bab iii komando mandala siaga dalam operasi...
TRANSCRIPT
52
BAB III
KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI
GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN 1964-1966
A. Proses Pembentukan Komando Mandala Siaga dalam Operasi
Ganyang Malaysia
Dikeluarkannya komando Presiden Dwikora tanggal 3 Mei 1964 membuat
pemerintah Indonesia melibatkan unsur militer karena upaya penyelesaian melalui
jalur diplomatik mengalami jalan buntu. Unsur militer digunakan ketika sedang
berhadapan dengan unsur penyerang militer negara lainnya, yaitu Federasi
Malaysia. Federasi Malaysia merupakan penggabungan bekas jajahan Inggris yang
meliputi Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei.
Guna merealisasikan Dwikora dibentuklah Komando Mandala Siaga.
Komando Mandala Siaga merupakan suatu komando gabungan yang dapat
mengkoordinasi beberapa angkatan bersenjata di Indonesia dalam rangka operasi
militer dibawah pimpinan Panglima Komando Mandala Siaga yang telah ditunjuk
oleh Presiden. Komando Mandala Siaga mengalami tiga proses pembentukan
dalam kurun waktu tahun 1964 hingga tahun 1966. Pada awalnya KOTI
membentuk Komando Gabungan Siaga (KOGA), kemudian Komando Siaga
(KOSIAGA), dan penyempurnaan selanjutnya menjadi Komando Mandala Siaga
(KOLAGA). Perubahan ini berdasar pada struktur keorganisasiaannya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut:
53
1. Komando Gabungan Siaga (KOGA)
Sebagai bentuk tercetusnya komando dalam rangka pengganyangan
Malaysia, sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI No. 23/ KOTI/
1964 tanggal 16 Mei 1964 dibentuklah suatu komando gabungan yang mencakup
segala pasukan angkatan bersenjata yaitu Komando Gabungan Siaga (KOGA).
Setelah dibentuk KOGA, ditunjuklah Panglima KOGA untuk mempersiapkan
operasi militer guna mensukseskan konfrontasi terhadap Malaysia. Presiden
Soekarno menunjuk Laksamana Madya Udara Omar Dani sebagai Panglima
KOGA. Presiden Soekarno percaya akan keunggulan AURI dan ALRI karena
keberhasilan dalam operasi militer Trikora. Dalam menjalankan tugasnya kesatuan
Komando, Panglima KOGA berada di bawah perintah dan bertanggung jawab
langsung kepada PANGTI ABRI/ KOTI.
Dalam rangka persiapan menghadapi Malaysia di bidang militer, KOGA
mempunyai beberapa tugas antara lain menyumbangkan dan menyelenggarakan
operasi-operasi militer dalam perjuangan mempertahankan wilayah Indonesia.
Selain itu tugas KOGA adalah memimpin dan mempergunakan segala pasukan
bersenjata maupun barisan sukarelawan, baik sukarelawan-sukarelawan pada masa
Trikora maupun sukarelawan departemen-departemen yang ada dan dibentuk
dalam rangka Dwikora serta unsur-unsur Perlawanan Rakyat dan unsur potensi
nasional yang berada dalam lingkungan kekuasaannya1.
Personil untuk membantu Panglima KOGA dalam menjalankan tugasnya
terutama dua orang wakil Panglima KOGA belum ditunjuk oleh Presiden/ Panglima
1 Kusumah Hadiningrat, Sedjarah Operasi-Operasi Gabungan dalam
Rangka Dwikora, (Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah
ABRI, 1971), hlm. 40.
54
Tertinggi ABRI karena pada saat itu ABRI masih berkonsolidasi pasca operasi
Trikora. Panglima KOGA turut dibantu oleh staf gabungan yaitu Gabungan 1
(Intelijen), Gabungan 2 (Operasi), Gabungan 3 (Administrasi), dan Gabungan 4
(Logistik)2.
2. Komando Siaga (KOSIAGA)
KOGA mengalami beberapa fase perubahan pada struktur organisasi karena
konfrontasi dengan Malaysia mengarah ke perang terbuka. Berdasarkan Keputusan
Presiden/ Pangti ABRI/ KOTI No. 32/ KOTI/ 1964 tanggal 2 Juni 1964 Komando
Siaga (KOSIAGA) dengan tugas merencanakan, mempersiapkan pada waktunya
dan menyelenggarakan operasi-operasi serangan balas terhadap wilayah lawan
serta unsur-unsur lawan lainnya. Unsur-unsur Angkatan Bersenjata, Barisan
Sukarelawan, serta unsur-unsur potensi nasional lainnya ditempatkan di bawah
perintah Komando Siaga menurut kebutuhan3. Dengan memikul tugas tersebut,
pengamanan di wilayah Komando Siaga dari serangan lawan dapat diantisipasi
serta dapat menyiapkan pangkalan Komando Siaga menjadi kekuatan serang balas
terhadap lawan bila kemungkinan lawan menyerang serta menyiapkan kemampuan
serangan balas terhadap lawan.
Dalam struktur keorganisasian Komando Siaga ditunjuk dua wakil yang
membantu Panglima Komando Siaga yaitu Wakil I Panglima Komando Siaga
Laksamana Muda Mulyadi, dan Wakil II Panglima Komando Siaga Brigjen TNI
Achmad Wiranatakusumah, serta Komodor Udara L.W.J. Wattimena sebagai
2 Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta:
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm. 61. 3 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 62.
55
Kepala Staf Komando Siaga4. Panglima Komando Siaga membawahi unsur-unsur
Komponen Angkatan Darat, Komponen Angkatan Laut, Komponen Angkatan
Udara, dan Komponen Angkatan Kepolisian. Panglima Komando Siaga dibantu
oleh beberapa staf gabungan seperti Staf Gabungan 1 (Intelijen), Staf Gabungan 2
(Operasi dan Latihan), Staf Gabungan 3 (Personalia), Staf Gabungan 4 (Logistik),
Staf Gabungan 5 (Teritorial), dan Staf Gabungan 6 (Komunikasi). Untuk lebih
jelasnya lihat bagan 1 sebagai berikut:
Bagan 1
Bagan Organisasi Komando Siaga
Keterangan
:
Garis Komando
: Garis taktis/ operasional
: Garis staf
Sumber: Bagan Organisasi Komando Siaga, Peranan Komando Mandala Siaga
dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat
Sejarah TNI.
4 Komando Gabungan: Komando Siaga (Koga), Koleksi Dinas Penerangan
Angkatan Udara, Arsip Operasi-Operasi Udara dalam Rangka Dwi Komando
Rakyat.
56
Setiap komponen dipimpin oleh seorang panglima yang berwenang untuk
menyusun satuan tugas menurut kebutuhan sebagai pelaksanaan operasi.
Pembentukan satuan tugas diambil dari beberapa elemen penting dalam komponen-
komponen tersebut disusun sesuai kebutuhan serta mengingat ruang lingkup dari
suatu operasi yang diserahkan padanya. Komando dari satuan tugas dipimpin oleh
seorang Panglima atau Komando yang diangkat dan diberhentikan oleh Panglima
Siaga atau pejabat lainnya yang ditunjuk olehnya5.
3. Komando Mandala Siaga (KOLAGA)
Pencetusan Dwikora komando Presiden pada tanggal 3 Mei 1964 oleh
Presiden Soekarno berisi tentang penentangan pembentukan negara Malaysia
karena negara Malaysia merupakan negara boneka buatan Inggris. Hal itu
bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia yaitu menolak neo-kolonialisme
dan neo-imperialisme. Selain itu, dengan terbentuknya negara Malaysia dapat
membahayakan Indonesia dari segi keamanan dan pertahanan militer. Untuk
mendukung dan menunjang usaha-usaha dari pengganyangan Malaysia dibentuklah
Komando Mandala Siaga (KOLAGA) yang bertugas mengkoordinasi beberapa
angkatan bersenjata dalam rangka operasi militer.
Beberapa perubahan terjadi dalam kesatuan komando ini. Hal ini terlihat
pada perubahan untuk penyempurnaan organisasi dari Komando Siaga dengan
membentuk Komando Mandala Siaga (KOLAGA) pada 28 Februari 1965 melalui
Surat Keputusan Presiden No. 9/ KOTI/ 1965. Perubahan dari organisasi fungsional
menjadi sistem komponen pada kesatuan komando ini, disebabkan komando
5 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 63.
57
fungsional tidak lancar terutama bantuan administrasi6. Keputusan ini diambil
dikarenakan agar tercapainya keberhasilan dalam pelaksanaan aksi-aksi oleh
Komando Mandala Siaga.
Pengesahan pembentukan Komando Mandala Siaga antara lain
penyempurnaan struktur organisasi, kemudian Panglima KOLAGA Laksamana
Madya Omar Dani sebagai Penguasa Pelaksana Dwikora dan penyerahan semua
operasi dalam rangka Dwikora kepada KOLAGA.
B. Tugas dan Wewenang Komando Mandala Siaga dalam Operasi
Ganyang Malaysia
KOLAGA merupakan komando gabungan yang diambil dari beberapa
angkatan bersenjata di Indonesia. KOLAGA mempunyai beberapa tugas pokok
yaitu merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengembangkan, dan
mengawali operasi militer dalam rangka pelaksanaan Dwikora pada khususnya dan
pertahanan wilayah Republik Indonesia pada umumnya di dalam wilayah
pertahanan Barat.
Implementasi tugas-tugas dari KOLAGA antara lain mengamankan wilayah
KOLAGA dari serangan lawan baik yang bersifat tersembunyi maupun yang
bersifat terbuka, menyiapkan wilayah KOLAGA menjadi pangkalan kekuatan
serang terhadap lawan maupun pencegahan jika lawan menyerang wilayah
KOLAGA serta kemampuan serang balas baik di dalam wilayah KOLAGA
maupun wilayah lawan, dan membantu dengan operasi-operasi militer, perjuangan
6 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hal. 67.
58
revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunai untuk
membubarkan “boneka” Malaysia7
Untuk melancarkan tugas-tugas KOLAGA, digunakanlah unsur-unsur
angkatan bersenjata Indonesia. Diikutsertakannya unsur-unsur Angkatan
Bersenjata memerlukan peningkatan kesiapsiagaan dalam bidang ofensif maupun
defensif. Selain Angkatan Bersenjata, barisan-barisan sukarelawan dan potensi
nasional lainnya turut serta hadir untuk memperlancar tugas ini terhadap serangan
dari pihak lawan. Selain itu, dengan masih berdirinya pangkalan militer asing di
daerah yang langsung berbatasan dengan wilayah Indonesia berarti KOLAGA
harus dapat mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia, terutama pada
pertahanan KOLAGA di wilayah barat. Pengamanan wilayah KOLAGA ini
bertujuan untuk membantu kelancaran kemampuan serang balas terhadap lawan.
C. Keorganisasian Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang
Malaysia
Di dalam struktur organisasi KOLAGA, Panglima KOLAGA membawahi
dua komando dari segi defensif yaitu Komando Mandala I (Kolatu) dan Komando
Mandala II (Kolada) dengan memiliki daerah kekuasaan beserta tanggung
jawabnya sesuai dengan ruang lingkupnya. Kolatu dipegang oleh Panglima Mayor
Jenderal A.J. Mokoginta yang mempunyai tanggung jawab antara lain meliputi
Kodam (Komando Daerah Militer) I Iskandar Muda, Kodam II Bukit Barisan,
Kodam III Tujuh Belas Agustus, Kodam IV Sriwijaya, Komando Daerah Maritim
(Kodamar) I, Kodamar II, Kosional (Komando Stasiun Angkatan Laut) dan Kosetal
7 Komando Operasi Tertinggi Mandala Siaga, Koleksi Dinas Dokumentasi
Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando Operasi Tertinggi Mandala Siaga.
59
(Komando Sektor Angkatan Laut) yang berada di Sumatera di wilayah Kodamar
III, Korud (Komando Regional Udara) I, dan Komando Daerah Kepolisian
(Komdak) I, Komdak II, Komdak III, Komdak IV, dan Komdak VI. Sedangkan
pada Kolada dipegang oleh Panglima Brigadir Jenderal M. Panggabean yang
mempunyai tanggung jawab antara lain meliputi Kodam IX, Kodam XII, Kodam
XIII, dan Kodam XIV, Kosional dan Kosetal yang berada di Kalimantan dan di
wilayah Kodamar III dan Kodamar V, Komdak XI, Komdak XII, Komdak XIII,
dan Komdak XIV8.
Tugas-tugas pokok dari Kolatu dan Kolada adalah meningkatkan ketahanan
revolusi disegala bidang, mempertahankan wilayah kekuasaannya, membantu
operasi-operasi yang diselengarakan oleh Komando Mandala Siaga, dan
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Panglima Komando Mandala
Siaga dalam rangka Dwikora9. Untuk mensukseskan Dwikora, melalui segi defensif
dibagilah dua daerah operasi yang berbeda pada Kolatu dan Kolada untuk sasaran
utama yaitu Singapura. Ditempatkannya Kolatu dan Kolada diharapkan
pengamanan di daerah masing-masing kekuasan komando dapat dipertahankan.
Dengan pengamanan di tiap daerah-daerah komando yang dikuasai, maka hal ini
untuk penyokong operasi-operasi serang balas pada daerah operasinya serta untuk
memperkuat dan meningkatkan segala unsur apapun dalam rangka Dwikora.
Komando yang berada di bawah Panglima KOLAGA unsur defensif adalah
Komando Pertahanan Udara (KOHANUD) Siaga. Tugas dari KOHANUD Siaga
8 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 65. 9 Surat Keputusan Perihal Organisasi dan Tata Tjara Kerdja Komando
Mandala I dan II, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando
Operasi Tertinggi, Komando Mandala Siaga.
60
adalah merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan pertahanan di wilayah
KOLAGA dengan mengadakan koordinasi dengan Komando Pertahanan Udara
Nasional (KOHANUDNAS)10.
Bagan 2
Bagan Organisasi Komando Mandala Siaga
Keterangan:
X = Ofensif
+ = Defensif
- = Pembinaan (bantuan)
Sumber: Lampiran I Bagan Komando Mandala Siaga.
Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora 1962-1966, (Jakarta: Markas
Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm. 139.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari, Panglima KOLAGA dibantu staf
umum yang bersifat gabungan terdiri dari Staf Gabungan I (Intelidjen), Staf
Gabungan II (Operasi/ Organisasi/ Latihan), Stag Gabungan III (Personalia), Staf
10 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 67-68.
61
Gabungan IV (Logistik), Staf Gabungan V (Teritorial/ Penguasa Pelaksana
Dwikora), dan Staf Gabungan VI (Komunikasi). Selain itu, Panglima KOLAGA
membawahi Komando Strategis Siaga (KOSTRAGA). Salah satunya KOSTRAGA
dari AURI yang mengemban tugas yaitu serang balas terhadap lawan serta
menunjang Komando-Komando Tempur (KOPUR) terutama Komando Tugas
Khusus Siaga (KOTUSUSGA) KOSTRAGA. Selain dari KOSTRAGA AURI juga
terdapat Komando Armada Siaga (KOARGA) dari ALRI yang mengemban tugas
yaitu serang balas terhadap lawan serta menunjang KOPUR terutama
KOTUSUSGA KOARGA11. Untuk menunjang Komando Tugas Khusus Siaga
(KOTUSUSGA), KOARGA mengadakan kegiatan pada dua titik daerah operasi
yaitu di wilayah Indonesia bagian barat dengan mempertinggi patroli-patroli
pengintaian dan pengamanan perairan sepanjang perbatasan dengan Singapura di
Selat Singapura, Selat Riau, Selat Bintan, Selat Philipina, Selat Durian, dan Selat
Gelam. Dengan mempertinggi pengamanannya, maka KOARGA dapat
menggagalkan usaha-usaha kapal perang lawan masuk dalam perairan Indonesia.
Mengenai pembinaan dalam KOLAGA berada pada Komando Logistik
Siaga (KOLOG SIAGA) yang bertugas untuk merencanakan, menyiapkan, dan
melaksanakan bantuan administrasi. KOLOG SIAGA berada di bawah Panglima
KOLAGA. KOLOG SIAGA ini terdiri dari semua elemen Angkatan Militer serta
unsur-unsur Armada Siaga serta memfasilitasi sesuai dengan kebutuhan di tiap-tiap
elemen guna untuk memperlancar operasi.
Panglima KOLAGA juga membawahi beberapa unsur ofensif yang terdiri
dari tiga komando yaitu Komando Tempur Siaga I (KOPURGATU), Komando
11 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 65-66.
62
Tempur Siaga II (KOPURGADA), dan KOTUSUSGA. KOPURGATU
wilayahnya berbasis di Riau dengan target sasaran untuk melaksanakan serang
balas dan operasi khusus terhadap Malaya terutama daerah Johor sebagai sandaran
dan penunjang KOTUSUSGA dalam serang balas terhadap Singapura dan
pengikatan kekuatan lawan di Malaya. Sedangkan KOPURGADA wilayahnya
berbasis di Kalimantan wilayah Indonesia dengan target sasaran untuk
melaksanakan serang balas dan operasi khusus terhadap Kalimantan Utara
khususnya di daerah Kuching. Dan yang terakhir adalah KOTUSUSGA dengan
tugas merencanakan, menyiapkan, dan melaksanakan serang balas dan operasi
khusus dengan sasaran utama Singapura.
KOPURGATU dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris dengan kekuatan terdiri
dari 12 batalyon tempur, termasuk 3 batalyon para (prajurit kesatuan AURI), dan
satu batalyon tim pendarat KKO. Sebagian pasukan AD disebar pada wilayah-
wilayah sepanjang Selat Malaka. Sementara itu pasukan KKO dan Brigif 15/
Tirtayasa Kodam Siliwangi ditempatkan di sejumlah pulau yang berbatasan dengan
Singapura, mulai dari Batam dan Sambu. Pada daerah operasi Kalimantan dengan
KOPURGADA dipimpin oleh Brigjen Supardjo dengan kekuatan terdiri dari 13
batalyon darat, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan satu batalyon tim pendarat KKO
yang ditempatkan di pulau Tarakan dan Sebatik. Sementara itu satu batalyon
RPKAD yang baru dikirim menjelang tahun 1965 mendapat tugas menyeberang
perbatasan (covert operation)12.
12 Sukardi, Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa, (Jakarta: Kata Hasta
Pustaka, 2010), hlm. 140.
63
Menurut kebutuhan dan sebagai pelaksanaan guna menyusun kelengkapan
susunan tempur KOLAGA untuk sarana operasi, Panglima KOLAGA membentuk
tiga Satuan Tugas (Satgas) antara lain Satgas Rencong yang terdiri dari Brigif 2
BRW dan Brigif 15 SLW, Satgas Cakra yang terdiri dari 1 Brigrat KKO dan yang
terakhir adalah Satgas Mandau yang terdiri dari Brigif 5 Dip, 3 Yon lepas yaitu Yon
521, 510, dan Yon 1 Brimob13.
Keberhasilan KOLAGA terus diupayakan dengan penyempurnaan
organisasi di KOLAGA. Perubahan tersebut diubah karena belum tercapainya
target yang maksimal. Maka dari itu, diadakanlah perombakan oleh KOTI.
Perombakan ini berupa perombakan pimpinan KOLAGA, diantaranya diangkatnya
Mayor Jenderal TNI Soeharto yang merupakan Panglima KOSTRAD ditunjuk
sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda (L) Moeljadi menjadi
Wakil II Panglima KOLAGA, Laksamana Muda (U) LWJ. Wattimena menjadi
Kepala Staf KOLAGA, dan Brigjen TNI A. Satari menjadi Wakil Kepala Staf
KOLAGA14.
Dengan perombakan kepemimpinan dalam KOLAGA, diharap tujuan
KOLAGA dapat berjalan sesuai yang diinginkan karena pada perombakan
kepemimpinan dalam KOLAGA ini susunan kepemimpinannya terdiri dari
beberapa angkatan-angkatan bersenjata. Dengan adanya susunan kepemimpinan
dari tiap-tiap angkatan bersenjata pada perombakan ini diharap dapat mengatasi
masalah yang ada seperti kurang koordinasinya tiap-tiap angkatan bersenjata
13 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 68. 14 Kelandjutan dalam tahun 1965: Perobahan Pimpinan KOLAGA dan
Perkembangan-Perkembangannya, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah
TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap
Malaysia.
64
dengan KOLAGA dalam hal penyerahan unsur-unsur angkatan bersenjata kepada
KOLAGA.
Perubahan dalam KOLAGA diupayakan agar dapat memberikan peran yang
lebih kepada tiap-tiap angkatan bersenjata untuk melancarkan penyaluran logistik
serta kewenangan pengendalian administrasi. Selain itu, perubahan yang terjadi di
tubuh KOLAGA adalah adanya komando-komando antar daerah pertahanan yaitu
di Sumatera dan Kalimantan. Pada komponen-komponen tersebut, pada komando-
komando angkatan bersenjata bertindak sebagai unsur ofensif sedangkan komando-
komando antar daerah pertahanan bertindak sebagai unsur defensif.
Dalam struktur organisasi yang baru, berdasarkan Keppres/ PANGTI
ABRI/ KOTI No. 124/ KOTI/ 1965 pada tanggal 21 Oktober 1965, Panglima
KOLAGA dibantu oleh dua orang wakil dan dalam menjalankan tugasnya, dibantu
oleh Staf Umum Gabungan yang terdiri dari Gabungan I (Intelidjen), Gabungan II
(Operasi, Organisasi, dan Latihan), Gabungan III (Personalia dan Administrasi),
Gabungan IV (Logistik), Gabungan V (Teritorial dan Perlawanan Rakyat),
Gabungan VI (Komunikasi dan Elektronika), dan Gabungan VII (Perbendaharaan).
Selain itu juga turut serta Staf Khusus menurut kebutuhan organisasi. Oleh sebab
itu, Panglima KOLAGA juga membawahi: Komponen Strategis Darat Siaga
(KOSTRADAGA), Komponen Strategis Laut Siaga (KOSTRALAGA), Komponen
Strategis Udara Siaga (KOSTRAUGA), serta Komando Antar Daerah Pertahanan
Sumatera (KOANDAHANSUM) dan Komando Antar Daerah Pertahanan
Kalimantan (KOANDAHANKAL). Dengan ini maka Panglima Komando Siaga
bertindak sebagai koordinator dari semua komando-komando yang ada ada di
bawahnya.
65
Bagan 3
Bagan Organisasi Komando Mandala Siaga
Sumber: Reorganisasi Komando Mandala Siaga: Bagan Komando Operasi
Tertinggi Komando Mandala Siaga, Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah
TNI. Lihat juga Surat Keputusan No. KEP-39/ 1965 Perihal Organisasi Komando
Mandala Siaga. Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI. Arsip Komando
Operasi Tertinggi: Komando Mandala Siaga.
Perubahan dalam KOLAGA tidak hanya terjadi di struktur organisasinya
saja, tetapi perubahan juga terjadi pada susunan tempur KOLAGA. Perubahan pada
susunan tempur ini adalah dengan membentuk Komando Satuan Tugas Gabungan
(KOSATGASGAB) Sumpit dengan daerah operasi di seberang Kalimantan Timur
yang semula berada dalam tanggung jawab KOSATGASGAB Mandau. Hal ini
dikarenakan daerah operasi yang menjadi tanggung jawab KOSATGASGAB
Mandau di Kalimantan Utara dianggap terlalu luas, sedangkan geografisnya sangat
sulit sehingga sistem komunikasi kurang mampu untuk mengendalikannya15. Maka
15 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hlm. 68.
66
dari itu daerah operasi seberang Kalimantan Timur yang awal mulanya berada pada
tanggung jawab KOSATGASGAB Mandau dipindahtangankan kepada
KOSATGASGAB Sumpit dengan berbagai pertimbangan. Daerah sasaran
KOSATGASGAB Sumpit adalah Sabah dan Brunai dan sifat dari komando ini
adalah gabungan yang mempunyai tugas untuk mengembangkan operasi baik
operasi militer maupun operasi non militer guna membantu rakyat yang berada pada
daerah sasaran KOSATGASGAB Sumpit.
Perubahan penyempurnaan struktur organisasi ini menjadikan lebih luasnya
unsur dari Komando Mandala Siaga sehingga dalam pelancaran konfrontasi ini
dapat berjalan sungguh-sungguh dan memperoleh hasil yang optimal dengan
koordinasi pada suatu komando-komando gabungan yang ada di dalamnya. Selain
itu, dalam perubahan struktur organisasi KOLAGA lebih tepat sasaran dengan
memungkinkan semua angkatan bersenjata ikut dan mempunyai wewenang dengan
komando-komando strategisnya beserta komando-komando antar daerah
pertahanannya serta agar memudahkan penyaluran logistik.
D. Pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang
Malaysia
1. Pembentukan Pos-Pos Komando Mandala Siaga di Kalimantan dalam
Operasi Ganyang Malaysia
Dalam struktur organisasi KOLAGA, terdapat beberapa komando yang
mempunyai tugas untuk pertahanan di tiap-tiap daerah yang menjadi daerah operasi
dalam operasi Ganyang Malaysia. Berbeda dengan komando-komando pada
angkatan bersenjata, daerah operasi ini bertindak sebagai unsur defensif. Daerah
67
operasi ini mencakup pada daerah yang berbatasan langsung dengan daerah lawan,
yaitu Kalimantan Utara.
Sesuai dengan nilai strategis, pemilihan daerah operasi pada operasi
Ganyang Malaysia ditentukan prioritas alokasi dari semua alat peralatan dan
kegiatan dalam bentuk kualitas dan kuantitas. Sesuai dengan fungsi-fungsi strategis
dari daerah-daerah di negara Malaysia, maka Malaya dan Singapura mempunyai
kualifikasi lebih tinggi dari Kalimantan Utara. Akan tetapi, melihat keadaan medan
wilayah lawan maka untuk mempermudah pelaksanaan operasi-operasi ofensif
terhadap Malaya dan Singapura maka harus menganut strategi pendekatan tidak
langsung, yaitu dengan jalan menentukan Kalimantan Utara dan Malaya sebagai
daerah operasi “pengikatan” dalam usaha menguasai Singapura sebagai sasaran
utama sesuai dengan ruang dan waktu16.
Kalimantan menjadi daerah pengikatan yang penting dalam mendekati
daerah pusat sasaran lawan maka dari itu di daerah operasi Kalimantan terdapat pos
pertahanan yang dapat disebut Komando Antar Daerah Pertahanan Kalimantan
(KOANDAHANKAL). Tugas dari KOANDAHANKAL dalam KOLAGA adalah
mempertahankan daerah operasi di Kalimantan dari invasi lawan melalui segala
penjuru. KOANDAHANKAL mempunyai komando-komando bawahannya yang
terdiri dari Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Barat (KOHANDA
KALBAR), Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Timur (KOHANDA
KALTIM), Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Tengah (KOHANDA
16 Pemilihan Daerah Operasi, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah
TNI, Arsip Koti Komando Siaga.
68
KALTENG), dan Komando Pertahanan Daerah Kalimantan Selatan (KOHANDA
KALSEL).
Seiring perubahan struktur organisasi yang ada pada KOLAGA, mulanya
KOANDAHANKAL merupakan Komando Mandala II (Kolada) yang berbasis di
Kalimantan dan bertindak sebagai unsur defensif. Selain itu, perubahan dari
struktur organisasi KOLAGA terdapat pada beberapa komponen yang membawahi
Panglima KOLAGA yaitu Komando Tempur II yang berbasis di Kalimantan
menjadi Komando Satuan Tugas (KOSATGAS) Mandau dan Sumpit. Karena
komando ini merupakan komando tempur, maka unsur dari komando ini masuk
pada segi ofensif.
Kesatuan-kesatuan KOSATGAS Mandau/ KOPUR IV dan KOSATGAS
Sumpit terus menerus mengadakan konsolidasi pada pertengahan tahun 1965.
Menjelang akhir tahun, perkembangan pada pasukan yang ada pada KOSATGAS
Mandau sebanyak satu brigade berasal dari Divisi Diponegoro, 3 Yon lepas dan 1
brigade dari Brimob. Sedangkan pada KOSATGAS Sumpit sebanyak 2 brigade
Pendarat dari KKO dan satu brigade infatri dari Divisi Brawijaya ditambah dengan
dua batalyon lagi17.
Dengan instruksi operasi Panglima KOLAGA tanggal 13 Desember 1965
no. INSOP-10/1965, Panglima KOLAGA menyiapkan tim-tim khusus guna
persiapan medan dalam rangka gagasan strategis di Kalimantan yaitu satu tim untuk
KOSATGAS Mandau/ Kopur IV dan satu tim untuk KOSATGAS Sumpit. Tugas
17 Ibid.
69
pokok dalam tim-tim chusus ini adalah mengadakan gerakan operasi chusus pada
daerah operasinya18.
Pada laporan permulaan tahun 1966 dalam KOLAGA, tim-tim khusus
dalam operasi KOLAGA ini dapat melalui daerah sepanjang perbatasan Kalimantan
Barat yang telah dikosongkan oleh lawan dengan jarak ±30 km. Tim-tim khusus
operasi KOLAGA telah membuka koridor di sekitar wilayah Tebedu yang
merupakan daerah lawan dan mengadakan kontak dengan unsur-unsur progresif
revolusioner di daerah lawan walaupun masih dengan keadaan terbatas. Tetapi,
pada daerah operasi Kalimantan Timur belum menghasilkan progress yang berarti
dikarenakan terhalang oleh sulitnya alat transportasi ke daerah pancangan19.
2. Koordinasi Komponen Strategi Darat Siaga, Komponen Strategi Laut
Siaga, dan Komponen Strategi Udara Siaga dalam Operasi Ganyang
Malaysia.
Adanya konfrontasi dengan Malaysia membuat pemerintah Indonesia
mengerahkan armada di tiap-tiap angkatan bersenjata Indonesia karena pihak lawan
yaitu Malaysia dibantu oleh Persemakmuran Inggris. Demi mempertahankan
daerah pertahanan Indonesia serta untuk menghadapi pelanggaran batas wilayah
baik dari segi udara, laut, maupun darat dari pihak lawan, maka diperlukan
koordinasi antar angkatan bersenjata. Selain itu, koordinasi antar angkatan
18 Kelandjutan dalam tahun 1965: Team-team Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia. 19 Kesimpulan Kegiatan dalam tahun 1965: Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
70
bersenjata ini juga diperlukan dalam rangka mensukseskan operasi Dwikora yang
merupakan komando Presiden pada tanggal 3 Mei 1964.
Lahirnya negara Malaysia pada tanggal 16 September 1963 membuat
pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia di
hari setelahnya yaitu pada tanggal 17 September. Jauh sebelum adanya Dwikora,
upaya-upaya penguatan pada daerah perbatasan lebih ditingkatkan dengan
ditempatkannya satuan-satuan Angkatan Darat di beberapa lokasi di daerah
perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Kalimantan Utara. Atas perintah
Panglima Komando Operasi Komodor Udara Leo Wattimena, Skadron 2
mengerahkan pesawat-pesawat jenis C-47 untuk melaksanakan beberapa tugas.
Tugas-tugasnya yaitu operasi pengintaian udara foto udara, untuk mengumpulkan
informasi-informasi di daerah perbatasan Kalimantan Barat seperti Bengkayang,
Bale Karangan, Sintang, dan daerah sekitarnya. Jangkauan semakin meluas
mencapai daerah Senaning, Lubuk, Anti, dan Nanga Badau yang berada pada
daerah Kalimantan. Semua informasi hasil pengintaian udara dikumpulkan dan
dilaporkan kepada Panglima Komando Operasi. Menjelang akhir tahun 1963,
daerah perbatasan kekuatannya makin ditingkatkan dengan menjangkau daerah
perbatasan Kalimantan Timur dan Sabah20.
Pada tahun 1964, kegiatan operasi militer dari unsur udara, laut, dan darat
semakin meningkat di semua lini. Keterlibatan satuan-satuan dari Skadron 2 dan
Skadron 31 semakin meningkat dengan penerjunan pasukan-pasukan payung dari
Kostrad (Yon 328, Yon 330, Yon 401), Resimen Pasukan Komando Angkatan
20 Sukardi, Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa, (Jakarta: Kata Hasta
Pustaka, 2010), hlm. 144-145.
71
Darat (RPKAD) di beberapa daerah perbatasan Kalimantan Barat – Kalimantan
Utara seperti Senaning, Nanga Badau, Lubuk Antu dengan menggunakan pesawat-
pesawat jenis Hercules. Peningkatan lainnya adalah dengan penerjunan re-supply
logistik dari udara di daerah Lumbis yaitu perbatasan Kalimantan Timur – Sabah
dan Sintang dengan pesawat jenis C-130B Hercules21.
Demi kelancaran patroli dan pengintaian, maka dikeluarkanlah Petunjuk
Operasi No. POPS-01/1964 tanggal 9 September 1964 oleh AURI dan ALRI
dengan instruksi operasi “Ini Dadaku” no. INSOP-01/1964 pada tanggal 9
September 1964. Operasi ini dilaksanakan untuk menghadapi rombongan kapal
perang Inggris. Sesuai dengan instruksi, untuk menghadapi rombongan kapal asing
ini dengan cara tidak menghalang-halangi melainkan hanya membayangi saja.
Instruksi selanjutnya adalah instruksi operasi “Geser” no. INSOP-02/1964 untuk
menyebarkan unsur-unsur dari AURI dan ALRI. Setelah dilakukan patroli dan
pengamanan, langkah selanjutnya jika terjadi serangan dari lawan adalah
dikeluarkannya Petunjuk Operasi Instant Retaliation no. POPS-2/1964 pada
tanggal 19 September 1964 oleh AURI dan ALRI dengan Instruksi Operasi
Kuching no. INSOP-03/1964. Adanya operasi Kuching ini untuk mendukung
operasi Lintas Batas oleh unsur Angkatan Darat yang dilakukan oleh Zeni Para ke
Kuching22.
Selain itu, dipersiapkan pula operasi gabungan yaitu Operasi Sajita Yudha.
Operasi ini merupakan operasi rencana dari KOTI pada tanggal 2 Oktober 1964
21 Sukardi, Op. Cit., hlm 146. 22 Komando Siaga: Menghadapi Provokasi Inggris, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
72
dengan tugas mempersiapkan serangan balas tak terbatas guna menguasai dan
mengacaukan keadaan militer, politik, dan ekonomi ke dalam wilayah Malaysia.
Tugas lainnya adalah menyelenggarakan operasi-operasi teritorial guna
membangkitkan kesadaran rakyat baik di Semenanjung Malaya maupun di
Kalimantan Utara23. Operasi ini merupakan operasi gabungan, yang susunan
operasinya bersama Komando Armada Siaga bersama AURI dan ALRI.
Pengintaian yang dilakukan melalui udara dan laut masih belum optimal karena
mencegah suatu bentrokan dengan lawan.
Dalam rangka pelaksanaan gagasan strategis, KOTI mengeluarkan Petunjuk
Operasi Djaladara pada tanggal 31 Oktober 1964 No. POPS-03/1964. Pada tanggal
14 November 1964 dalam rangka latihan operasi gabungan maka diperintahkan
kepada Panglima Kopur IV, Komando Strategi Udara Siaga, Komando Armada
Siaga, dan Komando Logistik Siaga dan dipimpin oleh Kepala Staf Komando Siaga
sebagai Panglima Komando Latihan Gabungan. Untuk perintah pelaksanaan,
dikeluarkanlah Instruksi Operasi Djaladara pada tanggal 21 November 1964 no.
INSOP-05/1964 agar pemindahan pasukan ke staging areas segera
diselenggarakan. Pemindahan pasukan dimulai dengan Jonif-521 yang merupakan
satuan tugas Komando Tempur (Kopur) IV dan diadakanlah latihan gabungan
pendaratan di Kalimantan Barat24.
23 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 87. 24 Rencana Operasi Djaladara, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah
TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam Konfrontasi terhadap
Malaysia. Lihat juga Komando Gabungan: Komando Siaga (Koga), Koleksi Dinas
Penerangan Angkatan Udara, Arsip Operasi-Operasi Udara dalam Rangka Dwi
Komando Rakyat.
73
Pergeseran pasukan belum dapat dilaksanakan dikarenakan belum
terselesaikannya staging areas, masih menunggu pengangkatan panglima-
panglima Komando Tempur dari Angkatan Darat serta belum adanya penyerahan
unsur-unsur maupun pasukan-pasukan kepada KOGA25. Maka dari itu, dengan
belum terselesaikannya operasi pergeseran ke staging areas membuat tertundanya
beberapa gagasan strategi yang telah dikeluarkan oleh KOTI. Selain itu, hingga
akhir kuartal I tahun 1965 penempatan pasukan ke tempat pre-positioning di
Kalimantan belum mencapai target. Hal ini dikarenakan kekurangan sarana
transportasi serta belum ada penyerahan pasukan oleh angkatan bersenjata kepada
KOLAGA.
Untuk mensukseskan tugas dari KOLAGA di tahun 1965, disusunlah
gagasan strategi KOLAGA tanggal 31 Agustus 1965 dan Rencana Kampanye No.
REKAM-03/ 1965 tanggal 4 September 1965. Segi defensif dipilih dalam
menghadapi lawan dengan doktrin perang wilayah. Dalam gagasan strategi dan
rencana kampanye ini memuat beberapa kebijakan pelaksanaan mengenai
pelaksanaan KOLAGA beserta unsur-unsur utama yaitu dari Angkatan Udara,
Angkatan Laut, dan Angkatan Darat. Beberapa unsur-unsur udara baik dari unsur
udara strategis maupun taktis dicadangkan tetapi unsur transportasi digunakan
untuk pemindahan pasukan dan logistik. Koordinasi antara unsur Angkatan Udara,
Angkatan Laut, dan Angkatan Darat terjalin pada pelaksanaan yaitu unsur tempur
Angkatan Udara dan Angkatan Laut dipusatkan di daerah belakang dan digunakan
untuk serangan terbatas atas permintaan, kemudian pada unsur-unsur Angkatan
25 Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1964: Operasi, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
74
Darat dikurangi hingga maksimal 20 bataliyon termasuk bantuan administrasi tetapi
selisihnya tetap dialokasikan pada KOLAGA agar tetap sedia jika dibutuhkan. Pada
operasi ini difokuskan pada operasi-operasi darat di garis depan Kalimantan Barat
tanpa mengurangi kegiatan-kegiatan dalam rangka pengikatan lawan di seluruh
garis depan. Pengurangan pasukan dalam unsur Angkatan Darat ini diusahakan
untuk mempertinggi kualitas kepiawaian dari pasukan26.
3. Pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang
Malaysia di Kalimantan
Pada awal pembentukan Komando Gabungan Siaga (KOGA) merupakan
komando gabungan yang mencakup segala pasukan angkatan bersenjata, dalam
pelaksanaannya KOGA mempersiapkan kesatuan tempurnya dengan mempunyai
konsep strategi. Pada awal pembentukannya, KOGA mendapat tugas awal yaitu
melaksanakan reprisal melalui unsur ofensif. Untuk mempersiapkan kesatuan
tempurnya, dalam gagasan strategi terdapat konsep strategi yang didalamnya
merupakan rencana kampanye KOGA. Rencana kampanye KOGA terbagi menjadi
dua tahap yaitu antara lain27:
1) Instant Retaliation
Operasi instant retaliation adalah operasi dengan tujuan untuk
mendapatkan dampak politik sebesar-besarnya yang dititikberatkan
pada pusat-pusat politik di Semenanjung Malaya/ Kalimantan Utara.
26 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala
Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. 27 Gagasan Strategi Komandan, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah
TNI, Arsip Fungsi Organisasi dan Tata Cara Kerja dari Staf (Gabungan) Siaga.
75
Operasi ini merupakan operasi pendahuluan sebagai persiapan operasi-
operasi serang balas tidak terbatas (reprisal) dari unsur-unsur
Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Untuk melakukan operasi instant
retaliation, kegiatan operasi dioptimalkan agar jangan sampai
melumpuhkan seluruh kekuatannya baik dari unsur Angkatan Udara
maupun Angkatan Laut.
2) Reprisal
Operasi-operasi dalam rangka serang balas tidak terbatas ini
dititikberatkan pada operasi-operasi di darat dengan kekuatan yang
menentukan. Pada operasi reprisal, dibagi menjadi dua fase yaitu:
a) Fase Pendahuluan
Pergerakan awal pada fase ini adalah mengadakan infiltrasi ke
Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara seperti dengan cara
membangkitkan kesadaran nasionalis mereka agar dapat membantu
dalam proses reprisal. Kemudian, setelah itu pergerakan selanjutnya
adalah pemindahan pasukan.
b) Fase Terakhir
Pada fase ini dititikberatkan pada operasi-operasi di darat yang
menentukan. Selain memberi bantuan taktis, unsur-unsur dalam
AURI & ALRI selalu mengadakan serangan-serangan terhadap
unsur angkatan udara dan angkatan laut pihak lawan untuk
mengurangi atau menghancurkan keunggulan dari unsur udara
maupun laut pada lawan. Setelah selesainya pada fase pendahuluan,
pergerakan berikutnya adalah melakukan penyerangan secara besar-
76
besaran dengan infiltrasi terhadap Semenanjung Malaya melalui laut
atau udara untuk menguasai titik-titik strategis di daratan atau
setidaknya mengacaukan kedaulatan militer, politis, dan ekonomi.
Pada daerah operasi Kalimantan Utara, penyerangan besar-besaran
melalui darat untuk menguasai titik-titik di daerah yang strategis.
Kekuatan yang digunaan untuk mempersiapkan kesatuan tempur KOGA
yaitu dalam instant retaliation dengan menggunakan kekuatan unsur strategis
maupun kekuatan unsur taktis. Pada persiapan kesatuan tempur untuk reprisal
dengan pengembangan kekuatan tempur yang merupakan rencana kampanye
KOGA dengan target selesai pada akhir tahun 1964. Tetapi target tersebut tidak
terpenuhi karena pada unsur-unsur Angkatan Darat masih diikut-sertakan pada
operasi Tumpas dan diundur hingga akhir kuartal I tahun 1965. Dalam
perkembangannya, menjelang akhir tahun 1964 jumlah kekuatan lawan semakin
bertambah. Hal ini menjadikan Panglima KOGA perlu merubah dan mengeluarkan
Gagasan Strategi yang baru. Dikeluarkannya Gagasan Strategi baru juga berujung
pada perubahan Rencana Kampanye yang pada awalnya merupakan operasi
pembalasan (reprisal) menjadi operasi pengganyangan dengan pengiriman pasukan
ke garis depan diberikan fungsi “deterrent” atau pencegah28.
Operasi yang telah direncanakan pada pelaksanaan KOLAGA telah dimulai
ketika pasukan-pasukan dibawah perintah KOLAGA diberangkatkan pada waktu
yang telah ditentukan dan secara rahasia. Jika pemindahan pasukan sudah selesai
maka usaha operasi serang balas di daerah perbatasan sudah siap. Sasaran utama
28 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala
Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia.
77
dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA adalah Singapura. Selain itu, sasaran-
sasaran lainnya dalam operasi-operasi militer pada KOLAGA yaitu pada daerah
operasi Malaya dan Kalimantan Utara tetap dilancarkan. Tetap dilancarkannya
sasaran-sasaran lainnya seperti di daerah operasi Malaya dan Kalimantan Utara
adalah dengan tujuan agar menjadi penunjang pada sasaran utamanya.
Pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura yang merupakan sasaran utama
pada KOLAGA telah melepaskan diri dari Federasi Malaysia. Hal ini menimbulkan
adanya perubahan pada sasaran utama yang dituju. Pihak lawan akhirnya
meningkatkan jumlah pasukannya pada perbatasan di sepanjang daerah operasi di
Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.
Usaha di bidang diplomatik dan militer saling berkaitan. Usaha di bidang
militer dilakukan setelah upaya penyelesaian dari bidang diplomatik mengalami
jalan buntu. Dalam eksekusi operasi militer juga harus selaras dengan usaha di
bidang politik, ekonomi, dan sosial. Maka dari itu, ditempuhlah jalan melalui usaha
di bidang militer dengan proses-prosesnya yaitu perencanaan dan operasi. Dalam
proses perencanaan di bidang militer mencakup suatu susunan gagasan strategi
dengan beberapa kajian penting untuk proses operasi militer seperti perkiraan
intelijen dan lain sebagainya. Dalam susunan gagasan strategi, pada seluruh
kampanye dibagi menjadi beberapa fase dari segi ofensif maupun defensif yaitu
meliputi fase persiapan, fase pengikatan dan penghancuran, fase penentuan, dan
fase konsolidasi29:
29 Gagasan Strategis Kolaga tanggal 31 Agustus 1965, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Koti Komando Siaga.
78
a. Fase Persiapan
1) Segi ofensif
Untuk keperluan dalam persiapan kampanye meliputi penempatan
unsur-unsur ofensif di daerah yang strategis dan menguntungkan bagi
pelaksanaan operasi-operasi serta untuk pengumpulan informasi
mengenai pihak lawan.
2) Segi defensif
Untuk keperluan dalam persiapan pertahanan baik yang
bersangkutan dengan menggunakan sarana maupun konsepsi serta
penyusunan pertahanan pada umumnya operasi-operasi yang
bersangkutan dengan pengamanan daerah tetap dilancarkan.
b. Fase Pengikatan dan Penghancuran
1) Segi ofensif
Mulai dikembangkan pematangan daerah, pendirian kantong-
kantong dan perlawanan rakyat, kemudian disusul dengan perlawanan-
perlawanan untuk mengurangi faktor kelebihan lawan. Dalam operasi
manuver diadakan operasi-operasi pengikatan atau penghancuran di
daerah operasi Kalimantan untuk membantu memungkinkan
tercapainya usaha-usaha serangan pokok.
2) Segi defensif
Untuk pelaksanaan pertahanan mulai ditingkatkan dan setiap usaha
lawan yang mengacau atau menduduki daerah KOLAGA harus
digagalkan.
79
c. Fase Penentuan
1) Segi ofensif
Setelah dipenuhinya fase pengikatan dan penghancuran, maka
dimulai menggerakkan segala kemampuan yang dimungkinkan untuk
dikembangkan baik di daerah lawan maupun yang ada di luar daerah
lawan untuk menghancurkan sasaran utama.
2) Segi defensif
Selalu ditingkatkan kesiagaan dan pelaksanaan pertahanan. Selain
itu, back up support kepada unsur-unsur ofensif selalu diperhatikan.
d. Fase Konsolidasi
1) Segi ofensif
Setelah dicapainya penyelesaian politis yang menguntungkan pihak
Indonesia, maka tindakan selanjutnya adalah mempertahankan dan
mengamankan kemenangan
2) Segi defensif
Walaupun sudah dicapai tujuan konfrontasi namun penyusunan
pertahanan tetap di konsolidasikan untuk menjaga setiap kemungkinan
dari pihak lawan.
Setelah semua aspek telah siap dan terpenuhi, terutama pada pasukan-
pasukan yang berada di perbatasan yaitu pasukan Komando Tugas Khusus Siaga
(KOTUSUSGA) dan siapnya komando tempur di berbagai titik yang telah disebar
pada daerah perbatasan, maka barulah diadakan operasi-operasi chusus. Untuk
80
mencapai dan melancarkan operasi-operasi chusus, maka pelaksanaan operasi
militer dilakukan dalam beberapa tahap yaitu30:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini meliputi kegiatan penyelidikan dan peninjauan,
membangun basis penyerangan, pemindahan pasukan ke garis depan dan
pengumpulan keterangan mengenai lawan, pengamanan, melancarkan
operasi di bidang territorial. Selain itu, upaya lain untuk membentuk suatu
persiapan daerah kantong sebagai daerah basis bagi gerakan militer di waktu
yang akan datang. Kekuatan direalisasikan dari Brigat KKO AL dan mulai
mengadakan infiltrasi pasukan daerah lawan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan meliputi dua fase yaitu:
1) Fase Pendahuluan
Fase pendahuluan adalah kegiatan-kegiatan operasi chusus yang
telah dan sedang dijalankan di wilayah lawan guna mendapatkan
lingkungan yang dapat menguntungkan bagi operasi-operasi lanjutan
2) Fase Lanjutan
Pada fase ini lebih dititikberatkan pada tugas-tigas merebut atau
mengurangi keunggulan lawan, pendaratan pasukan baik dari darat, laut,
dan udara, menguasai titik-titik strategi lawan dan mengembangkan
operasi di darat dan operasi territorial untuk mempersempit ruang gerak
lawan.
30 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 110-112.
81
Fokus utama pada tahap pelaksanaan adalah membuat operasi
perongrongan terencana guna mengurangi kekuatan dari pihak lawan,
baik dari unsur udara, laut serta komunikasi lawan terutama di
Singapura karena di sanalah menjadi titik utama lawan. Selain itu juga
mengadakan pengacauan militer di wilayah perbatasan maupun di
wilayah lawan dengan tujuan pengikatan lawan. Selain usaha militer
untuk pengikatan lawan, usaha lain di bidang non-militer juga
dijalankan. Bentuk dari usaha di bidang non-militer tidak seperti pada
bidang militer yang bersifat fisik dengan menggunakan senjata, tetapi
bentuk dari usaha bidang non-militer mencakup ideologi, sosial budaya,
politik, ekonomi, teknologi, dsb. Usaha di bidang non-militer dijalankan
dengan tujuan melemahkan kekuatan politik dan ekonomi pada pihak
lawan.
c. Tahap Konsolidasi
Pada tahap konsolidasi ini merupakan tahap untuk menghadapi setiap
kemungkinan adanya serangan balas lawan, mendapatkan unsur-unsur
pemerintah militer/ sipil, mengembangkan situasi sedemikian rupa sehingga
menguntungkan perjuangan dan kesiapan untuk ditarik kembali ke wilayah
Republik Indonesia sesuai perkembangan politik.
KOTUSUSGA menentukan segala operasi yang akan dilaksanakan, tidak
terkecuali dengan operasi chusus. Operasi chusus ini merupakan operasi yang
dilakukan di daerah lawan dengan pasukan-pasukan Indonesia yang berstatus
82
sebagai sukarelawan atau gerilyawan. Operasi chusus ini terdiri dari berbagai
macam operasi yaitu31:
a. Operasi Intelijen
Operasi intelijen merupakan operasi yang bertugas untuk
mengumpulkan, menganalisa dan mendapatkan keterangan maupun
informasi yang diperlukan di bidang intelijen untuk pertahanan dan
keamanan nasional.
Kegiatan-kegiatan pada bidang intelijen pada dasarnya ditujukan
untuk mengumpulkan keterangan-keterangan sebanyak mungkin.
Keterangan-keterangan ini meliputi aspek dari kekuatan musuh,
keadaan medan seperti topografi dan cuaca, serta keadaan politik,
ekonomi, dan sosial32.
b. Operasi Teritorial
Operasi teritorial merupakan operasi mengenai wilayah yang sah
menurut hukum dalam suatu negara yang pada operasinya membantu
rakyat Malaysia untuk mendirikan pemerintahan nasional progresif.
c. Operasi Kantong
Operasi kantong merupakan operasi yang melakukan pemindahan
pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia menuju ke daerah
31 Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 112-113. Lihat juga Kamus
Mengenai Istilah Militer, Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip
Gagasan Strategi Komandan. 32 Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1964: Bidang Intelidjen, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
83
lawan untuk digunakan pada operasi selanjutnya secara gerilya. Operasi
selanjutnya adalah operasi Ganyang.
d. Operasi Ganyang
Operasi ganyang merupakan operasi perongrongan yang dilakukan
setelah pemindahan pasukan Indonesia dari wilayah perbatasan Indonesia
menuju ke daerah lawan. Operasi ini bersifat gerilya dan ditujukan untuk
mengurangi kemampuan militer, ekonomi, dan politik lawan. Selain itu,
dimulailah pengembangan perlawanan rakyat setempat agar timbullah
perlawanan rakyat.
Adanya operasi chusus ini bertujuan memperbesar kekuatan serang balas
terhadap lawan untuk mensukseskan pelaksanaan pada Dwi Komando Rakyat yang
kedua yaitu membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaysia, Singapura, Sabah,
Serawak, Brunai untuk membubarkna negara “boneka” Malaysia. Dengan adanya
operasi chusus ini maka dapat mencapai kemenangan tanpa harus masuk dalam
perang terbuka.
Pada masa persiapan operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA di
Kalimantan, terjadilah peristiwa Gerakan 30 September 1965 di Indonesia.
Peristiwa yang telah merenggut nyawa dari 6 perwira Angkatan Darat ini
menyebabkan adanya krisis keamanan di Indonesia. Untuk proses pemulihan
keamanan ditariklah beberapa unsur-unsur pasukan darat KOLAGA ke pulau Jawa.
Dengan adanya peristiwa ini maka perlunya penilaian dan peninjauan kembali
tentang pelaksanaan operasi yang akan ditempuh pada tahun 1966.
Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, terjadilah perubahan sistem
organisasi pada KOLAGA. Perubahan ini menjadi suatu komando dengan sistem
84
komponen dan dipimpin oleh Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yang
mulanya Panglima KOLAGA adalah Laksamana Madya Omar Dani diganti dengan
Pejabat Sementara Panglima KOLAGA yaitu Mayor Jenderal TNI Soeharto.
Pergantian Panglima KOLAGA disebabkan bahwa Laksamana Madya
Omar Dani diduga terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Bukti
utama untuk menunjukkan dukungannya kepada Gerakan 30 September adalah
Perintah Harian Omar Dani pada tanggal 1 Oktober 1965. Perintah Harian ini berisi
antara lain pernyataan tentang sedang dilakukannya, “... pembersihan dalam tubuh
Angkatan Darat dari anasir-anasir yang didalangi oleh subversi asing dan bakal
membahayakan Revolusi Indonesia”33. Dikeluarkannya Perintah Harian tersebut,
Laksamana Madya Omar Dani dicurigai sebagai pendukung dari gerakan tersebut.
Setelah itu, Laksamana Madya Omar Dani disidangkan melalui persidangan
Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dengan vonis hukuman seumur hidup.
Setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, Mayor Jenderal
Soeharto selaku Pejabat Sementara Panglima KOLAGA membuat laporan kepada
Presiden Soekarno. Kebijakan tersebut adanya operasi chusus. Dengan merujuk
pada Gagasan Strategi dan Petunjuk Operasi, KOLAGA menggunakan dua macam
cara operasi yaitu Physical and Technological (Fistek) dan Social Politic (Sospol)
sebagai sistem senjata yang melibatkan semua aspek baik dalam aspek militer
maupun non-militer. Dalam pelaksanaannya disebut operasi militer dan operasi
chusus. Operasi chusus ini ada dua tipe, yaitu34:
33 Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang,
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm. 464. 34 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
85
a. Yang dilakukan oleh Komando Satuan Tugas dalam hal ini pada unsur-
unsurnya dalam rangka “field preparation”
b. Staf Operasi Chusus, dibawah kepemimpinan Kolonel Ali Moertopo
dan dikendalikan langsung oleh Jenderal Soeharto sebagai Wakil
Panglima I KOLAGA yang kemudian menjadi Panglima KOLAGA.
Pada operasi chusus tipe B menggunakan cara-cara konvensional melalui
negara-negara lain, berusaha mengadakan kontak langsung dengan tokoh-tokoh
Malaysia untuk uraian dan penjelasan tentang pendirian Malaysia yang sebenarnya
serta kemungkinan penyelesaian yang dapat diterima kedua negara berselisih.
Kebijakan ini disetujui oleh Presiden Soekarno35.
Pada kebutuhan logistik dan personil di KOLAGA, dari awal
pembentukannya yang menghambat operasi yang dilaksanakan oleh KOLAGA
adalah pengerahan tenaga maupun pemeliharannya. Pada awal tahun terbentuknya
KOLAGA, pemenuhan keperluannya tidak tetap dan pada waktu tertentu saja
dengan anggaran belanjanya hanya untuk penyusunan dan latihan-latihan pasukan
pada susunan pasukan dalam KOGA. Kemudian pada KOLAGA, anggaran
belanjanya untuk unsur-unsur ofensifnya. Persiapan dan pelaksanaan pada
pengembangan basis diserahkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata. Hal ini
mengakibatkan tidak sesuainya harapan yang dituju, yaitu tidak tercapainya
penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan pra-sarana di
daerah perbatasan. Ketidaksesuaian pengerahan tenaga, anggaran belanja, dan tidak
tercapainya penimbunan bahan-bahan pokok dan tidak selesainya perkembangan
35 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Operasi Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
86
pra-sarana di daerah perbatasan ini menimbulkan ketidaktahuan KOLAGA pada
jumlah nominal yang telah dihasilkan pada tiap-tiap angkatan bersenjata dengan
wewenang yang dimilikinya36.
Pada kekuatan personel KOLAGA mengalami kekurangan personel dengan
persentase kekuatan unsur defensif yaitu 50 – 60 % dan unsur ofensif dengan 10 –
20 % karena tidak adanya tenaga-tenaga pengganti. Hal ini dikarenakan pada unsur
ofensif sebagian besar mengikuti operasi Tumpas. Dengan keikut-sertaan pada
operasi sebelumnya yaitu operasi Tumpas, maka menyebabkan kurangnya istirahat
bagi personel pada unsur ofensif. Kurangnya perawatan dan pemeliharaan pasukan
pada bagian staf personel juga terjadi pada garis depan sejak adanya pergeseran
pasukan. Pengistirahatan pasukan pada garis depan satu kali sampai rata-rata 5 hari
di tempat37.
Instruksi operasi tanggal 13 Desember 1965 no. INSOP-10/1965 Panglima
KOLAGA menyiapkan tim-tim khusus guna persiapan medan dalam rangka
gagasan strategis di Kalimantan yaitu satu tim untuk KOSATGAS Mandau/ Kopur
IV dan satu tim untuk KOSATGAS Sumpit. Tugas pokok dalam tim-tim khusus ini
adalah mengadakan gerakan operasi chusus pada daerah operasinya38. Dengan
adanya operasi chusus ini, maka persiapan dalam rangka mendirikan kantong-
kantong gerilya pada daerah lawan di Kalimantan dapat berjalan dengan baik.
36 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala
Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. 37 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Kesimpulan Kegiatan-Kegiatan 1965,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala
Siaga dalam Konfrontasi terhadap Malaysia. 38 Kelandjutan dalam Tahun 1965: Team-team Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
87
Hingga pada awal tahun 1966, dilaksanakanlah operasi chusus dengan
target operasi menuju ke daerah lawan secara gerilya. Tim-tim khusus dalam
operasi KOLAGA dapat melalui daerah sepanjang perbatasan Kalimantan Barat
yang telah dikosongkan oleh lawan dengan jarak ±30 km. Tim-tim khusus operasi
KOLAGA telah membuka koridor di sekitar wilayah Tebedu yang merupakan
daerah lawan dan mengadakan kontak dengan unsur-unsur progresif revolusioner
di daerah lawan walaupun masih dengan keadaan terbatas. Tetapi, pada daerah
operasi Kalimantan Timur belum menghasilkan progress yang berarti dikarenakan
terhalang oleh sulitnya alat transportasi ke daerah pancangan39.
Usaha KOLAGA untuk mendukung kegiatan politik yaitu dijalankannya
operasi-operasi intel. Khusus pada daerah operasi Kalimantan Utara, pemerintah
Indonesia mengadakan Operasi “A”. Operasi “A” terbagi dalam beberapa rencana-
rencana yaitu Operasi A – I dengan dasar operasi yang bersifat strategis. Subyeknya
adalah pemerintah Tengku Abdulrachman dengan obyek pokok penempatan
pemerintah Malaysia dalam posisi isolasi. Kemudian rencana Operasi “A”
selanjutnya adalah Operasi A – II yang bertujuan mengadakan combat intelligence
(intelijen tempur) pada daerah perbatasan (darat atau laut) dan pembentukan
kantong-kantong gerilya40.
Operasi “A” melakukan operasi chusus, untuk “field preparation” dengan
memasukan unsur-unsur pasukan angkatan bersenjata melalui udara, laut, dan darat
ke daerah lawan. Hasil yang diperoleh hingga awal tahun 1966 adalah pihak lawan
39 Kesimpulan Kegiatan dalam tahun 1965: Chusus, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia. 40 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hal. 33.
88
melakukan penjagaan pantai barat Malaya sangat rapat dan menambah mobilitas
dengan helikopter-helikopter sampai pada perbatasan Kalimantan41.
Program kerja KOLAGA pada awal tahun 1966 adalah diadakanlah Rapat
Komando dipimpin oleh Kepala Staf KOTI Letnan Jenderal Soeharto di Jakarta
pada 29 Januari – 1 Februari 1966. Diadakannya rapat ini untuk membahas kegiatan
KOLAGA dalam rangka Dwikora selama ini. Dalam rapat ini juga disampaikan
perlunya perubahan drastis untuk kegiatan KOLAGA selanjutnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut42:
a. Titik berat operasi Physical and Technological (Fistek), dialihkan
kepada operasi-operasi Social Politic (Sospol) yaitu Operasi Chusus
type “A” dan “B”.
b. Mengadakan pengurangan pasukan seminimal mungkin untuk
melakukan tugas KOLAGA.
c. Konfrontasi terus berjalan dan harus dipergiat.
Operasi-operasi chusus berikut operasi psywar (perang urat saraf) tetap
dilancarkan disueluruh daerah operasi sesuai dengan keadaan. Untuk menghadapi
setiap kemungkinan serangan dari pihak lawan, maka dalam bidang ofensif akan
dilancarkan serangan balas dengan mengerahkan unsur-unsur udara dan armada.
41 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan
TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Bandung:
Dinas Sejarah Militer TNI-AD, 1985), hlm. 228. 42 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Program Kerdja, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia.
89
Untuk bidang defensif, akan dihadapi dengan konsepsi perang wilayah serta
pertahanan maritim43.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan KOLAGA
kedepannya, dikeluarkanlah instruksi pelaksanaan no. INS-02/ 1966 pada tanggal
2 Februari 1966. Mengenai tetap berjalannya konfrontrasi pada Malaysia, diadakan
perubahan pada struktur organisasi KOLAGA sesuai dengan Surat Keputusan
Presiden/ PANGTI ABRI/ KOTI tanggal 22 Februari 1966 menjadi Komando
Ganyang Malaysia (KOGAM)44. Pada keputusan Presiden No. 40 tahun 1966 pada
tanggal 22 Februari 1966, KOGAM dipimpin oleh Presiden yang merupakan
Panglima Tertinggi ABRI sebagai Panglima Besar (PANGSAR) KOGAM. Tugas
pokok KOGAM yaitu melaksanakan operasi-operasi untuk mempercepat
pengganyangan Malaysia dalam rangka mensukseskan Dwikora terutama pada
Komando Rakyat yang kedua45. Fungsi dari KOGAM antara lain melakukan
penilaian, perencanaan, persiapan, pengendalian dan pengawasan dari pada
pelaksanaan tugas pokoknya. Selain itu, fungsi lainnya adalah mengkoordinir dan
menghimpun potensi nasional yang diperlukan untuk melaksanakan operasi-
operasi yang dimaksud dalam tugas pokok KOGAM. KOGAM membawahi
Komando-Komando Utama yang salah satunya adalah Komando Mandala Siaga46.
43 Kusumah Hadiningrat, Op. Cit., hal. 76-77. 44 Kelandjutan dalam Tahun 1966: Instruksi Pelaksanaan, Koleksi Dinas
Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Peranan Komando Mandala Siaga dalam
Konfrontasi terhadap Malaysia. 45 Komando Rakyat yang kedua dalam komando Presiden Dwikora pada
tanggal 3 Mei 1964 adalah Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,
Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia. 46 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 40 tahun 1966, Koleksi
Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Komando Ganjang Malaysia, Komando
Mandala Siaga No. 1321.
90
Perubahan juga terjadi pada kepemimpinan KOLAGA, maka dengan ini
KOGAM mengeluarkan Surat Keputusan pada tanggal 16 Maret 1966 sebagai
berikut:
a. Surat Keputusan no. 52/ KOGAM/ 1966, terhitung tanggak 22 Februari
1966 mengenai pengangkatan Mayor Jenderal TNI R. Umar
Wirahadikusumah sebagai Panglima KOLAGA, Laksamana Muda Laut
O.B. Sjaaf sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda
Udara L.W.J. Wattimena sebagai Wakil II Panglima KOLAGA, dan
Brigjen TNI A. Satari sebagai Kepala Staf KOLAGA47.
b. Surat Keputusan no. 51/ KOGAM/ 1966 mengenai pembebasan Letnan
Jenderal TNI Soeharto sebagai Pejabat Sementara Panglima KOLAGA
dan pembebasan Laksamana Muda (L) Muljadi sebagai Wakil II
Panglima KOLAGA48.
Beberapa perubahan terjadi untuk mempergiat konfrontasi terhadap
Malaysia. Perubahan-perubahan tersebut adalah adanya perubahan pada struktur
organisasi KOLAGA sesuai dengan Surat Keputusan Presiden/ PANGTI ABRI/
KOTI tanggal 2 Februari 1966 menjadi KOGAM dengan melaksanakan tugasnya
sesuai tugas dan fungsi pokok. Melalui Surat Keputusan dari KOGAM, perubahan
yang terjadi di dalam struktur KOLAGA adalah mengenai perubahan
47 Keputusan Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata Republik
Indonesia/ Panglima Besar Komando Ganjang Malaysia No. 52/KOGAM/1966,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando Ganjang Malaysia,
Komando Mandala Siaga No. 1321. 48 Keputusan Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata Republik
Indonesia/ Panglima Besar Komando Ganjang Malaysia No. 51/KOGAM/1966,
Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI, Arsip Komando Ganjang Malaysia,
Komando Mandala Siaga No. 1321.
91
kepemimpinan dalam KOLAGA. Perubahan ini terletak pada pembebasan Letnan
Jenderal TNI Soeharto sebagai Pejabat Sementara Panglima KOLAGA dan jabatan
Panglima KOLAGA diganti oleh Letnan Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah.
Selain itu, perubahan kepemimpinan pada KOLAGA antara lain Laksamana Muda
Laut O.B Sjaaf sebagai Wakil I Panglima KOLAGA, Laksamana Muda Udara L.
W. J. Wattimena dari Kepala Staf KOLAGA menjadi Wakil II Panglima
KOLAGA, dan Brigjen TNI A. Satari dari Wakil Kepala Staf KOLAGA menjadi
Kepala Staf KOLAGA.
Perubahan yang terjadi pada tubuh KOLAGA selain untuk mempergiat
konfrontasi terhadap Malaysia juga dikarenakan beberapa perwira tinggi dari
ABRI, termasuk dari unsur AURI yang juga ikut serta dalam KOLAGA diduga
turut andil dalam gerakan 30 September 1965 ini yang menyebabkan Indonesia
menjadi krisis keamanan. Maka dari itu terjadilah perombakan dalam
kepemimpinan KOLAGA. Dengan adanya perombakan kepemimpinan dalam
KOLAGA ini diharap kegiatan konfrontrasi terhadap Malaysia tetap berjalan.