bab iii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab3/bab 3_10-35.pdf · dan...
TRANSCRIPT
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Pengadaan
Setiap Perusahaan maupun instansi pemerintah harus melakukan pengadaan
untuk memenuhi produksi atau memberikan pelayanannya. Pengadaan atau
Procurement adalah proses pengadaan barang dan jasa dalam sebuah institusi,
organisasi bisnis, lembaga sosial, atau instansi pemerintahan yang baik
biasanya telah memiliki peraturan internal terkait pengadaan barang dan jasa
yang akan memastikan bahwa proses perencanaan pembelian dan proses
pemilihan supplier/rekanan akan memenuhi standar umum dan
diselenggarakan secara transparan.
1.1.Pengertian Pengadaan
Definisi pengadaan dalam business dictionary, procurement :
acquisition : complete process of obtaining goods and service from
preparation and processing of requisition through to receipt and
approval of the invoice for payment, also call sourcing, it commonly
involves (1) purchase planning, standard determination, specifications
development, (4) supplier research and selection, (5) value analysis (6)
financing (7) price negotiation, (8) making the purchase (9) supply
contract administration, (10) inventory control and stores, (11) disposal
and other related functions.
Dalam setiap perusahaan pasti umumnya dibuat kebijakan pengadaan
dan sistem prosedur pengendalian tersendiri yang harus dijalankan
oleh bagian pengadaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan.
• Memperoleh barang/jasa yang diperlukan perusahaan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
• Menciptakan iklim persaingan yang sehat, tertib, dan terkendali
dengan cara peningkatan transparansi dalam pelaksanaan
pengadaan
• Mempercepat proses pengambilan keputusan pengadaan
• Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab
para perencana, pelaksana, dan pengawas pengadaan.
Prinsip dasar pengadaan dijelaskan dalam pasal 3 Keppres No 80 tahun
2003 adalah sebagai berikut :
a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat dipertanggungjawabkan;
b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;
c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka
bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi
pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon
penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya;
e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk
memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau
alasan apapun;
f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan
barang/jasa.
1.2. Konsep Value For Money dalam Pengadaan
Dalam proses pengadaan harus dibuatkan suatu konsep keberhasilan
yang dapat dinilai dan dioertanggungkjawabkan. Konsep value for
money dapat menjadi alternative yang baik dalam mengukur
keberhasilan pengadaan.
All procurement of goods and services should be based on value for
money, having due regard to propriety and regularity. "Value for
money" is defined as the optimum combination of whole-life cost and
quality (or fitness for purpose) to meet the user's requirement.
Value for money merupakan konsep penting yang memberikan
penghargaan terhadap nilai uang. Konsep value for money terdiri dari
tiga elemen utama : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh
unit input, atau ekonomi memiliki pengertian nahwa sumberdaya input
hendaknya diperoleh dengan harga lebih rendah yaitu harga yan
mendekati harga pasar.
Konsep efisiensi terkait dengan perbandingan antara output berupa
barang/jasa yang dihasilkan dengan input yang digunakan untuk
menghasilkan sejumlah output tersebut.
Sedangkan konsep efektivitas terkait hubungan antara hasil yang
diharapkan dengan hasile yang sesungguhnya terjadi. Efektivitas juga
merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar
kontribusi output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif.
Ketiga hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
2. Audit
Salah satu pendekatan yang paling umum digunakan untuk meyakinkan
bahwa suatu kegiatan telah dilakukan dengan benar dan mencapai tujuan
adalah melalui proses audit.
1.1. Pengertian Audit
Istilah audit berasal dari kata "audere" yang berarti mendengar, diambil
dari praktek raja-raja pada zaman dahulu, yang melakukan
pemeriksaan terhadap keuangan negaranya dengan cara
Value for money
Input primer (RP)
ekonomis efisiensi efektivita
Input Output Outcome
mendengarkan laporan yang dibacakan oleh Bendahara/Menteri
Keuangannya. Lama kelamaan kata audere yang semula berarti
mendengar itu berubah menjadi audit dan diartikan sebagai
pemeriksaan.
Pada prinsipnya audit merupakan kegiatan yang membandingkan
kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kondisi yang
dimaksud disini merupakan keadaan yang sebenarnya dan sekaligus
merupakan informasi yang dapat diverifikasi. Adapun yang dimaksud
dengan kriteria adalah keadaan yang seharusnya dapat digunakan oleh
auditor sebagai pedoman untuk mengevaluasi informasi. Dalam
lingkup akuntansi dan keuangan istilah audit dikenal dengan nama
auditing.
Menurut Arens & Loebbecke (2000;9) menyatakan: "Auditing is the
accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria Auditing should be done by a
competent independent person ".
Dari definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
beberapa karakteristik pemeriksaan (audit) yaitu:
a. Pemeriksaan (audit) merupakan suatu proses yang sistematis, yang
terdiri dari langkah-langkah atau prosedur yang disusun secara teratur.
b. Untuk melakukan pemeriksaan, harus ada informasi dalam bentuk
yang dapat dikualitifikasikan dengan standar (kriteria) yang telah
ditetapkan.
c. Mengumpulkan dan mengevaluasi semua bukti-bukti yang
diperlukan untuk menilai kesesuaian antara informasi yang diperiksa
dengan criteria yang ditetapkan secara objektif.
d. Dilakukan oleh seseorang yang independen (tidak terpengaruh
oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpai dalam audit),
kompeten (yang memiliki latar belakang akuntansi, pengalaman
kerja yang cukup dalam profesi yang akan ditekuninya, dan
senantiasa mengikuti pendidikan berkelanjutan).
e. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada para pemakai
laporan. Laporan hasil pemeriksaan tersebut harus
memberitahukan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Dari uraian kesimpulan yang telah dijelaskan, memberikan
pernyataan bahwa dalam melakukan audit, dilakukan tindakan-
tindakan mengumpulkan (accumulate), mengevaluasi (evaluate),
menentukan (determine), dan melaporkan (report). Tindakan-tindakan
tersebut harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan
independen. Kompeten menunjukkan seseorang yang cakap dan
mengetahui dengan betul akan pekerjaannya dan dalam hal ini adalah
audit, dan ia harus mempunyai wewenang, dan berkuasa untuk
memutuskan atau menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mengatasi masalah yang ada. Sedangkan independen yaitu orang yang
bersangkutan dalam audit dan bebas dari pengaruh pribadi dan
bertanggung jawab atas kegiatan objek yang diauditnya sehingga
dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa
prasangka, sehingga hasil audit dapat dipercaya objektivitasnya.
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan tersebut, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses yang
sistematis yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan
independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti
mengenai informasi. Dengan tujuan untuk menentukan dan
melaporkan apakah informasi-informasi tersebut telah sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan serta kemudian melaporkan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
1.2. Jenis-Jenis Audit
Audit dapat dibagi dalam tiga jenis berdasarkan obyeknya. Menurut
Arens & Elder (2003 ; 18) ada tiga jenis pemeriksaan yang dapat
dianggap sebagai kelompok-kelompok jenis pemeriksaan (audit)
yang memiliki ciri tersendiri yaitu:
a. Operational Audit
b. Financial Statement A udit
c. Compliance Audit
Berikut ini akan dibahas mengenai audit laporan keuangan, audit
operasional, dan audit ketaatan. Audit operasional akan menjadi
salah satu variabel dalam skripsi ini yang akan dibahas secara
tersendiri.
a. Operational A udit
Audit operasional adalah suatu tinjauan terhadap bagian dan
prosedur serta metode operasi suatu organisasi untuk menilai
keefisienan dan keefektivan aktivitas operasi perusahaan dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Pada umumnya, setelah
audit operasional selesai auditor bersangkutan akan mengajukan
sejumlah saran kepada manajer untuk membenahi operasi
didalam perusahaan. Oleh karena itu, audit jenis ini sering disebut
dengan audit manajemen.
b. Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan merupakan proses audit yang bertujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Di Negara
Indonesia kriteria umum yang dipakai adalah prinsip atau standar
akuntansi yang berlaku sekarang, yang dikenal dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
c. Compliance Audit
Audit ketaatan merupakan proses audit yang tujuannya untuk
mempertimbangkan apakah auditee (klieri) telah mengikuti
prosedur atau peraturan tertentu yang telah ditetapkan oleh orang
yang berwenang. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan
kepada pihak luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi
yaitu pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi yaitu pihak yang
paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan peraturan
yang telah ditetapkan.
1.3. Audit Operasional
Semakin berkembangnya suatu badan usaha maka semakin besar pula
kebutuhan akan pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial yang baik dan
efektif agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Oleh karena itu diperlukan alat untuk mencapai tujuan perusahaan,
salah satu alat tersebut adalah audit operasional.
1.3.1 Konsep dan Pengertian Audit Operasional
Pemeriksaan (audit) operasional banyak juga disebut sebagai
pemeriksaan manajemen, pemeriksaan prestasi
(performance), pemeriksaan sistem, pemeriksaan efisiensi
atau lainnya lagi. Karena belum ada pengertian yang tuntas
mengenai definisi pemeriksaan (audit operasional itu sendiri)
maka para ahli pun banyak mengemukakan definisi yang
berbeda-beda pula.
Sedangkan pendekatan dan metodologi audit operasional
menurut Leung et.al.(2004:p.672) ada tiga pendekatan, yaitu
:
(1) The risk based audit approach, identifies the area of
greatest risk/control formula and a matrix to document and
analyse an effective audit program. The risk based
approach also distinguishes between control adequacy
(what should be) and control effectiveness (what is).
(2) The process audit approach examines the effectiveness of
processes and distinguish value added from non value
added activities, building the control framework in to
process
(3) The value for money audit approach defines attributes of
effectiveness and focuses on effectiveness, efficiency, and
economy of operations from customer’s view points.
Dengan demikian the value for money merupakan suatu
pendelatan audit dalam audit operasional.
Menurut Arens & Loebbecke (2000; 12) pengertian audit
operasional adalah:
"An operational audits is a review of any part of
organization's operating procedures and methods for the
purpose of evaluating efficiency and effectiveness".
Definisi audit operasional menurut Casler dan Crochett,
yang dialih bahasakan oleh Amin Widjaja Tunggal dalam
bukunya yang berjudul "Dasar-dasar Audit Operasional"
(2008; 13) adalah sebagai berikut:
“Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis untuk
menilai efektivitas organisasi, efisiensi, dan ekonomi operasi di
bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang
yang tepat hasil dari penilaian bersama dengan rekomendasi
untuk perbaikan.”
Dalam Wikipedia Audit operasional didefinisikan sebagai
suatu pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap
prosedur operasi standard an metoda yang diterapkan suatu
organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi,
efektivitas, dan keekonomisan (3E).
audit operasional, yaitu aktivitas pengumpulan dan
evaluasi bukti terkait
dengan kegiatan operasional tertentu, untuk menilai derajat
keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas kegiatan operasional
tersebut:
a. Ekonomis biasanya dikaitkan dengan biaya perolehan
sumber daya. Ada dua prinsip ekonomi yang bisa digunakan,
yaitu;
1) Memperoleh sumber daya (barang/jasa) dalam jumlah
tertentu dengan biaya (harga) yang serendah-rendahnya.
Dalam hal ini batasannya adalah spesifikasi teknis yang
harus dipenuhi, atau
2) Mendapatkan sumber daya dalam jumlah yang sebanyak-
banyaknya dengan biaya (harga) tertentu, dalam hal ini
batasannya adalah dana.
b. Efisiensi biasanya dikaitkan dengan pemakaian
sumber daya (volume), seperti pemakaian bahan baku, jumlah
dan waktu tenaga kerja, pemakaian jam kerja mesin, bahan
bakar, dan sebagainya, dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan untuk memperoleh output tertentu.
c. Efektivitas meliputi pencapaian hasil (output) dan
manfaat yang diperoleh dari hasil tersebut (outcome). Misalnya
suatu proyek pembangunan gedung sekolah dikatakan efektif
dari sisi output bila berhasil membangun sekolah sesuai
bestek, dan efektif dari sisi outcome bila gedung tersebut
benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan belajar
mengajar sesuai rencana pembangunan yang ditetapkan
sebelumnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa audit operasional adalah sebagai berikut:
a. Merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan
secara teratur dan sistematis atas aktivitas, metode-
metode dan prosedur pengelolaan suatu organisasi.
b. Mengevaluasi efisiensi serta efektivitas atau prosedur
pengelolaan yang dijalankan oleh perusahaan.
c. Bertujuan membantu manajemen untuk memecahkan
berbagai masalah dengan merekomendasikan berbagai
tindakan yang diperlukan.
Professor Mardiasmo bahkan mengemukakan perlunya
pengembangan pengauditan memperluas cakupan audit, tidak
hanya audit keuangan (financial audit) tetapi juga value for
money (VFM) audit atau sering disebut performance audit
atau audit kinerja. Selanjutnya menurut Professor
Mardiasmo, Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif,
agar dapat melakukan penilaian secara independen atas
ekonomi dan efisiensi operasi serta efektivitas dalam
pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan, dan hukum yang berlaku, serta
menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut Tujuan memperkuat pelaksanaan VFM audit
adalah meningkatkan akuntabilitas sektor publik.
Inti dari audit operasional adalah adanya pemikiran bahwa jika
para manajer ingin beroperasi dengan tajam dan kreatif
tentu mereka memerlukan beberapa bentuk sistem peringatan
dini (early warning system) yang dapat mendeteksi berbagai
masalah yang merugikan dan kesempatan untuk
pengembangan. Dan dari definisi-definisi tersebut
jelaslah bahwa audit operasional selalu berkaitan dengan
efisiensi dan efektivitas. Efisiensi mengacu kepada sumber
daya yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan
efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan.
Dan apabila dibandingkan dengan definisi-definisi
tersebut terdapat adanya beberapa persamaan, yaitu audit
operasional merupakan suatu proses audit dan penilaian atas
usaha-usaha dan cara-cara yang dilakukan manajemen
perusahaan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam pengelolaan sumber dana maupun sumber daya
perusahaan.
1.3.2 Jenis Audit Operasional
Menurut Arens & Loebbecke (2000;799) audit
operasional dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Functional Audit
b. Organizational Audit
c. Special Assigment
Dari ketiga jenis kategori tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Functional Audit
Audit operasional terhadap salah satu atau beberapa fungsi
dalam organisasi. Keuntungan dari audit operasional ini
adalah seorang auditor dapat mengembangkan keahliannya
dan menggunakan seluruh waktunya khusus untuk mengaudit
fungsi tersebut.
b. Organizational Audit (Audit Organisasi)
Audit operasional yang dilakukan atas seluruh unit organisasi.
Audit ini menekankan pada seberapa jauh fungsi-fungsi
dalam organisasi saling berinteraksi dengan efisiensi dan
efektif.
c. Special Assignment (Tugas Khusus)
Audit ini dilakukan atas permintaan manajemen seperti
menentukan penyebab terjadinya kecurangan dalam suatu
divisi dan mengajukan rekomendasi untuk mengurangi biaya
produksi suatu produk.
Melalui audit operasional diharapkan tersusun suatu
rekomendasi yang bersifat membangun. Dan pada langkah
selanjutnya meningkatkan pelaksanaan aktivitas kegiatan
perusahaan, program maupun fungsi tersebut menjadi lebih
baik. Atau secara ringkas dapat dikatakan bahwa sasaran audit
operasional adalah bagaimana mengusahakan agar kegiatan
itu lebih efisien dan lebih efektif.
1.3.3 Pelaksanaan Audit Operasional
Pelaksanaan audit operasional biasanya dilakukan oleh
auditor internal, dimana seorang auditor internal harus
memiliki sikap independen dan memiliki kompetensi.
a. Independensi
Pemeriksaan operasional merupakan salah satu hal yang
pokok untuk mencapai keefektifan pemeriksaan
operasional. Auditor operasional dapat dikatakan
independen bila auditor operasional memiliki peranan penting
dalam melaksanakan tugasnya karena diharapkan akan
memperoleh hasil pemeriksaan yang efektif.
Menurut Hiro Tugiman (1997;20), independensi adalah
sebagai berikut:
"Para auditor internal dianggap mandiri apabila
melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif.
Kemandirian para pemeriksa internal dapat meinberikan
penilaian yang tidak meinihak dan tanpa prasangka, hal
mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status
organisasi dan sikap objektif para auditor internal".
Dari uraian yang telah dijelaskan bahwa independensi auditor
operasional dapat memberikan pertimbangan yang tidak
memihak dan tanpa paksaan, dimana independensi sangat
diperlukan bagi pemeriksaan sebagaimana yang akan
diauditnya.
Independensi pemeriksaan operasional dapat diperoleh
melalui dua hal, status organisasi dan obyektivitas.
Status organisasi unit pemeriksaan haruslah memberikan
keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung
jawab pemeriksaan yang diberikan. Pemeriksaan operasional
haruslah memperoleh dukungan dari manajemen dan bagian-
bagian yang terdapat dalam struktur organisasi sesuai
dengan audit yang akan dilaksanakan sehingga akan
terjadi kerjasama dari pihak yang diperiksa dan dapat
menyelesaikan pekerjaan secara bebas dari berbagai campur
tangan dari pihak lain.
Objektivitas merupakan sikap mental bebas yang harus
dimiliki oleh auditor operasional {operational auditors)
dalam melaksanakan tugas audit. Auditor harus bersungguh-
sungguh, yakin atas hasil pekerjaannya dan tidak akan
membuat penilaian yang kualitasnya merupakan hasil
kesepakatan yang diragukan. Sikap objektif auditor
operasional tidak akan dipengaruhi oleh pihak-pihak manapun
pada saat melaksanakan audit. Jadi pada dasarnya
independensi dalam audit operasional sangatlah diperlukan
untuk membuat laporan yang objektif dan tidak memihak yang
diperlukan oleh manajemen.
b. Kompetensi
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis profesi.
Artinya, seorang auditor harus memiliki pengetahuan yang
cukup agar dapat memahami kriteria-kriteria yang digunakan
dan memiliki kemampuan untuk dapat mengetahui dengan
pasti jenis dan jumlah fakta yang dibutuhkan, agar pada
akhirnya pemeriksaan dapat menarik kesimpulan yang tepat.
1.3.4 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional 1.3.4.1 Tujuan Audit Operasional
Tujuan audit operasional berbeda-beda diantara berbagai
organisasi dan ditentukan oleh tingkat penerimaan
manajemen, latar belakang latihan dan pendidikan, serta
dapat berubah sesuai dengan perkembangan kecakapan teknik
setelah mengenal lebih mendalam tentang operasi
perusahaan. Namun pada umumnya tujuan audit operasional
yang utama adalah mengurangi pemborosan dan
ketidakefisienan.
Adapun tujuan audit operasional menurut Amin Widjaja
Tunggal (2008;40) adalah:
a. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan
kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur
yang diuji oleh auditor operasional dan untuk
menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk
memperoleh
hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.
b. Untuk membantu manajemen dalam mencapai
administrasi operasi perusahaan yang paling efisien.
c. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan
alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen
operasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan
yang efisien. Audit operasional bertujuan unuk mencapai
efisiensi dalam pengelolaan.
d. Untuk membantu manajemen, auditor operasional
berhubungan dengan fase dari aktivitas usaha yang
dapat menjadi dasar pelayanan kepada manajemen.
e. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam
pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan
tanggungjawab mereka.
Jadi pada dasarnya audit operasional bertujuan untuk
menghasilkan perbaikan dalam pengelolaan kegiatan yang
diaudit dengan membuat saran-saran,sehingga pelaksanaan
audit operasional diharapkan dapat menunjang efisiensi dan
efektivitas perusahaan.
1.3.4.2 Manfaat Audit Operasional
Manfaat Audit operasional timbul dari kebutuhan
manajer yang bertanggung jawab untuk area di luar
observasi langsung mereka, yang secara penuh
diberi informasi mengenai efisiensi dan efektivitas
dari unit-unit dibawah kendali mereka. Audit
operasional memberikan peringatan dini {early
warning) atau sistem deteksi, menyingkapkan
kepada manajemen kelemahan-kelemahan dan
penyalahgunaan pada area-area tertentu dari
organisasi yang dikaji dan menunjukkan
kesempatan-kesempatan perbaikan. Audit
operasional merupakan alat pengawasan dan
informasi manajemen, dan merupakan suatu bentuk
audit yang paling luas, dan mempunyai cakupan
audit atas semua fungsi perusahaan. Audit
operasional yang dilakukan atas suatu objek, seperti
departemen perusahaan, mempunyai manfaat-
manfaat.
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2001;24)
manfaat yang diperoleh dari adanya audit
operasional adalah sebagai berikut:
"(1) Kemampulabaan yang meningkat, (2) Alokasi
sumber daya yang lebih efisien, (3)Identifikasi
masalah pada tahap awal, (4) Komunikasi yang
lebih baik".
Pada hakekatnya audit operasional memberikan
kesempatan untuk memberikan bantuan aktif
dalam pengurusan eksekutif perusahaan dengan
menimbulkan pengaruh yang hasilnya langsung
dapat diukur.
1.3.5 Keterbatasan Audit Operasional
Walaupun audit operasional telah dirancang dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, namun audit ini tetap memiliki
keterbatasan dan tidak dapat memecahkan semua masalah
yang ada. Adapun keterbatasan dari audit operasional
adalah:
a. Waktu
Waktu adalah faktor yang sangat membatasi audit
operasional untuk mencapai tujuan dan manfaat audit
operasional karena pemeriksa harus memberikan informasi
kepada manajemen dengan segera untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, audit operasional
perlu dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa
permasalahan penting yang dihadapi oleh perusahaan tidak
menjadi berlarut-larut.
b. Keahlian yang diperlukan
Audit operasional sangat luas sehingga pengetahuan yang
dimiliki oleh pemeriksa merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan audit operasional. Sedangkan
pengetahuan atau keahlian yang dimiliki oleh pemeriksa
terbatas, karena seorang pemeriksa tidak mungkin menguasai
atau ahli dalam semua bidang.
c. Biaya
Pemeriksa operasional harus selalu ingat bahwa biaya juga
merupakan salah satu faktor keterbatasan dalam
melaksanakan audit. Oleh karena itu pemeriksa operasional
harus dapat menghemat biaya pemeriksaannya. Keterbatasan
biaya yang tersedia mengharuskan pemeriksa untuk
melakukan skala prioritas pemeriksaannya pada masalah yang
mengancam keberadaan organisasi.
Adapun menurut Amin Widjaja Tunggal (2001;74)
keterbatasan audit operasional adalah sebagai berikut:
• Waktu, berkaitan dengan kekomprehensifan audit tersebut.
• Pengetahuan, karena orang tidak biasa ahli dalam
setiap aspek perusahaannya, maka auditor hanya akan
sensitif terhadap masalah-masalah yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
dimilikinya saja, kurang memberi perhatian pada
masalah lain diluarnya.
• Standar, bidang-bidang yang berada diluar standar
atau criteria keefektivan adalah diluar ruang lingkup audit
operasional.
• Orang, tidak boleh menyinggung ketidakmampuan
seseorang dalam melaksanakan fungsinya tetapi hanya
menunjukkan bahwa suatu pekerjaan atau tugas
dilaksanakan secara efektif.
• Biaya, auditor perlu melakukan sedikit penghematan
dalam pelaksanaan tugasnya., walaupun sebenarnya
pelaksanaan audit operasional harus mengabaikan
situasi perusahaan yang dapat memakan biaya cukup
besar apabila diselidiki lebih rinci.
• Audit entity atau kesatuan audit, pembatasan audit
operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit dalam
beberapa hal menyampingkan aspek-aspek yang
mempengaruhi audit entity tetapi aspek-aspek tersebut
berada dalam cakupan suatu fungsi atau unit lain.
1.3.6 Pelaksana Audit Operasional
Menurut Arens & Loebbecke (2000;800-802) audit
operasional biasanya dilakukan oleh salah satu dari tiga
kelompok dibawah ini:
a. Internal Auditor
b. Government Auditor
c. CPA Firm
Ketiga pelaksana audit operasional tersebut akan dijelaskan
berikut ini:
a. Internal Auditor (Auditor Intern)
Auditor intern merupakan bagian dari perusahaan, diberi
tugas untuk melakukan kegiatan audit intern di dalam
perusahaan itu sendiri. Banyak departemen audit yang
melakukan audit operasional dan audit keuangan secara
bersamaan. Untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas
mereka, bagian audit intern harus melaporkan kepada
direktur. Auditor intern dapat mengembangkan
pengetahuan tentang perusahaan dan segala
permasalahan yang ada dalam perusahaan. Hal ini sangat
penting dalam mendukung audit operasional yang efektif.
b. Government Auditor (Auditor Pemerintah)
Merupakan salah satu badan dalam pemerintahan yang
bertugas untuk melakukan audit operasional, seringkali
merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan. Di
Indonesia badan yang bertugas melakukan audit ini adalah
BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).
Salah satu tugas dari badan ini adalah untuk menemukan
kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi pada BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Sedangkan secara umum yang menjadi perhatian utama
auditor pemerintah dalam melakukan audit adalah:
1) Keuangan dan ketaatan
2) Efektivitas dan efisiensi
3) Hasil-hasil program
c. CPA Firm (Kantor Akuntan)
Melaksanakan audit laporan keuangan. Pada bagian audit
biasanya terdiri dari pengidentifikasian masalah-masalah
operasional dan membuat rekomendasi yang dapat
bermanfaat dari klien yang diperiksa. Rekomendasi ini
dapat diutarakan secara lisan, tetapi biasanya mereka
membuat management letter.
Pengetahuan dasar mengenai bisnis klien harus diperoleh
auditor ekstern dalam melaksanakan audit, informasi ini
akan berguna dalam memberikan rekomendasi operasional.
Auditor yang mempunyai latar belakang bisnis dan
pengalaman yang luas dengan perusahaan-perusahaan
serupa akan cenderung lebih efektif dalam membantu
klien dengan rekomendasi operasional yang relevan
kepada klien
1.3.7 Tahapan Audit Operasional
Dalam melaksanakan audit operasional diperlukan suatu
kerangka kerja yang terstruktur sehingga audit dapat
mencapai tujuan. Untuk itu perlu disusun rencana audit.
Setiap tahap audit harus dirancang sedemikan rupa sehingga
setiap tahap dapat mencapai tujuannya.
Audit operasional perlu memiliki suatu kerangka tugas
untuk pedoman bagi auditor dalam bekerja. Tanpa adanya
kerangka yang tersusun baik auditor akan banyak
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya,
mengingat bahwa struktur perusahaan ataupun kegiatannya
sekarang ini sudah sedemikian maju dan rumit. Suatu
kerangka yang diiringi dengan suatu program audit
terperinci dapat memberikan dasar kerja bagi audit
operasional.
Rob Reider (2002;38-39) menguraikan audit operasional
dalam lima tahapan, kelimanya itu adalah:
1. Planning
2. Work Program
3. Field Work
4. Development of Finding and Recommendations
5. Reporting
Kelima tahap tersebut akan membantu auditor untuk
bekerja secara sistematis dan teratur dengan baik untuk salah
satu maupun seluruh pemeriksaan aktivitas.
2.5.1 Tahap Pendahuluan (Planning)
Tahap pendahuluan memungkinkan terselenggaranya
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit secara teratur.
Perencanaan dan audit pendahuluan harus menentukan
ruang lingkup penugasan dan merekomendasikan kepada
satuan organisasi yang akan diaudit.
Ruang lingkup audit pendahuluan dan perencanaan waktu
pelaksanaan audit banyak tergantung pada pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman auditor dalam menyimpulkan data
untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan
perusahaan yang hendak diperiksa. Selain itu, dengan
dilaksanakannya tahap pendahuluan, auditor dapat
mengidentifikasi berbagai bidang dan peristiwa yang
dianggap penting, dan untuk menentukan hal-hal apa yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Hasil dari tahap pendahuluan kemudian disimpulkan dalam
suatu laporan audit pendahuluan (memoranda survei) yang
hanya dapat digunakan untuk keperluan sendiri dan tidak
boleh diserahkan pada orang lain karena pembuatan
memoranda survei hanya untuk membantu auditor dalam
mengumpulkan semua hasil auditnya. Informasi yang berhasil
diperoleh dari tahap pendahuluan dapat menjadi bahan untuk
menyusun rencana sistematis atas audit mendalam.
Rencana sistematis disebut program audit.
Informasi umum tentang perusahan yang diperiksa dapat
diperoleh melalui:
1. Pengamatan atas Fasilitas Fisik
Dalam melakukan pengamatan fisik, pengamatan langsung
akan banyak bermanfaat untuk mendapatkan informasi
mengenai perusahaan dan bagian-bagiannya. Disini auditor
juga perlu untuk mewawancarai masing-masing pimpinan
yang bertanggungjawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal
ini pemeriksa biasanya menggunakan kuesioner yang telah
disusun terlebih dahulu sesuai dengan tekanan permasalahan
yang dihadapi. Dengan audit fasilitas fisik ke seluruh bagian
kegiatan auditor dapat memperoleh kesempatan untuk
meninjau seluruh bagian kegiatan dan mendapat gambaran
nyata mengenai operasi perusahaan.
2. Mencari Data Tertulis
Tujuan mencari data tertulis adalah untuk menetapkan apakah
perusahaan menetapkan praktik manajemen yang konsisten.
Untuk itu auditor harus mendapatkan dokumentasi yang
dijadikan bahan banding dengan data per departemen. Dengan
demikian auditor dapat menilai apakah kegiatan yang sedang
berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Dokumen-dokumen tertulis sebaiknya didapatkan oleh
auditor adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis,
petunjuk kebijakan dan prosedur perusahaan, uraian tugas,
bagan organisasi, anggaran, laporan-laporan intern per
departemen laporan keuangan dan lain sebagainya.
3. Wawancara dengan Personil Manajemen
Auditor harus memahami bagaimana perasaan dan pandangan
karyawan perusahaan terhadap suatu permasalahan tertentu.
Para ahli dalam suatu perusahaan adalah orang-orang yang
berwenang menjalankan suatu perusahaan, karenanya auditor
dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan
mewawancarai para manajer untuk mengidentifikasi masalah.
4. Analisis Keuangan
Langkah pertama dalam analisis keuangan mencakup analisa
laporan keuangan manajemen intern lainnya. Auditor
operasional harus menghitung rasio-rasio tradisional
seperti current ratio, quick ratio, perputaran piutang, dan
perputaran harta. Rasio-rasio ini perlu diperbandingkan
dengan rasio-rasio yang ada di perusahaan yang dianggap
beroperasi dengan efisien. Rasio keuangan hendaknya
dihitung untuk beberapa periode dengan tujuan untuk
melihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Kegiatan
analisis juga harus mencakup tujuan anggaran dan laporan
selisih (variance).
2.5.2 Program Kerja (Work Programs)
Dalam operasional audit, auditor perlu menyiapkan program
kerja untuk mendahului kegiatan audit supaya kegiatan audit
menjadi sistematis dan terarah. Sehingga dapat dipilih
aktivitas yang akan diperiksa dalam tahapan pendahuluan.
Untuk menyusun program kerja sangat penting dan perlu
sekali untuk mendahului audit operasional dalam menilai
efektivitas dan efisiensi aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan yang sedang diaudit. Program kerja harus dapat
disesuaikan dengan situasi dan setiap tahap pekerjaan harus
dapat diselesaikan dan dikerjakan.
2.5.3 Tahap Audit Mendalam (Field Work)
Dalam audit mendalam, auditor perlu mempertimbangkan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memperoleh temuan
yang dapat bermanfaat di dalam upaya peningkatan kualitas
manajemen yang diauditnya. Pedoman yang digunakan
aditor dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan
dalam audit mendalam adalah dengan melihat
memoranda survei yang telah mengidentifikasikan
masalah-masalah yang dianggap lemah sebagai hasil audit
pendahuluan.
Arens & Loebbecke (2003; 804-805) membagi tahap
audit mendalam menjadi tigatahapan, yaitu:
1. Perencanaan
Audit operasional harus menentukan ruang lingkup
penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasi
yang diauditnya, juga perlu menentukan staf yang tepat
dalam penugasan, mendapat informasi mengenai latar
belakang unit organisasional, memahami struktur
pengendalian intern, dan memutuskan bukti-bukti yang tepat
yang harus dikumpulkan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas
ditentukan tujuan-tujuan khusus pada audit operasional
dan berdasarkan kriteria yang dikembangkan untuk
penugasan, hal ini disebabkan karena sangat banyaknya
keragaman di dalam audit operasional.
2. Pengumpulan dan Evaluasi Bahan Bukti
Audit operasional harus cukup mengumpulkan bahan bukti
yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna
menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang
diuji.
3. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya
untuk pihak manajemen, dan satu salinan untuk unit yang
diaudit. Tidak adanya pihak ketiga, mengurangi kebutuhan
akan pembakuan kata-kata dalam laporan audit operasional.
Keragaman audit operasional memerlukan penyusunan
laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup
audit, temuan-temuan dan rekomendasi unit dapat
disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang
biasa dalam audit operasional jika rekomendasi-rekomendasi
telah disampaikan kepada manajemen. Tujuannya adalah
memastikan apakah perubahan-perubahan yang
direkomendasikan telah dilakukan. Dan jika tidak, dijelaskan
apa yang menjadi penyebabnya.
2.5.4 Temuan dan Rekomendasi {Development
of Findings and Recommen dations)
Pada tahap ini, temuan dan rekomendasi adalah perbaikan
kelemahan dan kekurangan dikomunikasikan kepada
pimpinan perusahaan sehingga dapat diterapkan dalam
perusahaan.
Dalam audit, auditor harus terlebih dahulu mendiskusikan
berbagai temuan dan rekomendasi dengan tingkatan
manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir.
Diskusi tentang berbagai temuan dan rekomendasi pada
umumnya telah diselesaikan pada waktu pelaksanaan audit
dan atau pada rapat-rapat setelah audit selesai dilaksanakan
(post audit meeting). Rekomendasi dibuat dengan tujuan
untuk meminta tindakan guna perbaikan terhadap keadaan
yang ada atau meningkatakan operasi perusahaan.
Cara lain adalah pelaksanaan review terhadap rancangan
laporan audit yang dilakukan oleh manajemen pihak audit.
Diskusi dan review berguna untuk memastikan bahwa tidak
terdapat kesalahpahaman atau kesalahan penafsiran tentang
fakta dengan memberikan kesempatan kepada pihak yang
diaudit untuk menjelaskan berbagai hal tertentu, dan
mengemukakan pendapatnya terhadap berbagai audit, temuan
dan rekomendasi.
Walaupun tingkatan para peserta diskusi atau review akan
berubah-rubah tergantung pada pengaturan dan sifat laporan.
Pada umumnya diskusi atau review akan diikuti oleh
individu-individu yang sangat mengetahui perincian.
Pelaksanaan kegiatan (yang diaudit) dan yang dapat
mengesahkan pelaksanaan suatu tindakan korektif.
2.5.5 Tahap Laporan Audit {Reporting)
Keberhasilan audit operasional dinilai dengan kemampuan
auditor untuk mengidentifikasi dengan tepat masalah-
masalah, penyebab timbulnya dan ketepatan rekomendasi
yang dibuat.
Laporan audit operasional harus mencerminkan ketepatan
penerapan prosedur dalam semua tahap audit dan harus
didukung oleh bukti dokumenter yang dicatat dalam kertas
kerja. Sebelum disusun laporan final, terlebih dahulu perlu
disusun draft laporan untuk didiskusikan dengan manajer
unit organisasi yang diperiksa.
Ciri-ciri dasar atau karakteristik laporan yang efektif
adalah sebagai berikut:
Faktual ; Laporan secara keseluruhan harus berdasarkan
fakta dan bukti yang kuat, sehingga hasil audit dapat dipercaya
dan diandalkan.
Jelas ; Auditor harus menyadari ketika menulis dan
melaporkan laporan yang efektif dan jelas.
Ringkas ; Tidak berarti pendek, tetapi membuang yang tidak
berguna, tidak relevan dan tidak berlebihan.
Lengkap ; Laporan harus mengandung informasi yang
cukup berguna untuk mendukung diperolehnya pengertian
yang tepat tentang pelaporan.
Berarti Penting ; Laporan memuat hal penting yang perlu
dari pihak penerima laporan, serta memberikan rangsangan
tindakan konstruktif.
Tepat Waktu ; Keterlambatan laporan mempengaruhi
keputusan.
Meyakinkan ; Dijabarkan secara logis dari fakta yang
dikemukakan sehingga dapat meyakinkan pihak pertama.
Objektif ; Tiap laporan menyajikan temuan secara objektif
tanpa prasangka, sehingga memberikan prospektif yang tepat.
Konstruktif ; Untuk membangkitkan reaksi terhadap temuan
dan rekomendasi yang digunakan sejalan dengan tujuan
memperbaiki dan meningkatkan mutu pelaksanaan kegiatan
objek yang diaudit. Laporan audit pada umumnya meliputi
unsur-unsur sebagai berikut:
1) Tujuan dan ruang lingkup penugasan
2) Prosedur yang digunakan auditor
3) Temuan-temuan khusus
4) Rekomendasi jika diperlukan
Adapun tahap-tahap penyusunan laporan adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Telaah Akhir Kertas Kerja
Telaah akhir kertas kerja merupakan teknik pengendalian
kualitas dan perkembangan audit. Telaah ini untuk menjamin
bahwa kertas kerja cukup terdokumentasikan dan dapat
mendukung penyusunan konsep laporan audit.
b. Tahap Penyusunan Konsep Laporan Audit
Penyusunan konsep laporan berdasarkan atas informasi
yang termuat dalam kertas kerja. Isi dan struktur laporan
audit sangat penting sehingga kebijakan departemen audit
harus memberikan pedoman untuk menyusun isi dan struktur
laporan audit.
c. Tahap Diskusi dengan Manajemen yang Diaudit
Auditor harus mendiskusikan konsep laporan auditnya dengan
manajemen audit yang diauditnya, pembahasannya dipusatkan
pada temuan-temuan, simpulan dan rekomendasi audit.
d. Tahap Revisi Konsep Laporan Audit
Setelah didiskusikan, manajemen unit yang diaudit tidak
menyetujui beberapa konsep laporan, maka pandangan
manajemen tersebut perlu dikomunikasikan dalam laporan
final.
e. Tahap Penyusunan Laporan Audit Final
Pelaporan merupakan tahap akhir dari audit operasional.
Penyampaian laporan harus bersifat objektif, jelas, ringkas,
konstruktif, dan tepat waktu. Sehingga manajemen dapat
menggunakan hasil audit sebagai alat bantu manajemen untuk
menerapkan tindakan yang lebih efisien dan efektif.
3. AKUNTABILITAS
Salah satu prinsip dalam tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance)
adalah adanya akuntabilitas, baik dalam sektor publik maupun sektor privat
(corporate). Setiap institusi harus mampu melaporkan dan
mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya.
1.1 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban memberikan pertanggungjawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan organisasi meliputi keberhasilan dan kegagalan
misinya kepada pihak yang berwenang meminta
pertanggungjawaban.
1.2 Media Akuntabilitas
Agar dapat mempertanggungjawabkan, perlu dibuat media akuntabilitas
yang dapat dipahami, diukur, dianalisa dan dibandingkan, Media
pertanggungjawaban yanag menjadi alat evaluasi harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk laporan periodik. Dibuat sesuai standar. Keseragaman
bentuk dan isi laporan harus mengarah kepada pemanfaatan laporan
untuk daya banding antar instansi
Konsep akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban bernuansa pencapaian
tujuan secara efektif, efisien, ekonomis, sejalan dengan konsep
pemeriksaan komprehensif, sehingga diperoleh simpulan menyeluruh
mengenai kehematan, efisiensi, efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan setiap instansi departemen/lembaga/ pemerintah daerah.