bab iii kondisi umum wilayah provinsi kepulauan …orang laut yang menyebar di pulau-pulau. mereka...
TRANSCRIPT
3-1
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
3.1 KONDISI FISIK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi hasil pemekaran Sumatra Selatan berdasarkan UU
No. 27 Tahun 2000. Daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, yaitu timah. Namun, tidak
hanya terkenal sebagai produsen timah dunia, wilayah dengan karakteristik kepulauan ini juga
menyimpan kekayaan budaya, sejarah, dan hasil bumi lainnya, seperti lada putih, kaolin, batu granit,
dan sebagainya. Subbab ini mendeskripsikan kondisi fisik yang meliputi aspek geografis, administrasi,
bentang alam dan topografi, klimatologi, serta kebencanaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3.1.1 Letak Geografis
Secara geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ BT dan
0°50’ sampai 4°10’ LS. Total luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 81.725 km2,
dengan luas daratan ± 16.424,23 km2 atau 20,1 % dari total wilayah dan luas laut ± 65.301 km2 atau
79,9% dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar, yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Luas Pulau
Bangka lebih besar dari Pulau Belitung, yaitu 11.623,54 km2, sedangkan Pulau Belitung 4.800,69 km2.
Dua pulau tersebut dikelilingi oleh ± 948 pulau-pulau kecil di sekitarnya yang terbentang dari perairan
Selat Bangka hingga Laut Natuna. Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka,
sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Berikut Tabel 3.1 yang
menjelaskan luas wilayah tiap kabupaten/kota disertai jumlah kecamatan, kelurahan, dan desa.
Tabel 3.1 Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
No. Kabupaten/
Kota Ibukota
Luas
Wilayah
(km2)
% Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
1. Bangka Sungailiat 2.950,69 17,97 8 15 62
2. Belitung Tanjung Pandan 2.293,69 13,97 5 7 42
3. Bangka Barat Muntok 2.820,61 17,17 6 4 60
4. Bangka Tengah Koba 2.126,36 12,95 6 7 56
5. Bangka Selatan Toboali 3.607,08 21,96 8 3 50
6. Belitung Timur Manggar 2.507,00 15,26 7 0 39
7. Pangkalpinang Pangkalpinang 118,80 0,72 7 42 0
Total 16.424,23 100,00 47 78 309
Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
BAB III – KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
3-2
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Sumber : RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014-2034
Gambar 3.1 Peta Orientasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-3
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Provinsi yang dikenal dengan bongkahan granit tersebut dapat dijangkau dengan transportasi udara
dari ibukota Negara, DKI Jakarta, selama ± 1 (satu) jam perjalanan. Sedangkan dari daratan Sumatra,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dijangkau, baik dengan transportasi udara dari Palembang,
Sumatra Selatan, menuju Pangkalpinang selama ± 40 menit atau 3 jam jalur laut dengan menggunakan
kapal ferry dari Palembang menuju Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Letaknya yang strategis ini
diharapkan mampu memicu kunjungan wisatawan dari luar provinsi. Selain itu, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung berada pada posisi poros tengah jalur lalu lintas Pulau Sumatra dan Selat Karimata
yang merupakan jalur pelayaran internasional. Letak Kabupaten Belitung Timur khususnya, yang
berada di Selat Karimata, menjadi suatu keunggulan karena dilalui oleh jalur Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) I.
Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan, bahwa wilayah Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). Salah satu alur laut tersebut melalui Selat Karimata yang merupakan
bagian dari ALKI I. Selat Karimata merupakan wilayah perairan yang memiliki peran penting dalam
interaksi dan lalu lintas kapal, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Posisi ini menguntungkan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dari segala aspek, baik politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, maupun
pertahanan. Peluang ini perlu dimanfaatkan secara optimal oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam memainkan peran strategis di tataran nasional maupun regional, khususnya dalam rangka
pembangunan kepariwisataan.
Sumber : PP No. 37 Tahun 2002
Gambar 3.2 Peta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
3.1.2 Bentang Alam dan Topografi
Topografi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya relatif datar. Sebagian besar
terdiri dari dataran rendah, lembah dan sebagian kecil perbukitan dan pegunungan. Ketinggian dataran
3-4
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Adapun titik tertinggi di Pulau Bangka
adalah Gunung Maras (± 699 meter), sedangkan titik tertinggi di Pulau Belitung adalah Gunung Tajam
(± 445 meter). Untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing, ketinggiannya mencapai ± 445
meter dan Bukit Mangkol dengan ketinggian ± 395 meter di atas permukaan laut. Pada bagian wilayah
Kabupaten Bangka Barat yang menghadap ke Laut Natuna cenderung lebih curam, seperti di bagian
utara Kecamatan Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, dan di barat hingga utara Kecamatan Jebus
yang ditandai oleh lebih dekatnya garis kontur 25 meter ke pesisir. Sedangkan topografi pada bagian
wilayah yang menghadap ke Selat Bangka dan Teluk Kelabat cenderung lebih datar.
Sementara itu, daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran
Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut
tidak lebih dari 30 meter. Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis
perairan yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar
Pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan Pulau Bangka. Sedangkan perairan semi
tertutup terdapat di Selat Bangka dan Teluk Kelabat di Pulau Bangka bagian utara. Sementara itu,
perairan di Pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka. Perairan laut Belitung cukup subur
karena merupakan daerah atol (terumbu karang) dan tempat bertemunya arus sehingga perairannya
dihuni plankton yang menjadi makanan ikan dan biota air lainnya.
Disamping sebagai daerah perairan laut, Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki banyak sungai
seperti Sungai Baturusa, Sungai Buluh, Sungai Kotawaringin, Sungai Kampa, Sungai Layang, Sungai
Manise dan Sungai Kurau di Pulau Bangka. Sungai-sungai tersebut umumnya berhulu di daerah
perbukitan dan pegunungan serta bermuara di laut. Sedangkan di Pulau Belitung terdapat Sungai
Cerucuk, Sungai Buding, Sungai Lenggang dan Sungai Sembulu. Sungai terpanjang di Pulau Bangka
adalah Sungai Layang (32.500 meter) dan Sungai Batu Rusa (31.250 meter) di Kecamatan Merawang,
Kabupaten Bangka. Di saat musim penghujan, air sungai meluap dan tidak jarang menimbulkan
genangan di beberapa ruas jalan. Namun ketika musim kemarau, seperti di daerah lain pada
umumnya, sungai dilanda kekeringan. Selain itu, sebagian besar kualitas air sungai di Kepulauan Bangka
Belitung sudah tercemar, selain karena limbah sampah rumah tangga dan industri, khususnya aktivitas
penambangan timah. Pencemaran sungai ini juga memiliki dampak lanjutan kepada pencemaran
perairan pesisir sebagai tempat sungai tersebut bermuara dan tentu berimplikasi pada kehidupan
biota laut.
3.1.3 Klimatologi
Berdasarkan Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung beriklim tropis dan dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering.
Sepanjang tahun 2014, bulan kering hanya terjadi selama 9 (sembilan) bulan yaitu bulan Februari,
Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November yang ditandai dengan curah hujan
di bawah 200 mm. Sedangkan bulan basah hanya terjadi pada bulan Januari, April, dan Desember
dengan curah hujan 225 hingga 312,5 mm.
Sementara itu, pada tahun 2014, kelembaban udara di Kota Pangkalpinang rata-rata 79,83% dengan
kelembaban udara rata-rata tertinggi pada bulan Desember mencapai 87% dan terendah pada bulan
September sebesar 70%. Temperatur udara rata-rata tahun 2014 sebesar 27,15°C dengan
3-5
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
temperatur udara rata-rata tertinggi pada bulan September dan Oktober sebesar 32,6°C dan
terendah pada bulan Januari sebesar 23,1°C.
225
62,5 75
312,5
162,5
100
137,5125
0
37,5
137,5
300
0
50
100
150
200
250
300
350
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, dalam KBBDA 2015
Gambar 3.3 Curah Hujan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (mm) Tahun 2014
3.1.4 Pola Penggunaan Lahan
Kondisi tanah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum memiliki PH atau reaksi tanah
yang asam, rata-rata dibawah 5, namun memiliki kandungan aluminium yang tinggi. Di dalamnya
mengandung banyak mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah
liat, dan sebagainya. Jenis tanah yang dominan dijumpai adalah podsolik dan litosol yang terdapat di
daerah perbukitan dan pegunungan. Jenis tanah podsolik telah banyak dikembangkan untuk
pertambangan, perkebunan, dan pertanian lahan kering. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, gleisol,
ornagosol, dan regosol. Tanah aluvial dan gleisol ini umumnya dikembangkan untuk budidaya
pertanian lahan basah.
Adapun penggunaan lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh hutan negara,
perkebunan, tegalan, dan permukiman. Namun, lahan yang tidak termanfaatkan juga cukup luas, yaitu
mencapai 112.019 ha. Dari seluruh luas lahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 69% digunakan
untuk pertanian tegal/kebun/ladang/huma; tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu,
perkebunan negara/swasta dan lahan sawah. Sisanya merupakan bangunan, pekarangan, padang
rumput, dan lahan yang sementara tidak diusahakan. Selain itu, sebagian besar lahan pertanian dan
perkebunan sudah beralih fungsi menjadi tambang timah. Kualitas tanah pun sudah menurun
dikarenakan aktivitas penambangan timah tersebut.
3.1.5 Kebencanaan
Dilihat dari letak geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pulau yang tidak termasuk
di dalam wilayah pergerakan lempeng atau rawan terhadap gempa. Berdasarkan peta sebaran gunung
berapi di Indonesia, wilayah ini tidak memiliki gunung berapi di seluruh wilayahnya. Potensi bencana
yang dapat terjadi di wilayah Bangka Belitung berkaitan dengan bentuk wilayah yang memiliki luasan
wilayah pantai yang cukup tinggi dan memiliki pulau-pulau kecil, sehingga potensi erosi dan abrasi
dapat terjadi di beberapa bagian wilayah yang memiliki pola arus dan gelombang yang tinggi, seperti
yang kerap terjadi di selatan Kabupaten Belitung.
3-6
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Bencana gelombang pasang dan banjir pun kerap terjadi karena pasang-surut dan diakibatkan oleh
faktor-faktor lain seperti gelombang yang ditimbulkan dari jarak jauh dan badai tropis yang
merupakan fenomena di wilayah pesisir dan laut. Banjir juga diakibatkan oleh pengalihan fungsi lahan
hutan lindung di hulu sungai untuk pemanfaatan ruang lainnya. Selain itu, potensi bencana lainnya yang
pernah terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah kebakaran. Namun pada dasarnya, setiap
kabupaten/kota memiliki indeks risiko bencana yang berbeda-beda. Risiko bencana merupakan
penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila bahaya itu menjadi bencana. Kota
Pangkalpinang misalnya, menjadi wilayah yang memiliki skor indeks risiko bencana yang rendah
dibanding kabupaten lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan Kabupaten Bangka Selatan
menjadi kabupaten dengan indeks risiko bencana tertinggi. Berikut tingkat risiko bencana antar
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel 3.2 Indeks Risiko Bencana Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No. Kabupaten/Kota Skor Kelas Risiko
1. Bangka 168 Tinggi
2. Belitung 168 Tinggi
3. Bangka Barat 180 Tinggi
4. Bangka Tengah 144 Tinggi
5. Bangka Selatan 180 Tinggi
6. Belitung Timur 168 Tinggi
7. Pangkalpinang 120 Sedang
Sumber : Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) BNPB Tahun 2013
3.2 SEJARAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SEBAGAI POTENSI PARIWISATA
Tidak mudah merunut sejarah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan dua wilayah
terpisah, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Sebab, kedua wilayah ini memiliki perjalanan yang
panjang dan berbeda hingga akhirnya bergabung menjadi satu provinsi. Dalam buku Bangka Belitung
Sepanjang Masa, Direktori Wisata Sejarah Kepulauan Bangka Belitung (Dishubpar Provinsi Bangka
Belitung, 2004), secara singkat dijelaskan bahwa selama berabad-abad, Bangka Belitung dihuni oleh
Orang Laut yang menyebar di pulau-pulau. Mereka terdesak oleh suku bangsa yang lebih maju, yakni
bangsa Melayu yang kini mendominasi sebagian besar wilayah Bangka Belitung. Dalam buku Perang
Bangka, Elvian (2012, dalam Heidhues, 1992) menyatakan bahwa pada tahun 1803, J. Van Den
Bogaart, seorang pegawai Pemerintah Kolonial Belanda mengunjungi Pulau Bangka dan menyimpulkan
terdapat empat ethnic group yang mendiami Pulau Bangka, yaitu orang Cina, orang Melayu, Hill People
atau Orang Gunung/Orang Darat, dan Sea Dwellers atau Orang Laut. Orang Darat dan Orang Laut ini
diduga berasal dari gelombang kedua penyebaran bangsa Austronesia yang disebut bangsa Deutro
Melayu. Bangsa ini menyebar ke Asia Tenggara pada zaman logam kira-kira tahun 1500 SM. Bangsa
Deutro Melayu memiliki peradaban yang maju seperti pengetahuan tentang astronomi, pelayaran, dan
teknologi bercocok tanam.
Pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, Bangka Belitung memiliki peranan penting dan posisi
strategis dalam memakmurkan perekonomian Kerajaan Sriwijaya hingga berakhirnya di tahun 1277.
Kemudian, sejak 1293-1520, Bangka Belitung berada di bawah kekuasaan Majapahit hingga masuknya
3-7
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Islam di Indonesia. Sejak timah ditemukan pertama kali sekitar abad 17 (terdapat tiga data tahun
penemuan timah di Bangka, yaitu 1709, 1710, dan 1711), Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda
atau VOC masuk ke Pulau Bangka. Hal ini meningkatkan perdagangan timah di Asia Timur dan Asia
Tenggara serta membangkitkan perhatian VOC terhadap Bangka meskipun tidak mudah untuk
memonopoli perdagangan tersebut (Heidhues, 2008). Maka, mulailah didatangkan pekerja Cina dari
Siam, Malaka, dan Malaysia yang dijadikan kuli kontrak oleh Belanda. Kedatangan mereka membuat
perubahan besar dalam struktur sosial budaya di Bangka Belitung. Mereka mengajak sanak saudara
untuk menetap hingga meninggalkan keturunan yang tersebar hampir di seluruh pelosok wilayah
Bangka Belitung. Pada masa kolonial Belanda ini juga, terjadi perlawanan yang dilakukan oleh Depati
Barin dan dilanjutkan oleh puteranya, Depati Amir, yang berakhir dengan pengasingan ke Kota
Kupang, Nusa Tenggara Timur, oleh Pemerintahan Belanda.
Setelah perjanjian Kapitulasi Tuntang, perjanjian penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris atas
seluruh Jawa beserta pangkalan-pangkalan VOC yang berada di Madura, Palembang, Makasar, pada 18
September 1811, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris dan kemudian dilaksanakan serah
terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada 10 Desember 1816. Selama
Belanda menjajah, terdapat tiga perusahaan Belanda yang mempelopori penambangan Timah di
wilayah Bangka Belitung, yaitu : Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW), Gemeenschaappelijke Mijnbouw
Maatschaappij Billiton (GMB), dan Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SISTEM). Kemudian pada tahun
1953 – 1958, ketiga perusahaan Belanda tersebut dilebur menjadi tiga perusahaan negara terpisah
yaitu BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung, dan
SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep. Di masa agresi militer Belanda ke-2, yaitu tahun 1949,
beberapa pemimpin Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta, Mr. Ali Sastroamijojo, Mr Muh.
Room, dan H. Agus Salim, sempat diasingkan ke Muntok, Bangka Barat, tepatnya di puncak Gunung
Menumbing.
Pada tahun 1956, tuntutan untuk menjadi Provinsi Bangka Belitung mulai bergulir hingga disusunnya
draf UU pembentukan provinsi pada 4 Mei 1970 oleh Presidium Perjuangan Provinsi Bangka Belitung
kepada DPR-GR. Namun, pembahasan mengenai isu ini terhenti hingga masa Pemerintahan Orde
Baru. Tekad kembali digulirkan setelah 30 tahun dengan dibentuk kembali Presidium Perjuangan
Pembentukan Provinsi Bangka Belitung pada 23 Januari 2000. Setelah melalui perjuangan panjang,
wilayah yang dibangun dengan meletakkan dasar-dasar nilai budaya Melayu ini secara administratif
resmi menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 4 Desember 2000 sebagai Provinsi ke-31 di
Indonesia.
3.3 KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
3.3.1 Jumlah, Kepadatan, dan Komposisi Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hasil proyeksi penduduk pada tahun 2014
sebesar 1.343.881 jiwa, naik dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 1.315.123 jiwa. Populasi
penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Bangka, yaitu 304.485 jiwa. Adapun laju pertumbuhan
penduduk selama tahun 2013-2014 sebesar 2,19%, turun dari tahun sebelumnya, yaitu 2,22%.
Sementara itu, total penduduk antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk
laki-laki pada tahun 2014 sebanyak 697.897 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 645.984 jiwa.
3-8
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Rasio jenis kelamin sebesar 108, artinya pada tahun 2014 untuk setiap 208 penduduk di Kepulauan
Bangka Belitung terdapat 100 penduduk perempuan dan 108 penduduk laki-laki.
145862 158623
82589 88682
92212 100183
84336 92882
91188 98304
56123 60903
93674 98320
Bangka
Belitung
Bangka Barat
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Belitung Timur
Pangkalpinang
Perempuan
Laki-laki
Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
Gambar 3.4 Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin 2014
Adapun tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 mencapai 82
orang per km2. Apabila dilihat menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi
memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 1.616 orang per km2, sedangkan Kabupaten
Belitung Timur memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 47 orang per km2.
Tabel 3.3 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
No. Kabupaten/Kota Luas
Daerah
Kepadatan Penduduk
Per Desa Per km2
1. Bangka 2.950,69 3.954 103
2. Belitung 2.293,69 3.495 75
3. Bangka Barat 2.820,61 3.006 68
4. Bangka Tengah 2.126,36 2.813 83
5. Bangka Selatan 3.607,08 3.575 53
6. Belitung Timur 2.507,00 3.001 47
7. Pangkalpinang 118,80 4.571 1.616
Total 2014 16.424,14 3.473 82
2013 16.424,14 3.452 80
2012 16.424,14 3.407 79
2011 16.424,14 3.438 77
Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
Sementara itu, komposisi penduduk di suatu daerah berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja
sumber daya manusia yang ada. Semakin banyak penduduk di kategori kelompok usia muda dan
produktif, maka peluang terhadap peningkatan perekonomian lebih besar. Berdasarkan hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2014, jumlah penduduk di Kepulauan Bangka Belitung pada usia
15 tahun ke atas atau termasuk Penduduk Usia Kerja yang bekerja aktif secara ekonomi pada tahun
2014 sebanyak ± 636.954 jiwa. Dari Tabel 3.4 di bawah ini, terlihat bahwa komposisi penduduk
terbanyak adalah usia anak-anak (0-14 tahun), kemudian disusul usia 30–44 tahun, dan 15–29 tahun
yang merupakan usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang masuk dalam
3-9
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
kategori muda ini menjadi potensi bagi sumber daya manusia, khususnya pada sektor pariwisata di
masa depan.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan Kabupaten Kota dan Kelompok Umur
No. Kabupaten/Kota Kelompok Umur
0-14 15-29 30-44 45 - 59 60-75 +
1. Bangka 44.002 39.005 33.486 21.322 10.184
2. Belitung 23.303 20.655 20.599 12.386 6.668
3. Bangka Barat 28.861 25.635 20.944 12.198 5.717
4. Bangka Tengah 27.002 24.551 18.945 10.693 4.668
5. Bangka Selatan 28.995 26.195 21.591 10.796 4.894
6. Belitung Timur 15.708 13.573 14.256 8.594 4.702
7. Pangkalpinang 25.723 26.663 21.872 14.314 6.437
Total 189.327 176.277 151.693 90.303 43.270
Sumber : Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3.3.2 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
A. Mata Pencaharian
Corak kehidupan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat terlihat dari sumber
penghidupannya. Mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat adalah bertani, nelayan,
buruh/karyawan tambang, karyawan perkebunan kelapa sawit dan berdagang. Lahan di Pulau Bangka
misalnya, sesuai untuk tanaman perkebunan seperti karet, sahang (lada), kelapa, dan kelapa sawit, yang
sebagian besar hasilnya diperdagangkan ke luar daerah atau bahkan mancanegara. Selain di bidang
pertanian, masyarakat Bangka juga bekerja sebagai buruh atau karyawan tambang timah. Penggalian
timah terdapat di hampir tiap wilayah terutama di Pulau Bangka, di seluruh daratan pulau hingga di
perairan lepas pantai, sehingga pekerjaan sebagai buruh bukan menjadi pekerjaan yang dilakukan oleh
masyarakat kota, namun juga dilakukan oleh penduduk di desa, termasuk di pesisir. Akan tetapi, sejak
adanya reorganisasi PT. Timah, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh timah menjadi
berkurang.
Disamping itu, kayanya perairan Kepulauan Bangka Belitung dengan berbagai jenis ikan selalu menarik
kaum nelayan dari daerah lain, misalnya kaum nelayan suku Bugis. Mulanya, mereka hanya sekadar
datang ketika waktu panen ikan, namun kemudian menetap dan membaur dengan masyarakat serta
membuat perkampungan sendiri. Usaha berdagang pun pada umumnya dilakukan oleh masyarakat
Bangka Belitung keturunan Cina, tidak hanya di kota, namun juga ke pelosok desa.
B. Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Mayoritas penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan suku Melayu. Pada awalnya, Pulau Bangka
hanya dihuni oleh sekelompok penduduk asli pedalaman yang dikenal sebagai suku Lom dan suku
Sekak. Kemudian pada abad 18, Pulau Bangka dimasuki oleh para pendatang Melayu yang diduga
datang dari wilayah Malaka dan Riau. Masyarakat pendatang ini kemudian berbaur dan terbentuklah
masyarakat yang disebut sebagai suku Melayu Bangka seperti saat ini. Selain penduduk asli Melayu, di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat berbagai suku bangsa yang kemudian membaur dengan
penduduk asli. Selain masyarakat dari suku Bugis, suku Madura, suku Buton, juga terdapat suku Jawa,
3-10
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Bali, daratan Sumatera (seperti Batak, Aceh, Palembang, Padang), Ambon dan sebagainya. Wilayah ini
pun dihuni oleh masyarakat keturunan etnis Cina/Tionghoa. Mayoritas penduduk Kepulauan Bangka
Belitung merupakan penganut agama Islam. Islam di wilayah ini telah berkembang sejak beberapa abad
terakhir karena dibawa oleh pendatang suku Melayu dari Malaka. Selebihnya, terdapat penganut
agama Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu yang sebagian besar merupakan
pendatang maupun keturunan Cina. Meskipun berbeda keyakinan, antarmasyarakat tetap saling
menghormati, menjaga keharmonisan, dan kerukunan antar umat beragama.
Dari segi bahasa, sehari-hari masyarakat Kepulauan Bangka Belitung menggunakan Bahasa Melayu,
meskipun pada acara formal bahasa Indonesia tetap digunakan. Bangka dan bahasa Melayu Belitong
yang mirip dan kemudian dikelompokkan ke dalam rumpun bahasa Melayu. Selain itu, para masyarakat
etnis Tionghoa menggunakan bahasa Tionghoa. Keterbukaan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
terhadap pendatang telah menjadikan wilayah ini bercorak heterogen. Dalam kemajemukan tersebut,
semua suku dan etnis berbaur dengan harmonis, terutama dalam aktivitas sosial kemasyarakatan.
Bahkan tidak jarang terjadi pembauran dalam bentuk ikatan perkawinan sehingga terjadi interaksi yang
erat dalam hubungan kekeluargaan. Wilayah Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu ilustrasi
dari konsep melting pot, yaitu keadaan dimana terjadinya peleburan berbagai ras, budaya, etnis, dan
agama di dalam suatu daerah, berasimilisi (berbaur), dan membawa kepada satu asas tertentu sehingga
menimbulkan sebuah persatuan multietnis yang berkembang.
C. Tradisi Masyarakat
Selain dikenal dengan pantai yang menawan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pun memiliki
keragaman budaya. Dari budaya lokal hingga budaya ‘impor’ yang dibawa oleh para pendatang.
Keragaman budaya inilah yang menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi yang dikelilingi lautan ini seumpama surga-surga bagi para
nelayan. Karena itu, sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan. Dalam perkembangannya, latar
belakang tersebut turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung telah bergeser, kebudayaan lokal yang mengandung unsur
nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Secara garis besar, ragam
budaya dan tradisi masyarakat yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dikategorikan
sebagai berikut.
1. Tradisi Suku Melayu Kepulauan Bangka Belitung
a) Tradisi Sepintu Sedulang/Nganggung
Kata sepintu sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yang
bermakna adanya persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan
penduduk pada waktu pesta kampung dengan membawa dulang berisi makanan untuk dimakan tamu
atau siapa saja di balai adat. Dari ritual ini, tercermin betapa masyarakat menjujung tinggi rasa
persatuan dan kesatuan serta gotong royong, bukan hanya dilaksanakan penduduk setempat
melainkan juga dengan para pendatang. Warga masyarakat akan mengulurkan tangannya membantu
jika ada anggota warganya memerlukannya. Semua ini berjalan dengan dilandasi jiwa sepintu sedulang.
Jiwa ini dapat disaksikan, misalnya pada saat panen lada, acara-acara adat, peringatan hari-hari besar
3-11
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
keagamaan, perkawianan dan kematian. Acara ini lebih dikenal dengan sebutan Nganggung, yaitu
kegiatan setiap rumah mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat besar.
b) Buang Jong
Upacara tradisional Buang Jong merupakan ritual suci dari suku Sawang, suku asli dari Pulau Belitung.
Buang Jong dalam bahasa lokal berarti membuang atau melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu
berbentuk kerangka kapal yang di dalamnya berisikan sesajian dan ‘ancak’ yaitu kerangka rumah-
rumahan yang melambangkan tempat tinggal. Upacara yang biasa diselenggarakan pada bulan Agustus
hingga November ini berlokasi di tepi pantai dengan menghanyutkan perahu kecil tersebut. Tujuan
upacara adalah memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang akan menimpa selama
mengarungi laut lepas untuk menangkap ikan.
Sumber : www.bangkanature.com & www.programpeduli.org
Gambar 3.5 Tradisi Nganggung dan Buang Jong
c) Maras Taun
Maras Taun merupakan salah satu tradisi masyarakat Melayu di Kepulauan Bangka Belitung. Maras
Taun berasal dari kata ‘maras’ yang berarti ‘meniris’ (membersihkan duri halus) dan ‘taun’ berasal dari
kata ‘tahun’. Maras Taun diadakan setiap setahun sekali oleh masyarakat Belitung sebagai wujud rasa
syukur setelah melewati musim panen padi. Upacara ini juga bertujuan ‘selamatan kampung’, yaitu
membersihkan kampung dari marabahaya serta mendoakan keselamatan dan kesehatan
masyarakatnya. Ritual utama upacara ini adalah doa awal, Tari Sepen, dan doa penutup. Kesenian
tradisional yang umumnya digelar adalah Nutok Lesong Panjang atau Ngemping (membuat emping
dengan memukul beras di sebuah lesung dari kayu. Tidak jarang pemuda pemudi berkumpul dalam
upacara ini sehingga dijadikan sebagai ajang mencari jodoh bagi yang belum menikah.
d) Perang Ketupat
Perang ketupat merupakan suatu acara adat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di Pulau
Bangka, yang diselenggarakan sebelum bulan ramadhan di Pantai Pasir Kuning Tempilang, Kabupaten
Bangka Barat. Pada saat acara ini berlangsung, penduduk sekitar membuka pintu rumah sebesar-
besarnya untuk menyambut tamu-tamu yang berkunjung ke desa mereka. Perang ketupat adalah acara
inti dari semua prosesi dari acara hari itu yang dimaksudkan untuk keselamatan warga setempat
sehingga tidak diganggu oleh makhluk halus yang dipercaya hidup di sana.
3-12
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
2. Tradisi Etnis Tionghoa
a) Kongiang (Imlek)
Kongiang adalah nama lain bagi Tahun Baru Imlek, suatu perayaan menyambut musim semi yaitu ketika
datang seekor binatang yang disebut Nian dari pegunungan atau laut untuk mengganggu orang-orang
yang dimanifestasikan dalam bentuk barongsai. Kemudian, orang-orang akan memakai gaun merah dan
menyalakan petasan untuk mengusir Nian. Oleh karena itu, Tahun Baru Imlek atau Kongiang berarti
mengusir atau menangkal Nian. Pada saat perayaan, masyarakat keturunan Tionghoa berkumpul
bersama keluarga dan menikmati makanan dan kue-kue khas Imlek.
b) Ceng Beng (Sembahyang Kubur)
Ceng Beng merupakan upacara ritual ziarah kubur etnis Tionghoa di Kepulauan Bangka Belitung untuk
menghormati para leluhur. Ritual dimulai dengan membersihkan kuburan, biasanya dilakukan 10 hari
sebelum pelaksanaan Ceng Beng. Puncak kegiatan dilaksanakan tiap tanggal 5 April kalender masehi.
Kegiatan dilaksanakan sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan
meletakkan sesajian. Ketika musim sembahyang kubur, umumnya masyarakat Tionghoa yang berada di
perantauan akan pulang untuk melaksanakan tradisi ini. Di Pulau Bangka, tradisi ini misalnya
dilaksanakan di Perkuburan Kemujan, Kota Sungailiat.
c) Sembahyang Rebut
Sembahyang Rebut merupakan ritual budaya masyarakat Tionghoa yang diselenggarakan setahun
sekali sebagai simbol perang manusia terhadap sifat buruk, seperti ketamakan dan kemiskinan,
sekaligus sebagai doa memohon kesejateraan di tahun yang akan datang. Di Kampung Sunghin,
Kecamatan Merawang, puluhan umat memuja Dewi Kwan Im dan memberikan penghormatan yang
diiringi dengan memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan. Menjelang tengah malam, jamuan-
jamuan yang dihidangkan ‘dinikmati’ oleh para arwah, kemudian prosesi ritual dilanjutkan dengan
upacara rebutan sesaji di atas altar persembahan. Ritual ini umumnya juga ditandai dengan acara
pembakaran patung ‘antu gede’ dan pembagian barang sembako.
D. Kesenian Tradisional
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki alat musik khas dan tarian tradisional yang menjadi
kekayaan seni dan budaya yang dapat dijadikan keragaman daya tarik wisata. Berikut ini penjelasan
beberapa alat music, tarian, dan permainan tradisional khas Provinsi Kepulauan Bangka Beitung.
1. Alat Musik
a) Dambus
Dambus adalah semacam alat seperti gitar namun memiliki karakteristik dan bunyi yang berbeda
dengan gitar masa kini. Dambus untuk daerah Kepulauan Bangka Belitung ditambah dengan alat-alat
pengiring seperti biola, rebana atau tarwas, tawak-tawak, dan gong, untuk menambah keharmonisan
dan variasi suara yang dihasilkan. Dambus biasanya dipakai untuk mengiringi acara-acara adat atau tari-
tarian. Alat musik dambus biasanya dipakai dalam setiap alat musik tradisional Melayu yang bernuansa
penyambutan, penghomatan, peringatan, perayaan, syukuran, maupun acara keagamaan.
3-13
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
b) Rebana
Rebana juga termasuk salah satu alat musik tradisional Bangka Belitung. Alat musik yang satu ini sering
dimainkan bersama dengan dambus. Alat berbentuk seperti gendang ini dimainkan guna mengiringi
musik dambus dan tarian atau dincak Bangka. Alat musik yang masuk dalam kategori alat musik pukul
ini sering dimainkan pada acara festival seni daerah, qasidah pengajian-pengajian, ataupun untuk
menyambut tamu istimewa dengan iring-iringan tertentu. Jika rebana ini ditepuk secara beramai-ramai
dengan tempo yang cepat di Bangka dikenal dengan istilah rampak atau ngerampak. Rebana sendiri
adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkainya terbuat dari kayu yang dibubut, salah satu
bagiannya dilapisi dengan kulit kambing guna untuk ditepuk sehingga menimbulkan suara yang
beragam.
2. Tarian Tradisional
a) Tari Campak
Tari Campak menggambarkan keceriaan bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Biasanya
dibawakan setelah panen padi atau sepulang dari kebun. Pada perkembangannya, tari ini digunakan
pula sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan.
Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa ragam pada Tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada
penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.
b) Tari Zapin
Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut
rentak pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari
Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media
dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri atas dua
alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang
disebut marwas.
3. Permainan Tradisional
a) Lesong Panjang
Lesong Panjang merupakan salah satu permainan tradisional yang biasa dimainkan pada saat musim
panen padi tiba. Alat utamanya adalah lesong terbuat dari kayu yang bersuara keras dan jernih.
Panjang lesong bervariasi, dari 1 – 1,5 m dengan diameter 25 – 30 cm. Alat untuk memukul lesong
dinamakan alu. Lesong dibuat dalam berbagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemainnya.
b) Beripat Beregong
Beripat Beregong adalah salah satu permainan tradisional yang masih digemari oleh masyarakat
Belitung. Dimainkan oleh dua orang pria yang saling memukul punggung dengan menggunakan rotan
khusus. Permainan ini diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong, tawak, kelinang, dan serunai.
Dahulu, masyarakat Belitung menjadikan permainan ini sebagai ajang untuk mengukur keberanian para
pendekar. Namun, permainan ini kini diselenggarakan sebagai hiburan dalam upacara tradisional
seperti Maras Taun dan Selamat Kampong.
3-14
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
3.4 KONDISI GEOLOGIS DAN EKOLOGIS SEBAGAI POTENSI
PARIWISATA
3.4.1 Sumber Daya Geologis Sebagai Potensi Pariwisata
Secara fisiografi, Kepulauan Bangka Belitung termasuk ke dalam Paparan Sunda yang kaya akan
sumber daya alam, khususnya bebatuan granit. Hampir di sepanjang pesisir Kepulauan Bangka Belitung
tersebar bongkahan batuan granit dengan ukuran besar. Hamparan batuan granit ini tidak hanya
tersebar di Kepulauan Bangka Belitung, namun juga di Kepulauan Riau, Semenanjung Malaysia dan
Kepulauan Natuna. Menurut seorang ahli geologi ITB, Dr. Ir. Budi Brahmantyo, M.Sc., mulanya, granit
tersebut membeku jauh di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan kilometer. Batuan ini
merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, yaitu dengan kandungan silika yang tinggi lebih
dari 65%. Namun dengan proses tektonik jutaan tahun, batuan-batuan tersebut mengalami
pengangkatan, bahkan beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Selama proses pengangkatan
granit dari bawah bumi, proses pelapukan dan erosi atau abrasi mengikisnya melalui retakan-retakan.
Akibat proses yang berulang-ulang selama ratusan hingga ribuan tahun, batu granit muncul di
permukaan dalam bentuk bongkahan yang terpisah-pisah. Secara geologis, batuan granit yang tersebar
di Kepulauan Bangka Belitung berumur Trias hingga Kapur, atau terbentuk kira-kira antara 200 juta
tahun hingga 65 juta tahun yang lalu.
Sumber : Hasil Survey, 2015
Gambar 3.6 Batuan Granit di Pesisir Pulau Bangka
Adapun keberadaan timah yang menjadi kekayaan sumber daya mineral Kepulauan Bangka Belitung
dibawa oleh batu granit. Hampir di setiap penjuru wilayah darat dan laut memiliki cadangan timah,
hingga provinsi ini dikenal dengan World’s Tin Belt (Sabuk Timah Dunia). Batu granit tertentu
mengandung mineral bijih timah yang dikenal sebagai mineral kasiterit yang tersusun atas senyawa
kimia oksida SnO2. Mineral kasiterit yang masih berada di dalam batuan disebut sebagai mineral
primer. Konsentrasinya besar, namun tidak terakumulasi pada tubuh granit tertentu, melainkan
menyebar secara luas di dalam tubuh batu granit. Selain itu, untuk memisahkan mineral kasiterit dari
mineral pembentuk batu granit lainnya, prosesnya cukup sulit. Namun proses alamiah pelapukan
menyebabkan granit yang muncul ke permukaan yang umumnya keras, menjadi lunak dan terurai
menjadi tanah berpasir. Oleh proses erosi, bagian yang lunak ini terhancurkan dan dibawa oleh aliran
air ke arah lereng yang lebih rendah. Akhirnya, lumpur berpasir hasil erosi bukit-bukit granit akan
diendapkan pada lembah-lembah sungai. Pada saat batuan terurai menjadi tanah, dengan sendirinya
3-15
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
mineral kasiterit terlepas, lalu terbawa air, dan diendapkan di dalam sungai bersama pasir-pasir lainnya
yang umumnya berupa pasir kuarsa.
3.4.2 Keanekaragaman Hayati Sebagai Potensi Pariwisata
A. Sumber Daya Hayati Pertanian dan Perkebunan
Luas lahan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 mencapai 67,95% dari
luas daratan atau setara dengan 1.116.111 ha. Lahan perkebunan mendominasi lahan pertanian
sebesar 29,76%. Komoditi tanaman pangan yang umumnya diusahakan oleh sebagian besar
masyarakat adalah padi, ketela pohon, kacang tanah, ubi jalar, dan jagung. Pada tahun 2014
produktivitas padi sawah mengalami penurunan sekitar 6,85 persen dari tahun sebelumnya atau
sebesar 0,25 ton per hektar. Namun untuk padi ladang mengalami kenaikan 3,31% atau naik sebesar
0,06 ton per hektar. Produktivitas tanaman palawija untuk komoditas ketela pohon pada tahun 2014
mengalami kenaikan sekitar 6,61% atau sebesar 1,10 ton per hektar, komoditas kacang tanah
mengalami kenaikan sekitar 6,06 persen atau sebesar 0,06 ton per hektar. Sedangkan komoditas ubi
jalar mengalami penurunan sekitar 15,65 persen atau sebesar 1,46 ton per hektar, komoditas jagung
mengalami penurunan sekitar 7,20 persen atau sebesar 0,26 ton per hektar. Selain komoditas
tersebut, di beberapa daerah di Kepulauan Bangka Belitung pun tumbuh tanaman salak atau nanas
misalnya yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi agrowisata.
B. Sumber Daya Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut. Mangrove tumbuh pada
daerah pasang surut dan umumnya dijumpai di daerah sepanjang muara sungai maupun laut. Fungsi
ekologis mangrove adalah sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan, dan asuhan
berbagai biota, penahan abrasi pantai, ancaman angin topan dan tsunami, penyerap limbah, dan
pencegah intrusi air laut. Sedangkan fungsi ekonomis mangrove adalah sebagai penyedia kayu, obat-
obatan, alat dan teknik penangkapan ikan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan, minuman, dan
peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan kulit, madu, dan lilin. Mangrove kini juga dapat
dijadikan daya tarik wisata, seperti mangrove tour. Dari hasil inventarisasi BPDAS Musi tahun 2006,
ditemukan 7 (tujuh) spesies mangrove di Kepulauan Bangka Belitung, yaitu :
a) Pohon bakau, spesies rhizopora apiculate; family rhizopohoraceae
b) Pohon api-api hitam, spesies avicenia marina; familiy aviceniaceae
c) Pohon api-api putih, spesies avicenia alba; familiy aviceniaceae
d) Pohon tumu/siji, spesies bruguiera gymnorhiza, family rhizopohoraceae
e) Pohon nyireh bunga, spesies xylocarpus granatum, family meliaceae
f) Pohon buta-buta, spesises excoecaria agallocha, family euphorbiaceae
g) Pohon perepat, spesies sonneratia alba, family sonneraticeae
Kondisi mangrove di sepanjang pesisir Bangka Belitung sebagian besar sudah banyak yang rusak dan
perlu segera ditangani, misalnya di muara sungai Kurau, Koba, dan DAS Perimping, Riau Silip, Kayu
Arang, Kelapa, Bangka Barat, dan Bangka Tengah. Di Kabupaten Bangka misalnya, data dari DKP
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 menyebutkan bahwa dari 21.623 ha luasan mangrove, 4.043
ha dalam teridentifikasi dalam kondisi rusak. Sementara itu, di Kabupaten Bangka Selatan, dari
3-16
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
12.228,4 ha luas mangrove, 218,85 ha dalam kondisi rusak. Lahan mangrove dibabat untuk penggalian
tambang inkonvensional. Akibatnya adalah berkurangnya populasi kepiting, rajungan, dan hewan yang
habitatnya adalah muara. Dari data Dinas Pertanian dan Kehutanan Bangka Belitung, luas hutan
mangrove yang rusak akibat penambangan dan penebangan liar sekitar 36.000 ha dari total luas hutan
yang ada.
Tabel 3.5 Perbandingan Luas Mangrove Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009 dan 2011
No. Kabupaten/Kota Luas (ha) Th. 2011 Luas (ha) Th. 2009
1. Bangka 21.623 15.136,384
2. Belitung 5.139,372 9.075,936
3. Bangka Barat 63.088,96 18.235,911
4. Bangka Tengah 347,66 4.652,077
5. Bangka Selatan 12.228,40 9.597,286
6. Belitung Timur 5.140,9 7.398,932
7. Pangkalpinang 16,2 470,870
Total 107.584,49 64.567,396
Sumber : Statistik KP3K Kab/Kota DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 dalam RZWP3K Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung 2012
C. Sumber Daya Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan eksosistem paling produktif secara biologis, namun juga
sensitif terhadap tekanan (Birkeland, 1997, dalam Laporan RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 2012). Berbagai biota laut hidup di ekosistem ini sebab menyediakan tempat untuk
berlindung dan berkembang biak. Secara umum, ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka tersebar
di sekeliling pulau, baik di pesisir pulau utama maupun pulau-pulau kecil. Namun di bagian barat Pulau
Bangka yang merupakan kawasan Selat Bangka, sebaran ekosistem terumbu karang cenderung lebih
rendah sebab kawasan ini merupakan perairan semi tertutup, yaitu arus laut yang lebih terlindung
sehingga substrat di pesisir barat Pulau Bangka lebih halus dibandingkan kawasan timur. Lokasi yang
cukup terkenal dengan sebaran karangnya adalah perairan Desa Rambat, Kecamatan Simpang Teritip
hingga daerah Penganak yang terkenal dengan ekosistem terumbu karang tepi di Pulau Pemuja dan
Laut Ketap.
Di kawasan timur Kabupaten Bangka Tengah, ekosistem terumbu karang tersebar di Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu di Pulau Panjang, Pulau Semujur, Pulau Ketawai, Pulau Gusung
Asam, Pulau Ketugar, dan Pulau Bebuar. Data dari DKP Bangka Tengah 2010, persentase tutupan
karang hidup di Pulau Ketawai – Gusung Asam sebesar 67,76% (Acropora 4,66% dan Non Acropora
63,1%) dengan kondisi baik (50-74,9%). Selain itu, Pulau Pongok merupakan pulau yang dikelilingi
terumbu karang, terdapat spot karang di sekitar pulau, seperti Karang Ninek, Karang, Salma, Karang
Magdalena, Karang Temingkar, Karang Berengkem Laut, Karang Lapan, dsb yang dinamakan oleh
penduduk lokal. Sedangkan Kecamatan Selat Nasik dengan Pulau Mendanau sebagai pulau utama,
terkenal pula dengan sebaran terumbu karang yang luas dan relatif banyak.
Seiring dengan aktivitas kapal isap pengeruk timah, ekosistem terumbu karang di sekitar Pulau Bangka
sebagian besar kini telah rusak. Sedangkan kondisi terumbu karang di Pulau Belitung secara umum
masih dalam keadaan baik. Kondisi terumbu karang di beberapa kawasan ini tidak hanya penting bagi
3-17
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
daya tarik wisata, tetapi juga nelayan lokal sebab ekosistem terumbu karang menjadi habitat penting
dari hasil tangkapan utama.
D. Sumber Daya Padang Lamun
Salah satu sumber daya khas wilayah pesisir adalah lamun (seagrass). Lamun merupakan tumbuhan
berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan beradaptasi di perairan yang memiliki fluktuasi
salinitas tinggi. Lamun dapat membentuk suatu hamparan yang biasanya didominasi oleh jenis vegetasi
lamun tertentu. Hamparan vegetasi lamun yang menutupi area pesisir dikenal sebagai padang lamun
(seagrass bed). Padang lamun merupakan ekosistem perairan yang memiliki produktivitas hayati yang
tinggi. Fungsi lamun meliputi :
a) Sebagai stabilitas dan penahan sedimen, mengurangi dan memperlambat pergerakan arus
b) Sebagai daerah asuhan, pemijahan, daerah untuk mencari perlindungan berbagai biota laut sepert
ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dsb.
c) Sebagai penyokong ekosistem pesisir lainnya, seperti mangrove dan terumbu karang.
d) Sebagai penyerap CO2
Menurut Kiswara (2003, dalam Laporan RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012) di
perairan pesisir Kepulauan Bangka Belitung ditemukan 9 jenis lamun, yaitu enhalus accroides,
cymodoccea rotundata, c. serrulata, halodule uninervis, halophila ovalis, h. minor, syringodium isoetifolium,
thalassia hemprichii dan thalassodendron ciliatum. Di Pulau Lepar, ditemukan 5 jenis lamun, meliputi
enhalus acoroides, halophila minor, thalassia hemprichii, halodule uninervis, dan cymodocea rotundata.
thalassia hemprichii juga ditemukan di sepanjang pantai Dusun Biembang. Padang lamun ditemukan di
seluruh wilayah Bangka Belitung, kecuali di Pangkalpinang. Total luas padang lamun di tahun 2011
mencapai 4.589,92 ha. Sebaran lamun di Perairan Selat Bangka sangat terbatas dengan luas tutupan
mulai dari berupa kelompok kecil sampai dengan hanya 5%. Kedalaman tempat tumbuh lamun di
perairan ini 0,2-0,8 meter pada saat air surut. Perairan tempat lamun hidup memiliki kekeruhan yang
tinggi sehingga menjadi penghambat bagi pertumbuhan lamun.
Tabel 3.6 Luas Padang Lamun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011
No. Kabupaten/Kota Luas (ha)
1. Bangka 500
2. Belitung 3.657,15
3. Bangka Barat -
4. Bangka Tengah 36,97
5. Bangka Selatan 250
6. Belitung Timur 145,8
7. Pangkalpinang -
Total 4.589,92
Sumber : DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2011 dalam Laporan RZWP3K 2012
E. Sumber Daya Flora dan Fauna
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki ragam flora dan fauna cukup unik. Vegetasi yang umum
dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah dari suku Pandanaceae (pandan-pandanan) yang
3-18
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
terdapat di hutan dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Vegetasi ini
mendominasi ekosistem hutan di sepanjang sungai hingga ke muara. Jenis lain yang cukup menarik
adalah belian (eusideroxylon zwageri) dari suku Lauraceae (medang-medangan). Dalam suatu kajian
mengenai keberadaan flora dan fauna di Pulau Bangka (Mellawati, dkk., 2011), ditemukan berbagai
spesies flora dan fauna yang sebagian termasuk daftar dilindungi dan terancam punah menurut UU
No. 5 Tahun 1990, diantaranya pohon gaharu (aquilaria malaccensis), ramin (gonystylus bancanus),
anggrek tebu (grammatophyllum speciosum), kukang (nycticebus coucang), rusa bawean (axis kuhlii), ikan
duyung (dugong dugon), penyu sisik (eretmochelys imbricata), buaya muara (crocodillus porosus), elang
laut (haliaeetus leucogaster), lumba-lumba, mentilin/monyet mini (tarsius bancanus), trenggiling (manis
javanica), hewan akar bahar (antiphates), biawak (varanus salvator), lutung (trachypithecus auratus),
burung hantu (otus angelinae), musang congkok (prionodon linsang), burung betet (psittacula alexandri),
burung beo (gracula religiosa) dan monyet (macaca tonkeana). Beberapa fauna yang ditemukan memiliki
kesamaan jenis dengan fauna di Kepulauan Riau dan Semenanjung Malaysia. Adapun fauna yang sangat
terkenal dan menjadi endemik di Pulau Bangka dan Belitung adalah Tarsius Bancanicus (Tarsius
Bangka). Saat ini Tarsius Bancanicus menjadi hewan yang dilindungi karena populasinya semakin
menipis akibat ekspansi hutan yang menjadi habitatnya banyak digunakan sebagai perkebunan sawit
dan pemukiman masyarakat.
3.5 PRASARANA UMUM SEBAGAI PENDUKUNG KEPARIWISATAAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
A. Jalan
Kemudahan aksesibilitas melalui jalur darat ditentukan oleh dua faktor, yaitu kondisi jalan menuju dan
di kota/kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung serta ketersediaan transportasi umum yang dapat
menghubungkan masing-masing daya tarik wisata di dalam wilayah kabupaten/kota. Dari total panjang
jalan di Kepulauan Bangka Belitung, 509,49 km merupakan jalan negara dan 899,33 km merupakan
jalan provinsi. Secara umum, kondisi jalan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah baik, dari
perkotaan hingga pedesaan sudah terdapat jalan aspal. Berdasarkan kondisi jalan dengan status jalan
provinsi, 96,73% dalam keadaan sedang-baik, sedangkan 3,27% dalam keadaan rusak. Berikut tabel
yang menjabarkan kondisi jalan di Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel 3.7 Panjang Jalan di Kepulauan Bangka Belitung
Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Tahun 2014
Jenis Permukaan Dan
Kondisi Jalan
Jalan Negara
(Km)
Jalan Provinsi
(Km)
Jalan Provinsi
(Km)
Jenis permukaan
a) Aspal 509,59 899,33 1408,82
b) Kerikil 0 0 0
c) Tanah 0 0 0
Kondisi jalan
a) Baik 493,24 397,64 890,88
b) Sedang 15,95 472,24 488,19
c) Rusak 0,30 27,03 27,33
d) Rusak Berat - 2,42 2,42
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3-19
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
B. Air Bersih
Ketersediaan air bersih memiliki arti penting di suatu daerah, termasuk dalam menunjang aktivitas
pariwisata di daerah tersebut. Tersedianya air bersih pun mempengaruhi kegiatan investasi yang
berlangsung di daerah tersebut. Investor akan berani menanamkan modal jika lingkungan yang
dimasuki memiliki ketersediaan air bersih guna kelangsungan operasional bisnis usahanya. Sumber air
bersih di Kepulauan Bangka Belitung difasilitasi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sumur
bor, dan sumur gali oleh masyarakat. Adapun untuk jumlah pelanggan PDAM masih didominasi oleh
penggunaan rumah tangga, sementara masih sedikit hotel yang kebutuhan akan air bersihnya dipenuhi
oleh PDAM, termasuk air minum.
Menurut Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, terdapat 92 hotel atau daya tarik wisata
yang menjadi pelanggan air minum di Kabupaten Belitung, 2 lainnya di Kabupaten Belitung Timur, dan
20 di Kota Pangkalpinang. Dalam hal ini, dibutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan
ketersediaan dan kualitas air bersih, termasuk air minum, di wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
Sebab, perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Aktivitas pariwisata mustahil berjalan baik jika tidak didukung infrastruktur air
bersih ini.
C. Listrik
Ketersediaan listrik merupakan elemen yang penting dalam menentukan pertumbuhan pariwisata di
suatu daerah. Seiring dengan perkembangan aktivitas pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung,
tentunya dibutuhkan pasokan listrik yang memadai untuk menunjang hal tersebut. Dalam Kepulauan
Bangka Belitung Dalam Angka 2015, dinyatakan bahwa PLN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun
2014 mengelola kapasitas pembangkit listrik yang tersambung sebesar 455.781 KVA dengan daya
terpasang sebanyak 88.182 KW. Adapun jumlah pembangkit listrik yang ada adalah sebanyak 57 unit
dengan jumlah produksi listrik yang dihasilkan sebesar 802.349.667 KWH.
Sementara itu, pada tahun 2014, jumlah pelanggan listrik bertambah menjadi 298.971 pelanggan (naik
15,6%). Pengadaan listrik oleh PLN di pedesaan terbanyak ada di Kabupaten Bangka yaitu 70 desa
dengan 60.385 rumah tangga yang dilayani. Daya tersambung pada konsumen terbesar ada pada
rumah tangga yaitu sebesar 309.721 KVA (67,95%). Daya tersambung untuk usaha dan industri adalah
117.770 KVA atau 21,47% dari total daya tersambung di PLN.
Tabel 3.8 Jumlah Pelanggan PLN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014
Kabupaten/Kota Rumah
Tangga Industri
Instansi
Pemerintah
Sarana
Ibadah Perusahaan
Lain-
Lain Jumlah
Bangka 44.280 32 295 733 2.410 8 47.758
Bangka Barat 44.429 20 279 803 1.243 16 46.790
Bangka Tengah 15.179 1 199 249 1.488 2 17.118
Bangka Selatan 36.093 12 377 542 902 8 37.934
Belitung 69.627 67 856 1.378 5.413 77.360
Belitung Timur * * * * * * *
Pangkalpinang 104.791 83 664 1.492 5.049 26 112.105
Total 2014 314.399 215 2.670 5.197 16.505 79 339.065
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3-20
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
D. Telekomunikasi
Prasarana umum pendukung pariwisata lainnya yang berperan penting dalam mendorong percepatan
arus informasi adalah jaringan telekomunikasi. Pelayanan telekomunikasi di Kepulauan Bangka Belitung
dipenuhi oleh PT. Telkom Tbk. Selain itu, untuk jaringan seluler terdapat tiga provider seluler di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, dan indosat, meskipun
jangkauannya masih terbatas, khususnya untuk melayani kebutuhan di pulau-pulau kecil. Berbagai
upaya ditempuh agar masyarakat di Bangka dan Belitung yang tersebar di banyak pulau dapat
menikmati layanan telekomunikasi selular sehingga diharapkan dapat mendorong kemajuan
perekonomian daerah. Ketersediaan jaringan seluler dan internet nirkabel turut meningkatkan
kenyamanan wisatawan selama berkunjung di Kepulauan Bangka Belitung karena dapat menjamin
keterhubungan dengan pihak lain. Jaringan internet pun turut mendukung penyebaran informasi dan
promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke luar daerah.
3.6 FASILITAS UMUM SEBAGAI PENDUKUNG KEPARIWISATAAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
3.6.1 Fasilitas Kesehatan
Keberadaan fasilitas kesehatan dengan kualitas pelayanan yang baik diperlukan dalam menjaga
kesehatan masyarakat di suatu daerah, termasuk bagi wisatawan yang datang berkunjung. Sebab,
sumber daya manusia yang sehat secara jasmani dan rohani menjadi modal dasar dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah, tidak terkecuali dalam aktivitas kepariwisataan. Di setiap
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah memiliki fasilitas rumah sakit, puskesmas
dan puskesmas pembantu yang melengkapi fasilitas kesehatan di daerah ini. Terdapat 16 unit rumah
sakit (RS) yang terbagi menjadi 8 RS umum pemerintah, 6 RS swasta, dan 2 RS jiwa. Di Kota
Pangkalpinang misalnya, terdapat RSUD Depati Hamzah sebagai salah satu RS pemerintah dan RS.
Bhakti Timah sebagai RS swasta. Puskesmas pun sudah menjangkau kecamatan, namun tenaga medis
yang tersedia masih kurang jumlahnya. Sebaran fasilitas kesehatan yang terdapat di Kepulauan Bangka
Belitung dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3.9 Sebaran Fasilitas Kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014
Kabupaten
Rumah Sakit
Puskesmas Puskesmas
Pembantu Apotek
Pedagang
Besar
Farmasi RS
Pemerintah
RS
Swasta
RS
Khusus
Bangka 2 2 1 12 33 35 1
Bangka Barat 1 - - 8 19 8 -
Bangka Tengah 1 - - 8 18 15 1
Bangka Selatan 1 - - 9 29 10 -
Belitung 1 1 - 9 33 14 1
Belitung Timur 1 - - 6 18 10 -
Pangkal Pinang 1 3 1 9 19 60 14
Total 2014 8 6 2 61 169 152 17
2013 8 6 1 60 157 134 15
2012 7 5 1 59 169 122 14
2011 7 5 1 58 160 105 14
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3-21
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
3.6.2 Fasilitas Keuangan
Ketersediaan fasilitas keuangan merupakan faktor yang turut mempengaruhi kepuasan wisatawan
ketika berkunjung ke suatu destinasi pariwisata, misalnya dalam mempermudah wisatawan melakukan
transaksi perbankan. Fasilitas keuangan yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung adalah Bank
Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Swasta, dan Bank Perkreditan Rakyat.
Perkembangan fasilitas keuangan di wilayah kabupaten/kota yang tersebar di Kepulauan Bangka
Belitung ada yang mengalami kenaikan seperti wilayah Bangka, akan tetapi untuk wilayah Belitung dan
Pangkalpinang mengalami penurunan dalam jumlah fasilitas keuangannya, hal tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.10 Jumlah Bank Pemerintah, Swasta, dan Bank Unit Desa Tahun 2014
Jenis Bangka *) Belitung**) Pangkalpinang Jumlah
Bank Pemerintah & BPD
1. Kantor Cabang
2. Kantor Cabang Pembantu
3. Kantor Unit Desa
4. Kantor Kas
5. Kas Mobil
6. Loket Pelayanan
5
15
24
13
7
2
4
3
9
6
2
4
5
2
12
12
4
3
14
20
45
31
13
9
Bank Swasta
1. Kantor Cabang
2. Kantor Cabang Pembantu
3. Kantor Kas
4. Kas Mobil
-
20
1
-
-
8
1
1
12
6
1
1
12
34
3
2
Bank Perkreditan Rakyat
1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
1
6
0
3
3
1
4
10
Total 2014 94 41 62 197
2013 83 35 35 153
2012 60 37 68 165
2011 42 29 57 128
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
Catatan : *) termasuk Bangka Barat, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan
**) termasuk Belitung Timur
3.6.3 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan di Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh fasilitas peribadatan umat Islam,
khususnya masjid. Hal ini dikarenakan penduduk asli daerah Bangka Belitung adalah Suku Melayu yang
mayoritas beragama Islam. Fasilitas peribadatan lainnya seperti gereja, vihara, dan pura juga tersedia di
wilayah kabupaten/kota, namun jumlahnya masih terbatas. Berdasarkan tabel di bawah ini, terdapat
807 masjid, 509 mushola, 163 langgar, 162 gereja protestan, 29 gereja katolik, 62 vihara, dan 11 pura
yang tersebar di setiap kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel 3.11 Sebaran Fasilitas Peribadatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014
Kabupaten Islam Protestan Katholik
Pura Vihara Masjid Langgar Mushola Gereja Gereja
Bangka 143 82 111 47 6 0 12
Bangka Barat 139 4 43 24 2 0 5
3-22
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Kabupaten Islam Protestan Katholik
Pura Vihara Masjid Langgar Mushola Gereja Gereja
Bangka Tengah 92 37 79 20 8 0 13
Bangka Selatan 123 40 59 12 6 6 1
Belitung 127 0 112 10 1 4 8
Belitung Timur 89 0 37 8 3 0 13
Pangkal Pinang 94 0 68 29 3 1 10
Total 2014 807 163 509 150 29 11 62
2012 807 163 509 162 30 10 63
2011 722 120 445 161 31 11 63
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3.7 Kondisi Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015, pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 melambat dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2013 dengan migas 5,22% dan tanpa migas 5,23%. Sementara di tahun 2014,
pertumbuhan ekonomi dengan migas 4,68% dan 4,67% tanpa migas. Adapun struktur perekonomian
merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh program dari kebijakan dan sasaran
yang telah ditetapkan berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Struktur perekonomian juga
melihat kekuatan ekonomi dari suatu wilayah dan sektor apa yang menjadi tiang kekuatan ekonomi
suatu daerah. Menurut System of National Account (SNA) yang diterbitkan oleh United Nation, secara
makro perekonomian suatu wilayah menurut lapangan usaha terdiri dari 3 (tiga) sektor utama, yaitu :
a) Sektor primer, sektor yang tidak mengolah bahan baku hanya memanfaatkan sumber-sumber alam,
mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan sektor penggalian;
b) Sektor sekunder, mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air, serta sektor
bangunan;
c) Sektor tersier, mencakup sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dam
komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun oleh 17 (tujuh belas) lapangan
usaha, yaitu a) pertanian, kehutanan, dan perikanan; b) pertambangan dan penggalian; c) industri
pengolahan; d) pengadaan listrik dan gas; e) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur
ulang; f) konstruksi; g) perdagangan besar dan eceran; h) transportasi dan pergudangan; i) penyediaan
akomodasi dan makan minum; j) informasi dan komunikasi; k) jasa keuangan dan asuransi; l) Real
estate; m) jasa perusahaan; n) administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib; o) jasa
pendidikan; p) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan q) jasa lainnya. Berdasarkan data kontribusi ke-
tujuh belas lapangan usaha terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010 – 2014,
terdapat empat sektor utama penyumbang pendapatan daerah terbesar, yaitu 1) industri
pengolahan, 2) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 3) pertambangan dan penggalian,
dan 4) perdagangan besar dan eceran. Kontribusi masing-masing sektor tersebut pada tahun
2014 adalah sebesar 23,27%, 18,69%, 14,38%, serta 13,82% menurut harga konstan atau 22,86%,
19,22%, 13,51%, serta 13,42% menurut harga berlaku. Adapun kontribusi pariwisata, terutama dalam
penyediaan fasilitas akomodasi dan restoran terhadap PDRB tahun 2014 atas dasar harga konstan
sebesar 2,27%, sedangkan atas dasar harga berlaku sebesar 2,34%. Data selengkapnya tersaji dalam
Tabel 3.12 dan Tabel 3.13.
3-23
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Tabel 3.12 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 6.097.691 17,15 6.642.800 17,47 7.072.887 17,64 7.557.863 17,91 8.256.151 18,69
Pertambangan & Penggalian 6.077.439 17,09 6.263.560 16,48 6.270.079 15,63 6.230.132 14,76 6.352.555 14,38
Industri Pengolahan 9.174.668 25,80 9.515.757 25,03 9.804.878 24,45 10.147.361 24,05 10.280.893 23,27
Pengadaan Listrik & Gas 24.117 0,07 27.304 0,07 30.087 0,08 31.571 0,07 34.271 0,08
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, & Daur Ulang 6.160 0,02 6.461 0,02 7.022 0,02 7.316 0,02 7.678 0,02
Konstruksi 2.531.855 7,12 2.758.267 7,26 3.133.802 7,81 3.414.740 8,09 3.552.205 8,04
Perdagangan Besar & Eceran 4.720.707 13,27 5.162.127 13,58 5.528.137 13,78 5.845.425 13,85 6.104.737 13,82
Transportasi & Pergudangan 1.161.976 3,27 1.272.729 3,35 1.384.756 3,45 1.484.921 3,52 1.573.245 3,56
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 742.772 2,09 808.357 2,13 870.984 2,17 931.153 2,21 1.000.754 2,27
Informasi & Komunikasi 578.288 1,63 625.202 1,64 679.225 1,69 740.153 1,75 790.872 1,79
Jasa Keuangan & Asuransi 499.641 1,40 581.499 1,53 624.228 1,56 731.241 1,73 771.101 1,75
Real Estat 987.085 2,78 1.098.404 2,89 1.215.662 3,03 1.312.637 3,11 1.413.993 3,20
Jasa Perusahaan 85.435 0,24 93.877 0,25 101.223 0,25 108.110 0,26 115.692 0,26
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, & Jaminan Sosial Wajib 1.597.081 4,49 1.778.004 4,68 1.873.016 4,67 2.014.417 4,77 2.162.117 4,89
Jasa Pendidikan 706.120 1,99 755.509 1,99 821.706 2,05 904.907 2,14 969.893 2,20
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 360.425 1,01 397.499 1,05 442.949 1,10 475.323 1,13 503.757 1,14
Jasa Lainnya 210.443 0,59 226.453 0,60 244.264 0,61 260.965 0,62 281.710 0,64
PDRB dengan Migas 35.561.904 100 38.013.990 100 40.104.906 100 42.198.234 100 44.171.625 100
Sumber: Diolah dari Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015
3-24
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
Tabel 3.13 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Jumlah
(juta Rp) %
Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 6.097.691 17,15 7.070.641 17,31 8.111.873 17,87 9.269.820 18,39 10.836.998 19,22
Pertambangan & Penggalian 6.077.439 17,09 6.810.151 16,67 6.975.347 15,36 7.097.519 14,08 7.620.762 13,51
Industri Pengolahan 9.174.668 25,80 10.321.935 25,27 11.043.826 24,33 12.093.054 24,00 12.890.075 22,86
Pengadaan Listrik & Gas 24.117 0,07 26.151 0,06 27.089 0,06 27.368 0,05 40.961 0,07
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, & Daur Ulang 6.160 0,02 7.296 0,02 8.155 0,02 9.149 0,02 10.371 0,02
Konstruksi 2.531.855 7,12 2.927.077 7,17 3.523.145 7,76 4.139.267 8,21 4.712.123 8,36
Perdagangan Besar & Eceran 4.720.707 13,27 5.477.835 13,41 6.193.487 13,64 6.670.327 13,24 7.570.023 13,42
Transportasi & Pergudangan 1.161.976 3,27 1.349.922 3,30 1.577.156 3,47 1.864.720 3,70 2.128.766 3,78
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 742.772 2,09 852.232 2,09 992.568 2,19 1.152.328 2,29 1.321.691 2,34
Informasi & Komunikasi 578.288 1,63 634.381 1,55 708.586 1,56 770.240 1,53 849.135 1,51
Jasa Keuangan & Asuransi 499.641 1,40 615.803 1,51 728.770 1,61 902.450 1,79 1.004.182 1,78
Real Estat 987.085 2,78 1.178.229 2,88 1.388.288 3,06 1.602.870 3,18 1.836.553 3,26
Jasa Perusahaan 85.435 0,24 99.908 0,24 116.138 0,26 134.448 0,27 153.990 0,27
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, & Jaminan Sosial
Wajib 1.597.081 4,49 1.993.797 4,88 2.243.456 4,94 2.618.023 5,20 3.042.905 5,40
Jasa Pendidikan 706.120 1,99 823.969 2,02 997.994 2,20 1.173.739 2,33 1.369.797 2,43
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 360.425 1,01 417.347 1,02 487.637 1,07 552.657 1,10 629.863 1,12
Jasa Lainnya 210.443 0,59 242.367 0,59 276.713 0,61 315.929 0,63 371.658 0,66
PDRB dengan Migas 35.561.904 100 40.849.043 100 45.400.228 100 50.393.906 100 56.389.853 100
Sumber: Diolah dari Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015