bab iii kondisi umum wilayah provinsi kepulauan …orang laut yang menyebar di pulau-pulau. mereka...

24
3-1 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025 3.1 KONDISI FISIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi hasil pemekaran Sumatra Selatan berdasarkan UU No. 27 Tahun 2000. Daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, yaitu timah. Namun, tidak hanya terkenal sebagai produsen timah dunia, wilayah dengan karakteristik kepulauan ini juga menyimpan kekayaan budaya, sejarah, dan hasil bumi lainnya, seperti lada putih, kaolin, batu granit, dan sebagainya. Subbab ini mendeskripsikan kondisi fisik yang meliputi aspek geografis, administrasi, bentang alam dan topografi, klimatologi, serta kebencanaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3.1.1 Letak Geografis Secara geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ BT dan 0°50’ sampai 4°10’ LS. Total luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 81.725 km 2 , dengan luas daratan ± 16.424,23 km 2 atau 20,1 % dari total wilayah dan luas laut ± 65.301 km 2 atau 79,9% dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar, yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Luas Pulau Bangka lebih besar dari Pulau Belitung, yaitu 11.623,54 km 2 , sedangkan Pulau Belitung 4.800,69 km 2 . Dua pulau tersebut dikelilingi oleh ± 948 pulau-pulau kecil di sekitarnya yang terbentang dari perairan Selat Bangka hingga Laut Natuna. Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Berikut Tabel 3.1 yang menjelaskan luas wilayah tiap kabupaten/kota disertai jumlah kecamatan, kelurahan, dan desa. Tabel 3.1 Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 No. Kabupaten/ Kota Ibukota Luas Wilayah (km 2 ) % Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa 1. Bangka Sungailiat 2.950,69 17,97 8 15 62 2. Belitung Tanjung Pandan 2.293,69 13,97 5 7 42 3. Bangka Barat Muntok 2.820,61 17,17 6 4 60 4. Bangka Tengah Koba 2.126,36 12,95 6 7 56 5. Bangka Selatan Toboali 3.607,08 21,96 8 3 50 6. Belitung Timur Manggar 2.507,00 15,26 7 0 39 7. Pangkalpinang Pangkalpinang 118,80 0,72 7 42 0 Total 16.424,23 100,00 47 78 309 Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015 BAB III – KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-1

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

3.1 KONDISI FISIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi hasil pemekaran Sumatra Selatan berdasarkan UU

No. 27 Tahun 2000. Daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, yaitu timah. Namun, tidak

hanya terkenal sebagai produsen timah dunia, wilayah dengan karakteristik kepulauan ini juga

menyimpan kekayaan budaya, sejarah, dan hasil bumi lainnya, seperti lada putih, kaolin, batu granit,

dan sebagainya. Subbab ini mendeskripsikan kondisi fisik yang meliputi aspek geografis, administrasi,

bentang alam dan topografi, klimatologi, serta kebencanaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3.1.1 Letak Geografis

Secara geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ BT dan

0°50’ sampai 4°10’ LS. Total luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 81.725 km2,

dengan luas daratan ± 16.424,23 km2 atau 20,1 % dari total wilayah dan luas laut ± 65.301 km2 atau

79,9% dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar, yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Luas Pulau

Bangka lebih besar dari Pulau Belitung, yaitu 11.623,54 km2, sedangkan Pulau Belitung 4.800,69 km2.

Dua pulau tersebut dikelilingi oleh ± 948 pulau-pulau kecil di sekitarnya yang terbentang dari perairan

Selat Bangka hingga Laut Natuna. Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka,

sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Berikut Tabel 3.1 yang

menjelaskan luas wilayah tiap kabupaten/kota disertai jumlah kecamatan, kelurahan, dan desa.

Tabel 3.1 Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

No. Kabupaten/

Kota Ibukota

Luas

Wilayah

(km2)

% Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Jumlah

Desa

1. Bangka Sungailiat 2.950,69 17,97 8 15 62

2. Belitung Tanjung Pandan 2.293,69 13,97 5 7 42

3. Bangka Barat Muntok 2.820,61 17,17 6 4 60

4. Bangka Tengah Koba 2.126,36 12,95 6 7 56

5. Bangka Selatan Toboali 3.607,08 21,96 8 3 50

6. Belitung Timur Manggar 2.507,00 15,26 7 0 39

7. Pangkalpinang Pangkalpinang 118,80 0,72 7 42 0

Total 16.424,23 100,00 47 78 309

Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

BAB III – KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Page 2: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-2

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Sumber : RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014-2034

Gambar 3.1 Peta Orientasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Page 3: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-3

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Provinsi yang dikenal dengan bongkahan granit tersebut dapat dijangkau dengan transportasi udara

dari ibukota Negara, DKI Jakarta, selama ± 1 (satu) jam perjalanan. Sedangkan dari daratan Sumatra,

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dijangkau, baik dengan transportasi udara dari Palembang,

Sumatra Selatan, menuju Pangkalpinang selama ± 40 menit atau 3 jam jalur laut dengan menggunakan

kapal ferry dari Palembang menuju Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Letaknya yang strategis ini

diharapkan mampu memicu kunjungan wisatawan dari luar provinsi. Selain itu, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung berada pada posisi poros tengah jalur lalu lintas Pulau Sumatra dan Selat Karimata

yang merupakan jalur pelayaran internasional. Letak Kabupaten Belitung Timur khususnya, yang

berada di Selat Karimata, menjadi suatu keunggulan karena dilalui oleh jalur Alur Laut Kepulauan

Indonesia (ALKI) I.

Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan

Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan

Melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan, bahwa wilayah Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) Alur Laut

Kepulauan Indonesia (ALKI). Salah satu alur laut tersebut melalui Selat Karimata yang merupakan

bagian dari ALKI I. Selat Karimata merupakan wilayah perairan yang memiliki peran penting dalam

interaksi dan lalu lintas kapal, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Posisi ini menguntungkan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dari segala aspek, baik politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, maupun

pertahanan. Peluang ini perlu dimanfaatkan secara optimal oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

dalam memainkan peran strategis di tataran nasional maupun regional, khususnya dalam rangka

pembangunan kepariwisataan.

Sumber : PP No. 37 Tahun 2002

Gambar 3.2 Peta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)

3.1.2 Bentang Alam dan Topografi

Topografi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya relatif datar. Sebagian besar

terdiri dari dataran rendah, lembah dan sebagian kecil perbukitan dan pegunungan. Ketinggian dataran

Page 4: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-4

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Adapun titik tertinggi di Pulau Bangka

adalah Gunung Maras (± 699 meter), sedangkan titik tertinggi di Pulau Belitung adalah Gunung Tajam

(± 445 meter). Untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing, ketinggiannya mencapai ± 445

meter dan Bukit Mangkol dengan ketinggian ± 395 meter di atas permukaan laut. Pada bagian wilayah

Kabupaten Bangka Barat yang menghadap ke Laut Natuna cenderung lebih curam, seperti di bagian

utara Kecamatan Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, dan di barat hingga utara Kecamatan Jebus

yang ditandai oleh lebih dekatnya garis kontur 25 meter ke pesisir. Sedangkan topografi pada bagian

wilayah yang menghadap ke Selat Bangka dan Teluk Kelabat cenderung lebih datar.

Sementara itu, daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran

Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut

tidak lebih dari 30 meter. Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis

perairan yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar

Pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan Pulau Bangka. Sedangkan perairan semi

tertutup terdapat di Selat Bangka dan Teluk Kelabat di Pulau Bangka bagian utara. Sementara itu,

perairan di Pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka. Perairan laut Belitung cukup subur

karena merupakan daerah atol (terumbu karang) dan tempat bertemunya arus sehingga perairannya

dihuni plankton yang menjadi makanan ikan dan biota air lainnya.

Disamping sebagai daerah perairan laut, Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki banyak sungai

seperti Sungai Baturusa, Sungai Buluh, Sungai Kotawaringin, Sungai Kampa, Sungai Layang, Sungai

Manise dan Sungai Kurau di Pulau Bangka. Sungai-sungai tersebut umumnya berhulu di daerah

perbukitan dan pegunungan serta bermuara di laut. Sedangkan di Pulau Belitung terdapat Sungai

Cerucuk, Sungai Buding, Sungai Lenggang dan Sungai Sembulu. Sungai terpanjang di Pulau Bangka

adalah Sungai Layang (32.500 meter) dan Sungai Batu Rusa (31.250 meter) di Kecamatan Merawang,

Kabupaten Bangka. Di saat musim penghujan, air sungai meluap dan tidak jarang menimbulkan

genangan di beberapa ruas jalan. Namun ketika musim kemarau, seperti di daerah lain pada

umumnya, sungai dilanda kekeringan. Selain itu, sebagian besar kualitas air sungai di Kepulauan Bangka

Belitung sudah tercemar, selain karena limbah sampah rumah tangga dan industri, khususnya aktivitas

penambangan timah. Pencemaran sungai ini juga memiliki dampak lanjutan kepada pencemaran

perairan pesisir sebagai tempat sungai tersebut bermuara dan tentu berimplikasi pada kehidupan

biota laut.

3.1.3 Klimatologi

Berdasarkan Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, wilayah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung beriklim tropis dan dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering.

Sepanjang tahun 2014, bulan kering hanya terjadi selama 9 (sembilan) bulan yaitu bulan Februari,

Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November yang ditandai dengan curah hujan

di bawah 200 mm. Sedangkan bulan basah hanya terjadi pada bulan Januari, April, dan Desember

dengan curah hujan 225 hingga 312,5 mm.

Sementara itu, pada tahun 2014, kelembaban udara di Kota Pangkalpinang rata-rata 79,83% dengan

kelembaban udara rata-rata tertinggi pada bulan Desember mencapai 87% dan terendah pada bulan

September sebesar 70%. Temperatur udara rata-rata tahun 2014 sebesar 27,15°C dengan

Page 5: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-5

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

temperatur udara rata-rata tertinggi pada bulan September dan Oktober sebesar 32,6°C dan

terendah pada bulan Januari sebesar 23,1°C.

225

62,5 75

312,5

162,5

100

137,5125

0

37,5

137,5

300

0

50

100

150

200

250

300

350

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, dalam KBBDA 2015

Gambar 3.3 Curah Hujan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (mm) Tahun 2014

3.1.4 Pola Penggunaan Lahan

Kondisi tanah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum memiliki PH atau reaksi tanah

yang asam, rata-rata dibawah 5, namun memiliki kandungan aluminium yang tinggi. Di dalamnya

mengandung banyak mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah

liat, dan sebagainya. Jenis tanah yang dominan dijumpai adalah podsolik dan litosol yang terdapat di

daerah perbukitan dan pegunungan. Jenis tanah podsolik telah banyak dikembangkan untuk

pertambangan, perkebunan, dan pertanian lahan kering. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, gleisol,

ornagosol, dan regosol. Tanah aluvial dan gleisol ini umumnya dikembangkan untuk budidaya

pertanian lahan basah.

Adapun penggunaan lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh hutan negara,

perkebunan, tegalan, dan permukiman. Namun, lahan yang tidak termanfaatkan juga cukup luas, yaitu

mencapai 112.019 ha. Dari seluruh luas lahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 69% digunakan

untuk pertanian tegal/kebun/ladang/huma; tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu,

perkebunan negara/swasta dan lahan sawah. Sisanya merupakan bangunan, pekarangan, padang

rumput, dan lahan yang sementara tidak diusahakan. Selain itu, sebagian besar lahan pertanian dan

perkebunan sudah beralih fungsi menjadi tambang timah. Kualitas tanah pun sudah menurun

dikarenakan aktivitas penambangan timah tersebut.

3.1.5 Kebencanaan

Dilihat dari letak geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pulau yang tidak termasuk

di dalam wilayah pergerakan lempeng atau rawan terhadap gempa. Berdasarkan peta sebaran gunung

berapi di Indonesia, wilayah ini tidak memiliki gunung berapi di seluruh wilayahnya. Potensi bencana

yang dapat terjadi di wilayah Bangka Belitung berkaitan dengan bentuk wilayah yang memiliki luasan

wilayah pantai yang cukup tinggi dan memiliki pulau-pulau kecil, sehingga potensi erosi dan abrasi

dapat terjadi di beberapa bagian wilayah yang memiliki pola arus dan gelombang yang tinggi, seperti

yang kerap terjadi di selatan Kabupaten Belitung.

Page 6: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-6

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Bencana gelombang pasang dan banjir pun kerap terjadi karena pasang-surut dan diakibatkan oleh

faktor-faktor lain seperti gelombang yang ditimbulkan dari jarak jauh dan badai tropis yang

merupakan fenomena di wilayah pesisir dan laut. Banjir juga diakibatkan oleh pengalihan fungsi lahan

hutan lindung di hulu sungai untuk pemanfaatan ruang lainnya. Selain itu, potensi bencana lainnya yang

pernah terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah kebakaran. Namun pada dasarnya, setiap

kabupaten/kota memiliki indeks risiko bencana yang berbeda-beda. Risiko bencana merupakan

penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila bahaya itu menjadi bencana. Kota

Pangkalpinang misalnya, menjadi wilayah yang memiliki skor indeks risiko bencana yang rendah

dibanding kabupaten lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan Kabupaten Bangka Selatan

menjadi kabupaten dengan indeks risiko bencana tertinggi. Berikut tingkat risiko bencana antar

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tabel 3.2 Indeks Risiko Bencana Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

No. Kabupaten/Kota Skor Kelas Risiko

1. Bangka 168 Tinggi

2. Belitung 168 Tinggi

3. Bangka Barat 180 Tinggi

4. Bangka Tengah 144 Tinggi

5. Bangka Selatan 180 Tinggi

6. Belitung Timur 168 Tinggi

7. Pangkalpinang 120 Sedang

Sumber : Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) BNPB Tahun 2013

3.2 SEJARAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SEBAGAI POTENSI PARIWISATA

Tidak mudah merunut sejarah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan dua wilayah

terpisah, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Sebab, kedua wilayah ini memiliki perjalanan yang

panjang dan berbeda hingga akhirnya bergabung menjadi satu provinsi. Dalam buku Bangka Belitung

Sepanjang Masa, Direktori Wisata Sejarah Kepulauan Bangka Belitung (Dishubpar Provinsi Bangka

Belitung, 2004), secara singkat dijelaskan bahwa selama berabad-abad, Bangka Belitung dihuni oleh

Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni

bangsa Melayu yang kini mendominasi sebagian besar wilayah Bangka Belitung. Dalam buku Perang

Bangka, Elvian (2012, dalam Heidhues, 1992) menyatakan bahwa pada tahun 1803, J. Van Den

Bogaart, seorang pegawai Pemerintah Kolonial Belanda mengunjungi Pulau Bangka dan menyimpulkan

terdapat empat ethnic group yang mendiami Pulau Bangka, yaitu orang Cina, orang Melayu, Hill People

atau Orang Gunung/Orang Darat, dan Sea Dwellers atau Orang Laut. Orang Darat dan Orang Laut ini

diduga berasal dari gelombang kedua penyebaran bangsa Austronesia yang disebut bangsa Deutro

Melayu. Bangsa ini menyebar ke Asia Tenggara pada zaman logam kira-kira tahun 1500 SM. Bangsa

Deutro Melayu memiliki peradaban yang maju seperti pengetahuan tentang astronomi, pelayaran, dan

teknologi bercocok tanam.

Pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, Bangka Belitung memiliki peranan penting dan posisi

strategis dalam memakmurkan perekonomian Kerajaan Sriwijaya hingga berakhirnya di tahun 1277.

Kemudian, sejak 1293-1520, Bangka Belitung berada di bawah kekuasaan Majapahit hingga masuknya

Page 7: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-7

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Islam di Indonesia. Sejak timah ditemukan pertama kali sekitar abad 17 (terdapat tiga data tahun

penemuan timah di Bangka, yaitu 1709, 1710, dan 1711), Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda

atau VOC masuk ke Pulau Bangka. Hal ini meningkatkan perdagangan timah di Asia Timur dan Asia

Tenggara serta membangkitkan perhatian VOC terhadap Bangka meskipun tidak mudah untuk

memonopoli perdagangan tersebut (Heidhues, 2008). Maka, mulailah didatangkan pekerja Cina dari

Siam, Malaka, dan Malaysia yang dijadikan kuli kontrak oleh Belanda. Kedatangan mereka membuat

perubahan besar dalam struktur sosial budaya di Bangka Belitung. Mereka mengajak sanak saudara

untuk menetap hingga meninggalkan keturunan yang tersebar hampir di seluruh pelosok wilayah

Bangka Belitung. Pada masa kolonial Belanda ini juga, terjadi perlawanan yang dilakukan oleh Depati

Barin dan dilanjutkan oleh puteranya, Depati Amir, yang berakhir dengan pengasingan ke Kota

Kupang, Nusa Tenggara Timur, oleh Pemerintahan Belanda.

Setelah perjanjian Kapitulasi Tuntang, perjanjian penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris atas

seluruh Jawa beserta pangkalan-pangkalan VOC yang berada di Madura, Palembang, Makasar, pada 18

September 1811, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris dan kemudian dilaksanakan serah

terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada 10 Desember 1816. Selama

Belanda menjajah, terdapat tiga perusahaan Belanda yang mempelopori penambangan Timah di

wilayah Bangka Belitung, yaitu : Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW), Gemeenschaappelijke Mijnbouw

Maatschaappij Billiton (GMB), dan Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SISTEM). Kemudian pada tahun

1953 – 1958, ketiga perusahaan Belanda tersebut dilebur menjadi tiga perusahaan negara terpisah

yaitu BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung, dan

SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep. Di masa agresi militer Belanda ke-2, yaitu tahun 1949,

beberapa pemimpin Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta, Mr. Ali Sastroamijojo, Mr Muh.

Room, dan H. Agus Salim, sempat diasingkan ke Muntok, Bangka Barat, tepatnya di puncak Gunung

Menumbing.

Pada tahun 1956, tuntutan untuk menjadi Provinsi Bangka Belitung mulai bergulir hingga disusunnya

draf UU pembentukan provinsi pada 4 Mei 1970 oleh Presidium Perjuangan Provinsi Bangka Belitung

kepada DPR-GR. Namun, pembahasan mengenai isu ini terhenti hingga masa Pemerintahan Orde

Baru. Tekad kembali digulirkan setelah 30 tahun dengan dibentuk kembali Presidium Perjuangan

Pembentukan Provinsi Bangka Belitung pada 23 Januari 2000. Setelah melalui perjuangan panjang,

wilayah yang dibangun dengan meletakkan dasar-dasar nilai budaya Melayu ini secara administratif

resmi menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 4 Desember 2000 sebagai Provinsi ke-31 di

Indonesia.

3.3 KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

3.3.1 Jumlah, Kepadatan, dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hasil proyeksi penduduk pada tahun 2014

sebesar 1.343.881 jiwa, naik dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 1.315.123 jiwa. Populasi

penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Bangka, yaitu 304.485 jiwa. Adapun laju pertumbuhan

penduduk selama tahun 2013-2014 sebesar 2,19%, turun dari tahun sebelumnya, yaitu 2,22%.

Sementara itu, total penduduk antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk

laki-laki pada tahun 2014 sebanyak 697.897 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 645.984 jiwa.

Page 8: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-8

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Rasio jenis kelamin sebesar 108, artinya pada tahun 2014 untuk setiap 208 penduduk di Kepulauan

Bangka Belitung terdapat 100 penduduk perempuan dan 108 penduduk laki-laki.

145862 158623

82589 88682

92212 100183

84336 92882

91188 98304

56123 60903

93674 98320

Bangka

Belitung

Bangka Barat

Bangka Tengah

Bangka Selatan

Belitung Timur

Pangkalpinang

Perempuan

Laki-laki

Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Gambar 3.4 Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin 2014

Adapun tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 mencapai 82

orang per km2. Apabila dilihat menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi

memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 1.616 orang per km2, sedangkan Kabupaten

Belitung Timur memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 47 orang per km2.

Tabel 3.3 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

No. Kabupaten/Kota Luas

Daerah

Kepadatan Penduduk

Per Desa Per km2

1. Bangka 2.950,69 3.954 103

2. Belitung 2.293,69 3.495 75

3. Bangka Barat 2.820,61 3.006 68

4. Bangka Tengah 2.126,36 2.813 83

5. Bangka Selatan 3.607,08 3.575 53

6. Belitung Timur 2.507,00 3.001 47

7. Pangkalpinang 118,80 4.571 1.616

Total 2014 16.424,14 3.473 82

2013 16.424,14 3.452 80

2012 16.424,14 3.407 79

2011 16.424,14 3.438 77

Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Sementara itu, komposisi penduduk di suatu daerah berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja

sumber daya manusia yang ada. Semakin banyak penduduk di kategori kelompok usia muda dan

produktif, maka peluang terhadap peningkatan perekonomian lebih besar. Berdasarkan hasil Survei

Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2014, jumlah penduduk di Kepulauan Bangka Belitung pada usia

15 tahun ke atas atau termasuk Penduduk Usia Kerja yang bekerja aktif secara ekonomi pada tahun

2014 sebanyak ± 636.954 jiwa. Dari Tabel 3.4 di bawah ini, terlihat bahwa komposisi penduduk

terbanyak adalah usia anak-anak (0-14 tahun), kemudian disusul usia 30–44 tahun, dan 15–29 tahun

yang merupakan usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang masuk dalam

Page 9: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-9

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

kategori muda ini menjadi potensi bagi sumber daya manusia, khususnya pada sektor pariwisata di

masa depan.

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Berdasarkan Kabupaten Kota dan Kelompok Umur

No. Kabupaten/Kota Kelompok Umur

0-14 15-29 30-44 45 - 59 60-75 +

1. Bangka 44.002 39.005 33.486 21.322 10.184

2. Belitung 23.303 20.655 20.599 12.386 6.668

3. Bangka Barat 28.861 25.635 20.944 12.198 5.717

4. Bangka Tengah 27.002 24.551 18.945 10.693 4.668

5. Bangka Selatan 28.995 26.195 21.591 10.796 4.894

6. Belitung Timur 15.708 13.573 14.256 8.594 4.702

7. Pangkalpinang 25.723 26.663 21.872 14.314 6.437

Total 189.327 176.277 151.693 90.303 43.270

Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

3.3.2 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

A. Mata Pencaharian

Corak kehidupan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat terlihat dari sumber

penghidupannya. Mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat adalah bertani, nelayan,

buruh/karyawan tambang, karyawan perkebunan kelapa sawit dan berdagang. Lahan di Pulau Bangka

misalnya, sesuai untuk tanaman perkebunan seperti karet, sahang (lada), kelapa, dan kelapa sawit, yang

sebagian besar hasilnya diperdagangkan ke luar daerah atau bahkan mancanegara. Selain di bidang

pertanian, masyarakat Bangka juga bekerja sebagai buruh atau karyawan tambang timah. Penggalian

timah terdapat di hampir tiap wilayah terutama di Pulau Bangka, di seluruh daratan pulau hingga di

perairan lepas pantai, sehingga pekerjaan sebagai buruh bukan menjadi pekerjaan yang dilakukan oleh

masyarakat kota, namun juga dilakukan oleh penduduk di desa, termasuk di pesisir. Akan tetapi, sejak

adanya reorganisasi PT. Timah, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh timah menjadi

berkurang.

Disamping itu, kayanya perairan Kepulauan Bangka Belitung dengan berbagai jenis ikan selalu menarik

kaum nelayan dari daerah lain, misalnya kaum nelayan suku Bugis. Mulanya, mereka hanya sekadar

datang ketika waktu panen ikan, namun kemudian menetap dan membaur dengan masyarakat serta

membuat perkampungan sendiri. Usaha berdagang pun pada umumnya dilakukan oleh masyarakat

Bangka Belitung keturunan Cina, tidak hanya di kota, namun juga ke pelosok desa.

B. Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa

Mayoritas penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan suku Melayu. Pada awalnya, Pulau Bangka

hanya dihuni oleh sekelompok penduduk asli pedalaman yang dikenal sebagai suku Lom dan suku

Sekak. Kemudian pada abad 18, Pulau Bangka dimasuki oleh para pendatang Melayu yang diduga

datang dari wilayah Malaka dan Riau. Masyarakat pendatang ini kemudian berbaur dan terbentuklah

masyarakat yang disebut sebagai suku Melayu Bangka seperti saat ini. Selain penduduk asli Melayu, di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat berbagai suku bangsa yang kemudian membaur dengan

penduduk asli. Selain masyarakat dari suku Bugis, suku Madura, suku Buton, juga terdapat suku Jawa,

Page 10: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-10

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Bali, daratan Sumatera (seperti Batak, Aceh, Palembang, Padang), Ambon dan sebagainya. Wilayah ini

pun dihuni oleh masyarakat keturunan etnis Cina/Tionghoa. Mayoritas penduduk Kepulauan Bangka

Belitung merupakan penganut agama Islam. Islam di wilayah ini telah berkembang sejak beberapa abad

terakhir karena dibawa oleh pendatang suku Melayu dari Malaka. Selebihnya, terdapat penganut

agama Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu yang sebagian besar merupakan

pendatang maupun keturunan Cina. Meskipun berbeda keyakinan, antarmasyarakat tetap saling

menghormati, menjaga keharmonisan, dan kerukunan antar umat beragama.

Dari segi bahasa, sehari-hari masyarakat Kepulauan Bangka Belitung menggunakan Bahasa Melayu,

meskipun pada acara formal bahasa Indonesia tetap digunakan. Bangka dan bahasa Melayu Belitong

yang mirip dan kemudian dikelompokkan ke dalam rumpun bahasa Melayu. Selain itu, para masyarakat

etnis Tionghoa menggunakan bahasa Tionghoa. Keterbukaan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung

terhadap pendatang telah menjadikan wilayah ini bercorak heterogen. Dalam kemajemukan tersebut,

semua suku dan etnis berbaur dengan harmonis, terutama dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.

Bahkan tidak jarang terjadi pembauran dalam bentuk ikatan perkawinan sehingga terjadi interaksi yang

erat dalam hubungan kekeluargaan. Wilayah Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu ilustrasi

dari konsep melting pot, yaitu keadaan dimana terjadinya peleburan berbagai ras, budaya, etnis, dan

agama di dalam suatu daerah, berasimilisi (berbaur), dan membawa kepada satu asas tertentu sehingga

menimbulkan sebuah persatuan multietnis yang berkembang.

C. Tradisi Masyarakat

Selain dikenal dengan pantai yang menawan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pun memiliki

keragaman budaya. Dari budaya lokal hingga budaya ‘impor’ yang dibawa oleh para pendatang.

Keragaman budaya inilah yang menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi yang dikelilingi lautan ini seumpama surga-surga bagi para

nelayan. Karena itu, sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan. Dalam perkembangannya, latar

belakang tersebut turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup

masyarakat Kepulauan Bangka Belitung telah bergeser, kebudayaan lokal yang mengandung unsur

nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Secara garis besar, ragam

budaya dan tradisi masyarakat yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dikategorikan

sebagai berikut.

1. Tradisi Suku Melayu Kepulauan Bangka Belitung

a) Tradisi Sepintu Sedulang/Nganggung

Kata sepintu sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yang

bermakna adanya persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan

penduduk pada waktu pesta kampung dengan membawa dulang berisi makanan untuk dimakan tamu

atau siapa saja di balai adat. Dari ritual ini, tercermin betapa masyarakat menjujung tinggi rasa

persatuan dan kesatuan serta gotong royong, bukan hanya dilaksanakan penduduk setempat

melainkan juga dengan para pendatang. Warga masyarakat akan mengulurkan tangannya membantu

jika ada anggota warganya memerlukannya. Semua ini berjalan dengan dilandasi jiwa sepintu sedulang.

Jiwa ini dapat disaksikan, misalnya pada saat panen lada, acara-acara adat, peringatan hari-hari besar

Page 11: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-11

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

keagamaan, perkawianan dan kematian. Acara ini lebih dikenal dengan sebutan Nganggung, yaitu

kegiatan setiap rumah mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat besar.

b) Buang Jong

Upacara tradisional Buang Jong merupakan ritual suci dari suku Sawang, suku asli dari Pulau Belitung.

Buang Jong dalam bahasa lokal berarti membuang atau melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu

berbentuk kerangka kapal yang di dalamnya berisikan sesajian dan ‘ancak’ yaitu kerangka rumah-

rumahan yang melambangkan tempat tinggal. Upacara yang biasa diselenggarakan pada bulan Agustus

hingga November ini berlokasi di tepi pantai dengan menghanyutkan perahu kecil tersebut. Tujuan

upacara adalah memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang akan menimpa selama

mengarungi laut lepas untuk menangkap ikan.

Sumber : www.bangkanature.com & www.programpeduli.org

Gambar 3.5 Tradisi Nganggung dan Buang Jong

c) Maras Taun

Maras Taun merupakan salah satu tradisi masyarakat Melayu di Kepulauan Bangka Belitung. Maras

Taun berasal dari kata ‘maras’ yang berarti ‘meniris’ (membersihkan duri halus) dan ‘taun’ berasal dari

kata ‘tahun’. Maras Taun diadakan setiap setahun sekali oleh masyarakat Belitung sebagai wujud rasa

syukur setelah melewati musim panen padi. Upacara ini juga bertujuan ‘selamatan kampung’, yaitu

membersihkan kampung dari marabahaya serta mendoakan keselamatan dan kesehatan

masyarakatnya. Ritual utama upacara ini adalah doa awal, Tari Sepen, dan doa penutup. Kesenian

tradisional yang umumnya digelar adalah Nutok Lesong Panjang atau Ngemping (membuat emping

dengan memukul beras di sebuah lesung dari kayu. Tidak jarang pemuda pemudi berkumpul dalam

upacara ini sehingga dijadikan sebagai ajang mencari jodoh bagi yang belum menikah.

d) Perang Ketupat

Perang ketupat merupakan suatu acara adat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di Pulau

Bangka, yang diselenggarakan sebelum bulan ramadhan di Pantai Pasir Kuning Tempilang, Kabupaten

Bangka Barat. Pada saat acara ini berlangsung, penduduk sekitar membuka pintu rumah sebesar-

besarnya untuk menyambut tamu-tamu yang berkunjung ke desa mereka. Perang ketupat adalah acara

inti dari semua prosesi dari acara hari itu yang dimaksudkan untuk keselamatan warga setempat

sehingga tidak diganggu oleh makhluk halus yang dipercaya hidup di sana.

Page 12: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-12

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

2. Tradisi Etnis Tionghoa

a) Kongiang (Imlek)

Kongiang adalah nama lain bagi Tahun Baru Imlek, suatu perayaan menyambut musim semi yaitu ketika

datang seekor binatang yang disebut Nian dari pegunungan atau laut untuk mengganggu orang-orang

yang dimanifestasikan dalam bentuk barongsai. Kemudian, orang-orang akan memakai gaun merah dan

menyalakan petasan untuk mengusir Nian. Oleh karena itu, Tahun Baru Imlek atau Kongiang berarti

mengusir atau menangkal Nian. Pada saat perayaan, masyarakat keturunan Tionghoa berkumpul

bersama keluarga dan menikmati makanan dan kue-kue khas Imlek.

b) Ceng Beng (Sembahyang Kubur)

Ceng Beng merupakan upacara ritual ziarah kubur etnis Tionghoa di Kepulauan Bangka Belitung untuk

menghormati para leluhur. Ritual dimulai dengan membersihkan kuburan, biasanya dilakukan 10 hari

sebelum pelaksanaan Ceng Beng. Puncak kegiatan dilaksanakan tiap tanggal 5 April kalender masehi.

Kegiatan dilaksanakan sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan

meletakkan sesajian. Ketika musim sembahyang kubur, umumnya masyarakat Tionghoa yang berada di

perantauan akan pulang untuk melaksanakan tradisi ini. Di Pulau Bangka, tradisi ini misalnya

dilaksanakan di Perkuburan Kemujan, Kota Sungailiat.

c) Sembahyang Rebut

Sembahyang Rebut merupakan ritual budaya masyarakat Tionghoa yang diselenggarakan setahun

sekali sebagai simbol perang manusia terhadap sifat buruk, seperti ketamakan dan kemiskinan,

sekaligus sebagai doa memohon kesejateraan di tahun yang akan datang. Di Kampung Sunghin,

Kecamatan Merawang, puluhan umat memuja Dewi Kwan Im dan memberikan penghormatan yang

diiringi dengan memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan. Menjelang tengah malam, jamuan-

jamuan yang dihidangkan ‘dinikmati’ oleh para arwah, kemudian prosesi ritual dilanjutkan dengan

upacara rebutan sesaji di atas altar persembahan. Ritual ini umumnya juga ditandai dengan acara

pembakaran patung ‘antu gede’ dan pembagian barang sembako.

D. Kesenian Tradisional

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki alat musik khas dan tarian tradisional yang menjadi

kekayaan seni dan budaya yang dapat dijadikan keragaman daya tarik wisata. Berikut ini penjelasan

beberapa alat music, tarian, dan permainan tradisional khas Provinsi Kepulauan Bangka Beitung.

1. Alat Musik

a) Dambus

Dambus adalah semacam alat seperti gitar namun memiliki karakteristik dan bunyi yang berbeda

dengan gitar masa kini. Dambus untuk daerah Kepulauan Bangka Belitung ditambah dengan alat-alat

pengiring seperti biola, rebana atau tarwas, tawak-tawak, dan gong, untuk menambah keharmonisan

dan variasi suara yang dihasilkan. Dambus biasanya dipakai untuk mengiringi acara-acara adat atau tari-

tarian. Alat musik dambus biasanya dipakai dalam setiap alat musik tradisional Melayu yang bernuansa

penyambutan, penghomatan, peringatan, perayaan, syukuran, maupun acara keagamaan.

Page 13: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-13

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

b) Rebana

Rebana juga termasuk salah satu alat musik tradisional Bangka Belitung. Alat musik yang satu ini sering

dimainkan bersama dengan dambus. Alat berbentuk seperti gendang ini dimainkan guna mengiringi

musik dambus dan tarian atau dincak Bangka. Alat musik yang masuk dalam kategori alat musik pukul

ini sering dimainkan pada acara festival seni daerah, qasidah pengajian-pengajian, ataupun untuk

menyambut tamu istimewa dengan iring-iringan tertentu. Jika rebana ini ditepuk secara beramai-ramai

dengan tempo yang cepat di Bangka dikenal dengan istilah rampak atau ngerampak. Rebana sendiri

adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkainya terbuat dari kayu yang dibubut, salah satu

bagiannya dilapisi dengan kulit kambing guna untuk ditepuk sehingga menimbulkan suara yang

beragam.

2. Tarian Tradisional

a) Tari Campak

Tari Campak menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Biasanya

dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari kebun. Pada perkembangannya, tari ini digunakan

pula sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan.

Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada Tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada

penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.

b) Tari Zapin

Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut

rentak pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari

Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media

dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri atas dua

alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang

disebut marwas.

3. Permainan Tradisional

a) Lesong Panjang

Lesong Panjang merupakan salah satu permainan tradisional yang biasa dimainkan pada saat musim

panen padi tiba. Alat utamanya adalah lesong terbuat dari kayu yang bersuara keras dan jernih.

Panjang lesong bervariasi, dari 1 – 1,5 m dengan diameter 25 – 30 cm. Alat untuk memukul lesong

dinamakan alu. Lesong dibuat dalam berbagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemainnya.

b) Beripat Beregong

Beripat Beregong adalah salah satu permainan tradisional yang masih digemari oleh masyarakat

Belitung. Dimainkan oleh dua orang pria yang saling memukul punggung dengan menggunakan rotan

khusus. Permainan ini diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong, tawak, kelinang, dan serunai.

Dahulu, masyarakat Belitung menjadikan permainan ini sebagai ajang untuk mengukur keberanian para

pendekar. Namun, permainan ini kini diselenggarakan sebagai hiburan dalam upacara tradisional

seperti Maras Taun dan Selamat Kampong.

Page 14: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-14

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

3.4 KONDISI GEOLOGIS DAN EKOLOGIS SEBAGAI POTENSI

PARIWISATA

3.4.1 Sumber Daya Geologis Sebagai Potensi Pariwisata

Secara fisiografi, Kepulauan Bangka Belitung termasuk ke dalam Paparan Sunda yang kaya akan

sumber daya alam, khususnya bebatuan granit. Hampir di sepanjang pesisir Kepulauan Bangka Belitung

tersebar bongkahan batuan granit dengan ukuran besar. Hamparan batuan granit ini tidak hanya

tersebar di Kepulauan Bangka Belitung, namun juga di Kepulauan Riau, Semenanjung Malaysia dan

Kepulauan Natuna. Menurut seorang ahli geologi ITB, Dr. Ir. Budi Brahmantyo, M.Sc., mulanya, granit

tersebut membeku jauh di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan kilometer. Batuan ini

merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, yaitu dengan kandungan silika yang tinggi lebih

dari 65%. Namun dengan proses tektonik jutaan tahun, batuan-batuan tersebut mengalami

pengangkatan, bahkan beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Selama proses pengangkatan

granit dari bawah bumi, proses pelapukan dan erosi atau abrasi mengikisnya melalui retakan-retakan.

Akibat proses yang berulang-ulang selama ratusan hingga ribuan tahun, batu granit muncul di

permukaan dalam bentuk bongkahan yang terpisah-pisah. Secara geologis, batuan granit yang tersebar

di Kepulauan Bangka Belitung berumur Trias hingga Kapur, atau terbentuk kira-kira antara 200 juta

tahun hingga 65 juta tahun yang lalu.

Sumber : Hasil Survey, 2015

Gambar 3.6 Batuan Granit di Pesisir Pulau Bangka

Adapun keberadaan timah yang menjadi kekayaan sumber daya mineral Kepulauan Bangka Belitung

dibawa oleh batu granit. Hampir di setiap penjuru wilayah darat dan laut memiliki cadangan timah,

hingga provinsi ini dikenal dengan World’s Tin Belt (Sabuk Timah Dunia). Batu granit tertentu

mengandung mineral bijih timah yang dikenal sebagai mineral kasiterit yang tersusun atas senyawa

kimia oksida SnO2. Mineral kasiterit yang masih berada di dalam batuan disebut sebagai mineral

primer. Konsentrasinya besar, namun tidak terakumulasi pada tubuh granit tertentu, melainkan

menyebar secara luas di dalam tubuh batu granit. Selain itu, untuk memisahkan mineral kasiterit dari

mineral pembentuk batu granit lainnya, prosesnya cukup sulit. Namun proses alamiah pelapukan

menyebabkan granit yang muncul ke permukaan yang umumnya keras, menjadi lunak dan terurai

menjadi tanah berpasir. Oleh proses erosi, bagian yang lunak ini terhancurkan dan dibawa oleh aliran

air ke arah lereng yang lebih rendah. Akhirnya, lumpur berpasir hasil erosi bukit-bukit granit akan

diendapkan pada lembah-lembah sungai. Pada saat batuan terurai menjadi tanah, dengan sendirinya

Page 15: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-15

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

mineral kasiterit terlepas, lalu terbawa air, dan diendapkan di dalam sungai bersama pasir-pasir lainnya

yang umumnya berupa pasir kuarsa.

3.4.2 Keanekaragaman Hayati Sebagai Potensi Pariwisata

A. Sumber Daya Hayati Pertanian dan Perkebunan

Luas lahan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 mencapai 67,95% dari

luas daratan atau setara dengan 1.116.111 ha. Lahan perkebunan mendominasi lahan pertanian

sebesar 29,76%. Komoditi tanaman pangan yang umumnya diusahakan oleh sebagian besar

masyarakat adalah padi, ketela pohon, kacang tanah, ubi jalar, dan jagung. Pada tahun 2014

produktivitas padi sawah mengalami penurunan sekitar 6,85 persen dari tahun sebelumnya atau

sebesar 0,25 ton per hektar. Namun untuk padi ladang mengalami kenaikan 3,31% atau naik sebesar

0,06 ton per hektar. Produktivitas tanaman palawija untuk komoditas ketela pohon pada tahun 2014

mengalami kenaikan sekitar 6,61% atau sebesar 1,10 ton per hektar, komoditas kacang tanah

mengalami kenaikan sekitar 6,06 persen atau sebesar 0,06 ton per hektar. Sedangkan komoditas ubi

jalar mengalami penurunan sekitar 15,65 persen atau sebesar 1,46 ton per hektar, komoditas jagung

mengalami penurunan sekitar 7,20 persen atau sebesar 0,26 ton per hektar. Selain komoditas

tersebut, di beberapa daerah di Kepulauan Bangka Belitung pun tumbuh tanaman salak atau nanas

misalnya yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi agrowisata.

B. Sumber Daya Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut. Mangrove tumbuh pada

daerah pasang surut dan umumnya dijumpai di daerah sepanjang muara sungai maupun laut. Fungsi

ekologis mangrove adalah sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan, dan asuhan

berbagai biota, penahan abrasi pantai, ancaman angin topan dan tsunami, penyerap limbah, dan

pencegah intrusi air laut. Sedangkan fungsi ekonomis mangrove adalah sebagai penyedia kayu, obat-

obatan, alat dan teknik penangkapan ikan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan, minuman, dan

peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan kulit, madu, dan lilin. Mangrove kini juga dapat

dijadikan daya tarik wisata, seperti mangrove tour. Dari hasil inventarisasi BPDAS Musi tahun 2006,

ditemukan 7 (tujuh) spesies mangrove di Kepulauan Bangka Belitung, yaitu :

a) Pohon bakau, spesies rhizopora apiculate; family rhizopohoraceae

b) Pohon api-api hitam, spesies avicenia marina; familiy aviceniaceae

c) Pohon api-api putih, spesies avicenia alba; familiy aviceniaceae

d) Pohon tumu/siji, spesies bruguiera gymnorhiza, family rhizopohoraceae

e) Pohon nyireh bunga, spesies xylocarpus granatum, family meliaceae

f) Pohon buta-buta, spesises excoecaria agallocha, family euphorbiaceae

g) Pohon perepat, spesies sonneratia alba, family sonneraticeae

Kondisi mangrove di sepanjang pesisir Bangka Belitung sebagian besar sudah banyak yang rusak dan

perlu segera ditangani, misalnya di muara sungai Kurau, Koba, dan DAS Perimping, Riau Silip, Kayu

Arang, Kelapa, Bangka Barat, dan Bangka Tengah. Di Kabupaten Bangka misalnya, data dari DKP

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 menyebutkan bahwa dari 21.623 ha luasan mangrove, 4.043

ha dalam teridentifikasi dalam kondisi rusak. Sementara itu, di Kabupaten Bangka Selatan, dari

Page 16: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-16

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

12.228,4 ha luas mangrove, 218,85 ha dalam kondisi rusak. Lahan mangrove dibabat untuk penggalian

tambang inkonvensional. Akibatnya adalah berkurangnya populasi kepiting, rajungan, dan hewan yang

habitatnya adalah muara. Dari data Dinas Pertanian dan Kehutanan Bangka Belitung, luas hutan

mangrove yang rusak akibat penambangan dan penebangan liar sekitar 36.000 ha dari total luas hutan

yang ada.

Tabel 3.5 Perbandingan Luas Mangrove Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009 dan 2011

No. Kabupaten/Kota Luas (ha) Th. 2011 Luas (ha) Th. 2009

1. Bangka 21.623 15.136,384

2. Belitung 5.139,372 9.075,936

3. Bangka Barat 63.088,96 18.235,911

4. Bangka Tengah 347,66 4.652,077

5. Bangka Selatan 12.228,40 9.597,286

6. Belitung Timur 5.140,9 7.398,932

7. Pangkalpinang 16,2 470,870

Total 107.584,49 64.567,396

Sumber : Statistik KP3K Kab/Kota DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 dalam RZWP3K Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung 2012

C. Sumber Daya Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan eksosistem paling produktif secara biologis, namun juga

sensitif terhadap tekanan (Birkeland, 1997, dalam Laporan RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung 2012). Berbagai biota laut hidup di ekosistem ini sebab menyediakan tempat untuk

berlindung dan berkembang biak. Secara umum, ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka tersebar

di sekeliling pulau, baik di pesisir pulau utama maupun pulau-pulau kecil. Namun di bagian barat Pulau

Bangka yang merupakan kawasan Selat Bangka, sebaran ekosistem terumbu karang cenderung lebih

rendah sebab kawasan ini merupakan perairan semi tertutup, yaitu arus laut yang lebih terlindung

sehingga substrat di pesisir barat Pulau Bangka lebih halus dibandingkan kawasan timur. Lokasi yang

cukup terkenal dengan sebaran karangnya adalah perairan Desa Rambat, Kecamatan Simpang Teritip

hingga daerah Penganak yang terkenal dengan ekosistem terumbu karang tepi di Pulau Pemuja dan

Laut Ketap.

Di kawasan timur Kabupaten Bangka Tengah, ekosistem terumbu karang tersebar di Kawasan

Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu di Pulau Panjang, Pulau Semujur, Pulau Ketawai, Pulau Gusung

Asam, Pulau Ketugar, dan Pulau Bebuar. Data dari DKP Bangka Tengah 2010, persentase tutupan

karang hidup di Pulau Ketawai – Gusung Asam sebesar 67,76% (Acropora 4,66% dan Non Acropora

63,1%) dengan kondisi baik (50-74,9%). Selain itu, Pulau Pongok merupakan pulau yang dikelilingi

terumbu karang, terdapat spot karang di sekitar pulau, seperti Karang Ninek, Karang, Salma, Karang

Magdalena, Karang Temingkar, Karang Berengkem Laut, Karang Lapan, dsb yang dinamakan oleh

penduduk lokal. Sedangkan Kecamatan Selat Nasik dengan Pulau Mendanau sebagai pulau utama,

terkenal pula dengan sebaran terumbu karang yang luas dan relatif banyak.

Seiring dengan aktivitas kapal isap pengeruk timah, ekosistem terumbu karang di sekitar Pulau Bangka

sebagian besar kini telah rusak. Sedangkan kondisi terumbu karang di Pulau Belitung secara umum

masih dalam keadaan baik. Kondisi terumbu karang di beberapa kawasan ini tidak hanya penting bagi

Page 17: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-17

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

daya tarik wisata, tetapi juga nelayan lokal sebab ekosistem terumbu karang menjadi habitat penting

dari hasil tangkapan utama.

D. Sumber Daya Padang Lamun

Salah satu sumber daya khas wilayah pesisir adalah lamun (seagrass). Lamun merupakan tumbuhan

berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan beradaptasi di perairan yang memiliki fluktuasi

salinitas tinggi. Lamun dapat membentuk suatu hamparan yang biasanya didominasi oleh jenis vegetasi

lamun tertentu. Hamparan vegetasi lamun yang menutupi area pesisir dikenal sebagai padang lamun

(seagrass bed). Padang lamun merupakan ekosistem perairan yang memiliki produktivitas hayati yang

tinggi. Fungsi lamun meliputi :

a) Sebagai stabilitas dan penahan sedimen, mengurangi dan memperlambat pergerakan arus

b) Sebagai daerah asuhan, pemijahan, daerah untuk mencari perlindungan berbagai biota laut sepert

ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dsb.

c) Sebagai penyokong ekosistem pesisir lainnya, seperti mangrove dan terumbu karang.

d) Sebagai penyerap CO2

Menurut Kiswara (2003, dalam Laporan RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012) di

perairan pesisir Kepulauan Bangka Belitung ditemukan 9 jenis lamun, yaitu enhalus accroides,

cymodoccea rotundata, c. serrulata, halodule uninervis, halophila ovalis, h. minor, syringodium isoetifolium,

thalassia hemprichii dan thalassodendron ciliatum. Di Pulau Lepar, ditemukan 5 jenis lamun, meliputi

enhalus acoroides, halophila minor, thalassia hemprichii, halodule uninervis, dan cymodocea rotundata.

thalassia hemprichii juga ditemukan di sepanjang pantai Dusun Biembang. Padang lamun ditemukan di

seluruh wilayah Bangka Belitung, kecuali di Pangkalpinang. Total luas padang lamun di tahun 2011

mencapai 4.589,92 ha. Sebaran lamun di Perairan Selat Bangka sangat terbatas dengan luas tutupan

mulai dari berupa kelompok kecil sampai dengan hanya 5%. Kedalaman tempat tumbuh lamun di

perairan ini 0,2-0,8 meter pada saat air surut. Perairan tempat lamun hidup memiliki kekeruhan yang

tinggi sehingga menjadi penghambat bagi pertumbuhan lamun.

Tabel 3.6 Luas Padang Lamun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011

No. Kabupaten/Kota Luas (ha)

1. Bangka 500

2. Belitung 3.657,15

3. Bangka Barat -

4. Bangka Tengah 36,97

5. Bangka Selatan 250

6. Belitung Timur 145,8

7. Pangkalpinang -

Total 4.589,92

Sumber : DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2011 dalam Laporan RZWP3K 2012

E. Sumber Daya Flora dan Fauna

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki ragam flora dan fauna cukup unik. Vegetasi yang umum

dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah dari suku Pandanaceae (pandan-pandanan) yang

Page 18: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-18

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

terdapat di hutan dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Vegetasi ini

mendominasi ekosistem hutan di sepanjang sungai hingga ke muara. Jenis lain yang cukup menarik

adalah belian (eusideroxylon zwageri) dari suku Lauraceae (medang-medangan). Dalam suatu kajian

mengenai keberadaan flora dan fauna di Pulau Bangka (Mellawati, dkk., 2011), ditemukan berbagai

spesies flora dan fauna yang sebagian termasuk daftar dilindungi dan terancam punah menurut UU

No. 5 Tahun 1990, diantaranya pohon gaharu (aquilaria malaccensis), ramin (gonystylus bancanus),

anggrek tebu (grammatophyllum speciosum), kukang (nycticebus coucang), rusa bawean (axis kuhlii), ikan

duyung (dugong dugon), penyu sisik (eretmochelys imbricata), buaya muara (crocodillus porosus), elang

laut (haliaeetus leucogaster), lumba-lumba, mentilin/monyet mini (tarsius bancanus), trenggiling (manis

javanica), hewan akar bahar (antiphates), biawak (varanus salvator), lutung (trachypithecus auratus),

burung hantu (otus angelinae), musang congkok (prionodon linsang), burung betet (psittacula alexandri),

burung beo (gracula religiosa) dan monyet (macaca tonkeana). Beberapa fauna yang ditemukan memiliki

kesamaan jenis dengan fauna di Kepulauan Riau dan Semenanjung Malaysia. Adapun fauna yang sangat

terkenal dan menjadi endemik di Pulau Bangka dan Belitung adalah Tarsius Bancanicus (Tarsius

Bangka). Saat ini Tarsius Bancanicus menjadi hewan yang dilindungi karena populasinya semakin

menipis akibat ekspansi hutan yang menjadi habitatnya banyak digunakan sebagai perkebunan sawit

dan pemukiman masyarakat.

3.5 PRASARANA UMUM SEBAGAI PENDUKUNG KEPARIWISATAAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A. Jalan

Kemudahan aksesibilitas melalui jalur darat ditentukan oleh dua faktor, yaitu kondisi jalan menuju dan

di kota/kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung serta ketersediaan transportasi umum yang dapat

menghubungkan masing-masing daya tarik wisata di dalam wilayah kabupaten/kota. Dari total panjang

jalan di Kepulauan Bangka Belitung, 509,49 km merupakan jalan negara dan 899,33 km merupakan

jalan provinsi. Secara umum, kondisi jalan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah baik, dari

perkotaan hingga pedesaan sudah terdapat jalan aspal. Berdasarkan kondisi jalan dengan status jalan

provinsi, 96,73% dalam keadaan sedang-baik, sedangkan 3,27% dalam keadaan rusak. Berikut tabel

yang menjabarkan kondisi jalan di Kepulauan Bangka Belitung.

Tabel 3.7 Panjang Jalan di Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Tahun 2014

Jenis Permukaan Dan

Kondisi Jalan

Jalan Negara

(Km)

Jalan Provinsi

(Km)

Jalan Provinsi

(Km)

Jenis permukaan

a) Aspal 509,59 899,33 1408,82

b) Kerikil 0 0 0

c) Tanah 0 0 0

Kondisi jalan

a) Baik 493,24 397,64 890,88

b) Sedang 15,95 472,24 488,19

c) Rusak 0,30 27,03 27,33

d) Rusak Berat - 2,42 2,42

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Page 19: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-19

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

B. Air Bersih

Ketersediaan air bersih memiliki arti penting di suatu daerah, termasuk dalam menunjang aktivitas

pariwisata di daerah tersebut. Tersedianya air bersih pun mempengaruhi kegiatan investasi yang

berlangsung di daerah tersebut. Investor akan berani menanamkan modal jika lingkungan yang

dimasuki memiliki ketersediaan air bersih guna kelangsungan operasional bisnis usahanya. Sumber air

bersih di Kepulauan Bangka Belitung difasilitasi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sumur

bor, dan sumur gali oleh masyarakat. Adapun untuk jumlah pelanggan PDAM masih didominasi oleh

penggunaan rumah tangga, sementara masih sedikit hotel yang kebutuhan akan air bersihnya dipenuhi

oleh PDAM, termasuk air minum.

Menurut Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, terdapat 92 hotel atau daya tarik wisata

yang menjadi pelanggan air minum di Kabupaten Belitung, 2 lainnya di Kabupaten Belitung Timur, dan

20 di Kota Pangkalpinang. Dalam hal ini, dibutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan

ketersediaan dan kualitas air bersih, termasuk air minum, di wilayah Kepulauan Bangka Belitung.

Sebab, perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung dari tahun ke tahun

semakin meningkat. Aktivitas pariwisata mustahil berjalan baik jika tidak didukung infrastruktur air

bersih ini.

C. Listrik

Ketersediaan listrik merupakan elemen yang penting dalam menentukan pertumbuhan pariwisata di

suatu daerah. Seiring dengan perkembangan aktivitas pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung,

tentunya dibutuhkan pasokan listrik yang memadai untuk menunjang hal tersebut. Dalam Kepulauan

Bangka Belitung Dalam Angka 2015, dinyatakan bahwa PLN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun

2014 mengelola kapasitas pembangkit listrik yang tersambung sebesar 455.781 KVA dengan daya

terpasang sebanyak 88.182 KW. Adapun jumlah pembangkit listrik yang ada adalah sebanyak 57 unit

dengan jumlah produksi listrik yang dihasilkan sebesar 802.349.667 KWH.

Sementara itu, pada tahun 2014, jumlah pelanggan listrik bertambah menjadi 298.971 pelanggan (naik

15,6%). Pengadaan listrik oleh PLN di pedesaan terbanyak ada di Kabupaten Bangka yaitu 70 desa

dengan 60.385 rumah tangga yang dilayani. Daya tersambung pada konsumen terbesar ada pada

rumah tangga yaitu sebesar 309.721 KVA (67,95%). Daya tersambung untuk usaha dan industri adalah

117.770 KVA atau 21,47% dari total daya tersambung di PLN.

Tabel 3.8 Jumlah Pelanggan PLN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014

Kabupaten/Kota Rumah

Tangga Industri

Instansi

Pemerintah

Sarana

Ibadah Perusahaan

Lain-

Lain Jumlah

Bangka 44.280 32 295 733 2.410 8 47.758

Bangka Barat 44.429 20 279 803 1.243 16 46.790

Bangka Tengah 15.179 1 199 249 1.488 2 17.118

Bangka Selatan 36.093 12 377 542 902 8 37.934

Belitung 69.627 67 856 1.378 5.413 77.360

Belitung Timur * * * * * * *

Pangkalpinang 104.791 83 664 1.492 5.049 26 112.105

Total 2014 314.399 215 2.670 5.197 16.505 79 339.065

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Page 20: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-20

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

D. Telekomunikasi

Prasarana umum pendukung pariwisata lainnya yang berperan penting dalam mendorong percepatan

arus informasi adalah jaringan telekomunikasi. Pelayanan telekomunikasi di Kepulauan Bangka Belitung

dipenuhi oleh PT. Telkom Tbk. Selain itu, untuk jaringan seluler terdapat tiga provider seluler di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, dan indosat, meskipun

jangkauannya masih terbatas, khususnya untuk melayani kebutuhan di pulau-pulau kecil. Berbagai

upaya ditempuh agar masyarakat di Bangka dan Belitung yang tersebar di banyak pulau dapat

menikmati layanan telekomunikasi selular sehingga diharapkan dapat mendorong kemajuan

perekonomian daerah. Ketersediaan jaringan seluler dan internet nirkabel turut meningkatkan

kenyamanan wisatawan selama berkunjung di Kepulauan Bangka Belitung karena dapat menjamin

keterhubungan dengan pihak lain. Jaringan internet pun turut mendukung penyebaran informasi dan

promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke luar daerah.

3.6 FASILITAS UMUM SEBAGAI PENDUKUNG KEPARIWISATAAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

3.6.1 Fasilitas Kesehatan

Keberadaan fasilitas kesehatan dengan kualitas pelayanan yang baik diperlukan dalam menjaga

kesehatan masyarakat di suatu daerah, termasuk bagi wisatawan yang datang berkunjung. Sebab,

sumber daya manusia yang sehat secara jasmani dan rohani menjadi modal dasar dalam

penyelenggaraan pembangunan daerah, tidak terkecuali dalam aktivitas kepariwisataan. Di setiap

kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah memiliki fasilitas rumah sakit, puskesmas

dan puskesmas pembantu yang melengkapi fasilitas kesehatan di daerah ini. Terdapat 16 unit rumah

sakit (RS) yang terbagi menjadi 8 RS umum pemerintah, 6 RS swasta, dan 2 RS jiwa. Di Kota

Pangkalpinang misalnya, terdapat RSUD Depati Hamzah sebagai salah satu RS pemerintah dan RS.

Bhakti Timah sebagai RS swasta. Puskesmas pun sudah menjangkau kecamatan, namun tenaga medis

yang tersedia masih kurang jumlahnya. Sebaran fasilitas kesehatan yang terdapat di Kepulauan Bangka

Belitung dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 3.9 Sebaran Fasilitas Kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014

Kabupaten

Rumah Sakit

Puskesmas Puskesmas

Pembantu Apotek

Pedagang

Besar

Farmasi RS

Pemerintah

RS

Swasta

RS

Khusus

Bangka 2 2 1 12 33 35 1

Bangka Barat 1 - - 8 19 8 -

Bangka Tengah 1 - - 8 18 15 1

Bangka Selatan 1 - - 9 29 10 -

Belitung 1 1 - 9 33 14 1

Belitung Timur 1 - - 6 18 10 -

Pangkal Pinang 1 3 1 9 19 60 14

Total 2014 8 6 2 61 169 152 17

2013 8 6 1 60 157 134 15

2012 7 5 1 59 169 122 14

2011 7 5 1 58 160 105 14

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Page 21: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-21

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

3.6.2 Fasilitas Keuangan

Ketersediaan fasilitas keuangan merupakan faktor yang turut mempengaruhi kepuasan wisatawan

ketika berkunjung ke suatu destinasi pariwisata, misalnya dalam mempermudah wisatawan melakukan

transaksi perbankan. Fasilitas keuangan yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung adalah Bank

Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Swasta, dan Bank Perkreditan Rakyat.

Perkembangan fasilitas keuangan di wilayah kabupaten/kota yang tersebar di Kepulauan Bangka

Belitung ada yang mengalami kenaikan seperti wilayah Bangka, akan tetapi untuk wilayah Belitung dan

Pangkalpinang mengalami penurunan dalam jumlah fasilitas keuangannya, hal tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10 Jumlah Bank Pemerintah, Swasta, dan Bank Unit Desa Tahun 2014

Jenis Bangka *) Belitung**) Pangkalpinang Jumlah

Bank Pemerintah & BPD

1. Kantor Cabang

2. Kantor Cabang Pembantu

3. Kantor Unit Desa

4. Kantor Kas

5. Kas Mobil

6. Loket Pelayanan

5

15

24

13

7

2

4

3

9

6

2

4

5

2

12

12

4

3

14

20

45

31

13

9

Bank Swasta

1. Kantor Cabang

2. Kantor Cabang Pembantu

3. Kantor Kas

4. Kas Mobil

-

20

1

-

-

8

1

1

12

6

1

1

12

34

3

2

Bank Perkreditan Rakyat

1. Kantor Pusat

2. Kantor Cabang

1

6

0

3

3

1

4

10

Total 2014 94 41 62 197

2013 83 35 35 153

2012 60 37 68 165

2011 42 29 57 128

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Catatan : *) termasuk Bangka Barat, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan

**) termasuk Belitung Timur

3.6.3 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan di Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh fasilitas peribadatan umat Islam,

khususnya masjid. Hal ini dikarenakan penduduk asli daerah Bangka Belitung adalah Suku Melayu yang

mayoritas beragama Islam. Fasilitas peribadatan lainnya seperti gereja, vihara, dan pura juga tersedia di

wilayah kabupaten/kota, namun jumlahnya masih terbatas. Berdasarkan tabel di bawah ini, terdapat

807 masjid, 509 mushola, 163 langgar, 162 gereja protestan, 29 gereja katolik, 62 vihara, dan 11 pura

yang tersebar di setiap kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tabel 3.11 Sebaran Fasilitas Peribadatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014

Kabupaten Islam Protestan Katholik

Pura Vihara Masjid Langgar Mushola Gereja Gereja

Bangka 143 82 111 47 6 0 12

Bangka Barat 139 4 43 24 2 0 5

Page 22: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-22

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Kabupaten Islam Protestan Katholik

Pura Vihara Masjid Langgar Mushola Gereja Gereja

Bangka Tengah 92 37 79 20 8 0 13

Bangka Selatan 123 40 59 12 6 6 1

Belitung 127 0 112 10 1 4 8

Belitung Timur 89 0 37 8 3 0 13

Pangkal Pinang 94 0 68 29 3 1 10

Total 2014 807 163 509 150 29 11 62

2012 807 163 509 162 30 10 63

2011 722 120 445 161 31 11 63

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

3.7 Kondisi Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Berdasarkan Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, pertumbuhan ekonomi Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 melambat dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2013 dengan migas 5,22% dan tanpa migas 5,23%. Sementara di tahun 2014,

pertumbuhan ekonomi dengan migas 4,68% dan 4,67% tanpa migas. Adapun struktur perekonomian

merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh program dari kebijakan dan sasaran

yang telah ditetapkan berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Struktur perekonomian juga

melihat kekuatan ekonomi dari suatu wilayah dan sektor apa yang menjadi tiang kekuatan ekonomi

suatu daerah. Menurut System of National Account (SNA) yang diterbitkan oleh United Nation, secara

makro perekonomian suatu wilayah menurut lapangan usaha terdiri dari 3 (tiga) sektor utama, yaitu :

a) Sektor primer, sektor yang tidak mengolah bahan baku hanya memanfaatkan sumber-sumber alam,

mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan sektor penggalian;

b) Sektor sekunder, mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air, serta sektor

bangunan;

c) Sektor tersier, mencakup sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dam

komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun oleh 17 (tujuh belas) lapangan

usaha, yaitu a) pertanian, kehutanan, dan perikanan; b) pertambangan dan penggalian; c) industri

pengolahan; d) pengadaan listrik dan gas; e) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur

ulang; f) konstruksi; g) perdagangan besar dan eceran; h) transportasi dan pergudangan; i) penyediaan

akomodasi dan makan minum; j) informasi dan komunikasi; k) jasa keuangan dan asuransi; l) Real

estate; m) jasa perusahaan; n) administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib; o) jasa

pendidikan; p) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan q) jasa lainnya. Berdasarkan data kontribusi ke-

tujuh belas lapangan usaha terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010 – 2014,

terdapat empat sektor utama penyumbang pendapatan daerah terbesar, yaitu 1) industri

pengolahan, 2) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 3) pertambangan dan penggalian,

dan 4) perdagangan besar dan eceran. Kontribusi masing-masing sektor tersebut pada tahun

2014 adalah sebesar 23,27%, 18,69%, 14,38%, serta 13,82% menurut harga konstan atau 22,86%,

19,22%, 13,51%, serta 13,42% menurut harga berlaku. Adapun kontribusi pariwisata, terutama dalam

penyediaan fasilitas akomodasi dan restoran terhadap PDRB tahun 2014 atas dasar harga konstan

sebesar 2,27%, sedangkan atas dasar harga berlaku sebesar 2,34%. Data selengkapnya tersaji dalam

Tabel 3.12 dan Tabel 3.13.

Page 23: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-23

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Tabel 3.12 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014

LAPANGAN USAHA

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 6.097.691 17,15 6.642.800 17,47 7.072.887 17,64 7.557.863 17,91 8.256.151 18,69

Pertambangan & Penggalian 6.077.439 17,09 6.263.560 16,48 6.270.079 15,63 6.230.132 14,76 6.352.555 14,38

Industri Pengolahan 9.174.668 25,80 9.515.757 25,03 9.804.878 24,45 10.147.361 24,05 10.280.893 23,27

Pengadaan Listrik & Gas 24.117 0,07 27.304 0,07 30.087 0,08 31.571 0,07 34.271 0,08

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, & Daur Ulang 6.160 0,02 6.461 0,02 7.022 0,02 7.316 0,02 7.678 0,02

Konstruksi 2.531.855 7,12 2.758.267 7,26 3.133.802 7,81 3.414.740 8,09 3.552.205 8,04

Perdagangan Besar & Eceran 4.720.707 13,27 5.162.127 13,58 5.528.137 13,78 5.845.425 13,85 6.104.737 13,82

Transportasi & Pergudangan 1.161.976 3,27 1.272.729 3,35 1.384.756 3,45 1.484.921 3,52 1.573.245 3,56

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 742.772 2,09 808.357 2,13 870.984 2,17 931.153 2,21 1.000.754 2,27

Informasi & Komunikasi 578.288 1,63 625.202 1,64 679.225 1,69 740.153 1,75 790.872 1,79

Jasa Keuangan & Asuransi 499.641 1,40 581.499 1,53 624.228 1,56 731.241 1,73 771.101 1,75

Real Estat 987.085 2,78 1.098.404 2,89 1.215.662 3,03 1.312.637 3,11 1.413.993 3,20

Jasa Perusahaan 85.435 0,24 93.877 0,25 101.223 0,25 108.110 0,26 115.692 0,26

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, & Jaminan Sosial Wajib 1.597.081 4,49 1.778.004 4,68 1.873.016 4,67 2.014.417 4,77 2.162.117 4,89

Jasa Pendidikan 706.120 1,99 755.509 1,99 821.706 2,05 904.907 2,14 969.893 2,20

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 360.425 1,01 397.499 1,05 442.949 1,10 475.323 1,13 503.757 1,14

Jasa Lainnya 210.443 0,59 226.453 0,60 244.264 0,61 260.965 0,62 281.710 0,64

PDRB dengan Migas 35.561.904 100 38.013.990 100 40.104.906 100 42.198.234 100 44.171.625 100

Sumber: Diolah dari Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015

Page 24: BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN …Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni bangsa Melayu yang kini mendominasi

3-24

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025

Tabel 3.13 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014

LAPANGAN USAHA

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Jumlah

(juta Rp) %

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 6.097.691 17,15 7.070.641 17,31 8.111.873 17,87 9.269.820 18,39 10.836.998 19,22

Pertambangan & Penggalian 6.077.439 17,09 6.810.151 16,67 6.975.347 15,36 7.097.519 14,08 7.620.762 13,51

Industri Pengolahan 9.174.668 25,80 10.321.935 25,27 11.043.826 24,33 12.093.054 24,00 12.890.075 22,86

Pengadaan Listrik & Gas 24.117 0,07 26.151 0,06 27.089 0,06 27.368 0,05 40.961 0,07

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, & Daur Ulang 6.160 0,02 7.296 0,02 8.155 0,02 9.149 0,02 10.371 0,02

Konstruksi 2.531.855 7,12 2.927.077 7,17 3.523.145 7,76 4.139.267 8,21 4.712.123 8,36

Perdagangan Besar & Eceran 4.720.707 13,27 5.477.835 13,41 6.193.487 13,64 6.670.327 13,24 7.570.023 13,42

Transportasi & Pergudangan 1.161.976 3,27 1.349.922 3,30 1.577.156 3,47 1.864.720 3,70 2.128.766 3,78

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 742.772 2,09 852.232 2,09 992.568 2,19 1.152.328 2,29 1.321.691 2,34

Informasi & Komunikasi 578.288 1,63 634.381 1,55 708.586 1,56 770.240 1,53 849.135 1,51

Jasa Keuangan & Asuransi 499.641 1,40 615.803 1,51 728.770 1,61 902.450 1,79 1.004.182 1,78

Real Estat 987.085 2,78 1.178.229 2,88 1.388.288 3,06 1.602.870 3,18 1.836.553 3,26

Jasa Perusahaan 85.435 0,24 99.908 0,24 116.138 0,26 134.448 0,27 153.990 0,27

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, & Jaminan Sosial

Wajib 1.597.081 4,49 1.993.797 4,88 2.243.456 4,94 2.618.023 5,20 3.042.905 5,40

Jasa Pendidikan 706.120 1,99 823.969 2,02 997.994 2,20 1.173.739 2,33 1.369.797 2,43

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 360.425 1,01 417.347 1,02 487.637 1,07 552.657 1,10 629.863 1,12

Jasa Lainnya 210.443 0,59 242.367 0,59 276.713 0,61 315.929 0,63 371.658 0,66

PDRB dengan Migas 35.561.904 100 40.849.043 100 45.400.228 100 50.393.906 100 56.389.853 100

Sumber: Diolah dari Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015