bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah20iii-lkpj... · secara rasional yang dapat...

31
III-1 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Kerangka anggaran pembangunan daerah tahun 2012 akan memberikan gambaran arah pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Anggaran pembangunan daerah tersebut pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat. Secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Penerimaan daerah, terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus dibayar kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya, dan; 2. Pengeluaran daerah, terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan umum, serta pengeluaran pembiayaan daerah yang merupakan semua pengeluaran yang akan diterima kembali pada tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya. Revisi peraturan perundangan yang mengatur pajak dan retribusi daerah telah ditetapkan pada Tahun 2009, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan pemberlakuan pelaksanaannya efektif pada Tahun 2010. Dengan demikian, pada tahun Anggaran 2010, sementara menunggu diterbitkannya Peraturan Pemerintah untuk petunjuk teknis pelaksanaannya, daerah tengah mempersiapkan perangkat pendukungnya, baik dalam menyiapkan Peraturan Daerah maupun kesiapan sarana prasarana lainnya.

Upload: vandat

Post on 09-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-1

BAB III

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang

secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

serta mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman

Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan

keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah,

Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah.

Kerangka anggaran pembangunan daerah tahun 2012 akan memberikan gambaran

arah pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan

kemampuan fiskal Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Anggaran pembangunan daerah

tersebut pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat.

Secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat

dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Penerimaan daerah, terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan terukur

secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, dan penerimaan

pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus dibayar kembali,

baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya,

dan;

2. Pengeluaran daerah, terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban

pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati

oleh seluruh kelompok masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan umum, serta

pengeluaran pembiayaan daerah yang merupakan semua pengeluaran yang akan diterima

kembali pada tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya.

Revisi peraturan perundangan yang mengatur pajak dan retribusi daerah telah

ditetapkan pada Tahun 2009, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dengan pemberlakuan pelaksanaannya efektif pada Tahun 2010.

Dengan demikian, pada tahun Anggaran 2010, sementara menunggu diterbitkannya Peraturan

Pemerintah untuk petunjuk teknis pelaksanaannya, daerah tengah mempersiapkan perangkat

pendukungnya, baik dalam menyiapkan Peraturan Daerah maupun kesiapan sarana prasarana

lainnya.

Page 2: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah mencantumkan bahwa sumber penerimaan daerah (provinsi), terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah;

2. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang

terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber

Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK);

3. Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana

Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana

Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan pembiayaan bersumber dari

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan

Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

yang dipisahkan.

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan revisi dari

Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000, jenis Pendapatan Asli Daerah terdapat beberapa

perubahan, yaitu: pajak daerah meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, BBNKB, Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pemanfaatan Air Permukaan, dan Pajak Rokok, sedangkan

untuk retribusi daerah telah ditentukan secara jelas jenis retribusi yang dapat dipungut.

Jenis retribusi yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan memungkinkan

untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan. Untuk Pajak

Pemanfaatan Air Bawah Tanah, sesuai dengan Undang-Undang tersebut, mulai tahun 2011

diserahkan pengelolaannya kepada kabupaten/kota. Demikian pula untuk Dana Perimbangan

terdapat perubahan, yaitu diserahkannya Bea Peroleh Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

yang semula pungutan Pemerintah menjadi Kewenangan Kabupaten/Kota.

Perkembangan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat selama

kurun waktu 5 tahun (2008-2012), rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami kenaikan

sebesar 21,35%. Perkembangan target maupun realisasi PAD menunjukkan disparitas yang

tinggi pada pertumbuhannya, yang berarti tingkat kepastiannya masih rendah. Kondisi ini

terjadi, mungkin disebabkan oleh belum optimalnya strategi dan kebijakan yang dijalankan

serta ketergantungan yang tinggi penerimaan daerah terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan

Pemerintah Pusat, karena memang sumber utama pendapatan daerah diperoleh dari pajak

kendaraan bermotor yang rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu,

dengan pertimbangan bahwa pajak kendaraan bermotor saat ini masih menjadi sumber utama

pendapatan daerah dan bersifat closed list serta pertumbuhannya memiliki keterbatasan

(terbatasi oleh ketersediaan ruang dan sarana prasarana infrastruktur), maka perlu segera

dicari terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.

Page 3: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-3

Dalam rangka menyiapkan peningkatan pendapatan pada tahun 2012, tengah

dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan revisi Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang disesuaikan dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Melaksanakan kajian penerapan pajak progresif, terutama yang terkait dengan imbasnya

terhadap sosial-ekonomi masyarakat Jawa Barat; dan

3. Menerapkan kebijakan Pendapatan Daerah yang membuka peluang untuk

pengembangan sumber penerimaan lain.

4. Menyusun potensi pungutan Pemerintah khususnya potensi Sumber Daya Alam yang ada

di Kabupaten/Kota.

Peningkatan pendapatan daerah untuk tahun Anggaran 2012 sebagaimana

diamanatkan dalam KU-APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut:

A. Pendapatan Daerah

1. Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan anggaran Tahun 2012 untuk pendapatan daerah yang

merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan Provinsi Jawa Barat sesuai

urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan. Upaya-upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah:

a. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan

Daerah;

b. Meningkatkan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi;

c. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan

Pemerintah Pusat, OPD Penghasil, kabupaten/kota, POLRI;

d. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatan

kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah;

e. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi;

f. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, CPDP dan Balai penghasil dalam

peningkatan pelayanan dan pendapatan;

g. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah;

h. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem

administrasi dan efisiensi penggunaan anggaran daerah; dan

i. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan organisasi dan

tata kerja, pengembangan sumber daya pegawai yang profesional dan

Page 4: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-4

bermoral, pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan prima, dan

melaksanakan terobosan untuk peningkatan pelayanan masyarakat.

j. Meningkatkan koordinasi secara sinergis, baik dengan Pemerintah Daerah

(Kabupaten/Kota) maupun dengan Pemerintah dalam upaya menggali data

potensi pungutan pusat yang ada d Kabupaten/Kota.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa dana perimbangan terdiri dari Bagi

Hasil Pajak/ Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus

(DAK). Penerimaan dari bagi hasil pajak yang bersumber dari bagi hasil Pajak Bumi

dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak

Penghasilan (PPh) Perorangan menunjukkan peningkatan terus setiap tahunnya.

Prospek yang baik ini perlu lebih ditingkatkan dengan memperbanyak Wajib Pajak.

Sementara untuk bagi hasil bukan pajak berupa bagi hasil dari sumber daya alam

yang beberapa tahun lalu menunjukkan kecenderungan stagnasi menjadi perhatian

serius dari Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam

tersebut.

Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan

sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak

Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN) dan PPh Pasal 21;

b. Meningkatkan akurasi potensi Sumber Daya Alam yang ada di Daerah sebagai

dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;

c. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dan kabupaten/kota dalam

pelaksanaan Dana Perimbangan;

d. Membuat peta potensi PBB khusus, khususnya pungutan PBB yang masih

dikelola oleh Pemerintah sektor 3P (Pertambangan, Perhutanan dan

Perkebunan).

2. Strategi Pencapaian Target Pendapatan Daerah

Berdasarkan kebijakan perencanaan pendapatan daerah tersebut, maka

untuk dapat merealisasikan target pada Tahun 2012 disusun strategi

pencapaiannya, sebagai berikut:

a. Strategi pencapaian target Pendapatan Asli Daerah, ditempuh melalui:

1) Penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan

regulasi penyesuaian tarif pungutan;

2) Pelaksanaan pemungutan atas objek pajak/retribusi baru dan

pengembangan sistem operasi penagihan atas potensi pajak dan retribusi

yang tidak memenuhi kewajibannya;

Page 5: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-5

3) Pemenuhan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan anggaran;

4) Memberlakukan penetapan pajak dengan tarif progresif dan meningkatkan

pelayanan secara khusus dengan memberikan kemudahan kepada

masyarakat melalui drive thru, Gerai Samsat dan Samsat Mobile, layanan

SMS, dan pengembangan Samsat Outlet;

5) Mengembangkan penerapan standar pelayanan kepuasan publik di

beberapa Kantor Bersama/ Samsat lainnya dengan menggunakan

parameter ISO 9001-2000;

6) Penyebarluasan informasi dan program sosialisasi di bidang pendapatan

daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat;

7) Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya agar dapat memberikan

kontribusi terhadap pendapatan daerah;

8) Optimalisasi pemberdayaan aset yang diarahkan pada peningkatan

Pendapatan Asli Daerah;

9) Melakukan pembinaan secara teknis fungsional dalam upaya peningkatan

fungsi dan peran OPD sebagai unit kerja penghasil di bidang pendapatan

daerah; dan

10) Melakukan koordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri dan Kementerian

Keuangan pada tataran kebijakan, dengan POLRI dan kabupaten/kota

termasuk dengan daerah perbatasan dalam operasional pemungutan dan

pelayanan pendapatan daerah serta mengembangkan sinergitas

pelaksanaan tugas dengan OPD penghasil.

b. Strategi pencapaian target Dana Perimbangan, ditempuh melalui:

1) Melakukan sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan PBB, PPh,

dan BPPBB dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam

pembayaran pajak;

2) Peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun potensi

sumber daya alam bekerja sama dengan Kabupaten/Kota serta

Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak dan Kementerian

ESDM sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan

keuangan;

3) Melakukan pembinaan dengan mengoptimalkan Tim Intensifikasi PBB, PPh

dan memberikan penghargaan dalam bentuk insentif kepada

Kabupaten/Kota;

Page 6: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-6

4) Meningkatkan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam perhitungan lifting

migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh

proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi; dan

5) Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Keuangan dan Badan Anggaran DPR RI untuk mengupayakan peningkatan

besaran DAU;

6) Memberikan fasilitasi kepada Kabupaten/Kota dalam persiapan pengalihan

PBB perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah;

7) Memberikan fasilitasi kepada Kabupaten/Kota dalam penyusunan

perencanaan dan pengamanan penerimaan, yang bersumber dari Dana

Perimbangan dari Pemerintah.

3. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2012 secara keseluruhan

dapat direalisasikan sebesar 110,56% dari target yang telah ditetapkan dengan

rincian capaian kinerja pendapatan berdasarkan jenis penerimaan:

a. PAD dapat direalisasikan sebesar 114,44% dari target yang ditetapkan dengan

rincian Penerimaan Pajak Daerah dapat dicapai sebesar

113,09%. Penerimaan Retribusi Daerah dapat dicapai sebesar 98,39%.

Penerimaan dari hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan dapat

direalisasikan sebesar 99,57 % dan Lain-lain PAD yang sah sebesar 157,82%.

b. Dana Perimbangan dapat direalisasikan sebesar 121,74% dari target yang

ditetapkan dengan rincian Penerimaan dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak dapat direalisasikan sebesar 150,15%, Dana Alokasi Umum sebesar

100,00 % dan Dana Alokasi Khusus sebesar 100,00 %.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dapat direalisasikan sebesar 96,34 % dari

target yang ditetapkan dengan rincian penerimaan hibah dapat direalisasikan

sebesar 101,79%, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 96,31% dan

Dana Insentif Daerah (DID) sebesar 100,00%.

Adapun anggaran dan realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2012

selengkapnya disajikan dalam daftar sebagai berikut :

Page 7: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-7

Tabel 3.1 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 2012

No Pendapatan Daerah Anggaran Setelah

Perubahan (Rp)

Realisasi *) (Rp)

Pencapaian Target

%

1 2 3 4 5

A. PENDAPATAN DAERAH 15.280.679.125.313,00 16.894.184.518.260,00 110,56

1. Pendapatan Asli Daerah 8.737.123.520.817,00 9.998.972.938.028,00 114,44

a. Pajak Daerah 8.090.524.391.394,00 9.149.214.329.501,00 113,09

a). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 3.255.528.710.000,00 3.622.079.065.860,00 111,26

b). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) 3.490.768.384.000,00 4.061.682.681.160,00 116,35

c). Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 1.303.931.673.000,00 1.423.203.637.902,00 109,15

d). Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan 40.295.624.394,00 42.248.944.579,00 104,85

b. Retribusi Daerah 58.265.170.540,00 57.326.323.969,00 98,39

a). Retribusi Pelayanan Kesehatan 22.204.239.790,00 17.157.005.251,00 77,27

b). Retribusi Laboratorium Kemetrologian 12.900.000.000,00 14.765.139.682,00 114,46

c). Retribusi Pelayanan Pendidikan 3.631.320.000,00 5.520.784.530,00 152,03

d). Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 9.654.163.500,00 10.057.713.009,00 104,18

e). Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 30.000.000,00 65.314.094,00 217,71

f). Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga 1.500.000.000,00 1.528.197.000,00 101,88

g). Retribusi Penyeberangan di Air 28.000.000,00 25.499.609,00 91,07

h). Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah 6.601.563.000,00 6.709.913.044,00 101,64

i). Retribusi Izin Trayek 1.701.884.250,00 1.482.734.750,00 87,12

j). Retribusi Izin Usaha Perikanan 14.000.000,00 14.023.000,00 100,16

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

233.642.000.000,00 232.647.377.086,00 99,57

a). Perusahaan Milik Daerah 3.088.000.000,00 1.188.653.056,00 38,49

1) P.D. Jasa dan Kepariwisataan 934.000.000,00 934.053.056,00 100,01

2) P.T. Jasa Sarana 1.900.000.000,00 0,00 0,00

3) PT. Agronesia 254.000.000,00 254.600.000,00 100,24

b). Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank 230.327.000.000,00 231.271.489.070,00 100,41

1) Bank BJB 226.575.000.000,00 226.577.280.633,00 100,00

2) PD. Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) 2.729.000.000,00 3.338.717.032,00 122,34

3) PD. Perkreditan Kecamatan (PD.PK) 1.023.000.000,00 1.355.491.405,00 132,50

c). Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta

227.000.000,00 187.234.960,00 82,48

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 354.691.958.883,00 559.784.907.472,00 157,82

a). Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 556.544.239,00 2.185.769.881,00 392,74

1) Pelepasan Hak Atas Tanah 556.544.239,00 147.851.081,00 26,57

3) Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas 0,00 15.053.800,00 -

4) Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat 0,00 1.897.300.000,00 -

5) Penjualan Drum Bekas 0,00 14.472.000,00 -

6) Penjualan Bahan Bekas Bangunan 0,00 111.093.000,00 -

b). Penerimaan Jasa Giro 35.137.000.000.00 32.497.844.755,00 92,49

c). Pendapatan Bunga 165.000.000.000.00 285.816.939.883,00 173,22

d). Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 0,00 5.825.000,00 -

e). Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pekerjaan 0,00 1.801.437.346,00 -

Page 8: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-8

f). Pendapatan Denda Pajak 43.704.703.400.00 94.709.899.961,00 216,70

g). Pendapatan Denda Retribusi 0,00 731.886.300,00 -

h). Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 0,00 525.856.626,00 -

i). Pendapatan Dari Pengembalian 0,00 3.018.864.353,00 -

j). Pendapatan dari Sewa 13.057.364.350,00 14.455.474.852,00 110,71

k). Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) 97.236.346.894,00 96.403.988.206,00 99,14

l). Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 0,00 27.631.120.309,00 -

2 DANA PERIMBANGAN 2.326.944.028.496,00 2.832.746.608.832,00 121,74

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.008.626.988.496,00 1.514.429.568.832,00 150,15

a). Bagi Hasil Pajak 836.285.911.774,00 1.199.350.816.529,00 143,41

1).Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 344.623.549.979,00 429.689.477.493,00 124,68

2).Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21

450.621.320.533,00 720.610.185.659,00 159,91

3).Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 41.041.041.262,00 49.051.153.377,00 119,52

b). Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam 172.341.076.722,00 315.078.752.303,00 182,82

1). Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan

(PSDH) 2.300.734.682,00 1.976.242.689,00 85,90

2). Bagi Hasil dari Iuran Tetap/Landrent 140.047.160,00 356.227.649,00 254,36

3). Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi 4.767.863.680,00 7.337.434.776,00 153,89

4). Bagi Hasil dari Pungutan Minyak Bumi 84.000.000.000,00 127.061.181.748,00 151,26

5). Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Alam 38.929.831.200,00 53.091.869.755,00 136,38

6). Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi 42.202.600.000,00 125.255.795.686,00 296,80

b. Dana Alokasi Umum 1.269.960.760.000,00 1.269.960.760.000,00 100,00

c. Dana Alokasi Khusus 48.356.280.000,00 48.356.280.000,00 100,00

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 4.216.611.576.000,00 4.062.464.971.400,00 96,34

a. Pendapatan Hibah 16.123.598.000,00 16.412.023.900,00 101,79

b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4.184.947.230.000,00 4.030.512.199.500,00 96,31

c. Dana Insentif Daerah 15.540.748.000,00 15.540.748.000,00 100,00

Sumber Data :Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI,

4. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan yang dihadapi antara lain:

1) Pajak Daerah

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Ketersediaan fasilitas pelayanan yang masih belum memadai;

c) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola; dan

d) Regulasi dasar pemungutan dan dasar penetapan pajak daerah.

e) Kemampuan IT untuk proses aktivitas transaksi pada cabang

pelayanan masih perlu penyempurnaan.

f) Pemahaman wajib pajak terhadap penetapan tarif progresif masih

rendah.

Page 9: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-9

2) Retribusi Daerah

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas pelayanan lainnya;

c) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola;

d) Kepatuhan (kesadaran) sebagai wajib retibusi masih perlu

ditingkatkan;

e) Penyelenggaraan pemungutan retribusi daerah belum memiliki

Standar Biaya Operasional; dan

f) Belum memiliki Pedoman Tata Cara Penghapusan Benda Berharga.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

a) Belum optimalnya pihak manajemen perusahaan dalam

mengimplementasikan pengelolaan perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance);

b) Terbatasnya Kualitas SDM pengelola Perusahaan;

c) Terbatasnya pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha dan

investasi;

d) Belum optimalnya upaya membangun image dan publikasi kompetensi

perusahaan disertai rendahnya daya saing (competitive advantage)

perusahaan;

e) Belum optimalnya sinergitas baik diantara sesama BUMD maupun

antara BUMD dengan BUMN/Swasta;

f) Belum adanya peraturan perundang-undangan yang khusus tentang

operasional BUMD; dan

g) Permasalahan beberapa aset (status).

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola; dan

c) Belum lengkapnya perangkat hukum sebagai acuan dalam

pengelolaan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan belum

optimalnya sistem pengawasan.

5) Dana Perimbangan

a) Dana bagi hasil pajak (PBB, BPHTB dan PPh Perseorangan)

Masih belum akuratnya data objek dan subjek pajak, masih rendahnya

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak ditambah dengan

muncul kasus-kasus perpajakan yang berimbas kepada antipati

masyarakat dalam membayar pajak, sehingga perlu ditingkatkan

kualitas pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat/wajib pajak.

Page 10: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-10

b) Diserahkan pungutan PBB perdesaan dan perkotaan kepada

kabupaten/kota yang akan berimbas berkurangnya penerimaan dari

Dana Perimbangan sektor PBB;

c) Belum optimalnya data potensi sumber daya alam yang ada di

Kabupaten/Kota sebagai bahan dasar perhitungan Dana Perimbangan;

d) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam

Keterlbatan Pemerintah Daerah (Penghasil Migas) dalam perhitungan,

monitoring data produksi dan lifting migas masih minim, mekanisme

penghitungan dan penyaluran dana bagi hasil migas dan

pertambangan umum ke daerah tidak tepat waktu, terjadinya

kelebihan penyaluran migas sebagai akibat tidak tercapainya

lifting/produksi migas, sehingga mengakibatkan penetapan rencana

penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil migas dan

pertambangan umum kurang akurat dan harus dilakukan koreksi

terhadap APBD.

e) Dalam penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) masih

dihadapkan pada permasalahan belum adanya keselarasan program

penggunaan DBHCHT di Pusat dengan Daerah, sesuai roadmap

kegiatan DBHCHT dari Kementerian; dan

f) Penetapan alokasi DBHCHT ke daerah melalui Peraturan Menteri

Keuangan dilaksanakan setelah APBD ditetapkan, yang

mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya pada APBD Perubahan,

sehingga efektitiftas pelaksanaan program dan kegiatan DBHCHT

tidak optimal.

b. Solusi

1) Pajak Daerah

a) Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan pajak daerah

melalui peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dan

penertiban administrasi;

a) Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya

sesuai dengan standar pelayanan secara bertahap;

b) Peningkatan Pola Pelayanan melalui Standar Operasional Prosedur

(SOP), Standar Pelayanan Minimal, ISO 9001:2008 dan pelayanan-

pelayanan khusus seperti Samsat Outlet, Samsat Mobile, Samsat Drive

Thru dan Samsat Online, Layanan Informasi SMS Info Pajak

Kendaraan;

Page 11: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-11

c) Melakukan penataan pegawai dan peningkatan capacity building serta

penambahan pegawai yang didasarkan analisis beban kerja;

d) Melakukan upaya penggalian potensi penerimaan di luar sektor pajak;

dan

e) Penataan dalam regulasi dasar penetapan pajak daerah dan dasar

pemungutan pajak daerah.

f) Sosialisasi kepada seluruh para wajib pajak atas pemberlakuan

penetapan pajak dengan tarif progresif.

g) Melakukan penyempurnaan system dengan sentralisasi program

aplikasi Samsat OnLine dan Server se Jawa Barat.

2) Retribusi Daerah

a) Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah

diorientasikan kepada potensinya;

b) Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya

sesuai dengan standar pelayanan secara bertahap;

c) Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih

tugas (tour of area) antar OPD lingkup Pemerintah Provinsi serta

penyelenggaraan Diklat teknis / fungsional;

d) Peningkatan sosialisasi Perda kepada masyarakat;

e) Penyusunan standar biaya operasional antar OPD pemungut retribusi

daerah; dan

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

a) Melakukan penataan terhadap perusahaan melalui restrukturisasi yaitu

restrukturisasi organisasi, manajemen, aset, permodalan dan

keuangan;

b) Meningkatkan profesionalisme manajemen perusahaan;

c) Meningkatkan Kualitas SDM perusahaan melalui pendidikan dan

pelatihan (In or Out house training) serta mengembangkan wawasan;

d) Meningkatkan akses perusahaan terhadap sumber-sumber

pembiayaan baik bersifat konvensional maupun non-konvensional;

e) Mempromosikan kompetensi BUMD secara terintegasi dalam upaya

membangun pencitraan;

f) Meningkatkan sinergitas antar sesama BUMD, BUMD dengan

BUMN/Swasta;

g) Mengusulkan kepada Pemerintah c.q. Menteri Dalam Negeri untuk

segera menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang BUMD;

dan

Page 12: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-12

h) Penataan aset.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

a) Optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah;

b) Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih

tugas (tour of duty) antar OPD serta penyelenggaraan diklat

teknis/fungsional; dan

c) Mereview peraturan perundangan pengelolaan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah dan melakukan sosialisasi pembinaan dan

penyuluhan serta harus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat.

5) Dana Perimbangan

a) Memberikan motivasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang

berhasil dalam pencapaian realisasi dan pengelolaan administrasi PBB

sektor pedesaan dan perkotaan, meningkatkan intensitas pelaksanaan

sosialisasi peraturan BPHTB dan PPh, penertiban dan penagihan aktif

terhadap tunggakan dan melaksanakan upaya penegakan hukum

secara konsisten serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat;

b) Guna mengetahui perhitungan lifting dan penyaluran dana bagi hasil

sumber daya alam, setiap triwulan dilakukan rekonsiliasi data antara

Pemerintah, yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan

Kementerian Keuangan dengan Provinsi/Kabupaten/Kota penghasil;

c) Menyelenggarakan Rapat Koordinasi dan Fasilitasi dengan

Kabupaten/Kota dan Pemerintah dalam memberikan solusi

permasalahan yang dihadapi oleh Daerah;

d) Konsultasi yang lebih intensif dengan pemerintah melalui Kementerian

Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian ESDM,

Kementerian Kehutanan, Anggota DPR-RI dan DPD asal pemilihan

Jawa Barat;

e) DBH Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) termasuk komponen dana

perimbangan, maka dalam hal penggunaannya, perlu dilakukan

pengkajian kembali, sehingga alokasi DBHCHT bersifat block grant

yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi; dan

f) Guna efektifitas pelaksanaan kegiatan DBHCHT, diusulkan agar

penetapan alokasi DBHCT dilakukan sebelum APBD ditetapkan.

Page 13: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-13

B. Belanja Daerah

1. Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, Belanja Daerah

tahun 2012 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada

pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi

kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan

fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan

anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam

program/kegiatan. Disamping itu, dengan mempertimbangkan keterbatasan

anggaran yang ada tahun ini, diharapkan menjadi pemicu kreativitas dan inovasi

dalam percepatan pembangunan Jawa Barat yang tepat sasaran menuju Jawa

Barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera.

Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2012 diarahkan untuk mendukung

pencapaian target RPJMD, target pencapaian IPM, dukungan terhadap MDG’s, dan

Program Prioritas Nasional, dimana dengan mempertimbangkan pencapaian IPM

Tahun 2011 sebesar 72,82 poin diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang

berorientasi pencapaian IPM sebagaimana tercantum di dalam RPJMD 2008-2013.

Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, perencanaan

pembangunan diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan,

ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Kebijakan APBD Tahun 2012 diarahkan

pula kepada sektor yang produktif melalui kebijakan afirmatif dan pembangunan

yang berkeadilan (menyentuh hingga ke masyarakat pedesaan) yang menjadi

prioritas.

Kebijakan belanja daerah Tahun 2012 diupayakan dengan pengaturan

pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan optimalisasi atas berbagai

kebutuhan aktual pembangunan dan kebijakan efektif menuju pencapaian sasaran

pembangunan yang dicirikan sinergi pembangunan Pusat, Provinsi, dan

Kabupaten/Kota terutama merespon 14 prioritas Pembangunan Nasional,

10 Common Goals baik kegiatan Common Goals Tematik Sektoral maupun Tematik

Kewilayahan serta pengarusutamaan gender yang secara keseluruhan

dilaksanakan berdasarkan kepada anggaran berbasis kinerja, dengan berdasarkan

kepada agenda-agenda pembangunan sesuai pengelompokan bidangnya, dapat

dicirikan melalui:

a. Bidang Umum

1) Pencapaian rencana pembangunan yang tercantum RPJMD 2008-2013.

2) Mendanai kegiatan Common Goals Tematik Sektoral dan Tematik

Kewilayahan.

Page 14: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-14

3) Pencapaian IPM merujuk kepada RPJP 2005-2025 dan ketentuan

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008.

4) Mendukung percepatan Pembangunan Nasional (INPRES

Nomor 1/2010) dan Program Pembangunan yang Berkeadilan

(INPRES Nomor 3/2010).

5) Mendanai kegiatan yang bersifat lanjutan (komitmen program).

6) Mendanai kegiatan yang bersifat terobosan (program baru/ terobosan).

7) Mendanai kegiatan yang mampu mengungkit performance Jawa Barat

secara signifikan dalam merespon isu dan permasalahan pembangunan di

Jawa Barat.

b. Bidang Pemerintahan

1) Mendanai belanja kegiatan yang bersifat tetap (belanja fasilitas dasar

kantor, belanja administrasi umum kantor, belanja aktivitas pelayanan

publik), dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Belanja Fasilitas Dasar Kantor dan Belanja Administrasi Umum Kantor:

belanja untuk mendanai fasilitas dasar kantor bagi keberlangsungan

kerja OPD (contoh: biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet,

jasa kebersihan, penggantian suku cadang, dan service mobil) dan

belanja untuk mendanai aktivitas dasar bagi keberlangsungan kerja

OPD (contoh: alat tulis kantor, penggandaan dan pencetakan, perjalanan

dinas, belanja makan dan minum, dan lain-lain).

b) Belanja Pelayanan Dasar Kantor: belanja untuk mendanai aktivitas

Pelayanan Dasar Publik Unit Kerja Provinsi yang menjadi tugas pokok

dan fungsi (Tupoksi) dan bersifat pelayanan keluar/eksternal.

Selain kedua kategori di atas, diatur pendanaan untuk membiayai

program/kegiatan yang sifatnya pembaharuan, uji coba dan inovasi.

2) Implementasi pembangunan perdesaan melalui konsep Desa Membangun

menuju Desa Mandiri Ekonomi, Mandiri Lingkungan, dan Mandiri Perkotaan.

Terwujudnya 150 Desa Mandiri menuju Desa Peradaban bersifat prototipe di

seluruh Kabupaten; Pendampingan Provinsi untuk PNPM Mandiri;

Revitalisasi Posyandu Multifungsi. Pemberian insentif kepada kepala desa

dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat dan penyediaan feed

back data untuk pembangunan Jawa Barat Bantuan.

3) Percepatan penyelesaian inventarisasi, pengelolaan, dan pengadministrasian

serta secara bertahap melakukan proses sertifikasi aset-aset provinsi di

berbagai daerah.

Page 15: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-15

4) Melanjutkan pembangunan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat dalam rangka

menyiapkan fasilitas kerja yang representatif untuk meningkatkan kualitas

dan optimalisasi kinerja DPRD.

5) Peningkatan performance UPTD/Balai melalui perbaikan sarana dan

prasarana serta perbaikan manajemen pelayanan.

6) Implementasi peningkatan Kualitas Layanan Publik diarahkan pada

menyiapkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel dan upaya

perbaikan pranata hukum; melalui pendekatan model Tata Kelola Sumber

Daya Manusia Aparatur yang berkualitas; melakukan rightsizing pegawai;

melanjutkan implementasi Jabar Cyber Province termasuk pembangunan

Information & Technology Backbone mandiri dan jaringan kepada pengguna;

memperkuat jaringan komunikasi (Radio Tracking) untuk mendukung

deteksi dini kebencanaan, meningkatkan kualitas proses dan Layanan

Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE) sebagai bagian dari

program Jabar Cyber Province, serta pengelolaan keuangan dengan

Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) berbasis web,

penerapan informasi yang terbuka, membangun sistem hukum yang

terpadu dan sistematis; peningkatan kerjasama daerah dengan perguruan

tinggi/lembaga riset/dunia usaha serta kerjasama antar daerah; dan

meningkatkan pemanfaatan/uji model hasil-hasil karya ilmu, teknologi, dan

seni untuk menuju Pembangunan Jawa Barat Berbasis Ilmu Pengetahuan,

Membuka ruang publik untuk komunikasi dengan masyarakat, Penerapan

ISO pada OPD/Biro, Pemerintah bersih KKN, Penyiapan Sumber Daya

Aparatur yang unggul, Satu Data Pembangunan Jawa Barat Sebagai Dasar

Perencanaan Pembangunan Tahunan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Menuju Opini Wajar Tanpa Pengeculian (WTP), Penyusunan peraturan

daerah yang transparan.

7) Mendanai belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS,

belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil

kabupaten/kota, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan,

dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk

penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya.

8) Peningkatan pelayanan publik antara lain dengan percepatan layanan

pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, peningkatan kualitas pelayanan

pada Kantor Cabang Pelayanan/balai/UPTD melalui revitalisasi sarana dan

prasarana, percepatan penyelesaian administrasi keuangan, menghapus dan

menindak tegas pungutan liar, serta pembangunan sistem pelayanan

Page 16: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-16

perijinan terpadu secara online.

9) Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan,

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan

program/kegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan. Tugas

Pembantuan ini adalah merupakan penugasan dari Pemerintah Provinsi ke

daerah (kabupaten/kota dan desa) untuk melaksanakan tugas tertentu

terutama dalam melaksanakan pembangunan di perdesaan.

10) Peningkatan efektivitas Belanja Bantuan Keuangan dan Bagi Hasil kepada

kabupaten/kota dengan pola:

a) Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara proporsional,

guna memperkuat kapasitas fiskal kabupaten/kota dalam melaksanakan

otonomi daerah;

b) Alokasi yang bersifat spesific grant dari pos bantuan kepada

kabupaten/kota yang diarahkan, dengan kewajiban kabupaten/kota

untuk menyediakan Dana Pendamping, dalam rangka mendukung

agenda akselerasi pencapaian Visi Jawa Barat 2008-2013, yaitu

membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana

proporsional, dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan

sama untuk setiap kabupaten/kota, dana proporsional dihitung

berdasarkan indeks kabupaten/kota, yang sejalan dengan ketentuan

Permendagri Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD

Tahun 2012, yaitu memperhatikan jumlah penduduk, jumlah penduduk

miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala

Daerah; dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel

kualitatif seperti Ibu Kota Provinsi, kabupaten/kota perbatasan dengan

Provinsi lain serta kabupaten/kota yang akan menyelenggarakan even

khusus yang berskala regional atau nasional. Variabel-variabel yang

digunakan untuk menghitung indeks kabupaten/kota, selain

mempertimbangkan ketentuan Permendagri Nomor 22 Tahun 2011, juga

mempertimbangkan variabel lainnya, sehingga secara lengkap akan

meliputi: Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, Indeks Daya Beli, Luas

Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, PDRB/Kapita,

Pendapatan Asli Daerah, Proporsi Pengangguran, dan Proporsi Kawasan

Lindung. Adapun kriteria kegiatan yang mendapatkan alokasi Bantuan

Keuangan Kabupaten/Kota adalah mendukung secara signifikan upaya

peningkatan IPM Jawa Barat; menanggulangi masalah kemiskinan;

menanggulangi masalah pengangguran dan meningkatkan upaya

Page 17: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-17

pelestarian lingkungan khususnya kawasan lindung. Dalam rangka

mewujudkan keselarasan program pembangunan yang dicanangkan

Provinsi Jawa Barat, maka dana bantuan kabupaten/kota akan diarahkan

untuk digunakan sesuai dengan proporsi sekurang-kurangnya: a) 20%

untuk dana pembangunan fungsi pendidikan; b) 10% untuk fungsi

kesehatan; c) 20% untuk infrastruktur dasar; d) 20% untuk upaya

peningkatan pendapatan masyarakat, serta e) selebihnya untuk

peningkatan kapasitas sumber daya manusia (capaciity building).

c. Bidang Sosial Budaya

1) Berorientasi kepada dukungan terhadap capaian MDG’s Indonesia.

2) Mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sebesar 20% dari total

belanja daerah tahun 2012, tidak termasuk alokasi anggaran untuk

kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya (multi years), dalam rangka

meningkatkan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) menjadi 7,66 tahun dan Angka

Melek Huruf (AMH) 95,88% dengan penuntasan Buta Aksara melalui

Kebijakan Jawa Barat bebas putus jenjang sekolah pendidikan dasar dan

pendidikan menengah; meningkatkan kapasitas daya tampung melalui

penuntasan pembangunan 6.000 Ruang Kelas Baru (RKB), meningkatkan

sarana dan prasarana pendidikan dasar melalui program rehabilitasi sekolah

yang ditunjang dengan ketersediaan data base sekolah yang perlu

direhabilitasi; peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah luar biasa;

meningkatkan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dan kejuruan

melaui peningkatan kompetensi guru SSN/SBI dengan pelatihan guru di

negara maju (OECD) dan perluasan pengenalan teknologi dasar bagi siswa;

peningkatkan kesejahteraan guru sukwan secara bertahap; meningkatkan

dukungan sarana dan prasarana pendidikan tinggi; penyediaan beasiswa

perguruan tinggi berbasis asal desa serta mengembangkan pendidikan

informal dan non-formal.

3) Penyediaan dana BOS untuk SMA/SMK serta beasiswa bagi siswa SMA/SMK

dari keluarga tidak mampu.

4) Mengembangkan pendidikan melalui sistem informasi yang berbasis

teknologi dan data serta membangun daya saing pendidikan.

5) Peningkatan pendidikan budi pekerti baik di desa-desa maupun di kota.

6) Mengimplementasikan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan dengan alokasi anggaran sebesar 10% dari total belanja daerah,

yang ditujukan dalam rangka peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH)

sebesar 69,50-69,56, dengan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka

Page 18: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-18

Kematian Bayi, diantaranya melalui peningkatan pelayanan dan sarana

kesehatan melalui Pembangunan Puskesmas dan peningkatan alat

kelengkapannya, serta terlaksananya Pembangunan Puskesmas PONED,

pembangunan gedung rawat inap GAKIN; rumah sakit rujukan regional;

fasilitasi kegiatan posyandu; peningkatan sistem pendukung layanan

kesehatan untuk menurunkan disparitas pelayanan; peningkatan kuantitas

dan kualitas sumber daya kesehatan melalui peningkatan penempatan

tenaga dokter di daerah terpencil, selain itu pendidikan, pengangkatan dan

penempatan tenaga bidan/perawat; peningkatan pemberian jaminan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (JAMKESMAS); peningkatan

kesehatan lingkungan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta

penanganan penyakit menular dan tidak menular.

7) Mengembangkan perlindungan, pengawasan, dan daya saing

ketenagakerjaan, serta upaya perluasan lapangan kerja melalui sektor UKM.

Implementasi peningkatan penciptaan lapangan kerja melalui penyediaan

tenaga kerja terampil melalui SMK dan pendidikan non-formal kejuruan

serta penyediaan bursa tenaga kerja dan pengembangan UKM.

8) Peningkatan peran Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Provinsi Jawa Barat dan sinergitas berbagai program/kegiatan

penanggulangan kemiskinan.

9) Membangun prestasi pemuda yang memiliki spirit juara dan menjadi

kekuatan inti nasional Indonesia di bidang olah raga serta membangun dan

mengembangkan fasilitas umum yang berskala regional Jawa Barat seperti

stadion olah raga di 4 wilayah yang direncanakan selesai dibangun pada akhir

tahun 2012, pusat pembinaan olah raga terpadu (Sport Centre Arcamanik,

pembangunan SOR Gedebage dan pembangunan sarana olah raga di 4

wilayah), perpustakaan, dan gedung kesenian.

10) Pengembangan seni tradisi dan budaya Jawa Barat dalam rangka

mendukung pengembangan dan keanekaragaman destinasi wisata Jawa

Barat melalui gelar budaya dan seni, pelestarian dan promosi seni budaya

lokal. Selain itu, secara bertahap dilaksanakan revitalisasi nilai-nilai budaya

dan kearifan lokal.

11) Implementasi peningkatan kualitas kehidupan beragama melalui

pengembangan pendidikan keagamaan, peringatan hari besar keagamaan

dan perlombaan kemampuan di bidang agama.

12) Implementasi penanganan masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) antara lain melalui metode yang tepat untuk penanganan

Page 19: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-19

anak jalanan dan perbaikan panti-panti yang sudah tidak layak.

13) Pemberdayaan perempuan di bidang perekonomian dan politik, perlindungan

dan advokasi anak dan masalah sosial lainnya.

14) Implementasi peningkatan peran serta masyarakat di bidang keluarga

berencana, melalui penyediaan layanan KB dan alat kontrasepsi.

15) Penanganan bencana melalui peningkatan alat-alat kelengkapan

kebencanaan khususnya mengatasi keadaan situasi tanggap darurat

bencana.

d. Bidang Ekonomi

1) Peningkatan alokasi anggaran bidang perekonomian masyarakat sebesar 5,0-

7,5% dan infrastruktur penunjang perekonomian sebesar 2,5% dari total

belanja, dalam rangka peningkatan Indeks Daya Beli.

2) Mengimplementasikan pembangunan ekonomi regional dengan mendorong

aktivitas penanaman modal yang terukur dengan menjadikan Jawa Barat

sebagai daerah tujuan investasi yang berdaya saing melalui kerjasama

pemerintah dengan pemerintah dan menawarkan komoditas yang mewakili

semua daerah di Jawa Barat, sehingga mampu meningkatkan investasi dan

Laju Pertumbuhan Ekonomi serta melakukan penyebaran potensi investasi

dengan membuka kawasan-kawasan industri yang merata di Jawa Barat

sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang merata dan menghasilkan

komoditas yang merata se- Jawa Barat.

3) Melakukan kerjasama pemerintah dengan swasta (Publik Private Partnership)

untuk pembangunan infrastruktur strategis, serta mengoptimalkan tumbuh

kembangnya kerjasama kemitraaan dengan masyarakat dan wilayah di

sekitar kawasan.

4) Membangun dan meningkatkan dukungan infrastruktur jalan, jembatan

dan irigasi ke pusat-pusat produksi pertanian tanaman pangan dan

hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan,

pusat kegiatan industri manufaktur dan insdustri agro, serta obyek-obyek

pariwisata.

5) Pelipat-gandaan produktivitas sektor pertanian dalam rangka

penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kegiatan ekonomi

produktif di sektor agribisnis dan agroindustri, dalam rangka peningkatan

nilai tambah serta pengembangan tanpa nilai, sekaligus meningkatkan

perlindungan lingkungan, melalui pelaksanaan GEMAR (Gerakan

Multiaktivitas Agribisnis), dan GAPURA (Gerakan Pengembangan Perikanan

Pantai Utara dan Selatan), serta pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan

Page 20: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-20

(PPI) untuk mendongkrak pendapatan masyarakat nelayan pada khususnya

dan masyarakat disekitar PPI pada umumnya, sebagai salah satu upaya

penanggulangan kemiskinan.

6) Peningkatan sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan

melalui pengembangan bisnis/usaha baru berskala besar berbasis sumber

daya alam yang berpotensi menjadi sektor unggulan utama (core

competence) berdaya saing nasional dan global yang akan menjadi sumber

pertumbuhan ekonomi baru bagi Jawa Barat.

7) Pengendalian ketersediaan dan pasokan input/sarana produksi pertanian

(pertanian, perebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan);

Pengendalian Hama Terpadu (PHT); pengembangan sarana dan prasarana

produksi pertanian; penguatan kelembagaan dan kompetensi SDM

pertanian; pengendalian pasca panen dan pengolahan hasil produksi

pertanian; peningkatan pertumbuhan industri-industri, pengolah bahan

mentah yang berbasis hasil pertanian di daerah-daerah sentra produksi

pertanian.

8) Dukungan untuk tercapainya ketahanan pangan Jawa Barat melalui program

Jabar sebagai lumbung pangan Nasional dengan produksi 13,5 juta ton GKG

(Gabah Kering Giling) dan penguatan lembaga ketahanan pangan;

peningkatan ketersediaan dan kesinambungan produksi pangan dalam

mewujudkan Jawa Barat sebagai sentra produksi benih/bibit nasional tahun

2013.

9) Penaggulangan kerawanan pangan di 250 desa rawan pangan sebagai

prototipe.

10) Peningkatan ketersediaan protein hewani dalam upaya mewujudkan

swasembada daging di Jawa Barat, diantaranya melakukan pembangunan

Rumah Potong Hewan pada setiap Kab/Kota.

11) Pengendalian ketersediaan, kualitas/kecukupan gizi, distribusi dan keamanan

pangan pokok, serta pengelolaan stock pangan daerah.

12) Penguatan kelembagaan petani dan koperasi untuk memfasiltasi pencapaian

skala ekonomi; peningkatan kesejahteraan buruh tani secara bertahap,

antara lain dengan mengalokasikan anggaran untuk kesejahteraan petani

melalui dana talangan untuk menjamin stabilitas harga pupuk dan gabah.

Menghentikan alih fungsi lahan pertanian untuk penyelamatan pertanian.

Perbenihan dalam mendukung perwujudan Jabar sebagai provinsi benih.

13) Peningkatan kualitas, kuantitas serta profesionalisme tenaga penyuluh

lapangan.

Page 21: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-21

14) Pengembangan pembiayaan alternatif, meningkatkan subsidi bunga dan

penambahan jumlah kredit pada nusaha mikro, kecil dan menengah

kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja baru untuk meningkatkan daya

beli masyarakat.

15) Membangun sumber daya manusia yang berjiwa wirausaha, serta

menyediakan wadah aktivitas di daerah-daerah bagi pelaku wirausahawan

muda dan pemula disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut.

16) Pengembangan komoditas unggulan daerah serta peningkatan peran quality

control komoditas unggulan daerah di wilayah kerja pemerintahan dan

pembangunan (WKPP) Jawa Barat.

17) Pengimplementasian Gerakan Pengembangan dan Perlindungan Pasar

Tradisional (GEMPITA) dan introduksi pasar petani di perkotaan.

18) Revitalisasi Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) sebagai ujung tombak

pelayana dan pengembangan teknologi.

19) Pengembangan industri kreatif dan penumbuhan wirausahawan muda

kreatif dalam rangka peningkatan daya saing industri Jawa Barat.

20) Persiapan pengembangan industri kreatif berbasis teknologi informasi

(silicon valley) di cekungan Bandung.

21) Pengembangan kepariwisataan daerah yang terintegrasi dalam rangka

peningkatan kesiapan kepariwisataan Jawa Barat serta pengembangan

destinasi wisata Jawa-Bali dengan fokus ekowisata, wisata budaya,

pilgrimage dan wisata IPTEK, melalui peningkatan capacity building

pelayanan dan pemandu wisata, perbaikan sarana dan prasarana penunjang

wisata dengan harapan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat

daerah wisata.

22) West Java Partnership (WJP) sebagai mitra strategis pendanaan

pembangunan Non APBD.

23) Pembentukan LPKD (Lembaga Penjamin Kredit Daerah) Jawa Barat untuk

membantu penjaminan terhadap UMKM dengan kemitraan dengan Bank

Jabar Banten;

24) Dukungan Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Cikidang

Pangandaran dan PPI Cisolok Sukabumi;

25) Pembangunan area terbuka untuk gelar karya, kreativitas seni dan budaya

para pemuda;

26) Jawa Barat sebagai Destinasi Wisata Jawa – Bali dan Destinasi Wisata

Dunia;

Page 22: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-22

e. Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup

1) Mengalokasikan anggaran infrastruktur jalan untuk mencapai target

kemantapan jalan sebesar 91%-92% dan infrastruktur lainnya melalui

penetapan status jalan, penuntasan jalan lintas Jabar Selatan, perbaikan

kondisi jalan di perbatasan provinsi; penyelesaian kegiatan lanjutan seperti

pembebasan lahan Bandara Internasional Jawa Barat; pembebasan lahan

secara langsung atau sebagai dukungan melalui skema kerjasama dengan

BUMD (yang akan diperhitungkan sebagai penyertaan modal pada tahap

operation and maintenance) untuk Jalan Tol Cisumdawu, Tol Soroja,

Bandung Inter Urban Tol Road (BIUTR); Bogor Ring Road Seksi ll, Ciawi –

Sukabumi; peningkatan jalan-jalan yang merupakan akses ke pusat

pelayanan kesehatan, pusat pendidikan maupun akses jalan menuju jalan

sentra-sentra produksi pertanian dan industri; peningkatan cakupan

penyediaan air bersih menjadi 60% - 65%, dan pelayanan air limbah

menjadi 61% - 67%, peningkatan infrastruktur sumber daya air dan irigasi

ke lahan-lahan produksi pertanian dalam rangka menunjang program

ketahanan pangan; serta peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga

menjadi 71% - 73%.

2) Mengalokasikan anggaran untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur

dan bangunan gedung sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Pembiayaan Pembangunan Tahun Jamak.

3) Mengembangkan sistem transportasi dan jaringan jalan dalam

mengatasi kemacetan dan mempermudah akses distribusi barang melalui

perbaikan jalan dan reaktivasi beberapa jalur kereta di Jawa Barat serta

pembangunan jalur short cut Cibungur-Tanjungrasa.

4) Mengantisipasi dan menanggulangi bencana tahunan seperti banjir, longsor,

gempa bumi, kekeringan melalui penanganan dan pengelolaan lingkungan

serta pembangunan infrastruktur.

5) Implementasi peningkatan daya dukung dan kualitas lingkungan melalui

penataan ruang wilayah yang terpadu dan pembangunan dengan

menggunakan prinsip eco architect, penanganan pencemaran lingkungan

hidup, penataan DAS prioritas dengan watershed management dan

catchment area, hutan lindung dan kawasan pesisir pantai, peningkatan

kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, pengawasan

dan penertiban eksploitasi air bawah tanah, serta optimalisasi pemanfaatan

potensi panas bumi.

Page 23: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-23

6) Pembebasan lahan Waduk Jatigede, perencanaan dan pemanfaatan lahan

bagi relokasi penduduk eks Waduk Jatigede.

7) Inventarisasi, pengamanan dan sertifikasi situ-situ di Jawa Barat;

Pemutakhiran data base daerah irigasi; Peningkatan irigasi di perdesaan.

8) Percepatan pembangunan TPPAS Regional di Jawa Barat.

9) Perencanaan detail Kawasan Strategis Provinsi (KSP) 4 koridor ekonomi dan

perencanaan detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan Jabar-Banten, Jabar-

DKI dan Jabar-Jateng; Perencanaan Penyusunan Kebijakan dan Strategi

Perkotaan PKNP, PKW dan PKWP di Jawa Barat.

10) Pengembangan permukiman dalam rangka penyediaan PSDPU untuk

Rusunawa dan peningkatan kualitas perumahan Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR).

11) Pembangunan pusat pertumbuhan perintis Jabar Selatan.

Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan

dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan. Kelompok

belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta

belanja modal.

Kebijakan Belanja secara umum dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi

hendaknya proporsional; dan

b. Secara kewilayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional.

Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diadakan anggaran

penyeimbang.

Belanja Langsung adalah belanja yang diarahkan dalam rangka

pelaksanaan urusan provinsi dan merupakan alokasi belanja APBD Provinsi Jawa

Barat yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Alokasi belanja langsung pada Perubahan APBD Tahun 2012 didasarkan pada

kebijakan yang diarahkan sebagai berikut:

a. Kegiatan yang termasuk ke dalam sepuluh tujuan bersama (common goals);

b. Kegiatan yang lanjutan dan sudah menjadi komitmen pada APBD Perubahan

tahun anggaran 2012;

c. Program/kegiatan baru sebagai landasan kegiatan tahun anggaran 2012;

d. Penambahan alokasi belanja operasional, pemeliharaan kantor dan peningkatan

kualitas sumber daya aparatur (fixed cost); dan

e. Belanja sebagai dana pendukung program/kegiatan yang didanai APBN.

Page 24: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-24

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang terkait langsung dengan

kegiatan yang dilaksanakan dan sulit diukur dengan capaian prestasi kerja yang

ditetapkan, dan merupakan koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah

daerah Kabupaten/Kota yang bersifat umum dalam rangka pendukungan program

Provinsi Jawa Barat seperti:

a. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan

tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil

yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja bunga yang digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang

yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan

perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

c. Belanja subsidi yang digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi

kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang

dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

d. Belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah

lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang

secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

e. Belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian

bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau

barang kepada kelompok/anggota masyarakat, dan partai politik.

f. Belanja bagi hasil yang digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan

kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah

tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

g. Belanja bantuan keuangan yang digunakan untuk menganggarkan bantuan

keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,

pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam

rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

Peruntukan dan penggunaan bantuan keuangan yang bersifat umum

diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah/pemerintah desa penerima

bantuan, untuk bantuan keuangan yang bersifat khusus diarahkan/ditetapkan

oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. Belanja bantuan keuangan

kabupaten/kota terdiri dari:

Page 25: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-25

1) Bantuan keuangan kepada kabupaten dan kota berupa block grant dan

specific grant.

2) Alokasi bantuan keuangan kabupaten dan kota dibagi menjadi dana

pemerataan, dana proporsional, dan dana penyeimbang.

3) Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap kabupaten dan kota.

4) Dana proporsional dialokasikan berdasarkan perhitungan indeks kabupaten

dan kota yang berdasarkan pada penilaian indeks pendidikan, indeks

kesehatan, indeks daya beli, luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah

penduduk miskin, PDRB per kapita, pendapatan hasil daerah, proporsi

pengangguran dan proporsi kawasan lindung.

5) Dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti ibukota

provinsi, kabupaten dan kota yang berbatasan dengan provinsi lain serta

kabupaten dan kota yang akan menyelenggarakan event khusus yang

berskala nasional atau regional.

6) Bantuan organisasi kemasyarakatan dialokasikan berdasarkan tingkat

kepentingan yang dinilai berdasarkan proposal yang diajukan.

7) Kriteria kegiatan bantuan kabupaten dan kota serta organisasi

kemasyarakatan harus berada dalam koridor sebagai berikut: mendukung

secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat, menanggulangi

masalah kemiskinan, menanggulangi masalah pengangguran serta

meningkatkan upaya pelestarian lingkungan.

h. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak

biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan

bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

2. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Dalam Tahun Anggaran 2012, Belanja Daerah dianggarkan sebesar

Rp.18.241.334.184.062,00 dan dapat direalisasikan sebesar

Rp.16.938.532.581.535,00 atau 92,86%. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk

belanja tidak langsung Rp. 14.601.545.432.289,00 dan belanja langsung dialokasikan

sebesar Rp.3.639.788.751.773,00. Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan

realisasi belanja daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Page 26: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-26

Tabel 3.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2012

Nomor Belanja Daerah

Anggaran Setelah Perubahan

Realisasi *) Pencapaian

Target

(Rp) (Rp) %

A. BELANJA DAERAH

18.241.334.184.062,00 16.938.532.581.535,00 92,86

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 14.601.545.432.289,00 13.664.465.634.219,00 93.58 a. Belanja Pegawai 1.589.917.743.385,00 1.511.157.915.017,00 95.05

b. Belanja Subsidi 5.000.000.000,00 15.054.980,00 0.30

c. Belanja Hibah 6.480.640.680.114,00 6.152.724.367.619,00 94.94

d. Belanja Bantuan Sosial 17.410.312.500,00 16.685.225.000,00 95.84

e. Belanja Bagi Hasil Kepada Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

3.377.552.887.261,00 3.161.224.936.674,00 93.60

f. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

3.069.414.941.764,00 2.815.801.802.229,00 91.74

g. Belanja Tidak Terduga 61.608.867.265,00 6.856.332.700,00 11,13

2. BELANJA LANGSUNG 3.639.788.751.773,00 3.274.066.947.316,00 89,95

a. Belanja Pegawai 424.381.781.951,99 404.836.266.619,00 95,39

b. Belanja Barang dan Jasa 1.908.158.353.448,01 1.733.979.443.350,00 90,87 c. Belanja Modal 1.307.248.616.373,00

1.135.251.237.347,00 86,84

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI

3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan :

1) Belanja Tidak Langsung

Untuk belanja tidak langsung dari alokasi sebesar Rp.14.601.545.432.289,00

direalisasikan sebesar Rp.13.664.465.634.219,00 atau 93,58%. Belanja yang

penyerapannya rendah terdiri dari belanja subsidi dan belanja tidak terduga.

Hal ini disebabkan karena penganggran Belanja subsidi digunakan untuk

bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual

produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak, dan

pada tahun 2012 belanja subsidi hanya direalisasikan untuk kegiatan

penjualan beras, gula dan minyak goreng dalam pelaksanaan operasi pasar

(OPM) KEPOKMAS di kabupaten Sumedang, Kota Cimahi, Kabupaten Subang

dan Kabupaten Cirebon Sebesar Rp. 15.054.980,00. Sedangkan penyerapan

belanja Tidak Terduga yang Rendah disebabkan karena Belanja tidak terduga

merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana

sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas

Page 27: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-27

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Rincian anggaran dan realisasi belanja tidak langsung adalah sebagai berikut:

a) Belanja Pegawai dialokasikan sebesar Rp.1.589.917.743.385,00

direalisasikan sebesar Rp.1.511.157.915.017,00 atau 95,05%.

b) Belanja Subsidi dialokasikan sebesar Rp.5.000.000.000,00 direalisasikan

Rp.15.054.980,00 atau 0,30 %.

c) Hibah dialokasikan sebesar Rp.6.480.640.680.114,00 direalisasikan

sebesar Rp.6.152.724.367.619,00 atau 94,94%. yang terdiri dari:

(1) Hibah Kepada Pemerintah Pusat Sebesar Rp.54.655.860.396,00;

(2) Hibah Kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Sebesar

Rp.690.968.372.600,00;

(3) Hibah Biaya Operasional Sekolah (BOS) Pusat kepada Satuan

Pendidikan Dasar sebesar Rp. 3.978.815.245.000,00;

(4) Hibah Biaya Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada Satuan

Pendidikan Dasar sebesar Rp.420.866.281.250,00;

(5) Belanja Hibah Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil kepala

Daerah sebesar Rp.1.007.418.608.373,00.

d) Bantuan Sosial dialokasikan sebesar Rp.17.410.312.500,00 direalisasikan

sebesar Rp.16.685.225.000,00 atau 95,84 %.

e) Belanja Bagi hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

dialokasikan Rp.3.377.552.887.261,00 direalisasikan

Rp.3.161.224.936.674,00 atau 93,60%.

f) Bantuan Keuangan dialokasikan sebesar Rp.3.069.414.941.764,00

direalisasikan sebesar Rp.2.815.801.802.229,00 atau 91,74%, yang

terdiri dari:

(1) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten /Kota sebesar

Rp.2.421.423.415.465,00;

(2) Belanja Bantuan Keuangan Kepada desa/ Kelurahan sebesar

Rp.392.587.092.600,00;

(3) Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebesar

Rp.1.791.294.164,00.

g) Belanja Tidak Terduga dialokasikan sebesar Rp.61.608.867.265,00

direalisasikan sebesar Rp.6.856.332.700,00 atau 11,13 %. yang terdiri

dari:

(1) Untuk pengembalian kelebihan transfer dana bagi hasil PBB bulan

Desember 2011 dari Kas Daerah Provinsi Jawa Barat kepada Kas

Page 28: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-28

Daerah Kota Bekasi akibat kesalahan transfer Bank bjb pada Dana

bagi hasil PBB sebesar Rp 2.584.199.717,00.

(2) Untuk pengembalian kesalahan bank bjb pada posting RTGS PBBKB

untuk Provinsi Banten sebesar Rp 122.207.866,00.

(3) Untuk pengembalian dana kelebihan pembayaran atas tanah kavling

yang terletak di desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten

Bandung sebesar Rp 3.200.000,00.

(4) Untuk pengembalian sisa anggaran Dana Percepatan Pembagunan

Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) Tahun Anggaran 2011

sebesar Rp.620.779.573,00.

(5) Untuk pengembalian pembayaran simpanan para Nasabah

Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PD.PK) Tarogong Garut

sebesar Rp.3.525.945.544,00.

2) Belanja Langsung

Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar

Rp.3.639.788.751.773,00 dan direalisasikan sebesar Rp.3.274.066.947.316,00

atau 89,95%. Hal ini disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan,

adanya bagian kegiatan yang belum dan/tidak jadi direalisasikan.

b. Solusi:

1) Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk

direalisasikan.

2) Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.

C. Pembiayaan Daerah

1. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk

menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun pembiayaan

tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA),

pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,

penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan

penerimaan piutang daerah. Pemerintah Pusat membuka kesempatan bagi

pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman

sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan

untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban

yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud,

Page 29: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-29

seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan

mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan

tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah.

Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana

pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu

sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah

untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan

memberikan manfaat bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang

lain kecuali SiLPA.

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih

besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh.

Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan

pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah

terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya

(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian

pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali

baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi)

pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan

pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran

pembiayaan disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah pembiayaan netto harus

dapat menutup defisit APBD.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan tahun anggaran 2012 adalah:

a. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman manakala terjadi surplus anggaran.

b. Sisa Lebih Anggaran tahun Sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai

sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SiLPA

diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan

pelaksanaan anggaran secara konsisten.

c. Penyertaan modal BUMD dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil kajian

dan tindak lanjut revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD serta

pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi

Page 30: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-30

pengeluaran pembiayaan.

d. Perintisan pelaksanaan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai

pembangunan infrastruktur strategis.

e. Mengalokasikan Dana Cadangan Daerah untuk dana Pemilukada Gubernur/Wakil

Gubernur 2013.

2. Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah

Alokasi anggaran dan realisasi pembiayaan seluruh daerah tahun anggaran

2011 sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah

Tahun Anggaran 2012

NO PEMBIAYAAN

Anggaran Setelah Perubahan Realisasi

Pencapaian Target

(Rp) (Rp) % 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 3.003.186.558.749,00 3.003.186.558.749,00 100,00

Sisa Lebih Perhitungan Daerah Tahun Sebelumnya

3.003.186.558.749,00 3.003.186.558.749,00 100,00

2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 42.531.500.000,00 42.531.200.000,00 100,00

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

42.531.500.000,00 42.531.200.000,00 100,00

PEMBIAYAAN NETTO 2.960.655.058.749,00 2.960.655.358.749,00 100,00

3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

0,00 2.916.307.295.474,00 0,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI

a. Penerimaan Pembiayaan Daerah

Penerimaan Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar

Rp.3.003.186.558.749,00 dan direalisasikan sebesar Rp.3.003.186.558.749,00

Atau 100,00%. Penerimaan pembiayaan tersebut merupakan sisa lebih

perhitungan anggaran daerah tahun sebelumnya.

b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pengeluaran Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar

Rp.42.531.500.000,00 dan direalisasikan sebesar Rp.42.531.200.000,00 atau 100

% digunakan untuk Penyertaan Modal kepada:

PT. Tirta Gemah Ripah Rp. 17.401.200.000,00

PT. JAMKRIDA JABAR Rp. 25.000.000.000,00

PT. Askrida Rp. 130.000.000,00

Page 31: BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH20III-LKPJ... · secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber ... Pemerintah untuk petunjuk ... Kewenangan Kabupaten/Kota

III-31

Adapun rekapitulasi Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah

Provinsi Jawa Barat per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Daftar Penyertaan Modal Kepada BUMD

Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2012

No Nama BUMD

Jumlah Penyertaan

Modal Per 1 Januari

2012

(Rp)

Jumlah Penyertaan

Modal selama Tahun

Anggaran 2012

(Rp)

Jumlah Penyertaan

Modal per 31

Desember 2012

(Rp)

1 PT. Bank Jabar Banten 927.498.683.463,79 0,00 927.498.683.463,79

2 PT. Agronesia 255.000.000.000,00 0,00 255.000.000.000,00

3 PD. Agrobisnis dan

Pertambangan 72.771.688.651,00 0,00 72.771.688.651,00

4 PD. Jasa dan Kepariwisataan 48.413.799.592,00 0,00 48.413.799.592,00

5 PT. Jasa Sarana 217.000.000.000,00 0,00 217.000.000.000,00

6 PT. Tirta Gemah Ripah 13.198.800.000,00 17.401.200.000,00 30.600.000.000,00

7 BPR dan PDPK 88.700.000.000,00 0,00 88.700.000.000,00

8 PT. Askrida 1.180.000.000,00 130.000.000,00 1.310.000.000,00

9 PT. Jamkrida 0,00 25.000.000.000,00 25.000.000.000,00

1.623.762.971.706,79 42.531.200.000,00 1.666.294.171.706,79

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebelum audit BPK RI