bab iii metode penelitian a. lokasi dan subjek...
TRANSCRIPT
27
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah SMAN 15 Bandung,
beralamat di jln. Sarimanis 1 No.1- Sarijadi Bandung. Objek yang akan dijadikan
penelitian adalah kelas X IIS 1 dengan Guru mitra Bapak Yus Rustiadin, beliau
merupakan guru Sejarah di SMAN 15 Bandung. Siswa yang terdapat pada kelas
X IIS 1 berjumlah 30 orang, diantaranya terdiri dari laki-laki 14 orang dan
perempuan berjumlah 16 orang.
Alasan peneliti melakukan penelitian di SMAN 15 Bandung karena melihat
lokasi yang tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh peneliti. Selain itu,
peneliti juga telah beberapa kali melakukan penelitian untuk memenuhi tugas
selama perkuliahan maka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam proses
penelitian. Selain itu, peneliti memilih kelas X IIS 1 dalam objek penelitian ini
karena selama penelitian sebelumnya peneliti menemukan permasalahan-
permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran, permasalahan yang terjadi
di kelas tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
Permasalahan yang terjadi di kelas X IIS 1 adalah kurangnya kemampuan
komunikasi siswa dalam ppembelajaran, mulai dari mengemukakan gagasan atau
menyampaikan pendapat sampai dalam pembelajaran hanya terlihat komunikasi
satu arah, kurangnya antusias siswa mengikuti pembelajaran atau siswa cenderung
diam atau pasif. Maka melihat permasalahan tersebut sangat cocok dengan
motode yang peneliti kembangkan, dimana dalam metode ini bertujuan untuk
mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar serta kemampuan siswa
menyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat
pembelajaran, sehingga dalam hal ini akan terjadi komunikasi dua arah antara
siswa dengan guru. Maka dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian
setelah melihat kondisi dan permasalahan yang terjadi dilapangan dengan
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa selama pembelajaran berlangsung
terutama dalam pembelajaran sejarah.
28
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Dalam penelitian ini terdapat 4
tahapan diantaranya perencanaan, tindakan atau pelaksanaan, pengamatan dan
terakhir refleksi. Maka dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart :
Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc. Taggart
(Sumber : Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66)
Desain penelitian model Kemmis and Mc Taggart dipilih karena dalam
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model Kemmis and Mc Taggart,
peneliti dapat melhat kondisi yang terjadi dilapangan untuk menentukan siklus
yang akan dilakukan pada saat penelitian. Adapun rancangan penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam berbagai siklus, apabila siklus I berhasil sesuai kriteria
yang di inginkan maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi apabila
siklus I tidak berhasil maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan
materi sampai selanjutnya siswa menemukan titik jenuh pada saat pembelajaran.
Selain itu, desain ini memiliki model yang lebih sederhana dibandingkan
dengan model penelitian tindakan kelas yang lainnya. Melihat gambar desain
29
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada di atas, dari proses perencanaan, tindakan, observasi hingga refleksi itu
merupakan siklus pertama yang akan memulai tindakan atau suatu penelitan,
seterlah semua proses tersebut dilakukan, maka dilanjutkan siklus kedua untuk
melihat perubahan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan sampai
ditemukannya peningkatan dalam pembelajaran.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini di dalamnya memuat penjelasan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Dalam tahap inipun sebaiknya penelitian dilakukan dalam bentuk kolaborasi
dengan prinsip pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan
yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah
peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan (Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66) .
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data awal, lalu mencermatinya untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dan menentukan tindakan untuk
mengatasinya, serta menyusun rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi di kelas.
b. Tindakan
Tahapan selanjutnya adalah tahap tindakan atau pelaksanaan. Menurut
Viandi (2012) dalam blognya mengemukakan bahwa : tahap pelaksanaan ini
merupakan tataran praktis di kelas setelah dilakukan perencanaan. Hal yang harus
diingat dalam tahap pelaksanaan ini guru hendaknya tetap mengingat dan mentaati
apa-apa yang sudah direncanakan bersama dalam tahap perencanaan dengan tetap
melakukannya secara wajar. Modifikasi bisa dilakukan dengan catatan tidak
mengubah prinsp-prinsip yang sudah disepakati dalam tahap sebelumnya. Pada
tahap ini peneliti mengimplementasikan rencana yang telah disusun sebelumnya.
c. Observasi
Menurut Wiriaatmadja, (2008, hlm. 67) Pengamatan dilakukan untuk
mendokumentasikan hal-hal yang nampak dari penerapaan atau pelaksanaan
tindakan yang diberikan kepada siswa. Pengamatan ini biasanya dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan serta mengidentifikasi kendala apa saja
yang dihadapi selama proses pelaksanaan penelitian.
30
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat hal-hal apa saja yang kurang atau belum
berhasil dilaksanakan dengan baik dalam pelaksanaan tindakan pada siklus
sebelumnya serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
tindakan untuk kemudian dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada tahap
ini peneliti menelaah kembali tindakan yang sudah dilaksanakan dan melakukan
diskusi dengan kolaborator untuk memberikan dasar perbaikan perencanaan
dalam proses penelitian pada siklus selanjutnya.
Alasan peneliti memilih desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart
karena dalam proses penelitian menggunakan desain ini tidak terlau sulit,lebih
sederhana, tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya tidak
sampai tiga kali tindakan ketika sudah ada peningkatan dari siklus pertama,
sehingga desain penelitian model Kemmis dan Taggart lebih mudah untuk
difahami oleh peneliti.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena merupakan
metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran di kelas. Dalam metode PTK
peneliti bisa langsung melakukan tindakan di kelas tanpa melalui bantuan orang
lain yang melakukan tindakan tersebut, dengan menggunakan metode ini juga
dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi dilapangan dalam proses
pembelajaran.
Menurut T Raka Joni (1998) dalam Hasan (2011:72), dkk mengemukakan
bahwa: “PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-
tindakan yang dilakukannya serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana
praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan.” Wiriaatmadja (2008:13)
mendefinisikan “penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru
dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”
31
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan menurut Hopkins (1993) dalam Hasan, dkk (2011:72) mengartikan
bahwa PTK sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya atau kualitas mengajar teman sejawat atau menguji asumsi-asumsi
dari teori-teori pendidikan dalam prakteknya di kelas.
Berdasarkan pengertian metode penelitian dapat difahami bahwa penelitian
tindakan kelas bermanfaat sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh gurudan meningkatkan kualitas
mengajar agar lebih baik. Selain itu metode penelitian tindakan kelas dilakukan
oleh guru sebagai peningkatan proses dalam pembelajaran serta dapat
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
guru agar lebih baik.
Keunggulan dari metode penelitian tindakan adalah dengan guru diikut
sertakan dalam penelitian, sehingga guru dapat melihat langsung proses
pembelajaran serta kondisi yang terjadi di kelas, maka dengan guru dapat memilih
berbagai macam media atau metode yang dapat meningkatkan pembelajaran
terutama dalam pembelajaran sejarah lebih menari serta dengan guru diikut
sertakan dalam proses penelitian, mampu mengevaluasi diri dengan melihat
kekurangan yang terjadi dilapangan dalam pembelajaran. Maka dengan demikian,
metode penelitian tindakan kelas menjadikan guru lebih mandiri, percaya diri dan
mampu mengambil resiko dengan mengambil keputusan hal yang baru demi
memajukan pembelajaran di kelas.
D. Fokus Penelitian
1. Metode Problem Posing Learning
Problem posing learning merupakan salah satu metode pembelajaran
inovatif untuk membangun struktur kognitif siswa. Selain itu problem posing
learning juga salah satu pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif baik
mental maupun fisik.
Menurut Huda (2013 hlm.276) menjelaskan bahwa :
karakteristik yang menggambarkan keberhasilan dari model pembelajaran
Problem Posing Learning diantaranya : 1. Para dialoger (siswa/guru)
memahami materi yang didapat dari buku, atau pengetahuan pribadi dari
sumber lain, 2. Siswa berusaha menghubungkan suatu peristiwa sejarah
yang telah direkonstruksi dengan kondisi yang pernah dialami oleh siswa. 3.
32
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siswa mendiskusikan dan mampu menyampaikan pendapat, bertanya,
memberi saran atau mampu aktif dalam pembelajaran.”
Karakteristik tersebut dapat dikembangkan dengan baik oleh guru, sehingga
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan pembelajaran lebih
menarik. Dalam penggunaan metode problem posing learning tidak terlepas dari
diskusi karena dalam penggunaan metode ini dapat menjadikan diskusi yang
menarik dalam proses pembelajaran.
Menurut Ningtiyas (2013) mengemukakan bahwa : tahapan dalam problem
posing, melatih siswa untuk lebih berani menyampaikan pikiran dan perasaan,
melatih siswa untuk bisa memahami dan memberi dukungan kepada orang lain
dan melatih siswa untuk mampu mengungkapkan diri. Selain itu, problem
posing termasuk kedalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme, karena
akan membuat pemahaman siswa lebih lama dan lebih dalam, pembelajaran yang
bermakna dapat membantu siswa untuk selalu mengungat konsep-konsep yang
telah siswa dapatkan sehingga siswa dapat mengaitkan hubungan antara satu
konsep dan konsep lainnya.
Sedangkan menurut Huda, (2013 : 276) langkah langkah dalam metode
pembelajaran Problem Posing Learning diantaranya :
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok
maksimal 4 orang.
2. Guru menyampaikan suatu peristiwa melalui gambar, video, film dll.
3. Siswa menyimak penjelasan guru melalui gambar, video, film dll.
4. Guru meminta siswa untuk mencari berbagai macam sumber
informasi untuk merekonstruksi peristiwa secara kronologis.
5. Siswa mendiskusikan dalam kelompok kecil mengenai peristiwa yang
telah disampaikan oleh guru.
6. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kecil di kelas
7. Guru meminta siswa untuk meendiskusikan kembali mengenai
peristiwa tersebut dalam kelompok besar/di kelas. Saat diskusi, sswa
diminta untuk aktif bertanya, menyampaikan pendapat, menanggapi
atau meningkatkan kemampuan Kemampuan Komunikasi di kelas.
8. Guru meminta siswa untuk membuat laporan diskusi dalam bentuk
peta konsep, timline, atau produk yang berhubungan dengan berpikir
kronologis.
33
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melihat dari sumber mengenai model pembelajaran Problem Posing
Learning memiliki karakteristik yang berpatokan pada keaktifan siswa. Dalam
hal ini kegiatan pembelaaran di kelas lebih menekankan pada siswa yang lebih
aktif, tidak hanya mendengarkan guru menyampaikan materi. Dapat disimpulkan
bahwa, pada model Problem Posing Learning, siswa harus mampu menyimak
materi yang disampaikan oleh guru, merekonstruksi suatu peristiwa secara
kronologis, serta mampu mendiskusikan peristiwa tersebut sesuai dengan
pengetahuan siswa yang telah membaca dari sumber informasi lain yang relevan.
Maka Problem Posing Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
beralajar, serta menjadikan siswa mampu berbicara, menyampaikan pendapat,
memberi saran bertanya dll sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa. Langkah-langkah tersebut telah dikembangkan sebagai pedoman dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing learning.
2. Kemampuan Komunikasi
Istilah kemampuan komunikasi pendidikan memang belum terlalu dikenal
oleh kalangan masyarakat atau praktisi pendidikan. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam kemampuan komunikasi pendidikan. Pertama, dunia
pendidikan membutuhkan sebuah pemahaman yang kompreshensip, mendasar dan
sistematis tentang pemanfaatan kemampuan komunikasi dalam proses
pembelajaran. Kedua, kemampuan komunikasi akan menunjukan arah proses
konstruksi sosial atas relitas pendidikan. Maka dengan demikian, kemampuan
komunikasi pendidika dapat diartikan sebagai kemampuan komunikasi yang
terjadi dalam susasana pendidikan terutama dalam proses pembelajaran ( Naim,
2011 : 26-27).
Kemampuan komunikasi memiliki 2 jenis, diantaranya : a. Kemampuan
komunikasi Lisan b. kemampuan komunikasi tulisan. Dalam kemampuan
komunikasi lisan merupakan kemampuan mendengarkan dan menyampaikan
suatu gagasan secara lisan, sedangkan kemampuan komunikasi tulisan merupakan
menyampaikan suatu gagasan melalui tulisan baik berupa grafik, gambar peta
konsep dll. Namun dalam hal ini penulis mengambil kajian kemampuan
komunikasi lisan dan tulisan, yang bertujuan agar siswa mampu menyampaikan
34
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gagasan secara lisan dan melatih siswa untuk berbicara serta menyampaikan
gagasan secara tuisan agar siswa lebih inovatif dalam menyampaikan gagasan
atau pendapat yang dimiliki siswa.
Indikator dari kemampuan komunikasi menurut Rusman ( 2003:13 ) adalah
1. Siswa mampu menyimak materi yang disampaikan oleh guru
2. Siswa mampu menghargai adanya perbedaan pendapat yang
disampaikan
3. Siswa mampu menyampaikan gagasan sesuai dengan topik
pembelajaran beserta sumber yang relevan
4. Adanya kemampuan komunikasi antar sumber belajar, guru dan siswa
yang menyampaikan dan mendengarkan
Sedangkan indikator menurut (Greenes dan Schulman 1996) dalam Prayitno
(2013, hlm 2) merumuskan kemampuan komunikasi dalam tiga hal, yaitu:
1. Menyatakan ide dalam pembelajaran melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang
berbeda.
2. Memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam
tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual.
3. Mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam
representasi ide dan hubungannya.
Melihat beberapa indikator yang telah dipaparkan terlihat bahwa dalam
kemampuan komunikasi indikator yang dikembangkan harus sesuai dengan
kondisi kelas yang sedang diteliti,maka dalam hal ini indikator yang dikemukakan
oleh Rusman (2013) dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian.
Karena dari tahap awal siswa harus menyimak apa yang disampaikan oleh guru,
dalam proses diskusi siswa harus mampu menyampaikan bertanya,
menyampaikan pendapat atau gagasan yang dimilikinya dengan baik dan sopan
sehingga tidak ada siswa lain yang terpojokan. Selanjutnya siswa juga mampu
menghargai apabila ada pendapat yang berbeda dari pendapat yang disampaikan
oleh siswa itu sendiri, sehingga dalam pembelajaran akan terjalin hubungan dua
arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa pada saat diskusi sedang
berlangsung dan tidak di dominasi oleh satu orang.
35
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
kemampuan komunikasi siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut, perlu adanya
perangkat penelitian yang akan membantu mengumpulkan data mengenai
kemampuan komunikasi. Perangkat-perangkat tersebut diantaranya :
1. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang
akurat agar mengetahuin perkembangan siswa dalam pembelajaran sejarah.
Menurut Kurniawati, (2006, hlm.41 ) bahwa :
Lembar panduan observasi merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan guru baik pada pra-
penelitian maupun selama pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran.
Maka observasi merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkah laku
siswa ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi sebenarnya maupun buatan. Data yang akan diambil adalah mengenai
kemampuan komunikasi berupa kemampuan siswa menyampaikan suatu pendapat
atau gagasan secara kronologis dan kemampuan siswa merekonstruksi suatu
peristiwa sejarah berdasarkan waktu.
Aktivitas guru diamati oleh peneliti mitra sedangkan aktivitas siswa diamati
oleh peneliti utama, maka dengan demikian dapat diketahui kekurangan dan
kelebihan yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas.
36
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Lembar Panduan Observasi Siswa
Tindakan :
Tanggal :
Materi :
Obsever :
Berilah skore 1-4 pada indikator yang telah dipenuhi siswa
No Nama Siswa Menyimak materi yang
disampaikan oleh guru
Menyampaikan gagasan
sesuai dengan topik
pembelajaran beserta
sumber yang relevan.
Menghargai
adanya perbedaan
pendapat yang
disampaikan
Adanya interaksi antar guru
dan siswa yang
menyampaikan dan
mendengarkan
Memperhati
kan guru
ketika
pelajaran
sedang
berlangsung.
(1-4)
Mengajukan
pertanyaan
apabila ada
materi yang
belum
difahami
(1-4)
Menyajikan
gagasan
secara
faktual.
(1-4)
Menyampai
kan gagasan
sesuai
dengan
sumber yang
relevan
(1-4)
Menerima pendapat
yang disampaikan
oleh siswa lain.
(1-4)
Memberikan
kesimpulan
materi yang
telah dipelajari
(1-4)
Menyampaik
an materi dan
memberikan
tanggapan
terhadap
materi yang
telah
dipelajari
(1-4)
1. AEM
2. AY
3. ATZ
4. AV
5. ASP
6. AF
7. AA
8. CM
37
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. DT
10. EP
11. ENJ
12. FM
13. FR
14. IDN
15. IR
16. JCH
17. MS
18. MC
19. MR
20. N
21. RPS
22. RA
23. SN
24. SDP
25. SKZ
26. SM
27. TY
28. VIY
29. WW
30 WYR
Jumlah Skore
Keterangan skore :
38
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor 4 = Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
Skor maksimal : 7 aspek x skor 4 = 2
39
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi Siswa
Variabel Indikator Sub Indikator Deskripsi Keterangan skore
Kemampuan
Komunikasi
Menyimak materi yang
disampaikan oleh guru
Memperhatikan guru
ketika pelajaran
sedang berlangsung
Tidak mengobrol
Mencatat apa yang
disampaikan guru
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
Mengajukan
pertanyaan apabila ada
materi yang belum
difahami
Petanyaan menuntut
jawaban opini
penjawab pertanyaan.
Pertnyaan yang
menuntut penjelasan
yang singkronik dan
diakronik.
Menyampaikan gagasan
sesuai dengan topik
pembelajaran beserta
sumber yang relevan
Menyajikan gagasan
secara faktual
Menyampaikan
gagasan dengan
menyertakan fakta
yang terdapat dalam
materi yang
disampaikan.
Menyampaikan
gagasan dengan
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
40
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyajikan dampak
yang ditimbulkan dari
materi yang
disampaikan.
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
Menyampaikan
gagasan sesuai dengan
sumber yang relevan
Menyampaikan
gagasan kronoligis
dengan menggunakan
sumber yang jelas
Menyampaikan
gagasan yang fokus
terhadap materi yang
disampaikan
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
Menghargai adanya
perbedaan pendapat
yang disampaikan
Menerima pendapat
yang disampaikan oleh
siswa lain
Mengajukan
pertanyaan dan
gagasan dengan
percaya diri tanpa
menyalahkan pendapat
yang disampaikan
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
41
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa lain
Menerima masukan
yang diberikan oleh
siswa lain
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
Adanya interaksi antar
guru dan siswa yang
menyampaikan dan
mendengarkan
Memberikan
kesimpulan materi
yang telah dipelajari
Menyampaikan inti
materi secara lisan.
Memberikan
kesempatan siswa
untuk memberikan
kesimpulan
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
Menyampaikan materi
dan memberikan
tanggapan terhadap
materi yang telah
dipelajari
Menyimpulkan inti
materi secara lisan
Menyampaikan
tanggapan dan
manfaat materi yang
telah dipelajari
Sangat baik = jika
memenuhi 4 point dari
deskripsi
Baik = jika memenuhi 3
poin
42
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cukup = jika memenuhi 2
poiin
Kurang = jika memenuhi
satu poin
Skor4=Sangat Baik
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = kurang
43
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Lembar Observasi Pelaksanaan Metode Problem Posing Learning
No Aspek Pengamatan Pelaksanaan Metode PPL 4 3 2 1
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, setiap kelompok maksimal 3 orang.
2. Guru menyampaikan suatu peristiwa melalui
gambar, video, film dll.
3. Siswa menyimak penjelasan guru melalui
gambar, video, film dll.
4. Guru meminta siswa untuk mencari berbagai
macam sumber informasi untuk merekonstruksi
suatu peristiwa atau permasalahan secara
kronologis.
5. Siswa mendiskusikan dalam kelompok kecil
mengenai peristiwa atau permasalahan yang
telah disampaikan oleh guru.
6. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok kecil dikelas.
7. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan
kembali mengenai peristiwa tersebut dalam
kelompok besar/dikelas. Saat diskusi, siswa
diminta untuk aktif bertanya, menyampaikan
pendapat, atau menanggapi.
8. Guru meminta siswa untuk membuat laporan
diskusi dalam bentuk peta konsep, timline, atau
produk yang berhubungan dengan berpikir
kronologis.
Jumlah Skor
44
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Lembar Catatan Lapangan
Lembar catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap
keterlaksanaan pembelajaran dengan metode problem posing learning dan
kemampuan komunikasi siswa. Menurut Suratmi, ( 2013, hlm.45) bahwa :
lembar catatan lapangan merupakan rekaman kejadian yang dilakukan oleh
kolaborator atau teman sejawat maupun peneliti sendiri untuk menuliskan
hal-hal yang belum terekam melalui lembar observasi.”
Maka lembar catatan lapangan berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
keterlaksaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode problem
posing learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam
pembelajaran sejarah.
Tabel 3.4
Lembar Catatan Lapangan
Nama Sekolah :
Kelas :
Hari,Tanggal :
Waktu :
Waktu Deskripsi Pembelajaran Komentar/Refleksi
45
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Jurnal Kesan Siswa
Tujuan dari jurnal kesan siswa untuk memperoleh gambaran mengenai
kesan atau minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu jurnal kesan siswa juga
dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai informasi tambahan
dalam mengukur kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah yang
didalamnya siswa dapat mengungkapkan kesulitan selama pembelajaran sedang
berlangsung, sehingga guru dapat memperbaiki pembelajaran selanjutnya, serta
mengetahui gambaran siswa mengenai perasaan atau kesan saat belajar
menggunakan metode problem posing learning.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentanghal-ha tertentu yang diamati
(Firdaus, 2011). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam buku sugiono
(2014, hlm. 203), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Maka dengan demikian
teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan pedoman observasi.
2. Catatan Lapangan
Bogdan dan Biklen (1982) dalam blog Nugroho (2013), catatan lapangan
adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami,dan dipikirkan
dalam proses pengumpulan data dan merupakan refleksi terhadap data penelitian.
Penelitian harus memiliki catatan lapangan seperti ini karena nantinya akan
menjadi dasar analisis dan data lapangan yang sangat banyak tidak mungkin
dihapalkan oleh peneliti.
3. Catatan harian siswa
Jurnal kesan siswa digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama
pembelajaran. Teknik ini dipilih karena dapat menyalurkan perasaan siswa dalam
bentuk tulisan selama pembelajaran di kelas, sehingga siswa lebih leluasa
mengungkpan kesan, kesulitan dalam belajar, terutama kurangnya kemampuan
46
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa dalam menyampaikan gagasan atau pendapat sehingga kurangnya
kemampuan komunikasi yang terjadi pada siswa saat pembelajaran sedang
berlangsung.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Langkah – langkah
pengolahan data diantaranya : a. Penyusunan data, b. Klasifikasi data, c.
Pengolahan data, d. Interpretasi hasil pengolahan data. Data menurut jenisnya ada
dua yaitu, data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman
(dalam Hopkins, 2011) kegiatan pengolahan data kualitatif diantaranya:
1. Reduksi data : dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data dan
transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan catatan tertuli
dilapangan.
2. Penyajian data : dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun
sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan/verifikasi : Sejak langkah awal dalam pengumpulan
data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat
atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.
Sedangkan kegiatan pengolahan data kuantitatif diantaranya:
1. Mengelompokan data : data kualitatif tidak memerlukan perhitungan
matematis sedangkan data kuantitatif memerlukan adanya perhitungsn
matematis.
2. Kegiatan awal dalam mengelompokan data : agar data dapat dikelompokan
secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal sebagai berikut : Editing, Coding,
Tabulating.
3. Pengolahan statistik sederhana adalah cara mengolah data kuantitatif
sehingga data mempunyai arti
47
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi dapat dipahami bahwa fungsi dari pengolahan data adalah untuk
mengetahui sejauh mana penelitian akan dilakukan serta dengan pengolahan data ,
data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian sehingga ketika penelitian berlangsung, peneliti dapat
mengetahu permasalahan yang sedang terjadi.
H. Teknik Validasi Data
Data yang dipercaya kebenarannya adalah data yang telah diuji validasinya.
Data tersebut akan disebut valid jika data tersebut dapat mengukur data yang telah
diuji kebenarannya. Validasi juga salah satu syarat penting untuk melakukan
semua jenis penelitian termasuk penelitian tindakan kelas. Kegiatan yang
dilakukan dalam validasi adalah:
1. Member Check
Menurut Sugiono, (2009, hlm.375) “ Member Check adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Sedangkan
menurut Wiriaatmadja, (2012, hlm.168) Member Check ialah :
memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber apakah
keterangan,atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak
berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa
kebenarannya.
Dalam penelitian ini Member Check mengkinfirmasi atau memeriksa kembali
data yang sudah diperoleh untuk melihat apakah informasi itu berubah atau tetap.
2. Auditrail
Menurut Hasan, H., dkk. (2011, hlm 80), bahwa “... menggunakan Auditrail
untuk memvalidasi penelitian dengan cara yang biasa digunakan untuk mengaudit.
Cara ini bermanfaat untuk memeriksa catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti
atau observer. Hal ini berguna apabila peneliti akan mengecek informasi atau data
yang ada atau waktu mempersiapkan laporan “. Maka dalam cara Auditrail
peneliti atau observer mampu memeriksa catatan-catatan penting yang terdapat
saat penelitian sedang berlangsung hal ini untuk mengetahui kesalahan atau
kekurangan yang terjadi dalampenelitian.
48
Unis Munasifah, 2015
PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Expert Opinion
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2007, hlm. 171) Expert Opinion
yakni dengan meminta kepada pakar atau pembeimbing untuk memeriksa semua
tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgements
terhadap masalah-masalah penelitian yang anda kemukakan. Dalam penelitian ini,
peneliti peneliti meminta pakar/ahli untuk memeriksa semua tahapan penelitian
dan akan memberikan pendapat dan arahan atau judgement terhadap
permasalahan ataupun langkah-langkah dalam penelitian.