bab iii kehidupan masyarakat pendatang islam-kristen di...

38
Page 31 Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di Kampung Tiba-tiba Abepura Pertemuan dua kepribadian seperti hubungan dua bahan kimia; jika terjadi reaksi, keduanya akan berubah.” Carl Gustav Jung 18751961 Pada bab III penulis akan menjelaskan gambaran umum wilayah Kampung Tiba-tiba dan perkembangannya, serta mengemukakan beberapa hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat pendatang, masyarakat asli Papua dan beberapa tokoh masyarakat serta pemuka-pemuka agama. Hasil penelitian atau data lapangan diuraikan dalam bentuk poin-poin penting sehingga memudahkan para pembaca. 3.1 Gambaran Umum Kampung Tiba-tiba Distrik Abepura Kampung Tiba-tiba merupakan sebuah wilayah pemukian di distrik Abepura keluarahan Wahno. Secara umum distrik Abepura merupakan sebuah wilayah yang berada di provinsi Papua tepatnya di Kota Jayapura. Jayapura terbagi menjadi dua

Upload: ngokiet

Post on 01-May-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 31

Bab III

Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di Kampung

Tiba-tiba Abepura

Pertemuan dua kepribadian seperti hubungan

dua bahan kimia; jika terjadi reaksi, keduanya akan berubah.”

Carl Gustav Jung

1875–1961

Pada bab III penulis akan menjelaskan gambaran umum wilayah Kampung Tiba-tiba

dan perkembangannya, serta mengemukakan beberapa hasil wawancara yang

dilakukan terhadap masyarakat pendatang, masyarakat asli Papua dan beberapa

tokoh masyarakat serta pemuka-pemuka agama. Hasil penelitian atau data lapangan

diuraikan dalam bentuk poin-poin penting sehingga memudahkan para pembaca.

3.1 Gambaran Umum Kampung Tiba-tiba Distrik Abepura

Kampung Tiba-tiba merupakan sebuah wilayah pemukian di distrik Abepura

keluarahan Wahno. Secara umum distrik Abepura merupakan sebuah wilayah yang

berada di provinsi Papua tepatnya di Kota Jayapura. Jayapura terbagi menjadi dua

Page 2: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 32

wilayah yaitu: Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Secara umum Kota Jayapura

memilki 5 distrik yaitu1:

Nama

Distrik

Jumlah Jiwa Jumlah

L dan P

L P

Muara

Tami

6323 5695 12018

Heram 22996 20304 43300

Abepura 41528 36 78441

Jayapura

Utara

36 363 33 273 69909

Jayapura

Selatan

37657 34 369 72026

Diantara 5 distrik yang ada tercatat wilayah abepura memiliki jumlah

populasi penduduk terbanyak. Menurut pengamatan penulis selama kurang lebih 25

tahun berdomisili sebagai warga Abepura dan juga pada saat melakukan penelitian

wilayah ini setiap tahunnya mengalami perkembangan yang sangat cepat dapat

dilihat dari proses pembangun dan jumlah penduduk yang tinggi dibandingkan

dengan 5 distrik lainnya. Tingginya jumlah penduduk di wilayah Abepura dikarena

wilayah ini merupakan pusat perkantoran, perbelanjaan, sekolah, dan perguruan

tinggi. hampir sebagaian besar perguruan tinggi berlokasi di Abepura. Oleh sebab itu,

1 Jumlah Penduduk Kota Jayapura Menurut Jenis Kelamin, Badan Pusat Statistik Kota

Jayapura tahun 2014. https://jayapurakota.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/2 , diunduh Pada tanggal 24 Nov 2017

Page 3: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 33

banyak orang yang datang dengan tujuan serta kepentingan masing-masing. Ada yang

bersekolah, mencari pekerjaan, atau sekadar melanjutkan hidup.

Bukan hanya orang pendatang dari wilayah di luar Papua yang menjadikan

Kota Jayapura sebagai tempat tujuan mereka tetapi warga Papua dari daerah-daerah

seperti Biak, Serui, Manokwari, Timika dan beberapa daerah lainnya turut datang

dengan tujuan dan kepentingan masing-masing seperti berkuliah dan mencari

pekerjaan. Abepura merupakan bagian dari Kota Jayaparua yang perkembangannya

sangat cepat. Abepura memiliki delapan kelurahan yaitu Asano, Awiyo, Wahno, Kota

Baru, Vim, Wayhorock dan Yobe. Kampung tiba-tiba merupakan salah satu wilayah

yang masuk dalam kelurahan Wahno Distrik Abepura.

3.1.1 Kampung Tiba-tiba dalam Perkembangannya

Kampung tiba-tiba merupakan sebuah wilayah pemukiman yang berada di

daerah dataran tinggi Abepura. Beberapa wilayah di daerah Abepura merupakan

tanah ulayat miliki suku Tobati, Enggros dan Nafri. Hak mengenai tanah ulayat telah

di atur dalam pasal 3 Undang-Undang Pokok Agraria, Undang-Undang No 21

Tahun 2001 tentang otonomi khusus orang Papua yang juga memberikan pengakuan

terhadap hak-hak ulayat. Bahkan secara khusus termuat dalam Peraturan Daerah

Khusus Provinsi Papua Nomor 23 tahun 2008 tentang hak ulayat Masyarakat hukum

adat dan perorangan warga masyarakat hukum adat atas tanah.2 Secara ringkas isi

2 Pemerintah Provinsi Papus,

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/papua23-2008.pdf, diunduh pada tanggal

25 November 2017

Page 4: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 34

dari peraturan daerah menegaskan bahwa masyarakat adat yang di pimpin oleh kepala

adat/suku yang berhak untuk mengatur segala macam persoalan yang berkaitan

dengan hak-hak masyarakat.

Seperti yang sudah di jelaskan bahwa Kampung tiba-tiba merupakan salah

satu wilayah adat miliki suku Nafri sehingga semua proses yang berkaitan dengan

pertanahan akan di atur oleh dewan adat dan Ondoafi dari suku Nafri serta aparat

pemerintah yang bertugas mengatur pertanahan.3 Menurut Dalegi, Masyarakat Nafri,

Tobati, Enggros, Kayu Pulo memiliki kebiasaan untuk hidup di perkempungan

tepatnya di pulau-pulau kecil di pinggiran kota Jayapura. Hal ini mengakibatkan

penyebaran penduduk asli Jayapura yang tidak merata hingga ke daerah perkotaan.4

Salah satunya wilayah Kampung tiba-tiba yang tidak di huni oleh masyarakat Nafri

pemiliki hak ulayat.

Menurut penuturan Bapak Jance Tabisu tidak dapat di pastikan tepatnya pada

tahun berapa wilayah Kampung tiba-tiba mulai di Huni. Namun yang pasti kampung

tiba-tiba mulai dihuni oleh masyarakat suku Genyem yang merantau dari daerah asal

mereka yang kini masuk dalam wilayah pemerintahan kabupaten Jayapura.5

Masyarakat Genyem lambat laun semakin banyak sehingga ada perbincangan antara

masyarakat Genyem dengan kepala suku (Ondoafi) Nafri agar masyarakat Genyem

3 Ibu Kristina Gerdha Marsyom/Saimima, warga Kampung-Tiba-Tiba yang bekerja

sebagai Staf distrik Abepura. Wawancara Tanggal 24 November 2017 4 Bapak Dalegi Warga Kampung Tiba-tiba Asal suku Sanger Talaud, Wawancara

Pada Tanggal 22 Nov 2017 , Pukul 15.30 WIT 5 Jance Tabisu, Orang Yang di Tuakan di Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada

Tanggal 22 Nov 2017 , Pukul 16.25 WIT

Page 5: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 35

yang datang merantau ke daerah Abepura diperbolehkan untuk tinggal di wilayah

adat suku Nafri.6 Sejak saat itu dengan bertambahnya jumlah penduduk yang

berdatangan terkhusus dari Genyem sehingga mereka membentuk sebuah pemukiman

kecil yang mereka sebut kampung Genyem. oleh sebab itu masyarakat di wilayah-

wilayah Abepura seperti kampung Key (Kampkey), kampung Cina (Kamp cina)

memberi nama wilayah yang di huni oleh masyarakat Genyem dengan sebutan

Kampung Tiba-tiba. Bapak Jance mengungkapkan bahwa masyarakat di

perkampungan Genyem lebih suka membuat rumah yang berdekatan satu sama lain

hal ini tidak terlepas dari pola perkampungan di daerah asal mereka. Seiring

berjalannya waktu jumlah Penduduk di kota Abepura meningkat sehingga wilayah-

wilayah mulai dihuni oleh masyarakat yang mulai berdatangan termasuk wilayah

kampung tiba-tiba yang pada saat itu lahannya masih luas.

Datanglah beberapa orang pendatang membeli tanah kepada Ondoafi dan

membangun rumah di wilayah Kampung-tiba-tiba. Sehingga wilayah Kampung tiba-

tiba tidak hanya di huni oleh masyarakat Genyem tetapi juga masyarakat-masyarakat

yang lain seperti ambon, batak, bugis, button dan toraja dan juga wilayah Papua

lainnya semua masyarakat dari latar belakang etnis dan agama yang berbeda hidup

bersama-sama di kawasan kampung tiba-tiba. Hingga saat ini masyarakat pendatang

semakin bertambah.7 Berdasarkan data dari RT setempat tercatat penduduk Kampung

Tiba-tiba di RT 01 dan 03 terdiri dari 146 Kepala Keluarga dan terbagi menjadi 133

6 Bapak Jance, Ibu Margrit Elly, Salomina Trapen Warga Kampung Kampung Genyem

Kampung Tiba-tiba. Pada Tanggal 23 November 2017 Pukul 16.45 WIT 7 Bapak Daniel Tomasoa, Warga Kampung Tiba-tiba Asal Maluku, Wawancara pada tanggal

23 November 2017 Pukul 17.55 WIT

Page 6: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 36

Keluarga Non Papua dan 15 Keluarga Orang Asli Papua.8 Penduduk terbanyak

berasal dari sulawesi yaitu (Makasar, Button, Bugis) namun, ada juga penduduk yang

berasal dari Jawa, Maluku, Sanger dan Papua.9

Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Data Penduduk Berdasarkan Agama10

3.2 Proses Masuknya Orang Pendatang

Istilah pendatang (Migran) sering di berikan kepada orang-orang yang

bukan berasal dari wilayah dimana mereka tinggal. Di wilayah Papua kata

8 Data ini sudah termasuk beberapa warga pendatang di daerah weref yang terkena musibah

kebakaran dan di relokasikan ke wilayah kampung tiba-tiba 9 Bapak Fahri, Bapak Syamsudin. Ketua RT 01, dan RT 03, Wawancara Pada Tanggal 25

Nov 2017 10

Sumber Data Kelurahan Wahno 2015-2016

Nama

tempat

Jumlah

Jiwa

Kepala

Keluarga

Kampung

Tiba-Tiba

L P 146 KK

312 335

Agama Kristen

Protestan

Katholik

Islam Budha Hindu

Jumlah 77 - 570 - -

Page 7: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 37

Pendatang sering ditujukan kepada orang yang bukan keturunan Papua.

Perjumpaan antara pendatang dan orang asli Papua sudah berlangsung sejak

lama. Ada beberapa fase masuknya orang pendatang ke Papua yaitu:

Penjajahan, penyebaran agama, program transmigrasi dan inisiatif pribadi.

Masa Penjajahan:

Proses datangnya orang non Papua terjadi sejak masa penjajahan,

Ditandai dengan datangnya para penjajah yang menguasai beberapa daerah di

Papua. mulai dari masa penjajahan Belanda hingga masa penjajahan Jepang.

Pada masa penjajahan belanda proses interaksi terjadi antara orang belanda

dan penduduk asli Papua. Pada masa ini dibukalah sekolah-sekolah berbasis

asrama serta penataat secara birokrasi dan administrasi wilayah yang terbagi-

bagi. Tentu saja pola hidup dan proses berinteraksi antara warga pendatang

dari negara-negara tersebut mempengarahu cara pandang masyarakat Papua

pada saat itu, hingga saat ini beberapa sesepuh dalam proses wawancara yang

dilakukan sangat bangga dengan stategi dan pengaturan baik sekolah,

pemerintah dan kesehatan oleh pihak belanda walaupun pada saat itu mereka

sedang di jajah.11

Wilayah-wilayah di timur Indonesia secara khusus tidak memiliki

peninggal-peninggal secara tertulis seperti prasasti atau candi yang sedapat

mungkin bisa menjadi sumber pencarian data tentang perkembangan peradaban

11

Bapak Stev Rumbiak, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 25

November 2017, Pukul 15.00 WIT

Page 8: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 38

Papua. Akan tetapi ada beberapa peninggalan-peninggal dari orang-orang asing

yang menjadi data sekunder selain dari pada orang-orang yang mengalami

perjumpaan langsung dengan orang-orang asing tersebut. Sebagai bukti

datangnya orang asing terdapat beberapa monumen dan peninggalan

bersejarah yang berkaitan langsung dengan kedatang bangsa asing diantaranya:

rumah-rumah tua atau rumah peninggalan belanda, tugu Mac Artur di sentani

dan goa Jepang di Biak yang hingga kini menjadi salah satu tempat bersejarah

dan pusat pariwisata.

Penyebaran Agama dan perdagangan:

Proses masuknya orang non Papua juga di pengaruhi oleh perdagangan

dan proses penyebaran Agama. Sejak abad ke-7 melalui pedagang Persia dan

India, kemudian pada abad ke 9 para pedagang Cina yang berlayar hingga

Papua dan melakukan proses barter untuk memenuhi kebetuhan hidup dan

perlatan yang mereka butuhkan.12

Pada tahun 1855 masuknya Kekristenan

yang di bawah oleh para zending dari belanda yang datang ke wilayah-

wilayah di Papua untuk menyebarkan agama. Proses datangnya para pekabar

injil tidak terlepas dari izin sultan tidore yang pada saat itu menguasai

beberapa jalur di wilayah Papua. Dalam sejarah perkembang gereja di Tanah

Papua para Pekabar Injil memberikan banyak kontribusi dalam kehidupan

masyarakat Papua. Para Misionaris telah dilengkapi dengan keterampilan-

keterampilan sebagai sebagai guru, tenaga kesehatan, dan juga tukang bangun

12

Siti Nuryani, Kondisi Soisial Budaya Masyarakat Papua, http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197007111994032SITI_NURBAYANI_K/Karya/Kondisi_sosial_budaya_masyarakat_papua.pdf, diunduh pada tanggal 26 November 2017

Page 9: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 39

sehingga mereka mampu beradaptasi dengan cepat dan mengajar banyak hal

selain memberitakan Kekristenan yang menjadi kepercayaan mereka. 13

Pada

awal abad ke-20 pihak lembaga pekabaran Injil Belanda (UZV dan ZNHK)

mendorong pendidikan sebagai upaya perubahan peradaban bagi anak-anak

Papua yang dimotori oleh istri-istri guru. Selain sekolah untuk anak-anak laki-

laki Jongens Vervolg School/JVVS dan berbagai sekolah kejuruan seperti

Opleiding Doorps school Onderwijzers /ODO (Pendidikan Guru Sekolah

Dasar), sejak tahun 1949 dibuka sekolah formal bagi anak-anak perempuan,

Meisjes Vervolg School/MVVS (Sekolah Gadis Lanjutan). Tujuan pendirian

sekolah-sekolah adalah untuk memutuskan belenggu adat dan budaya yang

menghambat kemajuan, termasuk bagi bagi para gadis Papua. Sebuah yayasan

yang bernama Zending Schoollen (Sekolah-sekolah Lembaga Pekabaran Injil)

didirikan tahun 1952 untuk pendidikan anak-anak di kampung, sementara di

ibu kota pemerintahan didirikan sekolah LSB (Lagere School B) untuk anak-

anak pegawai sipil dan umum . Kemudian pada tahun 1962, Yayasan

Pendidikan Kristen didirikan untuk menggantikan Zending Schollen sampai

saat ini. Namun, memasuki masa peralihan pemerintahan Belanda kepada

UNTEA PBB pada tahun 1962, sekolah-sekolah kejuruan negeri untuk

perempuan ditutup. Kemudian Gereja Katolik dan Protestan mendirikan pusat

pendidikan non-formal untuk perempuan Papua. Pada tanggal 2 April 1962,

Gereja Kristen Injili (GKI) di Irian Barat (sekarang GKI di Tanah Papua),

13

Panitia Jubelium Emas 150 Tahun Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua,

Fajar Merekah di Tanah Papua,32.

Page 10: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 40

mendirikan Pusat Pendidikan Sosial (PPS) Abepura, Kota Jayapura Provinsi

Papua. Pusat pembinaan ini bertujuan meningkatkan ketrampilan hidup orang

Papua. 14

Hingga saat para pekabar Injil yang berasal dari Belanda dan Jerman

menjadi orang penting dalam proses peradaban orang Papua yang beragama

Kristen. Penduduk Papua hingga kini menganggap bahwa para pekabar injil

inilah yang membawah banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat

Papua.

Kurang lebih pada abad ke 14,15 dan 16 para pedagang Ternate,

Makasar, Bugis juga turut datang dan menyebarkan agama Islam di wilayah-

wilayah Papua.15

Berkaitan dengan proses masuk orang asing para pedagang

Arab, Cina, Makasar, Tidore masuk ke jasirah onim di teluk Fak-Fak untuk

membeli hasil rempah terbaik di kota Fak-fak yaitu pala. Selain proses

perdagangan para pendatang tersebut juga menyebarkan agama Islam.

Program Transmigrasi:

Pada tahun 1905-1931 Pemerintahan kolonial menugasi Asisten

Residen H.G. Heijting untuk mempelajari kemungkinan pemindahan

penduduk jawa ke beberapa daerah yang jumlah penduduknya masih

sedikit.16

Program ini terus dijalankan hingga tiga gelombang akan tetapi

14

Persatuan Perempuan Papua, STOP SUDAH, Kesaksian Perempuan Korban

Kekerasan, (Jayapura: KelompokKerja HAM Papua 2010) ,12. 15

16

Patrice Levang, Ayo Ke Tanah Sabang,(Jakarta, Kepustakaan Populer

Gramedia),9.

Page 11: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 41

program ini di nilai kurang efektif maka program ini di hentikan dan

kemundian di lanjut oleh program Soeharto, dengan program REPELITA

(rencangan Pembangunan Lima Tahun) yang mengusung beberapa

keluarga di daerah jawa kemudian di perlengkapi dan pergi ke beberapa

tempat di Indonesia yang jumlah Jiwanya masih berbanding kecil dengan

jumlah lahan tinggal dan lahan kerja. masuknya para transmigran ini turut

mempengaruhi kehidupan masyarakat asli Papua secara Ekonomi dan

Sosial.

Inisiatif Pribadi :

Proses masuknya para pendatang juga terjadi akibat datangnya

penduduk dari luar Papua dengan inisiatif sendiri. Orang-orang ini datang

dengan banyak tujuan diantaranya untuk melanjutkan hidup dan mencari

pekerjaan bahkan ada yang berkunjung ke Papua untuk menengok

keluarganya namun tetap tinggal dan tidak kembali ke daerah asal17

Hal ini di

tegaskan oleh dua narasumber yang merantau ke Papua dengan inisiatif

pribadi yaitu Ibu Lanny dan Bapak Sukipli.

Ibu Lanny mengungkapkan bahwa kedatangnya ke Papua

dalam rangka membuka usaha warung makan, untuk

menyukseskan usahanya ia membawah serta 5 saudaranya

untuk bekerja bersama.

Bapak Sukipli, pada awalnya kedatangan saya ke Jayapura

untuk mengunjungi kakak beserta keluarganya. Akan tetapi

seiring berjalannya waktu dan berhubung di kampung halaman

17

Ibu Lanny, Bapak Kipli, Ibu Mardiyah, Warga Masyarakat Kampung Tiba-tiba,

Wawancara Pada tanggal 26 November 2017, Pukul 16.55 WIT

Page 12: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 42

di Madura saya tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga secara

pribadi saya meminta izin kepada kakak untuk tinggal dan

membuka usaha Sate di jayapura karena saya melihat peluang

usaha yang cukup menguntungkan.

Narasi di atas adalah tuturan beberapa orang yang datang dengan

inisiatif pribadi. Proses kedatang seperti ini turut mempengaruhi

jumlah pendatang yang berada di kota Jayapura terkhusus di Abepura.

Menurut seorang warga kelebihan dari program transmigrasi adalah

jumlah manusia yang masuk ke suatu wilayah terdata dengan jelas

sedangkan kedatangan dengan inisiatif pribadi mengakibatkan jumlah

penduduk yang tidak terdata dengan jelas.18

3.4 Hubungan Orang Asli Papua dan Orang Pendatang

Kehidupan bermasyarakat tentu tidak selalu berjalan dengan mulus.

dinamika kehidupan dan interaksi serta persingungan antar budaya, suku

turut mewarnai relasi yang di bangun antara orang Papua dan orang

pendatang. Menurut seorang penutur peristiwa yang sangat membekas dalam

ingatannya adalah perkelahian antara pedagang non Papua dan pedagang

Papua pada tahun 2000 yang mengakibatkan adanya pembakaran pasar.

Peristiwa ini terjadi karena adanya kesalah pahaman antar pembeli dan

penjual yang pada saat itu pembeli adalah orang asli Papua dan penjual adalah

orang Makasar. perkelahian mengakibatkan kurang lebih 5 orang luka

18

J. Merahabia. Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 27 November

2017,

Page 13: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 43

sehingga terjadi konflik yang berlangsung tiga hari. Aktivitas perdagangan

berhenti dan situasi sangat tidak kondusif.19

Peristiwa semacam ini

menimbulkan dendam-dendam pribadi dari masing-masing pihak yang

bertikai sehingga muncul pernyataan-pernyataan yang negatif tentang orang

pendatang bahkan menurut seorang nara sumber dalam proses wawancara

mengungkapkan bahwa terkadang ada beberapa orang Papua yang ia temui

mengelurkan kata-kata yang berbau sukuisme secara spontan ketika mereka

sedang marah:20

“Usir saja orang-orang pendatang, mereka kerja dan

memperkaya diri sendiri, mereka bekerja bukan untuk

kemajuan Papua. suruh Pemerintah kembalikan mereka supaya

kami orang Papua dapat menikmati kehidupan di tanah sendiri”

Ungkapan-ungkapan seperti ini turut mempengaruhi hubungan orang

Papua dan orang Non Papua. selain itu, kesenjangan yang terjadi dalam

berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, pemerintahan dan ekonomi.

Masyarakat Papua mempertanyakan Otonomi khusus daerah yang dibuat

untuk menjawab kebutuhan dan persoalan yang berkaitan dengan

kesejahteraan hidup orang Papua.21

Seiring berjalannya waktu program yang

di canangkan pemerintah tidak mampu menjawab persoalan kehidupan orang

19

Bapak Saiful, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 23November

2017

20

Jhon Yerisitow, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 23

November 2017,

21 Bapak Fahri, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 25 November

2017.

Page 14: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 44

Papua. masyarakat menilai kehidupan mereka belum sejahtera dalam bidang

ekonimi, pendidikan dan kesehatan. Ketegangan pun tidak terhindarkan di

mana kecurigaan yang sebelumnya mulai memudar muncul kembali dalam

benak penduduk asli mengenai penguasaan penduduk pendatang.22

Qordir

dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa penguasaan penduduk

pendatang semakin menguat di kalangan penduduk asli, bahkan sampai pada

klaim menguatnya kembali Islamisasi melalui sektor publik seperti

penguasaan dibidang ekonomi dan pendidikan.23

Selain itu, gerakan-gerekan anti NKRI yang terus di suarakan oleh

beberapa aktivis pembebasan Papua turut mempengaruhi relasi antara

masyarakat Papua dan Pendatang. Sekitar tahun 1998-2000 isu tentang Papua

merdeka terus menjadi sebuah berita menakutkan bagi beberapa orang

pendatang sehingga pada Tahun-tahun itu rumah-rumah dan usah-usah yang

dimiliki sebagaian orang pendatang di jual dengan harga yang murah

kemudian pemiliknya kembali ke tanah asalnya.24

Namun, tidak berarti relasi masyarakat Papua secara menyeluruh

buruk. Jika di perhatikan dengan baik kehidupan di kota Abepura antara

pendatang dan orang asli Papua sangat baik. Masyarakat pendatang di banyak

22

Bapak Haji Samsyudi, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tangga; 26

November 2017 23

ZuLy Qordir, Kontestasi Penyiaran Agama di Ruang Publik: relasi Kristen dan

Islam di Kota Jayapura, dalam Jurnal Harmoni Multikultur dan Multireligius Vol 4 Nomor 1

Januari-April 2015 Jakarta. 39 24

Bapak Hamzah, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 25

November 2017, Pukul 17.35 WIT

Page 15: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 45

tempat dapat hidup berdampingan dengan masyarakat asli. Orang pendatang

dapat menjalakan usaha mereka dengan baik tanpa adanya gangguan dan

larangan.25

3.5 Orang Pendatang dalam Pandangan Masyarakat Kampung Tiba-Tiba

Polemik tentang orang Pendatang dan orang asli bukanlah hal baru di

kalangan masyarakat Papua. Pendatang adalah orang yang bukan orang asli

Papua, Para pendatang tidak memiliki banyak hak di wilayah Papua.26

hal ini

sangat kuat karena adanya sistem-sitem adat dan juga hak-hak ulayat yang

menjadi miliki penduduk asli Jayapura. Menurut Bapak Husdin kata

pendatang tidak semata-mata ditujukan kepada orang non Papua, kata

pendatang juga dapat di tujukan kepada orang asli Papua yang tidak berasal

dari wilayah tersebut seperti orang biak yang tinggal di Jayapura secara adat

tidak memiliki tanah adat serta hak adat di wilayah tersebut sehingga ia di

kategorikan sebagai pendatang lokal..27

Namun, dalam kehidupan bersama

orang pendatang dan penduduk asli Papua di Kampung Tiba-tiba sangat baik,

tidak ada diskriminasi terhadap orang pendatang. Walaupun ada beberapa

orang yang menggungakan labbeling kekuasaan berdasarkan hak-hak adat

untuk menghancurkan relasi orang asli dan pendatang namun kehadiran

25

Bapak Roy Sanuel, Bapak Fahri dan Ibu Amira, Warga Kamping Tiba-tiba,

Wawancara pada Tanggal 26 November 2017 26

Bapak Sadam, Ibu Laras, Ibu Dewi, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada

Tanggal 24 November jam 19.20 WIT 27

Bapak Husdin La Ode, Warga Kampung Tiba-Tiba, Pada Tanggal 25 November

26 November 2017, Pukul 15.40 WIT

Page 16: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 46

ondoafi atau kepala suku yang tidak memihak sangat menolong relasi antara

masyarakat di Kampung Tiba-tiba.28

Relasi-relasi yang di bangun kemudian

berkambang menjadi hubungan yang lebih dalam lagi seperti pernikahan antar

suku yang terjadi di masyarakat Kampung Tiba-tiba, ada beberapa pasangan

yang berbeda agama dan juga berbeda kebudayaan. Susan Saidam dan

Muhamad, Jhon Yerisitow dan Betrix Mallo, dan , selain itu salah satu faktor

pendukung terjadinya interaksi yang juga di rasakan oleh anak-anaka yaitu

hanya terdapat satu sekolah dasar di Kampung Tiba-tiba yaitu SD Negeri

Impres Kampung Tiba-Tiba yang dimana anak-anak pendatang dan juga anak

penduduk asli Papua bersekolah bersama-sama.

3.6 Hubungan Kekristenan dan Islam di Papua

Proses perjumpaan masyarakat Papua dengan orang non Papua sudah

terjadi sejak lama, Dalam buku 50 tahun Jubelium GKI Tanah Papua,

hubungan Islam Kristen sudah terjalin sejak lama ketika Sultan Tidore

memberi izin untuk kedua pekabar inijil ke wilayah kekuasaannya, walaupun

pada saat itu para zendeling yaitu Ottow dan Geisler mengakui datang

sebagai peneliti alam, namun Sultan Tidore mengetahui dengan pasti bahwa

mereka adalah orang-orang yang akan menyebarkan agama Kristen, hal ini

tidak mengurung niatnya untuk memberi izin.29

Islam dan kristen telah

28

Hj. Wahyudi, Bapak Fahri, Ibu Hadijiah, Pengurus Masjid Kampung Tiba-tiba,

Wawancara Pada Tangga 25 November 2017 29

Panitia Jubelium Emas 150 Tahun Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua, Fajar

Merekah di Tanah Papua, (Jayapura: Persekutuan Gereja-Gereja di Papua), 27.

Page 17: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 47

memiliki hubungan baik sejak lama, masuknya para misionaris belanda tidak

terlepas dari bantuan seorang sultan tidore yang beragama Islam.30

Bantuan-

bantuan yang diberikan oleh kesultanan Tidore kepada penduduk Papua yang

beragama Kristen.

Menurut penuturan pengurus salawatan Jayapura, Bapak Fahri yang

adalah salah satu warga kampung tiba-tiba, selain sejarah panjang perjumpaan

kristen Islam dimasa lampau, Ia menegaskan bahwa hubungan yang terjalin

antara pemeluk agama Kristen dan Islam di Papua sampai saat ini sangat baik,

kepekaan dan kepudulian umat beragama tampak dari kerjasama menjaga

ketenangan dan keamanan pada saat solat Idul Fitri yang dilakukan di tempat-

tempat terbuka seperti lapangan Brimob, Lapangan Trikora, dan lapangan

Kodam. Tidak hanya Aparat keamanan tetapi warga sekitar turut menjaga

keamanan pada saat Sholat dilaksanakan.31

Hingga kini telah terbentuk forum

Kerukunan Umat Beragama yang sangat sigap dan cekatan dalam melihat isu-

isu seputar perpecahan agama. 32

3.7 Bentuk Interaksi keseharian masyarakat pendatang di Kampung Tiba-tiba

Seperti yang telah di jelaskan pada bagian dua bahwa interaksi

merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. sebagai

30

Panitia Jubelium Emas 150 Tahun, Fajar Mereka Di Tanah Papua, 46 31

Bapak Fahri, Ketua RT, Wakil Ketua Masjid Kampung tiba-tiba dan Pengurus

Salawatan, Wawancara pada tanggal 24 November 2017, Pukul 20.00 WIT 32

Hj. Wahyudi, Bapak Fahri, Ibu Hadijiah, Pengurus Masjid Kampung Tiba-tiba,

Wawancara Pada Tangga 25 November 2017.

Page 18: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 48

makhluk sosial setiap induvidu pasti melakukan interaksi dengan orang

disekitarnya. Proses interaksi dalam kehidupan setiap masyarakat tentu

memiliki karakteristiknya masing-masing, sehingga interaksi yang terjadi

antar masyarakat yang satu dengan lainnya berbeda sesuai dengan dinamika

kehidupan masyarakat tersebut. Dalam proses wawancara yang di lakukan

terhadap masyarakat pendatang beda agama di Kampung Tiba-tiba ada

beberapa bentuk interaksi yang berkembang dalam kehidupan keseharian

masyarakat yakni:

1. Kerjasama/Gotong Royong:

Cara hidup yang mengedepankan hubungan baik antar warga

serta kerjasama dalam berbagai segi kehidupan merupakan cara hidup

yang masih ada hingga saat ini dalam kehidupan masyarakat Kampung

Tiba-tiba.33

Menurut penuturan Bapak Ruslam masyarakat di

Kampung Tiba-tiba sangat menghargai satu sama lainnya, hal ini di

tunjukan dalam kekompakan dan kerjasama pada saat menolong warga

yang rumahnya terbakar, membantu warga yang hendak membangun

rumah dan juga bekerja sama dalam membersihkan wilayah Kampung

Tiba-tiba untuk menyabut hari raya ataupun HUT Kemerdekaan

Indonesia. 34

33

Welly Elly/Trapen, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 28

November 2017 34

Bapak Ruslam, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 22

November 2017

Page 19: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 49

2. Tolong-menolong/kepedulian

Selain kerja sama, tolong menolong atau kepedulian terhadap

sesama warga menjadi sesuatu yang penting dalam membangun relasi

sosial antar warga. Pada era digital semua hal dapat diperoleh dengan

sangat mudah. Teknologi-teknologi yang canggih memudahkan

manusia untuk memperoleh kebutuhan dengan cara yang mudah.

Seperti hadirnya berbagai macam aplikasi untuk berbelanja, memesan

makanan, bahkan aplikasi untuk memanggil tukang bengkel dan lain

sebagainya. Teknologi yang ada sangat menolong aktivitas masyarakat

namun kehadiran secara fisik serta kepeduliaan oleh masyarakat di

sekitar memiliki dampak yang besar dalam mengembakan proses

interaksi serta relasi di antar masyarakat. dalam proses wawancara

kepada Bapak Ruslam, ia menegaskan bahwa kepeduliaan dan

kepekaan dari warga sangat tinggi.

pada saat warga sakit, atau ada yang meninggal. setiap

keluarga di Kampung Tiba-tiba melakukan aksi sumbangan

sukarela untuk membantu warga yang ada dalam musibah, jika

ada warga yang tidak memiliki uang ia dapat menyumbangkan

beras,, gula dan kopi atau apa saja yang tidak membebani

dirinya. Bantuan-bantuan berupa uang dan barang diberikan

kepada semua warga yang mengalami musibah tanpa

memandang asal suku atau agama..35

tidak hanya membantu dalam keadaan berduka atau sakit

namun kepeduliaan warga dan juga pihak-pihak lembaga keagamaan

35

Bapak Ruslam, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 22

November 2017

Page 20: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 50

terwujud dalam bentuk bantuan air bersih36

Masyarakat Kampung

tiba-tiba merupakan wilayah yang air bersihnya tidak di jalankan

setiap hari sehingga warga harus membeli air tangki untuk kebutuhan

sehari-hari, hal itu menjadi beban tersendiri bagi masyarakat di

Kampung tiba-tiba. Namun pihak masjid memberikan bantuan kepada

warga untuk mengambil air di penampungan masjid yang

menggunakan sumur bor. Setiap keluarga dapat mengambil air, tidak

hanya warga yang Muslim tetapi warga juga Kristen. Setiap warga

diberikan kesempatan yang sama dengan membayar uang penjaga dan

uang listrik sebesar 20.000.37

hal semacam ini memberikan kesan baik

terhadap sesama yang berbeda, menurut para pengurus masjid

melakukan hal kebaikan kecil seperti ini agar kami tidak sekedar hadir

tetap juga berarti bagi warga karena kehadiran orang beragama

harusnya menjadi penolong bagi orang lain.38

Tindakan tolong menolong tidak hanya di lakukan oleh para

pengurus masjid namun juga di lakukan oleh para pemimpin Gereja

yaitu Majelis Jemaat GKI Kairos Kampung Tiba-tiba yaitu aksi bedah

rumah yang menjadi salah satu program Jemaatdi jalankan kurang

lebih 7 tahun. Program ini tidak hanya di tujukan secara khusus

36

Bapak Wahyudi, Warga Kampung Tiba-tib, Wawancara Pada Tanggal 27

November 2017 37

Juita Parera, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 28 November

2017. 38

Para Pengurus Masjid Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada tanggal 28

November 2017

Page 21: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 51

kepada yang warga Kampung tiba-tiba yang beragama Kristen tetapi

juga warga yang beragama Islam. Program ini di lakukan kepada

rumah warga Kampung Tiba-tiba yang secara ekonomi sangat lemah.39

3. Percakapan sederhana antar warga :

Kehidupan manusia sifatnya dinamis selalu berubah dari waktu

ke waktu, teknologi dan perkembangan zaman dalam berbagai bidang

terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dahulu interkasi

antara induvidu yang satu dengan induvidu yang lain pada wilayah

yang berbeda tidak dapat di secara langsung namun harus melalui

surat, melalui telegram, melaluitelepon umum namun seiring

berjalannya waktu manusia kini dapat melakukan interaksi dengan

induvidu lain dalam jarak yang jauh menggunakan smart phone, video

call dan aplikasi-aplikasi media sosial yang pada era ini di ciptakan

untuk memudahkan proses berinteraksi manusia. Jarak menjadi sangat

dekat dengan adanya kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi

namun interkasi secara langsung menjadi sebuah kekuatan dalam

kehidan bermasyarakat terkhusus masyarkat Kampung Tiba-tiba.

Selain kerjasama antar masyarakat, warga membangun ruang

percakapan antar induvidu yang satu dengan induvidu yang lain.

Ahmad menegaskan bahwa pangkalan ojek, warung-warung kopi,

39

Bapak Paul Umbora, Warga Kampung Tiba-Tiba dan Majelis Jemaat GKI Kairos

Kampung Tiba-tiba, Waeancara Pada Tanggal 29 November 2017

Page 22: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 52

tempat-tempat jualan, merupakan wadah yang sering ia dan beberapa

warga gunakan untuk bercerita, bertukar pikiran, serta membahas hal-

hal yang berkaitan dengan keamanan dan kemajuan di Kampung

Tiba-tiba.40

Salah seorang pemimpin Masjid menegaskan bahwa ia

sering berdiskusi dengan warga Kampung Tiba-Tiba yang beragama

Kristen, mereka saling bertukar pikiran dan dari pengalaman berbaur

bersama menjadi contoh dan teladan kepada warga muslim dan juga

kristen yang lainnya serta membangun kedekatan dan kepercayaan

antara saya sebagai seorang Islam dan dia sebagai seorang Kristen.41

Percakapan sehari-hari antara warga pendatang dan juga orang asli

Papua juga terjadi ketika mereka melakukan proses jual beli makanan,

sayur-sayuran dan kebuthan-kebutuahan lainnya. Setiap sore hari

masyarakat genyem ysng hasil jualannya belum habis akan di jajakan

di pinggir jalan menuju k

3. Olahraga bersama:

Warga Kampung tiba-tiba menggunakan fasilitas lapangan

yang terletak dekat dengan wilayah mereka untuk bermain bola Volly

setiap sore. Siapa saja dapat turut serta dalam permainan tersebut

karena permainan ini hanya di lakukan untuk berolahraga dan senang-

40

Ahmad Zainal, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tangga 29

November 2017 41

Bapak Wahyudin, Ketua Masjid Kampung Tiba-Tiba, Wawancara di Masjid Pada

Tanggal 27 November 2017

Page 23: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 53

senang. Menurut Ola Trapen: sudah sejak dulu lapangan ini digunakan

oleh warga Kampung tiba-tiba untuk bermain Volly dan Bola Kaki,

siapa saja dapat ikut serta dalam permainan tersebut, jarang sekali ada

berkelahian atau pertengkaran pada saat kita bermain Volly, dari

kegiatan sehari-hari seperti ini. Dulu pada tahun 2005 pemuda GKI

Kairos dan Pemuda-pemudi masjid Kampung Tiba-tiba membuat

pertandingan Volly antar regu yang setiap timnya harus terdiri dari

pemuda-pemudi Islam dan Kristen.42

Namun kegiatan ini sempat

terhenti selama 7 tahun dan dalam wawancara saya bersama pengurus

persekutuan Kaum Muda GKI Kairos mereka sedang ada dalam

persiapan membuat turnamen futsal yang akan di selenggarakan pada

bulan september antar gereja dan masjid yang setiap regunya harus

terdiri dari beberapa pemuda Muslim dan pemuda kristen.43

4. Aktivitas bermain :

Bermaian merupakan sebuah bentuk interaksi mendasar dalam

kehidupan seseorang yang dimulai sejak masa kanak-kanak. Dalam

proses bermaian anak-anak juga belajar secara alami mengenal dan

memahami perbedaan. Dalam proses bermain anak-anak tidak

mengalami sekat-sekat sebagai orang pendatang, orang asli Papua

42

Ola Trapen, Wawancara Warga Kampung Tiba-tiba dan juga mantan pengurus

PAM GKI Kairos Tahun 2005, Wawancara pada tanggal 23 November 2017. 43

Noel Bonay, Sekertaris PAM GKI Kairos , wawancara Via telpon pada tanggal 15

Desember 2017

Page 24: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 54

ataupun sebagai induvidu yang berbeda agama.44

Anak –anak selain

mendapat pengalaman belajar di sekolah, sekolah minggu dan Masjid.

Pengalaman berjumpa, bermain bersama, serta berbagi kehidupan

dengan teman yang berbeda agama memberikan mereka pengalaman

secara langsung yang membekas hingga mereka dewasa. Dalam

wawancara bersama Bapak Septer Wakum, beliau menceritakan

tentang pengalaman hidupnya dalam berelasi dengan orang yang

berbeda agama:

“sejak saya SMP saya bersahabat erat dengan seorang

teman Muslim persahabat terus terjaga hingga kami

dewasa, dan saya mengagap ia seperti seorang saudara.

Kami belajar untuk saling menghargai perbedaan suku

dan agama yang dimiliki. hal itu terjadi karena kami

tidak dapat melupakan penglaman-penglaman masa

kecil hingga remaja yang dilewati bersama dalam rasa

persaudaraan. Bermain, makan dan melakukan

aktivitas-aktivitas bersama hingga orang tua kami

saling mengenal dengan baik. Hal ini memberikan

pangalaman baik dan memberikan cara pandangan yang

baik terhadapa orang yang berbeda keyakinan

sekalipun.” 45

Perjumpaan langsung dengan orang yang berbeda

agama, suku dan budaya dalam Pengalaman-pengalaman

keseharian memberikan seseorang perspektif baru tentang

45

Bapak Septer Wakum, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara pada tanggal 27

November 2017, Pukul 17.00

Page 25: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 55

orang lain serta keterbukaan dan penerimaan terhadapa realitas

perbedaan yang ada.46

Lapangan yang digunakan warga untuk melakukan beberapa

kegiatan:, main volly bersama, dan tempat berkumpulnya anak-anak

Sumber foto: Dokumen Pribadi

3.8 Kehidupan beragama di Kampung Tiba-Tiba

Masyarakat Kampung tiba-tiba dalam hal relasi antara pemeluk agama

sangat baik. Menurut beberapa narasumber kehidupan yang indah dan damai

sudah terjadi sejak lama dalam kehidupan masyarakat kampung tiba-tiba.

Beribadah tanpa rasa takut, menggunakan perlengkapan keagamaan dengan

bebas, anak-anak mengaji dengan leluasa. Para perantau memiliki kesadaran

akan pentingnya hidup bersama dengan penduduk dari suku lain sehingga

menjaga ketenangan dan ketertipan tempat tinggal merupakan satu kewajiban.

46

Nancy T Amerman, Everyday Religion:Observing Modern Religious Lives (New

York:Columbia University Press,1998),13.

Page 26: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 56

Berhubung mereka tidak mempunyai balai atau semacam aula untuk

melakukan pertemuan-pertemun oleh karena itu pertemuan biasanya di

lakukan di rumah pak RT dan juga di depan halaman gereja dan halaman

masjid secara bergantian.

Walaupun secara mendasar sikap untuk membela masing-masing

agama tetap ada dalam setiap hati pemeluknya Namun kesadaran untuk

memperlakukan tetangga yang beragama lain dengan baik sangat terlihat

dalam kehidupan masyarakat Kampung Tiba-tiba. Menurut Bapak Amrin hal-

hal sederhana yang biasanya di tempat lain menjadi persoalan disini kami

bicarakan secara santai dalam suasana kekeluargaan seperti sedang bergurau.

Ia menjelaskan pada waktu itu ketika mereka sedang mengganti toa masjid

dan peletakan toanya kurang tepat hingga suara dari masjid terdengan sangat

besar dan persis ke dalam rumah salah seorang warga Kristen. Dengan sangat

santai ketika selesai sholat sang bapa keluar dari rumah dan menghampiri pak

haji dan berkata

“ kaka haji, mohon maaf toa dari masjid langsung menuju ke rumah

jadi ketika kaka haji dong solat kita agak keras suaranya, tidak seperti

yang biasanya ketika pengeras suaranya di naikan keatas” dengan

santai pak ustad katakan siap toa akan di pindahkan sebentar” dengan

nada canda dan penuh tawa”

Narasi ini merupakan bentuk percakapan yang terjadi ketika ada

keganjalan yang terjadi akibat aktivitas keagamaan. Percakapan-percakapan

ringan dan santai terkadang membuat suasana lebih akrab dan tidak

menimbulkan perselisihan. Selain itu, Pada hari raya qurban, apa bila jumlah

Page 27: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 57

sapi atau kambing yang di sembelih banyak maka di bagikan kepada warga-

warga yang beragama kristen, pada perayaan natal semua warga turut serta

bersilahturahmi ke keluarga-keluarga yang beragama Kristen begitu

sebaliknya pada hari raya Idul fitri silahturahmi antara warga juga terjalin.

Perayaan-perayaan keagamaan di sambut meriah dan penuh dengan semangat

oleh semua masyarakat bukan hanya yang beragama islam tetapi juga yang

beragama kristen. Relasi semakin kuat terbentuk dari interaksi mereka setiap

hari saling bercengkrama, saling menyapa, saling mempedulikan. 47

Menurut

tuturan dari Pdt Hanny, Pada hari raya Natal warga Kampung Tiba-tiba baik

Islam maupun Kristen membantu pengaturan kendaraan yang akan menuju ke

Gereja agar tidak memarkir dengan tidak tertib. Selain itu pada hari raya

Paskah para pemuda di Kampung Tiba-tiba yang beragama muslim turut

serta membantu pengambilan bambu untuk membuat perlengkapan pawai

fajar paskah. Dalam wawancara terhadap seorang pemuda ia mengatakan

keikut sertaannya dalam mengambil perlengkapan pawai fajar paskah di hutan

karena keakrabannya dengan teman-teman sebaya yang beragama Kristen.

“ saya senang mengikuti teman-teman ke hutan, sekalian

berpetualang hampir sebagian besar pemuda di gereja adalah

teman saya sehingga untuk ikut bersama mereka bukan hal

47

Ibu Hadijah, Wawancara warga kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada tanggal 28

November 2017

Page 28: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 58

yang canggung atau bahkan membuat saya malu tetapi pergi

bersama-sama membuat saya juga senang.48

3.9 Elemen pendukung interaksi masyarakat beda agama di Kampung Tiba-

tiba

Pemimpin Agama : Seorang nara sumber menegaskan bahwa salah satu

faktor pendukung terjadinya relasi yang baik dalam kehidupan masyarakat

Kampung tiba-tiba adalah pemimpin agama dan pengajarannya. Haji

Amirudin La’ode mengatakan bahwa:

“Agama mendekatkan kita pada sang pencipta dan

menjadikan laku kita bersih dan tabiat kita baik

dihadapan Tuhan dan kepada sesama. Jika orang

beragama namun pikirnya penuh dengan kejahatan dan

kekerasan maka orang itu sebenarnya tidak beragama

menurut beliau orang beragama adalah orang yang cinta

damai” itu yang sering saya nasehatkan dan

ceramahkan di masjid dan pengajian baik kepada orang

tua, pemuda, remaja dan anak-anak.49

48

FaJar Putra, Wawancara Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tangga 24

November 2017 49

Amirudin La o’de, Pengurus Masjid Kampung Tiba-tiba, Wawancara di Masjid

Pada Tanggal 27 November 2017

Page 29: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 59

Wawancara Ketua dan Para pengurusmasjid

di Kampung Tiba-tiba. Sumber foto: documen pribadi

Para pemimpin agama Islam terkhusus yang berada di Kampung tiba-

tiba secara tegas mengakui bahwa dalam setiap proses pemberian ceramah di

masjid mereka selalu memberi nasehat agar setiap pemeluk agama Islam

harus hidup baik kepada sesama dalam bentuk menghargai sesama, ramah,

penuh kasih, dan penuh rasa hormat. Dalam kehidupan yang multikultur tentu

pernah masyarakat mengalami persinggungan antar warga. Perselisihan terjadi

karena ada beberapa oknum yang sedang mengkonsumsi minum keras dan

melempari batu ketika orang sedang beribadah di masjid. ketika pemuda

masjid ingin marah namun para pemimpin selalu menegur dan mengatakan

bahwa dia sendang di kendalikan oleh minum keras biarkan hingga sadar

kemudian pergi dan berilah nasehat kepadanya.50

Peran pemimpin yang

memberikan kesejukan dan pengalaman hidup. Para pemimpin tidak dengan

50

Bapak Wahyudin, Ketua Masjid Kampung Tiba-tiba, Wawancara di Masjid Pada

Tanggal 27 November 2017

Page 30: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 60

segan-segan memberikan teladan yang baik kepada warga begitu pun

sebaliknya kata pendeta jemaat GKI Kairos Kampung Tiba-tiba bahwa ketika

hari raya Natal, paskah toa mesjid yang biasanya menghadap ke gereja akan di

balik arahkan ke tempat lain dan suara atau volume toa akan di kecilkan

ketika solat-solat dimulai.51

Ketua Masjid menegaskan bahwa ramahnya para

pemimpin agama dengan pemeluk agama lain menjadi teladan kepada para

pengikutnya.

Keluarga : Kesadaran akan hidup rukun dengan sesama dimulai dari

lingkungan paling terkecil dalam kehidupan sesorang yaitu keluarga.52

Anak-anak tidak dibatasi untuk bergaul dengan orang yang sesuku atau

seagama saja. Anaka-anak diberikan kesempatan disekolah maupun

dilingkungan rumah untuk bergaul dengan siapa saja. Karena dari

pengalaman itulah mereka diajarakan untuk tidak membeda-bedakan

agama dan suku. Hal itu juga di terapkan oleh beberapa keluarga di

Kampung Tiba-tiba. Para narasumber memiliki Harapan dan keinginan

menjadikan generasinya sebagai generasi yang ramah dan cinta

kedamaian. Dalam wawancara bersama Bapak Fahri, ia mengukapkan

bahwa:

“anak-anak diajarkan untuk berlaku benar, taat

beragama dan juga santun kepada orang lain agar

menjadi orang yang beretika baik. Kalau anak-anak

51

Pdt. Hanny Hutubessy, Ketua Majelis Jemaat GKI Kairos Kampung Tiba-Tiba,

Wawancara Pada tanggal 26 November 2017 52

Sunarto K, Pengantar Sosiologi, (Jakarta:Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 2004,111

Page 31: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 61

baik dan tidak suka berkonflik maka sebagai keluarga

dan terkhusus orang tua memiliki kebanggaan tersendiri

karena anak-anak mampu menjalankan hidup agama

yang benar dan mencintai sesama serta kepeduliannya

terhadap keamanan tempat ia tinggal” 53

Faktor Sosial : lingkungan sosial tentu menjadi suatu faktor penting

dalam terjadinya interaksi antar induvidu maupun kelompok. Tempat

tinggal turut mempengaruhi proses berinteraksi masyarakat setempat,

Lingkungan tempat kami tinggal mampu merangkul kami sebagai

orang-orang yang berbeda tapi dapat bersapa dan saling memberi

salam:

“saya tidak membayangkan apabila kami orang rantau

tidak punya keluarga dan tinggal di perumahan-

perumahan elit mungkin agak susah karena kami orang

Buton, Bugis, Makasar yang merantau sangat

membutuhkan keluarga di parantauan maka kalau pergi

ke pasar, atau daerah-daerah yang di tempati orang

Button, Bugis, Makasar rumah kami tidak berjauhan

satu sama lain. Kami cenderung membuat rumah

berdekatan sama seperti di kampung. Supaya membuat

kami dekat satu sama lain dan kami merasa kuat.”54

53

Bapak Yerisitow, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 26

November 2017. 54

Bapak Husdin La Ode, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara pada Tanggal 24 November 2017, Pukul 19.00

Page 32: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 62

Rumah-Rumah Warga di Jalan Utama Kampung Tiba-Tiba

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Rumah-rumah warga di jalan kecil (Gang)

Sumber Foto :Dokumen Pribadi

Selain itu menurut Bapak La Ode, faktor sosial lainnya adalah

ketika masyarakat pendatang dan orang asli Papua tidak menggunakan

bahasa ibu mereka untuk bercakap-cakap diluar lingkungan rumah.

Page 33: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 63

“Sejak saya tinggal di sini masyarakat menggunakan bahasa

Indonesia tentu dengan dialeg khas Papua hal ini membantu agar

komunikasi antara warga terjalin dengan baik tanpa adanya kesalah

pahaman dalam berkomunikasi. bahasa ibu biasanya saya pakai

ketika berada lingkungan rumah.”55

Selain lingkungan sosial di masyarakat, lingkungan sekolah turut

menjadi tempat belajar dan berinteraksi. Di Kampung Tiba-tiba hanya

terdapat satu sekolah dasar, sehingga semua anak-anak yang tinggal

sekitaran Kampung Tiba-tiba dan Perkampungan Genyem memilih untuk

bersekolah di SD Inpres Kampung Tiba-tiba, sekolah ini memiliki murid

yang berbeda agama dan berasal dari suku serta latar belakang keluarga

yang berbeda-beda.56

Namun anak-anak belajar bersama, bermain bersama

dalam satu lingkungan yang membentuk mereka setiap hari, tidak ada

perbedaan-perbedaan berdasarkan agama dan suku dalam menuntu ilmu

semua anak di perlakukan sama. 57

Faktor Ekonomi

Dalam segi ekonomi dan perdagangan serta usaha Menurut

Laksmini, masyarakat pendatang di Kampung Tiba-Tiba dalam hal

persaingan perdagangan di bidang ekonomi tidak terlalu tinggi seperti

masyarakat pendatang yang berada di pasar atau daerah-daerah

transaksi perekonomian. Menurutnya beberapa masyarakat pendatang

yang di pasar, saling berlomba-lomba dalam kegiatan berekonomi.

Namun bagi warga Kampung Tiba-tiba. Berjual di area rumah hanya

55

Bapak La Ode, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 23 November 2017 56

Bapak Junaidin, Guru Agama SD Inpres Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Via telphone. 57

Ibu Heroslin Wosiri, Guru SD Inpres Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Via Telphone

Page 34: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 64

untuk memudahkan warga membeli sayur-sayuran dan sembako agar

tidak perlu kepasar untuk membeli karena bagi penduduk yang tidak

memilki kendaraan akan sangat sulit untuk membeli kebutuhan rumah

tangga di pasar karena mereka harus menggunakan ojek sebagai alat

transportasi.58

Usaha air galon milik Bapak Ruslam dan warung makan miliki Ibu Ayu Laksmini Sumber foto: dokumen pribadi

Penduduk Kampung Tiba-tiba yang hampir sebagian besar

pekerjaannya adalah pedagang tidak membuat mereka bersaing

berjualan di wilayah Kampung Tiba-tiba. Seperti yang telah penulis

jelaskan di atas bahwa ada beberapa usaha yang di buka oleh

masyarakat setempat dan ada juga di sempanjang jalan Kampung

Tiba-tiba pada sore hari masyaraakt Genyem menjajakan hasil-hasil

tanam mereka berupah ubi-ubian, dan sayur-sayuran.59

Sehingga

58

Ibu Laksmini, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 22 November 2017 59

Martha Bayani, Warga Kampung Genyem yang kini menikah dan berdomisili di

Kampung Tiba-tiba. Wawancara Pada tanggal 29 November 2017

Page 35: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 65

interaksi antara warga asli Papua dan warga Pendatang juga terjalani

karena proses berjualan. Bukan hanya warga Kampung genyem yang

berjualan namun para pendatang juga membuka kios-kios/ warung

kecil untuk menjual kebutuhan rumah tangga sehingga mau tidak mau

semua warga baik Orang Asli Papua atau pun Orang Pendatang akan

berbelanja di warung-warung miliki orang pendatang.60

Faktor Kepala Adat/ Ondoafi :

Beberapa daerah yang terkenal dengan hak ulayat selalu identik

dengan kepala adat/suku atau bagi orang Papua disebut Ondoafi.

Ondoafi merupakan elit politik yang menguasai sumber-sumber daya

dan harta yang bernilai dalam masyarakat yang menjadi alat pengikat

sekaligus alat pengabsahan kekuasaan.61

ondoafi berperan sebagai

orang yang mengatur segala macam persoalan yang berhubungan

langsung dengan adat setempat dan juga hak-hak ulayat. Ondoafi

memiliki kewenangan yang besar, segala hal yang berkaitan dengan

anggota suku harus berkordinasi dengan Ondoafi.62

Dalam proses

berinteraksi dengan sesama peran ondoafi sangat kuat. Ketika kesalah

pahaman/ konflik terjadi diantara warga dan warga kesulitan untuk

menyelesaikan persolan maka jalan satu-satunya adalah meminta

60

Ibu Laksmini, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 22

November 2017 61

Bonafasius Bao, Kuatnya Kekuasaan Ondiafi di Tengah Masyarakat Urban,

Thesis UNIYAP Jayapura,2012, 1-2. 62

Ahmad Aco, Warga Kampung Tiba-Tiba, Wawancara Pada Tanggal 27 November

2017, Pukul 17.30

Page 36: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 66

Ondiafi untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Menurut penuturan

Bapak Kasma pada tahun 2012 sempat terjadi konflik antara orang

Nafri dan orang Makasar akibat batas tanah namun hal itu

diselesaikan secara kekeluarga oleh Ondoafi.

Menurut penuturan beberapa warga Ondoafi di wilayah kampung

tiba-tiba sangat menghargai para pendatang dan memiliki wawasanya

yang luas sehingga ia tidak membangun tembok-tembok diskriminasi

antara dia sebagai seorang kepala suku yang juga adalah orang Asli

Papua dengan warga pendatang. Bahkan izin yang terkait dengan

surat pelepasan tanah adat diberikan dengan sangat baik kepada

pihak Masjid.63

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian (wawancara dan

observasi) di lapangan, Penulis memberikan kesimpulan dalam beberapa

point yakni:

1. Ada beberapa pendapat tentang kata pendatang yakni: Pertama,

pendatang yang berhubungan dengan para migran yang melakukan

perpindahan dari daerah asal ke wilayah baru untuk melanjutkan

kehidupan. kedua, pendatang lokal yang menunjuk kepada orang-

orang Papua yang tidak memiliki hak di wilayah tertentu.

63

Bapak Muhamad Santoso, Warga Kampung Tiba-Tiba Pengurus Masjid,

Wawancara Pada Tanggat 28 November 2017, Pukul 19.15 WIT

Page 37: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 67

2. Masuknya para pendatang dalam beberapa fase yang juga

mempengaruhi cara pandang dan interaksi masyarakat Papua

terhadap orang pendatang. beberapa masa yang sudah penulis sebut

yaitu: masa penjajahan, masa perdagangan dan penyebaran agama,

masa transmigrasi dan dilakukan oleh inisiatif pribadi semua fase

tersebut memiliki dampak tersendiri dalam kehidupan berinterkasi

masyarakat Kampung Tiba-tiba.

3. Beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan

masyaraka Kampung Tiba-tiba yaitu Kerjasama, Sikap Tolong

Monolong/kepedulian, bermain bersama, Aktivitas olahraga dan

percekapan sederhana setiap hari.

4. Elemen-elemen masyarakat seperti Pemimpin Agama, Ondoafi,

Keluarga dapat menjalankan tugas masing-masing dengan baik

sehingga interkasi masyarakat dapat berjalan dengan baik dan

hamonis

5. Masyarakat Kampung Tiba-tiba dalam kehidupan bersama sebagai

warga yang berbeda etnis tetapi juga berbeda agama rentan terhadap

konflik dan perpecahan namun dari hasil penelitian dalam dinamika

kehidupan sebagai orang pendatang di Tanah Papua akibat bermacam

faktor seperti kesennjangan di bidang ekonomi, pendidikan dan

pemerintahan namun masyarakat kampung tiba-tiba mampu

merangkai sebuah kehidupan yang penuh dengan kedamain. Bahakan

Page 38: Bab III Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/3/T2_752016032_BAB...Kehidupan Masyarakat Pendatang Islam-Kristen di ... Abepura

Page 68

setiap elemen-elemen dalam masyarakat dapat menjadi team work

untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.

6. Selain itu perbedaan agama tidak menjadi bom waktu yang kapan

saja bisa dapat meledak dan mengancurkan kehidupan masyarakat

Kampung Tiba-tiba, Namun Agama menjadi salah satu sumber

perekat yang kuat serta memberikan kesejukan dalam membangun

hubungan diantara masyarakat.