dibawa
oleh rasul itu. Mereka sangat yakin bahwa kiamat itu pasti akan terjadi,
sebab mustahil seorang rasul membawa berita yang dikarang-karang
sendiri.
Dalam ayat lain juga dinyatakan tentang keghaiban hari kiamat
yaitu dalam firman Allah SWT :
ب لا ويالم الغع كمنأتيي لتبرلى وة قل باعا السأتينوا لا تكفر قـال الـذينيعـزب عنه مثقال ذرة في السموات ولا في الأرض ولا أصغر من ذلك ولا
أكبر إلا في كتاب مبنيArtinya: ”Dan orang-orang kafir berkata “Hari berbangkit itu tidak akan
datang kepada kami”. Katakanlah:”Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, sesunguhnya kiamat itu pasti datang kepadamu”. Tidak ada yang tersembunyi dari kepada-Nya seberat zarohpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melaikan tersebut dalam kitab yang nyata (lauh magfudz)”. 8
7 Sayyid Quthb, Juz. 5, op.cit, hlm. 149
8 Q.S. Saba’/34: 3
44
Sesungguhnya kedatangan hari kiamat tidak ada yang
mengehuinya, selain Allah SWT Yang Maha Tahu segala yang ghaib,
yang tidak luput dari pengetahuan-Nya sesuatupun di langit dan di bumi,
baik itu dzarrah maupun yang lebih kecil dari itu, atau yang lebih besar
dari padanya, dimana saja dan kemana saja perginya.9 Semua itu telah
terlpelihara dalam kitab yang nyata. Jadi tulang-tulang yang telah hancur
dan daging-daging yang telah bercerai-berai, maka Allah SWT mengetahui
kemana perginya tulang belulang itu, dan kemana tercerai-berainya. Dan
Allah SWT dapat mengembalikannya kembali sebagaimana Dia telah
memulainya pada pertama kali.
Ada segolongan orang-orang kafir mengatakan bahwa kehidupan
akherat yang diberikan Muhammad SAW adalah omong kosong belaka.
Suatu yang tidak mungkin terjadi karena tubuh manusia setelah masuk
kubur dan hancur luluh lantak tak berbekas apalagi setelah berlalu atasnya
masa yang panjang.10 Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada nabi
Muhammad SAW supaya menolak dengan keras anggapan orang-orang
kafir pada saat itu. Allah SWT memerintahkan supaya dia bersumpah
dengan menyebut nama Allah SWT bahwa hari kiamat itu pasti datang.
Hari berbangakit adalah suatu hikmah dan kebijaksanaan Allah
SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Suatu hikmah dan kebijaksanaan yang
tidak dipahami oleh orang-orang kafir atau mereka tidak mau
memahaminya. Hikmah dan kebijaksanan itu ialah Allah SWT tidak akan
membenarkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat sekehendak hatinya.
Allah SWT telah menjelaskan dengan perantaraan rasul-rasul-Nya bahwa
barang siapa yang berbuat kejahatan atau kezaliman maka akan dibalas
dengan balasan yang setimpal baik di dunia maupun di akherat. Kalau
manusia belum mendapatkan balasan di dunia atas kejahatannya karena
9Al-Maraghiy, Juz. 7, op.cit., hlm. 50
10 Universitas Islam Indonesia, Juz. 22, op.cit, hlm.61
45
kedududkannya atau kepintarannya menyembunyikan kejahatan itu, maka
balasan pasti akan diterimanya di akherat nanti. Mengingkari hari kiamat
dan hari pembalasan berarti mengingkari hikmah kebijaksanaan Allah
SWT Yang Maha Adil dan Maha Kuasa.
Kematian juga merupakan hal yang bersifat ghaib yang belum
diketahui bagi orang yang masih hidup, karena dia belum mengalaminya.
Melaui ayat ini Allah menunjukkan keluasan pengetahuaan-Nya tentang
yang ghaib serta ketangguhan kekuasaan-Nya. Firman Allah yang
menunjukkan kematian yaitu:
أم عندهم الغيب فهم يكتبون
Artinya:“Apakan ada pada sisi mereka pengetahuan sesuatu yang ghaib itu mereka menuliskannya?” 11
Dalam hal ini orang-orang musrik menganggap bahwa kematian
nabi Muhammad akan tiba sebelum kematian mereka, hal ini ditujukan
untuk menipu manusia pada waktu itu dan memperdayakan nabi. Yang
akhirnya mereka (orang-orang musyrik) dibinasakan oleh Allah pada
perang Badar.12
Dengan diceritakannya tukang ramal yang berusaha menebak hal-
hal yang ghaib yang sebenarnya mereka tidak mengetahuinya, kalaupun
mereka mengetahuinya karena mendapatkan bisikan dari setan yang selalu
mencuri berita dari langit dengan sepotong-sepotong, sehingga menjadikan
mereka menjadi sesat.13
Sedangkan term ghaib yang mengarah pada artian kematian
dijelaskan juga dalam surat Saba’ ayat 14, pada ayat ini dengan
11 Q.S. ath-Thûr/52: 41 12 Al-Maraghiy, Juz. 7, op.cit., hlm. 62-63
13 Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 27, op.cit., hlm. 24
46
memperlihatkan kisah para jin pengikut nabi Sulaiman yang diperintahkan
untuk membuatkan bangunan. Dengan segala ketakutan jin melakukannya
dengan sungguh-sungguh. Ketika mengawasi para jin, nabi Sulaiman
diambil nyawanya oleh Allah, tetapi masih dalam keadaan berdiri karena
ditahan oleh tongkatnya. Dan para jin tetap saja meneruskan pekerjaannya
karena tidak mengetahui kematian tuannya (nabi Sulaiman), dan akhirnya
nabi Sulaiman tersungkur setelah rayap mengerogoti tongkatnya. Tidak
ada yang mengetahui berapa lama nabi sulaiman bertelekan pada
tongkatnya setelah beliau meninggal. Sesungguhnya bangsa jin tidaklah
mengetahui yang ghaib, karena yang ghaib hanyalah hak prerogatif
Allah.14
Dalam surat al-A’raf ayat 188 menjelaskan tentang ketidak
tahuanya nabi Muhammad tentang datangnya kematian, beliau tidak tahu
bila beliau akan meninggal, sehingga lantaran itu beliau tidak
mengumpulkan harta kekayaan banyak-banyak untuk jaminan hidup bagi
anak-anak yang akan ditingalkannya dan beliau tidak mendirikan gedung-
gedung yang indah.15
Dalam beberapa ayat al-Qur’an dijelaskan pula tentang term ghaib
yang mengarah pada artian surga yaitu:
جنات عدن التي وعد الرحمن عباده بالغيب إنه كان وعده مأتياArtinya: “Yaitu surga ‘And yang telah dijanjikan oleh Tuhan yang maha
pemurah kepada hamba-hambanya, sekalipun surga itu tidak tampak. Sesunguhnya surga Allah SWT itu pasti ditepati” 16
Dengan kuatnya iman seseorang menjadikannya yakin dengan
14 Sayyid Quthb, Juz. 4, op.cit, hlm. 644 15 Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 9, op.cit, hlm.2642 16 Q. S. Maryam/19 : 61
47
sepenuh hati bahwa ketaatannya di dunia ini tidaklah akan sia-sia. Manusia yakin akan janji Allah yang disediakan kepada hamba Allah, meskipun surga itu tidak tampak. Ghaib dalam ayat ini mengarah pada artian surga, sebagai taman-taman tempat tinggal yang kekal, tidak seperti taman-taman dunia. Allah SWT telah menjanjikannya bagi orang-orang yang bertakwa,
sekalipun mereka tidak menyaksikannya.17
Surga yang dijanjikan-Nya akan menjadi tempat kediaman bagi arang-orang yang bertaubat dan bertakwa, ialah surga ‘Adn. Meskipun surga yang dijanjikan itu tidak dapat dilihat oleh manusia di dunia ini, karena masih dalam alam ghaib dan kapan manusia itu masuk ke dalamnya tidak pula dapat diketahui dengan pasti karena semua itu hanya diketahui oleh Allah. 18
2. Segala sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata tetapi dapat dihadirkan
dalam hati (bersifat batin).
Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh panca indra,
percaya kepada yng ghaib yaitu mengiktikadkan adanya sesuatu “yang
maujud “ yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Beriman kepada
yang ghaib merupakan satu titik tolak kesempurnaan iman manusia.
Puncak dari keimanan kepada yang ghaib adalah iman kepada Allah,
konsep keiman ini dinampakan dengan melaksanakan ibadah shalat dan
menafkahkan zakat.19 Dijelaskan dalam firman Allah:
الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقونArtinya: (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. 20
Kata bil ghaib pada ayat di atas adalah Dzat Allah SWT, jadi sifat
17 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 16, op.cit, hlm. 4346
18Al- Maraghiy, Juz. 16, op.cit, hlm. 61 19 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, kelompok 1, Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 83
20Q.S. al-Baqarah/2: 3
48
pertama orang yang bertakwa adalah percaya kepada Allah.21
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Hujurat: 25. Dari Ibnu Umar r.a.
bahwa Rasulallah SAW, bersabda: “Islam didirikan atas lima sendi:
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan
melaksanakan haji.”(HR Bukhari dan Muslim).22 Penafsiran ini sama
halnya dengan Q. S. al-Mu’minûn : 92. Dalam firman Allah yang lain:
إنما تنذر من اتبع الذكر وخشي الرحمن بالغيب فبشره بمغفرة وأجر كرمي
Artinya: “Sesunguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia”23
Bagi mereka yang mengasah potensi keimanannya sehingga
bersedia secara bersungguh-sungguh mengikuti adz-Dzikr yakni tuntunan
al-Qur’an dan yang takut bercampur harap serta kagum kepada ar-Rahman
Sang Maha Penyayang, mesti Dia ghaib yakni meskipun mereka tidak
melihat-Nya. Mereka itulah yang pantas mendapat maghfirah
pengampunan Ilahi dan ganjaran yang mulia berupa kebahagiaan yang
tidak putus-putusnya.24
Iman kepada yang ghaib adalah pokok dasar kepercayaan kepada
yang ghaib, kalau tidak percaya lagi kepada yang ghaib, berarti runtuhlah
segenap kepercayaan. Anak kunci dari segala yang ghaib adalah Allah.
Enam pokok dari keimanan kepada yang ghaib yaitu: Pertama,
kepercayaan kepada Allah. Kedua, percaya kepada hari kiamat, ketiga,
21 Sayyid Quthb, juz.1, op.cit, hlm. 89 22 Ibnu Katsir, Juz. 4, op.cit, hlm. 76. 23 Q. S. Yâsîn/36 : 11 24 M. Quraish Shihab, Kelompok 1, op.cit, hlm.512
49
percaya kepada hari pembangkitan (ba’ats), hari perhitungan (hisab), hari
penimbangan (mizan), dan hari menerima ganjaran (jaza’). Keempat,
percaya kepada nabi-nabi yang telah lalu. Kelima, percaya akan adanya
malaikat. Keenam, percaya bahwa baik dan buruk yang terjadi adalah atas
qadha dan qadhar dari Allah.25
Di dalam al-Qur’an selalu bertemu dengan ayat-ayat yang
menyuruh manusia memperhatikan perbuatan Allah, ciptaan Allah, takdir
ketentuan Allah, supaya timbul rasa takut kepada Allah, lalu tunduk
dengan penuh rasa cinta kepada-Nya, dan meskipun Dia ghaib, tidak
tampak oleh mata namun Dia jelas kelihatan oleh hati. Imajinasi tentang
Allah tidaklah dapat diterangkan, tetapi bekas perbuatan dan ciptaan-Nya
dapat menimbulkan keyakinan akan kebesaran-Nya. apabila perasaan ini
telah tumbuh dalam hati niscaya akan terbukalah hari depan yang baik, dan
masa depan yang bahagia.26 Penjelasan dari surat Mulk ayat 12.
Sedangkan dalam surat Fâthir ayat 18 menjelaskan bahwa
peringatan Allah tidak akan berguna bagi kaum Musyrikin tetapi hanya
bermanfaat bagi orang-orang yang takut akan adzab Tuhan yaitu kaum
Muslimin, walaupun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka senantiasa
melaksanakan shalat secara baik dan sempurna.27
Dan tanda-tanda orang yang bertakwa adalah, Pertama, mereka
senantiasa takut kepada azab Allah, walau azab itu tidak tampak oleh
mereka. Kedua, mereka takut akan datangnya hari kiamat, Ketiganya,
mereka yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan
dan mengetahui di mana dan keadaaan bagaimanapun mereka saat itu.
25 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Juz. 29, Pustaka Panji
Mas, Jakarta, 1988, hlm. 2058
26Ibid, hlm. 7542 27 M. Quraish Shihab, Kelompok III, op.cit, hlm. 214
50
Dalam firman Allah yang lain dijelaskan juga keghaiban yang
berhubungan dengan diri manusia, baik yang berhubungan dengan amal
dan perasaan manusia Seperti diberitakan dalam al-Qur’an menjelaskan
tentang prilaku dan fikiran orang-orang munafik, yang dijelaskan dalam al-
Qur’anul karim yaitu:
لكم منؤن وا لنذرتعقل لا ت همإلي متعجإذا ر كمون إليذرتعي من ا اللهأنبن قدأخباركم وسيرى الله عملكم ورسوله ثم تردون إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملونArtinya: “Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan uzurnya
kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah :”Janganlah kamu mengemukakan uzur, kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahhukan kepada kami beritamu sebenarnya. Dan Allah serta rasulnya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib dan Yang Nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.28
Allah mengetahui amal yang ghaib yang tersembunyi yang idak
tampak oleh orang lain dan Allah pun mengetahui keghaiban rahasia hati
ataupun perbuatan yang nyata. Mungkin manusia tidak mengetahui
hakekat yang sebenarnya. Namun Tuhan tetap melihat dan kelak semua
amalan itu baik amalan yang tulus ihklas maupun yang pura-pura, akan
dibuka dipaparkan dihadapan Allah yang mengetahui yang ghaib dan
nyata itu di akhirat.29 Dari ayat sesudahnya (ayat 95) diterangkan bahwa
Allah akan memasukkan mereka (orang-orang munafik) ke dalam neraka
Jahannam atas apa yang telah mereka lakukan.
Menurut pendapat Qatadah, ayat ini turun mengenai Abdullah Ibn
Ubai, dia bersumpah kepada nabi sesudah nabi kembali dari madinah dari
peperangan Tabuk, akan tidak lagi mengikuti nabi dan meminta
28 Q. S. at-Taubah/11: 94
51
permohonannya (untuk tidak kembali keperang Tabuk), nabi menolak
permohonan tersebut.
Allah memberi tahu bahwa orang-orang munafik akan bersumpah
dengan nama Allah bahwa benar-benar mereka itu mempunyai alasan
(uzur) yang menghalangi mereka turut berjihad, kelak tempat mereka
adalah neraka Jahanam sebagai pembalasan atas sesuatu yang telah mereka
kerjakan.30 Dalam firman Allah yang lain juga diterangkan tentang amal
manusia yang baik maupun yang buruk, yang sebenarnya semuanya
diketahui oleh Allah, keterangan ini dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat
105.
Bahwasanya amal-amal manusia akan dilaporkan kepadanya pada
hari kiamat, kepada rosul dan kepada kaum muslimin. Sebagaimana dalam
riwayat Imam Ahmad dari Abi Said, bahwa Rasulullah bersabda:
“Andaikan seseorang diantara kamu berbuat sesuatu di dalam sebuah batu
karang yang padat, tiada berpintu dan berlubang, Allah akan
menampakkan perbuatannya kepada orang-orang, bagaimanapun
keadaanya”. Begitu juga terdapat dalam riwayat Abu Daud dari Jabir Ibnu
Abdullah dan riwayat Imam Ahmad dari Anas.31
Pada surat at-Taubah 78, kata ghaib di sini sama dengan kata siir
yaitu yang tersembunyi atau disembunyikan karena dengan diketahui oleh
pihak lain, sesuatu yang tersembunyi boleh jadi karena tidak disadari oleh
seseorang seperti peristiwa-peristiwa lama yang tertimbun dalam bawah
sadar, sedang yang disembunyikan adalah yang masih disadari dan di
bawah kontrol yang menyembunyikannya. Kata rahasia di sini adalah
sesuatu yang disadari dan disembunyikan sedang yang lebih tersembunyi
adalah yang telah terpendam di bawah sadar sehingga tidak diketahui
29 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 11, op.cit., hlm. 3089
30 Ibnu Katsir, Juz. 2, op.cit., hlm. 123
52
apalagi dikontrol oleh yang bersangkutan.32
Dalam ayat ini Allah memperingatkan orang-orang munafik bahwa
bagaimanapun pintarnya mereka menyimpan rahasia, dalam hati mereka
dan bagaimanapun liciknya mereka berbisik-bisik menjelekkan orang-
orang yang beriman dan Rasulullah. Sesunguhnya tidak ada yang
tersembunyi bagi Allah sesuatupun juga baik yang di bumi ataupun yang
di langit demikian pula yang tersunyi dalam hati, Allah mengetahui semua
yang tersembunyi.33
Orang-orang munafik akan dikembalikan pada hari kiamat kelak
kepada Tuhan yang mengetahui isi hati kalian, dan apa yang kamu
terangkan, dan dikembalikan kepada Allah yang tidak samar bagai-Nya
segala urusanmu yang batin-batin atau yang lahir-lahir, lalu Dia
memberitahukan hasil amal kalian kepadamu, kemudian Dia beri balasan
kepadamu atas amal tersebut dengan pahala yang baik atau dengan siksa
yang buruk.
Amal mereka akan diperlihatkan pula dihadapan rasul dan kaum
muslimin lainnya kelak di hari kiamat, dengan demikian akan terasingkap
aib mereka, dan akan kelihatan begitu banayaknya kejahatan yang mereka
lalukan dan begitu sedikit amal kabaikan yang diparbuatnya. Dan nantinya
kabaikan akan dibalas dengan pahala kebaikan dan keburukan akan
dibalas-Nya dengan siksaan.
Allah selalu meperhatikan amal manusia baik yang zdahirnya
maupun yang batinnyapun diketahui-Nya. Dan nanti di akherat akan
diberitakan Allah bagaimana mutu amal itu, jujurkah atau curangkah, di
waktu itu tidak bisa bersembunyi lagi. Rosul sebagai manusia dan orang
mu’min kadang-kadang hanya melihat yang kulitnya saja, yang ghaib
mereka tidak tahu. Kadang-kadang ada juga orang mukmin yang
31 Sayyid Quthb, Juz. 2, op.cit., hlm. 135-136 32 Quraish Shihab, Juz. 7, op.cit., hlm.624
33 Universitas Islam Indonesia, Juz. 10, op.cit, hlm.198
53
memperhatikan, melihat bahwa pekerjaan kita itu tidak ikhlas, tetapi iapun
tidak sanggup membuka mulut mengatakan terus terang. Tetapi di hadapan
Tuhan tidak ada rahasia dan mutu amal itu akan dibukakan.
Sebuah hadis riwayat Imam Ahmad dari Abi Sa’id bahwa
Rasulullah bersabda: “Andaikan seorang diantara kamu berbuat sesuatu di
dalam sebuah batu karang yang padat, tiada berpintu dan berlubang Allah
akan menampakkan perbuatannya kepada orang-orang bagaimanapun
keadaannya”.
Allah mengetahui perasan yang terkandung dalam hati, Maha
Mengetahui rencana apa yang akan mereka lakukan. Allah pulalah yang
mengetahui segala yang tak terlihat oleh panca indra manusia baik yang
ada di langit maupun yang ada di bumi, oleh karena itu hendaklah orang-
orang musyrik merasa takut kepada Tuhan, sebab segala gerak gerik
mereka di bawah pengawasan-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah yaitu:
سموات والأرض إنه عليم بذات الصدورإن الله عالم غيب ال
Artinya:“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui segala isi hati”. 34
Perasaan yang ada pada hati manusia dan ghaib bagi orang lain,
tetapi tidak ghaib bagi Allah, baik itu berupa angan-angan yang ada dalam
dada manusia, karena Allah mengetahui segala yang ghaib. Dijelaskan
pada ayat sebelumnya (ayat 37) tentang isi hati orang-orang kafir yang
meminta dikeluarkan dari neraka dan berjanji untuk berbuat baik, dan
Allah mengetahui yang ada pada isi hati.
Seperti dalam firman Allah yang menceritakan tentang keghaiban
kondisi umat nabi Muhammad surat al-Maidah ayat 109, bahwa seorang
rasul hanya mengetahui keadaan lahirnya saja dari keadaan umatnya, tetapi
54
tidak mengetahui keadaan batin mereka. Meskipun rasul mengetahui yang
lahir tetapi lebih banyak keadan yang ghaib (batin) yang tidak diketahui.
Yang ghaib bisa jadi bertentangan dengan yang lahir sehingga
pengetahuan ini sesungguhnya tidak ada. Karena hanya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui Yang Ghaib.35
Disebutkan juga dalam riwayat yang lain, nabi mengatakan: ”Tak
ada pengetahuan kami tentang keadaan dan sikap umat kami yang
sebenarnya, karena walaupun kami mengetahui lahir mereka, tetapi yang
ghaib tidak kami ketahui lebih banyak. Karena sesungguhnya Engkaulah
Yang Mengetahui Perkara Yang Ghaib. Menegaskan bahwa ingat dan
takutlah akan datangnya suatu hari di waktu Allah mengumpulkan para
rasul, yang ditugaskannya menyampaikan ketentuan-ketentuan Allah. Dan
Allah akan menahan para saksi untuk diminta keterangannya.36
Dalam surat at-Taghâbun ayat 18, dijelaskan bahwa Allah
mengetahui yang ghaib tersembunyi, walupun engkau simpan dan
mengetahui pula yang nyata kelihatan. Sebab itu jangan mencari dalih
menyatakan tidak memeiliki harta ketika datang orang yang minta tolong,
padahal memilikinya.37 Sesungguhnya orang yang kaya dan bakhil dalam
sebentar waktu bisa saja dijatuhkan oleh Allah sehingga akan menjadi
miskin. Sesungguhnya tidak ada yang mengetahui semua kebijaksanaan-
kebijaksanaan Allah.38
Dalam surat Sajdah ayat 6, bahwa Allah yang mengatur semua
urusan, yang mengetahui semua yang ghaib dari mata kalian, yaitu berupa
hal-hal yang tersimpan di dalam kalbu dan terpendam di dalam jiwa. Dan
34 Q.S. Fâthir/35: 38
35 Quraish Shihab, Juz. 10, op.cit., hlm.215
36 Universitas Islam Indonesia, Juz. 7, op.cit., hlm.50 37 Ibid, hlm.527
38 Ibnu Katsir, Juz. 4, op.cit, hlm. 548
55
Dia maha keras pembalasannya terhadap orang-orang yang kafir, yang
menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya, dan yang mendustakan rasul-
rasul-Nya.39
Diantara rasul-rasul, nabi Muhammad SAW dipilih oleh Allah
dengan memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk
menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau daapat menentukan siapa
diantara mereka yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik
dan kafir. 40 Penjelasan dalam surat Ali Imran 179.
3. Segala sesuatu yang tidak dapat diketahui karena terhalang oleh sesuatu,
lawan dari hadhir.
Sesuatu yang tidak terlihat ada tetapi sebenarnya ada, ketiadannya
karena terhalangnya pandangan terhadap sesuatu itu. Dalam kategori ghaib
ini diantaranya tentang kandungan rahim. Seperti telah dijelaskan dalam
firman Allah:
عالم الغيب والشهادة الكبري المتعالArtinya: “Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak, yang
Maha Benar lagi Maha Tinggi”.41
Allah memberitahukan kesempurnaan pengetahuaan-Nya sehingga
tidak ada satu perkara pun yang samar bagi-Nya. Allah mengetahui apa
yang dikandung oleh para pengandung dari kaum perempuan dan betina.
Hal ini senada dengan firman Allah, “dan dia mengetahui apa yang ada
dalam rahim-rahim”. Dan senada pula dengan riwayat Ibnu Mas’ud (639)
(Bukhari dan Muslim). Kata ghaib disini telah dijelaskan pada ayat
sebelumnya (ayat 8) yaitu isi kandungan rahim perempuan.
Dalam kategori ini dijelaskan juga tentang keghaiban kondisi alam,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
39 Al-Maraghiy, Juz. 18, op.cit hlm. 90 40 Departemen Agama, op.cit, hlm. 107
56
ولله غيب السموات والأرض وما أمر الساعة إلا كلمح البصر أو هو أقرب إن
ء قديريلى كل شع الله Artinya: “Dan kepunyaan Allah lah segala apa yang tersembunyi di langit
dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melaikan sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segaa sesuatu”.42
Dalam surat ini Allah menyatakan kesempurnaan ilmu-Nya tentang
hal-hal yang ghaib dan ke Maha kuasaan-Nya diantara hal-hal yang ghaib
itu, ialah hal-hal yang berada di luar jangkauan indra dan akal pikiran
manusia baik yang ada di langit maupun yangada di bumi.43 Begitu banyak
keghaiban alam yang belum bisa diketahui oleh manusia, manusia baru
mengetahui sedilit. Ketika manusia mampu mengetahui Bulan, masih
banyak planet-planet lain yang belum bisa diketahui oleh manusia. Ketika
manusia mampu menemukan benda baru dari dalam bumi, dan masih
benda-benda dalam bumi yang lain yang belum ditemukan manusia.
Singkatnya masih terbentang luas keghaiban alam yang tidak ataupun
belum diketahui oleh manusia.
Dalam surat al-An’am ayat 53 mendefinisikan Al-ghaib adalah
sesutu yang pengetahuannya ditutup dari manusia, karena ketidak
mungkinannya mereka menjangkau sebab-sebab untuk dapat
mengetahuinya. Ghaib terbagi dalam dua bagian: pertama, ghaib hakiki,
yaitu poerkara yang ghaib dari seluruh mahluk, sampai malaikat sekalipun,
yakni sebagimana dalam surat an-Naml/27: 65. Kedua, ghaib idhafi, yaitu
perkara yang pengetahuannya tertutup dari sebagian mahluk saja, sedang
sebagian lain mengetahuinya. Umpama perkara yang diketahui oleh para
malaikat, seperti perkara alam mereka dan sebagainya. Perkara itu tidak
41 Q.S. ar-Rôd/13: 9 42 Q.S. an-Nahl/16: 77
57
diketahui oleh manusia.44
Adapun perkara yang diketahui oleh sebagian manusia, karena
mereka dimungkinkan untuk menjangkau dan menggunakan sebab-
sebabnya, tetapi tidak diketahui oleh sebagian yang lain karena ketidak
tahuannya tentang sebab-sebab itu, atau tidak bisa menggunakannya, tidak
termasuk ke dalam umumnya perkara ghaib yang tercantum dalam kitab
Allah. Sebab-sebab ini ada tiga macam: Pertama, yang sifatnya ilmiyah,
seperti daalil-dalil ‘aqli dan ilmiah. Misalkan para ahli eksakta mampu
menyimpulkan terjadinya gerhana matahari dan bulan secara tepat. Kedua,
yang sifatnya praktis, seperti telepon non kawat. Ketiga, yang bersifat
psikis, sepeerti firasat dan ilham.45
Sekalipun sebagian manusia telah diberi pengetahuan tentang yang
ghaib, tetapi pengetahuan itu hanya sedikit bila dibanding dengan
pengetahuan Allah. Seandainya ada yang mengatakan bahwa mereka
mengetahui yang ghaib, maka pengetahuan itu hanyalah merupakan
kulitnya saja, tidak sampai hahekat pada yang sebenarnya.46 Mereka tidak
tahu dengan pasti akibat dan hikmat suatu kajadian.
Bahwa Allah lebih mengetahui apa yang disaksikan oleh hamba
Allah dengan mata-Nya ataupun yang ghaib jauh dari penglihatan-Nya.
Sedang yang dapat disaksikan mata (syahadah) itu sendiri, tidak juga
selengkapnya dapat diketahui oleh manusia, apatah lagi yang ghaib. Dan
yang ghaib jauh lebih banyak jumlahnya dari pada yang nyata. Allah Yang
Maha Besar dan Maha Tinggi yang menguasai dan mengatur seluruh alam
ini. Mahluk betapapun besarnya, atau betapapun kecilnya semuanya adalah
43 Universitas Islam Indonesia, Juz. 14, op.cit, hlm. 428 44 Al-Maraghiy, Juz. 18, op.cit hlm. 218 45 Sayyid Quthb, Juz. 10, op. cit, hlm. 219
46 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 7, op.cit., hlm. 73
58
milik Allah belaka.47
Dalam Surat al-Hasyir ayat 22 juga dijelaskan bahwa Allah
meliputi segala ruang dan waktu bagi Allah yang ghaib dan yang nyata
sama saja. Sedang bagi kita sabagai mahluk lebih banyak yang ghaib dari
pada yang nyata. Bahkan apa yang disangka nyata bagi kita ternyata ghaib.
Apa yang terpendam dalam bumi apa yang terkandung dalam bintang-
bintang yang bertebaran di langit-langit, ternyata alangkah terbatasnya
pengetahuan manusia dalam alam ini. Sedangkan yang nyata itu ternyata
masih ghaib bagi kita. Kemurahan dan kasih sayang-Nya itulah yang kita
lihat di mana-mana segalanya sesuai dengan bumi ini dan dapat kita
manfaatkan.
4. Segala sesuatu yang pernah ada atau terjadi dan kita tidak mengalaminya
atau menyaksikannya.
Hal-hal yang ghaib yang termasuk dalam kategori ini diantaranya
tentang kisah. Baik kisah para nabi maupun kisahnya orang-orang pilihan
(misalkan; kisah Ashabul Kahfi). Sebagaimana telah dijelaskan dalam
firman Allah:
تلك من أنباء الغيب نوحيها إليك ما كنت تعلمها أنت ولا قومك من قبل هذا قنيتة للماقبإن الع برفاص
Artinya: “Itu adalah berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahui dan tidak (pula), kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah sesunggguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. 48
Dengan ini dijelaslah, bahwasanya cerita nabi Nuh di dalam al-
Qur’an ini adalah semata-mata wahyu Allah kepada Muhammad. Dan bagi
Muhammad sendiri cerita ini termasuk berita ghaib karena tidak diketahui
47 Ibid, Juz. 13, hlm.3739
48 Q.S. Hûd/11: 49
59
sebelumnya. Dan cerita yang dibawa oleh ahli kitab dari mulut-kemulut itu
tidaklah semuanya benar karena hanya cerita sepotong-sepotong, dan
cerita yang selengkapnya dengan secara terperinci yaitu cerita yang
diwahyukan oleh Allah kepada beliau.49
Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada nabi Muhammad bahwa
kisah nabi Nuh AS itu dan yang serupa ialah di antra berita-berita penting
yang termasuk dalam soal-soal ghaib yang diwahyukan kepadanya, yang
belum pernah diketahuinya dan belum diketahui oleh kaumnya sebelum
itu, seandainya ada di antara kaumnya yang pernah mendengar, maka
pengetahuan mereka hanya secara global dan samar-samar.50
Kemu’jizatan nabi Muhammad juga diceritakan dalam firman-Nya:
مهو مهروا أمعمإذ أج هميلد تا كنمو كوحيه إليب نياء الغبأن مـن ذلـك يمكرون
Atinya: “Demikian itu (adalah) diantara berita-berita yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal kamu tidak berada sisi mereka, ketika kamu memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya”. 51
Kisah-kisah yang telah Allah kisahkan kepadamu (Muhammad),
berupa berita tentang Nuh dan kaumnya, adalah termasuk berita-berita
ghaib yang tak pernah kamu saksikan, sehingga kamu tidak
mengetahuinya, hingga Kami wahyukan kepadamu, lalu Kami wahyukan
49 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 12, op.cit., hlm. 69 50 Universitas Islam Indonesia, al-Qur’an Dan Tafsiranya, Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta, 1990, Juz. 12, hlm. 521.
51 Q.S. Yusup/12: 102
60
secara rinci. Boleh jadi nabi Muhammad sudah mengetahui kisah-kisah
tetapi hanya secara garis besarnya saja.52 Kisah nabi Nuh manunjukkan
kebenaran nubuwahnya nabi Muhammad.
Kisah dari saudara Yusuf yang bermufakat hendak membunuh atau
hendak membuanganya jauh-jauh agar hilang dari mata orang tuanya, yang
keputusan akhirnya memasukkannya kedalam sumur. Khabar ini dapat
diketahui oleh nabi Muhammad dengan sempurna dengan melalui wahyu
yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Kisah ini dan semacamnya merupakan salah satu dari cerita
keghaiban yang terdahulu. Diwahyukannya kepada nabi Muhammad
tentang kisah itu, sebenarnya terdapat di dalam pelajaran bagi nabi dan
bagi umatnya. Dan jalan keselamatan bagi mereka dalam kehidupan dunia
dan agamanya.53
Sedangkan di dalam firman Allah yang lainnya diceritakan tentang
kisah Ashabul Kahfi yang dijelaskan dalam surat al-Kahfi ayat 22, bahwa
orang-orang Nasrani berdebat tentang jumlah bilangan para penghuni gua
(Ashabul Kahfi) golongan al-Kaniyah (pengikut Malik) yang mengatakan
tiga orang dan yang keempat anjingnya, golongan Ya’qubiyah yang
mengatakan lima orang yang keenam anjingnya, golongan Nasthuriyah
mengatakan tujuh orang, delapan dengan anjingnya.54
Tidak ada yang mengetahui tentang jumlah mereka, hanya Allah
yang mengetahuinya. Umat nabi Muhammad yang menerka-nerka jumlah
dari Ashabul Kahfi, dan sebenarnya mereka hanya menerka pada sesuatu
52 Al-Maraghiy, Juz. 13, op.cit., hlm.76
53 Sayyid Quthb, Juz. 4, op.cit, hlm. 115
54 Syaikh Ahmad Mushtafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi, Juz. 15, terj. Hery Noor Aly, Toha Putra, Semarang, 1987, hlm. 258
61
yang ghaib.55
Dalam surat al-Kahfi ayat 26, dijelaskan bahwa Allah lebih tahu
mengenai mereka (Ashabul Kahfi) dari pada kalian, sesungguhnya Dia
telah memberitahukan berapa lamakah mereka tinggal di dalam gua. Maka
Dialah Yang Maha Benar yang tidak diliputi dengan keraguan.56
Keterangan ini termasuk perkara yang ghaib yang diberikan oleh Allah
kepada Nabi SAW supaya menjadi mu’jizat bagi beliau. Dan bagi Allah
mengenai hal-hal ghaib yang terdapat di langit dan di bumi, serta keadaan
yang tersembunyi dari langit dan bumi tidaklah tersembunyi bagi Allah,
maka serahkanlah kepada Allah yang mengetahui atas segala yang ghaib.57
Mu’jzat yang diberikan kepada rasul-Nya, tidak termasuk ilmu-
ilmu mereka yang bersifat kasbi, sebab wahyu merupakan satu jenis ilmu
dharuri yang didapati oleh nabi di dalam dirinya ketika Allah
memperlihatkan kepadanya. Apabila wahyu ditahan penurunanya maka
beliau tidak memiliki keluasan atau jalan kasbiyah untuk memperolehnya.
Ringkasnya Allah tidak memberikan ilmu ghaib kepada para nabi atas
dasar bahwa mereka memakainya dari ilmu-ilmu yang mereka peroleh
(ilmu kasbi). Demikian pula Allah tidak memberi mereka keluasan untuk
berbuat terhadap perbendaharaan Allah. Sebab Allah tidak memberikan
kepada mereka, sebagaiamana kepada yang lain, untuk mendapat jalan-
jalan guna mencapai ilmu itu.58
Dalam ayat lain dijelaskan tentang wahyu yang diberikan oleh
Allah kepada para nabi. Sebagaimana dijelaskan dalam firman allah:
55 Ibnu Katsir, Juz. 3, op.cit., hlm.125-126
56 Al-Maraghiy, Juz. 15, op.cit, hlm.265 57 Ibnu Katsir, Juz. 3, op.cit., hlm.128
58 Universitas Islam Indonesia, Juz. 7, op.cit., hlm.137
62
وما هو على الغيب بضننيArtinya: “Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk
menerangkan yang ghaib”. 59
Yang ghaib ialah kabar-kabar wahyu yang datang dari langit itu.
Maka tidaklah nabi Muhammad SAW itu dapat dituduh bahwa dia
menambah atau mengurangi apa yang diwahyukan, ataupun mengada-
ngadakan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu. Yang dimaksud wahyu
pada ayat ini ialah al-Qur’an sebagai wahyu yang didatangkan dari langit
dengan perantaraan Jibril yang amat dipercaya itu.60
Dalam surat al-Qalam ayat 47, menjelaskan tentang penentangan
kaum musrikin yang mendustakan dan menolak adanya al-Qur’an sebagai
wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.
Kata ghaib yang dimaksud disini adalah wahyu, hanya Allah yang
mengetahui yang ghaib dan hanya dia yang dapat memberikan informasi
tentang ghaib itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, informasi itulah
yang dinamakan wahyu.61
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa manusia tidaklah mengetahui
apa yang disembunyikan Allah kecuali Dia memberitahukannya dengan
perantaraan wahyu. Ilmu-Nya meliputi segala yang pernah terjadi, yang
sedang terjadi, dan yang akan terjadi dalam ruang lingkup ciptaan-Nya
ini.62
Mu’jizat yang dimiliki oleh seorang nabi sering kali mendapatkan
pertentangan dikalangan umatnya, karena Allah menurunkan mu’jizat
memang ditujukan untuk meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh suatu
59Q.S. at-Takwir/81: 24
60 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 30, op.cit., hlm, 7912 61 M. Quraish Shihab, Kelompok II, op.cit, hlm. 65
62 Universitas Islam Indonesia, Juz. 22, op.cit., hlm.63
63
umat. Penentangan ini juga terjadi pada umat nabi Muhammad ketika
beliau menunjukkan kebenaran wahyu
Allah menceritakan tentang alasan mereka ketika mengingkari
kenabian Muhammad SAW, karena beliau tidak dituruni ayat kauniyah
(mu’jizat) selain al-Qur’an, sekalipun al-Qur’an itu sendiri sudah memuat
ayat-ayat tentang logika yang cukup menunjukkan atas kenabian dan
risalahnya. Allah menceritakan pula bahwa orang-orang musrik itu,
meminta kepada nabi supaya mendatangkan beberapa bukti (mu’jizat) dan
mereka katakan akan beriman apabila permintaan dikabulkan. Kemudian
Allah mengajarkan cara menjawab pertanyaan orang-orang musrik itu.63
Yang dimaksud dengan ghaib disini adalah mu’jizat.64 Allah
mengetahui bahwa permintaan mereka untuk melihat mu’jizat, bukanlah
dikarenakan mereka ingin agar menyadarkan mereka atau mepertebal iman
mereka, akan tetapi hanya untuk menunjukkan kekerasan kepala mereka
dan keangkuhan dan permusuhan yang sangat. Allah mengetahui bahwa
mereka tidak mungkin beriman walaupun mereka telah melihat mu’jizat
seperti apa yang mereka minta.65Penjelasan ini adalah dari surat Yunus: 20
Karena hanya Engkau semata yang meliputi segala ilmu yang ghaib-
ghaib, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Sedangkan ilmu selain-
Mu bersumber dari limpahan-Mu, bukan dari diri nabi sendiri, baik
diperolehnya melalui perasaan, indra dan akal, maupun diperolehnya
sebagai pemberian dari-Mu, melalui wahyu dan ilham.66
63 Al-Maraghiy, Juz.11, op.cit., hlm.159 64 Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, 1983, hlm.309 65 Ibnu Katsir, Juz. 2, op.cit, hlm. 192-194
66 Al-Maraghiy, Juz. 6, op.cit, hlm.104